Laporan Tutorial Skenario 2

69
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI DAN JARINGAN RONGGA MULUT LAPORAN TUTORIAL Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Stomatognati pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Disusun oleh : Kelompok Tutorial V Pembimbing : drg. Hj. Herniyati, M.Kes

Transcript of Laporan Tutorial Skenario 2

Page 1: Laporan Tutorial Skenario 2

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI

DAN JARINGAN RONGGA MULUT

LAPORAN TUTORIAL

Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem

Stomatognati pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Disusun oleh :

Kelompok Tutorial V

Pembimbing : drg. Hj. Herniyati, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2010

Page 2: Laporan Tutorial Skenario 2

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Ketua : Syifa’ Shibghoh I. (091610101040)

Scriber Meja : Ratih Sisca P. (091610101081)

Scriber Papan : Weny Andriyani (091610101050)

Anggota :

1. Larasati Shintaningrum (091610101006)

2. Riclas Yusuf P. (091610101015)

3. Rizqi Nuha Aliyah (091610101019)

4. Erma Yasinta (091610101029)

5. Dzanuar Rahmawan (091610101058)

6. Vina M. Nisa’ (091610101060)

7. Malahatul Wardah (091610101068)

8. Bagus Dwi Nugroho (091610101083)

9. Novera Dwi I. (091610101092)

10. Tiara Septi (091610101102)

1

Page 3: Laporan Tutorial Skenario 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala

bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya

sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial

yang berjudul “Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi dan Jaringan Rongga

Mulut”. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk

lebih mendalami materi tentang tumbuh kembang gigi dan jaringan rongga mulut

pendukung gigi pada manusia. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. drg. Hj. Herniyati, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan untuk

lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.

2. Teman-teman Kelompok Tutorial V yang telah berperan aktif dalam

pembuatan laporan tutorial ini.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak

kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon

maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami

juga berharap laporan tutorial yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk

pendalaman pada blok Stomatognati ini.

Jember, Februari 2010

Penulis

Page 4: Laporan Tutorial Skenario 2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak

terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan

ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini

dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari

neural plate.

Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental lamina”

yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal

dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental lamina ini

tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan

perkembangan dari primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary

arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri

pada laju yang lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10

tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap

rahang, yang merupakan calon benih gigi susu.

Apabila terjadi beberapa gangguan pada proses pertumbuhan dan

perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi, akan

mengalami sejumlah kelainan yang akan mengakibatkan proses pertumbuhan

dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi terganggu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan rongga mulut

pendukung gigi ?

2. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan

rongga mulut pendukung gigi?

3. Apa saja yang termasuk gangguan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi?

Page 5: Laporan Tutorial Skenario 2

1.3 Tujuan

1. Mengetahui gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan rongga

mulut pendukung gigi ?

2. Mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan perkembangan gigi

dan jaringan rongga mulut pendukung gigi?

3. Mengetahui apa saja yang termasuk gangguan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut

pendukung gigi ?

1.4 Mapping

Anak usia 7 tahun

Giginya renggang-renggang

Pemeriksaan klinis Pemeriksaan rontgen

Masa geligi pergantian Diastema

Masa geligi normal

Benih gigi permanen lengkap

Page 6: Laporan Tutorial Skenario 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan histologi gigi dan jaringan pendukung gigi

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini

tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari

lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim.

Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di

sepanjang sisi lateral dari neural plate.

Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental

lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi

tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental

lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya.

Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10

tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari

dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang

lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk

pada dental lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi

susu.

Pembentukan dental lamina, dental papila dan enemel organ:

1. Proses primary ephitelial thicketing

Proses pembentukan prinmary ephitelial thicketing dimulai

pada minggu keenam intra uterin. Tahap awal ditandai dengan

terjadinya proliferasi oral epitelium ke arah ektomesenkim, kemudian

di bawahnya membentuk primary epitelial thicketing. Lapisan ini akan

menghasilkan tunas gigi (tooth bud). Gambar di bawah ini

menunjukkan tahap awal perkembangan gigi.

Page 7: Laporan Tutorial Skenario 2

2. Tahap bud stage, cup stage dan bell stage

Bud stage

Tahap bud stage terjadi pada minggu ke 7, bud stage turunan

dari ectoderm dari lengkung brankian pertama dan ektoektomesenkim

dari neural crest. Sel-sel tertentu Membentuk 3 bagian yakni enamel

organ, dental papilla dan dental follikel. Dibawah enamel organ

terdapat kondensasi ektomesenkim yang berkembang menjadi dental

papilla dan folikel. Dental papila akan menjadi pulpa dan dentin.

Enamel organ, dental papila, folikel akan membantuk benih gigi.

Cup stage

Invaginasi papilary surface enamel organ membentuk cekungan

diatas dental papila. Cup stage terjadi pada minggu ke 9. Sel-sel pada

daerah tepi berkembang lebih cepat ke arah bawah sehingga berbentuk

seperti topi. Sel-sel di bagian luar yang meliputi bagian cembung

berbentuk kubus dan disebut outer enamel epithelium (OEE). Lapisan

sel pada bagian dalam atau bagian cekung disebut inner enamel

epithelium (IEE). Cairan antar sel yang terdapat diantara outer enamel

epithelium dan inner enamel epithelium bertambah banyak sehingga

memisahkan sel-sel pada daerah tersebut. Sel-sel yang berhubungan

melalui cabang-cabang sel sehinggan memberi ganbaran seperti gala

yang disebut stellate retikulum. Rongga diantara ini terisi oleh cairan

kental yang kaya akan albumin, sehingga konsistensi stelate retikulum

seperti karet busa yang kemudian berguna sebagai penyangga dan

pelindung bagi sel-sel pembantuk email.

Bell stage

Papila dentis mendesak tepi-tepi organa email ke bawah dan

menyebabakan bentuk organa email tampak seperti bel, sehingga tahap

ini disebut bell stage. Pada tahap ini, hubungan lamina dentis dengan

rongga mulut terputus. Bagian-bagian tepi organa email terus

Page 8: Laporan Tutorial Skenario 2

bermigrasi ke dalam sehingga bentuk organa email tampak seperti bel.

Sel epitel dalam berdiferensiasi menjadi torak disebut ameloblas. Di

antara lapisan epitel email dalam dengan stelate retikulum disebut

stratum intermedium.Sel-sel epitel email luar kini bentuknya menjadi

gepeng. Sementara itu lamina dentis berkembang terus ke dalam

membentuk benih gigi tetap. Sel mesenkhim pada tepi papila dentis

berdiferensiasi menjadi odontoblas. Bentuknya mula-mula kubus

menjadi torak. Membran basalis yang emisahkan organ email dengan

papila dentis sebelum pembentukan dentin disebut prevormativa.

Dengan perkembanan akar, serat-serat ini akan berdiferensiasi menjadi

serat-serat periodontium. Pada tahap bell yang lanjut, batas antara epitel

email dalam dengan odotoblas merupakan calon hubungan dentin

email.

2.2 Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap (erupsi)

Proses Erupsi

Erupsi gigi adalah proses bergeraknya gigi ke dalam rongga mulut

menembus tulang alveolar. Proses erupsi gigi adalah proses fisiologis

dimana gigi bergerak ke arah vertikal, mesial, bergerak miring dan rotasi.

Gerakan-gerakan ini merupakan tekanan (kekuatan) untuk mencapai posisi

gigi dan mempertahankan titik kontak dengan gigi tetangga. Erupsi dapat

dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase pra-erupsi, fase erupsi

prefungsional, dan fase erupsi fungsional. Fase pra-erupsi adalah periode

sejak dimulainya pembentukan gigi sampai mulai bergerak ke dalam

rongga mulut. Fase erupsi prefungsional meliputi periode perkembangan

akar sampai gigi menembus gingiva. Fase erupsi fungsional merupakan

fase setelah gigi berkontak dengan gigi antagonis dan gigi terus-menerus

erupsi sesuai perubahan dinamis tubuh. Waktu erupsi gigi di rongga mulut

berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses .pembeniukannya lebih

Page 9: Laporan Tutorial Skenario 2

awal akan bererupsi lebih dahulu dibandingkan dengan gigi yang

dibkmtuk sesudahnya. Waktu erupsi gigi dapat terjadi lebih cepat atau

lebih lambat dari rata-rata waktu erupsi gigi yang normal. Waktu erupsi

gigi dipengaruhi oleh banyak factor baik yang bersifat lokal maupun

sistemik.

Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan pertumbuhan

pulpa di dalamnya ketika foramen apikal masih terbuka lebar, cenderung

tekanan erupsi yang paling kecil. Deosisi sementum pada permukaan akar

akan menimbulkan sedikit gerak eruspsi bila akar sudah terbentuk

sempurna. Arah erupsi dari mahkota gigi akan dituntun oleh sisa

perlekatan folikel gigi terhadap eptelium mulut. Tekanan pada daerah

jaringan di sekitar akar-akar gigi dan perubahan vaskularisasimjaringan

periodontal, termanifestasi berupa tekanan eruptif.

Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktifitas matrik fungsional yang

berada diantara periodontal ligamen dan jaringan keras. Proliferasi

jaringan ikat dari periodontal ligamen atau penumpukan cairan jaringan

periodontal akan cenderung memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul

tekanan eruptif. Tahap-tahap erupsi gigi yang teratur menunjukkan bahwa

erupsi berada di bawah kontrol genetik. Terdapat variasi yang cukup besar

antara umur erupsi gigi, suatu peristiwa yang sangat mudah dipengaruhi

oleh nutrisi, hormon, dan penyakit.

2.3 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi

1. Kelainan akibat kegagalan migrasi neuro crest

Kegagalan neural crest bermigrasi dapat diartikan sebagai kelainan

neural crest. Padahal gigi-gigi berasal dari lapisan benih primer,

ektodermal, dan mesodermal yang juga dipengaruhi oleh neural crest.

Kelainan neural crest dapat menimbulkan anodonsia (tidak adanya gigi).

Tidak adanya gigi (anodonsia) dapat menyeluruh atau yang lebih sering

lagi sebagian mengenai gigi-gigi tertentu, serta dapat mengikuti pola

herediter, atau merupakan bagian dari suatu sindrom misalnya ektodermal

Page 10: Laporan Tutorial Skenario 2

diplasia. Beberapa tipe gigi, misalnya molar ketiga tidak ada (kongenital).

Kelainan bentuk gigi sangat bervariasi.

Perkembangan komplek kraniofasial merupakan bagian dari semua

populasisel di atas. Penyimpangan salah satu populasi ini dari

perkembangan normal dan timbulnya rongga akan memberi akibat yang

buruk, termasuk timbulnya kelompok kelinan yang disebut sindrom

neurokristopati.

2. Kelainan akibat gangguan selama amelogenesis, dentinogenesis dan

sementogenesis

Gangguan amelogenesis

Hipoplasia dan hipomineralisasi yang disebabkan faktor sistemik

Sampai saat kelahiran semua gigi sulung terlindung dari semua gangguan

sistemik yang paling parah, oleh karena itu email prenatal biasanya

mempunyai struktur yang homogen. Kelainan pada email postnatal

biasanya dihubungkan dengan kelainan sistemik pada waktu kelahiran atau

selama perkembangan postnatal. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah

amelogenesis imperfekta (genetis), kelainan metabolisme. gangguan

selama amelogenesis dapat menyebabkan cacat enamel. Hal ini disebabkan

dari gangguan autosomal dominan genetik atau hipoplasia atau

hipomineralisasi sporadik karena lingkungan dari jaringan keras. Gigi

sangat sensitif terhadap kekurangan vitamin tertentu dan hormon, terhadap

gangguan metabolik, inveksi bakteri dan virus. Kekurangan ii mendorong

timbulnys lesi pada jaringan keras yang sifatnya menetap.

gangguan dentinogenesis

Akibat yang ditimbulkan dari adanya gangguan ini sama dengan

adanya gangguan selama amelogenesis. Cacat enamel merupakan

pencerminan dari gangguan autosomal dominan genetik.

Page 11: Laporan Tutorial Skenario 2

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Anatomi dan histologi pertumbuhan dan perkembangan gigi dan

jaringan rongga mulut pendukung gigi

3.1.1 Anatomi gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi

ODONTOGENESIS

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini

tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari

lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim.

Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di

sepanjang sisi lateral dari neural plate.

Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental

lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi

tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental

lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya.

Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10

tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari

dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang

lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk

pada dental lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi

susu.

Page 12: Laporan Tutorial Skenario 2

o Email

Email adalah jaringan keras yang melapisi mahkota gigi yang

terbentuk dari sel-sel ameloblas. Enamel berasal dari jaringan

ektoderm yang hanya dapat terbentuk di daerah mahkota dan

penuh dengan garam-garam Ca. Enamel merupakan jaringan

terkeras dari tubuh yang juga sangat peka terhadap rangsangan.

Proses ameloblast didahului dentinogenesis. Enamel dapat

berpoliferasi dengan mitokondria dan retikulum endoplasma.

Antara email dan dentin membentuk dentino cemento junction.

Email tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-

bagian yang rusak , oleh karena itu begitu gigi erupsi maka

terlepaslah ia dari jaringan-jaringan lainnya yang ada di dalam

Page 13: Laporan Tutorial Skenario 2

gusi/rahang. Akan tetapi ada hal-hal lain yang dapat memperkuat

dirinya yaitu begitu erupsi, lalu terjadi perubahan-perubahan

susunan kimia pada dirinya sehingga email akan lebih kuat

menghadapi rangsangan-rangsangan yang diterimanya.

Jadi bila email rusak sekali saja rusak harus ditambal karena ia

tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-bagian

yang rusak.

o Dentin

Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan merupakan

jaringan yang telah mengalami kalsifikasi sama seperti tulang,

tetapi lebih keras karena kadar garam kalsiumnya lebih besar 80%

dalam bentuk hidroksi apatit. Di dalam dentin terdapat odontoblas

yang berasal dari mesenkim yang mensintesis glikosaminoglikans.

Sel pada puncaknya yang menghadap dentin membentuk cell web

dengan junctional complex dan tonjolan sitoplasma. Di dalam

dentin terdapat saluran-saluran kecil yang disebut sebagai tubulus

dentin. Dentin muda yang baru terbentuk merupakan suatu lapisan

yang berhubungan dengan pangkal tonjolan odontoblas dan disebut

sebagai predentin. Di dalam dentin juga terdapat daerah-daerah

kecil yang disebut ruang interglobular, yang hanya sebagian atau

tidak sama sekali mengalami pengapuran. Pembentukan dentin

bersifat siklis dan tidak teratur. Dentin peka terhadap rasa raba,

panas, dingin dan konsentrasi ion hidrogen. Terdapat beberapa

macam dentin yaitu :

1. Transparan dentin :

Dentin yang warnanya transparan dan terdapat di sekeliling

daerah yang belum mengalami invasi bakteri. Terdapat

disekeliling zona yang mengalami dekalsifikasi atau

pengurangan dalam pembentukan garam Ca. Zona ini

meluas dari tepi ke tepi sekitar karies gigi. Tubula dentin

Page 14: Laporan Tutorial Skenario 2

dari zona transparan berisi bahan-bahan granulasi yang tak

terdapat pada dentin biasa atau dentin yang mati.

2. Nuvo dentin :

Dentin yang baru di bawah transparan dentin.

3. Sekunder dentin :

Dentin yang terbentuk pada dinding sebelah dalam dari

rongga pulpa.

o Pulpa

Pulpa adalah jaringan lunak dari gigi, bentuk luar pulpa seperti

membentuk mahkota. Pulpa gigi ini akan membentuk dentin.

Bentuk garis luar pada saluran pulpa mengikuti bentuk akar gigi.

Bagian-bagian pada pulapa terdiri dari:

1. Rongga pulpa : terdapat pada bagian korona gigi

2. Tanduk pulpa : ujung dari ruang pulpa

3. Saluran pulpa / saluran akar : dimana rongga pulpa terdapat

pada bagian akar gigi

4. Foramen apikal : ujung dari saluran pulpa (apeks)

5. Suplementari canal : mempunyai 2 atau lebih cabang atau

yang lebih dekat dengan cabang apikalnya.

6. Orifice : pintu masuk saluran akar gigi

o Sementum

Sementum menutupi dentin akar gigi mulai dari leher sampai ujung

bawahnya, dan berfungsi untuk mengikat gigi pada membran

periodontal. Sementum seperti tulang, merupakan jaringan labil

yang bereaksi terhadap stress dan dalam keadaan tertentu dapat

Page 15: Laporan Tutorial Skenario 2

mengalami resorpsi dan hiperplasi. Sementum memberi nutrisi

pada gigi.

Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau pembentukan

kembali tetapi mengalami apposisi atau makin tua umur makin

tebal lapisan semen, pembentukan semen ini berjalan dari arah

selaput periodontal sebagai lapisan. Menurut Gottlieb,

pengendapan semen terjadi terus mnerus selama hidup dan ini

berhubungan dengan terjadinya pertumbuhan gigi.

Dalam pertumbuhan gigi yang fisiologis, lebar dari ruang

periodontal dipertahankan di semua bagian oleh karena

pengendapan semen lebih banyak dibagian apikal dan bifurkasi.

Macam-macam semen

1. Semen primer adalah semen yang terdapat pada waktu erupsi

gigi.

2. Semen fisiologis adalah lapisan semen yang terbentuk karena

meningkatnya usia.

3. Semen patologis adalah semen yang terbentuk karena iritasi

obat-obatan pada perawatan endodontia, karena penyakit dan

sebagainya, misalnya: hipersementosis dan hipersementosis.

o Ginggiva

Ginggiva marginal / ginggiva tepi

Lebar marginal sekitar 1mm

Berwarna coral pink

Membentuk jaringan lunakdari sulcus ginggiva

Ginggiva cekat / attached ginggiva

Kelanjutan dari ginggiva marginal dan berhubungan dengan

mukosa alveolar

Lebarnya 1-9mm

Warnanya coral pink, konsistensi kenyal dan ada gambaran

stippling

Ginggiva interdental

Page 16: Laporan Tutorial Skenario 2

Menempati embrasur ginggiva yang merupakan diapikal

kontak gigi

o Tulang alveolar

Tulang ini berupa jaringan keras yang merupakan tempat gigi

tertanam. Tulang ini merupakan bagian dari tulang maksila dan

mandibula yang menyagga gigi. Bagian tulang ini berupa selapis

tipis tulang kompak yang membentuk soket dan mengelilingi

bagian akar gigi yang merupakan tempat tertanamnya ligamen

periodental. Bagian ini mempunyai banyak foramen yang halus

sebagai tempat pembuluh darah dan saraf (tempat inervasi dan

vaskularisasi) dari ligamen periodental.

o Membran Periodontal

Membran atau ligamen periodontal terletak di antara tualng alveolar

dan gigi yang turut menyokong gingiva pada leher gigi. Fungsinya tidak

hanya sebagai periosteum tulang alveolar, tetapi juga sebagai ligamen

penyangga gigi di dalam soketnya sehingga memungkinkan gigi bergerak

sedikit ke segala arah. Selama erupsi gigi berlangsung dan gigi mulai

berfungsi, serat periodontal atau ligamen periodontal menjadi makin

teratur susunannya dan semakin tebal.

3.1.2 Histologi pertumbuhan dan perkembangan gigi

TAHAP BUD STAGE, CUP STAGE, DAN BELL STAGE

1. Inisiasi (bud stage)

Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal,

merupakan gambaran morfologi pertama dari perkembangan gigi, akan

tetapi hal ini didahului suatu gejala dasar induktif. Tanda-tanda

Page 17: Laporan Tutorial Skenario 2

pertumbuhan ektomesenchym berasal dari neural crest menunjukkan

induksi primer dari odontogenesis. Jaringan odontogenik primer dapat

dibedakan dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia

sedini pada awal kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai

suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari stomodeum, dan

pada saat membrane oropharyngeal pecah. Penebalan epitel

berkembang sampai batas-batas inferior lateral dari tulang maksila dan

pada batas-batas superior lateral dari lengkung mandibula, dimana

kedua hubungan tersebut membentuk tepi lateral dari stomodeum.

Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira pada usia

perkembangan 35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang

frontonasal, menimbulkan empat daerah asli yang tepisah dari jarngan

odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal dari

lamina gigi dalam tulang frontonasal, dan gigi posterior atas berasal

dari tulang lateral rahang atas.

2. Tahap Proliferasi ( cap stage )

Proliferasi adalah gejala di mana proyeksi dari lamina gigi

meluas sampai ke dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan

membentuk primordial dari gigi primer.

Page 18: Laporan Tutorial Skenario 2

Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar

ukuranya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir atau vestibula

lamina berkembang hampir berdekatan dan bersama-sama lamina gigi.

Pita ini mengikuti pola pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan

lamina gigi kecuali apabila tempatnya lebih dekat dengan permukaan

wajah. Bentuk yang tidak umum dari lamina ini adalah sesudah

pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan lebar, sel-sel inti

pecah dan meninggalkan suatu ruangan yang besar dibatasi oleh

jaringan epitel. Ruangan ini membentuk vestibula dari mulut dan bibir,

dan sisa-sisa jaringan epitel membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada

perkembangan dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari

jaringan keras stomodeum. Jaringan mesoderm mendorong jaringan

epitel sehingga terbentuk topi (cap stage / clock form) bila terjadi

gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan kelainan dalam

jumlah gigi, misalnya anodontia dan hyperdontia.

3. Tahap Histodiferensiasi ( bell stage )

Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi (cap stage) ke

bentuk lonceng. Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri

(miotik) . Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer dan pada bagian dalam

dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng ini ditandai oleh

histodiferensiasi dan morfodiferensiasi.

Yang terlihat pada tahap ini adalah rangkaian perubahan bentuk

(metamorfosis) dan organ enamel yang khas untuk gigi susu dan tetap.

Ketika berubahnya bentuk kuntum yang dini dengan pembesaran dan

pembesaran ke dalam organ pada tahap topi atau cap, yang kemudian

menjadi organ bentuk organ yang besar. Peristiwa dasar dari

diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan berlanjut

sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Selama tahap

lonceng, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenchym

Page 19: Laporan Tutorial Skenario 2

dari jaringan pengikat di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi

terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial

dari gigi tetap.

Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan

mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari

organ enamel, sebuah rangkaian dari perubahansel menghasilkan 4

lapisan :

1. Epitel bagian luar dari organ enamel

2. Stellate reticulum

Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi

3. Stratum intermediare

4. Ameloblas.

4. Tahap Morfodiferensiasi

Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari gigi yang

akan datang dibentuk pada tahap morfidiferensiasi. Morfodiferensiasi

tidak mungkin terjadi tanpa tahap proliferasi. Tahap lonceng yang

berlanjut menandai tidak hanya histodiferensiasi yang aktif tetapi juga

suatu tahap penting morfodiferensiasi dari korona dengan menggaris

luarkan dentino enamel junction yang akan datang.

Page 20: Laporan Tutorial Skenario 2

Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan

mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari

pembiakan sel. Dalam penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontobla,

dan sementoblas mengendapkan enamel, dentin, dan semenetum serta

memberi bentuk dan ukuran yang khas pada gigi.

Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua

(lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian

putus sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal

membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi ( Saccus dentis ).

PERTUMBUHAN GIGI

Komponen gigi berasal dari mesoderm kecuali enamel yang berasal dari

ectoderm.

Proses pertumbuhan gigi

1. Dimulai sejak janin ± 5 minggu dimana tampak ektoderm dari mulut

yang berbentuk penebalan seperti tapal kuda pada rahang atas dan

rahang bawah, yang merupakan bentukan labiodental lamina.

Labiodental lamina ini bercabang yang sisi labial membentuk

vestibulum oris, sedang sisi lingual dinamakan lamina dentalis.

Pada lamina dentalis terbentuk 10 tonjolan tooth germ atau disebut

Bud stage atau enamel knot dari enamel organ yg merupakan bakal

gigi-gigi decidua.

Page 21: Laporan Tutorial Skenario 2

A. Dental Lamina

B. Mesenchymal, Neural Crest

2. Ketika janin berusia ± 10–12 minggu, disebelah lingual dari tooth

germ gigi decidua yang telah terbentuk diatas, dental lamina

membentuk tooth germ (bud stage) lagi untuk gigi permanen.

Gambar : Bud Stage

3. Dibawah bud stage jaringan mesenchime memadat membentuk

primordeum dari dental papila. Papilla ini bertumbuh & menyebabkan

invaginasi dari dasar tooth germ sehingga bentuknya berubah menyerupai

Page 22: Laporan Tutorial Skenario 2

topi (cap stage). Sampai disini tooth germ disebut sebagai enamel organ

dengan dental papilla dibawahnya.

3. Lebih lanjut diikuti pemadatan jaringan disekitar enamel organ. Bagian

yang memadat yang mengelilingi enamel organ disebut dental sac

(dental follicle) yang akan membentuk sementum & membran

periodontal.

Selanjutnya dental sac memutuskan hubungan dengan dental lamina

& merupakan tahapan bell stage lebih lanjut.

Gambar Bell stage :

A. Inner enamel epithelium;

B. Outer enamel epithelium;

C. Stellate reticulum;

D. Successional lamina;

E. Dental lamina;

F. Dental papilla;

G. Dental sac.

Page 23: Laporan Tutorial Skenario 2

5. Perkembangan enamel organ.

Sel-sel dalam enamel organ mengalami differensiasi sehingga bentuknya

seperti bintang & berhubungan satu dengan yang lainnya melalui tonjolan-

tonjolan sitoplasmanya.

Diantara sel-sel dipisahkan oleh cairan. Struktur ini disebut sebagai

stellate retikulum atau enamel pulp.

Di permukaan cembung dari enamel organ dilapisi oleh outer epitelium,

sedang pada yang menutupi dental pulp sel-sel nya berbentuk silindris

disebut inner epitelium enamel yang kemudian menjadi ameloblast.

Diatas ameloblast ada 2 atau beberapa lapis epitel kubis stratum

intermedium.

6. Sekitar minggu ke 20 terjadi apposition yaitu mulai dibentuk dentin.

Sabut-sabut retikuler dibentuk dalam pulpa dentin terutama pada

batasanya dengan ameloblast yang disebut sabut dari Korff. Sabut ini

bergabung dengan lamina basalis & menebal disebut membrana

primormativa.

Sel-sel mesenkim yang berada didekat membran primormativa tersebut

membesar & membentuk lapisan yang terdiri dari sel-sel silindris disebut

sel odontoblast.

Sabut-sabut Korff diantara odontoblast membesar & arahnya sejajar

dengan membrana primormativa. Disekitar sabut tersebut terbentuk bahan

dasar setengah padat.

Bahan dasar & kolagen ini disebut sebagai predentin. Predentin akan

mengalami pengapuran menjadi dentin.

Odontoblast membtk sabut kolagen & bhn dasar organiknya. Mula-mula

odontoblast melekat pada membran primormativa tetapi sewaktu

pembentukan dentin ia terus bertahan, terletak dipermukaan, tetapi

memanjangkan tonjolan sitoplasmanya dalam saluran kanalikuli

dentinalis.

Page 24: Laporan Tutorial Skenario 2

Tonjolan sitoplasma odontoblast didalam kanalikuli ini disebut dentinal

fibers atau Tome’s fibers.

7. Enamel akan terbentuk setelah selapis dentin terbentuk.

Segmen dari ameloblast yang dekat dentin tampak granuler, bagian ini

disbt Tome’s process.

Bagian ini yang mengeluarkan bahan organik yang merupakan matriks

enamel prismata/rod.

Bedanya dengan odonblast, ameloblast secara sinkron mundur dengan

membentuk matriks, sedang odontoblast tonjolan sitoplasmanya tetap

tinggal karena terkurung dalam dentin.

Pengendapan mineral terus berjalan tetapi selalu ada segmen pendek dekat

ameloblast yang tak mengapur. Bahan interprismatik juga mengapur.

Klasifikasi yang lengkap hanya terjadi sesudah prismata mencapai panjang

yang sepenuhnya. Sesudah enamel selesai dibentuk, ameloblast

membentuk primary enamel cuticle. Enamel organ sekarang hanya berupa

beberapa lapisan sel-sel kubis atau disebut reduced enamel epitelium.

Pada waktu erupsi dibentuk secondary enamel cuticle oleh reduced enamel

epithelium. Primary & secondary enamel epithelium keduanya membtk

membrane dari Nasmyth yang menutupi enamel, & akan menghilang

karena digunakan untuk mengunyah.

Reduced enamel epithelium pada waktu gigi erupsi bergabung dengan

epitel gingiva dan merupakan perlekatan antar gigi dan gingiva (attached

epithelial cuff).

3.1.3 Histologi pertumbuhan dan perkembangan jaringan periodontal

GAMBARAN HISTOLOGIK GINGIVA

Epitelium gingiva

1. Epitelium oral

2. Epitelium sulcular

3. Junction epitelium

Page 25: Laporan Tutorial Skenario 2

EPITELIUM ORAL

Menutupi puncak gingiva sampai dengan attached gingiva.

Epitelium oral yang normal terdiri dari epitelium squamoos berlapis yang

berkeratin atau parakeratin. Mayoritas sel oral epitelium adalah keratinosit

yang memiliki kemampuan memproduksi filament keratin sitoplasmik

(tonofilament). Keratin polipeptida , molekul sitoskeleton merupakan

bentuk yang kompleks dimana berat molekul dari 40 sampai 68 kDA dan

berfungsi memberikan kekuatan mekanik pada epitelium. Epitelium pada

gingiva marginal cekat, ketebalannya dan karakternya seragam. Bagian

epitel yang berbatasan dengan jaringan ikat di bawahnya berbentuk khas,

epitelium menjorok ke arah jaringan ikat dan membuat bentukan rete peg

yang menyerupai jari diantara tonjolan-tonjolan (papilla) jaringan ikat.

Epitelium berbatasan dengan jaringan ikat di bawahnya oleh suatu daerah

yang disebut lamina dura / basal membran. Tipe sel dari oral epitelium

adalah melanosit, sel langerhans dan sel merkel.

Sel melanosit adalah dendritik terletak pada lapisan basal, sel-sel

ini mensintesis melanin. Sel ini mengandung enzim tirosinase yang

menghidroksilasi tirosin menjadi dihidroksi fenilalanin yang kemudian

akan menjadi melanin. Sel langerhans juga sel dendritik banyak ditemui

diantara keratinosit yaitu pada supra basal. Mengandung granula yang

diduga sebagai makrofag yang memiliki sifat antigenic. Sedangkan sel

merkel tedapat pada lapisan epitel bagian dalam dan merupakan terminal

dari serabut saraf, berhubungan dengan sel lain oleh desmosom.

Epitelium oral berlapis-lapis dan berkeratin dibagi menjadi 4 lapisan :

a. Basal Layer (Stratum Basale atau Stratum Germinativum)

Selnya berbentuk kuboidal atau kolumnar sepanjang dasar

membrane. Di lapisan ini sel-sel dapat melakukan mitosis. Lebar

lapisan ini kurang lebih 1-2 µm mengandung karbohidrat

(glikoprotein). Sel epitelnya dikelilingi substansi ekstraseluler yang

juga mengandung protein polisakarida. Bila dilihat dengan

mikroskop elektron terdapat membran yang berbatasan dengan

Page 26: Laporan Tutorial Skenario 2

lamina lucida. Lamina lucida memiliki lebar kurang lebih 400Å.

Disebelahnya terdapat suatu ruangan tipis disebut lamina densa

disebut juga anchoring fibers dengan lebar kurang lebih 1µm,

berhubungan dengan jaringan ikat dibawahnya. Lamina densa terdiri

dari kolagen tipe IV.

b. Prickle Cell (Stratum Spinosum)

Lapisan ini terdiri dari 10-20 lapis selnya berbentuk polyhedral

dan nampak seperti tonjolan-tonjolan sitoplasmik. Tonjolan

sitoplasmik saling berhubungan dengan tonjolan sel-sel

disebelahnya. Sintesis keratin dimulai pada lapisan ini. Sel

langerhans juga ditemukan pada lapisan ini.

c. Granular Cell Layer (Stratum Granulosum)

Sel granulosum tampak datar, pada lapisan ini sintesis keratin

menjadi terus menerus oleh karena itu keratohyalin yangberkaitan

dengan pembentukan keratin tampak pada lapisan ini.

d. Keratinized Cell Layer (Stratum Corneum)

Lapisan ini paling luar. Sel-selnya berbentuk pipih, pada

sitoplasmanya tidak didapatnkan organel sel seperti nukleus,

mitokondria, retikulum endoplasma dan aparatus golgi.

EPITELIUM SULCULAR

Terletak di sepanjang sulkus gingiva dari batas coronal junctional

epitelium ke puncak margin gingiva. Epitelium ini tipis, tidak berkeratin,

tidak mengandung rete peg. Epitelium sulkular bertindak sebagai barier

anatomik dan merupakan pertahanan pertama bagi gingiva. Fungsi barier

dan epitelium sulkular ini karena letak selnya yang rapat, sehingga dapat

betrperan sebagai membran semipermeabel untuk mencegah

mikroorganisme dan produk-produknya sehingga tidak mudah tembus ke

jaringan yang lebih dalam. Epitelium sulkular diperbarui dengan cepat

kurang lebih 3-6 hari. Ini menunjukkan bahwa epitel mempunyai

kemampuan untuk repair dengan cepat.

Page 27: Laporan Tutorial Skenario 2

JUNCTIONAL EPITHELIUM

Pada keadaan sehat junctional epitelium terletak pada enamel dan

meluas ke pertautan semento-enamel. Terdiri dari squamous berlapis,

menyerupai pita dan tidak berkeratin. Junctional epitelium melekat pada

permukaan gigi oleh lamina basal seperti perlekatan epitel pada jaringan ikat

lain. Junctional epitelium paling tebal terletak di bagian koronal kurang

lebih 15-30 lapis.

Perbedaan yang nyata antara oral sulkular epitelium, oral epitelium

dan junctional epitelium adalah:

- Ukuran sel pada junctional epitelium relative lebih besar dibanding oral

epitelium.

- Space interseluler pada junctional epitelium relative lebih lebar

dibanding oral epitelium.

- Jumlah desmosom junctional epitelium lebih kecil dibanding oral

epitelium.

Jaringan Ikat Gingiva

Jaringan ikat gingiva disebut juga lamina propia. Lamina propia

terdiri dari 2 lapisan : (1) papillary layer merupakan lapisan yang letaknya

berbatasan dengan epitelium, tediri dari tonjolan-tonjolan antara rete peg

epitelial, (2) reticular layer, lapisan yang berbatasan dengan periosteum

dari tulang alveolar. Komponen jaringan adalah serabut kolagen (60%),

fibroblas (5%), pembuluh darah, saraf, limfatik, dan matrik atau substansi

dasar (35%).

GAMBARAN HISTOLOGIK LIGAMEN PERIODONTAL

Komponen utama ligamen periodontal adalah serabut terutama

serabut kolagen, yang tersusun dalam bundelan, memiliki arah atau

orientasi yang tertentu. Serabut-serabut yang ujungnya berinsersi pada

Page 28: Laporan Tutorial Skenario 2

sementum di satu sisi dan di sisi lain yang lain berinsersi pada tulang

disebut sebagai Sharpey. Serabut ligamen periodontal dikelompokkan

menjadi principal fiber:

o Serabut transeptal

Serabut ini membentang dari interproksimal. Alveolar crest tertanam

dalam sementum diantara gigi yang berdekatan. Serabut-serabut ini

dapat mengalami regenerasi bila mengalami kerusakan.

o Serabut Alveolar Crest

Serabut ini berjalan dari sementum pada leher gigi ke puncak tulang

alveolar. Fungsinya menyeimbangkan daya tolak ke koronal dari serabut

yang terletak lebih ke apikal sehingga mempertahankan gigi pada

soketnya dan menahan gigi ke lateral.

o Serabut Horizontal

Berjalan dari sementum ke puncak tulang alveolar dan membentang

dalam arah tegak lurus aksisi panjang gigi. Fungsinya hampi sama

dengan serabut alveolar crest.

o Serabut Oblik

Serabut ini berjalan dati tulang sedikit ke apikal untuk berinsersi

pada sementum sehingga dapat menahan gigi pada soketnya. Serabut ini

terbanyak pada ligamen periodontal. Fungsinya menahan tekanan

mastikasi dari arah vertical.

o Serabut Apikal

Serabut ini membentang dari sementum ke tulang alveolar pada

bagian apikal. Disini juga terdapat serabut interradikular yang terletak di

daerah furkasi dan trifurkasi. Bila gigi belum sempurna dibentuk serabut

ini tidak ada.

o Serabut Interadikuler

Serabut ini mencegah gigi tipping dan ekstruded.

Page 29: Laporan Tutorial Skenario 2

GAMBARAN HISTOLOGIK SEMENTUM

Gambaran mikroskopik sementum dibagi menjadi :

1. Sementum aselluler (extrinsic fiber cementum : AEFC)

Ditemukan pada koronal dan pertengahan akar gigi dan

mengandung Sharpey fibers. Tipe sementum ini melekat dan

berhubungan dengan gigi melalui alveolar bone proper. Selain

itu tipe sementum ini membentuk lapisan permukaan yang tipis,

homogen dan menutupi seluruh permukaan akar gigi mencapai

daratan oklusal.

2. Sementum selluler (mixed stratified cementum : CMSC)

Terbentuk pada sepertiga apikal gigi bifurkasi.

Cementum ini mengandung serabut ekstrinsik dan intrinsik.

3. Sementum sellular (intrinsic fiber cementum : CIFC)

Terjadi setelah gigi mencapai dataran oklusal dan

mengandung sel-sel (sementosit) yang terletak pada ruangan

lacuna dan berkomunikasi dengan sel lainnya.

GAMBARAN HISTOLOGIK TULANG ALVEOLAR

Terdapat 3 jenis sel yang biasanya dibicarakan dalam kaitannya

dengan histologik tulang yakni osteobals, osteosit, dan osteoklas. Asal

dan perkembangan dari sel-sel ini belum dapat dipastikan.

1. Osteoblas

Merupakan sel yang bertanggung jawab pada pembentukan

serabut-serabut kolagen dan substansi dasar yang menyusun

matriks organik tulang (osteosid). Penampakan sel-sel ini

bervariasi sejalan dengan aktivitasnya. Aktivitasnya berkaitan

dengan adanya osteogenesis.

2. Osteosit

Page 30: Laporan Tutorial Skenario 2

Merupakan osteoblas yang menjadi terjebak dalam matrik

tulang yang mengalami mineralisasi. Osteosit berhubungan dengan

osteosit yang lain melalui procesus sitoplasmiknya yang

membentuk sistem hubungan kanalikuli. Ketika matriks

mengalami mineralisasi, tiap-tiap osteosit menempati suatu lubang

kecil atau lakuna dalam tulang yang baru terbentuk. Osteosit

merupakan konstituen utama dari serabut kolagen, glycoprotein

dan proteoglycan. Tipe dari kolagen pada tulang alveolar adalah

tipe I tapi ada beberapa kolagen tipe III dan IV walaupun dalam

jumlah yang sedikit.

3. Osteoklas

Merupakan sel yang berinti banyak yang terlibat dalam proses

resorpsi tulang. Sel-sel ini terletak pada cekungan dangkal pada

permukaan tulang (cekungan ini disebut Howship’s lacunae).

Osteoklas merupakan sel yang besar mengandung banyak nukleus

(hingga 100 buah), banyak mengandung badan golgi dan

mitokondria.

3.2.1 Proses pergantian gigi sulung menjadi gigi tetap (erupsi)

Proses Erupsi

Erupsi gigi adalah proses bergeraknya gigi ke dalam rongga mulut

menembus tulang alveolar. Proses erupsi gigi adalah proses fisiologis

dimana gigi bergerak ke arah vertikal, mesial, bergerak miring dan rotasi.

Gerakan-gerakan ini merupakan tekanan (kekuatan) untuk mencapai posisi

gigi dan mempertahankan titik kontak dengan gigi tetangga. Erupsi dapat

dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase pra-erupsi, fase erupsi

prefungsional, dan fase erupsi fungsional. Fase pra-erupsi adalah periode

sejak dimulainya pembentukan gigi sampai mulai bergerak ke dalam

rongga mulut. Fase erupsi prefungsional meliputi periode perkembangan

akar sampai gigi menembus gingiva. Fase erupsi fungsional merupakan

fase setelah gigi berkontak dengan gigi antagonis dan gigi terus-menerus

Page 31: Laporan Tutorial Skenario 2

erupsi sesuai perubahan dinamis tubuh. Waktu erupsi gigi di rongga mulut

berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses .pembeniukannya lebih

awal akan bererupsi lebih dahulu dibandingkan dengan gigi yang

dibkmtuk sesudahnya. Waktu erupsi gigi dapat terjadi lebih cepat atau

lebih lambat dari rata-rata waktu erupsi gigi yang normal. Waktu erupsi

gigi dipengaruhi oleh banyak factor baik yang bersifat lokal maupun

sistemik.

Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan pertumbuhan

pulpa di dalamnya ketika foramen apikal masih terbuka lebar, cenderung

tekanan erupsi yang paling kecil. Deosisi sementum pada permukaan akar

akan menimbulkan sedikit gerak eruspsi bila akar sudah terbentuk

sempurna. Arah erupsi dari mahkota gigi akan dituntun oleh sisa

perlekatan folikel gigi terhadap eptelium mulut. Tekanan pada daerah

jaringan di sekitar akar-akar gigi dan perubahan vaskularisasimjaringan

periodontal, termanifestasi berupa tekanan eruptif.

Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktifitas matrik fungsional yang

berada diantara periodontal ligamen dan jaringan keras. Proliferasi

jaringan ikat dari periodontal ligamen atau penumpukan cairan jaringan

periodontal akan cenderung memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul

tekanan eruptif. Tahap-tahap erupsi gigi yang teratur menunjukkan bahwa

erupsi berada di bawah kontrol genetik. Terdapat variasi yang cukup besar

antara umur erupsi gigi, suatu peristiwa yang sangat mudah dipengaruhi

oleh nutrisi, hormon, dan penyakit.

Proses eksfoliasi

Eksfoliasi merupakan tanggalnya gigi sulung secara alami atau

periode geligi pergantian. Periode ini dimulai dengan erupsinya gigi molar

permanen pertama sebelah distal gigi molar dua sulung. Pada usia 6 tahun

keatas, gigi-gigi sulung akan mulai digantikan oleh gigi-gigi permanen.

Insisif, kaninus dan molar sulung akan digantikan oleh insisif, kaninus,

dan premolar tetap yang dinamakan sebagai successional teeth. Ditambah

dengan gigi molar permanen yang tumbuh di bagian posterior lengkung

Page 32: Laporan Tutorial Skenario 2

geligi sulung sebagai gigi tambahan dan dinamakan sebagai accessional

teeth.

Gigi-gigi sulung dengan gigi-gigi permanen penggatiannya

berbeda dalam ukurannya. Insisif dan kaninus permanen biasanya lebih

besar dsari pada gigi sulung yang digantikannya, sedangkan premolar

biasanya lebih kecil dari pada molar sulung yang digantikan.

Tahap- tahap perubahan gigi sulung dan gigi

permanen

Pada saat lahir, rahang mengandung mahkota 20 gigi

susu, yang baru terkalsifikasi sebagian disertai dengan

mulainya kalsifikasi molar pertama tetap. Erupsi gigi geligi

susu, dimulai pada usia 7 ½ bulan , berakhir sekitar 29

bulan. Erupsi gigi akan terhenti untuk selama 4 tahun .

pada umur 6 tahun, rahang mengandug lebih banyak gigi

dari pada di saat lain. 48 gigi berjejal-jejal antara orbit dan

rongga nasal dan mengisi tubh mandibla. Antara umur 6-8

tahun, kedelapan incisivus susu tanggal dan ke-12 gigi

tetap bererupsi. Setelah aktivitas yang ekstrim ini, akan

ada periode tenang selama 2 ½ tahun, sampai umur 10 ½

tahun, baru kemudian selama 18 bualn berikutnya, ke 12

gigi susu sisanya tanggal dan ke 16 gigi tetap bererupsi.

Periode 6 tahun dari gigi geligi campuran, dari 6-12

tahun, merupakan periode perkembangan gigi yang paling

rumit dan merupakan salah satu periode yang peling

mudah terserang maloklusi. Periode tenang yang lamanya

bervariasi (3-7 tahun) akan terjadi sebelum erupsi keempat

gigi molar ketiga, untuk menyempurnakan susunan gigi

geligi. Molar ketiga baru mulai terkalsifikasi pada umur 9

tahun dan bererupsi sejak umur 16 tahun ke atas, untuk

Page 33: Laporan Tutorial Skenario 2

menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan

dentofasial.

Keduabelas molar tetap berasal dari daerah yang

sama, pada empat kuadran rahang. Molar atas terbentuk

dalam tuberositas maksila, tiga pada tiap sisi dan ketiga

gigi molar bawah (tiap sisi) terbentuk dalam ramus

asenden mandibula. Molar pertma dan kedua bergeser ke

depandari daerah asal ke tulang alveolar maksila atau

mandibula, tempat gigi tersebut bererupsi untuk berkontak

dengan gigi antagonisnya.

b. Tahap erupsi gigi permanen

Pada saat erupsi gigi permanen melalui tiga tahap, yaitu:

Tahap 1: Berlangsung pada usia 6-8 tahun.Dan

berhubungan dengan pergantian gigi-gigi insisif sulung dan

penambahan keempat molar pertama permanen pada susunan gigi

geligi.

Tahap 2: Berlangsung ada usia 10-13 tahun. Pada tahap ini

terjadi pergantian molar sulung dan kaninus atas permanen, dan

penabahan gigi molar kedua permanen. Gigi premolar pertama

mengalami erupsi pertama kali. Gigi premolar kedua akan

bererupsi ke hubungan yang sama, waktu yang sama. Gigi kaninus

atas akan erupsi ke hubungan oklusi sehingga ujung tonjolannya

berada pada bidang vertikal yang sama dengan permukaan distal

kaninus bawah. Molar kedua akan erupsi ke oklusi sama seperti

molar pertama.

Tahap 3: Erupsi gigi molar ketiga terjadi pada usia 18-25

tahun. Gigi molar ketiga berkembang pada posisi yang sama

dengan molar kedua. Molar ketiga bawah memiliki jalur erupsi

lebih pendek dari molar ketiga atas.

Page 34: Laporan Tutorial Skenario 2

3.2.2Faktor yang memperngaruhi erupsi

Faktor tidak langsung

1. Faktor genetik.

Contohnya orang tua dengan kelainan skelatal (tulang rahang) dengan

rahang bawah ebih maju ke depan di banding rahang atas (cakil)

kemungkinan akan mempunyai anak dengan kondisi rahang yang serupa.

Faktor keturunan itu tidak bisa dicegah karena setiap orang tua pasti akan

mewariskan gen-gen (sifat menurun) kepada anak-anaknya.

2. Faktor kongenital ( gangguan pada janin)

Berbagai gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi keadaan janin

pada saat berada di dalam kandungan, misalnya mengkonsumsi obat-

obatan pada saat hamil, menderita trauma /penyakit tertentu dan kurang

gizi. Faktor kongenital ini harus menjadi perhatian bagi para calon orang

tua. Terutama bagi ibu hamil agar hati-hati dalam mengonsumsi obat-

obatan pada usia 8 - 14 minggu masa kehamilan. Sebab menurut para ahli

saat usia inilah terjadinya pembentukan rahang atas dan bawah.

3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin

Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh untuk

mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk ini adalah kelenjar

Page 35: Laporan Tutorial Skenario 2

pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada kelainan pada kelenjar-

kelenjar tersebut, maka dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan

perkembangan tubuh termasuk rahang dan gigi.

4. Penyakit

misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami hambatan

tumbuh kembang fisik (berat dan tinggi badan kurang) serta hambatan

pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah pendek sehingga

muka bagian atas tampak maju. Pertumbuhan vertikal juga terganggu

sehingga tampak divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak

proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua mata lebih lebar.

B. Faktor langsung

1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya

Pergeseran gigi di sebelahnya menyebabkan penyempitan ruang pada

lengkung gigi. Akibatnya, gigi permanen tidak memperoleh ruang cukup

dan akan tumbuh dengan susunan gigi berjejal

.2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.

lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan kosong sehingga

tampak celah antara gigi (diastema).

3. Gigi yang berlebih

gigi berlebih tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi

berjejal (crowding).

4. Tanggalnya gigi tetap

5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh

(persistens)gigi tetap muncul diluar lengkung rahang dan tampak berjejal.

Page 36: Laporan Tutorial Skenario 2

6. Bentuk gigi tetap tidak normal.

7. Kebiasaan-kebiasaan buruk, antara lain:

Bernapas lewat mulut,menghisap jari,proses penelanan yang salah,

minum susu dengan botol dot menjelang tidur,menggigit pensil atau

membuka jepit rambut dengan gigi, meletakkan lidah di antara gigi rahang

atas dan gigi rahang bawah dll

Beberapa kebiasaan sebagian normal dilakukan oleh bayi,misalnya

mengisap jari.namun jika hal ini berkelanjutan sampai dewasa dapat

menyebabkan ketdakteraturan gigi.

C. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan juga turut berperan dan saling berinteraksi seperti

mekanik, hormonal, nitrisi dan infeksi pada mesa prenatal.

3.3 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi

ANODONTIA, HYPODONTIA, OLIGODONTIA

Defenisi

Anodontia adalah suatu keadaan di mana semua benih gigi tidak

terbentuk sama sekali, dan merupakan suatu kelainan yang sangat jarang

terjadi. Anodontia dapat terjadi hanya pada periode gigi tetap/permanen,

walaupun semua gigi sulung terbentuk dalam jumlah yang lengkap.

Sedangkan bila yang tidak terbentuk hanya beberapa gigi saja, keadaan

tersebut disebut hypodontia atau oligodontia.

Page 37: Laporan Tutorial Skenario 2

Gambar 1. Anodontia

Penyebab

Anodontia dan hypodontia kadang ditemukan sebagai bagian dari

suatu sindroma, yaitu kelainan yang disertai dengan berbagai gejala yang

timbul secara bersamaan, misalnya pada sindroma Ectodermal dysplasia.

Hypodontia dapat timbul pada seseorang tanpa ada riwayat kelainan pada

generasi keluarga sebelumnya, tapi bisa juga merupakan kelainan yang

diturunkan.

Gejala

Anodontia ditandai dengan tidak terbentuknya semua gigi, dan

lebih sering mengenai gigi-gigi tetap dibandingkan gigi-gigi sulung. Pada

hypodontia, gigi-gigi yang paling sering tidak terbentuk adalah gigi

premolar dua rahang bawah, insisif dua rahang atas, dan premolar dua

rahang atas. Kelainan ini dapat terjadi hanya pada satu sisi rahang atau

keduanya.

Gambar 2. Hampir seluruh gigi tidak terbentuk

 

Page 38: Laporan Tutorial Skenario 2

Gambar 3. Hypodontia

Pemeriksaan

Diagnosa anodontia biasanya membutuhkan pemeriksaan

radiografik untuk memastikan memang semua benih gigi benar-benar

tidak terbentuk. Pada kasus hypodontia, pemeriksaan radiografik

panoramik berguna untuk melihat benih gigi mana saja yang tidak

terbentuk.

Perawatan

Lakukan konsultasi dengan dokter gigi sedini mungkin bila

terdapat kecurigaan terjadinya kelainan ini. Perawatan yang

biasanya diberikan oleh dokter gigi adalah pembuatan gigi tiruan.

Supernumerary Teeth

Defenisi

Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga

jumlah gigi yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal.

Page 39: Laporan Tutorial Skenario 2

Supernumerary teeth dapat menyebabkan susunan gigi-geligi yang terlalu

berjejal atau malah dapat menghambat pertumbuhan gigi sebelahnya.

Penyebab

Penyebab dari supernumerary teeth belum diketahui dengan pasti.

Kelainan ini dapat terjadi bila ada proliferasi sel yang berlebihan pada saat

pembentukan benih gigi, sehingga gigi yang terbentuk melebihi jumlah

yang normal. Pada beberapa kasus, kelainan ini dapat diturunkan dari

orang tua.

Selain itu, supernumerary teeth juga bisa merupakan bagian dari penyakit

atau sindroma tertentu, yaitu cleft lip and palate (sumbing pada bibir dan

langit-langit), Gardner’s syndrome, atau cleidocranial dysostosis. Pada

kelainan-kelainan tersebut, biasanya supernumerary teeth mengalami

impaksi (tidak dapat tumbuh di dalam rongga mulut).

Gambaran Klinis

Supernumerary teeth dapat memiliki bentuk yang sama atau

berbeda dengan gigi normal. Bila berbeda, bentuknya dapat konus (seperti

kerucut), tuberculate (memiliki banyak tonjol gigi), atau odontome

(bentuknya tidak beraturan).

Supernumerary teeth lebih sering terjadi pada rahang atas

dibandingkan rahang  bawah. Gigi berlebih ini juga dapat terbentuk di

berbagai bagian rahang, yaitu pada daerah gigi insisif depan atas (disebut

juga mesiodens), di sebelah gigi molar (disebut juga paramolars), di

bagian paling belakang dari gigi molar terakhir (disebut juga disto-

molars), atau di sebelah gigi premolar (disebut juga parapremolars).

Supernumerary teeth yang paling sering dijumpai adalah mesiodens.

Kelainan ini lebih sering terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi susu.

Page 40: Laporan Tutorial Skenario 2

Gambar 1. Supernumerary teeth pada bagian depan  rahang atas (mesiodens)

Gambar 2. Gigi-gigi yang berlebih pada bagian depan rahang bawah

Pemerikasaan

Biasanya dalam menentukan diagnosa perlu dilakukan

pemeriksaan radiografik dental atau panoramik untuk memastikan jumlah

gigi memang melebihi jumlah normal.

Gambar 3. Gambaran radiografik panoramik pada kasus supernumerary teet

Page 41: Laporan Tutorial Skenario 2

Perawatan

Diagnosa sedini mungkin dan perawatan yang tepat sangat

diperlukan untuk mencegah kelainan yang lebih parah. Perawatan yang

dilakukan oleh dokter gigi tergantung dari keparahan kasus. Biasanya

dilakukan tindakan pencabutan gigi yang berlebih atau hanya dilakukan

observasi bila ada pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Dilaserasi

Defenisi

Dilaserasi adalah kelainan bentuk pada gigi karena terjadinya

gangguan pada saat pembentukan gigi, sehingga gigi melengkung

membentuk kurva atau sudut pada bagian mahkota atau akar.

Penyebab

Kelainan ini bisa disebabkan karena adanya trauma selama

masa pembentukan gigi. Biasanya trauma terjadi pada gigi sulung

yang menyebabkan gigi tersebut terdorong dan terdesak masuk ke

dalam tulang. Gigi sulung yang terdorong tadi dapat mengenai

benih gigi permanen yang berada di bawahnya. Trauma ini

menyebabkan arah peletakan mineral (kalsifikasi) gigi permanen

berubah sehingga terbentuk gigi yang melengkung.

Gejala Klinis

Lengkungan dapat terbentuk di bagian mana saja sepanjang

gigi, kadang pada bagian leher gigi, kadang pada bagian tengah

akar, mungkin juga di persambungan mahkota dan akar, atau

malah hanya pada ujung akar saja, tergantung seberapa jauh

Page 42: Laporan Tutorial Skenario 2

pembentukan gigi telah berlangsung saat trauma terjadi.

Pemeriksaan

Untuk melihat adanya kelainan ini diperlukan pemeriksaan

radiografik.

Perawatan

Kadang gigi yang mengalami dilaserasi dapat mengalami

kesulitan untuk tumbuh ke posisi yang normal dalam rongga mulut

sehingga harus dilakukan pencabutan.

Kelainan dan Gangguan pada Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

dan Jaringan Rongga Mulut Pendukung Gigi

1. Gemination (Geminasi)

Bentuk mahkota lebih besar dari normal,biasanya disebabkan oleh

perkembangan 2 mahkota dari satu benih gigi.

Page 43: Laporan Tutorial Skenario 2

2. Concrescence

Persatuan akar-akar gigi dari dua atau lebih gigi normal yang disebabkan

oleh pertemuan dari permukaan sementum dari akar-akar gigi tsb.

3. Fusion (Fusi)

Penggabungan dua bakal gigi yang sedang berkembang, menghasilkan

satu bentuk gigi yang besar. Dapat mengenai seluruh panjang gigi atau

hanya akar saja, dimana sementum dan dentin saja yang terhubung,

saluran akar dapat terpisah atau tidak.

Page 44: Laporan Tutorial Skenario 2

Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua

buah gigi yang berdekatan.Diastema ini merupakan suatu

ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan lengkung rahang. Bisa

terletak di anterior ataupun di posterior, bahkan bisa mengenai

seluruh rahang.Diastema sentral rahang atas adalah ruang yang

terdapat diantara gigi insisif sentral rahangAtas.

Diastema sentral rahang atas, merupakan suatu maloklusi

yang sering muncul dengan ciri khas yaitu berupa celah yang

terdapat diantara insisif sentral rahang atas. Seringkali diastema ini

menyebabkan gangguan estetik bagi sebagian orang, terutama

diastema yang terdapat di anterior, sementera bagi sebagian orang,

diastema ini dianggap sebagai suatu ciri khas dari orang tersebut

dan bukan merupakan gangguan bagi penampilan estetiknya. Oleh

karena bagi sebagian orang diastema sentral ini merupakan suatu

gangguan estetik terhadap penampilannya, maka banyak orang

yang mencari dan meminta pertolongan dari dokter gigi untuk

mengkoreksi kelainan tersebut. Dengan telah dikoreksinya kelainan

tersebut, mereka berharap akan lebih menambah baik

penampilannya dan akan meningkatkan rasa percaya dirinya.

Diastema sentral yang terjadi pada rahang atas bisa

disebabkan oleh :

Ukuran gigi insisif lateral kecil.

Rotasi dari gigi insisif.

Perlekatan frenulum yang abnormal.

Gigi sepernumerer di median line.

Kehilangan gigi insisif lateral secara kongenital.

Diastema pada saat pertumbuhan normal

Page 45: Laporan Tutorial Skenario 2

Penutupan median line yang tidak sempurna

Namun pada kasus ini adalah diatema sentral pada saat

pertumbuhan normal. Diastema pada saat pertumbuhan normal

Pada saat insisif sentral permanen rahang atas erupsi biasanya

selalu terdapat ruangan diantaranya. Ruangan ini biasanya berkisar

antara 2 mm (berkisar antara usia 6–10 tahun) dan akan berkurang

pada saat erupsi gigi insisif lateral pemanen dan menutup dengan

sendirinya pada saat erupsi gigi kaninus permanen. Hal ini terjadi

karena posisi dari gigi kaninus permanen yang belum erupsi sering

terletak di superior dan distal dari akar gigi insisif lateral, yang

kemudian menekan akar-akar gigi insisif sentral dan lateral

bergerak ke arah midline, sementara mahkotanya menyebar ke

arah distal. Periode ini merupakan periode yang tidak estetik dan

disebut dengan istilah ugly duckling stage of eruption.

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Anatomi gigi terdiri dari jaringan lunak dan jaringan keras. Jaringan lunak

contohnya adalah jaringan pulpa dan ginggiva. Sedangkan jaringan keras

contohnya adalah email dan sementum dentin.

Tahap pertumbuhan gigi terdiri dari tahan inisiasi, proliferasi,

histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Awal tahapan ini dimulai ketika janin

berusia 5 minggu.

Erupsi merupakan suatu proses dimana pergerakan gigi ke arah rongga

mulut yang dimulai ketika gigi masih di dalam tulang rahang. Pergantian gigi

sulung menjadi gigi permanen atau yang biasa disebut masa geligi pergantian

biasanya dimulai pada usia 6 tahun.

Page 46: Laporan Tutorial Skenario 2

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor. Sehingga apabila terjadi gangguan akan menimbulkan berbagai macam

kelainan.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Itjiningsih.1991.Anatomi Gigi.Jakarta:EGC

Kamus Kedokteran Dorland Edisi 26. Jakarta: EGC

Leeson,C.Roland,Thomas S.Leeson and Anthony A.Paparo.1996.Buku ajar

histology.Jakarta:EGC

Sadler,T.W.2000.Embriologi Kedokteran Langman.Jakarta:EGC

Sperber,G.H.1991.Embriologi Craniofasial.Jakarta:Hipokrates

Page 47: Laporan Tutorial Skenario 2