Skenario C (Tutorial 3)

29
  I. Skenario Tn Lanang mengalami kecelakaan motor, pipinya tertusuk kawat dan melekat di pipinya, dan dibawa ke unit gawat darurat sebuah RS tpe C. Dr. Sayang dokter umum, mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan dan menutup lukanya dengan rapi. Pasien dipulangkan dengan diberikan obat-obatan generik dan pencegahan tetanus. Dua minggu kemudian setiap dia batuk atau bersin atau mengunyah, terasa seperti ada yang menusuk di pipinya, sedangkan luka bekas kecelakaan sudah sembuh. Tuan Lanang berobat ke dokter bedah di rumah sakit tipe B. Dr. Bedah membuat diagnosa masih ada sesuatu di pipi tempat bekas kecelakaan dan dilakukan operasi. Selesai operasi, dr. Bedah menjelaskan ada serpihan kawat tertinggal dan mengatakan setiap luka tusuk dalam harus dieksplorasi untuk menilain kelainan, termasuk adanya benda asing sampai ke lubang yang paling dalam dan ini telah terjadi kelalaian. Tuan Lanang tidak puas dan mengadu kepada Direktur RS tipe C atas kelalaian dr. Sayang. Tn Lanang meminta ganti rugi atas biaya yang dikeluarkannya selama pengobatan II. Klarifikasi istilah 1. UGD salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. 2. RS tipe C rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbatas atau kemampuan pelayanan medic spesialistik dasar. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota Kabupaten (Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. 3. Obat Generik  obat yang menggunakan nama-nama umum yang mudah dikenal 4. Tetanus penyakit infeksi akut yang disebabkan dan kadang fatal yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani yang sporanya masuk kedalam tubuh melalui luka. 5. Diagnosa penentuan jenis penyakit dengan memeriksa gejala-gejalanya

Transcript of Skenario C (Tutorial 3)

Page 1: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 1/29

 

I.  Skenario

Tn Lanang mengalami kecelakaan motor, pipinya tertusuk kawat dan melekat di

pipinya, dan dibawa ke unit gawat darurat sebuah RS tpe C.

Dr. Sayang dokter umum, mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan dan

menutup lukanya dengan rapi. Pasien dipulangkan dengan diberikan obat-obatan

generik dan pencegahan tetanus.

Dua minggu kemudian setiap dia batuk atau bersin atau mengunyah, terasa seperti

ada yang menusuk di pipinya, sedangkan luka bekas kecelakaan sudah sembuh. Tuan

Lanang berobat ke dokter bedah di rumah sakit tipe B.

Dr. Bedah membuat diagnosa masih ada sesuatu di pipi tempat bekas kecelakaan

dan dilakukan operasi. Selesai operasi, dr. Bedah menjelaskan ada serpihan kawat

tertinggal dan mengatakan setiap luka tusuk dalam harus dieksplorasi untuk menilain

kelainan, termasuk adanya benda asing sampai ke lubang yang paling dalam dan ini

telah terjadi kelalaian. Tuan Lanang tidak puas dan mengadu kepada Direktur RS tipe

C atas kelalaian dr. Sayang. Tn Lanang meminta ganti rugi atas biaya yang

dikeluarkannya selama pengobatan

II.  Klarifikasi istilah

1.  UGD salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal

bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam

kelangsungan hidupnya.

2.  RS tipe C rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis

terbatas atau kemampuan pelayanan medic spesialistik dasar. Rumah sakit ini

didirikan disetiap ibukota Kabupaten (Regency hospital) yang menampung

pelayanan rujukan dari puskesmas.3.  Obat Generik  obat yang menggunakan nama-nama umum yang mudah dikenal

4.  Tetanus penyakit infeksi akut yang disebabkan dan kadang fatal yang

disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani yang

sporanya masuk kedalam tubuh melalui luka.

5.  Diagnosa penentuan jenis penyakit dengan memeriksa gejala-gejalanya

Page 2: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 2/29

6.  Rs tipe B rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis

dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap Ibukota propinsi yang

menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.

7.  Diseksplorasi penyelidikan / pemeriksaan dengan tujuan diagnostik 

8.  Kelainan keadaan yang menyalahi dan menyimpang dari suatu aturan.

9.  Kelalaian lengah / lupa

10. Operasi setiap tindakan yang dilakukan dengan instrumen atau dengan yang

dilakukan oleh ahli bedah

11. Ganti rugi pemberian sejumlah uang dari satu pihak ke pihak yang dirugikan.

III.  Identifikasi masalah

1.  Tuan lanang berobat ke UGD rumah sakit tipe C karena adanya kawat yang

tertusuk dan melekat dipipi Tuan lanang.

2.  Dr. sayang, dokter umum, mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan dan

menutup luka Tn. Lanang dengan rapi serta memberikan obat-obatan generic dan

pencegahan tetanus.

3.  Tn. Lanang berobat ke rumah sakit tipe B karena ia masih merasa kesakitan pada

pipinya.

4. 

Dokter bedah mengatakan bahwa adanya kelalaian yang dilakukan oleh dr.sayang terhadap tuan lanang karena masih adanya serpihan kawat yang tertinggal

di pipi tuan lanang. (main problem)

5.  Tn. Lanang tidak puas dan mengadukan kelalaian dr. sayang kepada direktur

rumah sakit tipe C, untuk meminta ganti rugi atas biaya yang telah dikeluarkan

selama pengobatan.

IV.  Analisis Masalah

1.  Tuan lanang berobat ke UDG rumah sakit tipe C karena adanya kawat yang tertusuk dan

melekat di pipi Tuan lanang.

a.  Apa standar minimal yang dilakukan oleh paramedis di UGD?

2.  Dr. sayang, dokter umum mengeluarkan kawat tersebut, membersihkan dan menutup luka

Tn. Lanang dengan rapi serta memberikan obat-obatan generic dan pencegahan tetanus.

Page 3: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 3/29

a.  Apa tindakan yang seharusnya dilakukan oleh dr. sayang terhadap Tn. Lanang sesuai

dengan kompetensinya sebagai dokter umum?

3.  Tn. Lanang berobat ke rumah sakit tipe B karena ia masih merasa kesakitan pada pipinya.

a.  Apakah perbedaan antara RS tipe B dan RS tipe C?

b.  Apakah Tn. Lanang berhak berobat ke RS lain?

c.  Apa Kewajiban Tn. Lanang sebagai pasien?

4.  Dokter bedah mengatakan bahwa adanya kelalaian yang dilakukan oleh dokter sayang

terhadap tuan lanang karena masih adanya serpihan kawat yang tertinggal di pipi tuan

lanang.

a.  Apakah dapat dibenarkan Dr. Bedah memberitahukan Tn. Lanang mengenai telah

terjadinya kelalaian yang dilakukan oleh Dr. Sayang?

b.  Bagaimanakah kewajiban seorang dokter terhadap teman sejawatnya?

5.  Tn. Lanang tidak puas dan mengadukan kelalaian dr. sayang kepada direktur rumah sakit

tipe C, untuk meminta ganti rugi atas biaya yang telah dikeluarkan selama pengobatan.

a.  Apakah Tn. Lanang berhak untuk meminta ganti rugi?

b.  Bagaimana tata cara yang dilakukan Tn. Lanang dalam meminta ganti rugi kepada

direktur RS tipe C?

c.  Bagaimana seharusnya direktur RS tipe C dalam menanggapi pengaduan Tn.Lanang?

V.  Jawaban Analisis

1.  Standar minimal yang dilakukan paramedis di UGD

a. Pemeriksaan: 

  Pada saat masuk IGD, Perawat akan mengantar pasien ke tempat pemeriksaan dan

menanyakan tentang gejala/gangguan yang diderita, memeriksa nadi, tekanan darah, suhu

tubuh, dan lain-lain.

  Petugas administrasi akan menanyakan mengenai data identitas, nomor rekam medik dan

kartu asuransi (bila ada)

Page 4: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 4/29

  Anda akan diperiksa Dokter Jaga. Berikan informasi yang sejelas-jelasnya agar segera

diketahui penyakit/gangguan yang dialami.

b.  Penanganan 

  Penanganan emergency akan segera dilakukan Dokter Jaga sedangkan penanganan

definitif setelah diagnosis ditegakkan.

  Bila pasien memerlukan perawatan lanjutan maka akan ditempatkan pada Ruang

Perawatan Umum atau Ruang Intensif tergantung keadaan pasien

  Pasien/keluarganya akan diminta persetujuan perawatan untuk kamar perawatan dan

Dokter yang akan merawat

  Pasien yang tidak memerlukan perawatan akan dipulangkan setelah mendapatkan

pengobatan

  Dokter jaga akan berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk tindakan di luar

kewenangannya.

2.  Tindakan yang seharusnya dilakukan oleh dokter sayang tehadap tn.lanang diantaranya:

a.  Berdasarkan area kompetensi komunikasi efektif bagian komunikasi dengan teman

sejawat, dr. sayang seharusnya menulis surat rujukan kepada dokter bedah yang lebih

ahli dalam kasus ini. Penulisan surat rujukan ini termasuk juga dalam kompetensi

dokter area pengelolaan masalah kesehatan.

b.  Berdasarkan area kompetensi keterampilan klinis, bagian melakukan prosedur

kedaruratan klinis, dr.sayang seharusnya bertindak berdasarkan batasan

kewenangannya saja dan menyadari keterbatasannya. Langkah dr. sayang yang

mengeluarkan kawat, membersihkan, memberikan oat-obatan dan pencegahan tetanussudah tepat. Namun, ia seharusnya tidak langsung menutup luka itu, ia seharusnya

berfikir untuk merujuk ke spesialis bedah, karena mungkin saja ada serpihan kawat

yang tertinggal yang terletak di dalam yang dapat diketahui dengan jalan pembedahan

saja.

Page 5: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 5/29

c.  Berdasarkan area mawas diri dan pengembangan diri, dr. sayang seharusnya

menyadari ketebatasannya sebagai dokter umum untuk menangani kasus tn.lanang

yang mungkin saja memerlukan tindak lanjut dari pihak yang lebih ahli.

3.  a. perbedaan rumah sakit tipe B dan rumah sakit tipe C

-  Rumah Sakit Tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan

kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap

Ibukota propinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten.

Rumah Sakit tipe B terbagi atas :

  Rumah sakit B1 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik minimal 11

(sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas

300-500tempattidur.

  Rumah sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan

sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur

-  Rumah Sakit Tipe C adalah rumah sakit yang mapu memberikan pelayanan

kedokeran spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota Kabupaten

(Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

b. Tn. Lanang berhak berobat ke RS lain sesuai dengan pasal 52 UU No. 29 tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran, yaitu:

- Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana medis yang akan dilakukan dokter

- Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion)

- Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan

- Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan

- Bisa mendapat informasi rekam medis

c.  Pasal 53 UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa

kewajiban pasien adalah

- Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah

kesehatannya

-Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter

Page 6: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 6/29

- Mematuhi ketentuan yang berlaku di saranan pelayanan kesehatan

- Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

4 a. bedasarkan pasal 10 KODEKI yaitu setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan

mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam ia

tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk 

penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam bidang penyakit tersebut.

Berdasarkan penjelasan dan pedoman pelaksanaan rujukan bahwa tidak dibenarkan

konsulen (dalam kasus ini dr. Bedah) memberitahukan kepada pasien secara langsung

ataupun tidak langsung tentang kekeliruan yang dibuat dokter pertama (dalam kasus ini

dr. Sayang). Segala pendapat dan nasihat disampaikan secara tertulis dan terserah kepada

dokter pengobat untuk membicarakan dengan pasien.

b. berdasarkan KODEKI kewajiban dokter terhadap teman sejawat

pasal 14 : setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan

pasal 15 : setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali

dengan persetujuan/berdasarkan prosedur yang etis.

5. a. Boleh. Karena Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8

disebutkan setiap orang berhak atas kesehatan; akses atas sumber daya; pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan sendiri pelayanan kesehatan

yang diperlukan; lingkungan yang sehat; info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan

bertanggung jawab; dan informasi tentang data kesehatan dirinya.

Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:

a) Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar,

penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

Page 7: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 7/29

b) Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, izin yang bersangkutan,

kepentingan yang bersangkutan , kepentingan masyarakat.

c) Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan nyawa

atau cegah cacat).

Selain itu Jika dr.sayang tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka

ia wajib merujuk penderita kepada dokter lain yang mempunyai keahlian dalam penyakit

tersebut ( KODEKI Bab 1 pasal 11 ) dalam kasus ini kita ketahui bahwa tuan Lanang dibawa

kerumah sakit tipe C yang memiliki 4 Spesialis diantaranya ada spesialis bedah. dan jika

terbukti melakuakan kelalaian yaitu Barang siapa karena kesalalahannya meyebabkan orang

lain mendapat luka berat atau luka sedemikian, sehingga berakibat penyakit atau halangan

sementara untuk menjalankan jabatan atau pekerjaannya, dihukum dengan hukuman penjara

selama 5 tahun.

5. b. tata cara tn lanang meminta ganti rugi:

- laporkan terlebih dahulu kepada serkretariat MKDKI sertakan identitas diri dan alasan

serta bukti

- MKDKI akan membentuk majelis awal yang akan memutuskan apakah kasus termasuk 

yurisdiksi ataukah tidak.

Jika merupakan yurisdiksi maka akan dibentuk majelis pemeriksaan pelanggaran disiplin,

dengan sanksi berupa :

1.  teguran / peringatan tertulis

2.  ditugaskan untuk mengikuti pendidikan guna peningkatan kompetensi

3.  dicabut surat tanda registrasi (surat izin praktik)

5.c. Dalam kasus ini, Tn.lanang menuntut direktur rumah sakit tipe C yang berarti pihak rumah

sakit turut andil dalam sengketa medik ini. Dalam hal ini direktur tidak hanya bertanya kepada

dr.sayang, tetapi juga kepada MKDKI. Tugas MKDKI menerima pengaduan, memeriksa, dan

memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi yang diajukan dan menyusun

pedoman & tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter/ dokter gigi. Dan

Page 8: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 8/29

  berdasarkan KODERSI bab 1 pasal 2 yaitu “rumah sakit harus dapat mengawasi serta

bertanggung jawab terhadap semua kejadian dirumah sakit”.

Sehingga pihak-pihak yang berperan dalam penyelesaian sengketa medik yang terjadi antara

Tn.lanang dan dr.sayang adalah pihak yang bersengketa, pihak rumah sakit, komisi etik RS, dan

MKDKI.

Pada kasus sengketa medik yang terjadi antara dr.sayang dan dr.bedah, terdapat pelanggaran etik,

yaitu dr.bedah menjelek-jelekan rekan sejawatnya. Dr.sayang menuntut dr.bedah, dan pihak yang

berperan adalah MKEK dan IDI.

VI.  Hipotesis

Telah terjadi sengketa medik karena dokter sayang telah melakukan tindakan yang diluar

kompetensinya sebagai dokter umum.

Page 9: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 9/29

VII.  Kerangka konsep

Dr.sayang (dokter Umum)

PELANGGARAN

1.  KODEKI

2.  KODERSI

3.  Professionalisme

Sengketa medik

Tn. Lanang ke Direktur

(meminta ganti rugi)

Mediasi MKDKI

Kesepakatanganti rugi

Menerimapengaduan

Menetapkan

pelanggaran

adaTidak

ada

Sanksi

terhadap dr.

Sayang

DISIPLIN ETIK

Pemberian

peringatan

tertulis

Pencabutan

izin praktek

MKDKI

MKDKI

Organisasi

profesi

kedokteran

Page 10: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 10/29

VIII.  Learning issues

Pokok Bahasan What I

Know

What I don’t know What I have

to prove

How to learn

1.Sengketa Medik 

2. KODEKI

3. KODERSI

4. MKDKI dan

MKEKI

Definisi

Definisi

Definisi

Definisi

-metode penyelesaian

medic

-asas utama penyelesaian

medik 

-  Hak dan Kewajiban

Pasien

-Kewajiban Dokter

terhadap Penderita,Teman

Sejawatnya, Diri Sendiri

- kewajiban umum rumah

sakit, terhadap pasien danPimpinan, Staf, dan

Karyawan

- tugas MKDKI terhadap

penyelesaian sengketa

medik 

-  Wewenang MKEK

-  Konsep

penyelesaian

medic

terhadap

kasus

sengketa

medik 

-  Adanya

pelanggaran

KODEKI

yang terjadi

-sanksi yang

dapat

dikenakan

terhadap

pelanggaran

yang terjadi

-  IT

-  Journal

browsing

-  Kamus

-  (KBBI &

dorland)

-  UU

PRADOK

-  Buku

MKDKI

Page 11: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 11/29

5.Kompetensi

Dokter

Definisi -  Area kompetensi

dokter

-bentuk 

pelanggaran

disiplin

kedokteran

-komponen

kompetensi

dokter

IX.  Sintesis

1.  Sengketa Medik

Sengketa medic adalah ketidakpuasan/ keluhan yang diikuti dengan langkah meminta

pertanggung jawaban oleh pasien terhadap dokter, pimpinan rumah sakit, serta pemilik RS

(termasuk pemerintah). Sengketa terjadi karena adanya perbedaan kepentingan masing-masing

para pihak, yaitu bila ada interaksi antara dua orang atau lebih, dimana salah satu pihak percaya

bahwa kepentingannya tidak sama dengan kepentingan yang lain. Sengketa medik terjadi saat

pasien menyamaikan keluhan yang disertai tuntutan ertanggungjawaban atas kerugian yang dia

derita

Metode penyelesaiannya , dapat menggunakan :

1.  Negosiasi, yaitu proses bekerja untuk mencapai suatu perjanjian dengan pihak lain, suatu

proses interaksi

dan komunikasi yang sama dinamis dan variasi, serta halus dan bernuansa, sebagaimana keadaan

atau yang dapat dicapai orang.

2. Arbitrase, cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan

pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Page 12: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 12/29

3. Mediasi, yaitu proses negosiasipenyelesaian masalah di mana suatu pihak luar, tidak berpihak,

netral tidak bekerja bersama pihak yang bersengketa untuk membantu mereka guna mencapai

suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan.

4. Konsilisi, yaitu suatu aliansi dari dua pihak atau lebih yang sepakat untuk bergabung dalam

tindakan bersama atau terkoordinasi melawan pihak atau koalisi lain.

Setidak-tidaknya ada empat cara untuk menyelesaian sengketa.

Pertama, satu pihak atau lebih sepakat untuk menerima suatu situasi, dimana kepentingan

mereka tidak terpenuhi seluruhnya.

Kedua, pihak-pihak mengajukan situasi atau persyaratan secara lengkap kepada orang ataupanel, yang akan memutuskan kepentingan mana yang harus dipenuhi dan kepentingan mana

yang tidak dipenuhi. Pada umumnya, orang atau panel yang tidak memihak tersebut akan

merujuk kepada aturan-aturan atau pedoman yang telah ada dan yang telah disepakati oleh

semua pihak atau sedikitnya sudah diketahui oleh semua pihak.

Ketiga, persepsi satu pihak atau pihak lain berubah, sehingga tidak ada perbedaan kepentingan.

Keempat, kepentingan satu pihak atau pihak yang lain berubah, sehingga tidak ada perbedaan

kepentingan

3 asas utama penyelesaian sengketa medic, yaitu :

1.  Asas kemanfaatan ada rasa aman dan keselamatan pasien

2.  Asas keadilan keseimbangan, kerahasiaan, kesepakatan, kepatutan, keselangan,

kebebasan menentukan alternative sengketa.

3.  Asas kepastian hokum pacta sunt servanda dan audi et alterm partem

Konsep penyelesaian sengketa medic

1.  Didasarkan asas tanggung jawab

Page 13: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 13/29

2.  Berdasarkan sifat kesukarelaan dalam proses, prosedur yang cepat, keputusan medical,

prosedur rahasia (confidential)

3.  Bentuk badan yang independent

4.  Bisa melalui lembaga konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian asli dan

arbitase.

Terdapat dua cara penyelesaian sengketa medik yaitu melalui Jalur hukum

yang terdiri dari Hukum Pidana dan Perdata dan melalui Jalur Etika Profesi Kedokteran

Indonesia yaitu dengan MKEK dan P3EK. Putusan dari pengadilan perdata berupa ganti rugi,

putusan pengadilan pidana ditentukan oleh pasal undang-undang sesuai dengan pelanggaran

yang dilakukan, sedangkan saksi menurut Etika Profesi Kedokteran Indonesia hanya berupa

sanksi administratif saja yaitu berupa surat peringatan, skorsi sementara dari keanggotaan,

pemecatan keanggotaan atau pencabutan ijin praktek. Penyelesaian sengketa medik melalui

Jalur Etika Profesi Kedokteran Indonesia kurang disenangi oleh pasien dan keluarganya

karena putusan yang dikeluarkan tidak berhubungan langsung dengan

kerugian yang diderita sedangkan penyelesaian dengan jalur hukum dihindari oleh dokter

karena penyelesaiannya yang bersifat terbuka dapat

mencemarkan nama baik dokter yang bersangkutan.

 2.   KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia)

Kode Etik Kedokteran Indonesia atau KODEKI merupakan hasil kerja dari badan MKEK

(Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia). KODEKI dirumuskan dalam 17 pasal yang terbagi

menjadi empat kewajiban (masing-masing menjadi satu bagian), yaitu :

1.  Kewajiban Umum

2.  Kewajiban Dokter terhadap Penderita

3.  Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawatnya4.  Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri

Kode Etik Kedokteran Indonesia merupakan salah satu landasan etik kedokteran selain

sumpah dokter dan Pancasila.

1. Kewajiban Umum

Page 14: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 14/29

Pasal 1-9 merupakan pasal-pasal tentang kewajiban dokter secara umum, yaitu :

Ps 1 : Seorang dokter harus menjunjung tinggi,menghayati & mengamalkan Sumpah

Dokter

Ps 2 : Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang

tertinggi

Ps 3 : Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh

dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.

Ps 4 : Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik:

a.  Setiap perbuatan yang berifat memuji diri sendiri

b.  Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuannya dan

keterampilan kedokteran dalam segala bentuk, tanpa kebebasan profesi.

c.  Menerima imbalan selain daripada yang layak sesuai dengan jasanya,

kecuali dengan keikhlasan, sepengetahuan, dan atas kehendak pasien.

Ps 5 : Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk 

insani, baik jasmani maupun rohani, hanya diberikan untuk kepentingan

penderita.

Ps 6 :Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan

setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum teruji

kebenarannya.Ps 7 : Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat

dibuktikan kebenarannya.

Ps 7a : memberikan pelayanan medis secara kompeten dan bermoral disertai

kasih sayang dan penghormatan atas martabat manusia

Ps 7b : jujur thd pasien & sejawat dan berupaya mengingatkan sejawat yg

berpraktik tidak profesional & tidak beretika moral

Ps 7c : menghormati hak2 pasien, TS dan petugas kesehatan lain dan

menjaga kepercayaan pasien

Ps 7d : Kewajiban melindungi hidup mahluk insani

Ps 8 :Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus

mengutamakan/mendahulukan kepentingan masyarakat dan memperhatikan

semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif,

Page 15: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 15/29

kuratif, rehabilitatif) serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi

masyarakat yang sebenarnya.

Ps 9 : Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan

dan bidang lainnya serta masyarakat, harus memelihara saling pengertian

sebaik-baiknya.

2. Kewajiban Dokter terhadap Penderita

Pasal 10-14 membahas tentang kewajiban dokter terhadap penderita.

Ps 10 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

keterampilannya untuk kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu

melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka ia wajib merujuk 

penderita kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Ps 11 : Setiap dokter harus memberi kesempatan kepada penderita agar senantiasa

dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau

dalam masalah lainnya.

Ps 12 : Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

seorang penderita, bahkan juga setelah penderita meninggal dunia.

Ps 13 : Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas

kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampumemeriksanya.

Ps 14 : Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri

ingin diperlakukan

3. Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat

Pasal 15-16 membahas tentang kewajiban seorang dokter terhadap teman sejawatnya.

Ps 15 : Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya

tanpa persetujuannya.

Ps 16 : Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya

tanpa persetujuan

4. Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri

Pasal 17-18 membahas tentang kewajiban seorang dokter terhadap dirinya sendiri.

Ps 17 : Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan

Page 16: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 16/29

  baik.

Ps 18 :Setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan tetap setia kepada cita-citanya yang luhur.

  Dr. Sayang telah melakukan tindakan yang sesuai dengan KODEKI khususnya pada

pasal 2 dan pasal 14 karena dr. Sayang telah melakukan profesinya menurut ukuran

tertinggi dan telah melakukan pertolongan darurat pada Tn Lanang, namun dr. sayang

  juga melakukan pelanggaran terhadap pasal 10 yang menyatakan bahwa “Setiap dokter 

wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk 

kepentingan penderita. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter yang mempunyai keahlian

dalam penyakit tersebut” sedangkan pada kondisi ini dr. sayang tidak melakukan rujukan

pasien ke dokter lain yang ahli pada kompetensinya.

Berdasarkan UU RI No. 29 tahun 2004 mengenai Praktik Kedokteran, paragraph 7 pasal

52 dan 53, hak dan kewajiban pasien adalah

Hak Pasien (pasal 52):

1.  Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud

dalam pasal 45 ayat (3)

2.  Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain

3.  Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis

4.  Menolak tindakan medis

5.  Mendapatkan isi rekam medis

Kewajiban Pasien (pasal 53):

1.  Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya

2. 

Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi3.  Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan

4.  Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Hak pasien menurut UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, disebutkan :

-hakatas informasi;

Page 17: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 17/29

- hak atas pendapat kedua; 

- hak atas rahasia kedokteran;

- hak untuk memberikan persetujuan tindakan kedokteran;

- hak atas ganti rugi apabila ia dirugikan karena kesalahan atau kealpaan tenaga kesehatan;

- Hak untuk mendapat penjelasan;

- Hak untuk mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan, standar profesi dan standar

prosedur operasional;

- Hak untuk menolak tindakan medis;

- Hak untuk mendapatkan isi rekam medis

Jadi, baik dalam UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan maupun UU praktik kedokteran

pasal 52, pasien berhak atas pendapat kedua (second opinion). Jadi tindakan Tuan Lanang pergi

ke Rumah Sakit tipe B dan menemui dokter bedah adalah diperbolehkan, karena itu merupakan

haknya.

 3.   KODERSI (Kode Etik Rumah Sakit Indonesia)

Rumah sakit di Indonesia yang tergabung dalam Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia (PERSI) telah menyusun Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI), yang

memuat rangkuman nilai-nilai dan norma-norma perumahsakitan guna dijadikan pedoman bagi

semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan

perumahsakitan di Indonesia.

Pasal-pasal yang berkaitan dalam kasus ini diantaranya:

BAB I

Kewajiban Umum Rumah Sakit

Pasal 1

Rumah sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI)Pasal 2

Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kejadian di rumah

sakit. 

BAB III

Kewajiban Rumah Sakit terhadap pasien

Page 18: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 18/29

Pasal 9

Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien

BAB IV

Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan

Pasal 13

Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya senantiasa mematuhi etika

profesi masing-masing.

Pasal 17

Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan standar

profesi yang berlaku.

Dalam kasus ini, rumah sakit tipe C harus bertanggung jawab terhadap kelalaian yang

dilakukan dr. Sayang. Selain memberikan teguran kepada dr. Sayang, rumah sakit tipe C harus

meminta maaf dan memberikan penjelasan kepada Tn. Lanang. Ganti rugipun harus dibayar oleh

rumah sakit tipe C. Teguran yang diberikan kepada dr. Sayang adalah agar ia dapat mematuhi

etika profesi dan juga agar lebih hati-hati dalam melaksanakan kewajiban. Selain itu dalam

menyelenggarakan pelayanan, rumah sakit harus mengacu pada standar profesi yang berlaku.

Pasien yang memerlukan dokter umum harus segera diserahkan ke dokter umum dan pasien yang

memerlukan dokter spesialis harus diserahkan ke dokter spesialis.

 4.   MKDKI dan MKEK 

Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik 

kedokteran, dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya

kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan

kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia merupakan lembaga otonom dari Konsil

Kedokteran Indonesia, dan dalam menjalankan tugasnya bersifat independen, serta bertanggung

  jawab kepada Konsil Kedokteran Indonesia. Berkedudukan di ibu kota negara Republik 

Indonesia. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran di tingkat provinsi dapat dibentuk oleh

Konsil Kedokteran Indonesia atas usul Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

Page 19: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 19/29

Pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia terdiri atas seorang ketua,

seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris. Keanggotaan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia terdiri atas 3 (tiga) orang dokter gigi dan organisasi profesi masing-

masing, seorang dokter dan seorang dokter gigi mewakili asosiasi rumah sakit, dan 3 (tiga) orang

sarjana hukum. Anggota Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia ditetapkan oleh

Menteri atas usul organisasi profesi. Masa bakti keanggotaan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 adalah 5 (lima) tahun dan dapat

diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia dipilih dan ditetapkan oleh rapat pleno anggota. Ketentuan lebih lanjut

mengenai tata cara pemilihan pimpinan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.

Berdasarkan UU RI No. 29 tahun 2004 mengenai Praktik Kedokteran, pasal 64 Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia bertugas:

1. Menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter dan

dokter gigi yang diajukan; dan

2. Menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter

gigi.

Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan aturan dan/atau ketentuan penerapan

keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang seharusnya diikuti oleh dokter dan dokter gigi.

Sebagian dari aturan dan ketentuan tersebut terdapat dalam UU Praktik Kedokteran, dan

sebagian lagi tersebar didalam Peraturan Pemerintah, Permenkes, Peraturan KKI, Pedoman

Organisasi Profesi, KODEKI, Pedoman atau ketentuan lain. Pelanggaran disiplin pada

hakikatnya dibagi menjadi:

1.  Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.

2.  Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan baik.

3.  Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesi kedokteran.

berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no. 29 tahun 2004 mengenai Praktik 

Page 20: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 20/29

Kedokteran pasal 66 ayat (1): Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan

atas tindakan dokter atau gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan

secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Pasal 66

ayat (2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat:

1.  identitas pengadu;

2.  nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu tindakan dilakukan

dan

3.  alasan pengaduan.

Pengaduan sebagaimana dimaksud diatas, tidak menghilangkan hak setiap orang untuk 

melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat

kerugian perdata ke pengadilan.

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan memberikan keputusan

terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter dan dokter gigi. Apabila dalam

pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia meneruskan pengaduan pada organisasi profesi. Keputusan Majelis Kehormatan

Disiplin Kedokteran Indonesia mengikat dokter, dokter gigi, dan Konsil Kedokteran

Indonesia.

Keputusan dapat berupa dinyatakan tidak bersalah atau pemberian sanksi disiplin. Sanksi

disiplin dapat dikenakan oleh MKDKI berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004

tentang praktik kedokteran pada pasal 69 ayat 3 berupa:

1.  pemberian peringatan tertulis;

2.  rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dan/atau

3. 

kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran ataukedokteran gigi.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi dan tugas Majelis Kehormatan Disiplin

Kedokteran Indonesia, tata cara penanganan kasus, tata cara pengaduan, dan tata cara

Page 21: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 21/29

pemeriksaan serta pemberian keputusan diatur dengan Peraturan Konsil Kedokteran

Indonesia.

Kewenangan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia disini adalah :

1) Menerima pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi;

2) Menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau pelanggaran etika atau bukan

keduanya;

3) Memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi;

4) Memutuskan ada tidaknya pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi;

5) Menentukan sanksi terhadap pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi;

6) Menyusun tata cara penanganan kasus dugaan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi;

7) Menyusun buku pedoman Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN KEDOKTERAN

1.  Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten.

2.  Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki kompetensi

sesuai.

3.  Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak 

memilikikompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

4.  Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang tidak memiliki

kompetensi dan kewenangan yang sesuai, atau tidak melakukan pemberitahuan perihal

penggantian tersebut.5.  Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental

sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien.

6.  Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak 

melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya,

tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien.

Page 22: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 22/29

7.  Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

pasien.

8.  Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai kepada pasien atau

keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.

9.  Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga

dekat atau wali atau pengampunya

10. Dengan sengaja tidak membuat atau menyimpan Rekam Medik sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang undangan atau etika profesi.

11. Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai

dengan ketentuan, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang undangan dan etika

profesi.

12. Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri

dan atau keluarganya.

13. Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan atau ketrampilan atau

teknologi yang belum diterima, atau diluar tata cara praktik kedokteran yang layak.

14. Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan menggunakan manusia sebagai

subyek penelitian, tanpa memperoleh persetujuan etik dari lembaga yang diakui

pemerintah.

15. Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

melakukannya.

16. Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang

layak dan sah sebagaimana diatur dalam perundang undangan atau etika profesi.

17. Membuka rahasia kedokteran, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang undangan

atau etika profesi.

18. Membuat keterangan medik yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang

diketahuinya secara benar dan patut.

19. Turut serta dalam perbuatan yang termasuk tindakan penyiksaan atau eksekusi hukuman

mati.

20. Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif 

lainnya ( NAPZA ) yang tidak sesuai dengan perundang undangan dan etika profesi.

Page 23: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 23/29

21. Melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap

pasien, ditempat praktik.

22. Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya.

23. Menerima imbalan sebagai hasil dari merujuk atau meminta pemeriksaan atau

memberikan resep obat/alat kesehatan.

24. Mengiklankan kemampuan /pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang

dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.

25. Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya.

26. Berpraktik dengan menggunakan STR atau SIP dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak 

sah.

27. Ketidakjujuran dalam menentukan jasa medik.

Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan MKDKI

untuk pemeriksaan pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.

Dalam skenario Tuan Lanang ini, Tuan Lanang bisa mengadu ke MKDKI. Lembaga ini yang

akan memproses pengaduan Tuan Lanang tersebut. Lembaga ini hanya khusus menangani

masalah yang bersifat disiplin, seperti kasus malpraktik dan dokter yang melakukan praktik di

bawah standar pelayanan yang seharusnya. Jika pelanggaran yang ditemui adalah pelanggaran

etika maka kasus tersebut akan diserahkan pada MKEK.

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) 

Dalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpa melanggar

norma hukum), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran

(MKEK) IDI untuk dimintai pertanggung-jawaban (etik dan disiplin profesi)nya. Persidangan

MKEK bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas, profesionalisme dan keluhuran profesi.

Saat ini MKEK menjadi satu-satunya majelis profesi yang menyidangkan kasus dugaan

pelanggaran etik dan/atau disiplin profesi di kalangan kedokteran. Di kemudian hari Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), lembaga yang dimandatkan untuk 

Page 24: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 24/29

didirikan oleh UU No 29 / 2004, akan menjadi majelis yang menyidangkan dugaan pelanggaran

disiplin profesi kedokteran.

MKDKI bertujuan menegakkan disiplin dokter / dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik 

kedokteran. Domain atau yurisdiksi MKDKI adalah “disiplin profesi”, yaitu permasalahan yang

timbul sebagai akibat dari pelanggaran seorang profesional atas peraturan internal profesinya,

yang menyimpangi apa yang diharapkan akan dilakukan oleh orang (profesional) dengan

pengetahuan dan ketrampilan yang rata-rata. Dalam hal MKDKI dalam sidangnya menemukan

adanya pelanggaran etika, maka MKDKI akan meneruskan kasus tersebut kepada MKEK.

Proses persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan terpisah dari proses persidangan gugatan

perdata atau tuntutan pidana oleh karena domain dan jurisdiksinya berbeda. Persidangan etik dan

disiplin profesi dilakukan oleh MKEK IDI, sedangkan gugatan perdata dan tuntutan pidana

dilaksanakan di lembaga pengadilan di lingkungan peradilan umum. Dokter tersangka pelaku

pelanggaran standar profesi (kasus kelalaian medik) dapat diperiksa oleh MKEK, dapat pula

diperiksa di pengadilan  –  tanpa adanya keharusan saling berhubungan di antara keduanya.

Seseorang yang telah diputus melanggar etik oleh MKEK belum tentu dinyatakan bersalah oleh

pengadilan, demikian pula sebaliknya.

Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan anggota)bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau perorangan sebagai penuntut.

Persidangan MKEK secara formiel tidak menggunakan sistem pembuktian sebagaimana

lazimnya di dalam hukum acara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap berupaya

melakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim.

Dalam melakukan pemeriksaannya, Majelis berwenang memperoleh :

1. Keterangan, baik lisan maupun tertulis (affidavit), langsung dari pihak-pihak terkait (pengadu,teradu, pihak lain yang terkait) dan peer-group / para ahli di bidangnya yang dibutuhkan

2. Dokumen yang terkait, seperti bukti kompetensi dalam bentuk berbagai ijasah/ brevet dan

pengalaman, bukti keanggotaan profesi, bukti kewenangan berupa Surat Ijin Praktek Tenaga

Medis, Perijinan rumah sakit tempat kejadian, bukti hubungan dokter dengan rumah sakit,

Page 25: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 25/29

hospital by laws, SOP dan SPM setempat, rekam medis, dan surat-surat lain yang berkaitan

dengan kasusnya.

Majelis etik ataupun disiplin umumnya tidak memiliki syarat-syarat bukti seketat pada hukum

pidana ataupun perdata. Bar’s Disciplinary Tribunal Regulation, misalnya, membolehkan adanya

bukti yang bersifat hearsay dan bukti tentang perilaku teradu di masa lampau. Cara pemberian

keterangan juga ada yang mengharuskan didahului dengan pengangkatan sumpah, tetapi ada pula

yang tidak mengharuskannya. Di Australia, saksi tidak perlu disumpah pada informal hearing,

tetapi harus disumpah pada   formal hearing (jenis persidangan yang lebih tinggi daripada yang

informal). Sedangkan bukti berupa dokumen umumnya di”sah”kan dengan tandatangan dan/atau

stempel institusi terkait, dan pada bukti keterangan diakhiri dengan pernyataan kebenaran

keterangan dan tandatangan (affidavit).

Dalam persidangan majelis etik dan disiplin, putusan diambil berdasarkan bukti-bukti yang

dianggap cukup kuat. Memang bukti-bukti tersebut tidak harus memiliki standard of proof  

seperti pada hukum acara pidana, yaitu setinggi beyond reasonable doubt , namun juga tidak 

serendah pada hukum acara perdata, yaitu  preponderance of evidence. Pada beyond reasonable

doubt tingkat kepastiannya dianggap melebihi 90%, sedangkan pada  preponderance of evidence 

dianggap cukup bila telah 51% ke atas. Banyak ahli menyatakan bahwa tingkat kepastian pada

perkara etik dan disiplin bergantung kepada sifat masalah yang diajukan. Semakin serius dugaan

pelanggaran yang dilakukan semakin tinggi tingkat kepastian yang dibutuhkan.

Perkara yang dapat diputuskan di majelis ini sangat bervariasi jenisnya. Di MKEK IDI Wilayah

DKI Jakarta diputus perkara-perkara pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin profesi, yang

disusun dalam beberapa tingkat berdasarkan derajat pelanggarannya. Di Australia digunakan

berbagai istilah seperti unacceptable conduct , unsatisfactory professional conduct ,

unprofessional conduct ,  professional misconduct dan infamous conduct in professional respect .

Namun demikian tidak ada penjelasan yang mantap tentang istilah-istilah tersebut, meskipun

umumnya memasukkan dua istilah terakhir sebagai pelanggaran yang serius hingga dapat

dikenai sanksi skorsing ataupun pencabutan ijin praktik.

Page 26: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 26/29

Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak dapat

dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam bentuk 

permintaan keterangan ahli. Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan kesaksian ahli di

pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan tentang jalannya

persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham

dengan putusan MKEK.

Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau Pengurus

Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan. Khusus untuk SIP, eksekusinya diserahkan

kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter teradu

menerima keterangan telah menjalankan putusan.

Dalam skenario Tuan Lanang jika dalam kasus yang dialami Tuan Lanang terdapat pelanggaran

mengenai etik kedokteran maka kasus tersebut bisa diserahkan pada MKEK. Kasus tersebut akan

diproses disana. Dalam skenario ini, kasus antara dr. Sayang dan dokter bedah bisa dikatakan

sebagai salah satu bentuk pelanggaran etik seorang dokter pada teman sejawatnya. Dr. Sayang

bisa mengadukan dokter bedah tersebut pada MKEK. MKEK akan memberikan sanksi pada

dokter bedah tersebut.

 5. STANDAR KOMPETENSI DOKTER 

STANDAR KOMPETENSI DOKTER

A. Area Kompetensi:

1. Komunikasi efektif 

2. Keterampilan Klinis

3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

4. Pengelolaan Masalah Kesehatan

5. Pengelolaan Informasi

6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri

Page 27: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 27/29

7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

B. Komponen Kompetensi

1. Area Komunikasi Efektif 

1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

2. Berkomunikasi dengan sejawat

3. Berkomunikasi dengan masyarakat

4. Berkomunikasi dengan profesi lain

2. Area Keterampilan Klinis

1. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan

keluarganya

2. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium

3. Melakukan prosedur kedaruratan klinis

Dalam hal ini bahwa seorang dokter umum memiliki kemampuan, yaitu :

-  Menerapkan konsep &prinsip biomedik, klinik, perilaku dan ilmu kesehatan masyarakat

-  Dapat melakukan anamneses, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dengan prosedur yang

sesuai.

-  Menentukan efektifitas suatu tindakan

-  Mengenali/menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit pas bi literatur

-  Diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan merujuk kepada spesialis

-  Memberikan terapi awal

3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

1. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan

ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

Page 28: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 28/29

2. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji

laboratorium dan prosedur yang sesuai

3. Menentukan efektivitas suatu tindakan

4. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

4. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai

individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

5. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit

6. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit

7. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat

kesehatan

8. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan efisien

dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga

5. Area Pengelolaan Informasi

1. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan

diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta

penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien

2. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi

3. Memanfaatkan informasi kesehatan

6. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

1. Menerapkan mawas diri

2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

3. Mengembangkan pengetahuan baru

Page 29: Skenario C (Tutorial 3)

5/14/2018 Skenario C (Tutorial 3) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/skenario-c-tutorial-3 29/29

7. Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

1. Memiliki Sikap professional 

Berdasarkan UURI no 29 tahun 2004 mengenai Praktik Kedokteran pasal 35 bahwa : dokter atau

dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik 

kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas:

a.  Mewawancarai pasien

b.  Memeriksa fisik dan mental pasien

c.  Menentukan pemeriksaan penunjang

d.  Menegakkan diagnosis

e.  Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien

f.  Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi

g.  Menulis resep obat dan alat kesehatan

h.  Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi

i.  Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan

 j.  Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik didaerah

terpencil yang tidak ada apotek.