Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

26
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Macam-macam secret saliva Karakteristik Mucus dan Serous 3.2 Fungsi Saliva Saliva memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga efisiensi kerja tubuh dan menjaga kesehatan secara umum. Fungsi saliva biasanya baru dapat dirasakan jika produksinya telah berkurang. Beberapa fungsi saliva dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Fungsi Saliva pada Proses Pencernaan dan Pengunyahan Enzim amilase yang terdapat pada saliva mampu menguraikan sebagian makanan yang mengandung tepung kanji dan glikogen. Saliva juga dapat membantu proses pengunyahan, sebab jika produksi saliva berkurang, makanan yang membutuhkan pengunyahan optimal akan sukar dilakukan dan dapat menimbulkan eksaserbasi pada mukosa mulut. 2) Fungsi Saliva dalam Proses Pengecapan Rasa Saliva berperan dalam melarutkan bahan-bahan makanan yang memiliki rasa tertentu sehingga dapat diterima stimulusnya oleh reseptor-reseptor pengecap. Penurunan jumlah saliva dapat mengganggu proses pengecapan, sukar

description

Pendeskripsian Saliva, dari Macam hingga pengendalian sekresinya

Transcript of Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Page 1: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Macam-macam secret saliva

Karakteristik Mucus dan Serous

3.2 Fungsi Saliva

Saliva memiliki fungsi yang sangat penting dalam menjaga efisiensi kerja tubuh dan

menjaga kesehatan secara umum. Fungsi saliva biasanya baru dapat dirasakan jika

produksinya telah berkurang. Beberapa fungsi saliva dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Fungsi Saliva pada Proses Pencernaan dan Pengunyahan

Enzim amilase yang terdapat pada saliva mampu menguraikan sebagian makanan

yang mengandung tepung kanji dan glikogen. Saliva juga dapat membantu proses

pengunyahan, sebab jika produksi saliva berkurang, makanan yang membutuhkan

pengunyahan optimal akan sukar dilakukan dan dapat menimbulkan eksaserbasi pada

mukosa mulut.

2) Fungsi Saliva dalam Proses Pengecapan Rasa

Saliva berperan dalam melarutkan bahan-bahan makanan yang memiliki rasa

tertentu sehingga dapat diterima stimulusnya oleh reseptor-reseptor pengecap. Penurunan

jumlah saliva dapat mengganggu proses pengecapan, sukar mengunyah dan menelan,

apalagi jika makanan tersebut kering atau kental.

3) Fungsi Saliva sebagai Bufer

Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan ammonia dan urea

dalam saliva dapat menyangga dan menurunkan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang

memetabolisme gula. Kapasitas buffer dan pH saliva erat hubungannya dengan kecepatan

sekresinya. Peningkatan kecepatan sekresi saliva mengakibatkan naiknya kadar natrium

dan bikarbonat saliva, sehingga kapasitas bufer saliva pun meningkat. Peningkatan

kapasitas buffer dapat melindungi mukosa rongga mulut dari asam yang terdapat pada

Page 2: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

makanan saat muntah. Selain itu, penurunan pH plak sebagai akibat ulah organism akan

dihambat. Sistem bufer saliva membantu mempertahankan pH rongga mulut sekitar 7,0.

4) Fungsi Saliva dalam Proses Anti Bakteri

Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri. Salah

satunya adalah ion tiosianat dan beberapa enzim proteolitik seperti lisozim, yang dapat

menyerang bakteri, membantu ion tiosianat memasuki bakteri yang kemudian menjadi

bakterisidal, dan dapat pula mencerna partikel makanan sehingga dapat menghilangkan

pendukun metabolism bakteri.

5) Fungsi Saliva dalam Mencegah Karies

Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan Fe ke dalam plak

dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies dini.

Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti

lisozim, laktoperoksidase, dan laktoferin mempunyai daya anti bakteri yang langsung

terhadap mikroflora tersebut, sehingga derajatasi dogeniknya berkurang.

6) Fungsi Lubrikasi

Saliva dapat membentuk lapisan mucus pelindung pada membrane mukosa yang

akan bertindak sebagai pelindung terhadap iritan dan akan mencegah kekeringan dalam

rongga mulut. Jika mukosa mulut tidak dilindungi oleh saliva, maka mukosa mulut akan

mudah luka dan terkena infeksi. Peradangan mukosa ditandai oleh rasa nyeri atau seperti

terbakar dan akan mengalami eksaserbasi oleh makanan pedas, buah-buahan, minuman

panas, dan tembakau.

7) Fungsi Saliva dalam Menjaga Higiene Rongga Mulut

Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga

meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Jika jumlah saliva di dalam

mulut menurun, akumulasi plak akan meningkat dan terjadi modifikasi flora plak

sehingga jumlah Candida, Laktobasilusdan Streptococcus mutan smakin banyak. Oleh

Page 3: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

karena itu, pada pasien yang menderita mulut kering akan sering terjadi infeksikan di

gingivitis.

3.2.1 Fungsi Protein pada Saliva

a. Lisosim

Lisosim terdapat hampir pada semua cairan tubuh dan terdeteksi pada fetus

manusia umur 9-12 tahun. Sumber lisosim saliva berasal dari glandula salivarius

mayor dan minur, sel fagosit maupun cairan krevikular gingival. Fungsi lisosim

adalah sebagai berikut

Aktivitas muramidase, yaitu lisosim mampu menghidrolisa ikatan β (1-4) antara

asam N-asetil muramik dan N-asetilglukosamin pada lapisan peptidoglikan dinding

sel bakteri. Hidrolisa lapisan peptidoglikan akan melisis bakteri.

Aktivitas bakterial autolysin tergantung pada kationik. Oleh karena lisosim

merupakan kationik. Lisosim dapat merusak membrane bakteri dan mengaktifkan

mekanisme bacterial autolysin karena aktivasi muramidase dan autolysin

Menyebabkan terjadinya agregasi bakteri

Mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi

Mencegah penggunaan glukosa oleh bakteri

Memecah rantai streptokokus

b. Sistem Peroksidase Saliva

Sumber utama sistem peroksidase saliva (SPS) ialah glandula salivarius dan

sel lekosit. SPS yang berasal dari glandula salivarius disebut salivary peroksidase,

sedangkan SPS yang berasal dari lekosit disebut mieloperoksidase. Salivary

peroksidase manusia kadang-kadang disebut pula laktoperoksidase karena

kesamaannya dengan laktoperoksidase susu sapi.

Aktivitas antimicrobial

Melindungi sel dari efek toksik hydrogen peroksida

Melindungi bakteri dari efek bakteriosidadl hydrogen peroksida

Melindungi asam sialik dari dekarbosilase okksidatif oleh hydrogen peroksida

Inaktivasi komponen mutagenic dan karsinogenik

c. Laktoferin

Page 4: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Laktoferin (LF) adalah glikoprotein (berat molekul 76 kilodalton) yang

mengikat besi. Glikoprotein ini dikeluarkan oleh sel serosa dan glandula salivarius

minor. Dalam rongga mulut, sumber penting LF ialah cairan gingival. Fungsi utama

LF sangat ditentukan oleh tingginya afinitas LF untuk mengikat ion besi, sehingga

mLF mampu menurunkan level ion besi yang merupakan bahan esensial untuk

metabolism mikroorganisme patogen. Dengan kata lain, sifat bakteriostatik LF

karena ikatannya dengan ion besi. LF mampu pula bersifat bakteriosid terhadap S.

mutan secara invitro dengan suhu 370C.

d. Salivari Aglutinin

Saliva mengandung beberapa komponen yang mampu mengaglutinasi bakteri

mulut. Akibatnya interaksi komponen tersebut dengan bakteri menghasilkan

agregasi bakteri (membentuk endapan bakteri) yang mudah dibersihkan oleh saliva

dan kemudian tertelan. Komponen tersebut adalah:

Glikoprotein dengan berat molekul tinggi

Salivary IgA

Lisosim β –mikroglobulin (β, m)

Fibronektin (FN)

e. Proline Rich protein (PRP)

PRP adalah protein kaya prolin yang merupakan sekelompok kompleks protein

yang mampu menghambat presipitasi spotan garam kalsium fosfat. Protein ini

dengan cepat akan teradsorbsi dari saliva ke permukaan hidroksi apatit.

Diperkirakan adsorbs ini menghambat pertumbuhan Kristal garam kalsium.

f. Protein antimicrobial anionic

Saliva mengandung 4 macam protenin anionic yang dapat menghambat

pertumbuhan S. mutans. Berat molekul protein ini adalah 14-17 kilodalton. Pada

orang yang bebas karies, protein ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

Page 5: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

3.2.2 Fungsi Lipid pada Saliva

Dalam saliva lipid merupakan perantara substansi lipofilik agar dapat

menembus mukosa mulut dan lipid mengganggu interaksi kalsium dengan protein

dan glikoprotein saliva. Beberapa lipid saliva seperti lisofosfatidilkolin dapat

mempengaruhi akktivitas enzim glukosiltransferase bakteri kariogenik, seperti S.

mutans. Lipid mampu menstabilkan ikatan hidrofobik antara bakteri dengan

jaringan mulut. Pelikel lipid memelihara kohesi plak bakteri, sehingga

mempercepat terbentuknya kalkulus. Tetapi lipid dalam pelikel mampu

menghambat proses terjadinya karies.

3.3 Mekanisme Sekresi Saliva

Sekresi saliva sebagian besar merupakan proses aktif yang menunjukan bahwa

proses tersebut memerlukan energi. Proses ini dibedakan menjadi dua fase:

1. Sintesis dan sekresi cairan asinar oleh sel sekretori.

Sifat rangsang yang menstimulasi kelenjar saliva dapat berupa rangsang adrenergic

maupun kolinergik, karena sel diinervasi baik simpatis maupun parasimpatis.

Rangsang adrenergic menghasilkan saliva yang pekat, kaya protein, kaya

kandungan musin dan berbuih.

Rangsang kolinergik, neurotransmitter asetilkolin menghasilkan sekresi cairan yang

kuat dengan kadar protein yang rendah.

Akibat rangsangan, melalui eksositosis sel menghasilkan cairan sekresinya kepada

lumen. Rangsang tersebut menyebabkan aliran darah ke asinus meningkat sehingga

mempermudah pembentukan cairan asinar. Cairan asinar ini disebut juga saliva

primer.

2. Perubahan yang terjadi pada duktus striata.

Saliva diangkutdari lumen melalui duktus yang melibatkan kontraksi sel

mioepitel. Selama pengangkutan ke rongga mulut, susunan saliva diubah dari cairan

isotonic dengan konsentrasi ion yang hamper sama dengan plasma menjadi hipotonik

dengan konsentrasi ion natrium dan klorida yang rendah.

Perubahan ini terjadi karena di dalam duktus, air dan elektrolit disekresi dan atau

diabsorbsi oleh sel epitel, terutama pada duktus striata.

Page 6: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Sifat rangsang menentukan kepekatan produk akhir yang bervariasi dari encer

sampai pekat.

Kepekatan saliva ditentukan oleh sekresi air dan sekresi musin yang diatur oleh

saraf kolinergik dan adrenergik.

Neurotransmitter asetilkolin dan parasimpatetikomimetika merangsang sekresi air,

sedangkan obat seperti atropinesulfat menghambat sekresi air dan menyebabkan

keringnya mulut.

 

Mekanisme Sekresi Saliva Saat Istirahat

Page 7: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Mekanisme Sekresi Saliva Saat Makan

Page 8: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

3.4 Pengendalian Sekresi Saliva

Refleks sekresi saliva dipengaruhi oleh adanya makanan di rongga mulut, juga

rangsangan serat-serat vagus eferen di ujung esofagus yang dekat dengan gaster. Dan faktor

psikogenik yang memicunya berupa melihat, mencium dan mengkonsumsi makanan yang

meningkatkan nafsu makan. Daerah nafsu makan pada otak, terletak di daerah pusat

parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi sebagai respon terhadap sinyal dari daerah

pengecapan dan penciuman dari korteks serebral dan amigdala.

Bahan kimia penyusun makanan yang larut dalam saliva akan kontak dengan sel rasa

melalui sel pengecap. Pengecapan adalah fungsi utama dari taste bud, yang didalamnya

terdapat TRCs (Taste Receptor Cells). Sel reseptor dipersarafi oleh afferent nerve endings,

yang menyalurkan informasi ke pusat rasa dalam otak dan talamus. Sehingga terjadi

peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatik dan peningkatan triger dari saraf fasialis dan

glosofaringeal, mengakibatkan peningkatan sekresi saliva. Rasa mans dan pahit diatur oleh

fungsi TRCs yang melibatkan GPCRs (G-Protein Coupled Receptors), aktivasinya

menyebabkan terlepasnya transmiter pads saraf gustatori primer. Serabut aferen berakhir di

saraf gustatori di medula, mengatur aktivitas kelenjar ludah dan perut. Kedua hipotalamus

berperan dalam pusat kenyang dan lapar dan sistem limbik membawa unsur afektif

pengecapan. Ketiga adalah hubungan reseptor raba lidah ke talamus dan korteks yang

berkaitan dengan modalitas kecap membedakan rasa.

Pusat pengaturan sekresi saliva

Pada dasarnya sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangansarafbagisekresi

saliva terbagimenjadidua, yang pertamaadalahinervasi saraf parasimpatik. Inervasi saraf

parasimpatik memegang peran utama dalam modifikasi komposisi saliva. Sekresi liur cair

dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang rendah distimulasi oleh saraf

parasimpatis dari nukleus salivatorius superior. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi

mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine

polipeptide).

Inervasi kedua adalah dari saraf simpatis yang memegang peran utama dalam

memengaruhi volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi

Page 9: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

sedikit saliva yang akan bahan organik dari kelenjar submandibulais. Pada kelenjar sub

lingual dan kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh respon kolinergik, sedangkan

pada kelenjar lainnya cenderung ke inervasi adrenergic.

Sekresi saliva terbagi menjadi dua bagian yaitu biosintesis protein dan tanspor air dan

elektrolit dimana pengendalian sekresinya dipengaruhi oleh sistem saraf yang berhubungan

dengan rangsangan mekanik dan reseptor pengecapan. Sistem saraf yang memengaruhi

pengendaliannya meliputi rangsangan kolinergik, reseptor alpha adrenergik, dan reseptor

beta adrenergik.

Proses sekresi saliva ada dua bagian utama yaitu biosintesis protein dalam sel asini serta

transport protein menembus membran sel asini menuju lumen kelenjar, transport air dan

elektrolit menembus epitel lapisan kelenjar menuju lumen kelenjar

3.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi sekresi saliva

Faktor yang mempengaruhisekresi saliva antaralain :

1.    Faktor Variasi Diurnal. Variasi di urnal merupakan proses yang kerja di dalam tubuh

manusia, antara lain terjadinya peningkatan Natrium dan Kloride pada pagi hari,

sedangkan Kalium akan meningkat pada siang hari.

2.    Faktor Durasi Stimulus. Lamanya stimulus yang mengenai kelenjar saliva dapat

menyebabkan perubahan pada komponen saliva.

3.   Faktor Tipe kelenjar.Setiap kelenjar memiliki tingkat penerimaan dan kepekaan yang

berbeda-beda, sehingga aliran dari jumlah salivanya pun berbeda-beda.

4.   Faktor Diet. Diet berpengaruh terhadap perbedaan aliran saliva. Aktifitas fungsional

kelenjar saliva dipengaruhi oleh factor mekanis dan pengecapan

5.   Faktor Konsentrasi plasma. Konsentrasi plasma berhubungan dengan konsentrasi asam

amino, kalsium, glukosa, kalium, urea, dan asam uric dalam saliva

6.   Faktor hormone. Dapat berasal dari aldeosteron, hormone bradikinin, testosterone dan

tiroksin

7.   Disfungsi kelenjar ludah. Dapat disebabkan oleh penyumbatan saluran, penyakit iritasi

kelenjar ludah, dan terapi radiasi.

Page 10: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

8.   Faktor umum. Faktor umum terbagi menjadi reflex tidak bersyarat dan reflex bersyarat

a.   Reflek tidak bersyarat menyangkut :

1) Rasa:pengaruh rasa yang ditimbulkan dari rangsangan sangat beragam,

sehingga memberikan efek stimulasinya terhadap aliran ludah pun berbeda-

beda.

2) Bau-Bau yang ditangkap oleh indra penciuman juga berpengaruh terhadap

sekresi saliva meskipun efeknya tidak terlalu besar.

3) Stimulasi mekanis terhadap mucosa mulut, dimana ketika kita mengunyah

makanan yang halus akan meningkatkan sekresi saliva jika dibandingkan

dengan makanan yang kasar yang dapat menyebabkan penurunan sekresi

saliva bahkan menyebabkan terhambatnya aliran saliva.

4) Iritasi mekanis terhadap gingiva seperti scaling gigi dan prosedur polishing

dapat mempengaruhi sekresi saliva.

5) Mastikasi makanan, pengunyahan makanan dapat meningkatkan impuls

sensorik, seperti dari stimulasi mekanis dari mukosa mulut, tekanan pada gigi

yang melibatkan reseptor periodontal, dan impuls dari sendi temporo

mandibular (TMJ) dan otot pengunyah.

6) Iritasi kimia terhadap mukosa mulut. Asam, terutama asam sitrat, sangat

menstimulasi aliran ludah, sehingga salivasinya pun meningkat, berikutnya

garam halus, dan rasa yang pahit.

7) Distensi atau iritasi esophagus, seperti benda asing.

8) Iritasi kronis terhadap esophagus seperti carcinoma esophagus.

9) Iritasi bahan kimia terhadap dinding perut yang mengakibatkan rasa mual.

10)  Kehamilan, biasanya diikuti oleh meningkatnya aliranludah.

11)  Obat (terutama dengan aktivitas anti cholinergic), contohnya atropine.

12)  Gangguan endokrin, seperti diabetes mellitus, penyakit cushing, dan penyakit

Addison. Dimana orang yang menderita penyakit diabetes mellitus memiliki

saliva yang lebih kental jika dibandingkan dengan individu normal.

Page 11: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

3.6 Kelainan Sekresi Saliva

Kelainan Sekresi Saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva

yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.

Terdapat beberapa kelainan pada kelenjar saliva antara lain:

1. Mucocele

Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang

diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar saliva dan keluarnya mucin ke

jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele dapat terjadi pada bagian mukosa bukal,

anterior lidah, dan dasar mulut.

Etiologi

Umumnya disebabkan trauma, mis: bibir yang sering tergigit atau pukulan di

wajah. 

Karena penyumbatan duktus (saluran) kelenjar liur minor.

Obat-obatan yang mempunyai efek mengentalkan ludah.

Gambaran Klinis

Batas tegas

konsistensi lunak

Ukuran biasanya kecil

Tidak ada keluhan sakit

Kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul lagi

Diagnosis

Melakukan anamnesa lengkap dan cermat secara visual

Bimanual palpasi intra & extraoral

Page 12: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Aspirasi

Melakukan pemeriksaan laboratories

Pemeriksaan radiologis dengan kontras media

Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan biopsy

2. Ranula

Etiologi

Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major yang

membesar atau terputus.

Gambaran klinis

Bentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung keluar

Dinding sangat tipis dan mengkilap

Warna translucent

Kebiru-biruan

Palpasi ada fluktuasi

Tumbuh lambat dan expansif

3. Sialadenitis

Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya

disebababkan oleh hyposecretion kelenjar. Proses ini dapat bersifat akut dan

dapat menyebabkan pembentukan abses terutama sebagai akibat infeksi bakteri.

Etiologi

Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau saluran.

Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada

pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, khususnya pada pasien sakit kronis

Page 13: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

dengan xerostomia,dan pasien dengan sindrom Sjögren, dan pada mereka yang

melakukan terapi radiasi pada rongga mulut.

Organisme yang merupakan penyebab paling umum pada penyakit ini

adalah Staphylococcus aureus organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan

berbagai bakteri anaerob.

Gambaran klinis

Meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, dan dalam

kasus yang parah penderita , demam, dan menggigil

4. Sjorgen syndrome

Sjorgen syndrome merupakan suatu penyakit auto imun yang ditandai oleh

produksi abnormal dari extra antibodi dalam darah yang diarahkan terhadap

berbagai jaringan tubuh. Ini merupakan suatu penyakit autoimun peradangan pada

kelenjar saliva yang dapat menyebabkan mulut kering dan bibir kering.

Gejala

Mulut kering

Susah menelan

Kerusakan gigi

Penyakit gingiva

Mulut luka dan pembengkakan

Infeksi pada kelenjar parotis bagian dalam pipi.

Etiologi

Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, namun ada dukungan ilmiah

yang menyatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit turunan atau adanya faktor

genetik, penyakit ini kadang-kadang ditemukan pada anggota keluarga lainnya.

Page 14: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Hal ini juga ditemukan lebih umum pada orang yang memiliki penyakit autoimun

lainnya seperti lupus, autoimun penyakit tiroid, diabetes, dll.

Diagnosis

Sjorgen syndrome dapat didiagnosis dengan cara biopsi

5. Sialorrhea

Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang detandai dengan menetesnya

air liur atau sekresi saliva yang berlebihan.

Etiologi

Penyebab dari sialorrhea dapat bevariasi berupa gejala dan gangguan

neurologis, infeksi atau keracunan logam berat dan insektisida serta efek samping

dari obat-obatan tertentu

6. Sialosis

Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan non-

neoplastik dari kelenjar saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis biasanya

bilateral, tapi kadang-kadang juga mengenai kelenjar submandibularis dan

sublingualis.

Etiologi

Penyebab sialosis sering dihubungkan dengan sejumlah penyakit sistemik,

terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa

dan anoreksia nervosa. Juga akibat efek samping sejumlah obat-obatan.

7. Sialometaplasia necrotic

Lesi pada kelenjar saliva yang bersifat nonneoplastik, peradangan yang

dapat sembuh dengan sendirinya, terutama mengenai kelenjar saliva yang terdapat

pada palatum.

Gejala klinis

Page 15: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Muncul secara spontan

Terdapat lesi dan pembengkakan

Ukuran maksimal 1-2 cm

Lesi bilateral atau unilateral

Burning sensation (sensasi terbakar)

Etiologi

Penyebab sialosis sering dihubungkan dengan sejumlah penyakit sistemik,

terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa

dan anoreksia nervosa. Juga akibat efek samping sejumlah obat-obatan.

8. Sialolitiasis

Sialolitiasis merupakan pembatuan yang terjadi akibat pengendapan dari

bahan-bahan organic dan anorganik antara lain deposisi garam-garam kalsium

disekitar nidus organik yang terdiri dari alterasi musin-musin saliva bersama

dengan adanya deskuamasi sel-sel epitel, dekomposisi protein yang dihasilkan

oleh aktivitas bakteri dan mikroorganisme (infeksi akut).

Etiologi

Reaksi pengobatan.

Peradangan

Kelainan Sistemik

Gejala klinis

Mulut kering

Wajah membengkak

Rasa Sakit/Nyeri pada mulut

Mulut kemerahan

Pembengkakan pada mulut dan sekitarnya

Page 16: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Kesulitan Menelan

Pembengkakan pada leher

Kesulitan Membuka Mulut

Rasa Sakit/Nyeri pada leher dan wajah

9. Xerostomia

Adalah kekeringan mulut yang terjadi karena adanya gangguan fungsi

kelenjar saliva yang disebabkan oleh :

Factor Psikis

- Reaksi emosiolnal, secara proses faal mengganggu aliran saliva

- Dehidrasi, karena kehilangan banyak cairan tubuh ( diare,muntah)

Anomali

- Aplasia kelenjar saliva (kelenjar saliva tidak terbentuk)

Proses menua, karena atropi jaringan sekretorik dan mempengaruhi kecepatan

aliran saliva

Radiasi daerah leher dan kepala

Mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan derajat kerusakan yang

berbeda-beda tergantung dari dosis dan lamanya penyinaran

Berkurangnya saliva menyebabkan mengeringnya selaput lendir, mukosa

mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini

disebabkan oleh karena tidak adanya daya lubrikasi infeksi dan proteksi dari

saliva (Amerongan, 1991; Kidd dan Bechal, 1992). Proses pengunyahan dan

penelanan, apalagi makanan yang membutuhkan pengunyahan yang banyak dan

makanan kering dan kental akan sulit dilakukan. Rasa pengecapan dan proses

bicara juga akan terganggu (Kidd dan Bechal,1992; Amerongan,1991; Son is dkk,

1995).

Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih dari saliva

berkurang, sehingga terjadi radang yang kronis dari selaput lendir yang disertai

keluhan mulut terasa seperti terbakar (Wall, 1990).

Page 17: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

Pada penderita yang memakai gigi palsu, akan timbul masalah dalam hal

toleransi terhadap gigi palsu. Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi

palsu tidak menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukus

untuk tempat gigi palsu melayang pada permukaannya (Haskell dan

Gayford,1990). Selain itu karena turunnya tegangan permukaan antara mukosa

yang kering dengan permukaan gigi palsu (Kidd den Bechal,1992).

Susunan mikroflora mulut mengalami perubahan, dimana mikro

organisme kariogenik seperti streptokokus mutans, laktobacillus den candida

meningkat. Selain. itu, fungsi bakteriostase dari saliva berkurang. Akibatnya

pasien yang menderita mulut kering akan mengalami peningkatan proses karies

gigi, infeksi candida dan gingivitis (Amerongan,1991; Kidd dan Bechai,1992;

Sonis dkk,1995).

10. Sialorrhea (hipersalivasi)

Adalah suatu keadaan terjadinya sekresi saliva yang berlebihan. Sialorrhea

bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu symptom dari banyak kelainan yang

berhubungan dengan kelenjar-kelenjar saliva, baik dalam keadaan local maupun

sistemik.

11. Mumps

Mumps ( Gondongan) adalah suatu infeksi paramyxovirus menular yang

menyebabkan pembengkakan pada kelenjar parotos, submandibula dan kelenjar

saliva lainnya yang disertai nyeri

12. Sialadenitis supuratif akut

Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1828. Sebagian besar

penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga melibatkan kelenjar

submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis dibandingkan

Page 18: Pembahasan Laporan Tutorial Skenario Saliva

dengan kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada

kelenjar parotis lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya.

Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus aureus,

Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus influenzae. Bakteri

anaerob penyebab yang paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus dan

Streptocccus micros