Laporan Tutorial Skenario 3.doc

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit pulpa pada gigi anak bermacam-macam seperti resorbsi akar patologik yang dibagi menjadi resorbsi akar patologik interna dan resorbsi akar patologik eksterna serta pulpitis yang dibagi menjadi pulpitis irreversible dan pulpitis reversible. Pada penyakit pulpa gigi anak biasanya ditemukan akar yang teresorbsi akibat adanya diferensiasi makrofag sebagai odontoklas sehingga akan meresorbsi sementum, permukaan akar, dan dentin akar. Resorbsi interna terjadi pada gigi vital sedangkan resorbsi eksterna pada gigi nonvital dengan peradangan yang meluas dan berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya. Resorbsi akar juga bisa dikarenakan pemakaian orthodonti, inflamasi, sistemik, dan idiopatik. Perforasi pada pulpa yang menyebabkan terjadinya penyakit pulpa dapat disebabkan karena adanya karies yang terlalu dalam dan trauma mekanis pada saat preparasi cavitas. Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap upaya preventif karena gigi yang telah dirawat dengan berhasil dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis sampai saat tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat dipertahankan dalam keadaan utuh, 1

description

Laporan Tutorial Skenario 3.doc

Transcript of Laporan Tutorial Skenario 3.doc

Page 1: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit pulpa pada gigi anak bermacam-macam seperti resorbsi akar

patologik yang dibagi menjadi resorbsi akar patologik interna dan resorbsi akar

patologik eksterna serta pulpitis yang dibagi menjadi pulpitis irreversible dan

pulpitis reversible. Pada penyakit pulpa gigi anak biasanya ditemukan akar yang

teresorbsi akibat adanya diferensiasi makrofag sebagai odontoklas sehingga akan

meresorbsi sementum, permukaan akar, dan dentin akar. Resorbsi interna terjadi

pada gigi vital sedangkan resorbsi eksterna pada gigi nonvital dengan peradangan

yang meluas dan berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya. Resorbsi akar juga

bisa dikarenakan pemakaian orthodonti, inflamasi, sistemik, dan idiopatik.

Perforasi pada pulpa yang menyebabkan terjadinya penyakit pulpa dapat

disebabkan karena adanya karies yang terlalu dalam dan trauma mekanis pada saat

preparasi cavitas.

Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap upaya preventif karena

gigi yang telah dirawat dengan berhasil dapat dipertahankan dalam keadaan

nonpatologis sampai saat tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung

geligi dapat dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi pengunyahan

dipertahankan, infeksi dan peradangan kronis dapat dihilangkan sehingga

kesehatan jaringan mulut yang baik dapat dipertahankan. Untuk mencapai tujuan

ini, telah dikembangkan beberapa perawatan endodontik konservatif sebagai

perawatan alternatif selain pencabutan gigi.

Perbedaan yang nyata mengenai anatomis pulpa pada gigi sulung perlu

kita ketahui untuk menunjang keberhasilan perawatan yang akan kita lakukan

khususnya untuk perawatan pulpa konservatif, perawatan hanya dilakukan sampai

sebatas kamar pulpa dan meninggalkan jaringan pulpa vital pada saluran akar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah diagnosis dan rencana perawatan dari kasus pada skenario

perawatan gigi sulung?

1

Page 2: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

2. Termasuk dalam resorbsi apakah kasus pada skenario tersebut?

3. Apa saja macam-macam perawatan pada gigi sulung?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui diagnosis dan rencana perawatan dari kasus pada skenario

perawatan gigi sulung.

2. Mengetahui macam resorbsi dari kasus pada skenario.

3. Mengetahui macam-macam perawatan pada gigi sulung.

2

Page 3: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pulpa Gigi

Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi.

Jaringan ini adalah jaringan pembentuk, penyokong dan merupakan bagian

integral dari dentin yang mengelilinginya. Fungsi primer pulpa adalah formatif

yakni membentuk odontoblas dan odontoblas ini tidak hanya membentuk dentin

melainkan berinteraksi pula dengan epithelium dentalis untuk memulai

pembentukan email di masa awal perkembangan gigi (Richard E. Walton, 2001)

Terbukanya pulpa paling sering disebabkan oleh karies, tetapi dapat pula

disebabkan oleh trauma dari suatu benturan atau selama preparasi kavitas.

Terbukanya pulpa disebabkan oleh karies terjadi lebih sering pada gigi-gigi susu

daripada gigi-gigi tetap karena gigi-gigi susu mempunyai rongga pulpa yang

relatif lebih besar, tanduk pulpa lebih menonjol dan email serta dentin yang lebih

tipis. Terbukanya pulpa karena karies akhirnya diikuti oleh infeksi pulpa,

sedangkan terbukanya pulpa karena trauma diikuti oleh infeksi, jika pulpa yang

terbuka terkontaminasi saliva. Pulpa yang terinfeksi menjadi meradang dan dan

dapat terjadi nekrose pulpa; jika infeksi menyebar ke tulang alveolar, gigi tetap

yang sedang berkembang dapat terkena. Karena alasan-alasan ini, gigi susu

dengan pulpa terbuka jangan dibiarkan tanpa perawatan dan gigi molar susu lebih

sering memerlukan perawatan pulpa, daripada gigi anterior susu (Andlaw R.J,

1992).

2.2 Pulpitis Ireversibel

Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih

walaupun penyebabnya dihilangkan. Lambat atau cepat pulpa akan menjadi

nekrosis. Pulpitis ireversibel sering kali merupakan akibat atau perkembangan dari

pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang

luas selama prosedur operatif atau terganggunya aliran darah pulpa akibat trauma

3

Page 4: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

atau penggerakan gigi dalam perawatan ortodonsia dapat pula menyebabkan

pulpitis ireversibel (Richard E. Walton, 2001)

Perawatan dapat dilakukan dengan pilihan antara konservasi (melalui

beberapa bentuk perawatan pulpa) atau pencabutan. Metode perawatan meliputi

pulp capping dan pulpotomi, pulpektomi biasanya dianggap tidak praktis karena

sulit untuk mendapatkan arah masuk ke saluran akar pada mulut anak-anak yang

kecil dan karena kompleksnya saluran akar molar susu (Andlaw R.J, 1992).

2.3 Perawatan Pulpa Gigi Anak

Terdapat beberapa metode dalam perawatan pulpa gigi anak. Secara umum

pulpotomi merupakan prosedur dimana seluruh pulpa bagian mahkota dibuang

dengan tujuan menghilangkan semua jaringan pulpa yang terinfeksi, pulpa di

bagian akar kemudian dirawat dengan cara-cara lain, menurut teknik yang

dipakai. Sedangkan pulp capping adalah suatu tindakan perawatan dengan

mengaplikasikan bahan pelindung pada pulpa baik secara langsung maupun tidak

langsung (pada selapis tipis dentin) dengan tujuan untuk mempertahankan

vitalitas pulpa. Prosedur pulp capping biasa dilakukan pada gigi dengan pulpa

terbuka karena trauma mekanis (direct) dan pada gigi-gigi dengan karies yang

dalam yang menyisakan selapis tipis dentin diatas kamar pulpa (indirect).

Sedangkan untuk prosedur pulpotomi ini biasanya dilakukan pada pasien dengan

pulpitis ringan dan pasein dengan gigi dengan bentuk foramen apikalnya masih

lebar. (Akbar, 1989).

Pulpotomi dilakukan terutama pada gigi-gigi vital dengan pulpa terbuka

lebih besar dari yang diindikasikan untuk perawatan pulp capping. Untuk pulpa

vital telah dikembangkan 2 cara yaitu formokresol pulpotomi dan devitalisasi

formokresol. Sedangkan untuk pulpa non vital dapat dilakukan metode pulpotomi

mortal. Dalam aplikasinya, untuk perawatan pada pulpa vital yang biasa

digunakan adalah pulpotomi formokresol. Hal ini disebabkan karena metode ini

cepat dan dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan serta memilki tingkat

keberhasilan yang tinggi. Pada pulpotomi devital atau biasa disebut mumifikasi

4

Page 5: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

ini hanya dapat digunakan pada kasus-kasus tertentu saja (Akbar, 1989; Tarigan

R, 1994).

5

Page 6: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

BAB III

PEMBAHASAN

SKENARIO PERAWATAN GIGI SULUNG

Seorang anak laki-laki umur 8 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan

gigi belakang bawah kanan sakit cekot-cekot sejak 3 hari yang lalu. Hasil

pemeriksaan klinis diperoleh gigi 85 karies profunda perforasi, tes termis positif,

sisa mahkota masih bisa dibuatkan restorasi tetap. Hasil pemeriksaan radiografi

diperoleh akar gigi 85 resorbsi lebih dari sepertiga apikal tetapi kurang dari 2/3

apikal. Tidak ada furcation involvement, tidak ada kelainan periapikal dan ada

benih gigi permanen pengganti. Dokter gigi merencanakan untuk dilakukan

perawatan pulpa.

3.1 Diagnosa dan Rencana Perawatan

Diagnosa dari kasus pada skenario adalah pulpitis ireversibel, berdasarkan

keluhan pasien yakni sakit cekot-cekot sejak 3 hari yang lalu serta berdasarkan

pemerikasaan klinis yakni gigi 85 karies profunda perforasi, tes termis positif.

Rencana perawatan dari kasus pada skenario adalah pulpotomi vital,

berdasarkan tidak adanya keluhan pasien terhadap alergi anastesi. Pulpotomi vital

adalah pengambilan jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami infeksi namun

tetap meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar yang sehat dan vital dengan

melakukan anastesi kemudian memberikan medikamen diatas pulpa yang

diamputasi agar pulpa bagian radikuler tetap vital.

3.2 Resorbsi Akar Patologik

Kerusakan akar yang parah dapat terjadi bila kerusakan sudah mencapai

pulpa, sehingga sangat sulit untuk dirawat dan biasanya memerlukan ekstraksi

gigi. Resorpsi akar terjadi akibat diferensiasi makrofag menjadi odontoklas yang

akan meresorpsi sementum permukaan akar serta dentin akar. Tingkat

keparahannya bervariasi dapat dilihat dari bukti-bukti berupa lubang mikroskopis

6

Page 7: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

yang dapat menyebabkan kehancuran pada permukaan akar. Resorpsi akar dapat

diklasifikasikan menjadi:

1. Resorbsi interna

Resorbsi akar patologik interna merupakan indikasi adanya

peradangan pada pulpa vital yang disebabkan oleh pulpitis kronis.

Resorbsi ini terjadi di dalam saluran akar dan dapat terjadi akibat

adanya trauma, karies, atau prosedur iatrogenik seperti preparasi yang

salah.

2. Resorbsi eksterna

Resorbsi akar patologik eksterna terjadi di sekitar apeks gigi dan

merupakan indikasi pulpa non vital dengan  peradangan yang meluas

berlanjut resorbsi tulang di sekitarnya.

3. Resorbsi permukaan

Resorbsi yang terjadi secara patologis pada permukaan akar karena

aktivitas osteoklas terhadap respon dari injuri ligamen periodontal atau

sementum.

4. Resorbsi akibat inflamasi

Karena infeksi jaringan pulpa yang akan merangsang aktivitas

osteoklas.

5. Resorbsi akibat tekanan

Resorbsi ini terjadi misalnya pada perawatan

orthodonti. Rangsangan terhadap aktivitas osteoklas akibat tekanan yang

berlebihan akan menyebabkan terjadinya resorbsi, tekanan tersebut

membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas dan

terbentuklah resorbsi.

6. Resorbsi sistemik

Resorbsi akibat gangguan sistemik seperti gangguan endokrin.

7. Resorbsi idiopatik

7

Page 8: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

Resorbsi ini terjadi pada satu gigi atau beberapa gigi dan

resorbsinya lambat, biasanya bertahun-tahun, dan bisa terjadi cepat dan

agresif melibatkan jaringan dengan jumlah besar.

Resorbsi akar yang terjadi pada kasus di skenario tersebut

merupakan resorbsi interna. Hal ini dikarenakan gigi 85 mengalami karies

profunda perforasi, dimana hal ini bisa menjadi pemicu terjadinya pulpitis

kronis yang merupakan penyebab utama dari resorbsi interna.

3.3 Macam-macam Perawatan Gigi Sulung

Perawatan pulpa pada gigi sulung berbeda dengan perawatan pulpa pada

gigi permanen karena morfologi gigi sulung yang lebih kecil dan ruang pulpa

yang besar. Ada beberapa perawatan pulpa pada gigi anak, yakni pulp capping,

pulpotomi dan pulpektomi.

1. Pulp Capping

Pulp capping merupakan suatu aplikasi selapis atau lebih material

pelindung atau bahan untuk perawatan di atas pulpa yang terbuka,

misalnya hidroksida kalsium, yang akan merangsang pembentukan dentin

reparatif (Harty, 1995). Sedangkan menurut Tarigan (2002), pulp capping

adalah suatu tindakan perlindungan terhadap pulpa vital dengan cara

memberikan selapis tipis material proteksi pada pulpa yang hampir

terbuka (masih tertutup selapis tipis dentin). Kalsium Hidroksida biasanya

digunakan pada pulp capping karena dapat merangsang pembentukan

dentin sekunder secara lebih efektif dibandingkan bahan-bahan lain (Glass

dan Zander, 1949). Teknik perawatan pulp capping dapat dilakukan

dengan 2 cara yaitu secara tidak langsung (indirek) dan secara langsung

(direk).

Pulp Capping Indirek

Yakni memberi material proteksi pada dentin yang terinfeksi diatas

pulpa yang belum terbuka. Indikasi : Karies yang dalam dimana lapisan

dentin diatas pulpa sudah sedemikian tipis tanpa gejala inflamasi.

8

Page 9: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

Kontraindikasi : adanya sakit spontan, adanya tanda kondisi patologik

klinis maupun radiograf.

Tahapan: - rontgen gigi daerah kerja untuk mengetahui kedalaman karies

- Isolasi daerah kerja

- Buka dan bersihkan karies dengan bur fisur, irigasi kavitas, lalu

keringkan

- Tempatkan basis kalsium hidroksida pada dentin di dasar

kavitas

- Tutup dengan semen fosfat, lalu restorasi

Pulp Capping Direk

Pemberian material terapitik pada pulpa yang terbuka untuk

merangsang terbentuknya barrier/ dentin reparatif. Indikasi: pulpa vital

yang terbuka kecil (pin point) dengan diameter kurang dari 1 mm, untuk

gigi tetap muda yang pembentukan akar dan apeksnya belu sempurna.

Kontra indikasi: sama dengan pulp capping indirect.

Tahapan: - preparasi dan bersihkan karies dengan bur

- irigasi lalu keringkan kavitas

- letakkan bahan kalsium hidroksida pada pulpa yang terbuka

dan biarkan kering

- tutup dengan semen fosfat dan tambalan sementara.

- setelah 6 minggu, apabila reaksi pulpa terhadap panas dan

dingin normal, restorasi dengan restorasi tetep.

Tujuan pulp capping, yaitu:

1. Melindungi pulpa dari bahan tumpatan

2. Kelengkapan suatu tumpatan, membantu pengobatan, dan membantu

melekatkan tumpatan

3. Memberkan fungsi protektif terutama berupa pencegahan kuman atau

toksinnya, yang umumnya berada di sekitar tumpatan, memasuki

tubulus dan mengiritasi pulpa.

9

Page 10: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

4. Untuk menutupi dentin hang terbuka

5. Melindungi pulpa dari iritasi bahan tumpat

6. Mempertahankan vitalitas pulpa. (Ford, 1993 dan Andlaw, 1992)

Bahan-bahan yang digunakan dalam perawatan pulp capping, yakni :

1. Semen zinc oxide eugenol. Semen ZOE yang terdiri dari serbuk zinc

oxide dicampur dengan cairan eugenol, kemudian diaduk sehingga

menghasilkan suatu massa dengan konsistensi pasta.

2. Kalsium Hidroksida. Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan

powder yang lunak dan tidak berbau, namun kalsium hidroksida juga

tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated

para chlorophenol, metakresil asetat, metal selulosa, garam normal,

atau hanya dengan air murni.

3. Bermacam-macam bahan untuk basis diantaranya :

Semen Seng Fosfat (ZP)

Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi

pulpa. Terdiri atas bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah

oksida seng dan cairannya adalah asam ortho phosporik, garam-

garam logam dan air. Pemakaian utama dan tradisional dari bahan

ini adalah untuk merekatkan restorasi-restorasi pengecoran gigi

dan juga sebagai bahan basis bila diperlukan kekuatan compresi

yang besar. Semen posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi

pulpa dan tanpa perlindungan varnish atau jenis bahan basis

lainnya dapat menyebabkan kerusakan pulpa yang irreversible.

Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar

dari suatu basis, dapat menahan dari trauma mekanis dan memberi

perlindungan yang baik dari rangsangan panas tetapi semen ini

mudah pecah dan tidak baik untuk tambalan sementara.

Semen Polikarboksilat

Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang

baik pada komponen kalsium dari struktur gigi. Walaupun sulit

10

Page 11: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

dimanipulasi, memiliki potensi untuk adhesi klinis ke ion kalsium

pada email dan dentin. Karena bahan ini cenderung cepat

mengeras, tidak dilakukan upaya mengaduk semen hingga

menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat. Bubuk

semen ini sama dengan semen seng phospat bubuk mengandung

oksida seng dan sejumlah kecil oksida magnesium. Pada saat ini

oksida magnesium sering digantikan dengan oksida stanic dan

stanius flourida untuk memodifikasi waktu pengerasan dan

meningkatkan kekuatan dan karakteristik manipulasinya.

Cairannya adalah asam poliakrilik dan air. pH semen

polikarboksilat, pada awalnya mirip dengan pH semen seng fosfat

tetapi respon pulpanya mirip dengan semen ESO. Suatu penjelasan

yang mungkin untuk tingkat iritasi yang rendah adalah ukuran

molekul poliakrilik yang besar membatasi penetrasi melalui dentin

dan penarikannya terhadap protein yang dapat membatasi difusinya

melalui tubulus dentin.

Semen Silikophospat

Semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan

semen silikat, sering disebut sebagai semen silikofosfat. Semen ini

terdiri dari 90% semen silikat dan 10 % semen seng fosfat. Dengan

adanya kandungan florida dalam bagian silikat dari bubuk tersebut,

semen ini memberikan pencegahan karies sekunder. Dari titik

pandang sifat anti kariesnya, seng siliko fosfat sering merupakan

bahan semen pilihan untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk

perlindungan pulpa adalah sama dengan seng fosfat.

4. Bahan tumpatan sementara, antara lain :

a. Cavit G ( ESPE / premier USE) merupakan bahan yang

mengandung calcium sulfat polifynil chlorida asetat. Bahan ini

bersifat ekspansiv waktu mengeras, karena penggunaanya mudah

dan mempunyai kerapatan yang baik dengan dinding kavitas,

11

Page 12: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

digunakan untuk waktu antar kunjungan yang singkat, kekuatan

komprehensifnya yang rendah dan mudah hilang oleh pemakaian.

Cara meletakkan kekavitas adalah sebagaian demi sebagian pada

dinding kavitas dengan instrument plastis (system incremental),

kelebihan bahan dibuang dan permukaan tumpatan dihaluskan

dengan kapas basah. Setelah penumpatan sebaiknya gigi tidak

dipakai untuk mengunyah paling tidak selama 1 jam. Menurut

Wilrdman (1971). Kualitas penutupan cavit G kelihatannya

berdasarkan kemampuan bahan untuk mengembang saat mengeras.

Cavit G adalah suatu komponen hidrofilik yang dapat mengeras

dalam susasana lembab. Karena itulah, hendaknya jangan

digunakan pada gigi vital karena dapat mengeringkan dentin dan

dengan demikian dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi.

b. IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan tumpatan sementara

yang mengandung semen zinc oxide yang diperkaya dengan resin.

Bahan ini cukup untuk baik digunakan walaupun kerapatannya

kurang bila dibandingkan dengan cavit G. teknik peletakkannya

sama dengan bahan pertama. Semen ini diindikasikan diregio yang

sukar diisolasi seperti karies interproksimal subgingiva tetapi yang

tidak memerlukan pemanjangan mahkota atau gingivektomi.

Semen ini harus tetap mempertahankan kontak proksimal atau jika

struktur gigi hanya tersisa sedikit, semen harus dikontur

sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan impaksi makanan.

c. Dentorit (dentoria laboratories Pharmatique, Jerman) merupakan

bahan tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas.

Pada saat bentuknya cair, sewaktu mengaplikasikannya harus

dihindarkan dari tekanan. Biasanya langsung mengeras apabila

terkena saliva. Bahan ini mempunyai stabilitas yang sangat baik

didalam mulut dan juga sangat rapat dalam menutup kavitas

terutama bagian tepinya. Bahan ini terdiri dari tiga bentuk variasi

warna yaitu warna gading untuk pemakaian normal, warna merah

12

Page 13: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

jambu untuk pemakaian yang keras dan warna biru untuk kasus

yang membutuhkan campuran arsenic.

2. Pulpotomi

Pulpotomi merupakan pengambilan pulpa yang telah mengalami

infeksi di dalam kamar pulpa dan meninggalkan jaringan pulpa di bagian

radikuler. Teknik pulpotomi dibagi menjadi tiga, yaitu pulpotomi vital,

devital, dan non-vital.

Pulpotomi Vital

Pulpotomi dengan melakukan anestesi terlebih dahulu, kemudian

memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi agar pulpa di

radikuler tetap vital. Biasanya, bahan yang digunakan adalah formokresol

atau glutaraldehid. Formokresol mengkoagulasi protein sehingga

merupakan bakterisid yang kuat dan kaustik. Tidak merangsang

pembentukan dentinal bridge atau calcific barrier, tetapi jaringan pulpa

akan membentuk zona fiksasi yang bersifat keras, tahan terhadap autolisis,

dan merupakan barier terhadap serangan bakteri yang menuju daerah

apikal.

Indikasi : gigi sulung dan gigi tetap muda yang vital, tidak ada

gejala peradangan pulpa dalam kamar pulpa, terbukanya kamar pulpa saat

ekskavasi jaringan karies, gigi masih dapat dipertahankan dan minimal

didukung oleh lebih dari dua pertiga panjang akar gigi, tidak ada rasa sakit

spontan atau terus menerus, dan tidak ada kelainan pulpa klinis ataupun

radiologis.

Kontraindikasi : adanya rasa sakit spontan, adanya rasa sakit jika

diperkusi dan palpasi, adanya mobiliti yang patologik, terlihat adanya

radiolusensi di daerah perapikal dan kalsifikasi (pada radiograf), resorpsi

akar interna maupun eksterna, keadaan umum pasien kurang baik, dan

perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.

Tahapan :

Kunjungan Pertama

- Foto rontgen daerah kerja

13

Page 14: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

- Lakukan anestesi lokal dan isolasi pada daerah kerja

- Bersihkan karies, lalu olesi gigi dengan larutan yodium pada

kavitas

- Buka atap pulpa dan aputasi jaringan pulpa menggunakan

ekskavator atau bur low speed

- Irigasi dengan aquadest dan hindari penggunaan semprotan

udara agar debri tidak masuk ke saluran akar.

- Kontrol perdarahan dengan kapas kecil yang dibasahi larutan

yang tidak mengiritasi, seperti larutan salin atau aquadest

selama 3-5menit di pulp stump. Angkat kapas denga hati-hati.

- Dengan kapas steril yang dibasahi formokresol, tutup orifis

selama 5menit. Kapas jangan terlalu basah dengan menaruh

kapas pada kassa steril agar formokresol berlebih dapat diserap.

- Setelah 5 menit, kapas diangkat. Kamar pulpa akan terlihat

berwarna coklat tua kehitaman akibat proses fiksasi oleh

formokresol.

- Diatas pulp stump, letakkan campuran berupa pasta zync oxide

eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1. Diatasnya,

lakukan restorasi.

Kunjungan Kedua

Kunjungan kedua dilakukan apabila perdarahan tidak dapat

dikontrol. Pulpa ditutup dengan tambalan sementara dan

pemakaian obat-obatan untuk menghentikan perdarahan harus

dihindari karena problema perdarahan ini dapat membantu dugaan

keparahan peradangan pulpa. Pada kunjungan kedua dilakukan :

- Tambalan sementara dibongkar, lalu kapas yang mengandung

formokresol diambil dari kamar pulpa.

- Letakkan pasta campuran formokresol dan eugenol diatasnya,

letakkan semen fosfat. Tutup kavitas dengan tambalan tetap.

14

Page 15: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

Pulpotomi Devital

Pulpotomi devital merupakan pengambilan jaringan pulpa dalam

kamar pulpa yang sebelumnya didevitalisasi, kemudian dengan pemberian

pasta antiseptik, jaringan didalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan

aseptik. Bahan devital gigi sulung yang dipakai adalah pasta para

formaldehid.

Indikasi : gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karena

karies atau trauma, pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi, pada

pasien dengan perdarahan abnormal seperti hemofilia, kesulitan dalam

menyingkirkan semua jaringan pulpa pada pulpektomi (terutama gigi

posterior), pada waktu perawatan pulpotomi vital satu kali kunjugan sulit

dilakukan karena kurangnya waktu dan pasien yang tidak kooperatif.

Kontraindikasi: kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga

restorasi tidak mungkin dilakukan, infeksi perapikal, apeks masih terbuka,

adanya tanda kelainan patologis pulpa baik secara klinis maupun

radiologis.

Tahapan :

Kunjungan pertama

- Foto rontgen dan isolasi daerah kerja

- Bersihkan karies, kemudian pasta devital parah formaldehid

dengan kapas kecil diletakkan di atas pulpa

- Tutup sementara, hindarkan tekanan pada pulpa

15

Page 16: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

- Orangtua diberitahu untuk memberi analgesik apabila

timbul nyeri pada malam harinya.

Kunjungan kedua (seteleh 7-10 hari)

- Pasien diperiksa tidak ada keluhan rasa sakit atau

pembengkakan, juga gigi tidak goyang.

- Daerah kerja diisolasi.

- Tambalan sementara dibuka, kapas dan pasta disingkirkan.

- Buka atap pulpa lalu singkirkan jaringan yang mati dalam

kavum pulpa.

- Tutup bagian yang diamputasi dengan campuran eugenol

dan pasta formokresol.

- Tutup dengan semen lalu restorasi dengan restorasi tetap.

Pulpotomi Non Vital

Pulpotomi non vital merupakan amputasi pulpa bagian mahkota

dari gigi yang non vital dan memberikan medikamen atau pasta antiseptik

untuk mengawetkan dan tetap dalam keadaan aseptik. Tujuannya yakni

mempertahankan gigi sulung nonvital untuk space maintainer. Bahan yang

dipakai adalah formokresol dan ChKm.

Indikasi : gigi sulung nonvital akibat karies atautrauma, gigi sulung

yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi diperlukan sebagai

space maintainer, gigi sulung yang telah mengalami dentoalveolar kronis,

dan gigi sulung patologik karena abses akut sebelumnya harus dirawat

terlebih dahulu.

Tahapan :

Kunjungan pertama

- Foto radiograf daerah kerja

- Buka atap pulpa, buang isi ruang pulpa dengan

ekskavator atau bur bulat yang besar sejauh mungkin

dalam saluran akar. Bersihkan debri dengan aquadest

lalu keringkan dengan kapas.

16

Page 17: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

- Formokresol yang telah diencerkan atau CHKM

diletakkan dengan kapas kecil ke dalam ruang pulpa,

kemudian ditutup dengan tambalan sementara.

Kunjungan kedua

- Periksa gigi tidak ada rasa sakit atau tanda-tanda infeksi

- Buka tumpatan sementara, ebrsihkan kavitas, lalu

keringkan

- Letakkan pasta campuran zync oxide dengan

formokresol dan eugenol perbandingan 1:1 dalam

kamar pulpa, tekan agar pasta dapat sejauh mungkin

masuk dalam saluran akar.

- Tumpat dengan restorasi tetap.

3. Pulpektomi

Merupakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa

dan saluran akar. Pada gigi molar sulung, pengambilan seluruh jaringan

secara maekanis tidak mungkin sehubungan dengan bentuk morfolgi

saluran akar yang kompleks. Terdaat 3 teknik pulpektomi yakni

pulpektomi vital, devital, dan nonvital.

Indikasi : gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada

gigi vital/nonvital, resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal, resorpsi interna

tetapi belum perforasi akar, kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.

Kontraindikasi: bila kelainan sudah mencapai periapikal, resorpsi

akar gigi yang meluas, kesehatan umumtidak baik, pasien tidak kooperatif,

gigi goyang disebabkan keadaan patologis.

17

Page 18: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

BAB IV

KESIMPULAN

Secara umum pulpotomi merupakan prosedur dimana seluruh pulpa bagian

mahkota dibuang dengan tujuan menghilangkan semua jaringan pulpa yang

terinfeksi, pulpa di bagian akar kemudian dirawat dengan cara-cara lain, menurut

teknik yang dipakai.

Sedangkan pulp capping adalah suatu tindakan perawatan dengan

mengaplikasikan bahan pelindung pada pulpa baik secara langsung maupun tidak

langsung (pada selapis tipis dentin) dengan tujuan untuk mempertahankan

vitalitas pulpa.

Tujuan dari Perawatan Gigi Sulung

Perawatan gigi sulung mempunyai beberapa tujuan yang diantara lainnya ialah:

1. Memertahankan gigi

2. Mencegah tanggal prematur

3. Mempertahankan lengkung gigi

4. Menghilangkan infeksi dan radang kronis

5. Mempertahankan fungsi estetik

6. Mempertahankan fungsi mastikasi

7. Mempertahankan fungsi fonetik

8. Mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman

Indikasi dan Kontraindikasi dari Perawatan Pulpotomi

Indikasi Kontra Indikasi

gigi sulung dan gigi tetap muda yang

vital

adanya rasa sakit spontan

tidak ada gejala peradangan pulpa

dalam kamar pulpa

adanya rasa sakit jika diperkusi dan

palpasi

terbukanya kamar pulpa saat ekskavasi adanya mobiliti yang patologik

18

Page 19: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

jaringan karies

gigi masih dapat dipertahankan dan

minimal didukung oleh lebih dari dua

pertiga panjang akar gigi

terlihat adanya radiolusensi di daerah

perapikal dan kalsifikasi (pada

radiograf)

tidak ada rasa sakit spontan atau terus

menerus

resorpsi akar interna maupun eksterna

tidak ada kelainan pulpa klinis ataupun

radiologis

keadaan umum pasien kurang baik

perdarahan yang berlebihan setelah

amputasi pulpa

19

Page 20: Laporan Tutorial Skenario 3.doc

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). 1st ed. Jakarta: Widya

Medika.

Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak: A manual of paedodontics. 2nd

ed. Alih Bahasa. Agus Djaya. Jakarta: Widya Medika, 1992: 107-113.

Richard E. Walton. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. 3rd ed. Alih Bahasa.

Lilian Yuwono. Jakarta: EGC, 2001.

Kennedy DB. Konservasi Gigi Anak: Paediatric Operative Dentistry. 3rd ed.

Alih Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC, 1993: 260-261

20