83064850 Laporan Tutorial Skenario 2
-
Upload
ariska-endariantari -
Category
Documents
-
view
131 -
download
7
description
Transcript of 83064850 Laporan Tutorial Skenario 2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses
ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk
dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim.
Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di
sepanjang sisi lateral dari neural plate.
Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental
lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan
menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan
erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di
bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental
lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch,
beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri pada laju yang
lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil
dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang,
yang merupakan calon benih gigi susu.
Apabila terjadi beberapa gangguan pada proses pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi, akan
mengalami sejumlah kelainan yang akan mengakibatkan proses
pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut
pendukung gigi terganggu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan
rongga mulut pendukung gigi ?
2. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
jaringan rongga mulut pendukung gigi?
3. Apa saja yang termasuk gangguan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi?
1.3 Tujuan
1.Mengetahui gambaran anatomi dan histologi gigi dan jaringan
rongga mulut pendukung gigi ?
2.Mengetahui dan memahami proses pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi?
3.Mengetahui apa saja yang termasuk gangguan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut
pendukung gigi ?
1.4 Mapping
1
Anak usia 7 tahun
Giginya renggang-renggang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan histologi gigi dan jaringan pendukung gigi
Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi.
Proses ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi.
Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan
ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells.
Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate.
Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary
dental lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang
akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi
akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke
mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari
primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch
dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina
memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain,
sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel
terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang
merupakan calon benih gigi susu.
Pembentukan dental lamina, dental papila dan enemel organ:
1. Proses primary ephitelial thicketing
Proses pembentukan prinmary ephitelial thicketing
dimulai pada minggu keenam intra uterin. Tahap awal
ditandai dengan terjadinya proliferasi oral epitelium ke arah
ektomesenkim, kemudian di bawahnya membentuk primary
epitelial thicketing. Lapisan ini akan menghasilkan tunas gigi
(tooth bud). Gambar di bawah ini menunjukkan tahap awal
perkembangan gigi.
2. Tahap bud stage, cup stage dan bell stage
Bud stage
Tahap bud stage terjadi pada minggu ke 7, bud stage
turunan dari ectoderm dari lengkung brankian pertama dan
ektoektomesenkim dari neural crest. Sel-sel tertentu
Membentuk 3 bagian yakni enamel organ, dental papilla dan
dental follikel. Dibawah enamel organ terdapat kondensasi
ektomesenkim yang berkembang menjadi dental papilla dan
Pemeriksaan klinis Pemeriksaan rontgen
Masa geligi pergantian Diastema
Masa geligi normal
Benih gigi permanen lengkap
folikel. Dental papila akan menjadi pulpa dan dentin. Enamel
organ, dental papila, folikel akan membantuk benih gigi.
Cup stage
Invaginasi papilary surface enamel organ membentuk
cekungan diatas dental papila. Cup stage terjadi pada minggu
ke 9. Sel-sel pada daerah tepi berkembang lebih cepat ke arah
bawah sehingga berbentuk seperti topi. Sel-sel di bagian luar
yang meliputi bagian cembung berbentuk kubus dan disebut
outer enamel epithelium (OEE). Lapisan sel pada bagian dalam
atau bagian cekung disebut inner enamel epithelium (IEE).
Cairan antar sel yang terdapat diantara outer enamel epithelium
dan inner enamel epithelium bertambah banyak sehingga
memisahkan sel-sel pada daerah tersebut. Sel-sel yang
berhubungan melalui cabang-cabang sel sehinggan memberi
ganbaran seperti gala yang disebut stellate retikulum. Rongga
diantara ini terisi oleh cairan kental yang kaya akan albumin,
sehingga konsistensi stelate retikulum seperti karet busa yang
kemudian berguna sebagai penyangga dan pelindung bagi sel-
sel pembantuk email.
Bell stage
Papila dentis mendesak tepi-tepi organa email ke bawah
dan menyebabakan bentuk organa email tampak seperti bel,
sehingga tahap ini disebut bell stage. Pada tahap ini, hubungan
lamina dentis dengan rongga mulut terputus. Bagian-bagian
tepi organa email terus bermigrasi ke dalam sehingga bentuk
organa email tampak seperti bel. Sel epitel dalam
berdiferensiasi menjadi torak disebut ameloblas. Di antara
lapisan epitel email dalam dengan stelate retikulum disebut
stratum intermedium.Sel-sel epitel email luar kini bentuknya
menjadi gepeng. Sementara itu lamina dentis berkembang terus
ke dalam membentuk benih gigi tetap. Sel mesenkhim pada
tepi papila dentis berdiferensiasi menjadi odontoblas.
Bentuknya mula-mula kubus menjadi torak. Membran basalis
yang emisahkan organ email dengan papila dentis sebelum
pembentukan dentin disebut prevormativa. Dengan
perkembanan akar, serat-serat ini akan berdiferensiasi menjadi
serat-serat periodontium. Pada tahap bell yang lanjut, batas
antara epitel email dalam dengan odotoblas merupakan calon
hubungan dentin email.
2.2 Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap (erupsi)
Proses Erupsi
Erupsi gigi adalah proses bergeraknya gigi ke dalam
rongga mulut menembus tulang alveolar. Proses erupsi gigi adalah
proses fisiologis dimana gigi bergerak ke arah vertikal, mesial,
bergerak miring dan rotasi. Gerakan-gerakan ini merupakan
tekanan (kekuatan) untuk mencapai posisi gigi dan
mempertahankan titik kontak dengan gigi tetangga. Erupsi dapat
dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase pra-erupsi, fase erupsi
prefungsional, dan fase erupsi fungsional. Fase pra-erupsi adalah
periode sejak dimulainya pembentukan gigi sampai mulai
bergerak ke dalam rongga mulut. Fase erupsi prefungsional
meliputi periode perkembangan akar sampai gigi menembus
gingiva. Fase erupsi fungsional merupakan fase setelah gigi
berkontak dengan gigi antagonis dan gigi terus-menerus erupsi
sesuai perubahan dinamis tubuh. Waktu erupsi gigi di rongga
mulut berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses
.pembeniukannya lebih awal akan bererupsi lebih dahulu
dibandingkan dengan gigi yang dibkmtuk sesudahnya. Waktu
erupsi gigi dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata
waktu erupsi gigi yang normal. Waktu erupsi gigi dipengaruhi
oleh banyak factor baik yang bersifat lokal maupun sistemik.
Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan
pertumbuhan pulpa di dalamnya ketika foramen apikal masih
terbuka lebar, cenderung tekanan erupsi yang paling kecil. Deosisi
sementum pada permukaan akar akan menimbulkan sedikit gerak
eruspsi bila akar sudah terbentuk sempurna. Arah erupsi dari
mahkota gigi akan dituntun oleh sisa perlekatan folikel gigi
terhadap eptelium mulut. Tekanan pada daerah jaringan di sekitar
akar-akar gigi dan perubahan vaskularisasimjaringan periodontal,
termanifestasi berupa tekanan eruptif.
Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktifitas matrik
fungsional yang berada diantara periodontal ligamen dan jaringan
keras. Proliferasi jaringan ikat dari periodontal ligamen atau
penumpukan cairan jaringan periodontal akan cenderung
memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul tekanan eruptif.
Tahap-tahap erupsi gigi yang teratur menunjukkan bahwa erupsi
berada di bawah kontrol genetik. Terdapat variasi yang cukup
besar antara umur erupsi gigi, suatu peristiwa yang sangat mudah
dipengaruhi oleh nutrisi, hormon, dan penyakit.
2.3 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi
1. Kelainan akibat kegagalan migrasi neuro crest
Kegagalan neural crest bermigrasi dapat diartikan sebagai
kelainan neural crest. Padahal gigi-gigi berasal dari lapisan benih
primer, ektodermal, dan mesodermal yang juga dipengaruhi oleh
neural crest. Kelainan neural crest dapat menimbulkan anodonsia
(tidak adanya gigi). Tidak adanya gigi (anodonsia) dapat
menyeluruh atau yang lebih sering lagi sebagian mengenai gigi-
gigi tertentu, serta dapat mengikuti pola herediter, atau merupakan
bagian dari suatu sindrom misalnya ektodermal diplasia. Beberapa
tipe gigi, misalnya molar ketiga tidak ada (kongenital). Kelainan
bentuk gigi sangat bervariasi.
Perkembangan komplek kraniofasial merupakan bagian
dari semua populasisel di atas. Penyimpangan salah satu populasi
ini dari perkembangan normal dan timbulnya rongga akan
memberi akibat yang buruk, termasuk timbulnya kelompok
kelinan yang disebut sindrom neurokristopati.
2. Kelainan akibat gangguan selama amelogenesis,
dentinogenesis dan sementogenesis
Gangguan amelogenesis
Hipoplasia dan hipomineralisasi yang disebabkan faktor
sistemik
Sampai saat kelahiran semua gigi sulung terlindung dari semua
gangguan sistemik yang paling parah, oleh karena itu email
prenatal biasanya mempunyai struktur yang homogen. Kelainan
pada email postnatal biasanya dihubungkan dengan kelainan
sistemik pada waktu kelahiran atau selama perkembangan
postnatal. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah amelogenesis
imperfekta (genetis), kelainan metabolisme. gangguan selama
amelogenesis dapat menyebabkan cacat enamel. Hal ini
disebabkan dari gangguan autosomal dominan genetik atau
hipoplasia atau hipomineralisasi sporadik karena lingkungan dari
jaringan keras. Gigi sangat sensitif terhadap kekurangan vitamin
tertentu dan hormon, terhadap gangguan metabolik, inveksi bakteri
dan virus. Kekurangan ii mendorong timbulnys lesi pada jaringan
keras yang sifatnya menetap.
gangguan dentinogenesis
Akibat yang ditimbulkan dari adanya gangguan ini sama
dengan adanya gangguan selama amelogenesis. Cacat enamel
merupakan pencerminan dari gangguan autosomal dominan
genetik.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Anatomi dan histologi pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
jaringan rongga mulut pendukung gigi
3.1.1 Anatomi gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi
ODONTOGENESIS
Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi.
Proses ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi.
Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan
ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells.
Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate.
Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary
dental lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang
akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi
akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke
mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari
primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch
dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina
memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain,
sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel
terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang
merupakan calon benih gigi susu.
o Email
Email adalah jaringan keras yang melapisi mahkota gigi
yang terbentuk dari sel-sel ameloblas. Enamel berasal
dari jaringan ektoderm yang hanya dapat terbentuk di
daerah mahkota dan penuh dengan garam-garam Ca.
Enamel merupakan jaringan terkeras dari tubuh yang juga
sangat peka terhadap rangsangan. Proses ameloblast
didahului dentinogenesis. Enamel dapat berpoliferasi
dengan mitokondria dan retikulum endoplasma. Antara
email dan dentin membentuk dentino cemento junction.
Email tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikan
bagian-bagian yang rusak , oleh karena itu begitu gigi
erupsi maka terlepaslah ia dari jaringan-jaringan lainnya
yang ada di dalam gusi/rahang. Akan tetapi ada hal-hal
lain yang dapat memperkuat dirinya yaitu begitu erupsi,
lalu terjadi perubahan-perubahan susunan kimia pada
dirinya sehingga email akan lebih kuat menghadapi
rangsangan-rangsangan yang diterimanya.
Jadi bila email rusak sekali saja rusak harus ditambal
karena ia tidak mempunyai kemampuan untuk
menggantikan bagian-bagian yang rusak.
o Dentin
Dentin membentuk bagian terbesar dari gigi dan
merupakan jaringan yang telah mengalami kalsifikasi
sama seperti tulang, tetapi lebih keras karena kadar garam
kalsiumnya lebih besar 80% dalam bentuk hidroksi
apatit. Di dalam dentin terdapat odontoblas yang berasal
dari mesenkim yang mensintesis glikosaminoglikans. Sel
pada puncaknya yang menghadap dentin membentuk cell
web dengan junctional complex dan tonjolan sitoplasma.
Di dalam dentin terdapat saluran-saluran kecil yang
disebut sebagai tubulus dentin. Dentin muda yang baru
terbentuk merupakan suatu lapisan yang berhubungan
dengan pangkal tonjolan odontoblas dan disebut sebagai
predentin. Di dalam dentin juga terdapat daerah-daerah
kecil yang disebut ruang interglobular, yang hanya
sebagian atau tidak sama sekali mengalami pengapuran.
Pembentukan dentin bersifat siklis dan tidak teratur.
Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin dan
konsentrasi ion hidrogen. Terdapat beberapa macam
dentin yaitu :
1. Transparan dentin :
Dentin yang warnanya transparan dan terdapat
di sekeliling daerah yang belum mengalami
invasi bakteri. Terdapat disekeliling zona yang
mengalami dekalsifikasi atau pengurangan
dalam pembentukan garam Ca. Zona ini meluas
dari tepi ke tepi sekitar karies gigi. Tubula
dentin dari zona transparan berisi bahan-bahan
granulasi yang tak terdapat pada dentin biasa
atau dentin yang mati.
2. Nuvo dentin :
Dentin yang baru di bawah transparan dentin.
3. Sekunder dentin :
Dentin yang terbentuk pada dinding sebelah
dalam dari rongga pulpa.
o Pulpa
Pulpa adalah jaringan lunak dari gigi, bentuk luar pulpa
seperti membentuk mahkota. Pulpa gigi ini akan
membentuk dentin. Bentuk garis luar pada saluran pulpa
mengikuti bentuk akar gigi. Bagian-bagian pada pulapa
terdiri dari:
1. Rongga pulpa : terdapat pada bagian korona gigi
2. Tanduk pulpa : ujung dari ruang pulpa
3. Saluran pulpa / saluran akar : dimana rongga
pulpa terdapat pada bagian akar gigi
4. Foramen apikal : ujung dari saluran pulpa
(apeks)
5. Suplementari canal : mempunyai 2 atau lebih
cabang atau yang lebih dekat dengan cabang
apikalnya.
6. Orifice : pintu masuk saluran akar gigi
o Sementum
Sementum menutupi dentin akar gigi mulai dari leher
sampai ujung bawahnya, dan berfungsi untuk mengikat
gigi pada membran periodontal. Sementum seperti
tulang, merupakan jaringan labil yang bereaksi terhadap
stress dan dalam keadaan tertentu dapat mengalami
resorpsi dan hiperplasi. Sementum memberi nutrisi pada
gigi.
Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau
pembentukan kembali tetapi mengalami apposisi atau
makin tua umur makin tebal lapisan semen, pembentukan
semen ini berjalan dari arah selaput periodontal sebagai
lapisan. Menurut Gottlieb, pengendapan semen terjadi
terus mnerus selama hidup dan ini berhubungan dengan
terjadinya pertumbuhan gigi.
Dalam pertumbuhan gigi yang fisiologis, lebar dari ruang
periodontal dipertahankan di semua bagian oleh karena
pengendapan semen lebih banyak dibagian apikal dan
bifurkasi.
Macam-macam semen
1. Semen primer adalah semen yang terdapat pada
waktu erupsi gigi.
2. Semen fisiologis adalah lapisan semen yang
terbentuk karena meningkatnya usia.
3. Semen patologis adalah semen yang terbentuk
karena iritasi obat-obatan pada perawatan
endodontia, karena penyakit dan sebagainya,
misalnya: hipersementosis dan hipersementosis.
o Ginggiva
• Ginggiva marginal / ginggiva tepi
Lebar marginal sekitar 1mm
Berwarna coral pink
Membentuk jaringan lunakdari sulcus ginggiva
• Ginggiva cekat / attached ginggiva
Kelanjutan dari ginggiva marginal dan berhubungan
dengan mukosa alveolar
Lebarnya 1-9mm
Warnanya coral pink, konsistensi kenyal dan ada
gambaran stippling
• Ginggiva interdental
Menempati embrasur ginggiva yang merupakan
diapikal kontak gigi
o Tulang alveolar
Tulang ini berupa jaringan keras yang merupakan tempat
gigi tertanam. Tulang ini merupakan bagian dari tulang
maksila dan mandibula yang menyagga gigi. Bagian
tulang ini berupa selapis tipis tulang kompak yang
membentuk soket dan mengelilingi bagian akar gigi yang
merupakan tempat tertanamnya ligamen periodental.
Bagian ini mempunyai banyak foramen yang halus
sebagai tempat pembuluh darah dan saraf (tempat
inervasi dan vaskularisasi) dari ligamen periodental.
o Membran Periodontal
Membran atau ligamen periodontal terletak di antara tualng
alveolar dan gigi yang turut menyokong gingiva pada leher gigi.
Fungsinya tidak hanya sebagai periosteum tulang alveolar, tetapi
juga sebagai ligamen penyangga gigi di dalam soketnya sehingga
memungkinkan gigi bergerak sedikit ke segala arah. Selama erupsi
gigi berlangsung dan gigi mulai berfungsi, serat periodontal atau
ligamen periodontal menjadi makin teratur susunannya dan
semakin tebal.
3.1.2 Histologi pertumbuhan dan perkembangan gigi
TAHAP BUD STAGE, CUP STAGE, DAN BELL STAGE
1. Inisiasi (bud stage)
Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan
ektodermal, merupakan gambaran morfologi pertama dari
perkembangan gigi, akan tetapi hal ini didahului suatu gejala
dasar induktif. Tanda-tanda pertumbuhan ektomesenchym
berasal dari neural crest menunjukkan induksi primer dari
odontogenesis. Jaringan odontogenik primer dapat dibedakan
dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia sedini
pada awal kehamilan 28 hari. Dental lamina terlihat sebagai
suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari
stomodeum, dan pada saat membrane oropharyngeal pecah.
Penebalan epitel berkembang sampai batas-batas inferior
lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior
lateral dari lengkung mandibula, dimana kedua hubungan
tersebut membentuk tepi lateral dari stomodeum. Permulaan
epitel odontogenik timbul kira-kira pada usia perkembangan
35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang frontonasal,
menimbulkan empat daerah asli yang tepisah dari jarngan
odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal
dari lamina gigi dalam tulang frontonasal, dan gigi posterior
atas berasal dari tulang lateral rahang atas.
2. Tahap Proliferasi ( cap stage )
Proliferasi adalah gejala di mana proyeksi dari
lamina gigi meluas sampai ke dasar mesenkim pada tempat
yang khusus dan membentuk primordial dari gigi primer.
Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar
ukuranya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir atau
vestibula lamina berkembang hampir berdekatan dan
bersama-sama lamina gigi. Pita ini mengikuti pola
pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan lamina gigi
kecuali apabila tempatnya lebih dekat dengan permukaan
wajah. Bentuk yang tidak umum dari lamina ini adalah
sesudah pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan
lebar, sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu ruangan yang
besar dibatasi oleh jaringan epitel. Ruangan ini membentuk
vestibula dari mulut dan bibir, dan sisa-sisa jaringan epitel
membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada perkembangan
dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan
keras stomodeum. Jaringan mesoderm mendorong jaringan
epitel sehingga terbentuk topi (cap stage / clock form) bila
terjadi gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan
kelainan dalam jumlah gigi, misalnya anodontia dan
hyperdontia.
3. Tahap Histodiferensiasi ( bell stage )
Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi (cap
stage) ke bentuk lonceng. Terjadi karena kegiatan inti sel
membelah diri (miotik) . Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer
dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap
lonceng ini ditandai oleh histodiferensiasi dan
morfodiferensiasi.
Yang terlihat pada tahap ini adalah rangkaian
perubahan bentuk (metamorfosis) dan organ enamel yang
khas untuk gigi susu dan tetap. Ketika berubahnya bentuk
kuntum yang dini dengan pembesaran dan pembesaran ke
dalam organ pada tahap topi atau cap, yang kemudian menjadi
organ bentuk organ yang besar. Peristiwa dasar dari
diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan
berlanjut sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan
aposisi. Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan
kelanjutannya oleh invasi mesenchym dari jaringan pengikat
di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara
teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari
gigi tetap.
Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan
jaringan mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama
perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian dari
perubahansel menghasilkan 4 lapisan :
1. Epitel bagian luar dari organ enamel
2. Stellate reticulum
Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi
3. Stratum intermediare
4. Ameloblas.
4. Tahap Morfodiferensiasi
Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari
gigi yang akan datang dibentuk pada tahap morfidiferensiasi.
Morfodiferensiasi tidak mungkin terjadi tanpa tahap proliferasi.
Tahap lonceng yang berlanjut menandai tidak hanya
histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting
morfodiferensiasi dari korona dengan menggaris luarkan dentino
enamel junction yang akan datang.
Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda
dan mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola
tertentu dari pembiakan sel. Dalam penyesuaian dengan pola ini
ameloblas, odontobla, dan sementoblas mengendapkan enamel,
dentin, dan semenetum serta memberi bentuk dan ukuran yang
khas pada gigi.
Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi
tonjolan kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap.
Tangkai gigi kemudian putus sekitar pembentukan gigi ini.
Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk suatu kantong
yang disebut kantong gigi ( Saccus dentis ).
PERTUMBUHAN GIGI
Komponen gigi berasal dari mesoderm kecuali enamel yang
berasal dari ectoderm.
Proses pertumbuhan gigi
1. Dimulai sejak janin ± 5 minggu dimana tampak ektoderm dari
mulut yang berbentuk penebalan seperti tapal kuda pada
rahang atas dan rahang bawah, yang merupakan bentukan
labiodental lamina.
Labiodental lamina ini bercabang yang sisi labial membentuk
vestibulum oris, sedang sisi lingual dinamakan lamina
dentalis.
Pada lamina dentalis terbentuk 10 tonjolan tooth germ atau
disebut Bud stage atau enamel knot dari enamel organ yg
merupakan bakal gigi-gigi decidua.
A. Dental Lamina
B. Mesenchymal, Neural Crest
2. Ketika janin berusia ± 10–12 minggu, disebelah lingual dari
tooth germ gigi decidua yang telah terbentuk diatas, dental
lamina membentuk tooth germ (bud stage) lagi untuk gigi
permanen.
Gambar : Bud Stage
3. Dibawah bud stage jaringan mesenchime memadat membentuk
primordeum dari dental papila. Papilla ini bertumbuh &
menyebabkan invaginasi dari dasar tooth germ sehingga
bentuknya berubah menyerupai topi (cap stage). Sampai disini
tooth germ disebut sebagai enamel organ dengan dental papilla
dibawahnya.
3. Lebih lanjut diikuti pemadatan jaringan disekitar enamel
organ. Bagian yang memadat yang mengelilingi enamel
organ disebut dental sac (dental follicle) yang akan
membentuk sementum & membran periodontal.
Selanjutnya dental sac memutuskan hubungan dengan dental
lamina & merupakan tahapan bell stage lebih lanjut.
Gambar Bell stage :
A. Inner enamel epithelium;
B. Outer enamel epithelium;
C. Stellate reticulum;
D. Successional lamina;
E. Dental lamina;
F. Dental papilla;
G. Dental sac.
5. Perkembangan enamel organ.
Sel-sel dalam enamel organ mengalami differensiasi sehingga bentuknya
seperti bintang & berhubungan satu dengan yang lainnya melalui tonjolan-
tonjolan sitoplasmanya.
Diantara sel-sel dipisahkan oleh cairan. Struktur ini disebut sebagai
stellate retikulum atau enamel pulp.
Di permukaan cembung dari enamel organ dilapisi oleh outer epitelium,
sedang pada yang menutupi dental pulp sel-sel nya berbentuk silindris
disebut inner epitelium enamel yang kemudian menjadi ameloblast.
Diatas ameloblast ada 2 atau beberapa lapis epitel kubis stratum
intermedium.
6. Sekitar minggu ke 20 terjadi apposition yaitu mulai dibentuk dentin.
Sabut-sabut retikuler dibentuk dalam pulpa dentin terutama pada batasanya
dengan ameloblast yang disebut sabut dari Korff. Sabut ini bergabung
dengan lamina basalis & menebal disebut membrana primormativa.
Sel-sel mesenkim yang berada didekat membran primormativa tersebut
membesar & membentuk lapisan yang terdiri dari sel-sel silindris disebut
sel odontoblast.Sabut-sabut Korff diantara odontoblast membesar &
arahnya sejajar dengan membrana primormativa. Disekitar sabut tersebut
terbentuk bahan dasar setengah padat.
Bahan dasar & kolagen ini disebut sebagai predentin. Predentin akan
mengalami pengapuran menjadi dentin.
Odontoblast membtk sabut kolagen & bhn dasar organiknya. Mula-mula
odontoblast melekat pada membran primormativa tetapi sewaktu
pembentukan dentin ia terus bertahan, terletak dipermukaan, tetapi
memanjangkan tonjolan sitoplasmanya dalam saluran kanalikuli dentinalis.
Tonjolan sitoplasma odontoblast didalam kanalikuli ini disebut dentinal
fibers atau Tome’s fibers.
7. Enamel akan terbentuk setelah selapis dentin terbentuk.
Segmen dari ameloblast yang dekat dentin tampak granuler, bagian ini
disbt Tome’s process.
Bagian ini yang mengeluarkan bahan organik yang merupakan matriks
enamel prismata/rod.
Bedanya dengan odonblast, ameloblast secara sinkron mundur dengan
membentuk matriks, sedang odontoblast tonjolan sitoplasmanya tetap
tinggal karena terkurung dalam dentin.Pengendapan mineral terus berjalan
tetapi selalu ada segmen pendek dekat ameloblast yang tak mengapur.
Bahan interprismatik juga mengapur. Klasifikasi yang lengkap hanya
terjadi sesudah prismata mencapai panjang yang sepenuhnya. Sesudah
enamel selesai dibentuk, ameloblast membentuk primary enamel cuticle.
Enamel organ sekarang hanya berupa beberapa lapisan sel-sel kubis atau
disebut reduced enamel epitelium.
1
Pada waktu erupsi dibentuk secondary enamel cuticle oleh reduced enamel
epithelium. Primary & secondary enamel epithelium keduanya membtk
membrane dari Nasmyth yang menutupi enamel, & akan menghilang
karena digunakan untuk mengunyah.
Reduced enamel epithelium pada waktu gigi erupsi bergabung dengan
epitel gingiva dan merupakan perlekatan antar gigi dan gingiva (attached
epithelial cuff).
3.1.3 Histologi pertumbuhan dan perkembangan jaringan periodontal
GAMBARAN HISTOLOGIK GINGIVA
Epitelium gingiva
1. Epitelium oral
2. Epitelium sulcular
3. Junction epitelium
EPITELIUM ORAL
Menutupi puncak gingiva sampai dengan attached
gingiva. Epitelium oral yang normal terdiri dari epitelium
squamoos berlapis yang berkeratin atau parakeratin. Mayoritas sel
oral epitelium adalah keratinosit yang memiliki kemampuan
memproduksi filament keratin sitoplasmik (tonofilament). Keratin
polipeptida , molekul sitoskeleton merupakan bentuk yang
kompleks dimana berat molekul dari 40 sampai 68 kDA dan
berfungsi memberikan kekuatan mekanik pada epitelium.
Epitelium pada gingiva marginal cekat, ketebalannya dan
karakternya seragam. Bagian epitel yang berbatasan dengan
jaringan ikat di bawahnya berbentuk khas, epitelium menjorok ke
arah jaringan ikat dan membuat bentukan rete peg yang
menyerupai jari diantara tonjolan-tonjolan (papilla) jaringan ikat.
Epitelium berbatasan dengan jaringan ikat di bawahnya oleh suatu
daerah yang disebut lamina dura / basal membran. Tipe sel dari
oral epitelium adalah melanosit, sel langerhans dan sel merkel.
Sel melanosit adalah dendritik terletak pada lapisan basal,
sel-sel ini mensintesis melanin. Sel ini mengandung enzim
tirosinase yang menghidroksilasi tirosin menjadi dihidroksi
fenilalanin yang kemudian akan menjadi melanin. Sel langerhans
juga sel dendritik banyak ditemui diantara keratinosit yaitu pada
supra basal. Mengandung granula yang diduga sebagai makrofag
yang memiliki sifat antigenic. Sedangkan sel merkel tedapat pada
lapisan epitel bagian dalam dan merupakan terminal dari serabut
saraf, berhubungan dengan sel lain oleh desmosom.
Epitelium oral berlapis-lapis dan berkeratin dibagi menjadi 4
lapisan :
a. Basal Layer (Stratum Basale atau Stratum Germinativum)
Selnya berbentuk kuboidal atau kolumnar sepanjang
dasar membrane. Di lapisan ini sel-sel dapat melakukan
mitosis. Lebar lapisan ini kurang lebih 1-2 µm
mengandung karbohidrat (glikoprotein). Sel epitelnya
dikelilingi substansi ekstraseluler yang juga mengandung
protein polisakarida. Bila dilihat dengan mikroskop
elektron terdapat membran yang berbatasan dengan lamina
lucida. Lamina lucida memiliki lebar kurang lebih 400Å.
Disebelahnya terdapat suatu ruangan tipis disebut lamina
densa disebut juga anchoring fibers dengan lebar kurang
lebih 1µm, berhubungan dengan jaringan ikat dibawahnya.
Lamina densa terdiri dari kolagen tipe IV.
b. Prickle Cell (Stratum Spinosum)
Lapisan ini terdiri dari 10-20 lapis selnya berbentuk
polyhedral dan nampak seperti tonjolan-tonjolan
sitoplasmik. Tonjolan sitoplasmik saling berhubungan
dengan tonjolan sel-sel disebelahnya. Sintesis keratin
dimulai pada lapisan ini. Sel langerhans juga ditemukan
pada lapisan ini.
c. Granular Cell Layer (Stratum Granulosum)
Sel granulosum tampak datar, pada lapisan ini
sintesis keratin menjadi terus menerus oleh karena itu
keratohyalin yangberkaitan dengan pembentukan keratin
tampak pada lapisan ini.
d. Keratinized Cell Layer (Stratum Corneum)
Lapisan ini paling luar. Sel-selnya berbentuk pipih,
pada sitoplasmanya tidak didapatnkan organel sel seperti
nukleus, mitokondria, retikulum endoplasma dan aparatus
golgi.
EPITELIUM SULCULAR
Terletak di sepanjang sulkus gingiva dari batas coronal
junctional epitelium ke puncak margin gingiva. Epitelium ini tipis,
tidak berkeratin, tidak mengandung rete peg. Epitelium sulkular
bertindak sebagai barier anatomik dan merupakan pertahanan
pertama bagi gingiva. Fungsi barier dan epitelium sulkular ini
karena letak selnya yang rapat, sehingga dapat betrperan sebagai
membran semipermeabel untuk mencegah mikroorganisme dan
produk-produknya sehingga tidak mudah tembus ke jaringan yang
lebih dalam. Epitelium sulkular diperbarui dengan cepat kurang
lebih 3-6 hari. Ini menunjukkan bahwa epitel mempunyai
kemampuan untuk repair dengan cepat.
JUNCTIONAL EPITHELIUM
Pada keadaan sehat junctional epitelium terletak pada
enamel dan meluas ke pertautan semento-enamel. Terdiri dari
squamous berlapis, menyerupai pita dan tidak berkeratin. Junctional
epitelium melekat pada permukaan gigi oleh lamina basal seperti
perlekatan epitel pada jaringan ikat lain. Junctional epitelium paling
tebal terletak di bagian koronal kurang lebih 15-30 lapis.
Perbedaan yang nyata antara oral sulkular epitelium, oral
epitelium dan junctional epitelium adalah:
- Ukuran sel pada junctional epitelium relative lebih besar
dibanding oral epitelium.
- Space interseluler pada junctional epitelium relative lebih lebar
dibanding oral epitelium.
- Jumlah desmosom junctional epitelium lebih kecil dibanding oral
epitelium.
Jaringan Ikat Gingiva
Jaringan ikat gingiva disebut juga lamina propia. Lamina
propia terdiri dari 2 lapisan : (1) papillary layer merupakan lapisan
yang letaknya berbatasan dengan epitelium, tediri dari tonjolan-
tonjolan antara rete peg epitelial, (2) reticular layer, lapisan yang
berbatasan dengan periosteum dari tulang alveolar. Komponen
jaringan adalah serabut kolagen (60%), fibroblas (5%), pembuluh
darah, saraf, limfatik, dan matrik atau substansi dasar (35%).
GAMBARAN HISTOLOGIK LIGAMEN PERIODONTAL
Komponen utama ligamen periodontal adalah serabut
terutama serabut kolagen, yang tersusun dalam bundelan, memiliki
arah atau orientasi yang tertentu. Serabut-serabut yang ujungnya
berinsersi pada sementum di satu sisi dan di sisi lain yang lain
berinsersi pada tulang disebut sebagai Sharpey. Serabut ligamen
periodontal dikelompokkan menjadi principal fiber:
o Serabut transeptal
Serabut ini membentang dari interproksimal. Alveolar crest
tertanam dalam sementum diantara gigi yang berdekatan.
Serabut-serabut ini dapat mengalami regenerasi bila mengalami
kerusakan.
o Serabut Alveolar Crest
Serabut ini berjalan dari sementum pada leher gigi ke
puncak tulang alveolar. Fungsinya menyeimbangkan daya tolak
ke koronal dari serabut yang terletak lebih ke apikal sehingga
mempertahankan gigi pada soketnya dan menahan gigi ke
lateral.
o Serabut Horizontal
Berjalan dari sementum ke puncak tulang alveolar dan
membentang dalam arah tegak lurus aksisi panjang gigi.
Fungsinya hampi sama dengan serabut alveolar crest.
o Serabut Oblik
Serabut ini berjalan dati tulang sedikit ke apikal untuk
berinsersi pada sementum sehingga dapat menahan gigi pada
soketnya. Serabut ini terbanyak pada ligamen periodontal.
Fungsinya menahan tekanan mastikasi dari arah vertical.
o Serabut Apikal
Serabut ini membentang dari sementum ke tulang alveolar
pada bagian apikal. Disini juga terdapat serabut interradikular
yang terletak di daerah furkasi dan trifurkasi. Bila gigi belum
sempurna dibentuk serabut ini tidak ada.
o Serabut Interadikuler
Serabut ini mencegah gigi tipping dan ekstruded.
GAMBARAN HISTOLOGIK SEMENTUM
Gambaran mikroskopik sementum dibagi menjadi :
1. Sementum aselluler (extrinsic fiber cementum : AEFC)
Ditemukan pada koronal dan pertengahan
akar gigi dan mengandung Sharpey fibers. Tipe
sementum ini melekat dan berhubungan dengan gigi
melalui alveolar bone proper. Selain itu tipe sementum
ini membentuk lapisan permukaan yang tipis,
homogen dan menutupi seluruh permukaan akar gigi
mencapai daratan oklusal.
2. Sementum selluler (mixed stratified cementum :
CMSC)
Terbentuk pada sepertiga apikal gigi
bifurkasi. Cementum ini mengandung serabut
ekstrinsik dan intrinsik.
3. Sementum sellular (intrinsic fiber cementum : CIFC)
Terjadi setelah gigi mencapai dataran oklusal
dan mengandung sel-sel (sementosit) yang terletak
pada ruangan lacuna dan berkomunikasi dengan sel
lainnya.
GAMBARAN HISTOLOGIK TULANG ALVEOLAR
Terdapat 3 jenis sel yang biasanya dibicarakan dalam
kaitannya dengan histologik tulang yakni osteobals, osteosit,
dan osteoklas. Asal dan perkembangan dari sel-sel ini belum
dapat dipastikan.
1. Osteoblas
Merupakan sel yang bertanggung jawab pada
pembentukan serabut-serabut kolagen dan substansi dasar
yang menyusun matriks organik tulang (osteosid).
Penampakan sel-sel ini bervariasi sejalan dengan
aktivitasnya. Aktivitasnya berkaitan dengan adanya
osteogenesis.
2. Osteosit
Merupakan osteoblas yang menjadi terjebak dalam
matrik tulang yang mengalami mineralisasi. Osteosit
berhubungan dengan osteosit yang lain melalui procesus
sitoplasmiknya yang membentuk sistem hubungan
kanalikuli. Ketika matriks mengalami mineralisasi, tiap-
tiap osteosit menempati suatu lubang kecil atau lakuna
dalam tulang yang baru terbentuk. Osteosit merupakan
konstituen utama dari serabut kolagen, glycoprotein dan
proteoglycan. Tipe dari kolagen pada tulang alveolar
adalah tipe I tapi ada beberapa kolagen tipe III dan IV
walaupun dalam jumlah yang sedikit.
3. Osteoklas
Merupakan sel yang berinti banyak yang terlibat
dalam proses resorpsi tulang. Sel-sel ini terletak pada
cekungan dangkal pada permukaan tulang (cekungan ini
disebut Howship’s lacunae). Osteoklas merupakan sel
yang besar mengandung banyak nukleus (hingga 100
buah), banyak mengandung badan golgi dan mitokondria.
3.2.1 Proses pergantian gigi sulung menjadi gigi tetap (erupsi)
Proses Erupsi
Erupsi gigi adalah proses bergeraknya gigi ke dalam
rongga mulut menembus tulang alveolar. Proses erupsi gigi adalah
proses fisiologis dimana gigi bergerak ke arah vertikal, mesial,
bergerak miring dan rotasi. Gerakan-gerakan ini merupakan
tekanan (kekuatan) untuk mencapai posisi gigi dan
mempertahankan titik kontak dengan gigi tetangga. Erupsi dapat
dibagi dalam beberapa fase, yaitu fase pra-erupsi, fase erupsi
prefungsional, dan fase erupsi fungsional. Fase pra-erupsi adalah
periode sejak dimulainya pembentukan gigi sampai mulai
bergerak ke dalam rongga mulut. Fase erupsi prefungsional
meliputi periode perkembangan akar sampai gigi menembus
gingiva. Fase erupsi fungsional merupakan fase setelah gigi
berkontak dengan gigi antagonis dan gigi terus-menerus erupsi
sesuai perubahan dinamis tubuh. Waktu erupsi gigi di rongga
mulut berbeda untuk tiap gigi, dimana gigi yang proses
.pembeniukannya lebih awal akan bererupsi lebih dahulu
dibandingkan dengan gigi yang dibkmtuk sesudahnya. Waktu
erupsi gigi dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata
waktu erupsi gigi yang normal. Waktu erupsi gigi dipengaruhi
oleh banyak factor baik yang bersifat lokal maupun sistemik.
Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan
pertumbuhan pulpa di dalamnya ketika foramen apikal masih
terbuka lebar, cenderung tekanan erupsi yang paling kecil. Deosisi
sementum pada permukaan akar akan menimbulkan sedikit gerak
eruspsi bila akar sudah terbentuk sempurna. Arah erupsi dari
mahkota gigi akan dituntun oleh sisa perlekatan folikel gigi
terhadap eptelium mulut. Tekanan pada daerah jaringan di sekitar
akar-akar gigi dan perubahan vaskularisasimjaringan periodontal,
termanifestasi berupa tekanan eruptif.
Erupsi gigi juga disebabkan oleh aktifitas matrik
fungsional yang berada diantara periodontal ligamen dan jaringan
keras. Proliferasi jaringan ikat dari periodontal ligamen atau
penumpukan cairan jaringan periodontal akan cenderung
memisahkan gigi dan tulang sehingga timbul tekanan eruptif.
Tahap-tahap erupsi gigi yang teratur menunjukkan bahwa erupsi
berada di bawah kontrol genetik. Terdapat variasi yang cukup
besar antara umur erupsi gigi, suatu peristiwa yang sangat mudah
dipengaruhi oleh nutrisi, hormon, dan penyakit.
Proses eksfoliasi
Eksfoliasi merupakan tanggalnya gigi sulung secara
alami atau periode geligi pergantian. Periode ini dimulai dengan
erupsinya gigi molar permanen pertama sebelah distal gigi molar
dua sulung. Pada usia 6 tahun keatas, gigi-gigi sulung akan mulai
digantikan oleh gigi-gigi permanen. Insisif, kaninus dan molar
sulung akan digantikan oleh insisif, kaninus, dan premolar tetap
yang dinamakan sebagai successional teeth. Ditambah dengan gigi
molar permanen yang tumbuh di bagian posterior lengkung geligi
sulung sebagai gigi tambahan dan dinamakan sebagai accessional
teeth.
Gigi-gigi sulung dengan gigi-gigi permanen
penggatiannya berbeda dalam ukurannya. Insisif dan kaninus
permanen biasanya lebih besar dsari pada gigi sulung yang
digantikannya, sedangkan premolar biasanya lebih kecil dari pada
molar sulung yang digantikan.
Tahap- tahap perubahan gigi sulung dan gigi
permanen
Pada saat lahir, rahang mengandung
mahkota 20 gigi susu, yang baru terkalsifikasi
sebagian disertai dengan mulainya kalsifikasi molar
pertama tetap. Erupsi gigi geligi susu, dimulai pada
usia 7 ½ bulan , berakhir sekitar 29 bulan. Erupsi
gigi akan terhenti untuk selama 4 tahun . pada umur
6 tahun, rahang mengandug lebih banyak gigi dari
pada di saat lain. 48 gigi berjejal-jejal antara orbit
dan rongga nasal dan mengisi tubh mandibla. Antara
umur 6-8 tahun, kedelapan incisivus susu tanggal
dan ke-12 gigi tetap bererupsi. Setelah aktivitas
yang ekstrim ini, akan ada periode tenang selama 2
½ tahun, sampai umur 10 ½ tahun, baru kemudian
selama 18 bualn berikutnya, ke 12 gigi susu sisanya
tanggal dan ke 16 gigi tetap bererupsi.
Periode 6 tahun dari gigi geligi campuran,
dari 6-12 tahun, merupakan periode perkembangan
gigi yang paling rumit dan merupakan salah satu
periode yang peling mudah terserang maloklusi.
Periode tenang yang lamanya bervariasi (3-7 tahun)
akan terjadi sebelum erupsi keempat gigi molar
ketiga, untuk menyempurnakan susunan gigi geligi.
Molar ketiga baru mulai terkalsifikasi pada umur 9
tahun dan bererupsi sejak umur 16 tahun ke atas,
untuk menyempurnakan pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial.
Keduabelas molar tetap berasal dari daerah
yang sama, pada empat kuadran rahang. Molar atas
terbentuk dalam tuberositas maksila, tiga pada tiap
sisi dan ketiga gigi molar bawah (tiap sisi) terbentuk
dalam ramus asenden mandibula. Molar pertma dan
kedua bergeser ke depandari daerah asal ke tulang
alveolar maksila atau mandibula, tempat gigi
tersebut bererupsi untuk berkontak dengan gigi
antagonisnya.
b. Tahap erupsi gigi permanen
Pada saat erupsi gigi permanen melalui tiga tahap, yaitu:
Tahap 1: Berlangsung pada usia 6-8 tahun.Dan
berhubungan dengan pergantian gigi-gigi insisif sulung
dan penambahan keempat molar pertama permanen pada
susunan gigi geligi.
Tahap 2: Berlangsung ada usia 10-13 tahun.
Pada tahap ini terjadi pergantian molar sulung dan
kaninus atas permanen, dan penabahan gigi molar kedua
permanen. Gigi premolar pertama mengalami erupsi
pertama kali. Gigi premolar kedua akan bererupsi ke
hubungan yang sama, waktu yang sama. Gigi kaninus
atas akan erupsi ke hubungan oklusi sehingga ujung
tonjolannya berada pada bidang vertikal yang sama
dengan permukaan distal kaninus bawah. Molar kedua
akan erupsi ke oklusi sama seperti molar pertama.
Tahap 3: Erupsi gigi molar ketiga terjadi pada
usia 18-25 tahun. Gigi molar ketiga berkembang pada
posisi yang sama dengan molar kedua. Molar ketiga
bawah memiliki jalur erupsi lebih pendek dari molar
ketiga atas.
3.2.2Faktor yang memperngaruhi erupsi
Faktor tidak langsung
1. Faktor genetik.
Contohnya orang tua dengan kelainan skelatal (tulang rahang)
dengan rahang bawah ebih maju ke depan di banding rahang atas
(cakil) kemungkinan akan mempunyai anak dengan kondisi
rahang yang serupa. Faktor keturunan itu tidak bisa dicegah
karena setiap orang tua pasti akan mewariskan gen-gen (sifat
menurun) kepada anak-anaknya.
2. Faktor kongenital ( gangguan pada janin)
Berbagai gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi keadaan
janin pada saat berada di dalam kandungan, misalnya
mengkonsumsi obat-obatan pada saat hamil, menderita trauma
/penyakit tertentu dan kurang gizi. Faktor kongenital ini harus
menjadi perhatian bagi para calon orang tua. Terutama bagi ibu
hamil agar hati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan pada usia 8 -
14 minggu masa kehamilan. Sebab menurut para ahli saat usia
inilah terjadinya pembentukan rahang atas dan bawah.
3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh
untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk ini
adalah kelenjar pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada
kelainan pada kelenjar-kelenjar tersebut, maka dapat terjadi
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh termasuk
rahang dan gigi.
4. Penyakit
misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami
hambatan tumbuh kembang fisik (berat dan tinggi badan kurang)
serta hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang
bawah pendek sehingga muka bagian atas tampak maju.
Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga tampak divergen,
muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi,
jarak kedua mata lebih lebar.
B. Faktor langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
Pergeseran gigi di sebelahnya menyebabkan penyempitan ruang
pada lengkung gigi. Akibatnya, gigi permanen tidak memperoleh
ruang cukup dan akan tumbuh dengan susunan gigi berjejal
.2. Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada.
lengkung gigi dan rongga mulutnya terdapat ruangan kosong
sehingga tampak celah antara gigi (diastema).
3. Gigi yang berlebih
gigi berlebih tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan
menyebabkan gigi berjejal (crowding).
4. Tanggalnya gigi tetap
5. Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah
tumbuh (persistens)gigi tetap muncul diluar lengkung rahang dan
tampak berjejal.
6. Bentuk gigi tetap tidak normal.
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk, antara lain:
Bernapas lewat mulut,menghisap jari,proses penelanan
yang salah, minum susu dengan botol dot menjelang
tidur,menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi,
meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah
dll
Beberapa kebiasaan sebagian normal dilakukan oleh
bayi,misalnya mengisap jari.namun jika hal ini berkelanjutan
sampai dewasa dapat menyebabkan ketdakteraturan gigi.
C. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga turut berperan dan saling berinteraksi seperti
mekanik, hormonal, nitrisi dan infeksi pada mesa prenatal.
3.3 Kelainan pertumbuhan dan perkembangan gigi
ANODONTIA, HYPODONTIA, OLIGODONTIA
Defenisi
Anodontia adalah suatu keadaan di mana semua benih
gigi tidak terbentuk sama sekali, dan merupakan suatu kelainan
yang sangat jarang terjadi. Anodontia dapat terjadi hanya pada
periode gigi tetap/permanen, walaupun semua gigi sulung
terbentuk dalam jumlah yang lengkap.
Sedangkan bila yang tidak terbentuk hanya beberapa gigi saja,
keadaan tersebut disebut hypodontia atau oligodontia.
Gambar 1. Anodontia
Penyebab
Anodontia dan hypodontia kadang ditemukan sebagai
bagian dari suatu sindroma, yaitu kelainan yang disertai dengan
berbagai gejala yang timbul secara bersamaan, misalnya pada
sindroma Ectodermal dysplasia. Hypodontia dapat timbul pada
seseorang tanpa ada riwayat kelainan pada generasi keluarga
sebelumnya, tapi bisa juga merupakan kelainan yang diturunkan.
Gejala
Anodontia ditandai dengan tidak terbentuknya semua
gigi, dan lebih sering mengenai gigi-gigi tetap dibandingkan gigi-
gigi sulung. Pada hypodontia, gigi-gigi yang paling sering tidak
terbentuk adalah gigi premolar dua rahang bawah, insisif dua
rahang atas, dan premolar dua rahang atas. Kelainan ini dapat
terjadi hanya pada satu sisi rahang atau keduanya.
Gambar 2. Hampir seluruh gigi tidak terbentuk
Gambar 3. Hypodontia
Pemeriksaan
Diagnosa anodontia biasanya membutuhkan pemeriksaan
radiografik untuk memastikan memang semua benih gigi benar-
benar tidak terbentuk. Pada kasus hypodontia, pemeriksaan
radiografik panoramik berguna untuk melihat benih gigi mana saja
yang tidak terbentuk.
Perawatan
Lakukan konsultasi dengan dokter gigi sedini mungkin
bila terdapat kecurigaan terjadinya kelainan ini. Perawatan yang
biasanya diberikan oleh dokter gigi adalah pembuatan gigi tiruan.
Supernumerary Teeth
Defenisi
Supernumerary teeth adalah gigi tambahan/berlebih, sehingga
jumlah gigi yang terbentuk dalam rahang lebih banyak dari jumlah normal.
Supernumerary teeth dapat menyebabkan susunan gigi-geligi yang terlalu
berjejal atau malah dapat menghambat pertumbuhan gigi sebelahnya.
Penyebab
Penyebab dari supernumerary teeth belum diketahui
dengan pasti. Kelainan ini dapat terjadi bila ada proliferasi sel
yang berlebihan pada saat pembentukan benih gigi, sehingga gigi
yang terbentuk melebihi jumlah yang normal. Pada beberapa
kasus, kelainan ini dapat diturunkan dari orang tua.
Selain itu, supernumerary teeth juga bisa merupakan bagian dari
penyakit atau sindroma tertentu, yaitu cleft lip and palate
(sumbing pada bibir dan langit-langit), Gardner’s syndrome, atau
cleidocranial dysostosis. Pada kelainan-kelainan tersebut, biasanya
supernumerary teeth mengalami impaksi (tidak dapat tumbuh di
dalam rongga mulut).
Gambaran Klinis
Supernumerary teeth dapat memiliki bentuk yang sama
atau berbeda dengan gigi normal. Bila berbeda, bentuknya dapat
konus (seperti kerucut), tuberculate (memiliki banyak tonjol gigi),
atau odontome (bentuknya tidak beraturan).
Supernumerary teeth lebih sering terjadi pada rahang atas
dibandingkan rahang bawah. Gigi berlebih ini juga dapat
terbentuk di berbagai bagian rahang, yaitu pada daerah gigi insisif
depan atas (disebut juga mesiodens), di sebelah gigi molar (disebut
juga paramolars), di bagian paling belakang dari gigi molar
terakhir (disebut juga disto-molars), atau di sebelah gigi premolar
(disebut juga parapremolars). Supernumerary teeth yang paling
sering dijumpai adalah mesiodens. Kelainan ini lebih sering terjadi
pada gigi tetap dibandingkan gigi susu.
Gambar 1. Supernumerary teeth pada bagian depan
rahang atas (mesiodens)
Gambar 2. Gigi-gigi yang berlebih pada bagian depan
rahang bawah
Pemerikasaan
Biasanya dalam menentukan diagnosa perlu dilakukan
pemeriksaan radiografik dental atau panoramik untuk memastikan
jumlah gigi memang melebihi jumlah normal.
Gambar 3. Gambaran radiografik panoramik pada kasus
supernumerary teet
Perawatan
Diagnosa sedini mungkin dan perawatan yang tepat
sangat diperlukan untuk mencegah kelainan yang lebih parah.
Perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi tergantung dari
keparahan kasus. Biasanya dilakukan tindakan pencabutan gigi
yang berlebih atau hanya dilakukan observasi bila ada
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Dilaserasi
Defenisi
Dilaserasi adalah kelainan bentuk pada gigi karena terjadinya
gangguan pada saat pembentukan gigi, sehingga gigi
melengkung membentuk kurva atau sudut pada bagian mahkota atau akar.
Penyebab
Kelainan ini bisa disebabkan karena adanya
trauma selama masa pembentukan gigi. Biasanya trauma
terjadi pada gigi sulung yang menyebabkan gigi tersebut
terdorong dan terdesak masuk ke dalam tulang. Gigi
sulung yang terdorong tadi dapat mengenai benih gigi
permanen yang berada di bawahnya. Trauma ini
menyebabkan arah peletakan mineral (kalsifikasi) gigi
permanen berubah sehingga terbentuk gigi yang
melengkung.
Gejala Klinis
Lengkungan dapat terbentuk di bagian mana
saja sepanjang gigi, kadang pada bagian leher gigi,
kadang pada bagian tengah akar, mungkin juga di
persambungan mahkota dan akar, atau malah hanya pada
ujung akar saja, tergantung seberapa jauh pembentukan
gigi telah berlangsung saat trauma terjadi.
Pemeriksaan
Untuk melihat adanya kelainan ini diperlukan
pemeriksaan radiografik.
Perawatan
Kadang gigi yang mengalami dilaserasi dapat
mengalami kesulitan untuk tumbuh ke posisi yang normal
dalam rongga mulut sehingga harus dilakukan
pencabutan.
Kelainan dan Gangguan pada Pertumbuhan dan
Perkembangan Gigi dan Jaringan Rongga Mulut Pendukung Gigi
1.Gemination (Geminasi)
Bentuk mahkota lebih besar dari normal,biasanya disebabkan oleh
perkembangan 2 mahkota dari satu benih gigi.
2.Concrescence
Persatuan akar-akar gigi dari dua atau lebih gigi normal yang
disebabkan oleh pertemuan dari permukaan sementum dari akar-
akar gigi tsb.
3.Fusion (Fusi)
Penggabungan dua bakal gigi yang sedang berkembang,
menghasilkan satu bentuk gigi yang besar. Dapat mengenai
seluruh panjang gigi atau hanya akar saja, dimana sementum dan
dentin saja yang terhubung, saluran akar dapat terpisah atau tidak.
Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara
dua buah gigi yang berdekatan.Diastema ini merupakan
suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan
lengkung rahang. Bisa terletak di anterior ataupun di
posterior, bahkan bisa mengenai seluruh rahang.Diastema
sentral rahang atas adalah ruang yang terdapat diantara
gigi insisif sentral rahangAtas.
Diastema sentral rahang atas, merupakan suatu
maloklusi yang sering muncul dengan ciri khas yaitu berupa
celah yang terdapat diantara insisif sentral rahang atas.
Seringkali diastema ini menyebabkan gangguan estetik
bagi sebagian orang, terutama diastema yang terdapat di
anterior, sementera bagi sebagian orang, diastema ini
dianggap sebagai suatu ciri khas dari orang tersebut dan
bukan merupakan gangguan bagi penampilan estetiknya.
Oleh karena bagi sebagian orang diastema sentral ini
merupakan suatu gangguan estetik terhadap
penampilannya, maka banyak orang yang mencari dan
meminta pertolongan dari dokter gigi untuk mengkoreksi
kelainan tersebut. Dengan telah dikoreksinya kelainan
tersebut, mereka berharap akan lebih menambah baik
penampilannya dan akan meningkatkan rasa percaya
dirinya.
Diastema sentral yang terjadi pada rahang atas bisa
disebabkan oleh :
• Ukuran gigi insisif lateral kecil.
• Rotasi dari gigi insisif.
• Perlekatan frenulum yang abnormal.
• Gigi sepernumerer di median line.
• Kehilangan gigi insisif lateral secara
kongenital.
• Diastema pada saat pertumbuhan normal
• Penutupan median line yang tidak sempurna
Namun pada kasus ini adalah diatema sentral pada
saat pertumbuhan normal. Diastema pada saat
pertumbuhan normal Pada saat insisif sentral permanen
rahang atas erupsi biasanya selalu terdapat ruangan
diantaranya. Ruangan ini biasanya berkisar antara 2 mm
(berkisar antara usia 6–10 tahun) dan akan berkurang pada
saat erupsi gigi insisif lateral pemanen dan menutup
dengan sendirinya pada saat erupsi gigi kaninus permanen.
Hal ini terjadi karena posisi dari gigi kaninus permanen
yang belum erupsi sering terletak di superior dan distal dari
akar gigi insisif lateral, yang kemudian menekan akar-akar
gigi insisif sentral dan lateral bergerak ke arah midline,
sementara mahkotanya menyebar ke arah distal. Periode
ini merupakan periode yang tidak estetik dan disebut
dengan istilah ugly duckling stage of eruption.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Anatomi gigi terdiri dari jaringan lunak dan jaringan keras. Jaringan
lunak contohnya adalah jaringan pulpa dan ginggiva. Sedangkan jaringan
keras contohnya adalah email dan sementum dentin.
Tahap pertumbuhan gigi terdiri dari tahan inisiasi, proliferasi,
histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Awal tahapan ini dimulai ketika
janin berusia 5 minggu.
Erupsi merupakan suatu proses dimana pergerakan gigi ke arah
rongga mulut yang dimulai ketika gigi masih di dalam tulang rahang.
Pergantian gigi sulung menjadi gigi permanen atau yang biasa disebut masa
geligi pergantian biasanya dimulai pada usia 6 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Sehingga apabila terjadi gangguan akan menimbulkan
berbagai macam kelainan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Itjiningsih.1991.Anatomi Gigi.Jakarta:EGC
Kamus Kedokteran Dorland Edisi 26. Jakarta: EGC
Leeson,C.Roland,Thomas S.Leeson and Anthony A.Paparo.1996.Buku ajar
histology.Jakarta:EGC
Sadler,T.W.2000.Embriologi Kedokteran Langman.Jakarta:EGC
Sperber,G.H.1991.Embriologi Craniofasial.Jakarta:Hipokrates