83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

30
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate. Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi susu. Apabila terjadi beberapa gangguan pada proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi, akan mengalami sejumlah kelainan yang akan mengakibatkan proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi terganggu. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi ? 2. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi? 3. Apa saja yang termasuk gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi? 1.3 Tujuan 1.Mengetahui gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi ? 2.Mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi? 3.Mengetahui apa saja yang termasuk gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi ? 1.4 Mapping 1 Anak usia 7 tahun Giginya renggang-renggang

description

skenario

Transcript of 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Page 1: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses

ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk

dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim.

Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di

sepanjang sisi lateral dari neural plate.

Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental

lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan

menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan

erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di

bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental

lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch,

beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri pada laju yang

lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil

dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang,

yang merupakan calon benih gigi susu.

Apabila terjadi beberapa gangguan pada proses pertumbuhan dan

perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi, akan

mengalami sejumlah kelainan yang akan mengakibatkan proses

pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut

pendukung gigi terganggu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan

rongga mulut pendukung gigi ?

2. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan

jaringan rongga mulut pendukung gigi?

3. Apa saja yang termasuk gangguan dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi?

1.3 Tujuan

1.Mengetahui gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan

rongga mulut pendukung gigi ?

2.Mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan

perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi?

3.Mengetahui apa saja yang termasuk gangguan dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut

pendukung gigi ?

1.4 Mapping

1

Anak usia 7 tahun

Giginya renggang-renggang

Page 2: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan histologi gigi dan jaringan pendukung gigi

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi.

Proses ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi.

Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan

ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells.

Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate.

Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary

dental lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang

akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi

akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke

mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari

primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch

dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina

memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain,

sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel

terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang

merupakan calon benih gigi susu.

Pembentukan dental lamina, dental papila dan enemel organ:

1. Proses primary ephitelial thicketing

Proses pembentukan prinmary ephitelial thicketing

dimulai pada minggu keenam intra uterin. Tahap awal

ditandai dengan terjadinya proliferasi oral epitelium ke arah

ektomesenkim, kemudian di bawahnya membentuk primary

epitelial thicketing. Lapisan ini akan menghasilkan tunas gigi

(tooth bud). Gambar di bawah ini menunjukkan tahap awal

perkembangan gigi.

2. Tahap bud stage, cup stage dan bell stage

Bud stage

Tahap bud stage terjadi pada minggu ke 7, bud stage

turunan dari ectoderm dari lengkung brankian pertama dan

ektoektomesenkim dari neural crest. Sel-sel tertentu

Membentuk 3 bagian yakni enamel organ, dental papilla dan

dental follikel. Dibawah enamel organ terdapat kondensasi

ektomesenkim yang berkembang menjadi dental papilla dan

Pemeriksaan klinis Pemeriksaan rontgen

Masa geligi pergantian Diastema

Masa geligi normal

Benih gigi permanen lengkap

Page 3: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

folikel. Dental papila akan menjadi pulpa dan dentin. Enamel

organ, dental papila, folikel akan membantuk benih gigi.

Cup stage

Invaginasi papilary surface enamel organ membentuk

cekungan diatas dental papila. Cup stage terjadi pada minggu

ke 9. Sel-sel pada daerah tepi berkembang lebih cepat ke arah

bawah sehingga berbentuk seperti topi. Sel-sel di bagian luar

yang meliputi bagian cembung berbentuk kubus dan disebut

outer enamel epithelium (OEE). Lapisan sel pada bagian dalam

atau bagian cekung disebut inner enamel epithelium (IEE).

Cairan antar sel yang terdapat diantara outer enamel epithelium

dan inner enamel epithelium bertambah banyak sehingga

memisahkan sel-sel pada daerah tersebut. Sel-sel yang

berhubungan melalui cabang-cabang sel sehinggan memberi

ganbaran seperti gala yang disebut stellate retikulum. Rongga

diantara ini terisi oleh cairan kental yang kaya akan albumin,

sehingga konsistensi stelate retikulum seperti karet busa yang

kemudian berguna sebagai penyangga dan pelindung bagi sel-

sel pembantuk email.

Bell stage

Papila dentis mendesak tepi-tepi organa email ke bawah

dan menyebabakan bentuk organa email tampak seperti bel,

sehingga tahap ini disebut bell stage. Pada tahap ini, hubungan

lamina dentis dengan rongga mulut terputus. Bagian-bagian

tepi organa email terus bermigrasi ke dalam sehingga bentuk

organa email tampak seperti bel. Sel epitel dalam

berdiferensiasi menjadi torak disebut ameloblas. Di antara

lapisan epitel email dalam dengan stelate retikulum disebut

stratum intermedium.Sel-sel epitel email luar kini bentuknya

menjadi gepeng. Sementara itu lamina dentis berkembang terus

ke dalam membentuk benih gigi tetap. Sel mesenkhim pada

tepi papila dentis berdiferensiasi menjadi odontoblas.

Bentuknya mula-mula kubus menjadi torak. Membran basalis

yang emisahkan organ email dengan papila dentis sebelum

pembentukan dentin disebut prevormativa. Dengan

perkembanan akar, serat-serat ini akan berdiferensiasi menjadi

serat-serat periodontium. Pada tahap bell yang lanjut, batas

antara epitel email dalam dengan odotoblas merupakan calon

hubungan dentin email.

2.2 Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap (erupsi)

Proses Erupsi

Erupsi gigi adalah proses bergeraknya gigi ke dalam

rongga mulut menembus tulang alveolar. Proses erupsi gigi adalah

proses fisiologis dimana gigi bergerak ke arah vertikal, mesial,

bergerak miring dan rotasi. Gerakan-gerakan ini merupakan

tekanan (kekuatan) untuk mencapai posisi gigi dan

Page 4: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

mempertahankan titik kontak dengan gigi tetangga. Erupsi dapat

dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase pra-erupsi, fase erupsi

prefungsional, dan fase erupsi fungsional. Fase pra-erupsi adalah

periode sejak dimulainya pembentukan gigi sampai mulai

bergerak ke dalam rongga mulut. Fase erupsi prefungsional

meliputi periode perkembangan akar sampai gigi menembus

gingiva. Fase erupsi fungsional merupakan fase setelah gigi

berkontak dengan gigi antagonis dan gigi terus-menerus erupsi

sesuai perubahan dinamis tubuh. Waktu erupsi gigi di rongga

mulut berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses

.pembeniukannya lebih awal akan bererupsi lebih dahulu

dibandingkan dengan gigi yang dibkmtuk sesudahnya. Waktu

erupsi gigi dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata

waktu erupsi gigi yang normal. Waktu erupsi gigi dipengaruhi

oleh banyak factor baik yang bersifat lokal maupun sistemik.

Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan

pertumbuhan pulpa di dalamnya ketika foramen apikal masih

terbuka lebar, cenderung tekanan erupsi yang paling kecil. Deosisi

sementum pada permukaan akar akan menimbulkan sedikit gerak

eruspsi bila akar sudah terbentuk sempurna. Arah erupsi dari

mahkota gigi akan dituntun oleh sisa perlekatan folikel gigi

terhadap eptelium mulut. Tekanan pada daerah jaringan di sekitar

akar-akar gigi dan perubahan vaskularisasimjaringan periodontal,

termanifestasi berupa tekanan eruptif.

Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktifitas matrik

fungsional yang berada diantara periodontal ligamen dan jaringan

keras. Proliferasi jaringan ikat dari periodontal ligamen atau

penumpukan cairan jaringan periodontal akan cenderung

memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul tekanan eruptif.

Tahap-tahap erupsi gigi yang teratur menunjukkan bahwa erupsi

berada di bawah kontrol genetik. Terdapat variasi yang cukup

besar antara umur erupsi gigi, suatu peristiwa yang sangat mudah

dipengaruhi oleh nutrisi, hormon, dan penyakit.

2.3 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi

1. Kelainan akibat kegagalan migrasi neuro crest

Kegagalan neural crest bermigrasi dapat diartikan sebagai

kelainan neural crest. Padahal gigi-gigi berasal dari lapisan benih

primer, ektodermal, dan mesodermal yang juga dipengaruhi oleh

neural crest. Kelainan neural crest dapat menimbulkan anodonsia

(tidak adanya gigi). Tidak adanya gigi (anodonsia) dapat

menyeluruh atau yang lebih sering lagi sebagian mengenai gigi-

gigi tertentu, serta dapat mengikuti pola herediter, atau merupakan

bagian dari suatu sindrom misalnya ektodermal diplasia. Beberapa

tipe gigi, misalnya molar ketiga tidak ada (kongenital). Kelainan

bentuk gigi sangat bervariasi.

Page 5: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Perkembangan komplek kraniofasial merupakan bagian

dari semua populasisel di atas. Penyimpangan salah satu populasi

ini dari perkembangan normal dan timbulnya rongga akan

memberi akibat yang buruk, termasuk timbulnya kelompok

kelinan yang disebut sindrom neurokristopati.

2. Kelainan akibat gangguan selama amelogenesis,

dentinogenesis dan sementogenesis

Gangguan amelogenesis

Hipoplasia dan hipomineralisasi yang disebabkan faktor

sistemik

Sampai saat kelahiran semua gigi sulung terlindung dari semua

gangguan sistemik yang paling parah, oleh karena itu email

prenatal biasanya mempunyai struktur yang homogen. Kelainan

pada email postnatal biasanya dihubungkan dengan kelainan

sistemik pada waktu kelahiran atau selama perkembangan

postnatal. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah amelogenesis

imperfekta (genetis), kelainan metabolisme. gangguan selama

amelogenesis dapat menyebabkan cacat enamel. Hal ini

disebabkan dari gangguan autosomal dominan genetik atau

hipoplasia atau hipomineralisasi sporadik karena lingkungan dari

jaringan keras. Gigi sangat sensitif terhadap kekurangan vitamin

tertentu dan hormon, terhadap gangguan metabolik, inveksi bakteri

dan virus. Kekurangan ii mendorong timbulnys lesi pada jaringan

keras yang sifatnya menetap.

gangguan dentinogenesis

Akibat yang ditimbulkan dari adanya gangguan ini sama

dengan adanya gangguan selama amelogenesis. Cacat enamel

merupakan pencerminan dari gangguan autosomal dominan

genetik.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Anatomi dan histologi pertumbuhan dan perkembangan gigi dan

jaringan rongga mulut pendukung gigi

3.1.1 Anatomi gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi

ODONTOGENESIS

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi.

Proses ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi.

Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan

ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells.

Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate.

Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary

dental lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang

akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi

akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke

mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari

Page 6: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch

dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina

memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain,

sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel

terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang

merupakan calon benih gigi susu.

o Email

Email adalah jaringan keras yang melapisi mahkota gigi

yang terbentuk dari sel-sel ameloblas. Enamel berasal

dari jaringan ektoderm yang hanya dapat terbentuk di

daerah mahkota dan penuh dengan garam-garam Ca.

Enamel merupakan jaringan terkeras dari tubuh yang juga

sangat peka terhadap rangsangan. Proses ameloblast

didahului dentinogenesis. Enamel dapat berpoliferasi

dengan mitokondria dan retikulum endoplasma. Antara

email dan dentin membentuk dentino cemento junction.

Email tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan

bagian-bagian yang rusak , oleh karena itu begitu gigi

erupsi maka terlepaslah ia dari jaringan-jaringan lainnya

yang ada di dalam gusi/rahang. Akan tetapi ada hal-hal

lain yang dapat memperkuat dirinya yaitu begitu erupsi,

lalu terjadi perubahan-perubahan susunan kimia pada

dirinya sehingga email akan lebih kuat menghadapi

rangsangan-rangsangan yang diterimanya.

Jadi bila email rusak sekali saja rusak harus ditambal

karena ia tidak mempunyai kemampuan untuk

menggantikan bagian-bagian yang rusak.

Page 7: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

o Dentin

Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan

merupakan jaringan yang telah mengalami kalsifikasi

sama seperti tulang, tetapi lebih keras karena kadar garam

kalsiumnya lebih besar 80% dalam bentuk hidroksi

apatit. Di dalam dentin terdapat odontoblas yang berasal

dari mesenkim yang mensintesis glikosaminoglikans. Sel

pada puncaknya yang menghadap dentin membentuk cell

web dengan junctional complex dan tonjolan sitoplasma.

Di dalam dentin terdapat saluran-saluran kecil yang

disebut sebagai tubulus dentin. Dentin muda yang baru

terbentuk merupakan suatu lapisan yang berhubungan

dengan pangkal tonjolan odontoblas dan disebut sebagai

predentin. Di dalam dentin juga terdapat daerah-daerah

kecil yang disebut ruang interglobular, yang hanya

sebagian atau tidak sama sekali mengalami pengapuran.

Pembentukan dentin bersifat siklis dan tidak teratur.

Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin dan

konsentrasi ion hidrogen. Terdapat beberapa macam

dentin yaitu :

1. Transparan dentin :

Dentin yang warnanya transparan dan terdapat

di sekeliling daerah yang belum mengalami

invasi bakteri. Terdapat disekeliling zona yang

mengalami dekalsifikasi atau pengurangan

dalam pembentukan garam Ca. Zona ini meluas

dari tepi ke tepi sekitar karies gigi. Tubula

dentin dari zona transparan berisi bahan-bahan

granulasi yang tak terdapat pada dentin biasa

atau dentin yang mati.

2. Nuvo dentin :

Dentin yang baru di bawah transparan dentin.

3. Sekunder dentin :

Dentin yang terbentuk pada dinding sebelah

dalam dari rongga pulpa.

o Pulpa

Pulpa adalah jaringan lunak dari gigi, bentuk luar pulpa

seperti membentuk mahkota. Pulpa gigi ini akan

membentuk dentin. Bentuk garis luar pada saluran pulpa

mengikuti bentuk akar gigi. Bagian-bagian pada pulapa

terdiri dari:

1. Rongga pulpa : terdapat pada bagian korona gigi

Page 8: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

2. Tanduk pulpa : ujung dari ruang pulpa

3. Saluran pulpa / saluran akar : dimana rongga

pulpa terdapat pada bagian akar gigi

4. Foramen apikal : ujung dari saluran pulpa

(apeks)

5. Suplementari canal : mempunyai 2 atau lebih

cabang atau yang lebih dekat dengan cabang

apikalnya.

6. Orifice : pintu masuk saluran akar gigi

o Sementum

Sementum menutupi dentin akar gigi mulai dari leher

sampai ujung bawahnya, dan berfungsi untuk mengikat

gigi pada membran periodontal. Sementum seperti

tulang, merupakan jaringan labil yang bereaksi terhadap

stress dan dalam keadaan tertentu dapat mengalami

resorpsi dan hiperplasi. Sementum memberi nutrisi pada

gigi.

Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau

pembentukan kembali tetapi mengalami apposisi atau

makin tua umur makin tebal lapisan semen, pembentukan

semen ini berjalan dari arah selaput periodontal sebagai

lapisan. Menurut Gottlieb, pengendapan semen terjadi

terus mnerus selama hidup dan ini berhubungan dengan

terjadinya pertumbuhan gigi.

Dalam pertumbuhan gigi yang fisiologis, lebar dari ruang

periodontal dipertahankan di semua bagian oleh karena

pengendapan semen lebih banyak dibagian apikal dan

bifurkasi.

Macam-macam semen

1. Semen primer adalah semen yang terdapat pada

waktu erupsi gigi.

2. Semen fisiologis adalah lapisan semen yang

terbentuk karena meningkatnya usia.

3. Semen patologis adalah semen yang terbentuk

karena iritasi obat-obatan pada perawatan

endodontia, karena penyakit dan sebagainya,

misalnya: hipersementosis dan hipersementosis.

o Ginggiva

• Ginggiva marginal / ginggiva tepi

Page 9: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Lebar marginal sekitar 1mm

Berwarna coral pink

Membentuk jaringan lunakdari sulcus ginggiva

• Ginggiva cekat / attached ginggiva

Kelanjutan dari ginggiva marginal dan berhubungan

dengan mukosa alveolar

Lebarnya 1-9mm

Warnanya coral pink, konsistensi kenyal dan ada

gambaran stippling

• Ginggiva interdental

Menempati embrasur ginggiva yang merupakan

diapikal kontak gigi

o Tulang alveolar

Tulang ini berupa jaringan keras yang merupakan tempat

gigi tertanam. Tulang ini merupakan bagian dari tulang

maksila dan mandibula yang menyagga gigi. Bagian

tulang ini berupa selapis tipis tulang kompak yang

membentuk soket dan mengelilingi bagian akar gigi yang

merupakan tempat tertanamnya ligamen periodental.

Bagian ini mempunyai banyak foramen yang halus

sebagai tempat pembuluh darah dan saraf (tempat

inervasi dan vaskularisasi) dari ligamen periodental.

o Membran Periodontal

Membran atau ligamen periodontal terletak di antara tualng

alveolar dan gigi yang turut menyokong gingiva pada leher gigi.

Fungsinya tidak hanya sebagai periosteum tulang alveolar, tetapi

juga sebagai ligamen penyangga gigi di dalam soketnya sehingga

memungkinkan gigi bergerak sedikit ke segala arah. Selama erupsi

gigi berlangsung dan gigi mulai berfungsi, serat periodontal atau

ligamen periodontal menjadi makin teratur susunannya dan

semakin tebal.

3.1.2 Histologi pertumbuhan dan perkembangan gigi

TAHAP BUD STAGE, CUP STAGE, DAN BELL STAGE

1. Inisiasi (bud stage)

Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan

ektodermal, merupakan gambaran morfologi pertama dari

perkembangan gigi, akan tetapi hal ini didahului suatu gejala

dasar induktif. Tanda-tanda pertumbuhan ektomesenchym

berasal dari neural crest menunjukkan induksi primer dari

odontogenesis. Jaringan odontogenik primer dapat dibedakan

dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia sedini

Page 10: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

pada awal kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai

suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari

stomodeum, dan pada saat membrane oropharyngeal pecah.

Penebalan epitel berkembang sampai batas-batas inferior

lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior

lateral dari lengkung mandibula, dimana kedua hubungan

tersebut membentuk tepi lateral dari stomodeum. Permulaan

epitel odontogenik timbul kira-kira pada usia perkembangan

35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang frontonasal,

menimbulkan empat daerah asli yang tepisah dari jarngan

odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal

dari lamina gigi dalam tulang frontonasal, dan gigi posterior

atas berasal dari tulang lateral rahang atas.

2. Tahap Proliferasi ( cap stage )

Proliferasi adalah gejala di mana proyeksi dari

lamina gigi meluas sampai ke dasar mesenkim pada tempat

yang khusus dan membentuk primordial dari gigi primer.

Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar

ukuranya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir atau

vestibula lamina berkembang hampir berdekatan dan

bersama-sama lamina gigi. Pita ini mengikuti pola

pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan lamina gigi

kecuali apabila tempatnya lebih dekat dengan permukaan

wajah. Bentuk yang tidak umum dari lamina ini adalah

sesudah pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan

lebar, sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu ruangan yang

besar dibatasi oleh jaringan epitel. Ruangan ini membentuk

vestibula dari mulut dan bibir, dan sisa-sisa jaringan epitel

membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada perkembangan

dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan

keras stomodeum. Jaringan mesoderm mendorong jaringan

epitel sehingga terbentuk topi (cap stage / clock form) bila

terjadi gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan

kelainan dalam jumlah gigi, misalnya anodontia dan

hyperdontia.

3. Tahap Histodiferensiasi ( bell stage )

Page 11: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi (cap

stage) ke bentuk lonceng. Terjadi karena kegiatan inti sel

membelah diri (miotik) . Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer

dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap

lonceng ini ditandai oleh histodiferensiasi dan

morfodiferensiasi.

Yang terlihat pada tahap ini adalah rangkaian

perubahan bentuk (metamorfosis) dan organ enamel yang

khas untuk gigi susu dan tetap. Ketika berubahnya bentuk

kuntum yang dini dengan pembesaran dan pembesaran ke

dalam organ pada tahap topi atau cap, yang kemudian menjadi

organ bentuk organ yang besar. Peristiwa dasar dari

diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan

berlanjut sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan

aposisi. Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan

kelanjutannya oleh invasi mesenchym dari jaringan pengikat

di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara

teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari

gigi tetap.

Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan

jaringan mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama

perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian dari

perubahansel menghasilkan 4 lapisan :

1. Epitel bagian luar dari organ enamel

2. Stellate reticulum

Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi

3. Stratum intermediare

4. Ameloblas.

4. Tahap Morfodiferensiasi

Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari

gigi yang akan datang dibentuk pada tahap morfidiferensiasi.

Morfodiferensiasi tidak mungkin terjadi tanpa tahap proliferasi.

Tahap lonceng yang berlanjut menandai tidak hanya

histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting

Page 12: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

morfodiferensiasi dari korona dengan menggaris luarkan dentino

enamel junction yang akan datang.

Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda

dan mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola

tertentu dari pembiakan sel. Dalam penyesuaian dengan pola ini

ameloblas, odontobla, dan sementoblas mengendapkan enamel,

dentin, dan semenetum serta memberi bentuk dan ukuran yang

khas pada gigi.

Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi

tonjolan kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap.

Tangkai gigi kemudian putus sekitar pembentukan gigi ini.

Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk suatu kantong

yang disebut kantong gigi ( Saccus dentis ).

PERTUMBUHAN GIGI

Komponen gigi berasal dari mesoderm kecuali enamel yang

berasal dari ectoderm.

Proses pertumbuhan gigi

1. Dimulai sejak janin ± 5 minggu dimana tampak ektoderm dari

mulut yang berbentuk penebalan seperti tapal kuda pada

rahang atas dan rahang bawah, yang merupakan bentukan

labiodental lamina.

Labiodental lamina ini bercabang yang sisi labial membentuk

vestibulum oris, sedang sisi lingual dinamakan lamina

dentalis.

Pada lamina dentalis terbentuk 10 tonjolan tooth germ atau

disebut Bud stage atau enamel knot dari enamel organ yg

merupakan bakal gigi-gigi decidua.

A. Dental Lamina

B. Mesenchymal, Neural Crest

2. Ketika janin berusia ± 10–12 minggu, disebelah lingual dari

tooth germ gigi decidua yang telah terbentuk diatas, dental

lamina membentuk tooth germ (bud stage) lagi untuk gigi

permanen.

Page 13: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Gambar : Bud Stage

3. Dibawah bud stage jaringan mesenchime memadat membentuk

primordeum dari dental papila. Papilla ini bertumbuh &

menyebabkan invaginasi dari dasar tooth germ sehingga

bentuknya berubah menyerupai topi (cap stage). Sampai disini

tooth germ disebut sebagai enamel organ dengan dental papilla

dibawahnya.

3. Lebih lanjut diikuti pemadatan jaringan disekitar enamel

organ. Bagian yang memadat yang mengelilingi enamel

organ disebut dental sac (dental follicle) yang akan

membentuk sementum & membran periodontal.

Selanjutnya dental sac memutuskan hubungan dengan dental

lamina & merupakan tahapan bell stage lebih lanjut.

Gambar Bell stage :

A. Inner enamel epithelium;

B. Outer enamel epithelium;

C. Stellate reticulum;

D. Successional lamina;

E. Dental lamina;

F. Dental papilla;

G. Dental sac.

Page 14: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

5. Perkembangan enamel organ.

Sel-sel dalam enamel organ mengalami differensiasi sehingga bentuknya

seperti bintang & berhubungan satu dengan yang lainnya melalui tonjolan-

tonjolan sitoplasmanya.

Diantara sel-sel dipisahkan oleh cairan. Struktur ini disebut sebagai

stellate retikulum atau enamel pulp.

Di permukaan cembung dari enamel organ dilapisi oleh outer epitelium,

sedang pada yang menutupi dental pulp sel-sel nya berbentuk silindris

disebut inner epitelium enamel yang kemudian menjadi ameloblast.

Diatas ameloblast ada 2 atau beberapa lapis epitel kubis stratum

intermedium.

6. Sekitar minggu ke 20 terjadi apposition yaitu mulai dibentuk dentin.

Sabut-sabut retikuler dibentuk dalam pulpa dentin terutama pada batasanya

dengan ameloblast yang disebut sabut dari Korff. Sabut ini bergabung

dengan lamina basalis & menebal disebut membrana primormativa.

Sel-sel mesenkim yang berada didekat membran primormativa tersebut

membesar & membentuk lapisan yang terdiri dari sel-sel silindris disebut

sel odontoblast.Sabut-sabut Korff diantara odontoblast membesar &

arahnya sejajar dengan membrana primormativa. Disekitar sabut tersebut

terbentuk bahan dasar setengah padat.

Bahan dasar & kolagen ini disebut sebagai predentin. Predentin akan

mengalami pengapuran menjadi dentin.

Odontoblast membtk sabut kolagen & bhn dasar organiknya. Mula-mula

odontoblast melekat pada membran primormativa tetapi sewaktu

pembentukan dentin ia terus bertahan, terletak dipermukaan, tetapi

memanjangkan tonjolan sitoplasmanya dalam saluran kanalikuli dentinalis.

Tonjolan sitoplasma odontoblast didalam kanalikuli ini disebut dentinal

fibers atau Tome’s fibers.

7. Enamel akan terbentuk setelah selapis dentin terbentuk.

Segmen dari ameloblast yang dekat dentin tampak granuler, bagian ini

disbt Tome’s process.

Bagian ini yang mengeluarkan bahan organik yang merupakan matriks

enamel prismata/rod.

Bedanya dengan odonblast, ameloblast secara sinkron mundur dengan

membentuk matriks, sedang odontoblast tonjolan sitoplasmanya tetap

tinggal karena terkurung dalam dentin.Pengendapan mineral terus berjalan

tetapi selalu ada segmen pendek dekat ameloblast yang tak mengapur.

Bahan interprismatik juga mengapur. Klasifikasi yang lengkap hanya

terjadi sesudah prismata mencapai panjang yang sepenuhnya. Sesudah

enamel selesai dibentuk, ameloblast membentuk primary enamel cuticle.

Enamel organ sekarang hanya berupa beberapa lapisan sel-sel kubis atau

disebut reduced enamel epitelium.

1

Page 15: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Pada waktu erupsi dibentuk secondary enamel cuticle oleh reduced enamel

epithelium. Primary & secondary enamel epithelium keduanya membtk

membrane dari Nasmyth yang menutupi enamel, & akan menghilang

karena digunakan untuk mengunyah.

Reduced enamel epithelium pada waktu gigi erupsi bergabung dengan

epitel gingiva dan merupakan perlekatan antar gigi dan gingiva (attached

epithelial cuff).

3.1.3 Histologi pertumbuhan dan perkembangan jaringan periodontal

GAMBARAN HISTOLOGIK GINGIVA

Epitelium gingiva

1. Epitelium oral

2. Epitelium sulcular

3. Junction epitelium

EPITELIUM ORAL

Menutupi puncak gingiva sampai dengan attached

gingiva. Epitelium oral yang normal terdiri dari epitelium

squamoos berlapis yang berkeratin atau parakeratin. Mayoritas sel

oral epitelium adalah keratinosit yang memiliki kemampuan

memproduksi filament keratin sitoplasmik (tonofilament). Keratin

polipeptida , molekul sitoskeleton merupakan bentuk yang

kompleks dimana berat molekul dari 40 sampai 68 kDA dan

berfungsi memberikan kekuatan mekanik pada epitelium.

Epitelium pada gingiva marginal cekat, ketebalannya dan

karakternya seragam. Bagian epitel yang berbatasan dengan

jaringan ikat di bawahnya berbentuk khas, epitelium menjorok ke

arah jaringan ikat dan membuat bentukan rete peg yang

menyerupai jari diantara tonjolan-tonjolan (papilla) jaringan ikat.

Epitelium berbatasan dengan jaringan ikat di bawahnya oleh suatu

daerah yang disebut lamina dura / basal membran. Tipe sel dari

oral epitelium adalah melanosit, sel langerhans dan sel merkel.

Sel melanosit adalah dendritik terletak pada lapisan basal,

sel-sel ini mensintesis melanin. Sel ini mengandung enzim

tirosinase yang menghidroksilasi tirosin menjadi dihidroksi

fenilalanin yang kemudian akan menjadi melanin. Sel langerhans

juga sel dendritik banyak ditemui diantara keratinosit yaitu pada

supra basal. Mengandung granula yang diduga sebagai makrofag

yang memiliki sifat antigenic. Sedangkan sel merkel tedapat pada

lapisan epitel bagian dalam dan merupakan terminal dari serabut

saraf, berhubungan dengan sel lain oleh desmosom.

Epitelium oral berlapis-lapis dan berkeratin dibagi menjadi 4

lapisan :

Page 16: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

a. Basal Layer (Stratum Basale atau Stratum Germinativum)

Selnya berbentuk kuboidal atau kolumnar sepanjang

dasar membrane. Di lapisan ini sel-sel dapat melakukan

mitosis. Lebar lapisan ini kurang lebih 1-2 µm

mengandung karbohidrat (glikoprotein). Sel epitelnya

dikelilingi substansi ekstraseluler yang juga mengandung

protein polisakarida. Bila dilihat dengan mikroskop

elektron terdapat membran yang berbatasan dengan lamina

lucida. Lamina lucida memiliki lebar kurang lebih 400Å.

Disebelahnya terdapat suatu ruangan tipis disebut lamina

densa disebut juga anchoring fibers dengan lebar kurang

lebih 1µm, berhubungan dengan jaringan ikat dibawahnya.

Lamina densa terdiri dari kolagen tipe IV.

b. Prickle Cell (Stratum Spinosum)

Lapisan ini terdiri dari 10-20 lapis selnya berbentuk

polyhedral dan nampak seperti tonjolan-tonjolan

sitoplasmik. Tonjolan sitoplasmik saling berhubungan

dengan tonjolan sel-sel disebelahnya. Sintesis keratin

dimulai pada lapisan ini. Sel langerhans juga ditemukan

pada lapisan ini.

c. Granular Cell Layer (Stratum Granulosum)

Sel granulosum tampak datar, pada lapisan ini

sintesis keratin menjadi terus menerus oleh karena itu

keratohyalin yangberkaitan dengan pembentukan keratin

tampak pada lapisan ini.

d. Keratinized Cell Layer (Stratum Corneum)

Lapisan ini paling luar. Sel-selnya berbentuk pipih,

pada sitoplasmanya tidak didapatnkan organel sel seperti

nukleus, mitokondria, retikulum endoplasma dan aparatus

golgi.

EPITELIUM SULCULAR

Terletak di sepanjang sulkus gingiva dari batas coronal

junctional epitelium ke puncak margin gingiva. Epitelium ini tipis,

tidak berkeratin, tidak mengandung rete peg. Epitelium sulkular

bertindak sebagai barier anatomik dan merupakan pertahanan

pertama bagi gingiva. Fungsi barier dan epitelium sulkular ini

karena letak selnya yang rapat, sehingga dapat betrperan sebagai

membran semipermeabel untuk mencegah mikroorganisme dan

produk-produknya sehingga tidak mudah tembus ke jaringan yang

lebih dalam. Epitelium sulkular diperbarui dengan cepat kurang

lebih 3-6 hari. Ini menunjukkan bahwa epitel mempunyai

kemampuan untuk repair dengan cepat.

JUNCTIONAL EPITHELIUM

Page 17: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Pada keadaan sehat junctional epitelium terletak pada

enamel dan meluas ke pertautan semento-enamel. Terdiri dari

squamous berlapis, menyerupai pita dan tidak berkeratin. Junctional

epitelium melekat pada permukaan gigi oleh lamina basal seperti

perlekatan epitel pada jaringan ikat lain. Junctional epitelium paling

tebal terletak di bagian koronal kurang lebih 15-30 lapis.

Perbedaan yang nyata antara oral sulkular epitelium, oral

epitelium dan junctional epitelium adalah:

- Ukuran sel pada junctional epitelium relative lebih besar

dibanding oral epitelium.

- Space interseluler pada junctional epitelium relative lebih lebar

dibanding oral epitelium.

- Jumlah desmosom junctional epitelium lebih kecil dibanding oral

epitelium.

Jaringan Ikat Gingiva

Jaringan ikat gingiva disebut juga lamina propia. Lamina

propia terdiri dari 2 lapisan : (1) papillary layer merupakan lapisan

yang letaknya berbatasan dengan epitelium, tediri dari tonjolan-

tonjolan antara rete peg epitelial, (2) reticular layer, lapisan yang

berbatasan dengan periosteum dari tulang alveolar. Komponen

jaringan adalah serabut kolagen (60%), fibroblas (5%), pembuluh

darah, saraf, limfatik, dan matrik atau substansi dasar (35%).

GAMBARAN HISTOLOGIK LIGAMEN PERIODONTAL

Komponen utama ligamen periodontal adalah serabut

terutama serabut kolagen, yang tersusun dalam bundelan, memiliki

arah atau orientasi yang tertentu. Serabut-serabut yang ujungnya

berinsersi pada sementum di satu sisi dan di sisi lain yang lain

berinsersi pada tulang disebut sebagai Sharpey. Serabut ligamen

periodontal dikelompokkan menjadi principal fiber:

o Serabut transeptal

Serabut ini membentang dari interproksimal. Alveolar crest

tertanam dalam sementum diantara gigi yang berdekatan.

Serabut-serabut ini dapat mengalami regenerasi bila mengalami

kerusakan.

o Serabut Alveolar Crest

Serabut ini berjalan dari sementum pada leher gigi ke

puncak tulang alveolar. Fungsinya menyeimbangkan daya tolak

ke koronal dari serabut yang terletak lebih ke apikal sehingga

mempertahankan gigi pada soketnya dan menahan gigi ke

lateral.

Page 18: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

o Serabut Horizontal

Berjalan dari sementum ke puncak tulang alveolar dan

membentang dalam arah tegak lurus aksisi panjang gigi.

Fungsinya hampi sama dengan serabut alveolar crest.

o Serabut Oblik

Serabut ini berjalan dati tulang sedikit ke apikal untuk

berinsersi pada sementum sehingga dapat menahan gigi pada

soketnya. Serabut ini terbanyak pada ligamen periodontal.

Fungsinya menahan tekanan mastikasi dari arah vertical.

o Serabut Apikal

Serabut ini membentang dari sementum ke tulang alveolar

pada bagian apikal. Disini juga terdapat serabut interradikular

yang terletak di daerah furkasi dan trifurkasi. Bila gigi belum

sempurna dibentuk serabut ini tidak ada.

o Serabut Interadikuler

Serabut ini mencegah gigi tipping dan ekstruded.

GAMBARAN HISTOLOGIK SEMENTUM

Gambaran mikroskopik sementum dibagi menjadi :

1. Sementum aselluler (extrinsic fiber cementum : AEFC)

Ditemukan pada koronal dan pertengahan

akar gigi dan mengandung Sharpey fibers. Tipe

sementum ini melekat dan berhubungan dengan gigi

melalui alveolar bone proper. Selain itu tipe sementum

ini membentuk lapisan permukaan yang tipis,

homogen dan menutupi seluruh permukaan akar gigi

mencapai daratan oklusal.

2. Sementum selluler (mixed stratified cementum :

CMSC)

Terbentuk pada sepertiga apikal gigi

bifurkasi. Cementum ini mengandung serabut

ekstrinsik dan intrinsik.

3. Sementum sellular (intrinsic fiber cementum : CIFC)

Terjadi setelah gigi mencapai dataran oklusal

dan mengandung sel-sel (sementosit) yang terletak

pada ruangan lacuna dan berkomunikasi dengan sel

lainnya.

GAMBARAN HISTOLOGIK TULANG ALVEOLAR

Terdapat 3 jenis sel yang biasanya dibicarakan dalam

kaitannya dengan histologik tulang yakni osteobals, osteosit,

Page 19: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

dan osteoklas. Asal dan perkembangan dari sel-sel ini belum

dapat dipastikan.

1. Osteoblas

Merupakan sel yang bertanggung jawab pada

pembentukan serabut-serabut kolagen dan substansi dasar

yang menyusun matriks organik tulang (osteosid).

Penampakan sel-sel ini bervariasi sejalan dengan

aktivitasnya. Aktivitasnya berkaitan dengan adanya

osteogenesis.

2. Osteosit

Merupakan osteoblas yang menjadi terjebak dalam

matrik tulang yang mengalami mineralisasi. Osteosit

berhubungan dengan osteosit yang lain melalui procesus

sitoplasmiknya yang membentuk sistem hubungan

kanalikuli. Ketika matriks mengalami mineralisasi, tiap-

tiap osteosit menempati suatu lubang kecil atau lakuna

dalam tulang yang baru terbentuk. Osteosit merupakan

konstituen utama dari serabut kolagen, glycoprotein dan

proteoglycan. Tipe dari kolagen pada tulang alveolar

adalah tipe I tapi ada beberapa kolagen tipe III dan IV

walaupun dalam jumlah yang sedikit.

3. Osteoklas

Merupakan sel yang berinti banyak yang terlibat

dalam proses resorpsi tulang. Sel-sel ini terletak pada

cekungan dangkal pada permukaan tulang (cekungan ini

disebut Howship’s lacunae). Osteoklas merupakan sel

yang besar mengandung banyak nukleus (hingga 100

buah), banyak mengandung badan golgi dan mitokondria.

3.2.1 Proses pergantian gigi sulung menjadi gigi tetap (erupsi)

Proses Erupsi

Erupsi gigi adalah proses bergeraknya gigi ke dalam

rongga mulut menembus tulang alveolar. Proses erupsi gigi adalah

proses fisiologis dimana gigi bergerak ke arah vertikal, mesial,

bergerak miring dan rotasi. Gerakan-gerakan ini merupakan

tekanan (kekuatan) untuk mencapai posisi gigi dan

mempertahankan titik kontak dengan gigi tetangga. Erupsi dapat

dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase pra-erupsi, fase erupsi

prefungsional, dan fase erupsi fungsional. Fase pra-erupsi adalah

periode sejak dimulainya pembentukan gigi sampai mulai

bergerak ke dalam rongga mulut. Fase erupsi prefungsional

Page 20: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

meliputi periode perkembangan akar sampai gigi menembus

gingiva. Fase erupsi fungsional merupakan fase setelah gigi

berkontak dengan gigi antagonis dan gigi terus-menerus erupsi

sesuai perubahan dinamis tubuh. Waktu erupsi gigi di rongga

mulut berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses

.pembeniukannya lebih awal akan bererupsi lebih dahulu

dibandingkan dengan gigi yang dibkmtuk sesudahnya. Waktu

erupsi gigi dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata

waktu erupsi gigi yang normal. Waktu erupsi gigi dipengaruhi

oleh banyak factor baik yang bersifat lokal maupun sistemik.

Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan

pertumbuhan pulpa di dalamnya ketika foramen apikal masih

terbuka lebar, cenderung tekanan erupsi yang paling kecil. Deosisi

sementum pada permukaan akar akan menimbulkan sedikit gerak

eruspsi bila akar sudah terbentuk sempurna. Arah erupsi dari

mahkota gigi akan dituntun oleh sisa perlekatan folikel gigi

terhadap eptelium mulut. Tekanan pada daerah jaringan di sekitar

akar-akar gigi dan perubahan vaskularisasimjaringan periodontal,

termanifestasi berupa tekanan eruptif.

Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktifitas matrik

fungsional yang berada diantara periodontal ligamen dan jaringan

keras. Proliferasi jaringan ikat dari periodontal ligamen atau

penumpukan cairan jaringan periodontal akan cenderung

memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul tekanan eruptif.

Tahap-tahap erupsi gigi yang teratur menunjukkan bahwa erupsi

berada di bawah kontrol genetik. Terdapat variasi yang cukup

besar antara umur erupsi gigi, suatu peristiwa yang sangat mudah

dipengaruhi oleh nutrisi, hormon, dan penyakit.

Proses eksfoliasi

Eksfoliasi merupakan tanggalnya gigi sulung secara

alami atau periode geligi pergantian. Periode ini dimulai dengan

erupsinya gigi molar permanen pertama sebelah distal gigi molar

dua sulung. Pada usia 6 tahun keatas, gigi-gigi sulung akan mulai

digantikan oleh gigi-gigi permanen. Insisif, kaninus dan molar

sulung akan digantikan oleh insisif, kaninus, dan premolar tetap

yang dinamakan sebagai successional teeth. Ditambah dengan gigi

molar permanen yang tumbuh di bagian posterior lengkung geligi

sulung sebagai gigi tambahan dan dinamakan sebagai accessional

teeth.

Gigi-gigi sulung dengan gigi-gigi permanen

penggatiannya berbeda dalam ukurannya. Insisif dan kaninus

permanen biasanya lebih besar dsari pada gigi sulung yang

digantikannya, sedangkan premolar biasanya lebih kecil dari pada

molar sulung yang digantikan.

Page 21: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Tahap- tahap perubahan gigi sulung dan gigi

permanen

Pada saat lahir, rahang mengandung

mahkota 20 gigi susu, yang baru terkalsifikasi

sebagian disertai dengan mulainya kalsifikasi molar

pertama tetap. Erupsi gigi geligi susu, dimulai pada

usia 7 ½ bulan , berakhir sekitar 29 bulan. Erupsi

gigi akan terhenti untuk selama 4 tahun . pada umur

6 tahun, rahang mengandug lebih banyak gigi dari

pada di saat lain. 48 gigi berjejal-jejal antara orbit

dan rongga nasal dan mengisi tubh mandibla. Antara

umur 6-8 tahun, kedelapan incisivus susu tanggal

dan ke-12 gigi tetap bererupsi. Setelah aktivitas

yang ekstrim ini, akan ada periode tenang selama 2

½ tahun, sampai umur 10 ½ tahun, baru kemudian

selama 18 bualn berikutnya, ke 12 gigi susu sisanya

tanggal dan ke 16 gigi tetap bererupsi.

Periode 6 tahun dari gigi geligi campuran,

dari 6-12 tahun, merupakan periode perkembangan

gigi yang paling rumit dan merupakan salah satu

periode yang peling mudah terserang maloklusi.

Periode tenang yang lamanya bervariasi (3-7 tahun)

akan terjadi sebelum erupsi keempat gigi molar

ketiga, untuk menyempurnakan susunan gigi geligi.

Molar ketiga baru mulai terkalsifikasi pada umur 9

tahun dan bererupsi sejak umur 16 tahun ke atas,

untuk menyempurnakan pertumbuhan dan

perkembangan dentofasial.

Keduabelas molar tetap berasal dari daerah

yang sama, pada empat kuadran rahang. Molar atas

terbentuk dalam tuberositas maksila, tiga pada tiap

sisi dan ketiga gigi molar bawah (tiap sisi) terbentuk

dalam ramus asenden mandibula. Molar pertma dan

kedua bergeser ke depandari daerah asal ke tulang

alveolar maksila atau mandibula, tempat gigi

tersebut bererupsi untuk berkontak dengan gigi

antagonisnya.

b. Tahap erupsi gigi permanen

Pada saat erupsi gigi permanen melalui tiga tahap, yaitu:

Tahap 1: Berlangsung pada usia 6-8 tahun.Dan

berhubungan dengan pergantian gigi-gigi insisif sulung

dan penambahan keempat molar pertama permanen pada

susunan gigi geligi.

Tahap 2: Berlangsung ada usia 10-13 tahun.

Pada tahap ini terjadi pergantian molar sulung dan

kaninus atas permanen, dan penabahan gigi molar kedua

Page 22: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

permanen. Gigi premolar pertama mengalami erupsi

pertama kali. Gigi premolar kedua akan bererupsi ke

hubungan yang sama, waktu yang sama. Gigi kaninus

atas akan erupsi ke hubungan oklusi sehingga ujung

tonjolannya berada pada bidang vertikal yang sama

dengan permukaan distal kaninus bawah. Molar kedua

akan erupsi ke oklusi sama seperti molar pertama.

Tahap 3: Erupsi gigi molar ketiga terjadi pada

usia 18-25 tahun. Gigi molar ketiga berkembang pada

posisi yang sama dengan molar kedua. Molar ketiga

bawah memiliki jalur erupsi lebih pendek dari molar

ketiga atas.

3.2.2Faktor yang memperngaruhi erupsi

Faktor tidak langsung

1. Faktor genetik.

Contohnya orang tua dengan kelainan skelatal (tulang rahang)

dengan rahang bawah ebih maju ke depan di banding rahang atas

(cakil) kemungkinan akan mempunyai anak dengan kondisi

rahang yang serupa. Faktor keturunan itu tidak bisa dicegah

karena setiap orang tua pasti akan mewariskan gen-gen (sifat

menurun) kepada anak-anaknya.

2. Faktor kongenital ( gangguan pada janin)

Berbagai gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi keadaan

janin pada saat berada di dalam kandungan, misalnya

mengkonsumsi obat-obatan pada saat hamil, menderita trauma

/penyakit tertentu dan kurang gizi. Faktor kongenital ini harus

menjadi perhatian bagi para calon orang tua. Terutama bagi ibu

hamil agar hati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan pada usia 8 -

14 minggu masa kehamilan. Sebab menurut para ahli saat usia

inilah terjadinya pembentukan rahang atas dan bawah.

3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin

Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh

untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk ini

adalah kelenjar pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada

kelainan pada kelenjar-kelenjar tersebut, maka dapat terjadi

gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh termasuk

rahang dan gigi.

4. Penyakit

misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami

hambatan tumbuh kembang fisik (berat dan tinggi badan kurang)

serta hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang

Page 23: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

bawah pendek sehingga muka bagian atas tampak maju.

Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga tampak divergen,

muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi,

jarak kedua mata lebih lebar.

B. Faktor langsung

1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya

Pergeseran gigi di sebelahnya menyebabkan penyempitan ruang

pada lengkung gigi. Akibatnya, gigi permanen tidak memperoleh

ruang cukup dan akan tumbuh dengan susunan gigi berjejal

.2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.

lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan kosong

sehingga tampak celah antara gigi (diastema).

3. Gigi yang berlebih

gigi berlebih tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan

menyebabkan gigi berjejal (crowding).

4. Tanggalnya gigi tetap

5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah

tumbuh (persistens)gigi tetap muncul diluar lengkung rahang dan

tampak berjejal.

6. Bentuk gigi tetap tidak normal.

7. Kebiasaan-kebiasaan buruk, antara lain:

Bernapas lewat mulut,menghisap jari,proses penelanan

yang salah, minum susu dengan botol dot menjelang

tidur,menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi,

meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah

dll

Beberapa kebiasaan sebagian normal dilakukan oleh

bayi,misalnya mengisap jari.namun jika hal ini berkelanjutan

sampai dewasa dapat menyebabkan ketdakteraturan gigi.

C. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan juga turut berperan dan saling berinteraksi seperti

mekanik, hormonal, nitrisi dan infeksi pada mesa prenatal.

3.3 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi

Page 24: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

ANODONTIA, HYPODONTIA, OLIGODONTIA

Defenisi

Anodontia adalah suatu keadaan di mana semua benih

gigi tidak terbentuk sama sekali, dan merupakan suatu kelainan

yang sangat jarang terjadi. Anodontia dapat terjadi hanya pada

periode gigi tetap/permanen, walaupun semua gigi sulung

terbentuk dalam jumlah yang lengkap.

Sedangkan bila yang tidak terbentuk hanya beberapa gigi saja,

keadaan tersebut disebut hypodontia atau oligodontia.

Gambar 1. Anodontia

Penyebab

Anodontia dan hypodontia kadang ditemukan sebagai

bagian dari suatu sindroma, yaitu kelainan yang disertai dengan

berbagai gejala yang timbul secara bersamaan, misalnya pada

sindroma Ectodermal dysplasia. Hypodontia dapat timbul pada

seseorang tanpa ada riwayat kelainan pada generasi keluarga

sebelumnya, tapi bisa juga merupakan kelainan yang diturunkan.

Gejala

Anodontia ditandai dengan tidak terbentuknya semua

gigi, dan lebih sering mengenai gigi-gigi tetap dibandingkan gigi-

gigi sulung. Pada hypodontia, gigi-gigi yang paling sering tidak

terbentuk adalah gigi premolar dua rahang bawah, insisif dua

rahang atas, dan premolar dua rahang atas. Kelainan ini dapat

terjadi hanya pada satu sisi rahang atau keduanya.

Gambar 2. Hampir seluruh gigi tidak terbentuk

Page 25: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Gambar 3. Hypodontia

Pemeriksaan

Diagnosa anodontia biasanya membutuhkan pemeriksaan

radiografik untuk memastikan memang semua benih gigi benar-

benar tidak terbentuk. Pada kasus hypodontia, pemeriksaan

radiografik panoramik berguna untuk melihat benih gigi mana saja

yang tidak terbentuk.

Perawatan

Lakukan konsultasi dengan dokter gigi sedini mungkin

bila terdapat kecurigaan terjadinya kelainan ini. Perawatan yang

biasanya diberikan oleh dokter gigi adalah pembuatan gigi tiruan.

Supernumerary Teeth

Defenisi

Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga

jumlah gigi yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal.

Supernumerary teeth dapat menyebabkan susunan gigi-geligi yang terlalu

berjejal atau malah dapat menghambat pertumbuhan gigi sebelahnya.

Penyebab

Penyebab dari supernumerary teeth belum diketahui

dengan pasti. Kelainan ini dapat terjadi bila ada proliferasi sel

yang berlebihan pada saat pembentukan benih gigi, sehingga gigi

yang terbentuk melebihi jumlah yang normal. Pada beberapa

kasus, kelainan ini dapat diturunkan dari orang tua.

Selain itu, supernumerary teeth juga bisa merupakan bagian dari

penyakit atau sindroma tertentu, yaitu cleft lip and palate

(sumbing pada bibir dan langit-langit), Gardner’s syndrome, atau

cleidocranial dysostosis. Pada kelainan-kelainan tersebut, biasanya

supernumerary teeth mengalami impaksi (tidak dapat tumbuh di

dalam rongga mulut).

Gambaran Klinis

Supernumerary teeth dapat memiliki bentuk yang sama

atau berbeda dengan gigi normal. Bila berbeda, bentuknya dapat

konus (seperti kerucut), tuberculate (memiliki banyak tonjol gigi),

atau odontome (bentuknya tidak beraturan).

Supernumerary teeth lebih sering terjadi pada rahang atas

dibandingkan rahang bawah. Gigi berlebih ini juga dapat

terbentuk di berbagai bagian rahang, yaitu pada daerah gigi insisif

Page 26: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

depan atas (disebut juga mesiodens), di sebelah gigi molar (disebut

juga paramolars), di bagian paling belakang dari gigi molar

terakhir (disebut juga disto-molars), atau di sebelah gigi premolar

(disebut juga parapremolars). Supernumerary teeth yang paling

sering dijumpai adalah mesiodens. Kelainan ini lebih sering terjadi

pada gigi tetap dibandingkan gigi susu.

Gambar 1. Supernumerary teeth pada bagian depan

rahang atas (mesiodens)

Gambar 2. Gigi-gigi yang berlebih pada bagian depan

rahang bawah

Pemerikasaan

Biasanya dalam menentukan diagnosa perlu dilakukan

pemeriksaan radiografik dental atau panoramik untuk memastikan

jumlah gigi memang melebihi jumlah normal.

Gambar 3. Gambaran radiografik panoramik pada kasus

supernumerary teet

Perawatan

Diagnosa sedini mungkin dan perawatan yang tepat

sangat diperlukan untuk mencegah kelainan yang lebih parah.

Page 27: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi tergantung dari

keparahan kasus. Biasanya dilakukan tindakan pencabutan gigi

yang berlebih atau hanya dilakukan observasi bila ada

pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Dilaserasi

Defenisi

Dilaserasi adalah kelainan bentuk pada gigi karena terjadinya

gangguan pada saat pembentukan gigi, sehingga gigi

melengkung membentuk kurva atau sudut pada bagian mahkota atau akar.

Penyebab

Kelainan ini bisa disebabkan karena adanya

trauma selama masa pembentukan gigi. Biasanya trauma

terjadi pada gigi sulung yang menyebabkan gigi tersebut

terdorong dan terdesak masuk ke dalam tulang. Gigi

sulung yang terdorong tadi dapat mengenai benih gigi

permanen yang berada di bawahnya. Trauma ini

menyebabkan arah peletakan mineral (kalsifikasi) gigi

permanen berubah sehingga terbentuk gigi yang

melengkung.

Gejala Klinis

Lengkungan dapat terbentuk di bagian mana

saja sepanjang gigi, kadang pada bagian leher gigi,

kadang pada bagian tengah akar, mungkin juga di

persambungan mahkota dan akar, atau malah hanya pada

ujung akar saja, tergantung seberapa jauh pembentukan

gigi telah berlangsung saat trauma terjadi.

Pemeriksaan

Untuk melihat adanya kelainan ini diperlukan

pemeriksaan radiografik.

Perawatan

Kadang gigi yang mengalami dilaserasi dapat

mengalami kesulitan untuk tumbuh ke posisi yang normal

dalam rongga mulut sehingga harus dilakukan

pencabutan.

Kelainan dan Gangguan pada Pertumbuhan dan

Perkembangan Gigi dan Jaringan Rongga Mulut Pendukung Gigi

Page 28: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

1.Gemination (Geminasi)

Bentuk mahkota lebih besar dari normal,biasanya disebabkan oleh

perkembangan 2 mahkota dari satu benih gigi.

2.Concrescence

Persatuan akar-akar gigi dari dua atau lebih gigi normal yang

disebabkan oleh pertemuan dari permukaan sementum dari akar-

akar gigi tsb.

3.Fusion (Fusi)

Penggabungan dua bakal gigi yang sedang berkembang,

menghasilkan satu bentuk gigi yang besar. Dapat mengenai

seluruh panjang gigi atau hanya akar saja, dimana sementum dan

dentin saja yang terhubung, saluran akar dapat terpisah atau tidak.

Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara

dua buah gigi yang berdekatan.Diastema ini merupakan

suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan

lengkung rahang. Bisa terletak di anterior ataupun di

posterior, bahkan bisa mengenai seluruh rahang.Diastema

sentral rahang atas adalah ruang yang terdapat diantara

gigi insisif sentral rahangAtas.

Diastema sentral rahang atas, merupakan suatu

maloklusi yang sering muncul dengan ciri khas yaitu berupa

celah yang terdapat diantara insisif sentral rahang atas.

Seringkali diastema ini menyebabkan gangguan estetik

bagi sebagian orang, terutama diastema yang terdapat di

anterior, sementera bagi sebagian orang, diastema ini

dianggap sebagai suatu ciri khas dari orang tersebut dan

bukan merupakan gangguan bagi penampilan estetiknya.

Oleh karena bagi sebagian orang diastema sentral ini

merupakan suatu gangguan estetik terhadap

penampilannya, maka banyak orang yang mencari dan

meminta pertolongan dari dokter gigi untuk mengkoreksi

Page 29: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

kelainan tersebut. Dengan telah dikoreksinya kelainan

tersebut, mereka berharap akan lebih menambah baik

penampilannya dan akan meningkatkan rasa percaya

dirinya.

Diastema sentral yang terjadi pada rahang atas bisa

disebabkan oleh :

• Ukuran gigi insisif lateral kecil.

• Rotasi dari gigi insisif.

• Perlekatan frenulum yang abnormal.

• Gigi sepernumerer di median line.

• Kehilangan gigi insisif lateral secara

kongenital.

• Diastema pada saat pertumbuhan normal

• Penutupan median line yang tidak sempurna

Namun pada kasus ini adalah diatema sentral pada

saat pertumbuhan normal. Diastema pada saat

pertumbuhan normal Pada saat insisif sentral permanen

rahang atas erupsi biasanya selalu terdapat ruangan

diantaranya. Ruangan ini biasanya berkisar antara 2 mm

(berkisar antara usia 6–10 tahun) dan akan berkurang pada

saat erupsi gigi insisif lateral pemanen dan menutup

dengan sendirinya pada saat erupsi gigi kaninus permanen.

Hal ini terjadi karena posisi dari gigi kaninus permanen

yang belum erupsi sering terletak di superior dan distal dari

akar gigi insisif lateral, yang kemudian menekan akar-akar

gigi insisif sentral dan lateral bergerak ke arah midline,

sementara mahkotanya menyebar ke arah distal. Periode

ini merupakan periode yang tidak estetik dan disebut

dengan istilah ugly duckling stage of eruption.

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Anatomi gigi terdiri dari jaringan lunak dan jaringan keras. Jaringan

lunak contohnya adalah jaringan pulpa dan ginggiva. Sedangkan jaringan

keras contohnya adalah email dan sementum dentin.

Page 30: 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2

Tahap pertumbuhan gigi terdiri dari tahan inisiasi, proliferasi,

histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Awal tahapan ini dimulai ketika

janin berusia 5 minggu.

Erupsi merupakan suatu proses dimana pergerakan gigi ke arah

rongga mulut yang dimulai ketika gigi masih di dalam tulang rahang.

Pergantian gigi sulung menjadi gigi permanen atau yang biasa disebut masa

geligi pergantian biasanya dimulai pada usia 6 tahun.

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh berbagai

macam faktor. Sehingga apabila terjadi gangguan akan menimbulkan

berbagai macam kelainan.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Itjiningsih.1991.Anatomi Gigi.Jakarta:EGC

Kamus Kedokteran Dorland Edisi 26. Jakarta: EGC

Leeson,C.Roland,Thomas S.Leeson and Anthony A.Paparo.1996.Buku ajar

histology.Jakarta:EGC

Sadler,T.W.2000.Embriologi Kedokteran Langman.Jakarta:EGC

Sperber,G.H.1991.Embriologi Craniofasial.Jakarta:Hipokrates