Laporan Tutorial Skenario b
-
Upload
novia-winardi -
Category
Documents
-
view
446 -
download
4
Transcript of Laporan Tutorial Skenario b
SKENARIO B BLOK 20
Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa
Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 50 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata
pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi
sawah dan karet alam.
Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan
kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak-
anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki.
Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan ; juga
dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri ,
namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.
Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik;
untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai
kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka , penduduk kembali
menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian
masyarakat yang menggunakan briket batubara.
Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada
bulan September sampai Desember, seringkali ada kabut asap yang dapat sampai berminggu-
minggu.
Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota
kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.
Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah
kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup
penting sebagai garis pertama melayani orang sakit.
Didesa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak
ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka
ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di
desa ini adalah :
- ISPA
- Gastrointestinal dan diare
- Kulit
- Malaria
1
- DHF
- Tuberkulosis
- Asthma
- Gigi dan mulut
- Hipertensi
- Cidera karena kecelakaan lalu lintas
Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.
Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak
provinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap,
hasilnya juga diberikan di lampiran.
Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009
yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi ini
akibat pengunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak baik ,
maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM 10)
yang tinggi.
Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain
kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.
Lampiran :
1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum
Parameter Hasil Uji
E. Coli 2000 / 100 cc
Total Coliform 1000 / 100 cc
Arsen 0,05 mg/dl
Flourida 1,4 mg/dl
Total Kromium 0,03 mg/dl
Kadmium 0,001 mg/dl
Nitrit 2 mg/dl
Nitrat 25 mg/dl
Sianida 0,07 mg/l
Selenium 0,01 mg/dl
2
2. Kualitas Udara
Parameter Waktu Pengukuran Hasil Uji
SO2 24 jam 500 micrgr / M3
CO 24 jam 30000micrgr / M3
Nox 24 jam 200 micrgr / M3
O3 1 jam 200 micrgr / M3
Hidrokarbon 3 jam 100 micrgr / M3
Total Suspended
Particulate (TSP)
24 jam 500 micrgr / M3
Pb 24 jam 5 micrgr / M3
I. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Populasi : kumpulan individu yang sejenis yang berada pada wilayah
tertentu dan pada waktu tertentu.
2. Komunitas : sebuah kelompok sosial dari beberapa organisasi yang
berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.
3. Briket batubara : bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit
campuran tanah liat.
4. Kabut asap : pencemaran udara yang bersumber dari asam industri, gunung
berapi, kebakaran hutan / lahan.
5. Pustu : Puskesmas pembantu
6. Puskes : Pusat Kesehatan
7. Mantri : nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas.
8. Pengelolaan sampah : pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan,
pembuangan dari material sampah.
9. ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas
10. Diare : pengeluaran tinja berkali-kali yang tidak normal
11. Malaria : penyakit demam menular yang disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium
12. DHF : Dengue Hemorragic Fever
13. TB : penyakit paru kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis
3
14. Asma : keadaan yang ditandai dengan serangan berulang dengan
gejala paroksimal dan mengi akibat kontraksi spasmodik.
15. Hipertensi : tekanan darah arteri yang meningkat melebihi 120/80 mmHg.
16. Keracunan makanan : penyakit yang berlaku selepas makan makanan yang tercemar
kuman.
17. Indoor Air Quality : kualitas udara dalam ruang yang dipengaruhi oleh polutan
yang dapat berefek pada penggunanya.
18. PM 10 : particulate matter (padatan / liquid) di udara dalam bentuk
asap, debu atau uap.
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa
Mjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 50 KK dengan populasi sekitar 2000 orang.
Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian
terutama padi sawah dan karet alam.
2. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan
kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah.
Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang
telanjang kaki.
3. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan ; juga
dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur
sendiri , namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau.
4. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik;
untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil
memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka , penduduk
kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG.
Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.
5. Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada
bulan September sampai Desember, seringkali ada kabut asap yang dapat sampai
berminggu-minggu.
6. Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskes ada di kota
kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.
4
7. Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah
kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih
cukup penting sebagai garis pertama melayani orang sakit.
8. Didesa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada
organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa,
maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.
9. Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di
desa ini adalah :
- ISPA
- Gastrointestinal dan diare
- Kulit
- Malaria
- DHF
- Tuberkulosis
- Asthma
- Gigi dan mulut
- Hipertensi
- Cidera karena kecelakaan lalu lintas
10. Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan
yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.
11. Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang
bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak
provinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap,
hasilnya juga diberikan di lampiran.
12. Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009
yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi
ini akibat pengunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur
tidak baik , maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar
debu halus (PM 10) yang tinggi.
13. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain
kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan
narkoba.
5
III. ANALISIS MASALAH
1. Apa sajakah resiko kesehatan dalam komunitas ini ?
a. Rumah mereka ada yang berlantai tanah. Lebih banyak anak dan dewasa tidak
menggunakan alas kaki.
Menurut Adnani dan Mahastuti (2006), lantai rumah merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit TBC Paru. Risiko untuk menderita TBC Paru 3 - 4 kali lebih
tinggi pada penduduk yang tinggal pada rumah yang lantainya tidak memenuhi
syarat kesehatan. Hal ini sesuai pendapat Fahmi (2005) yang menyatakan bahwa
lantai tanah memiliki peran terhadap proses kejadian TBC Paru melalui
kelembaban ruangan, karena lantai tanah cenderung menimbulkan kelembaban.
Tanah juga merupakan tempat tinggal makhluk hidup yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, seperti parasit, serangga, dan banyak
mikroorganisme lain. Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh
manusia melalui kulit, udara, dan makanan yang akhirnya berakibat terhadap
timbulnya berbagai macam penyakit.
Alas kaki adalah produk seperti sepatu dan sandal yang dipakai untuk
melindungi kaki terutama bagian telapak kaki agar tidak cedera dari kondisi
lingkungan seperti permukaan tanah yang berbatu-batu, berair, udara panas,
maupun dingin. Selain itu, manfaat yang juga penting adalah agar kita terlindung
dari masuknya mikroorganisme seperti parasit yang dapat membahayakan
kesehatan. Anak- anak yang tidak memakai alas kaki berkemungkinan terinfeksi
cacing yang berasal dari tanah. Penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya
daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak,
karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya protein,
karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia.
b. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan domestik berasal dari sungai ogan,
rawa dan sumur sendiri. Namun ketika musim kemarau sumur kering. Dalam kurun
waktu 2010-2011 dua kali mengalami keracunan makanan ketika hajatan
perkawinan.
Dari hasil pemeriksaan kualitas air minum yang bersumber dari air sumur
penduduk, hasilnya menunjukkan ketidaksesuaian dengan kualitas air minum
yang seharusnya atau meningkat dari kadar normal yang seharusnya yaitu :
6
o Parameter biologis : E. Coli, Total Coliform
o Parameter kimia : Arsen
Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan
dan sangat toksik. Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai
darah, disusul dengan koma dan bila dibiarkan akan menimbulkan
kematian. Secara kronis racun As dapat menimbulkan anoreksia, kolik,
mual, diare atau konstipasi, ikterus, perdarahan pada ginjal, dan kanker
kulit. As dapat menimbulkan iritas, alergi dan cacat bawaan.
c. Sebagian besar menggunakan kayu bakar untuk memasak, sebagian kecil
menggunakan LPG, ada yang menggunakan briket batu bara. Dan ventilasi yang
buruk sehingga kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya debu
halus(PM 10).
Memasak menggunakan kayu bakar dan briket batubara dengan ventilasi
dapur yang tidak baik dapat mempengaruhi Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air
Quality), maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik. Asap pembakaran
yang tidak sempurna dari kayu bisa menyebabkan kanker paru-paru, kebutaan,
jantung, bahkan pengaruh kognitif pada anak. Anak disebut juga menjadi korban
karena biasanya mereka diajak oleh si ibu ketika memasak. Demikian disampaikan
Kirk R. Smith, Direktur Kesehatan Global dan Program Lingkungan Kesehatan
Masyarakat, University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Asap yang
melayang di sekitar si ibu dan anak, dikatakan Smith, sama dengan bahaya rokok.
Malah, risiko kesehatannya lebih besar karena jumlah asap yang dihasilkan lebih
besar dan menguap ke ruangan yang menaungi mereka. Menurut WHO, memasak
dengan bahan bakar padat (batu bara) di ruangan mengakibatkan kematian dini.
Diperkirakan 1,6 juta orang meninggal tiap tahun, kebanyakan perempuan dan
anak-anak. Dampak pembakaran bahan bakar padat memudahkan manusia terkena
infeksi pernapasan dan kanker paru.
d. Pada bulan September sampai Desember, seringkali ada kabut asap yang dapat
sampai berminggu-minggu.
Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu :
7
pencemar primer (substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara, misalnya karbon monoksida)
pencemar sekunder (substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-
pencemar primer di atmosfer, misalnya terbentuknya ozon)
Dampak Pencemaran Udara :
Gangguan visibilitas penting dari segi transportasi;
Pengaruh terhadap kesehatan:
- keluhan utama: iritasi (mata berair, bersin, hidung tersumbat, gatal
tenggorokan;
- sesak napas;
- sakit kepala,
- kelelahan;
- gejala seperti flu;
- bronkitis (e.g. Legionella)
Pada komunitas tersebut telah dilakukan pengukuran kualitas udara tatkala ada
serangan asap oleh pihak provinsi dan hasilnya menunjukkan ketidaksesuaian /
meningkat dari baku mutu sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan Udara Ambien,
PP 41/1999.
e. Puskesmas 15 km, pelayan kesehatan Cuma mantri dan bidan, lebih banyak
persalinan dengan dukun. Akibatnya pelayanan kesehatan tidak optimal, angka
kematian ibu dapat meningkat.
f. Didesa tersebur, tidak ada organisasi desa dalam pengelolaan sampah dan sampah
tersebut akhirnya dibuang dirawa.
Didesa ini pengolahan sampah dilakukan oleh masing- masing rumah
tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar
desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ‘ideal’ untuk buang sampah. Sumber
air utama masyarakat ini untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan; juga dari
air rawa. Pengolahan sampah yang tidak benar dengan membuangnya ke rawa,
dimana rawa itu sendiri sebagai sumber air utama dapat mengganggu kesehatan.
Pengelolaan sampah yang kurang baik tersebut akan menyebabkan terjadinya
pengaruh negatif yaitu :
Pengaruh terhadap kesehatan masyarakat
8
Sebagai tempat berkembang biak vector penyakit sehingga dapat
meningkatkan insiden penyakit sebagai berikut :
Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera, typhus dan yang lain) yang
ditularkan oleh lalat
Penyakit demam berdarah ditularkan nyamuk Aedes Aegipty
(berkembang biak karena banyak kaleng bekas dan genangan air)
Penyakit kulit dan penyakit parasit lain, penularan melalui udara.
Penyakit yang ditularkan melalui binatang, missal Taeniasis (akibat
cacing pita/Taenia saginata atau Taenia solium)
Kecelakaan pada pekerja atau masyarakat, akibat tercecernya potongan
besi. Kaleng, seng serta pecahan kaca.
Pengaruh terhadap lingkungan
Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata akibat
banyaknya tumpukan sampah.
Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas
yang menyebabkan timbulnya bau busuk.
Adanya debu yang beterbangan, mengganggu mata dan pernafasan.
Resiko terjadinya kebakaran dan asap yang ditimbulkan dapat
mengganggu kesehatan.
Resiko terjadinya pencemaran udara, karena meningkatnya knsentrasi
debu, asap dan gas-gas dari sampah padat yang melewati standar
kualitas udara.
Pembuangan sampah ke saluran air akan memyebabkan pendangkalan
saluran dan mengurangi kemampuan daya aliran saluran, sehingga bila
hujan menimbulkan banjir.
Pengaruh terhadap sosial masyarakat
Mencerminkan status keadaan sosial masyarakat di daerah tersebut.
Keadaan lingkungan yang kurang saniter akan mengurangi daya tarik
bagi orang lain, terutama turis asing untuk berkunjung ke tempat
tersebut.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mengurangi
kenyamanan dan ketentraman hidup bermasyarakat
Pengaruh terhadap perekonomian daerah/nasional
9
Penyakit yang timbul akibat pengelolaan sampah yang kurang baik
akan berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Serta
kenyamanan dan ketentraman hidup berkurang sehingga produksi
daerah akan menurun
Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani penyakit akibat
sampah akan semakin meningkat, sehingga alokasi biaya untuk sektor-
sektor lain akan berkurang.
Berkurangnya pengunjung ke suatu daerah berarti penurunan
pemasukan bagi suatu daerah atau penurunan devisa Negara.
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan merusak lingkungan,
menurunkan kualitas lingkungan
g. Banyak motor menyebabkan tingkat kecelakaan yang meningkat, selain itu mulai
mengalami budaya minuman keras dan narkoba. Akibat: kematian menigkat,
kejahatan meningkat
Budaya meminuman minuman keras/ alkohol dan narkoba merupakan
kebiasaan yang tidak baik bagi kesehatan. Salah satu risiko minuman keras
terhadap kesehatan adalah mengganggu fungsi hati, gangguan kognitif, kerusakan
jantung, lambung, kanker, stroke, kematian dll. Adapun dampak buruk
penyalahgunaan narkoba adalah ketergantungan, kanker, impotensi, jantung,
HIV/AIDS, hepatitis dll.
2. Apa nasehat yang spesifik untuk setiap resiko yang teridentifikasi ?
a. Rumah mereka ada yang berlantai tanah. Lebih banyak anak dan dewasa tidak
menggunakan alas kaki.
- Gunakanlah sandal setiap berpergian, dan didalam rumah jika lantai rumahnya
masih berupa tanah. Untuk menghindari infeksi cacing tambang yang dapat
mengnyebabkan anemia Fe, dan infeksi-infeksi lain serta luka yang dapat
disebabkan oleh benda tajam di sekitar lingkungan. Selain itu dapat
menyebabkan TBC karena kelembapan yang tinggi.
- Penyemenan atau memberi alas plastik di lantai.
b. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan domestik berasal dari sungai ogan,
rawa dan sumur sendiri. Namun ketika musim kemarau sumur kering.
10
- Hampir semua parameter yang diuji melebihi kadar ambang maksimum, jadi
harus dilakukan pembersihan sungai dan rawa. Jadi sampah dan lain sebagainya
dapat dibersihkan dan sumber air menjadi lebih bersih dan sehat serta kadar
ambangnya dapat ditolelir. Selain itu dalam pengolahanya harus dilakukan dengan
benar yaitu dengan dimasak dan didinginkan serta disimpan dengan benar.
- Pemberian tawas, membuat bak penampungan.
- Menghimbau kepala desa untuk membangun PDAM
- Pembuatan sumur sehat
- Pengelolaan air sumur yang sudah ada dengan cara pengelolaan air bersih, misal
dengan pembuatan filtrasi air dari komponen-komponen filtrasi yang sederhana
- Pengawasan kualitas air minum oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dengan cara
penggunaan peraturan perundang-undangan untuk kualitas air minum dan air
bersih
c. Dalam kurun waktu 2010-2011 dua kali mengalami keracunan makanan ketika
hajatan perkawinan.
- Penyuluhan tentang hygine dan sanitasi. Pengolahan, penyimpanan dan distribusi
makanan dan minuman
d. Sebagian besar menggunakan kayu bakar untuk memasak, sebagian kecil
menggunakan LPG, ada yang menggunakan briket batu bara. Dan ventilasi yang
buruk sehingga kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya debu
halus(PM 10).
- Buat ventilasi yang cukup terutama di dapur.
- Penambahan ruang terbuka untuk dapur.
- Memberikan himbauan untuk mengurangi penggunaan batubara dan kayu bakar
untuk memasak
- Penggunaan Bahan Bakar Alternatif
Upaya untuk memperbaiki udara dan cuaca global salah satunya adalah
dengan memakai sumber energi yang tidak lagi berasal dari dalam bumi
seperti bahan bakar minyak, yang hasil pembakarannya berpengaruh buruk
terhadap lingkungan Memakai sumber bahan bakar seperti LPG
- Penambahan Ruang Terbuka Hijau
11
Pepohonan merupakan filter alami untuk polusi udara. Hal ini dapat dilihat
bahwa semakin berkurangnya ruang terbuka hijau di kota-kota besar di
Indonesia berdampak secara signifikan pada kenaikan suhu udara dan kualitas
udara
e. Pada bulan September sampai Desember, seringkali ada kabut asap yang dapat
sampai berminggu-minggu.
- Apabila terjadi serangan kabut asap, hendaknya disarankan kepada masyarakat
untuk menggunakan masker apabila keluar dari rumah.
- Diberikan himbauan untuk mengurangi penggunaan motor, kayu bakar, batubara
- Hindari Sumber Polusi (kurangi aktivitas di luar rumah)
- Penambahan Ruang Terbuka Hijau (melakukan penanaman pohon)
f. Puskesmas 15 km, pelayan kesehatan Cuma mantri dan bidan, lebih banyak
persalinan dengan dukun. Akibatnya pelayanan kesehatan tidak optimal, angka
kematian ibu dapat meningkat.
- Menambah tenaga kesehatan dan kader penyuluhan
- Meminta koordinasi dengan kepala desa untuk mengajukan dibuatnya puskes
yang dekat dengan desa meranjat kepada dinas kesehatan
g. Didesa tersebur, tidak ada organisasi desa dalam pengelolaan sampah dan sampah
tersebut akhirnya dibuang dirawa.
- Membentuk petugas pengolahan sampah dan melakukan kerja bakti
- Pengolahan sampah untuk daur ulang sehingga dapat digunakan kembali
- Melakukan pemilahan sampah
o Sampah menjadi Kompos
Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan
cara menimbun sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu hingga
membusuk.
o Pangan dan Makanan Ternak
Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum
sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang
dikembang biakkan.
12
- Pembuatan tempat pembuangan akhir
Persyaratan umum lokasi pembuangan akhir menurut SK SNI T-13-
1990-F adalah sebagai berikut:
a. Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah
b. Jenis tanah kedap air
c. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian
d. Dapat dipakai minimal 5-10 tahun
e. Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air
f. Jarak dari daerah pusat pelayanan 10 km
g. Daerah yang bebas banjir
- Penyuluhan tentang dampak membuang sampah sembarangan
- Edukasi cara pengolahan sampah (teknik pengelolaan persampahan)
Berikut ini adalah hal-hal yang wajib diperhatikan dalam mengelola
tempat sampah rumah tangga / tempat pembuangan sampah pribadi di rumah-
rumah :
a. Pisahkan sampah kering / non organik dengan sampah basah / organik dalam
wadah plastik.
b. Tempat sampah harus terlindung dari sinar matahari langsung, hujan, angin,
dan lain sebagainya.
c. Hindari tempat sampah menjadi sarang binatang seperti kecoa, lalat, belatung,
tikus, kucing, semut, dan lain-lain
d. Buang sampah dalam kemasan plastik yang tertutup rapat agar tidak mudah
berserakan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Selain itu juga
memudahkan tukang sampah dalam mengambil sampah. Jangan biarkan
pemulung mengobrak-abrik sampah yang sudah dibungkus rapi.
e. Tempat sampah harus tertutup aman dari segala gangguan namun mudah
dijangkau petugas kebersihan.
f. Jangan membakar sampah di lingkungan padat penduduk karena dapat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan orang lain.
Teknik pengelolaan persampahan secara perasional dapat dilihat pada skema
di bawah ini :
13
Timbunan Sampah
Pewadahan
Pengumpulan
Pemindahan dan pengangkutan
Pemanfaatan
Pembuangan akhir sampah
Skema Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan
h. Banyak motor menyebabkan tingkat kecelakaan yang meningkat, selain itu mulai
mengalami budaya minuman keras dan narkoba. Akibat: kematian menigkat,
kejahatan meningkat
- Memasang rambu-rambu lalu lintas seperti dilarang berhenti, kecepatan maksimal
untuk mengurangi angka kejadian kecelakaan lalu lintas
- Penyuluhan keselamatan berkendara dan dampak tidak menggunakan helm
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat setempat mengenai dampak
minuman keras dan narkoba bagi kesehatan.
- Penegakan hukum yang tegas
3. Apa langkah penting yang harus dilakukan oleh pihak puskesmas ?
1. melaksanakan strategi-strategi promosi kesehatan: (1) pemberdayaan, yang
didukung oleh (2) bina suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4)
kemitraan.
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam
mencegah dan penanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga
atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau, dan mampu
mempraktikkan PHBS.
14
Bina suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif
dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
mengadopsi PHBS dan melestarikannya.
Sedangkan advokasi adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak
tertentu yang diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik
dari segi materi maupun non materi.
2. Melakukan langkah-langkah promosi kesehatan
Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada dasarnya adalah penerapan
strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana dan advokasi di
tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh karena itu, langkah awalnya
adalah berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas
Puskesmas agar mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang disandang
pasien/klien Puskesmas dan menyusun rencana untuk menanggulanginya dari sisi
promosi kesehatan. Setelah itu, barulah dilaksanakan promosi kesehatan sesuai
dengan peluang-peluang yang ada, yaitu peluang-peluang di dalam gedung Puskesmas
dan peluang-peluang di luar gedung Puskesmas.
(1) Pengenalan Kondisi Puskesmas,
(2) Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di Puskesmas,
(3) Musyawarah Kerja,
(4) Perencanaan Partisipatif,
(5) Pelaksanaan Kegiatan dan
(6) Pembinaan Kelestarian.
15
3. melakukan langkah konkrit sesuai penyakit
Puskesmas dapat melakukan langkah konkrit terhadap penyakit yang masuk
dalam salah satu 10 besar penyakit yang terdeteksi didesa ini:
Diare
Hal-hal yang perlu diketahui dan dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah
dan menanggulangi diare:
Pendataan
Mengetahui data kesehatan yang ada di wilayah kerja petugas kesehatan. Data ini
dapat diperoleh dengan cara melakukan kegiatan pemantauan dan pencatatan kasus
diare. Data yang dimaksud yaitu:
a) Data kasus diare dan kasus dehidrasi berat di tahun berjalan dan berdasarkan
kelompok umur.
b) Jumlah dan jenis sarana air bersih dan jamban yang ada.
c) Jumlah kk yang telah dan belum memiliki sarana air bersih dan jamban.
d) Jumlah dan jenis sarana air bersih dan jamban yang memenuhi syarat.
e) Perilaku masyarakat terkait sanitasi dasar dan hygiene perorangan, terutama
yang menyangkut kebiasaan cuci tangan pakai sabun (ctps), memasak air
minum atau menyediakan makanan dan minuman di rumah tangga.
Pemetaan
Melakukan pemetaan wilayah potensial klb diare, kemudian disandingkan dengan
data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan rembug desa
(mmd), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan kebutuhan sarana
sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah dan lain-lain) melalui
berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan
stimulan/dana bergulir.
Penyebarluasan informasi kesehatan
Materi penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi diare, termasuk didalamnya cara mencegah kekurangan cairan tubuh
(dehidrasi), cara mengobati dehidrasi, cara pemberian makanan bagi penderita diare,
serta informasi rujukan bagi penderita diare.
Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan
pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.
16
b) Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau
majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu,
pertemuan pkk, pertemuan karang taruna.
c) Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat,
kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tablig akbar. Selain itu,
penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa
seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan
kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain).
Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS.
b) Gerakan masyarakat untuk kesehatan lingkungan.
c) Gerakan cuci tangan di tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah.
d) Melakukan usaha kesehatan bersumber masyarakat (ukbm), misalnya dengan
cara arisan jamban bila di wilayah tersebut banyak masyarakat yang belum
memiliki jamban atau membentuk kelompok pemakai air (pokmair) bila di
wilayah tersebut sulit air bersih.
e) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.
f) Untuk menyampaikan pesan-pesan ke teman sebaya dan orang tuanya.
g) Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan
menanggulangi diare.
Pembinaan
a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan
kesehatan terkait diare.
b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di
wilayah potensial klb diare.
c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah
dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Ispa
Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
mencegah dan menanggulangi ispa:
Pendataan
a) Data kasus ispa di tahun berjalan.
b) Status imunisasi dan gizi anak.
17
c) Lingkungan yang dapat memicu kejadian kasus ispa.
d) Jumlah rumah yang memenuhi kriteria rumah sehat.
e) Perilaku masyarakat terkait kebiasaan merokok di dalam rumah, memasak
dalam ruang yang sama untuk tidur.
Pemetaan
Melakukan pemetaan wilayah potensial kejadian ispa, kemudian disandingkan dengan
data –data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan rembug
desa (mmd), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan kriteria
rumah sehat melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya
masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir.
Penyebarluasan informasi kesehatan
Materi penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi ispa, termasuk didalamnya cara mencegah kekurangan cairan tubuh
(dehidrasi), cara mengobati dehidrasi, cara pemberian makanan bagi penderita ispa,
serta informasi rujukan bagi penderita ispa.
Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan
pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.
b) Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau
majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu,
pertemuan pkk, pertemuan karang taruna.
c) Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat,
kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum. Selain itu, penyuluhan
massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster
dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok
sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain).
Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS.
b) Mengajak masyarakat untuk melakukan kegiatan gotong-royong
membersihkan lingkungan.
c) Gerakan untuk mensukseskan program imunisasi, baik di tatanan rumah
tangga maupun di tatanan sekolah.
18
d) Gerakan peningkatan gizi seimbang di tatanan rumah tangga dan tatanan
sekolah.
e) Mengajak masyarakat untuk membuang kebiasaan yang buruk, misalnya
kebiasaan membuang ludah sembarangan dan tidak menutup mulut ketika
bersin, terutama ketika berada di tempat umum.
f) Mengaktifkan posyandu dan poskesdes.
g) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.
h) Melakukan mobilisasi massa untuk bersamasama mencegah dan
menanggulangi ispa.
Pembinaan
a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan
kesehatan terkait ispa.
b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di
wilayah potensial kejadian ispa.
c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan sekolah dan
tatanan tempat-tempat umum dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak
terkait.
Demam berdarah dengue (dbd)
Demam berdarah adalah penyakit yang disebarkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
mencegah dan menanggulangi dbd:
Pendataan
a) Data kasus dbd di tahun berjalan.
b) Tempat potensial perindukan nyamuk.
c) Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (psn).
d) Perilaku berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk penular dbd, dalam hal
ini penggunaan obat anti nyamuk/repellant.
Pemetaan
Melakukan pemetaan kepadatan vektor penular dbd, kemudian disandingkan dengan
data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan musyawarah
desa, termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk (psn) dan pengadaan obat anti nyamuk atau repellant melalui berbagai
19
sumber pendanaan, baik yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan
stimulan/dana bergulir.
Penyebarluasan informasi kesehatan
Materi penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi dbd, termasuk didalamnya mengenai pemberantasan sarang nyamuk
(psn) serta informasi rujukan bagi
Penderita dbd.
Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan
pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.
b) Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau
majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu,
pertemuan pkk, pertemuan karang taruna.
c) Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat,
kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tablig akbar. Selain itu,
penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa
seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan
kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain).
Pemberdayaan dan penggerakkan masyarakat
a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS.
b) Mengajak masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di
lingkungan sekitar rumah maksimal 3 hari sekali.
c) Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) minimal seminggu sekali di
tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan
tempat kerja, dan tatanan institusi kesehatan.
d) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.
e) Mengaktifkan poskesdes.
f) Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan
menanggulangi dbd.
Pembinaan
a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan
kesehatan terkait dbd.
20
b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di
wilayah potensial kejadian dbd.
c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan sekolah,
tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja, dan tatanan institusi
kesehatan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Malaria
Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
mencegah dan menanggulangi malaria:
Pendataan
a) Data kasus malaria di tahun berjalan (penemuan kasus).
b) Screening malaria pada ibu hamil.
c) Status anc.
d) Tempat potensial perindukan nyamuk.
e) Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (psn).
f) Perilaku berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk penular malaria, dalam
hal ini penggunaan kelambu atau repellant di masyarakat.
Pemetaan
Melakukan pemetaan kepadatan vektor penular malaria, kemudian disandingkan
dengan data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan
musyawarah desa, termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pengadaan
kelambu atau repellant melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat
swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir.
Penyebarluasan informasi kesehatan
Materi penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi malaria,
Termasuk didalamnya informasi rujukan bagi penderita malaria.
Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan
kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.
Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau
majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu, pertemuan pkk,
pertemuan karang taruna.
21
Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian
tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tablig akbar.
Selain itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa
seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok
sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas, dan lain-lain).
Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS.
b) Mengajak masyarakat untuk gotong-royong
c) Membersihkan lingkungan minimal seminggu sekali.
d) Mengajak masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di
lingkungan sekitar rumah maksimal 3 hari sekali.
e) Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (psn) minimal seminggu sekali di
tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan
tempat kerja dan tatanan institusi kesehatan.
f) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.
g) Mengaktifkan poskesdes.
h) Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan
menanggulangi malaria.
Pembinaan
a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan
kesehatan terkait malaria.
b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di
wilayah potensial kejadian malaria.
c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan sekolah,
tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja dan tatanan institusi
kesehatan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Penyakit gigi dan mulut
Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
mencegah dan menanggulangi penyakit gigi dan mulut:
Pendataan
a) Data kasus penyakit gigi dan mulut di tahun berjalan.
b) Jumlah dan jenis sarana air bersih.
22
c) Perilaku masyarakat terkait kebiasaan makan makanan manis.
d) Perilaku masyarakat terkait kebiasaan menggosok gigi.
Pemetaan
Melakukan pemetaan wilayah potensial kejadian penyakit gigi dan mulut, kemudian
disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada
pertemuan masyarakat desa (mmd), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi
pemenuhan fasilitas air bersih melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat
swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana bergulir.
Penyebarluasan informasi kesehatan
Materi penyuluhan
Materi penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi penyakit gigi dan mulut, termasuk didalamnya informasi rujukan bagi
penderita penyakit gigi dan mulut
Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan
pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.
b) Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau
majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu,
pertemuan pkk, pertemuan karang taruna.
c) Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya kesenian tradisional,
pemutaran film, ceramah umum. Selain itu, penyuluhan massa juga dapat
dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di
tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa,
posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain).
Pemberdayaan dan penggerakan masyarakat
a) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS.
b) Mengajak masyarakat untuk melakukan pemeriksaan gigi minimal 6 bulan
sekali.
c) Gerakan gosok gigi di tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah.
d) Mengaktifkan poskesdes.
e) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.
f) Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan
menanggulangi penyakit gigi dan mulut.
Pembinaan
23
a) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan
kesehatan terkait penyakit gigi dan mulut.
b) Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di
wilayah potensial kejadian penyakit gigi dan mulut.
c) Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah
dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak
- Puskesmas mengajukan usulan ke dinkes dan pemda setempat untuk mengatasi
semua masalah diatas
4. Apa saja nasehat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda setempat ?
o Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak merugikan
kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat.
o Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.
Membangun PAM dan penyediaan air bersih
Membuat pengolaan sampah yang lebih baik
Penanaman pohon
Penambahan tenaga kesehatan
Membuat puskesmas dan pustu yang lebih dekat
Penambahan dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Penyuluhan tentang bagaimana memasak dengan menggunakan sumber
makanan yang higenis dan ventilasi dapur yang benar.
Penyuluhan tentang hukum dan dampak minuman keras dan narkoba
Membuat peraturan rambu-rambu untuk menurunkan laju kendaraan pada
kecepatan tertentu
o Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna memudahkan
petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.
o Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui kemitraan
dengan pihak-pihak lain.
24
o Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan bina suasana dan dalam
mengupayakan dukungan dari pembuat kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran
tersier).
o Dinas kesehatan kabupaten/kota harus tersedia tenaga khusus promosi kesehatan.
Tenaga ini berupa pegawai negeri sipil dinas kesehatan kabupaten/kota yang
ditugasi untuk melaksanakan promosi kesehatan. Petugas ini bertanggung jawab
membantu pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas.
5. Jelaskan beberapa pelatihan khusus untuk pemuka masyarakat dan petugas kesehatan
?
o Pelatihan klinik sanitasi agar petugas tahu dan mampu melaksanakan kegiatan
klinik sanitasi, mampu menggali dan menemukan masalah lingkungan dan
perilaku yang berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan, mampu
memberikan saran tindak lanjut perbaikan lingkungan dan perilaku yang tepat
sesuai dengan masalah
o Para pemuka masyarakat diberikan penyuluhan tentang promosi kesehatan agar
mereka dapat:
o Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.
o Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana
yang kondusif bagi PHBS.
o Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat
terbentuknya PHBS.
o Pemuka/tokoh diundang untuk menyampaikan pesan-pesan. Para pemuka/ tokoh
berperan sebagai motivator/kelompok pendorong (pressure group) dan juga
panutan dalam mempraktikkan PHBS di Puskesmas.
o Pemanfaatan media seperti billboard di halaman,poster di dinding ruangan,
pertunjukan filem,pemuatan makalah/berita di majalah dinding, serta
penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-ulama atau figur publik
untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk taman obat/taman gizi dan lain-
lain.
o Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri dengan dibentuknya Forum Desa, yaitu
sebuah lembaga kemasyarakatan di mana para pemuka masyarakat desa/kelurahan
25
berkumpul secara rutin untuk membahas perkembangan dan pengembangan
kesehatan masyarakat desa/kelurahan.
o Pelatihan penyuluhan mengenai kesehatan yang ada di desa Mjt
o Pelatihan pola hidup sehat
o Pelatihan untuk berperan aktif dalam pengontrolan taraf kebersihan makanan,
udara, air, dan limbah di desa Mjt
6. Apa inventarisasi peraturan perundangan terkait?
1. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air
Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut persyaratan kualitas air minum
menurut Permenkes NO.492/Menkes/Per/IV/2010
26
27
2. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara
- Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal : 26
mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional
No ParameterWaktu Pengukuran
Baku MutuMetode Analisis
Peralatan
1 SO2
(Sulfur Dioksida)
1 jam24 jam1 tahun
900 ug/Nm3
365 ug/Nm3
60 ug/Nm3
Pararosanilin Spektrofotometer
2 CO (Karbon Monoksida)
1 jam24 jam1 tahun
30.000 ug/Nm3
10.000 ug/Nm3NDIR NDIR Analyzer
3 NO2
(Nitrogen Dioksida)
1 jam 24 jam1 tahun
400 ug/Nm3
150 ug/Nm3
100 ug/Nm3
Saltzman Spektrofotometer
4 O3 (Oksidan) 1 jam1 tahun
235 ug/Nm3
50 ug/Nm3Chemiluminescent
Spektrofotometer
5 HC (Hidro Carbon)
3 jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization
Gas Chromatografi
6 PM10
(Partikel < 10 um)
24 jam 150 ug/Nm3 Gravimetric HI-Vol
PM25* 24 jam
1 jam65 ug/Nm3
15 ug/Nm3GravimetricGravimetric
Hi- Vol Hi- Vol
7 TSP (debu) 24 jam 1 jam
230 ug/Nm3
90 ug/Nm3Gravimetric HI- Vol
8 Pb (Timah hitam)
24 jam1 jam
2 ug/Nm3
1 ug/Nm3Gravimetric Ekstratif Pengabuan
Hi- Vol AAS
9 Dustfall (Debu jatuh)
30 hari 10 Ton/ Km2/Bulan (Pemukiman)20 Ton/Km2/Bulan (industri)
Gravimetric Cannister
10 Total Fluorides (as F )
24 Jam90 hari
3 ug/Nm30,5 μg / Nm3
Spesific Ion Electrode
Impinger atauCountinous Analyzer
11 Flour Indeks 30 hari 40 μg / 100 cm2 dari kertas limedfilter
Colourimetric Limed Filter Paper
12 Khlorine &Khlorine Dioksida
24 Jam 150 μg / Nm3 Spesific IonElectrode
Imping atauCountinous Analyzer
13 Sulphat Indeks
30 hari 1 mg SO3 / 100 cm3Dari Lead Peroksida
Colourimetric LeadPeroxida Candle
28
- Baku mutu udara ambien untuk wilayah Sumatera Selatan diatur berdasarkan peraturan
Gubernur Sumatera Selatan No. 15 Thun 2005, yaitu:
3. Masalah sampah dan limbah
Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan tinja
a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
b. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
c. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang
29
d. UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya
e. PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL)
f. PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan
beracun
g. PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air
h. Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak
lingkungan (BAPEDAL)
i. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996
tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
j. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996)
tentang baku tingkat kebauan
4. Peraturan Perundangan Terkait Makanan
a. Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi
Jasaboga.
Kepmen 715/03 mengatur:
i. Ketentuan umum
ii. Penggolongan
iii. Laik Higiene Sanitasi
iv. Persaratan Higiene Sanitasi
v. Pembinaan Pengawasan
vi. Sanksi.
b. Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan
hygien sanitasi makanan jajanan
c. Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana
produksi pangan industri rumah tangga (IRT)
d. PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan
7. Bagaimana interpretasi dari kualitas air minum ?
Parameter Hasil Uji Kadar Normal Keterangan
E. Coli 2000 / 100 cc 0 Melebihi batas yang
30
diperbolehkan
Total Coliform 1000 / 100 cc 0 Melebihi batas yang
diperbolehkan
Arsen 0,05 mg/dl 0,01 mg/dl Melebihi batas yang
diperbolehkan
Flourida 1,4 mg/dl 1,5 mg/dl Normal
Total Kromium 0,03 mg/dl 0,05 mg/ dl Normal
Kadmium 0,001 mg/dl 0,003 mg/ dl Normal
Nitrit 2 mg/dl 3 mg/ dl Normal
Nitrat 25 mg/dl 50 mg/ dl Normal
Sianida 0,07 mg/l 0,07 mg/ dl Normal
Selenium 0,01 mg/dl 0,01 mg/ dl Normal
Keterangan :
Ditemukannya E. Coli dan Total Coliform menandakan bahwa air sumur di desa Mjt
telah terkontaminasi dengan feses, hal ini menandakan air ini tidak layak digunakan.
Peningkatan kadar arsen di ambang batas normal pada air minum sangat berbahaya
dikarenakan sifat arsen yang sangat berbahaya seperti dapat menyebabkan diare,
muntah, kelumpuhan, dan peningkatan semua resiko kanker
8. Bagaimana interpretasi dari kualitas udara ?
Parameter Waktu
Pengukuran
Hasil Uji Baku Mutu Keterangan
SO2 24 jam 500 micrgr / M3 365 ug/Nm3 Meningkat / tidak
sesuai dengan baku
mutu
CO 24 jam 30000micrgr /
M3
10.000ug/Nm3 Meningkat / tidak
sesuai dengan baku
mutu
Nox 24 jam 200 micrgr / M3 150 ug/Nm3 Meningkat / tidak
sesuai dengan baku
mutu
O3 1 jam 200 micrgr / M3 235 ug/Nm3 Normal
31
Hidrokarbon 3 jam 100 micrgr / M3 160 ug/Nm3 Normal
Total
Suspended
Particulate
(TSP)
24 jam 500 micrgr / M3 230 ug/Nm3 Meningkat / tidak
sesuai dengan baku
mutu
Pb 24 jam 5 micrgr / M3 2 ug/Nm3 Meningkat / tidak
sesuai dengan baku
mutu
Resiko kandungan zat yang melebihi batas terhadap kesehatan
Sulfur Dioksida
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada
tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm
atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm.
SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan
kadiovaskular.Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak
dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relative rendah.
Karbon Monoksida
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk
berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen
keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO)
yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO
yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam
fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius,
bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan
fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil
tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita
gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
Nitrogen Oksida
Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan
bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan
32
terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Diudara ambient yang normal,
NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Pemajanan NO2 dengan
kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.
Oksidan
Oksidan fotokimia masuk kedalam tubuh dan pada kadar subletal dapat mengganggu
proses pernafasan normal, selain itu oksidan fotokimia juga dapat menyebabkan iritasi
mata. Pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan. Kontak
dengan Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2 jam pada orang-orang yang sensitif dapat
mengakibatkan pusing berat dan kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak
dengan ozon dengan kadar 9,0 ppm selama beberapa waktu akan mengakibatkan edema
pulmonari. Pada kadar di udara ambien yang normal, peroksiasetilnitrat (PAN) dan
Peroksiabenzoilnitrat (PbzN) mungkin menyebabkan iritasi mata tetapi tidak berbahaya
bagi kesehatan. Peroksibenzoilnitrat (PbzN) lebih cepat menyebabkan iritasi mata.
Hidrokarbon
Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan
baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah
industri dan padat lalulintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan
luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Khlorin
Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat menyebabkan iritasi pada mata saluran
pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion
hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif an
menyebabkan iritasi dan peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami
proses oksidasi dan membebaskan Oksigen. Dengan adanya sinar matahari atau sinar
terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi menjadi asam khlorida dan
oksigen. Selain itu gas khlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 –
6,0 ppm gas khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar
sebesar 14,0 – 21,0 ppm selama 30 –60 menit dapat menyebabkan penyakit paru-paru
( pulmonari oedema ) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru.
Partikel Debu
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat
tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan
umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran
partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk
kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran
partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih
besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Selain
33
itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan
iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata.
Lead (Pb)
Gangguan kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein
yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin,
Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan
sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang
nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, Kejang
dan gangguan penglihatan.
IV. SINTESIS
1. KESEHATAN LINGKUNGAN
A. DEFINISI
—-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
—-Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan,
yaitu :
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
34
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
—-Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3)
UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN
—-Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan
adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada
dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat
yang bersifat khusus.
D. MASALAH-MASALAH KESEHTAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
35
—-Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya
dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan
lingkungan antara lain :
1. Air Bersih
—-Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
—-Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
Batasan Sumber air bersih dan aman:
a) bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b) bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c) tidak berasa dan berbau
d) dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah tangga
e) memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Depkes RI
Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau water-related disease.
Terjadinya suatu penyakit memerlukan agen, bahkan kadang vector. Berikut beberapa contoh
penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebab :
1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis
2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare
3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis
4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm
5) leptospiral, contoh : Weil’s disease
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok
berdasarkan cara penularannya, meliputi :
1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan, contoh : kolera, tifoid, disentri basiler, hepatitis viral
36
2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan perorangan.
Terdapat 3 cara penularan dengan mekanisme ini :
a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak
b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma
c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis
3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang ditularkan memiliki
agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau
intermediate host, cth: schistosomiasis
4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan melalui gigian
serangga yang berkembang biak di dalam air, cth: filariasis, dengue, malaria, dan
yellow fever
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
—-Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau
sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
—-Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :2,6
Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat
antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
37
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan
dan penghawaan yang cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
—-Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor
/unsur, berikut:
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah
jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial
ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
—-Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan
dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah
ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
—-Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp
untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk
Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit
tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff
(rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air
untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan
pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
—-Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan
penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
38
penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis
dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
—-Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga
dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).
—-Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
—-Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran
udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air
pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung
umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di
jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
2. HAL YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT KESEHATAN
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh
faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat
berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat
dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat
39
dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah
tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang
kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-
gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam
Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya
tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan
nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan
penduduk di sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak dapat
dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang
memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan.
Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit
bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan
kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk
meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan
derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya
tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya
pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan
dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga
ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.
Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung
juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan (Jamkesmas) bagi masyarakat
kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah laiinya
seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib belajar dan ain-lain.
Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang
efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk
40
pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi
rumah sakit.
Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri, namun
saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakn secara simultan
dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal
ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan
rehabilitatif.
Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan
pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24
Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan tangggungjawab, diusahakan jangan sampai
menghilangkan culture atau budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling
membutuhkan satu sama lain.
41
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari
http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.
Jakarta, Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Mengenai
Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April
2010. Jakarta, Indonesia
Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional Nomor :
41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia
Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007.
Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia
Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC
42