Laporan Tutorial 1 Skenario A

51

Click here to load reader

Transcript of Laporan Tutorial 1 Skenario A

Page 1: Laporan Tutorial 1 Skenario A

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Sistem Neurosensoris adalah blok kelimabelas pada semester V dari Kurikulum

Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang memaparkan

kasus Ny. N, 65 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri tidak bisa melihat

yang disertai dengan nyeri di dalam dan disekitarnya sejak 3 hari yang lalu. Sejak 3 bulan

yang lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala, mual, muntah dan sering melihat warna

pelangi di sekitar cahaya bola lampu yang dilihatnya. Sejak 1 tahun yang lalu, Ny. N juga

mengeluh penglihatan kedua matanya kabur yang berangsur-angsur semakin buruk.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan

pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1

Page 2: Laporan Tutorial 1 Skenario A

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Laporan Tutorial 1

Skenario A

Tutor : dr. Irfanuddin, Sp.KO, M.Pd.Ked

Moderator : Wieke Anggraini

Sekretaris Meja : Imas Kartika Dewi E.

Sekretaris Papan : Anovyrarum

Waktu : Selasa, 30 November 2010

Kamis, 2 Desember 2010

Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam

2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman

3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat

4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk ruangan

2.2 Skenario

Ny. N, 65 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri tidak bisa melihat yang

disertai dengan nyeri di dalam dan disekitarnya sejak 3 hari yang lalu. Sejak 3 bulan yang

lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala, mual, muntah dan sering melihat warna pelangi

di sekitar cahaya bola lampu yang dilihatnya. Sejak 1 tahun yang lalu, Ny. N juga

mengeluh penglihatan kedua matanya kabur yang berangsur-angsur semakin buruk.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum : sadar dan kooperatif

Vital Sign : Nadi : 92x/menit, RR : 18x/menit, Suhu : 36,80 C, TD : 170/90 mmHg

Mata :

OD : VOD 6/20, lensa mata keruh belum merata, tonometri 17, 6 mmHg

2

Page 3: Laporan Tutorial 1 Skenario A

OS : VOS 1/300, Oedema palpebra, konjungtiva bulbi hiperemik, kornea keruh, bilik

mata depan dangkal, pupil dilatasi, refleks pupil (-), lensa mata keruh merata. Tonometri

40 mmHg.

Pemeriksaan Laboratorium :

Darah rutin : Hb 12, 2 g/dL ; leukosit 8000/ mm3

CT : 2 menit, BT : 7 menit

Kimia darah : BSS 90 mg/dl.

2.3 Klarifikasi Istilah

1. Nyeri

Perasaan sedih, menderita yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung-ujung saraf

khusus.

2. Sakit kepala

Rasa yang tidak menyenangkan/tidak nyaman di daerah kepala.

3. Mual = nausea

Sensasi tidak menyenangkan yang mengacu pada epigastrium dan abdomen dan

kecenderungan untuk muntah.

4. Muntah = vomite

Semburan isi lambung yang keluar paksa dari mulut.

5. Halo

Lingkaran berwarna atau terang seperti lingkaran yang tampak di sekeliling cahaya

pada katarak.

6. Kabur

Menurunnya daya pandang akibat penurunan visus.

3

Page 4: Laporan Tutorial 1 Skenario A

7. Tonometri

Alat untuk mengukur tegangan/tekanan bola mata.

8. Oedema Palpebra

Adanya penumpukan cairan di daerah palpebra.

9. Konjungtiva bulbi hiperemis

Kemerahan pada daerah konjungtiva

10. Kornea keruh

Struktur transparan di bagian anterior mata.

11. Pupil dilatasi

Terjadinya pelebaran pada pupil.

12. VOD

Visus Oculus Dextra (ketajaman penglihatan pada mata kanan).

13. VOS

Visus Oculus Sinistra (ketajaman penglihatan pada mata kiri).

14. Lensa mata keruh

Keadaan dimana dalam lensa mata terdapat penambahan cairan sehingga menjadi

keruh.

2.4 Identifikasi Masalah

1. Ny. N, 65 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri tidak bisa melihat yang

disertai dengan nyeri di dalam dan disekitarnya sejak 3 hari yang lalu.

4

Page 5: Laporan Tutorial 1 Skenario A

2. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien mengeluh sering sakit kepala, mual, muntah dan sering

melihat warna pelangi di sekitar cahaya bola lampu yang dilihatnya.

3. Sejak 1 tahun yang lalu, Ny. N juga mengeluh penglihatan kedua matanya kabur yang

berangsur-angsur semakin buruk.

4. Pemeriksaan Fisik :

Vital Sign : TD : 170/90 mmHg

Mata :

OD : VOD 6/20, lensa mata keruh belum merata, tonometri 17, 6 mmHg

OS : VOS 1/300, Oedema palpebra, konjungtiva bulbi hiperemik, kornea keruh, bilik

mata depan dangkal, pupil dilatasi, refleks pupil (-), lensa mata keruh merata.

Tonometri 40 mmHg.

5. Pemeriksaan Laboratorium :

CT : 2 menit, BT : 7 menit

2.5 Analisis Masalah

1. a. Bagaimana anatomi mata?

b. Bagaimana fisiologi mata?

c. Bagaimana histologi lensa mata?

d. Bagaimana mekanisme melihat normal?

e. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan yang diderita Ny. N?

f. Apa penyebab mata kiri tidak bisa melihat?

g. Apa penyebab mata kiri Ny. N nyeri?

h. Bagaimana mekanisme tidak bisa melihat dan nyeri pada mata kiri?

2. a. Apa penyebab dari keluhan 3 bulan yang lalu pada Ny. N?

b. Bagaimana mekanisme dari keluhan 3 bulan yang lalu?

3. a. Mengapa penglihatan Ny. N kabur dan berangsur-angsur menurun?

b. Bagaimana hubungan keluhan ini dengan keluhan 3 bulan yang lalu dengan keluhan

utama?

5

Page 6: Laporan Tutorial 1 Skenario A

4. a. Interpretasi dan mekanisme TD 170/90 mmHg?

b. Interpretasi dan mekanisme VOD?

c. Interpretasi dan mekanisme VOS?

5. a. Interpretasi dan mekanisme CT?

b. Interpretasi dan mekanisme BT?

6. Bagaimana penegakkan diagnosisnya?

7. Bagaimana diagnosis bandingnya?

8. Bagaimana diagnosis kerjanya?

a. Bagaimana etiologinya?

b. Bagaimana epidemiologinya?

c. Bagaimana factor resikonya?

9. Bagaimana penatalaksanaannya?

10. Bagaimana komplikasi?

11. Bagaimana prognosanya?

12. Bagaimana preventif & promotifnya?

13. Berapakah level of competence pada kasus ini?

2.6 Hipotesis

Ny.N, ♀, 65 tahun, mengalami tidak bisa melihat pada mata kiri yang disebabkan oleh

katarak senelis stadium hipermatur dengan penyulit uveitis dan glaucoma akut sekunder

sudut tertutup dan mata kanan mengalami katarak senelis stadium imatur.

6

Page 7: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Kerangka Konsep

7

Ny. N 65 thn

Proses degeneratif

Lensa mata keruh

katarak

Kanan ( imatur) Kiri (hypermatur)

Terganggunya drainase aquous humor

Sudut COA dangkal

Menutup trabekulum

Penumpukan humor aquos

TIO glaukoma

Sudut COA dangkal

Menekan papil

nyeri

Page 8: Laporan Tutorial 1 Skenario A

2.7 Learning Issue

Pokok

Bahasan

What I Know What I Don’t Know

(Learning Issue)

What I Have to

Prove

How I Will

Learn

Katarak Ny. N 65 tahun

mengalami tidak

bisa melihat pada

mata dan nyeri

pada mata kiri .

1. Anatomi,fisiologi,

histologi

2. Cara melihat normal

3. Gangguan

penglihatan

4. Katarak

5. Glukoma

6. Penegakan diagnosis

7. Diagnosis banding

8. Diagnosis kerja

9. Etiologi

10. epidemiologi

11. Patofisiologi

12. Penatalaksanaan

13. Komplikasi

14. Prognosis

15. Preventif dan

promotif

16. Kopetensi dokter

umum

Ny. N 65 tahun

mengalami katarak

senelis stadium

imatur pada mata

kanan dan katarak

senelis stadium

hypermatur dengan

penyulit uveitis

dan glaucoma akut

sekunder sudut

tertutup

Text Book,

Pakar Lain

(internet)

2.8 Sintesis

1. a. Bagaimana anatomi mata?

Jawab :

8

Page 9: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Mata tertanam di dalam corpus adiposum orbitae, tetapi dipisahkan dari corpus adiposum ini

oleh selubung fascial bola mata. Bola mata terdiri dari 3 lapisan :

Lapisan bola mata:

Tunica fibrosa

Terdiri atas :

1. Sclera : terdiri atas jaringan fibrosa padat dan berwarna putih. Di posterior ditembus

oleh nervus opticus dan menyatu dengan duramater.

2. Cornea : lapisan yang transparan, mempunyai fungsi memantulkan cahaya yang

masuk ke mata. Di posterior, cornea berhubungan dengan humor aquous.

Tunica vaskulosa pigmentosa

Terdiri atas :

1. Choroidea : lapisan luar berpigmendan lapisan dalam yang sangat vascular.

2. Corpus ciliare

Tediri atas:

9

Page 10: Laporan Tutorial 1 Skenario A

o Corona ciliaris adalah bagian posterior corpus ciliare, dan permukaannya

mempunyai alur-alur dangkal disebut striae ciliare.

o Processus ciliaris adalah lipatan-lipatan yang tersusun secara radial, posterior

melekat pada ligamentum suspensorium iridis.

o M.ciliaris terdiri atas serabut otot polos meridianal dan sirkuler.

3. Iris dan pupil

Iris adalah diapragma berpigmen yang tipis dankontraltil dengan lubang ditengahnya,

yaitu papila.

Tunica nervosa

Terdiri atas :

Retina terdiri atas pars pigmentosa disebelah luar melekat dengan choroidea dan pars

nervosa di sebelah dalam berhubungan dengan corpus vitreum.

ISI BOLA MATA

Terdiri atas :

1. Humor aquous

Adalah cairan bening yang mengisi camera anterior dan camera posterior bulbi.

Diduga cairan ini merupakan sekret dari processus ciliaris(camera posterior

camera anterior (pupil) celah angulus iridocornealis canalis schlemmi.

Hambatan aliran keluar humor aquous mengakibatkan meningkatnya tekanan

intraocular disebut glaukoma.

2. Corpus vitreum

Mengisi bola mata dibelakang lensa dan merupakan gel yang transparan.

3. Lensa

Struktur bikonveks yang transparan, yang dibungkus oleh capsul transparan. Terletak

di belakang iris dan di depan corpus vitreum, serta dikelilingi processus ciliaris.

Lensa terdiri dari:

Capsula elastis, yang membungkus struktur

Epithelium cuboideum, yang terbatas pada permukaan anterior lensa

10

Page 11: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Fibrae lentis, yang dibentuk dari epithelium cuboideum pada equator lentis.fibrae lentis

menyusun bagian terbesar lensa.

Struktur mata tambahan

Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak mata.

Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata ( konjungtiva palpebra),

kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan konjungtiva

bulbar membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva. Walaupun konjungtiva transparan,

bagian palpebra tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh – pembuluh darah yang ada

didalamnya, pembuluh – pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva bulbar diatas sklera mata.

Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari kekeringan. 

Bola Mata

Bola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina. Lapisan terluar

yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada yang bening yaitu pada bagian iris

dan pupil yang membantuk kornea. Lapisan tengan yaitu koroid mengandung pembuluh –

pembuluh darah yang arteriolnya masu kedalam badan siliar yang menempel pada

ligamen suspensori dan iris. Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai

bagian anterior mengandung reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang

dan sel kerucut. Reseptor cahaya melakukan synap dengan saraf - saraf bipolar diretina

dan kemudian dengan saraf – saraf ganglion diteruskan keserabut saraf optikus. Sel

kerucut lebih sedikit dibanding sel batang. Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat

retina dan diperkirakan menjadi reseptor terhadap cahaya terang dan penglihatan warna.

Sel – sel batang ditemukan banyak pada daerah perifer retina yang merupakan reseptor

terhadap gelap atau penglihatan malam. Sel – sel batang mengandung rhodopsin yaitu

suatu protein fotosintetif yang cepat berkurang dalam cahaya terang. Regenerasi

rhodopsin bersifat lambat tergantung pada tersedianya vitamin A, mata memerlukan

waktu untuk beradaptasi dari terang ke gelap. Defisiensi vitamin A mempengaruhi

kemampuan melihat dimalam hari.

11

Page 12: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Ruangan pada mata

Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga ; anterior dan posterior. Rongga anterior

teletak didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi kedalam dua ruang ; ruang anterior ( antara

kornea dan iris ) dan ruang posterior ( antara iris dan lensa ). Rongga anterior berisi

cairan bening yang dinamakan humor aqueous yang diproduksi dalam badan ciliary,

mengalir kedalam ruang posterior melewati pupil masuk keruang anterior dan

dikeluarkan melalui saluran schelmm yang menghubungkan iris dan kornea ( sudut ruang

anterior ).

Iris dan lensa

Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung dilator

involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan

ditengah – tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan

memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika

cahaya terang atau untuk penglihatan dekat.

Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening, terletak

dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior. Lensatersusun dari sel – sel

epitel yang dibungkus oleh membrab elastis, ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi

lensa cembung bila refraksi lebih besar.

Otot – otot mata

Otot – otot mata terdiri dari dua tipe; ekstrinsik dan intrinsik. Otot – otot intrinsi bersifat

volunter ( dibawah sadar ), diluar bola mata yang mengontrol pergerakan diluar mata.

Otot – otot intrinsik bersifat involunter ( tidak disadari ) berada dalam badan ciliary yang

mengontrol ketebalan dan ketipisan lensa, iris dan ukuran pupil.

b. Bagaimana fisiologi mata?

Jawab :

- Kornea: transparan, berfungsi memantulkan cahaya yang masuk. Berhubungan

dengan humor aquos di bagian posterior

12

Page 13: Laporan Tutorial 1 Skenario A

- iris dan pupil : Fungsi: secara umum mengatur intensitas cahaya yang masuk ke

lensa. m. Sphincter pupillae mengonstriksikan pupil. M. Dilator pupillae

melebarkan pupil.

- Fungsi Retina:

Menerima cahaya yang masuk kemudian mentransformasikan menjadi menjadi

rangsang yang diteruskan ke otak melalui saraf optik

Sel kerucut: penglihatan halus, warna dan kecerahan Sel batang : penglihatan

kasar, gelap dan remang-remang

Penglihatan monokuler dan penglihatan binokuler.

- Fungsi Humor aquosus : menyokong bola mata dengan memberi tekanan dari

dalam, sehingga bentuk bola mata tetap, memberi makanan pada cornea dan lensa

dan mengangkut hasil-hasil metabolisme.

- Fungsi corpus vitreum adalah sedikit menambah daya pembesaran mata,

menyokong permukaan posterior lensa, membantu perlekatan pars nervosa retina ke

pars pigmentosa retina

c. Bagaimana histologi lensa mata?

Jawab :

Terdiri dari 3 komponen:

- simpai/ kapsul lensa

o membungkus lensa (10-20 m)

o serat zonula melekat pada struktur ini.

- epitel subkapsular

o lapisan anterior, terdiri atas selapis sel kuboid.

- serat lensa

o berasal dari sel epitel subkapsular

13

Page 14: Laporan Tutorial 1 Skenario A

d. Bagaimana mekanisme melihat normal?

Jawab :

Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang

bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.

Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila

berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang

mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang

berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang

berpigmen, maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil

dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan

vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi

lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi,

juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada

objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih

tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot

siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya

sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang 14

Page 15: Laporan Tutorial 1 Skenario A

sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui

saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata,

lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah

dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.

Sumber cahaya → masuk ke mata melalui kornea → melewati pupil yang lebarnya

diatur oleh iris → dibiaskan oleh lensa → terbentuk bayangan di retina yang bersifat

nyata, terbalik, diperkecil → sel-sel batang dan sel kerucut meneruskan cahaya melalui

saraf optic → otak membalikkan lagi bayangan yang terlihat di retina → obyek terlihat

sesuai dengan aslinya.

e. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan yang diderita Ny. N?

Jawab :

Ahli biokimia mengatakan terjadinya peningkatan bersilang asam nukleat dan molekul

protein sehingga mengganggu fungsi. ( teori Across-link ) Perubahan lensa pada usia

lanjut:

1. kapsul

- menebal dan kurang elastis

- mulai presbiopia

- bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

- terlihat bahan granular

2. epitel – makin tipis

15

Page 16: Laporan Tutorial 1 Skenario A

- sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

- bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. serat lensa

- lebih iregular

- pada korteks jelas kerusakan serat sel

- brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nucleus

( histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa, sedang warna coklat

protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibandingkan normal.

- korteks tidak bewarna karena:

- kadar a. askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi

- sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

kekeruhan lensa ini bisa terjadi akibat usia lanjut yang biasanya terjadi pada usia lebih

dari 60 tahun.

f. Apa penyebab mata kiri tidak bisa melihat?

Jawab :

1. Katarak : proses kekeruhan pada lensa akibat hidrasi (penambahan cairan lensa,

denaturasi protein lensa atau kedua-duanya).

2. Glaukoma : peningkatan tekanan intra okuler, atrofi papil saraf optic,dan menciutnya

lapangan pandang.

3. Retinopati : - degenerasi macula karena usia

- distrofi macula

4. Penurunan visus karena proses intracranial : kelainan lapangan pandang dan retina.

g. Apa penyebab mata kiri Ny. N nyeri?

Jawab :

1. Sakit dipermukaan mata

Rasa sakit di permukaan mata adalah kondisi dimana rasa sakit berasal dari luar

struktur permukaan mata, beberapa penyebabnya adalah :

Konjungtivitis adalah salah satu masalah mata yang paling umum.

16

Page 17: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Konjungtivitis biasanya disebabkan oleh alergi, bakteri, kimia, atau peradangan

virus dari konjungtiva (membran yang lembut melapisi kelopak mata dan

menutupi bola mata).

ciri-ciri sakit mata yang disebabkan oleh konjungtivitis ini adalah

- mata berubah warna menjadi merah muda. rasa sakit biasanya ringan, atau tidak

ada rasa sakit sama sekali. Gatal, kemerahan.

Lecet kornea juga penyebab umum sakit mata. kornea adalah salah satu

bagian pada mata paling transparan, sensitif dan lembut. Lecet biasanya

terjadi dikarenakan goresan ke permukaan kornea, seperti dari benda asing

atau terlalu sering menggunakan lensa kontak.

Efek Kimia dan luka bakar merupakan penyebab signifikan pada sakit mata.

Efek Kimia yang dimaksud berupa asam atau zat basa, seperti pembersih

rumah tangga atau pemutih.

Adapun luka bakar biasanya berasal dari sumber cahaya yang kuat, seperti

percikan las api atau juga berasal dari matahari dan alat-alat penerangan yang

memiliki intensitas cahaya cukup tinggo.

Radang kelopak mata biasanya terjadi dikarenakan kelenjar minyak terpasang

di tepi kelopak mata.

penyebab lainnya adalah adanya iritasi mata. ditandai dengan adanya

benjolan kecil pada mata Anda, benjolan mata ini dibentuk oleh kelenjar

minyak mata yang tidak normal. sehingga menyebabkan iritasi pada mata,

rasa sakitnya cukup menyakitkan

2. Sakit didalam orbit mata (orbital)

Sakit Orbital digambarkan sebagai sakit yang terdapat dibagian dalam mata atau di

belakang permukaan mata.

Berikut ini beberapa penyebab sakit mata yang berasal dari orbital :

glaukoma menyebabkan nyeri orbital, walaupun sebagian besar kasus

glaukoma tidak menyakitkan. Glaukoma disebabkan oleh peningkatan

tekanan intraokular, atau tekanan internal mata, yang akhirnya dapat

menyebabkan cacat dalam penglihatan dan bahkan kebutaan jika tidak

17

Page 18: Laporan Tutorial 1 Skenario A

diobati. Tekanan intraokular dapat meningkat dikarenakan penyumbatan

cairan mata atau peningkatan produksi aqueous humor (cairan yang

menggenangi mata). Hal ini biasanya terjadi pada orang tua.

iritis adalah peradangan pada iris, atau bagian berwarna dari mata, yang

menyebabkan rasa sakit mata dalam.

neuritis Optik adalah suatu peradangan pada saraf optik. Saraf optik

terhubung ke bagian belakang mata. Penyebab peradangan ini biasanya

berasal dari multiple sclerosis, infeksi virus, atau infeksi bakteri.

Sinusitis, yang merupakan infeksi bakteri atau virus dari sinus, dapat

menyebabkan rasa nyeri orbital atau lekuk mata.

Migran, adalah penyebab yang sangat umum nyeri orbital mata yang terkait

dengan sakit kepala.

Trauma peristiwa, seperti cedera penetrasi ke mata, pukulan mata dengan

benda asing, dan tabrakan kendaraan bermotor, yang menyebabkan rasa sakit

mata signifikan dan cedera. Goresan ke kornea biasanya terkait dengan

peristiwa traumatis yang sangat menyakitkan. Ini adalah mata masalah umum

yang menyebabkan orang untuk mencari bantuan medis.

h. Bagaimana mekanisme tidak bisa melihat dan nyeri pada mata kiri?

18

Page 19: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Jawab :

2. a. Apa penyebab dari keluhan 3 bulan yang lalu pada Ny. N?

Jawab :

Yang menyebabkan keluhan 3 bulan yang lalu adalah proses degeneratif.

b. Bagaimana mekanisme dari keluhan 3 bulan yang lalu?

19

Faktor degeneratif

Densitas epitel Serat lensa meregang

Protein di lensa mengalami denaturasi

Lensa jadi keruh

cembung

KATARAK

Lensa kedepan menempel pada iris (sineksia)

Aliran Aquos humor terhambat

menyempit

uveitis

TIO

Glaukoma

Penekanan saraf optik

Kematian srabut saraf

Tidak bisa mempresentasikan fokus

Tidak bisa melihat

Page 20: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Jawab :

3. a. Mengapa penglihatan Ny. N kabur dan berangsur-angsur menurun?

Jawab :

20

Faktor degeneratif

Densitas epitel Serat lensa meregang

Protein di lensa mengalami denaturasi

Lensa jadi keruh

cembung

KATARAK

Lensa kedepan menempel pada iris (sineksia)

Aliran Aquos humor terhambat

menyempit

uveitis

TIO

Glaukoma

Penekanan saraf optik

Kematian srabut saraf

Tidak bisa mempresentasikan fokus

Tidak bisa melihat

Regangan bola mata

Nyeri periorbital(N. trigeminu)

Sakit kepala

Aktivasi saraf autonom

Aktivasi saraf parasimpatis

Efek pada saluran cerna

Mual + muntah

Endotel rusak

Cairan masuk ke stroma kornea

Edema kornea

Kornea keruh

Susunan sel longar dan warnanya keruh

halo

Page 21: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Faktor degenerasi lensa mengalami denaturasi protein lensa menjadi keruh sinar

yang masuk ke kornea terhalang sampai ke retina berupa bayangan semu visus

menurun progresif semakin lama semakin memburuk.

b. Bagaimana hubungan keluhan ini dengan keluhan 3 bulan yang lalu dengan

keluhan utama?

Jawab :

21

Faktor degeneratif

Densitas epitel Serat lensa meregang

Protein di lensa mengalami denaturasi

Lensa jadi keruh

cembung

KATARAK

Lensa kedepan menempel pada iris (sineksia)

Aliran Aquos humor terhambat

menyempit

uveitis

TIO

Glaukoma

Penekanan saraf optik

Kematian srabut saraf

Tidak bisa mempresentasikan fokus

Tidak bisa melihat

Regangan bola mata

Nyeri periorbital(N. trigeminu)

Sakit kepala

Aktivasi saraf autonom

Aktivasi saraf parasimpatis

Efek pada saluran cerna

Mual + muntah

Endotel rusak

Cairan masuk ke stroma kornea

Edema kornea

Kornea keruh

Susunan sel longar dan warnanya keruh

halo

Sinar masuk ke kornea terhalang

Visus menurun progresif menurun

Semakin memburuk

Page 22: Laporan Tutorial 1 Skenario A

4. a. Interpretasi dan mekanisme TD 170/90 mmHg?

Jawab :

TD: 170/90 mmhg

Normal: 90-120 / 60-90 mmhg

Interpretasi : hipertensi

Mekanisme: hipertensi disini akibat dari proses degeneratif dimana usia Ny. N 65 tahun

yang sudah terjadi penurunan fungsi dari pembuluh darah dan jantung.

b. Interpretasi dan mekanisme OD?

Jawab :

- VOD: 6/20

Interpretasi : pasien dapat melihat pada jarak 6 meter yang orang normal huruf

tersebut dapat dilihat pada jarak 20 meter.

Mekanisme:

Faktor degenerasi lensa mengalami denaturasi protein lensa menjadi keruh

sinar yang masuk ke kornea terhalang sampai ke retina berupa bayangan semu

visus menurun

- Lensa mata keruh belum merata

Normal: tidak keruh

Interpretasi: terdapat kelainan pada lensa

Mekanisme:

Faktor degenerasi lensa mengalami denaturasi protein lensa menjadi keruh.

c. Interpretasi dan mekanisme OS?

Jawab :

- VOS: 1/300

Interpretasi: pasien dapat melihat lambaian tangan dalam jarak 1 meter , yang orang

norm al dapat melihat pada jarak 300 meter.

22

Page 23: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Mekanisme:

Faktor degenerasi lensa mengalami denaturasi protein lensa menjadi keruh

cembung sineksia aliran aquos humor terhambat TIO glaukoma

penekanan saraf optic kematian serabut saraf tidak bisa mempresentasikan

fokus tidak bisa melihat.

- Edema palpebra

normal : -

interpretasi: abnormal

mekanisme:

TIO reganggan bola mata palpebra edema palpebra

- Konjungtiva bulbi hiperemik

Normal : -

Interpretasi: terjadi vasodilatasi pembuluh darah

TIO reganggan bola mata konjungtiva PD vasodilatasi hiperemik

- Kornea keruh

Normal: bening

Interpretasi: adanya kelainan pada kornea

Mekanisme:

TIO endotel rusak cairan masuk ke stroma kornea edema kornea

susunan sel longgar dan warnanya keruh kornea keruh

- Bilik mata depan dangkal

Normal: -

Interpretasi: abnormal

Mekanisme

TIO COA dangkal

23

Page 24: Laporan Tutorial 1 Skenario A

- Pupil dilatasi

Normal: -

Interpretasi: abnormal

Mekanisme:

Faktor degenerasi mengalami denaturasi protein lensa jadi keruh

kompensasi dilatasi dari pulpil untuk menagkap cahaya lebih banyak.

- Refleks pupil negatif

Normal : +

Interpretasi: kebutaan

Mekanisme :

Faktor degenerasi mengalami denaturasi protein lensa jadi keruh

kompensasi dilatasi dari pulpil untuk menagkap cahaya lebih banyak. terus

menerus kerusakan pupil refleks pupil negatif.

- Lensa mata keruh merata

Normal :-

Interpretasi : abnormal

Mekanisme:

Faktor degenerasi lensa mengalami denaturasi protein lensa menjadi keruh.

- Tonometri 40 mmhg

Normal: 15- 20 mmhg

Interpretasi : kebutaan

Mekanisme:

Faktor degenerasi lensa mengalami denaturasi protein lensa menjadi keruh

cembung sineksia aliran aquos humor terhambat TIO glaukoma

penekanan saraf optic kematian serabut saraf tidak bisa mempresentasikan

fokus tidak bisa melihat. ( buta )

24

Page 25: Laporan Tutorial 1 Skenario A

5. a. Interpretasi dan mekanisme CT?

Jawab :

CT: normal

b. Interpretasi dan mekanisme BT?

Jawab :

BT : normal

6. Bagaimana penegakkan diagnosisnya?

Jawab :

Anamnesis:

- Mata kiri tidak bisa melihat dan nyeri sejak 3 hari

- Sering sakit, mual, muntah dan melihat warna pelangi di sekitar cahaya lampu selama 3

bulan.

- Penglihatan kedua mata kabur dan berangsung memburuk.

Pemeriksaan Fisik :

- TD : 170/90 mmHg

- OD : VOD : 6/20, lensa mata keruh belum merata, tonometri 17,6 mmHg

OS : VOS : 1/300, Oedema palpebra, conjungtiva bulbi hiperemik, cornea keruh, bilik

mata depan dangkal, pupil dilatasi, reflex pupil (-), pupil dilatasi, lensa mata keruh

merata, tonometri 40 mmHg

Pemeriksaan penunjang :

Glaukoma :

- Tonometri untukpeningkatan tekanan intraocular

- Gonioskopi : untuk menentukan sudut bilik mata

- Penilaian diskus optikus

- Pemeriksaan lapangan pandang.

25

Page 26: Laporan Tutorial 1 Skenario A

7. Bagaimana diagnosis bandingnya?

Jawab :

gambaran Glaukoma

sudut tertutup

katarak Uveitis

anterior

konjungtivitis

Penglihatan normal

Nyeri periocular Nyeri berat - Sangat nyeri Seperti

kemaukan

pasir

Mata kemerahan + - + +

Mual dan muntah + - + -

Penglihatan berasap - + - -

Ketajaman

penglihatan

-

Tekanan intra ocular normal Normal/ normal

Pupil Middilatasi normal konstriksi Normal

Kamera okuli

anterior

dangkal normal Normal normal

Shadow test - +/- - -

Mengenai sisi unilateral Unilateral/bilateral unilateral bilateral

8. Bagaimana diagnosis kerjanya?

Jawab :

od = katarak senile imatur

os= katarak senile hipermatur dengan penyulit glaucoma akut sudut tertutup.

a. Bagaimana etiologinya?

Jawab :

Katarak:

26

Page 27: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Katarak sebagian besar terjadi karena factor usia atau penuaan, namun katarak bisa juga

disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

Katarak traumatic:disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.

Katarak sekunder: disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit/gangguan

metabolisme, proses peradangan pada mata, atau penyakit kencing manis (diabetes

mellitus).

Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti

kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

Glaukoma:

Glaukoma disebabkan peningkatan tahanan aliran keluar humor aqueous melalui

jaring-jaring trabekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena episkleral. Pori-pori

trabekula dapat tersumbat oleh setiap jenis debris, darah, pus, atau bahan lainnya.

Peningkatan tahanan tersebut dapat disebabkan oleh penggunaan kortikostroid jangka

lama, tumor intraokuler, uveitis akibat penyakit seperti herpes simplex atau herpes

zoster, atau penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh material lensa, bahan viskoelastik

(digunakan pada pembedahan katarak), darah atau pigmen. Peningkatan tekanan

episkleral akibat keadaan seperti luka bakar kimia, tumor retrobulbar, penyakit tiroid,

fistula ateiovenosa, jugularis superior vena kava atau sumbatan vena pulmonal juga

dapat mengakibatkan peningkatan TIO. Selain itu, glaukoma sudut terbuka dapat terjadi

setelah ekstraksi katarak, implantasi TIO ( khususnya lensa kamera anterior),

penguncian sklera, vitrektomi, kapsulotomi posterior, atau trauma. 

Selain itu, TIO dapat meningkat karena adanya hambatan oleh akar iris pada sudut bilik

mata depan, yang membendung semua aliran keluar. Faktor resiko terjadinya glaukoma

diantaranya riwayat penyakit diabetes, hipertensi, arteriosklerosis.

b. Bagaimana epidemiologinya?

Jawab :

27

Page 28: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Katarak:

Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang

terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. kelayakan bedah katarak

di beberapa negara belum memadahi sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama

kebutaan. Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia, pengelihatan rendah yang

terkait dengan katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu

untuk operasi dan hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan

masalah transportasi.

Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai 42%

dari orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-orang antara usia 65 dan

74, dan 91% dari mereka antara usia 75 dan 85.

Glaukoma:

Terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian

yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini 4:1. Sering

terjadi pada kedua mata.

c. Bagaimana factor resikonya?

Jawab :

Katarak:

Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan katarak 1,2 :

- Penderita diabetes melitus / kencing manis.

- Penggunaan beberapa jenis obat dalam jangka panjang.

- Kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol.

- Kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E.

- Paparan / radiasi sinar ultraviolet.

Glaukoma :

Glaucoma seringkali disebut pencuri penglihatan yang diam-diam. Ini disebabkan,

seperti yang sudah disebutkan, dalam banyak kasus-kasus, tekanan dalam mata

28

Page 29: Laporan Tutorial 1 Skenario A

(intraocular pressure) dapat meningkat dan merusak penglihatan tanpa menyebabkan

gejala-gejala nyata. Jadi, kesadaran dan penemuan awal glaucoma adalah sangat

penting karena penyakit ini dapat dirawat dengan sukses jika didiagnosis lebih awal.

Ketika setiap orang berisiko untuk glaucoma, orang-orang tertentu berisiko lebih tinggi

dan perlu dperiksa lebih sering oleh dokter mereka. Faktor-faktor risiko utama

termasuk:

Umur diatas 45 tahun

Sejarah glaucoma keluarga

Keturunan ras hitam

Diabetes

Sejarah peningkatan tekanan dalam mata

Nearsightedness (derajat tinggi dari myopia), adalah ketidakmampuan untuk melihat jelas

benda-benda yang jauh

Sejarah luka mata

Pemakaian cortisone (steroids), di mata atau secara sistimatis (melalui mulut atau

disuntik)

9. Bagaimana penatalaksanaannya?

Jawab :

Katarak

Persiapan bedah katarak

Indikasi bedah pada katarak senile, seperti :

a. Katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walaupun katarak belum matur.

b. Katarak matur, karena apabila menjadi hipermatur akan menimbulkan penyulit katarak

hipermatur (uveitis dan glaukoma).

c. Katarak telah menimbulkan penyulit seperti katarak intumesen yang menimbulkan

glaucoma.

Persiapan pasien yang akan dibedah katarak ialah sebagai berikut :

Uji anel positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi eksresi saluran lakrimal

sehingga tidak ada dakrisistitis.

29

Page 30: Laporan Tutorial 1 Skenario A

Tidak ada infeksi di sekitar mata seperti keratitis, konjungivitis, blefaritis, hordeolum

dan kalazion.

Tekanan bola mata normal, tidak ada glaucoma.

Gula darah telah terkontrol.

Tekanan darah kira-kira 160/100 mmHg, tidak ada hipertensi ataupun hipotensi.

Tidak batuk, terutama pada saat pembedahan.

Bedah katarak

1. Operasi katarak ekstrakapsuler

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa

dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan

korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedah ini dilakukan pada

pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti,

implantasi lensa intraocular posterior, perencanaan implantasi sekundar lensa

intraocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glaucoma, mata dengan prodisposisi

untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata

dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat

melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat

timbul pada pembedah ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.

2. Operasi katarak intrakapsular

Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat dilakukan

pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada katarak

ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan

bedah yang sangat lama popular. Pembedahan ini dilakukan dengan mempergunakan

mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti

sebelumnya. Katarak Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh

dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang

masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular, katarak imatur yang masih

mempunyai zonula Zinn. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmat,

glaukoma, uveitis, endotlalmitis dan perdarahan.

30

Page 31: Laporan Tutorial 1 Skenario A

3. Saat dilakukan pembedahan, sebaiknya ditanamkan lensa intraokular, sehingga

tidak perlu memakai kacamata afakia yang tebal atau lensa kontak.

Kontraindikasi pemasangan lensa intraokular adalah uveitis berulang, retinopati

diabetik proliferatif, rubeosis iridis, dan glaukoma neovaskular.

Pasca Operasi

Penatalaksanaan pascaoperasi terutama dilaksanakan untuk mencegah infeksi dan

terbukanya luka operasi. Pasien diminta untuk tidak banyak bergerak dan

menghindari mengangkat beban berat selama sebulan. Mata ditutup selama

beberapa hari atau dilindungi dengan kacamata atau pelindung pada siang hari.

Selama beberapa minggu harus dilindungi dengan pelindung logam pada malam

hari. Kacamata permanen diberikan 6-8 minggu setelah operasi.

Glaukoma

TFRAPI MEDIKAMENTOSA

Glaukoma akut merupakan masalah pembedahan sehingga pengobatan dengan obat

harus diberikan secepatnya kemudian dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai

fasilitas untuk melakukan pembedahan mata, Pemberian obat-obatan hanya bersifat

simtomatik.

Pengobatan yang di bawah ini dapat diberikan sebagai pengobutan darurat dan jangka

pendek, yaitu:

1.Miotik : pilokarpin 2-4% fetes mata, diteteskan tiap menit I tetes selama 5 menit,

kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Pemberian pilokarpin akan

menyebabkan melepaskan iris dari jaringan trabekulurn sehingga sudut mata depan

akan terbuka. Penggunaan pilokarpin diindikasikan untuk mencoba menghambat

serangan glaukoma akut dan tidak efektif jika serangan telah lebih dari 1-2 jam. Hal ini

terjadi karena muskulu sphingter sudah iskemik sehingga tidak dapat merespon

pilokarpin. Pada umumnya respon pupil negatif pada serangan yang telah berlangsung

lama sehingga menyehabkan atrofi otot sphingter akibat iskhemia.

31

Page 32: Laporan Tutorial 1 Skenario A

2. Beta-blokerMerupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut tertutup.

Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraocular dengan cara menurunkan produksi

akuos humor, Timolol Maleat 0,25-0,5%merupakan betabloker non-selektif dgn

aktifitas dan konsentrasi di bilik mata belakang yang dicapai 30-60 menit. Beta

bloker non-selektif tetes mata sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kah dengan

interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam kemudian.

3. Apraklonidin

Merupakan agen alfa-2 agonis yang efektif untuk hipertensi ocular, apraklonidin

bekerja dengan cara menurunkan produksi akuos humor dan tidak memberikan efek

outflow pads akuos humor. Apraklonidin 0,5% dan 1% memberikan efektivitas yang

sama dan dapat menurunkan tekanan intraocular 34% setelah 5 jam pemakaian topical.

4. Karbonik Anhidrase inhibitor : 500 mg IV disusul tablet asetazol amide 4x250 mg,

2 tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sesudah keluhan mual hilang

sampai 24 jam

5. Obat hiperosmotik:

a. larutan gliserin 50%, diberikan secara oral, dosis 1-1,5 gram/kgBB. Untuk

praktisnya dpt dipakai I cc/kgBB

b. Manitol 20% yang diberikan per infus + 60 tetes per menit

6. Simpatomimetik : Epinefrin 0,5— 2%, Morfin: suntikan 10-15 mg mengurangi

rasa sakit dan mengecilkan pupil.

Setelah pemberian obat-obatan secara bersamaan di atas, dilakukan observasi

respon terapi. Pemberian obat di atas dapat diteruskan sampai tindakan operasi

dilakukan. Pemeriksaan ulang gonioskopi harus dilakukan, jika perlu gliserin tetes

mata diberikan untuk menjernihkan korneaa. Sekarang ini dilakukan gonioskopi

indentasi untuk mendorong akuos dari central ke perifer agar sudut mata yang

tertutup dapat terbuka kembali. Teknik ini telah diuji sebagai terapi untuk

serangan sudut mata tertutup. Meskipun sudut telah berhasil membuka dengan

gonioskopi indentasi terapi tidak menyingkirkan terapi definitif, yaitu iridektomi

perifer.

32

Page 33: Laporan Tutorial 1 Skenario A

OBSERVASI RESPON TERAPI

Observasi dilakukan 2 jarn setelah mendapatkan terapi medikamentosa,

yang meliputi:

1. Monitor ketajaman visas, edema komea, dun ukuran pupil

2. Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit (yang terbaik dengan tonometer

aplanasi)

3. Periksa sudut gonioskopi, terutama apabila tekanan intrraokular sudah

turun dan kornea kelihatan jernih

Respon terapi dapat baik, sedang ataupun buruk.

Sebagai dokter umum paling tidak dapat menerapi pasien glaukoma sampai tahap

terapi medika mentosa, Kemudian, dokter urnum merujuk ke rumah sakit yang

mempunyai fasilitas pembedahan mata untuk direncanakan pembedahan.

PEMBEDAHAN

Sebelum dilakukan pembedahan, tiap glukoma akut hares diobati dulu dengan obat-

obatan di atas untuk menurunkan tekanan bola meta sampai di bawah 25 mmHg.

Pembedahan dilakukan pada pasien dengan :

TIO tak terkontrol dengan terapi maksimal

Intoleransi obat antiglaukoma

Progresifitas penyakit yang memburuk

Tak disiplin terhadap obat-obatan

Terapi pembedahan yang dapat dilakukan untuk penderita glaukoma :

1. Laser Trabeculoplasty

Untuk menangani glukoma sudut terbuka yang sering digunakan. Ada 2 jenis

trabeculoplasty, yaitu :

a) Argon Laser Trabeculoplasty (AV), selama pembedahan menggunakan

teknik ini, laser akan membuat ruang kecil pada jaringan trabekulat, Laser tidak

membuat lubang aliran yang baru terapi teknik ini untuk menstimulasi aliran agar

berfungsi lebih efisien,

b) Selective Laser Trabeculoplasty (SLT), pada teknik ini SLT

33

Page 34: Laporan Tutorial 1 Skenario A

memperbaiki sel-sel spesifik dan membuat saluran aliran mengelilingi iris. SLT

mungkin merupakan alternative pada pasien yang tidak dapat ditangani dengan

bedah laser tradisional.

Walaupun pembedahan laser trabeculoplasty ini berhasil, kebanyakan pasien

menggunakan obat glukoma setelah pembedahan. Hampir separuh pasien yang

melakukan pembedahan dengan teknik ini mengalami peningkatan tekanan bola

mats lagi dalam 5 tahun. Kebanyakan orang yang telah berhasil menjalani laser

trabeculoplasty mengulangi terapi yang sama.

2. Laser iridotomy

Laser iridotomy disarankan bagi pasien dengan glukoma sudut tertutup dan sudut

aliran yang sangat sempit. Laser akan membuat lubang kecil seukuran forum pada

bagian atas iris untuk meningkatkan aliran akuos ke sudut aliran. lubang ini

tersembunyi dengan adanya kelopak mata bagian atas.

3. Iridektomi Perifer

Indikasi: Pembedahan ini digunakan umuk glaukoma dalam fase prodromal,

glaukoma akut yang baru terjadi atau untuk tindakan pencegahan pada mata

sebelahnya yang masih sehat.

Teknik: pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris untuk

menghindari hambatan pupil. Iridektomi ini biasanya dibuat di sisi temporal atas.

4. Pembedahan Filtrasi

Indikasi: pembedahan filtrasi ini dilakukan kalau glaukoma akut sudah

berlangsung lama atau penderit sudah masuk stadium glaukoma kongestif kronik.

10. Bagaimana komplikasi?

Jawab :

Katarak:

a. Intraoperatif

1. Kerusakan endotel kornea

34

Page 35: Laporan Tutorial 1 Skenario A

2. Ruptur capsula post. Lensa

3. Prolapsus dan degenerasi vitreus

4. Hyphaema

5. Hemoragik ekspulsif

b. Post operatif

1. Dini : - edema cornea

- Bekas luka

- Prolaps iris

- Bilik mata depan dangkal

- Hifema

- Glaucoma

- Dislokasi

- Endoptalmitis

2. Lanjut

- Vitreus touch syndrome

- Glaucoma

- UGH syndrome (uveitis,glaucoma, hypamea)

Glaukoma :

1. Kerusakan saraf optic

2. Kebutaan

3. Kehilangan penglihatan tepi

4. Hipertensi okular

11. Bagaimana prognosanya?

Jawab :

Et vitam : bonam

Et fungsionam : malam

Et sanasionam : bonam

35

Page 36: Laporan Tutorial 1 Skenario A

12. Bagaimana preventif & promotifnya?

Jawab :

umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur tidak dapat dicegah.

Pemeriksaan mata teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila teleh

berusia 60 tahun sebaiknya

tidak merokok karena merokok menyebabkan radikal bebas di dalam tubuh

sehingga resiko katarak bertambah

pola makan yang sehat dengan cara memperbanyak konsumsi buah dan sayur

lindungi mata dari sinar matahari karena sinar uv mengakibatkan katarak pada

mata

menjaga kesehatan tubuh agar terhindar dari penyakit kencing manis dan lain-lain

Glaukoma: dininya pengobatan .

13. Berapakah level of competence pada kasus ini?

Jawab :

3a. mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan

tambahan yang diminta oleh dokter (pemeriksaan lab. Sederhana /x-ray). Dapat memutuskan

dan member terapi pendahuluan, serta murujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus

gawat darurat).

14. Bagaimanakah pandangan islam?

Jawab :

“Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan juga obat untuk penyakit itu “, (Hr Bhukari)

“Saudaraku, ingatlah selalu firman Allah yang artinya ,” Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkan selain Dia sendiri.Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiapsesuatu ,” (Qs. Al- An’aam : 17)

36

Page 37: Laporan Tutorial 1 Skenario A

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta I., Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

: Balai Penerbit FKUI, 2010, pp. 212 – 217.

2. Ilyas S. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Edisi kedua. Jakarta.Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2003;172-179;219-221.\

3. Vaughan DG, Riodan P. Ophtalmology Umum. Edisi ke-17. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2007;212-229.

4. Jenny Sitepu, Glaukoma Subakut, in http://yayanakhyar.wordpress.com /2008/12/10/

glaukoma-subakut/ akses: 11/11/2010; 23:45

5. Anymous, Glaukoma http://www.totalkesehatananda.com/glaucoma6. html / akses

11/11/2010; 23.30

6. Ganong. W.F., editor Widjajakusumah D.H.M., 2001., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.,

edisi Bahasa Indonesia., Jakarta., EGC

37