Laporan Tutorial Skenario 1

47
Skenario I TIDAK NYAMAN SAAT MENGUNYAH Chyntia berumur 28 tahun datang ke praktik dokter gigi ingin dibuatkan gigi tiruan cekat untuk menggantikan gigi depan atas yang hilang agar dapat memperbaiki penampilannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen periapikal menunjukkan bahwa pada gigi 21, 12 mempunyai crown and root ratio adalah 1:2. Hasil pemeriksaan intraoral, gigi 21 menunjukkan adanya karies superfisial pada bagian palatal. Pada pemeriksaan klinis, gigi-gigi anterior menunjukkan overjet 2 mm dan overbite 2 mm. Pemeriksaan kedalaman sulkus gingival (probing depth) pada gigi 12 dan 21 menunjukkan 1,5 mm pada semua sisi. Dokter gigi telah mempertimbangkan jaringan periodontal gigi penyangga dan menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukannya pada Chyntia. Step I 1. Gigi Tiruan Cekat : Suatu protesa pada jaringan keras gigi yang tersisa yang digunakan untuk menggantikan gigi yang rusak atau hilang dan dilekatkan secara permanen pada gigi penyangga. Gigi tiruan cekat dapat berfungsi sebagai protesa serta restorasi untuk gigi penyangga yang mengalami karies.

description

vcxszasdfghj

Transcript of Laporan Tutorial Skenario 1

Page 1: Laporan Tutorial Skenario 1

Skenario I

TIDAK NYAMAN SAAT MENGUNYAH

Chyntia berumur 28 tahun datang ke praktik dokter gigi ingin dibuatkan

gigi tiruan cekat untuk menggantikan gigi depan atas yang hilang agar dapat

memperbaiki penampilannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen

periapikal menunjukkan bahwa pada gigi 21, 12 mempunyai crown and root ratio

adalah 1:2. Hasil pemeriksaan intraoral, gigi 21 menunjukkan adanya karies

superfisial pada bagian palatal. Pada pemeriksaan klinis, gigi-gigi anterior

menunjukkan overjet 2 mm dan overbite 2 mm. Pemeriksaan kedalaman sulkus

gingival (probing depth) pada gigi 12 dan 21 menunjukkan 1,5 mm pada semua

sisi. Dokter gigi telah mempertimbangkan jaringan periodontal gigi penyangga

dan menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukannya pada Chyntia.

Step I

1. Gigi Tiruan Cekat : Suatu protesa pada jaringan keras gigi yang tersisa yang

digunakan untuk menggantikan gigi yang rusak atau hilang dan dilekatkan secara

permanen pada gigi penyangga. Gigi tiruan cekat dapat berfungsi sebagai protesa

serta restorasi untuk gigi penyangga yang mengalami karies.

2. Crown and Root Ratio : Perbandingan antara jarak incisal atau oklusal gigi ke

alveolar crest dengan panjang akara yang tertanam pada tulang alveolar. Crown

and root ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar dukungan tulang

alveolar terhadap gigi. Root merupakan akar yang tertanam dalam tulang alveolar,

dari puncak alveolar crest hingga apeks gigi.

Step II

1. Apa diagnosa dan rencana perawatan pada skenario tersebut?

2. Apa pertimbangan drg. Dalam menentukan rencana perawatan?

3. Apa faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan?

Page 2: Laporan Tutorial Skenario 1

Step III

1. Diagnosa dan Rencana Perawatan

a. Diagnosa

- Pesial Edontulus Ridge pada gigi 11

- Pulpitis Reversible pada gigi 21

b. Rencana Perawatan

- Dental Health Education

- Inform Consent

- Desain Gigi Tiruan

Desain gigi tiruan dipilih Gigi Tiruan Cekat karea Oral Higien

pasien baik, serta gigi 21 terdapat karies superfisial yang sekaligus

akan direstorasi.

Desain Gigi Tiruan Jembatan bisa menggunakan Konvensional /

Gigi Tiruan Jembatan Inkonvensioanl. Pada gigi tiruan jembatan

konvensional pengambilan jaringan cukup banyak. Jika

menggunakan GTJ Inkonvensional ( GTJ Adhesive/ Maryland

bridge) pengambilan jaringan hanya sedikit pada dibagian palatal

gigi, sehingga bisa digunakan pada gigi 21 yang mengalami karies

superfisial.

Penggunaan Retainer bisa retainer ekstrakoronal atau intrakoronal.

Dibutuhkan keahlian opertor dalam mengaplikasikan retainer.

Penggunaan konektor dari logam nonmulia

Penggunaan gigi abudment bisa menggunakan singel abudment

pada gigi 21 (sekaligus untuk preparasi karie superfisial)

Penggunaan sadel dapat dipilih sadel anterior ( kebutuhan estetik

akan terpenuhi), namun tergantung dengan Oral Higien pasien

Desain pontik bisa menggunakan modifikasi ridge lap atau ovate

- Pemilihan bahan yang akan digunakan ( Porselen estetik baik)

2. Pertimbangan drg dalam menentukan rencana perawatan

Page 3: Laporan Tutorial Skenario 1

a. Kondisi jaringan periodontal baik atau tidak

b. Keadaan tulang alveolar baik atau tidak

c. Crown and Root Ratio minimal 1:2

d. Over bite dan over jet yang normal, sehingga relasi rahang atas dan

rahang bawah normal dan oklusi juga normal.

e. Usia 20-55 tahun baik untuk pembuatan Gigi Tiruan Cekat, karena

foramen apikal sudah tumbuh sempurna, saluran akar tidak terlalu

lebar dan tidak terlalu sempit.

f. Jumlah gigi tiruan yang hilang. Pada gigi tiruan adhesive jumlah

gigi yang hilang sebanyak 1 atau 2 gigi

g. Pasien memiliki kebiasaan buruk atau tidak ( bruxisem, lebih

diindikasikan untuk penggunaan maryland)

h. Lama pencabutan/ kehilangan gigi dengan jarak perawatan GT

i. Jika terdapat karies pada gigi tetangga

j. Bentuk, luas dan sisa ridge

k Pemilihan bahan berhubungan dengan ekonomi pasien dan

kebutuhan pasien

l. Penyalit sistemik yang diderita pasien

3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan

a. Sikap pasien berpengaruh terhadap penentuan rencana perawatan

b. Hasil pemeriksaan dan diagnosa yang tepat

c. Kemampuan dokter/ operator dan tekniker

d. Keadaan jaringan periodontal

e. Eliminasi kebiasaan buruk pasien

f. Keadaan sistemik pasien

g. Frekuensi karies pada pasien

h. Usia pasien

Page 4: Laporan Tutorial Skenario 1

Komponen Macam-Macam Bahan Tahapan

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Implan

PEMERIKSAAN

Diagnosa : Partial Edontulus Ridge

Pertimbangan

Gigi Tiruan Jembatan

Step IV

Step V

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:

1. Komponen Gigi Tiruan Jembatan

2. Macam-macam Gigi Tiruan Jembatan

a. Indikasi dan kontraindikasi

b. Bahan

c. Desain dan tahapan

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan

Page 5: Laporan Tutorial Skenario 1

Step VII

1. Komponen gigi tiruan cekat

Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni

sebagai berikut:

1. Retainer

2. Pontik

3. Abutment

4. Konektor

5. Sadel

Komponen-komponen gigi tiruan jembatan

1. Retainer

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg

menghubungkan gigi tiruan tersebut dengan gigi penyangga.

Fungsinya:

a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di

tempatnya.

b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi

penyangga.

Adapun macam-macam retainer:

a. Extra Coronal Retainer

Page 6: Laporan Tutorial Skenario 1

Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat

berupa:

1) Full Veneer Crown Retainer

Indikasi:

Tekanan kunyah normal/besar

Gigi-gigi penyangga yang pendek

Intermediate abutment pasca perawatan periodontal

Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang

Keuntungan:

Indikasi luas

Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik

Memberikan efek splinting yg terbaik

Kerugian:

Jaringan gigi yg diasah lebih banyak

Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

Extracoronal retainer

2) Partial Veneer Crown Retainer

Indikasi :

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan/normal

Page 7: Laporan Tutorial Skenario 1

Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal

Salah satu gigi penyangga miring

Partial Veneer Crown Retainer

Keuntungan:

Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit

Estetis lebih baik daripada full veneer crown retainer

Kerugian:

Indikasi terbatas

Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit

Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang

Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)

b. Intra Coronal Retainer

Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi

penyangga.

Bentuk:

Onlay

MOD

Indikasi:

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan atau normal

Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar

Page 8: Laporan Tutorial Skenario 1

Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal

Keuntungan:

Jaringan gigi yang diasah sedikit

Preparasi lebih mudah

Estetis cukup baik

Kerugian:

Indikasi terbatas

Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang

Mudah lepas/patah

Intra coronal retainer bentuk onlay

3. Dowel retainer

Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau

tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang

berdiri sendiri.

Indikasi:

Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

Gigi tiruan pendek

Tekanan kunyah ringan

Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi

Page 9: Laporan Tutorial Skenario 1

Keuntungan:

Estetis baik

Posisi dapat disesuaikan

Kerugian:

Sering terjadi fraktur akar

Dowel Retainer

2. Pontik

Merupakan komponen GTJ yang menggantikan gigi tiruan

yang hilang. Tipe pontik dapat dibedakan atas :

1. Pontik yang berkontak dengan residual ridge

a. Saddle/ saddle ridge lap pontic

Merupakan pontik yang berkontak bidang dengan

edentulous ridge. Pontik tipe ini tidak memiliki akses untuk dental

floss sehingga tidak dapat dibersihkan dan menyebabkan

akumulasi plak.

Saddle/ saddle ridge lap pontic

Page 10: Laporan Tutorial Skenario 1

b. Modified ridge lap pontic

Merupakan kombinasi antara pontik tipe saddle dan

hygienic. Memiliki permukaan fasial yang menutupi residual ridge

dan bagian lingual tidak berkontak dengan ridge, sehingga

estetiknya bagus dan mudah dibersihkan. Pontik tipe ini

diindikasikan untuk menggantikan gigi hilang pada daerah yang

tampak saat berfungsi (gigi anterior, premolar dan molar pertama).

Modified ridge lap pontic

c. Conical pontic

Merupakan pontik yang hanya memiliki satu titik

kontak pada titik tengah residual ridge, sehingga mudah

dibersihkan. Pontik tipe ini diindikasikan untuk mengganti gigi

hilang pada ridge yang pipih di daerah posterior.

Conical pontic

d. Ovate pontic

Merupakan pontik yang sangat estetis, dasar pontik

membulat dan masuk ke dalam cekungan (concavity) residual

ridge, sehingga mudah dibersihkan. Residual ridge cekung

Page 11: Laporan Tutorial Skenario 1

dapat dibentuk dengan cara penempatan GTJ sementara segera

setelah ekstraksi, dengan memperluas pontik ¼ bagian servikal

dan dimasukkan ke residual ridge atau juga dapat dibentuk

dengan tindakan bedah. Pontik tipe ini diindikasikan untuk

kebutuhan estetik yang optimal, misalnya pada kehilangan gigi

insisif, kaninus dan premolar rahang atas.

Saddle/ saddle ridge lap pontic

2. Pontik yang tidak berkontak dengan residual ridge

a. Sanitary/ hygienic pontic

Merupakan pontik yang mudah dibersihkan karena

tidak berkontak dengan edentulous ridge. Mesiodistal dan

fasiolingualnya berbentuk cembung serta dasar pontik

berbentuk bulat (gambar a) tidak rata/flat (gambar b) untuk

mencegah terjadinya retensi makanan. Ketebalan oklusogingiva

pontik minimal 3 mm dan jarak ke edentulous ridge minimal 2

mm. Dengan kondisi tersebut akan memudahkan plaque

control, dengan cara menyisipkan dental floss di bawah pontik.

Pontik tipe ini diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah

atau pasien dengan oral hygiene buruk.

Page 12: Laporan Tutorial Skenario 1

Sanitary pontic. (a) Dasar pontik berberntuk cembung.

(b) Dasar pontik rata/flat

b. Modified sanitary (hygienic) pontic/ Perel pontic

Merupakan modifikasi sanitary pontic. Permukaan

dasar pontik cekung/melengkung pada arah mesiodistal dan

fasiolingual. Konektor yang menghubungkan pontik ini dengan

retainer dapat dibuat dengan ketebalan maksimal. Sehingga

konektor lebih dapat menahan stress/tekanan. Desain pontik ini

memungkinkan terjadinya self cleansing sehingga

diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah dan bila oral

hygiene pasien buruk.

Modified sanitary pontic

Shillingburg HT, et al, 1997

Page 13: Laporan Tutorial Skenario 1

3. Abutment

Merupakan gigi yang dipersiapkan untuk tempat

melekatnya retainer yang direkatkan dengan semen. Macam

macam abutment:

Single abutment :satu gigi penyangga

Double abutment :dua gigi penyangga

Multiple abutment :lebih dari dua gigi

penyangga

Terminal abutment :gigi penyangga paling ujung

dari diastema

Intermediete / pier abutment :gigi penyangga yang terletak

diantara dua diastema

Splinted abutment :penyaatuan dua gigi

penyangga pada satu sisi diastema

Page 14: Laporan Tutorial Skenario 1

Double splinted abutment : splinted abutment pada

kedua sisi diastema

Syarat:

Harus dalam lengkung yang benar

Tidak goyang lebih dari 2 derajad

Tidak miring kearah mesial, distal, bukal dan lingual

Tidak ada kelainan membrane periodontal

4. Konektor (penghubung)

Merupakan bagian yang menghubungkan retainer

dengan pontik. Retainer-retainer, pontik-pontik, dan

retainer-pontik.Fungsinya untuk melindungi interdental

papil.

Macam-macam konektor :

1. Rigid/fixed Connector

Merupakan konektor yang tidak memungkinkan terjadinya

pergerakan pada komponen GTJ

Keuntungan : Sifat kaku dan kuat (tahan terhadap daya

kunyah yang besar).

Kerugian : bila salah satu gigi penyangga goyang,

lainya akan goyang

2. Non rigid/ semi fixed connector

Merupakan konektor yang memungkinkan terjadinya

pergerakan terbatas pada gigi.

Keuntungan : Tidak kaku, dapat mengurangi beban,

masih terdapat pergerakan fisiologis gigi penyangga .

Kerugian : sambungan tidak begitu kuat

3. Lingual bar / connecting strap

Page 15: Laporan Tutorial Skenario 1

5. Sadel

Merupakan daerah diantara gigi-gigi abutment. Yang

terutama adalah tulang alveolar yang ditutupi oleh jaringan lunak.

Tulang alveolar akan berubah kontur selama beberapa bulan

setelah hilangnya gigi. Kontur dan tekstur sadel akan

mempengaruhi desain pontik.

Dipakai terutama pada gigi anterior rahang atas, dipakai

pada kasus sulit misalnya diastema banyak dan besar.

2. A. Macam-Macam Gigi Tiruan Jembatan

A. Berdasarkan Konektor

1. Rigid Fixed Bridge

Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada

kedua sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang

hilang yang terhubung dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung

fungsional dari gigi yang hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan

retentif untuk menggantikan gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk

satu atau beberapa gigi yang hilang.

Page 16: Laporan Tutorial Skenario 1

Indikasi:

Indikasi dari perawatan dengan menggunakan rigid fixed bridge

yaitu jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang

mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang dan indikasi pada gigi

yang mendapatkan tekanan kunyah yang besar

Kontraindikasi:

Daerah gigi yang hilang panjang

Abutment memiliki kelainan periodontal

Pasien masih muda dengan ruang pulpa gigi abutment masih besar

2. Semi Fixed Bridge

Suatu gigitiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi,

biasanya pada akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi

penyangga akan menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan

derajat kecil pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi

lainnya. Pada GTJ ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua ,

menggunakan konektor rigid dan non-rigid sehingga tekanan oklusi akan

lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan ke retainer.

Indikasi:

Page 17: Laporan Tutorial Skenario 1

Diindikasikan pada span panjang dan jika terdapat

pier/intermediate abutment pada penggantian beberapa gigi yang

hilang.

Kehilangan ½ gigi, gigi dengan salah satu gigi penyangga vital dan

miring lebih dari 20o

Kontraindikasi:

Gigi dengan beban oklusal besar

Abutment memiliki kemiringan gigi yang terlalu over sehingga perlu

dirawat orthodonti terlebih dahulu

Daerah gigi yang hilang panjang

3. Spring Bridge

Konektor GTJ tipe ini berupa loop atau bar. Loop tersebut

menghubungkan retainer dan pontik di permukaan palatal. GTJ ini

merupakan protesa tissue-borne karena gaya mastikasi yang diterima akan

diabsorbsi oleh mukoperiosteum palatal sebelum mencapai gigi

penyangga. Spring bridge membutuhkan retensi yang kuat, oleh karena itu

biasanya dibutuhkan gigi penyangga ganda.

Page 18: Laporan Tutorial Skenario 1

Indikasi:

Diindikasikan untuk penggatian kehilangan gigi, dengan kondisi

terdapat diastema dan tetap mempertahankan diastema tersebut.

Diindikasikan juga bila gigi penyanga tidak berada di sebelah

ruang edontulus, contohnya pada penggantian gigi insisif sentral

atas yang menggunakan premolar sebagai gigi penyangga.

Kontraindikasi:

Pasien muda dengan mahkota klinis gigi abutment terlalu pendek sehingga

tidak retentive

Abutment tidak punya kontak proksimal

Terdapat torus palatinal

4. Cantilever Bridge

Pemakaian GTJ tipe ini hanya memiliki satu atau beberapa gigi

penyangga di satu sisi. Pontik dan retainer akan mengalami/menerima

gaya rotasi/ungkit dan akan sangat

terbebani jika mendapat beban

oklusal. Untuk meminimalkan efek

ungkit, pontik biasanya dibuat lebih

kecil daripada gigi asli dan kontak

ringan saat oklusi dan artikulasi. GTJ

tipe ini tidak diindikasikan untuk

daerah dengan beban oklusal besar.

Apabila terkena gaya lateral, maka gigi penyangga akan tipping, rotasi

atau drifting. Cantilever bridge biasanya memiliki multiple abutment dan

retainer harus dihubungkan secara rigid pada satu sisi diastema.

Page 19: Laporan Tutorial Skenario 1

Indikasi:

Untuk penggantian satu gigi hilang, contohnya pada penggantian

insisif lateral yang menggunakan kaninus sebagai gigi penyangga.

Penggantian gigi kaninus yang menggunakan premolar pertama

dan kedua sebagai penyangga, dan penggantian gigi molar ketiga

jika masih terdapat gigi antagonisnya, dengan catatan bentuknya

lebih menyerupai gigi premolar.

Pada gigi yang mendapatkan tekanan kunyah yang ringan

Kontraindikasi:

Daerah dengan beban oklusal besar

Abutment non vital

5. Compound Bridge

Merupakan gabungan dua atau lebih tipe GTJ. Diindikasikan pada

penggantian gigi hilang yang membutuhkan gabungan beberapa tipe GTJ.

Page 20: Laporan Tutorial Skenario 1

B. Berdasarkan Retainer

1. Ekstra Coronal Retainer

Full Veneer Crown Retainer

Indikasi:

Fraktur pada sebagian mahkota

Karies yang besar, khususnya yang melibatkan insisal gigi anterior

Perubahan warna pada gigi

Gigi yang mengalami kelainan bentuk

Atrisi yang berat, abrasi, atau erosi

Partial Veneer Crown Retainer

Indikasi:

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Page 21: Laporan Tutorial Skenario 1

Tekanan kunyah ringan/normal

Bentuk dan besar gigi penyangga normal

Salah satu gigi penyangga miring

2. Intra Coronal Retainer

Indikasi:

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan/normal

Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar

Gigi penyangga yang mempunyai bentuk/besar yang normal

2. B. Gigi tiruan jembatan berdasarkan bahan

Gigi tiruan berdasarkan bahan yang digunakan :

1. All porcelain bridge

Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini. Kelebihannya

adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya

mengkilat. Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi yang asli.

Kekuatannya lebih besar daripada akrilik tetapi tidak sekuat logam.

Kekurangan dari bahan porselen ini bersifat rapuh dan sehingga

tidak dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada permukaan kunyah gigi

belakang. Biasaya juga digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik

tinggi.

Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan

kebiasaan buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi

antagonisnya akan menyebabkan porcelain cepat pecah. Selain itu pada

saat preparasi gigi penyangga, ketebelan yang diasah minimal 1 mm.

2. Kombinasi ( porselen dan metal ) / Porcelain fuse to metal

Page 22: Laporan Tutorial Skenario 1

Bahan ini adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan mahkota

porselen. Biasanya penggunaan bahan jenis ini untuk gigi anterior dan

posterior. Porcelen fuse to metal ini lebih kuat daripada all porselen

bridge. Meskipun porcelen fuse to metal dipilih untuk penampilan yang

sangat baik karena keestetikannya, ada beberapa kelemahan utama yang

terkait dengan logam yang menyatu didalamnya. Pada saat preparasi

ketebalan enamel yang diasah minimal harus 1.8 mm yang terdiri dari 0.5

mm untuk logam, 0.3 mm untuk penutup logam, dan 1 mm untuk

porcelen. Oleh karena itu penggunaan bahan ini dikontraindikasikan untuk

pasien yang tidak bisa dipreparasi setebal 1.8 mm.

3. Resin-bonded fixed partial denture (RBFD’s)

Resin-bonded fixed partial denture (RBFD’s) merupakan gigi

tiruan cekat yang menggunakan semen resin. RBFD’s dikenal dengan

rochete pada tahun 1973. Prosthesis tidak langsung yang terbuat dengan

terdapat perforasi pada cast metal (retainer rochete) yang disemen pada

sisi lingual atau palatal gigi penyangga dengan semen resin adhesive luting

agent.

RBFD’s memiliki kelebihan yakni minimal invasive,

membutuhkan preparasi jaringan keras gigi yang minimal jika

dibandingkan dengan yang konvensional. Biasanya diindikasikan pada

area pendek yakni 2-3 unit, pada gigi anterior maupun posterior dan pilhan

restorasi dapat berupa metal komposit dan keramik.

Rochete dan Maryland, kedua gigi tiruan cekat tersebut terbuat dari

logam tuang yang akan diinsersikan dengn pengetsaan terlebih dahulu.

Perbedaan desainnya terletak pada retainer logamnya. Pada Rochete,

permukaan retainer dibuat berlubang untuk meningkatkan retensi secara

mekanik, sedangkan gigi tiruan cekat maryland pada bagian permukaan

retainer logam tidak terdapat lubang.

4. Serat Penguat Resin Komposit (Fibre Reinforced Composite)

Page 23: Laporan Tutorial Skenario 1

Untuk meningkatkan estetika dan menambah retensi, retainer

logam tuang dapat digantikan dengan fibre resin composite. Kelebihan

dari Fibre Resin Composite (FRC) adalah memiliki estetika yang baik,

sehingga sagat cocok untuk gigi anterior. FRC retainer dapat berupa ekstra

koronal maupun intrakoronal.

FRC tersusun atashybrid atau microfilled veneering composite. Untuk

memperkuat bonding dapat menggunakan bahan silane coupling agent.

Dalam Pemilihan penggunaan bahan Faiber Reinforced Composite, ada

beberapa hal yang terkait dengan indikasi dan kontraindikasi

pengunaannya, antara lain sebagai berikut:

Indikasi:

Pasien yang membutuhkan estetik yang optimal

Tidak menggunakan logam

Pasien dengan preparasi konservatif / minimal pada gigi abudment

Menggunakan teknik luting adhesif

Kontraindikasi

Tidak bisa mengontrol saliva pada rongga mulut pasien

Membutuhkan span yang panjang

Pasien yang minum-minum alkohol

5. Logam

Salah satu bahan yang dulunya sering digunaan dalam membuat pontik

yaitu logam, logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya

terdiri dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki

kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah

atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik

logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan

faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor fungsi dan kekuatan

seperti pada jembatan posterior.

6. Akrilik

Page 24: Laporan Tutorial Skenario 1

Gigi tiruan jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari akrilik.

Jembatan ini biasanya diindikasikan sebagai jembatan sementara, dibuat

untuk menutupi gigi-gigi yang telah dipreparasi, melindungi gigi-gigi

tersebut dari lingkungan rongga mulut sebelum jembatan yang

direncanakan selesai dibuat. Kekurangan jembatan ini adalah kekuatannya

terutama untuk jembatan posterior. Selain itu jembatan ini mudah berubah

warna dan berbau.

7. Logam berlapis akrilik

Gigi tiruan jembatan yang terbuat dari logam dengan facing (lapis

muka) akrilik, agar segi estetiknya baik. Jembatan ini diindikasikan untuk

mengganti gigi-gigi anterior maupun posterior. Kekurangan pemakaian

akrilik adalah bagian facing tidak tahan goresan dan mudah berubah warna

serta berbau. Kekurangan yang lain adalah bahwa bahwa koefisien muai

akrilik tidak sama dengan logam.

2. C. Desain dan Tahapan

A. Hal yang perlu diperhatikan saat preparasi:

1. Kemiringan dinding-dinding aksial

Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit

untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit

keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna

pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah

oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial

optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut Martanto (1981),

menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7

derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang kemiiringan dinding

aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling ideal.

Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan

daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat

Page 25: Laporan Tutorial Skenario 1

ke permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan

dinding aksial preparasi meningkat.

Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi

bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi

gigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang

dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti

hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur

mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat,

namun kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor keterbatasan secara intra

oral.

2. Ketebalan preparasi

Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan

preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin.

Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang

digunakan sebagai retainer maka ketebalan pengambilan jaringan gigi

berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan logam porselen

pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 – 2 mm.

Pengambilan jaringan gigi yang terlalu berlebihan dapat menyebakan

terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan

nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat

mengurangin retensi retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk

akibat daya kunyah.

3. Kesejajaran preparasi

Preparasi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang

sama antara satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah

pemasangan harus dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan

keras gigi, tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk sempurna pada

tempatnya.

4. Preparasi mengikuti anatomi giigi

Preparasi yang tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan

vitalitas pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan

Page 26: Laporan Tutorial Skenario 1

tersebut. Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi

oklusal. Apabila preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa

dapat terkena sehingga menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.

5. Pembulatan sudut-sudut preparasi

Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang

merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus

dibulatkan karena sudut yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau

stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan.

6. jenis senyum pasien dan letak midline gigi insisif sentral.

Senyum yang lebar terbagi atas tiga yaitu:

1. Senyum yang tinggi : menampakkan keseluruhan panjang

servicoincisal gigi anterior dan gingiva sekitarnya

2. Senyum rata-rata: menampakkan 75% -100% gigi anterior

rahang atas dan gingiva interproksimal

3. Senyum rendah: menampakkan kurang dari 75% bagian gigi

anterior

B. Tahapan pembuatan gigi tiruan jembatan

1. anamnesis

2. Pemeriksaan subjektif maupun objektif, meliputi jumlah kehilangan

gigi, pertimbangan jaringan periodontal, oklusi gigi, OH pasien,

kegoyangan gigi, kesejajaran gigi penyangga, lokasi kehilangan gigi,

frekwensi karies, ada tidaknya discolorization, ada tidaknya defek

tulang alveolar,

3. Menentukan rencana perawatan

a. Mengevaluasi jumlah dan lokasi gigi yang hilang

b. Menentukan gigi penyangga

c. menentukan retainer

d. menentukan pontic

e. menentukan konektor

f. memperhatikan tampilan estetik

4. Persiapan preparasi

Page 27: Laporan Tutorial Skenario 1

a. menentukan bahan yang ingin digunakan

b. menjelaskan ke pasien perihal perawatan yang akan dilakukan

4. preparasi gigi penyangga

5. Pencetakan

6. Pemasangan gigi tiruan sementara

7. Pengiriman ke lab dental

8. Insersi ke pasien

9. DHE ( dental health education )

Perawatan yang dilakukan sesuai dengan kasus di skenario adalah

Maryland Bridge/Adhesive Bridge/Resin Bonded Fixed Partial Denture.

Merupakan tipe GTJ yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat

minimal. Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTJ tipe ini

direkatkan dengan semen dengan sistem etcing bonding ke email gigi penyangga

di bagian lingual dan proksimal. Gigi penyangga harus memiliki mahkota klinis

yang lebar agar dapat memberikan retensi dan resistensi yang maksimal.

Retensinya berupa mikromekanik antara permukaan email dengan permukaan

dalam retainer yang telah dietsa. GTJ tipe ini diindikasikan pada span pendek,

abutment yang tidak membutuhkan restorasi, dan penggantian kehilangan gigi

anterior pada anak-anak, karena anak-anak memiliki ruang pulpa yang besar.

Kontraindikasi GTJ tipe ini adalah penggantian gigi anterior yang deep bite.

Gambar 5. Maryland bridge

sumber : Shillingburg HT, et al, 1997 : 538.

Page 28: Laporan Tutorial Skenario 1

C. Tahapan Gigi Tiruan Jembatan Jenis Fiber Reinforce Composite

(FRC)

Tahapan dalam preparasi hingga pemasangan gigi tiruan jembatan

jenis FRC adalah :

1.

Lakukan pemasangan rubber

dam dan lakukan isolasi pada sekitar

daerah gigi. Selanjutnya, lakukan

pembersihan jaringan karies. Setelah

dilakukan pembersihan, lakukan

pembersihan pada gigi yang akan di

preparasi menggunakan brush dan

pasta gigi, lalu keringkan.

2.

Lakukan pencetakan menggunakan

Alginat hanya pada daerah yangakan

diberi GTJ saja. Impression material

kemudian dituang dengan bahan

polyvinylsiloxane die material, atau

polyethylene plasma-treated fiber

system untuk frabication frame work.

3.

Page 29: Laporan Tutorial Skenario 1

Ukur panjang kerja menggunakan dental floss atau wax meliputi

permukaan gigi sisi palatal.

4.

Lakukan pengetsaan dengan asam fosfat 37%,

lalu cuci dengan air dan keringkan dengan

semprotan udara.

5.

Berikan bahan bonding secukupnya.

6.

Beri komposit flowable jenis hybrid.

7.

Potong FRC dan

bentuk sesuai ukuran, lalu

tempelkan pada kedua gigi

yang masing-masing

sisinya telah diberi

komposit. Lalu, lakukan

pengetsaan.

Page 30: Laporan Tutorial Skenario 1

8.

Tempelkan gigi anasir komposit yang telah di buat, lalu lakukan

penyinaran pada daerah gigi untuk melekatkan komponen FRC dengan

gigi.

3. FAKTOR KEBERHASILAN PERAWATAN

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan gigi tiruan jembatan adalah:

1. Oral Hygiene

Kebersihan rongga mulut yang baik akan mengurangi insidensi terjadinya

karies. Karies sangat berpengaruh terhadap gigi yang terlibat dalam unit

gigi tiruan, seperti gigi abutment. Apabila gigi abutment terkena karies,

gigi akan lebih mudah rapuh dan mengganggu retensi dan resistensi gigi

tiruan.

2. Desain yang tepat

Desain gigi tiruan yang tepat sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan

keawetan gigi tiruan di dalam rongga mulut. Sebagai contoh, pada jenis

bahan porcelain fused to metal, pengecoran logam yang terlalu tipis tidak

cukup untuk mendukung porselen, sehingga dapat terjadi fraktur pada

porselen.

3. Teknik pembuatan yang tepat

Teknik pembuatan gigi tiruan tentu harus tepat. Pada teknik sementasi

misalnya. Bahan semen yang kurang baik atau pengadukan yang kurang

sempurna dapat mengakibatkan gigi tiruan lepas dan terjadi ungkitan.

4. Perosedur pencetakan

Pada pembuatan crown & bridge secara umum, teknik pencetakan

sangat berpengaruh pula pada keberhasilan perawatan. Pencetakan yang

akurat akan memberi dukungan yang dominan dalam menunjang

Page 31: Laporan Tutorial Skenario 1

keberhasilan. Bahan cetak yang dipilih, teknik pencetakan yang dilakukan

cukup menentukan keakuratan hasil cetakan. Sebelum dilakukan

pencetakan sebaiknya dilakukan retraksi gingiva,seperti yang terlihat pada

gambar 2, agar daerah sulkus gingival dapat tercetak dengan sempurna.

Benang retraksi dimasukkan ke dalam sulkus gingival dengan hati-hati

agar tidak menyebabkan kerusakan epitel attachment. Dengan memperoleh

cetakan daerah marginal gingival akan lebih mudah bagi tekniker untuk

membuat crown dan bridge yang memiliki marginal fitness yang baik.

Gambar 1. Retraksi Gingiva

5. Komunikasi yang baik

Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan perawatan adalah

komunikasi, baik antara dokter gigi dengan pasiennya, maupun dokter gigi

dengan laboratorium. Dokter gigi harus dapat menggali sebanyak mungkin

informasi yang berkaitan dengan perawatan yang diharapkannya. Melalui

anamnesis informasi tersebut dapat digali. Demikian pula dalam

menjelaskan rencana perawatan, pasien harus mendapatkan informasi

secara jelas dan lengkap. Sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman

mengenai perawatan yang akan diterima oleh pasien. Sedangkan

komunikasi dengan pihak laboratorium dilakukan pada saat gigi tiruan

akan diproses. Dokter gigi harus memberikan informasi yang jelas

mengenai desain gigi tiruan yang akan dibuat.

Page 32: Laporan Tutorial Skenario 1

6. Prosedur Penyemenan

Salah satu factor keberhasilan dari gigi tiruan jembatan yaitu terletak pada

penyemenan akhir. Penyemenan akhir GTJ adalah proses dimana jembatan

diletakkan pada gigi penyangga dengan perantaraan semen secara tetap.

Sehingga memerlukan perencanaan dan penanganan yang teliti dan tahap

preparasi gigi juga ikut menentukan keberhasilan penyemenan.

Terdapat beberapa syarat biologi yang harus dipenuhi dari bahan semen yaitu :

Mempunyai efek sedative dan tidak mengiritasi

Tidak mengiritasi jaringan lunak atau mukosa

Merangsang pembentukan dentin sekunder

Bersifat anti bakteri dan kariogenik

Page 33: Laporan Tutorial Skenario 1

KESIMPULAN

Page 34: Laporan Tutorial Skenario 1

DAFTAR PUSTAKA

Patil, Ratnadeep.2002. Esthetic Dentistry, an artist’s science. India: PR

Publication.

Kartini, Andhi, dkk. 2012. Pengembangan Dan Modifikasi Estetik Dalam

Pembuatan Crown Dan Bridge. FKG Universitas Indonesia dan FKG

Prof.Dr. Moestopo

Roberts, DH (1973), Fixed Bridge Prostheses, John Wright & Sons,

Bristol.

The Academy of Prosthodontics. The Glossary of Prosthodontic Terms. 6th

Ed. J Prosthet Dent, 1994; 71: 41-112.

Rosenstiel, Land, Fujimoto, 2001.Contemporary Fixed Prosthodontics. 3rd

Ed. Mosby Inc. St Louis Misissouri.

Prajitno, H.R. 1994. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar

dan Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC.

Shillingburg, HT., Hobo, S., Whitsett, LD., Jacobi, R., Brackett, SE. 1997.

Fundamentals of Fixed Prosthodontics. 3rd.ed., Quintessence Pub Co, Inc.,

Chicago, pp. 485 -490.

Inayati, Eny. Jurnal : Disain Pontik Pada Gigi Tiruan Tetap Pasca

Pencabutan Gigi. Departemen Prostodonsia: Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Airlangga.

Prajitno, HR. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan Pengantar Dasar dan

Rancangan Pembuatan. Jakarta: EGC.

Ahmad, Irafan, BDS. Prosthodonics at a Glance. ISBN 978-1-4051-769-0

F. rosenstiel, Stephen BDS, MSD, et all. Contemporary Fixed Prosthodontics Third Edition. 2001. Mosby. Elsevier. ISBN : 0-8151-5559-X