Laporan Tutorial Skenario 2
-
Upload
silvia-dona -
Category
Documents
-
view
267 -
download
3
Transcript of Laporan Tutorial Skenario 2
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI
DAN JARINGAN RONGGA MULUT
LAPORAN TUTORIAL
Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem
Stomatognati pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Disusun oleh :
Kelompok Tutorial V
Pembimbing : drg. Hj. Herniyati, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2010
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Ketua : Syifa’ Shibghoh I. (091610101040)
Scriber Meja : Ratih Sisca P. (091610101081)
Scriber Papan : Weny Andriyani (091610101050)
Anggota :
1. Larasati Shintaningrum (091610101006)
2. Riclas Yusuf P. (091610101015)
3. Rizqi Nuha Aliyah (091610101019)
4. Erma Yasinta (091610101029)
5. Dzanuar Rahmawan (091610101058)
6. Vina M. Nisa’ (091610101060)
7. Malahatul Wardah (091610101068)
8. Bagus Dwi Nugroho (091610101083)
9. Novera Dwi I. (091610101092)
10. Tiara Septi (091610101102)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya
sehingga kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial
yang berjudul “Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi dan Jaringan Rongga
Mulut”. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk
lebih mendalami materi tentang tumbuh kembang gigi dan jaringan rongga mulut
pendukung gigi pada manusia. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. drg. Hj. Herniyati, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan untuk
lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.
2. Teman-teman Kelompok Tutorial V yang telah berperan aktif dalam
pembuatan laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon
maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami
juga berharap laporan tutorial yang telah kami buat ini dapat bermanfaat untuk
pendalaman pada blok Stomatognati ini.
Jember, Februari 2010
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak
terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan
ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini
dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari
neural plate.
Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental lamina”
yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal
dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental lamina ini
tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan
perkembangan dari primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary
arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri
pada laju yang lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10
tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap
rahang, yang merupakan calon benih gigi susu.
Apabila terjadi beberapa gangguan pada proses pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi, akan
mengalami sejumlah kelainan yang akan mengakibatkan proses pertumbuhan
dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi terganggu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan rongga mulut
pendukung gigi ?
2. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan
rongga mulut pendukung gigi?
3. Apa saja yang termasuk gangguan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan rongga
mulut pendukung gigi ?
2. Mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan perkembangan gigi
dan jaringan rongga mulut pendukung gigi?
3. Mengetahui apa saja yang termasuk gangguan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut
pendukung gigi ?
1.4 Mapping
Anak usia 7 tahun
Giginya renggang-renggang
Pemeriksaan klinis Pemeriksaan rontgen
Masa geligi pergantian Diastema
Masa geligi normal
Benih gigi permanen lengkap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan histologi gigi dan jaringan pendukung gigi
Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini
tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari
lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim.
Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di
sepanjang sisi lateral dari neural plate.
Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental
lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi
tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental
lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya.
Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10
tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari
dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang
lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk
pada dental lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi
susu.
Pembentukan dental lamina, dental papila dan enemel organ:
1. Proses primary ephitelial thicketing
Proses pembentukan prinmary ephitelial thicketing dimulai
pada minggu keenam intra uterin. Tahap awal ditandai dengan
terjadinya proliferasi oral epitelium ke arah ektomesenkim, kemudian
di bawahnya membentuk primary epitelial thicketing. Lapisan ini akan
menghasilkan tunas gigi (tooth bud). Gambar di bawah ini
menunjukkan tahap awal perkembangan gigi.
2. Tahap bud stage, cup stage dan bell stage
Bud stage
Tahap bud stage terjadi pada minggu ke 7, bud stage turunan
dari ectoderm dari lengkung brankian pertama dan ektoektomesenkim
dari neural crest. Sel-sel tertentu Membentuk 3 bagian yakni enamel
organ, dental papilla dan dental follikel. Dibawah enamel organ
terdapat kondensasi ektomesenkim yang berkembang menjadi dental
papilla dan folikel. Dental papila akan menjadi pulpa dan dentin.
Enamel organ, dental papila, folikel akan membantuk benih gigi.
Cup stage
Invaginasi papilary surface enamel organ membentuk cekungan
diatas dental papila. Cup stage terjadi pada minggu ke 9. Sel-sel pada
daerah tepi berkembang lebih cepat ke arah bawah sehingga berbentuk
seperti topi. Sel-sel di bagian luar yang meliputi bagian cembung
berbentuk kubus dan disebut outer enamel epithelium (OEE). Lapisan
sel pada bagian dalam atau bagian cekung disebut inner enamel
epithelium (IEE). Cairan antar sel yang terdapat diantara outer enamel
epithelium dan inner enamel epithelium bertambah banyak sehingga
memisahkan sel-sel pada daerah tersebut. Sel-sel yang berhubungan
melalui cabang-cabang sel sehinggan memberi ganbaran seperti gala
yang disebut stellate retikulum. Rongga diantara ini terisi oleh cairan
kental yang kaya akan albumin, sehingga konsistensi stelate retikulum
seperti karet busa yang kemudian berguna sebagai penyangga dan
pelindung bagi sel-sel pembantuk email.
Bell stage
Papila dentis mendesak tepi-tepi organa email ke bawah dan
menyebabakan bentuk organa email tampak seperti bel, sehingga tahap
ini disebut bell stage. Pada tahap ini, hubungan lamina dentis dengan
rongga mulut terputus. Bagian-bagian tepi organa email terus
bermigrasi ke dalam sehingga bentuk organa email tampak seperti bel.
Sel epitel dalam berdiferensiasi menjadi torak disebut ameloblas. Di
antara lapisan epitel email dalam dengan stelate retikulum disebut
stratum intermedium.Sel-sel epitel email luar kini bentuknya menjadi
gepeng. Sementara itu lamina dentis berkembang terus ke dalam
membentuk benih gigi tetap. Sel mesenkhim pada tepi papila dentis
berdiferensiasi menjadi odontoblas. Bentuknya mula-mula kubus
menjadi torak. Membran basalis yang emisahkan organ email dengan
papila dentis sebelum pembentukan dentin disebut prevormativa.
Dengan perkembanan akar, serat-serat ini akan berdiferensiasi menjadi
serat-serat periodontium. Pada tahap bell yang lanjut, batas antara epitel
email dalam dengan odotoblas merupakan calon hubungan dentin
email.
2.2 Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap (erupsi)
Proses Erupsi
Erupsi gigi adalah proses bergeraknya gigi ke dalam rongga mulut
menembus tulang alveolar. Proses erupsi gigi adalah proses fisiologis
dimana gigi bergerak ke arah vertikal, mesial, bergerak miring dan rotasi.
Gerakan-gerakan ini merupakan tekanan (kekuatan) untuk mencapai posisi
gigi dan mempertahankan titik kontak dengan gigi tetangga. Erupsi dapat
dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase pra-erupsi, fase erupsi
prefungsional, dan fase erupsi fungsional. Fase pra-erupsi adalah periode
sejak dimulainya pembentukan gigi sampai mulai bergerak ke dalam
rongga mulut. Fase erupsi prefungsional meliputi periode perkembangan
akar sampai gigi menembus gingiva. Fase erupsi fungsional merupakan
fase setelah gigi berkontak dengan gigi antagonis dan gigi terus-menerus
erupsi sesuai perubahan dinamis tubuh. Waktu erupsi gigi di rongga mulut
berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses .pembeniukannya lebih
awal akan bererupsi lebih dahulu dibandingkan dengan gigi yang
dibkmtuk sesudahnya. Waktu erupsi gigi dapat terjadi lebih cepat atau
lebih lambat dari rata-rata waktu erupsi gigi yang normal. Waktu erupsi
gigi dipengaruhi oleh banyak factor baik yang bersifat lokal maupun
sistemik.
Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan pertumbuhan
pulpa di dalamnya ketika foramen apikal masih terbuka lebar, cenderung
tekanan erupsi yang paling kecil. Deosisi sementum pada permukaan akar
akan menimbulkan sedikit gerak eruspsi bila akar sudah terbentuk
sempurna. Arah erupsi dari mahkota gigi akan dituntun oleh sisa
perlekatan folikel gigi terhadap eptelium mulut. Tekanan pada daerah
jaringan di sekitar akar-akar gigi dan perubahan vaskularisasimjaringan
periodontal, termanifestasi berupa tekanan eruptif.
Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktifitas matrik fungsional yang
berada diantara periodontal ligamen dan jaringan keras. Proliferasi
jaringan ikat dari periodontal ligamen atau penumpukan cairan jaringan
periodontal akan cenderung memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul
tekanan eruptif. Tahap-tahap erupsi gigi yang teratur menunjukkan bahwa
erupsi berada di bawah kontrol genetik. Terdapat variasi yang cukup besar
antara umur erupsi gigi, suatu peristiwa yang sangat mudah dipengaruhi
oleh nutrisi, hormon, dan penyakit.
2.3 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi
1. Kelainan akibat kegagalan migrasi neuro crest
Kegagalan neural crest bermigrasi dapat diartikan sebagai kelainan
neural crest. Padahal gigi-gigi berasal dari lapisan benih primer,
ektodermal, dan mesodermal yang juga dipengaruhi oleh neural crest.
Kelainan neural crest dapat menimbulkan anodonsia (tidak adanya gigi).
Tidak adanya gigi (anodonsia) dapat menyeluruh atau yang lebih sering
lagi sebagian mengenai gigi-gigi tertentu, serta dapat mengikuti pola
herediter, atau merupakan bagian dari suatu sindrom misalnya ektodermal
diplasia. Beberapa tipe gigi, misalnya molar ketiga tidak ada (kongenital).
Kelainan bentuk gigi sangat bervariasi.
Perkembangan komplek kraniofasial merupakan bagian dari semua
populasisel di atas. Penyimpangan salah satu populasi ini dari
perkembangan normal dan timbulnya rongga akan memberi akibat yang
buruk, termasuk timbulnya kelompok kelinan yang disebut sindrom
neurokristopati.
2. Kelainan akibat gangguan selama amelogenesis, dentinogenesis dan
sementogenesis
Gangguan amelogenesis
Hipoplasia dan hipomineralisasi yang disebabkan faktor sistemik
Sampai saat kelahiran semua gigi sulung terlindung dari semua gangguan
sistemik yang paling parah, oleh karena itu email prenatal biasanya
mempunyai struktur yang homogen. Kelainan pada email postnatal
biasanya dihubungkan dengan kelainan sistemik pada waktu kelahiran atau
selama perkembangan postnatal. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
amelogenesis imperfekta (genetis), kelainan metabolisme. gangguan
selama amelogenesis dapat menyebabkan cacat enamel. Hal ini disebabkan
dari gangguan autosomal dominan genetik atau hipoplasia atau
hipomineralisasi sporadik karena lingkungan dari jaringan keras. Gigi
sangat sensitif terhadap kekurangan vitamin tertentu dan hormon, terhadap
gangguan metabolik, inveksi bakteri dan virus. Kekurangan ii mendorong
timbulnys lesi pada jaringan keras yang sifatnya menetap.
gangguan dentinogenesis
Akibat yang ditimbulkan dari adanya gangguan ini sama dengan
adanya gangguan selama amelogenesis. Cacat enamel merupakan
pencerminan dari gangguan autosomal dominan genetik.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Anatomi dan histologi pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
jaringan rongga mulut pendukung gigi
3.1.1 Anatomi gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi
ODONTOGENESIS
Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini
tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari
lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim.
Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di
sepanjang sisi lateral dari neural plate.
Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental
lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi
tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental
lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya.
Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10
tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari
dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang
lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk
pada dental lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi
susu.
o Email
Email adalah jaringan keras yang melapisi mahkota gigi yang
terbentuk dari sel-sel ameloblas. Enamel berasal dari jaringan
ektoderm yang hanya dapat terbentuk di daerah mahkota dan
penuh dengan garam-garam Ca. Enamel merupakan jaringan
terkeras dari tubuh yang juga sangat peka terhadap rangsangan.
Proses ameloblast didahului dentinogenesis. Enamel dapat
berpoliferasi dengan mitokondria dan retikulum endoplasma.
Antara email dan dentin membentuk dentino cemento junction.
Email tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-
bagian yang rusak , oleh karena itu begitu gigi erupsi maka
terlepaslah ia dari jaringan-jaringan lainnya yang ada di dalam
gusi/rahang. Akan tetapi ada hal-hal lain yang dapat memperkuat
dirinya yaitu begitu erupsi, lalu terjadi perubahan-perubahan
susunan kimia pada dirinya sehingga email akan lebih kuat
menghadapi rangsangan-rangsangan yang diterimanya.
Jadi bila email rusak sekali saja rusak harus ditambal karena ia
tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan bagian-bagian
yang rusak.
o Dentin
Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan merupakan
jaringan yang telah mengalami kalsifikasi sama seperti tulang,
tetapi lebih keras karena kadar garam kalsiumnya lebih besar 80%
dalam bentuk hidroksi apatit. Di dalam dentin terdapat odontoblas
yang berasal dari mesenkim yang mensintesis glikosaminoglikans.
Sel pada puncaknya yang menghadap dentin membentuk cell web
dengan junctional complex dan tonjolan sitoplasma. Di dalam
dentin terdapat saluran-saluran kecil yang disebut sebagai tubulus
dentin. Dentin muda yang baru terbentuk merupakan suatu lapisan
yang berhubungan dengan pangkal tonjolan odontoblas dan disebut
sebagai predentin. Di dalam dentin juga terdapat daerah-daerah
kecil yang disebut ruang interglobular, yang hanya sebagian atau
tidak sama sekali mengalami pengapuran. Pembentukan dentin
bersifat siklis dan tidak teratur. Dentin peka terhadap rasa raba,
panas, dingin dan konsentrasi ion hidrogen. Terdapat beberapa
macam dentin yaitu :
1. Transparan dentin :
Dentin yang warnanya transparan dan terdapat di sekeliling
daerah yang belum mengalami invasi bakteri. Terdapat
disekeliling zona yang mengalami dekalsifikasi atau
pengurangan dalam pembentukan garam Ca. Zona ini
meluas dari tepi ke tepi sekitar karies gigi. Tubula dentin
dari zona transparan berisi bahan-bahan granulasi yang tak
terdapat pada dentin biasa atau dentin yang mati.
2. Nuvo dentin :
Dentin yang baru di bawah transparan dentin.
3. Sekunder dentin :
Dentin yang terbentuk pada dinding sebelah dalam dari
rongga pulpa.
o Pulpa
Pulpa adalah jaringan lunak dari gigi, bentuk luar pulpa seperti
membentuk mahkota. Pulpa gigi ini akan membentuk dentin.
Bentuk garis luar pada saluran pulpa mengikuti bentuk akar gigi.
Bagian-bagian pada pulapa terdiri dari:
1. Rongga pulpa : terdapat pada bagian korona gigi
2. Tanduk pulpa : ujung dari ruang pulpa
3. Saluran pulpa / saluran akar : dimana rongga pulpa terdapat
pada bagian akar gigi
4. Foramen apikal : ujung dari saluran pulpa (apeks)
5. Suplementari canal : mempunyai 2 atau lebih cabang atau
yang lebih dekat dengan cabang apikalnya.
6. Orifice : pintu masuk saluran akar gigi
o Sementum
Sementum menutupi dentin akar gigi mulai dari leher sampai ujung
bawahnya, dan berfungsi untuk mengikat gigi pada membran
periodontal. Sementum seperti tulang, merupakan jaringan labil
yang bereaksi terhadap stress dan dalam keadaan tertentu dapat
mengalami resorpsi dan hiperplasi. Sementum memberi nutrisi
pada gigi.
Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau pembentukan
kembali tetapi mengalami apposisi atau makin tua umur makin
tebal lapisan semen, pembentukan semen ini berjalan dari arah
selaput periodontal sebagai lapisan. Menurut Gottlieb,
pengendapan semen terjadi terus mnerus selama hidup dan ini
berhubungan dengan terjadinya pertumbuhan gigi.
Dalam pertumbuhan gigi yang fisiologis, lebar dari ruang
periodontal dipertahankan di semua bagian oleh karena
pengendapan semen lebih banyak dibagian apikal dan bifurkasi.
Macam-macam semen
1. Semen primer adalah semen yang terdapat pada waktu erupsi
gigi.
2. Semen fisiologis adalah lapisan semen yang terbentuk karena
meningkatnya usia.
3. Semen patologis adalah semen yang terbentuk karena iritasi
obat-obatan pada perawatan endodontia, karena penyakit dan
sebagainya, misalnya: hipersementosis dan hipersementosis.
o Ginggiva
Ginggiva marginal / ginggiva tepi
Lebar marginal sekitar 1mm
Berwarna coral pink
Membentuk jaringan lunakdari sulcus ginggiva
Ginggiva cekat / attached ginggiva
Kelanjutan dari ginggiva marginal dan berhubungan dengan
mukosa alveolar
Lebarnya 1-9mm
Warnanya coral pink, konsistensi kenyal dan ada gambaran
stippling
Ginggiva interdental
Menempati embrasur ginggiva yang merupakan diapikal
kontak gigi
o Tulang alveolar
Tulang ini berupa jaringan keras yang merupakan tempat gigi
tertanam. Tulang ini merupakan bagian dari tulang maksila dan
mandibula yang menyagga gigi. Bagian tulang ini berupa selapis
tipis tulang kompak yang membentuk soket dan mengelilingi
bagian akar gigi yang merupakan tempat tertanamnya ligamen
periodental. Bagian ini mempunyai banyak foramen yang halus
sebagai tempat pembuluh darah dan saraf (tempat inervasi dan
vaskularisasi) dari ligamen periodental.
o Membran Periodontal
Membran atau ligamen periodontal terletak di antara tualng alveolar
dan gigi yang turut menyokong gingiva pada leher gigi. Fungsinya tidak
hanya sebagai periosteum tulang alveolar, tetapi juga sebagai ligamen
penyangga gigi di dalam soketnya sehingga memungkinkan gigi bergerak
sedikit ke segala arah. Selama erupsi gigi berlangsung dan gigi mulai
berfungsi, serat periodontal atau ligamen periodontal menjadi makin
teratur susunannya dan semakin tebal.
3.1.2 Histologi pertumbuhan dan perkembangan gigi
TAHAP BUD STAGE, CUP STAGE, DAN BELL STAGE
1. Inisiasi (bud stage)
Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal,
merupakan gambaran morfologi pertama dari perkembangan gigi, akan
tetapi hal ini didahului suatu gejala dasar induktif. Tanda-tanda
pertumbuhan ektomesenchym berasal dari neural crest menunjukkan
induksi primer dari odontogenesis. Jaringan odontogenik primer dapat
dibedakan dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia
sedini pada awal kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai
suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari stomodeum, dan
pada saat membrane oropharyngeal pecah. Penebalan epitel
berkembang sampai batas-batas inferior lateral dari tulang maksila dan
pada batas-batas superior lateral dari lengkung mandibula, dimana
kedua hubungan tersebut membentuk tepi lateral dari stomodeum.
Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira pada usia
perkembangan 35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang
frontonasal, menimbulkan empat daerah asli yang tepisah dari jarngan
odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal dari
lamina gigi dalam tulang frontonasal, dan gigi posterior atas berasal
dari tulang lateral rahang atas.
2. Tahap Proliferasi ( cap stage )
Proliferasi adalah gejala di mana proyeksi dari lamina gigi
meluas sampai ke dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan
membentuk primordial dari gigi primer.
Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar
ukuranya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir atau vestibula
lamina berkembang hampir berdekatan dan bersama-sama lamina gigi.
Pita ini mengikuti pola pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan
lamina gigi kecuali apabila tempatnya lebih dekat dengan permukaan
wajah. Bentuk yang tidak umum dari lamina ini adalah sesudah
pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan lebar, sel-sel inti
pecah dan meninggalkan suatu ruangan yang besar dibatasi oleh
jaringan epitel. Ruangan ini membentuk vestibula dari mulut dan bibir,
dan sisa-sisa jaringan epitel membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada
perkembangan dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari
jaringan keras stomodeum. Jaringan mesoderm mendorong jaringan
epitel sehingga terbentuk topi (cap stage / clock form) bila terjadi
gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan kelainan dalam
jumlah gigi, misalnya anodontia dan hyperdontia.
3. Tahap Histodiferensiasi ( bell stage )
Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi (cap stage) ke
bentuk lonceng. Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri
(miotik) . Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer dan pada bagian dalam
dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng ini ditandai oleh
histodiferensiasi dan morfodiferensiasi.
Yang terlihat pada tahap ini adalah rangkaian perubahan bentuk
(metamorfosis) dan organ enamel yang khas untuk gigi susu dan tetap.
Ketika berubahnya bentuk kuntum yang dini dengan pembesaran dan
pembesaran ke dalam organ pada tahap topi atau cap, yang kemudian
menjadi organ bentuk organ yang besar. Peristiwa dasar dari
diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan berlanjut
sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Selama tahap
lonceng, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenchym
dari jaringan pengikat di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi
terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial
dari gigi tetap.
Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan
mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari
organ enamel, sebuah rangkaian dari perubahansel menghasilkan 4
lapisan :
1. Epitel bagian luar dari organ enamel
2. Stellate reticulum
Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi
3. Stratum intermediare
4. Ameloblas.
4. Tahap Morfodiferensiasi
Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari gigi yang
akan datang dibentuk pada tahap morfidiferensiasi. Morfodiferensiasi
tidak mungkin terjadi tanpa tahap proliferasi. Tahap lonceng yang
berlanjut menandai tidak hanya histodiferensiasi yang aktif tetapi juga
suatu tahap penting morfodiferensiasi dari korona dengan menggaris
luarkan dentino enamel junction yang akan datang.
Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan
mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari
pembiakan sel. Dalam penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontobla,
dan sementoblas mengendapkan enamel, dentin, dan semenetum serta
memberi bentuk dan ukuran yang khas pada gigi.
Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua
(lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian
putus sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal
membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi ( Saccus dentis ).
PERTUMBUHAN GIGI
Komponen gigi berasal dari mesoderm kecuali enamel yang berasal dari
ectoderm.
Proses pertumbuhan gigi
1. Dimulai sejak janin ± 5 minggu dimana tampak ektoderm dari mulut
yang berbentuk penebalan seperti tapal kuda pada rahang atas dan
rahang bawah, yang merupakan bentukan labiodental lamina.
Labiodental lamina ini bercabang yang sisi labial membentuk
vestibulum oris, sedang sisi lingual dinamakan lamina dentalis.
Pada lamina dentalis terbentuk 10 tonjolan tooth germ atau disebut
Bud stage atau enamel knot dari enamel organ yg merupakan bakal
gigi-gigi decidua.
A. Dental Lamina
B. Mesenchymal, Neural Crest
2. Ketika janin berusia ± 10–12 minggu, disebelah lingual dari tooth
germ gigi decidua yang telah terbentuk diatas, dental lamina
membentuk tooth germ (bud stage) lagi untuk gigi permanen.
Gambar : Bud Stage
3. Dibawah bud stage jaringan mesenchime memadat membentuk
primordeum dari dental papila. Papilla ini bertumbuh & menyebabkan
invaginasi dari dasar tooth germ sehingga bentuknya berubah menyerupai
topi (cap stage). Sampai disini tooth germ disebut sebagai enamel organ
dengan dental papilla dibawahnya.
3. Lebih lanjut diikuti pemadatan jaringan disekitar enamel organ. Bagian
yang memadat yang mengelilingi enamel organ disebut dental sac
(dental follicle) yang akan membentuk sementum & membran
periodontal.
Selanjutnya dental sac memutuskan hubungan dengan dental lamina
& merupakan tahapan bell stage lebih lanjut.
Gambar Bell stage :
A. Inner enamel epithelium;
B. Outer enamel epithelium;
C. Stellate reticulum;
D. Successional lamina;
E. Dental lamina;
F. Dental papilla;
G. Dental sac.
5. Perkembangan enamel organ.
Sel-sel dalam enamel organ mengalami differensiasi sehingga bentuknya
seperti bintang & berhubungan satu dengan yang lainnya melalui tonjolan-
tonjolan sitoplasmanya.
Diantara sel-sel dipisahkan oleh cairan. Struktur ini disebut sebagai
stellate retikulum atau enamel pulp.
Di permukaan cembung dari enamel organ dilapisi oleh outer epitelium,
sedang pada yang menutupi dental pulp sel-sel nya berbentuk silindris
disebut inner epitelium enamel yang kemudian menjadi ameloblast.
Diatas ameloblast ada 2 atau beberapa lapis epitel kubis stratum
intermedium.
6. Sekitar minggu ke 20 terjadi apposition yaitu mulai dibentuk dentin.
Sabut-sabut retikuler dibentuk dalam pulpa dentin terutama pada
batasanya dengan ameloblast yang disebut sabut dari Korff. Sabut ini
bergabung dengan lamina basalis & menebal disebut membrana
primormativa.
Sel-sel mesenkim yang berada didekat membran primormativa tersebut
membesar & membentuk lapisan yang terdiri dari sel-sel silindris disebut
sel odontoblast.
Sabut-sabut Korff diantara odontoblast membesar & arahnya sejajar
dengan membrana primormativa. Disekitar sabut tersebut terbentuk bahan
dasar setengah padat.
Bahan dasar & kolagen ini disebut sebagai predentin. Predentin akan
mengalami pengapuran menjadi dentin.
Odontoblast membtk sabut kolagen & bhn dasar organiknya. Mula-mula
odontoblast melekat pada membran primormativa tetapi sewaktu
pembentukan dentin ia terus bertahan, terletak dipermukaan, tetapi
memanjangkan tonjolan sitoplasmanya dalam saluran kanalikuli
dentinalis.
Tonjolan sitoplasma odontoblast didalam kanalikuli ini disebut dentinal
fibers atau Tome’s fibers.
7. Enamel akan terbentuk setelah selapis dentin terbentuk.
Segmen dari ameloblast yang dekat dentin tampak granuler, bagian ini
disbt Tome’s process.
Bagian ini yang mengeluarkan bahan organik yang merupakan matriks
enamel prismata/rod.
Bedanya dengan odonblast, ameloblast secara sinkron mundur dengan
membentuk matriks, sedang odontoblast tonjolan sitoplasmanya tetap
tinggal karena terkurung dalam dentin.
Pengendapan mineral terus berjalan tetapi selalu ada segmen pendek dekat
ameloblast yang tak mengapur. Bahan interprismatik juga mengapur.
Klasifikasi yang lengkap hanya terjadi sesudah prismata mencapai panjang
yang sepenuhnya. Sesudah enamel selesai dibentuk, ameloblast
membentuk primary enamel cuticle. Enamel organ sekarang hanya berupa
beberapa lapisan sel-sel kubis atau disebut reduced enamel epitelium.
Pada waktu erupsi dibentuk secondary enamel cuticle oleh reduced enamel
epithelium. Primary & secondary enamel epithelium keduanya membtk
membrane dari Nasmyth yang menutupi enamel, & akan menghilang
karena digunakan untuk mengunyah.
Reduced enamel epithelium pada waktu gigi erupsi bergabung dengan
epitel gingiva dan merupakan perlekatan antar gigi dan gingiva (attached
epithelial cuff).
3.1.3 Histologi pertumbuhan dan perkembangan jaringan periodontal
GAMBARAN HISTOLOGIK GINGIVA
Epitelium gingiva
1. Epitelium oral
2. Epitelium sulcular
3. Junction epitelium
EPITELIUM ORAL
Menutupi puncak gingiva sampai dengan attached gingiva.
Epitelium oral yang normal terdiri dari epitelium squamoos berlapis yang
berkeratin atau parakeratin. Mayoritas sel oral epitelium adalah keratinosit
yang memiliki kemampuan memproduksi filament keratin sitoplasmik
(tonofilament). Keratin polipeptida , molekul sitoskeleton merupakan
bentuk yang kompleks dimana berat molekul dari 40 sampai 68 kDA dan
berfungsi memberikan kekuatan mekanik pada epitelium. Epitelium pada
gingiva marginal cekat, ketebalannya dan karakternya seragam. Bagian
epitel yang berbatasan dengan jaringan ikat di bawahnya berbentuk khas,
epitelium menjorok ke arah jaringan ikat dan membuat bentukan rete peg
yang menyerupai jari diantara tonjolan-tonjolan (papilla) jaringan ikat.
Epitelium berbatasan dengan jaringan ikat di bawahnya oleh suatu daerah
yang disebut lamina dura / basal membran. Tipe sel dari oral epitelium
adalah melanosit, sel langerhans dan sel merkel.
Sel melanosit adalah dendritik terletak pada lapisan basal, sel-sel
ini mensintesis melanin. Sel ini mengandung enzim tirosinase yang
menghidroksilasi tirosin menjadi dihidroksi fenilalanin yang kemudian
akan menjadi melanin. Sel langerhans juga sel dendritik banyak ditemui
diantara keratinosit yaitu pada supra basal. Mengandung granula yang
diduga sebagai makrofag yang memiliki sifat antigenic. Sedangkan sel
merkel tedapat pada lapisan epitel bagian dalam dan merupakan terminal
dari serabut saraf, berhubungan dengan sel lain oleh desmosom.
Epitelium oral berlapis-lapis dan berkeratin dibagi menjadi 4 lapisan :
a. Basal Layer (Stratum Basale atau Stratum Germinativum)
Selnya berbentuk kuboidal atau kolumnar sepanjang dasar
membrane. Di lapisan ini sel-sel dapat melakukan mitosis. Lebar
lapisan ini kurang lebih 1-2 µm mengandung karbohidrat
(glikoprotein). Sel epitelnya dikelilingi substansi ekstraseluler yang
juga mengandung protein polisakarida. Bila dilihat dengan
mikroskop elektron terdapat membran yang berbatasan dengan
lamina lucida. Lamina lucida memiliki lebar kurang lebih 400Å.
Disebelahnya terdapat suatu ruangan tipis disebut lamina densa
disebut juga anchoring fibers dengan lebar kurang lebih 1µm,
berhubungan dengan jaringan ikat dibawahnya. Lamina densa terdiri
dari kolagen tipe IV.
b. Prickle Cell (Stratum Spinosum)
Lapisan ini terdiri dari 10-20 lapis selnya berbentuk polyhedral
dan nampak seperti tonjolan-tonjolan sitoplasmik. Tonjolan
sitoplasmik saling berhubungan dengan tonjolan sel-sel
disebelahnya. Sintesis keratin dimulai pada lapisan ini. Sel
langerhans juga ditemukan pada lapisan ini.
c. Granular Cell Layer (Stratum Granulosum)
Sel granulosum tampak datar, pada lapisan ini sintesis keratin
menjadi terus menerus oleh karena itu keratohyalin yangberkaitan
dengan pembentukan keratin tampak pada lapisan ini.
d. Keratinized Cell Layer (Stratum Corneum)
Lapisan ini paling luar. Sel-selnya berbentuk pipih, pada
sitoplasmanya tidak didapatnkan organel sel seperti nukleus,
mitokondria, retikulum endoplasma dan aparatus golgi.
EPITELIUM SULCULAR
Terletak di sepanjang sulkus gingiva dari batas coronal junctional
epitelium ke puncak margin gingiva. Epitelium ini tipis, tidak berkeratin,
tidak mengandung rete peg. Epitelium sulkular bertindak sebagai barier
anatomik dan merupakan pertahanan pertama bagi gingiva. Fungsi barier
dan epitelium sulkular ini karena letak selnya yang rapat, sehingga dapat
betrperan sebagai membran semipermeabel untuk mencegah
mikroorganisme dan produk-produknya sehingga tidak mudah tembus ke
jaringan yang lebih dalam. Epitelium sulkular diperbarui dengan cepat
kurang lebih 3-6 hari. Ini menunjukkan bahwa epitel mempunyai
kemampuan untuk repair dengan cepat.
JUNCTIONAL EPITHELIUM
Pada keadaan sehat junctional epitelium terletak pada enamel dan
meluas ke pertautan semento-enamel. Terdiri dari squamous berlapis,
menyerupai pita dan tidak berkeratin. Junctional epitelium melekat pada
permukaan gigi oleh lamina basal seperti perlekatan epitel pada jaringan ikat
lain. Junctional epitelium paling tebal terletak di bagian koronal kurang
lebih 15-30 lapis.
Perbedaan yang nyata antara oral sulkular epitelium, oral epitelium
dan junctional epitelium adalah:
- Ukuran sel pada junctional epitelium relative lebih besar dibanding oral
epitelium.
- Space interseluler pada junctional epitelium relative lebih lebar
dibanding oral epitelium.
- Jumlah desmosom junctional epitelium lebih kecil dibanding oral
epitelium.
Jaringan Ikat Gingiva
Jaringan ikat gingiva disebut juga lamina propia. Lamina propia
terdiri dari 2 lapisan : (1) papillary layer merupakan lapisan yang letaknya
berbatasan dengan epitelium, tediri dari tonjolan-tonjolan antara rete peg
epitelial, (2) reticular layer, lapisan yang berbatasan dengan periosteum
dari tulang alveolar. Komponen jaringan adalah serabut kolagen (60%),
fibroblas (5%), pembuluh darah, saraf, limfatik, dan matrik atau substansi
dasar (35%).
GAMBARAN HISTOLOGIK LIGAMEN PERIODONTAL
Komponen utama ligamen periodontal adalah serabut terutama
serabut kolagen, yang tersusun dalam bundelan, memiliki arah atau
orientasi yang tertentu. Serabut-serabut yang ujungnya berinsersi pada
sementum di satu sisi dan di sisi lain yang lain berinsersi pada tulang
disebut sebagai Sharpey. Serabut ligamen periodontal dikelompokkan
menjadi principal fiber:
o Serabut transeptal
Serabut ini membentang dari interproksimal. Alveolar crest tertanam
dalam sementum diantara gigi yang berdekatan. Serabut-serabut ini
dapat mengalami regenerasi bila mengalami kerusakan.
o Serabut Alveolar Crest
Serabut ini berjalan dari sementum pada leher gigi ke puncak tulang
alveolar. Fungsinya menyeimbangkan daya tolak ke koronal dari serabut
yang terletak lebih ke apikal sehingga mempertahankan gigi pada
soketnya dan menahan gigi ke lateral.
o Serabut Horizontal
Berjalan dari sementum ke puncak tulang alveolar dan membentang
dalam arah tegak lurus aksisi panjang gigi. Fungsinya hampi sama
dengan serabut alveolar crest.
o Serabut Oblik
Serabut ini berjalan dati tulang sedikit ke apikal untuk berinsersi
pada sementum sehingga dapat menahan gigi pada soketnya. Serabut ini
terbanyak pada ligamen periodontal. Fungsinya menahan tekanan
mastikasi dari arah vertical.
o Serabut Apikal
Serabut ini membentang dari sementum ke tulang alveolar pada
bagian apikal. Disini juga terdapat serabut interradikular yang terletak di
daerah furkasi dan trifurkasi. Bila gigi belum sempurna dibentuk serabut
ini tidak ada.
o Serabut Interadikuler
Serabut ini mencegah gigi tipping dan ekstruded.
GAMBARAN HISTOLOGIK SEMENTUM
Gambaran mikroskopik sementum dibagi menjadi :
1. Sementum aselluler (extrinsic fiber cementum : AEFC)
Ditemukan pada koronal dan pertengahan akar gigi dan
mengandung Sharpey fibers. Tipe sementum ini melekat dan
berhubungan dengan gigi melalui alveolar bone proper. Selain
itu tipe sementum ini membentuk lapisan permukaan yang tipis,
homogen dan menutupi seluruh permukaan akar gigi mencapai
daratan oklusal.
2. Sementum selluler (mixed stratified cementum : CMSC)
Terbentuk pada sepertiga apikal gigi bifurkasi.
Cementum ini mengandung serabut ekstrinsik dan intrinsik.
3. Sementum sellular (intrinsic fiber cementum : CIFC)
Terjadi setelah gigi mencapai dataran oklusal dan
mengandung sel-sel (sementosit) yang terletak pada ruangan
lacuna dan berkomunikasi dengan sel lainnya.
GAMBARAN HISTOLOGIK TULANG ALVEOLAR
Terdapat 3 jenis sel yang biasanya dibicarakan dalam kaitannya
dengan histologik tulang yakni osteobals, osteosit, dan osteoklas. Asal
dan perkembangan dari sel-sel ini belum dapat dipastikan.
1. Osteoblas
Merupakan sel yang bertanggung jawab pada pembentukan
serabut-serabut kolagen dan substansi dasar yang menyusun
matriks organik tulang (osteosid). Penampakan sel-sel ini
bervariasi sejalan dengan aktivitasnya. Aktivitasnya berkaitan
dengan adanya osteogenesis.
2. Osteosit
Merupakan osteoblas yang menjadi terjebak dalam matrik
tulang yang mengalami mineralisasi. Osteosit berhubungan dengan
osteosit yang lain melalui procesus sitoplasmiknya yang
membentuk sistem hubungan kanalikuli. Ketika matriks
mengalami mineralisasi, tiap-tiap osteosit menempati suatu lubang
kecil atau lakuna dalam tulang yang baru terbentuk. Osteosit
merupakan konstituen utama dari serabut kolagen, glycoprotein
dan proteoglycan. Tipe dari kolagen pada tulang alveolar adalah
tipe I tapi ada beberapa kolagen tipe III dan IV walaupun dalam
jumlah yang sedikit.
3. Osteoklas
Merupakan sel yang berinti banyak yang terlibat dalam proses
resorpsi tulang. Sel-sel ini terletak pada cekungan dangkal pada
permukaan tulang (cekungan ini disebut Howship’s lacunae).
Osteoklas merupakan sel yang besar mengandung banyak nukleus
(hingga 100 buah), banyak mengandung badan golgi dan
mitokondria.
3.2.1 Proses pergantian gigi sulung menjadi gigi tetap (erupsi)
Proses Erupsi
Erupsi gigi adalah proses bergeraknya gigi ke dalam rongga mulut
menembus tulang alveolar. Proses erupsi gigi adalah proses fisiologis
dimana gigi bergerak ke arah vertikal, mesial, bergerak miring dan rotasi.
Gerakan-gerakan ini merupakan tekanan (kekuatan) untuk mencapai posisi
gigi dan mempertahankan titik kontak dengan gigi tetangga. Erupsi dapat
dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase pra-erupsi, fase erupsi
prefungsional, dan fase erupsi fungsional. Fase pra-erupsi adalah periode
sejak dimulainya pembentukan gigi sampai mulai bergerak ke dalam
rongga mulut. Fase erupsi prefungsional meliputi periode perkembangan
akar sampai gigi menembus gingiva. Fase erupsi fungsional merupakan
fase setelah gigi berkontak dengan gigi antagonis dan gigi terus-menerus
erupsi sesuai perubahan dinamis tubuh. Waktu erupsi gigi di rongga mulut
berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses .pembeniukannya lebih
awal akan bererupsi lebih dahulu dibandingkan dengan gigi yang
dibkmtuk sesudahnya. Waktu erupsi gigi dapat terjadi lebih cepat atau
lebih lambat dari rata-rata waktu erupsi gigi yang normal. Waktu erupsi
gigi dipengaruhi oleh banyak factor baik yang bersifat lokal maupun
sistemik.
Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan pertumbuhan
pulpa di dalamnya ketika foramen apikal masih terbuka lebar, cenderung
tekanan erupsi yang paling kecil. Deosisi sementum pada permukaan akar
akan menimbulkan sedikit gerak eruspsi bila akar sudah terbentuk
sempurna. Arah erupsi dari mahkota gigi akan dituntun oleh sisa
perlekatan folikel gigi terhadap eptelium mulut. Tekanan pada daerah
jaringan di sekitar akar-akar gigi dan perubahan vaskularisasimjaringan
periodontal, termanifestasi berupa tekanan eruptif.
Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktifitas matrik fungsional yang
berada diantara periodontal ligamen dan jaringan keras. Proliferasi
jaringan ikat dari periodontal ligamen atau penumpukan cairan jaringan
periodontal akan cenderung memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul
tekanan eruptif. Tahap-tahap erupsi gigi yang teratur menunjukkan bahwa
erupsi berada di bawah kontrol genetik. Terdapat variasi yang cukup besar
antara umur erupsi gigi, suatu peristiwa yang sangat mudah dipengaruhi
oleh nutrisi, hormon, dan penyakit.
Proses eksfoliasi
Eksfoliasi merupakan tanggalnya gigi sulung secara alami atau
periode geligi pergantian. Periode ini dimulai dengan erupsinya gigi molar
permanen pertama sebelah distal gigi molar dua sulung. Pada usia 6 tahun
keatas, gigi-gigi sulung akan mulai digantikan oleh gigi-gigi permanen.
Insisif, kaninus dan molar sulung akan digantikan oleh insisif, kaninus,
dan premolar tetap yang dinamakan sebagai successional teeth. Ditambah
dengan gigi molar permanen yang tumbuh di bagian posterior lengkung
geligi sulung sebagai gigi tambahan dan dinamakan sebagai accessional
teeth.
Gigi-gigi sulung dengan gigi-gigi permanen penggatiannya
berbeda dalam ukurannya. Insisif dan kaninus permanen biasanya lebih
besar dsari pada gigi sulung yang digantikannya, sedangkan premolar
biasanya lebih kecil dari pada molar sulung yang digantikan.
Tahap- tahap perubahan gigi sulung dan gigi
permanen
Pada saat lahir, rahang mengandung mahkota 20 gigi
susu, yang baru terkalsifikasi sebagian disertai dengan
mulainya kalsifikasi molar pertama tetap. Erupsi gigi geligi
susu, dimulai pada usia 7 ½ bulan , berakhir sekitar 29
bulan. Erupsi gigi akan terhenti untuk selama 4 tahun .
pada umur 6 tahun, rahang mengandug lebih banyak gigi
dari pada di saat lain. 48 gigi berjejal-jejal antara orbit dan
rongga nasal dan mengisi tubh mandibla. Antara umur 6-8
tahun, kedelapan incisivus susu tanggal dan ke-12 gigi
tetap bererupsi. Setelah aktivitas yang ekstrim ini, akan
ada periode tenang selama 2 ½ tahun, sampai umur 10 ½
tahun, baru kemudian selama 18 bualn berikutnya, ke 12
gigi susu sisanya tanggal dan ke 16 gigi tetap bererupsi.
Periode 6 tahun dari gigi geligi campuran, dari 6-12
tahun, merupakan periode perkembangan gigi yang paling
rumit dan merupakan salah satu periode yang peling
mudah terserang maloklusi. Periode tenang yang lamanya
bervariasi (3-7 tahun) akan terjadi sebelum erupsi keempat
gigi molar ketiga, untuk menyempurnakan susunan gigi
geligi. Molar ketiga baru mulai terkalsifikasi pada umur 9
tahun dan bererupsi sejak umur 16 tahun ke atas, untuk
menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan
dentofasial.
Keduabelas molar tetap berasal dari daerah yang
sama, pada empat kuadran rahang. Molar atas terbentuk
dalam tuberositas maksila, tiga pada tiap sisi dan ketiga
gigi molar bawah (tiap sisi) terbentuk dalam ramus
asenden mandibula. Molar pertma dan kedua bergeser ke
depandari daerah asal ke tulang alveolar maksila atau
mandibula, tempat gigi tersebut bererupsi untuk berkontak
dengan gigi antagonisnya.
b. Tahap erupsi gigi permanen
Pada saat erupsi gigi permanen melalui tiga tahap, yaitu:
Tahap 1: Berlangsung pada usia 6-8 tahun.Dan
berhubungan dengan pergantian gigi-gigi insisif sulung dan
penambahan keempat molar pertama permanen pada susunan gigi
geligi.
Tahap 2: Berlangsung ada usia 10-13 tahun. Pada tahap ini
terjadi pergantian molar sulung dan kaninus atas permanen, dan
penabahan gigi molar kedua permanen. Gigi premolar pertama
mengalami erupsi pertama kali. Gigi premolar kedua akan
bererupsi ke hubungan yang sama, waktu yang sama. Gigi kaninus
atas akan erupsi ke hubungan oklusi sehingga ujung tonjolannya
berada pada bidang vertikal yang sama dengan permukaan distal
kaninus bawah. Molar kedua akan erupsi ke oklusi sama seperti
molar pertama.
Tahap 3: Erupsi gigi molar ketiga terjadi pada usia 18-25
tahun. Gigi molar ketiga berkembang pada posisi yang sama
dengan molar kedua. Molar ketiga bawah memiliki jalur erupsi
lebih pendek dari molar ketiga atas.
3.2.2Faktor yang memperngaruhi erupsi
Faktor tidak langsung
1. Faktor genetik.
Contohnya orang tua dengan kelainan skelatal (tulang rahang) dengan
rahang bawah ebih maju ke depan di banding rahang atas (cakil)
kemungkinan akan mempunyai anak dengan kondisi rahang yang serupa.
Faktor keturunan itu tidak bisa dicegah karena setiap orang tua pasti akan
mewariskan gen-gen (sifat menurun) kepada anak-anaknya.
2. Faktor kongenital ( gangguan pada janin)
Berbagai gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi keadaan janin
pada saat berada di dalam kandungan, misalnya mengkonsumsi obat-
obatan pada saat hamil, menderita trauma /penyakit tertentu dan kurang
gizi. Faktor kongenital ini harus menjadi perhatian bagi para calon orang
tua. Terutama bagi ibu hamil agar hati-hati dalam mengonsumsi obat-
obatan pada usia 8 - 14 minggu masa kehamilan. Sebab menurut para ahli
saat usia inilah terjadinya pembentukan rahang atas dan bawah.
3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh untuk
mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk ini adalah kelenjar
pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada kelainan pada kelenjar-
kelenjar tersebut, maka dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan
perkembangan tubuh termasuk rahang dan gigi.
4. Penyakit
misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami hambatan
tumbuh kembang fisik (berat dan tinggi badan kurang) serta hambatan
pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah pendek sehingga
muka bagian atas tampak maju. Pertumbuhan vertikal juga terganggu
sehingga tampak divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak
proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua mata lebih lebar.
B. Faktor langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
Pergeseran gigi di sebelahnya menyebabkan penyempitan ruang pada
lengkung gigi. Akibatnya, gigi permanen tidak memperoleh ruang cukup
dan akan tumbuh dengan susunan gigi berjejal
.2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan kosong sehingga
tampak celah antara gigi (diastema).
3. Gigi yang berlebih
gigi berlebih tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi
berjejal (crowding).
4. Tanggalnya gigi tetap
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh
(persistens)gigi tetap muncul diluar lengkung rahang dan tampak berjejal.
6. Bentuk gigi tetap tidak normal.
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk, antara lain:
Bernapas lewat mulut,menghisap jari,proses penelanan yang salah,
minum susu dengan botol dot menjelang tidur,menggigit pensil atau
membuka jepit rambut dengan gigi, meletakkan lidah di antara gigi rahang
atas dan gigi rahang bawah dll
Beberapa kebiasaan sebagian normal dilakukan oleh bayi,misalnya
mengisap jari.namun jika hal ini berkelanjutan sampai dewasa dapat
menyebabkan ketdakteraturan gigi.
C. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga turut berperan dan saling berinteraksi seperti
mekanik, hormonal, nitrisi dan infeksi pada mesa prenatal.
3.3 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi
ANODONTIA, HYPODONTIA, OLIGODONTIA
Defenisi
Anodontia adalah suatu keadaan di mana semua benih gigi tidak
terbentuk sama sekali, dan merupakan suatu kelainan yang sangat jarang
terjadi. Anodontia dapat terjadi hanya pada periode gigi tetap/permanen,
walaupun semua gigi sulung terbentuk dalam jumlah yang lengkap.
Sedangkan bila yang tidak terbentuk hanya beberapa gigi saja, keadaan
tersebut disebut hypodontia atau oligodontia.
Gambar 1. Anodontia
Penyebab
Anodontia dan hypodontia kadang ditemukan sebagai bagian dari
suatu sindroma, yaitu kelainan yang disertai dengan berbagai gejala yang
timbul secara bersamaan, misalnya pada sindroma Ectodermal dysplasia.
Hypodontia dapat timbul pada seseorang tanpa ada riwayat kelainan pada
generasi keluarga sebelumnya, tapi bisa juga merupakan kelainan yang
diturunkan.
Gejala
Anodontia ditandai dengan tidak terbentuknya semua gigi, dan
lebih sering mengenai gigi-gigi tetap dibandingkan gigi-gigi sulung. Pada
hypodontia, gigi-gigi yang paling sering tidak terbentuk adalah gigi
premolar dua rahang bawah, insisif dua rahang atas, dan premolar dua
rahang atas. Kelainan ini dapat terjadi hanya pada satu sisi rahang atau
keduanya.
Gambar 2. Hampir seluruh gigi tidak terbentuk
Gambar 3. Hypodontia
Pemeriksaan
Diagnosa anodontia biasanya membutuhkan pemeriksaan
radiografik untuk memastikan memang semua benih gigi benar-benar
tidak terbentuk. Pada kasus hypodontia, pemeriksaan radiografik
panoramik berguna untuk melihat benih gigi mana saja yang tidak
terbentuk.
Perawatan
Lakukan konsultasi dengan dokter gigi sedini mungkin bila
terdapat kecurigaan terjadinya kelainan ini. Perawatan yang
biasanya diberikan oleh dokter gigi adalah pembuatan gigi tiruan.
Supernumerary Teeth
Defenisi
Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga
jumlah gigi yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal.
Supernumerary teeth dapat menyebabkan susunan gigi-geligi yang terlalu
berjejal atau malah dapat menghambat pertumbuhan gigi sebelahnya.
Penyebab
Penyebab dari supernumerary teeth belum diketahui dengan pasti.
Kelainan ini dapat terjadi bila ada proliferasi sel yang berlebihan pada saat
pembentukan benih gigi, sehingga gigi yang terbentuk melebihi jumlah
yang normal. Pada beberapa kasus, kelainan ini dapat diturunkan dari
orang tua.
Selain itu, supernumerary teeth juga bisa merupakan bagian dari penyakit
atau sindroma tertentu, yaitu cleft lip and palate (sumbing pada bibir dan
langit-langit), Gardner’s syndrome, atau cleidocranial dysostosis. Pada
kelainan-kelainan tersebut, biasanya supernumerary teeth mengalami
impaksi (tidak dapat tumbuh di dalam rongga mulut).
Gambaran Klinis
Supernumerary teeth dapat memiliki bentuk yang sama atau
berbeda dengan gigi normal. Bila berbeda, bentuknya dapat konus (seperti
kerucut), tuberculate (memiliki banyak tonjol gigi), atau odontome
(bentuknya tidak beraturan).
Supernumerary teeth lebih sering terjadi pada rahang atas
dibandingkan rahang bawah. Gigi berlebih ini juga dapat terbentuk di
berbagai bagian rahang, yaitu pada daerah gigi insisif depan atas (disebut
juga mesiodens), di sebelah gigi molar (disebut juga paramolars), di
bagian paling belakang dari gigi molar terakhir (disebut juga disto-
molars), atau di sebelah gigi premolar (disebut juga parapremolars).
Supernumerary teeth yang paling sering dijumpai adalah mesiodens.
Kelainan ini lebih sering terjadi pada gigi tetap dibandingkan gigi susu.
Gambar 1. Supernumerary teeth pada bagian depan rahang atas (mesiodens)
Gambar 2. Gigi-gigi yang berlebih pada bagian depan rahang bawah
Pemerikasaan
Biasanya dalam menentukan diagnosa perlu dilakukan
pemeriksaan radiografik dental atau panoramik untuk memastikan jumlah
gigi memang melebihi jumlah normal.
Gambar 3. Gambaran radiografik panoramik pada kasus supernumerary teet
Perawatan
Diagnosa sedini mungkin dan perawatan yang tepat sangat
diperlukan untuk mencegah kelainan yang lebih parah. Perawatan yang
dilakukan oleh dokter gigi tergantung dari keparahan kasus. Biasanya
dilakukan tindakan pencabutan gigi yang berlebih atau hanya dilakukan
observasi bila ada pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Dilaserasi
Defenisi
Dilaserasi adalah kelainan bentuk pada gigi karena terjadinya
gangguan pada saat pembentukan gigi, sehingga gigi melengkung
membentuk kurva atau sudut pada bagian mahkota atau akar.
Penyebab
Kelainan ini bisa disebabkan karena adanya trauma selama
masa pembentukan gigi. Biasanya trauma terjadi pada gigi sulung
yang menyebabkan gigi tersebut terdorong dan terdesak masuk ke
dalam tulang. Gigi sulung yang terdorong tadi dapat mengenai
benih gigi permanen yang berada di bawahnya. Trauma ini
menyebabkan arah peletakan mineral (kalsifikasi) gigi permanen
berubah sehingga terbentuk gigi yang melengkung.
Gejala Klinis
Lengkungan dapat terbentuk di bagian mana saja sepanjang
gigi, kadang pada bagian leher gigi, kadang pada bagian tengah
akar, mungkin juga di persambungan mahkota dan akar, atau
malah hanya pada ujung akar saja, tergantung seberapa jauh
pembentukan gigi telah berlangsung saat trauma terjadi.
Pemeriksaan
Untuk melihat adanya kelainan ini diperlukan pemeriksaan
radiografik.
Perawatan
Kadang gigi yang mengalami dilaserasi dapat mengalami
kesulitan untuk tumbuh ke posisi yang normal dalam rongga mulut
sehingga harus dilakukan pencabutan.
Kelainan dan Gangguan pada Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
dan Jaringan Rongga Mulut Pendukung Gigi
1. Gemination (Geminasi)
Bentuk mahkota lebih besar dari normal,biasanya disebabkan oleh
perkembangan 2 mahkota dari satu benih gigi.
2. Concrescence
Persatuan akar-akar gigi dari dua atau lebih gigi normal yang disebabkan
oleh pertemuan dari permukaan sementum dari akar-akar gigi tsb.
3. Fusion (Fusi)
Penggabungan dua bakal gigi yang sedang berkembang, menghasilkan
satu bentuk gigi yang besar. Dapat mengenai seluruh panjang gigi atau
hanya akar saja, dimana sementum dan dentin saja yang terhubung,
saluran akar dapat terpisah atau tidak.
Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua
buah gigi yang berdekatan.Diastema ini merupakan suatu
ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan lengkung rahang. Bisa
terletak di anterior ataupun di posterior, bahkan bisa mengenai
seluruh rahang.Diastema sentral rahang atas adalah ruang yang
terdapat diantara gigi insisif sentral rahangAtas.
Diastema sentral rahang atas, merupakan suatu maloklusi
yang sering muncul dengan ciri khas yaitu berupa celah yang
terdapat diantara insisif sentral rahang atas. Seringkali diastema ini
menyebabkan gangguan estetik bagi sebagian orang, terutama
diastema yang terdapat di anterior, sementera bagi sebagian orang,
diastema ini dianggap sebagai suatu ciri khas dari orang tersebut
dan bukan merupakan gangguan bagi penampilan estetiknya. Oleh
karena bagi sebagian orang diastema sentral ini merupakan suatu
gangguan estetik terhadap penampilannya, maka banyak orang
yang mencari dan meminta pertolongan dari dokter gigi untuk
mengkoreksi kelainan tersebut. Dengan telah dikoreksinya kelainan
tersebut, mereka berharap akan lebih menambah baik
penampilannya dan akan meningkatkan rasa percaya dirinya.
Diastema sentral yang terjadi pada rahang atas bisa
disebabkan oleh :
Ukuran gigi insisif lateral kecil.
Rotasi dari gigi insisif.
Perlekatan frenulum yang abnormal.
Gigi sepernumerer di median line.
Kehilangan gigi insisif lateral secara kongenital.
Diastema pada saat pertumbuhan normal
Penutupan median line yang tidak sempurna
Namun pada kasus ini adalah diatema sentral pada saat
pertumbuhan normal. Diastema pada saat pertumbuhan normal
Pada saat insisif sentral permanen rahang atas erupsi biasanya
selalu terdapat ruangan diantaranya. Ruangan ini biasanya berkisar
antara 2 mm (berkisar antara usia 6–10 tahun) dan akan berkurang
pada saat erupsi gigi insisif lateral pemanen dan menutup dengan
sendirinya pada saat erupsi gigi kaninus permanen. Hal ini terjadi
karena posisi dari gigi kaninus permanen yang belum erupsi sering
terletak di superior dan distal dari akar gigi insisif lateral, yang
kemudian menekan akar-akar gigi insisif sentral dan lateral
bergerak ke arah midline, sementara mahkotanya menyebar ke
arah distal. Periode ini merupakan periode yang tidak estetik dan
disebut dengan istilah ugly duckling stage of eruption.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Anatomi gigi terdiri dari jaringan lunak dan jaringan keras. Jaringan lunak
contohnya adalah jaringan pulpa dan ginggiva. Sedangkan jaringan keras
contohnya adalah email dan sementum dentin.
Tahap pertumbuhan gigi terdiri dari tahan inisiasi, proliferasi,
histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Awal tahapan ini dimulai ketika janin
berusia 5 minggu.
Erupsi merupakan suatu proses dimana pergerakan gigi ke arah rongga
mulut yang dimulai ketika gigi masih di dalam tulang rahang. Pergantian gigi
sulung menjadi gigi permanen atau yang biasa disebut masa geligi pergantian
biasanya dimulai pada usia 6 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Sehingga apabila terjadi gangguan akan menimbulkan berbagai macam
kelainan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Itjiningsih.1991.Anatomi Gigi.Jakarta:EGC
Kamus Kedokteran Dorland Edisi 26. Jakarta: EGC
Leeson,C.Roland,Thomas S.Leeson and Anthony A.Paparo.1996.Buku ajar
histology.Jakarta:EGC
Sadler,T.W.2000.Embriologi Kedokteran Langman.Jakarta:EGC
Sperber,G.H.1991.Embriologi Craniofasial.Jakarta:Hipokrates