Laporan Fieldtrip RPH
-
Upload
lisda-andriana-suhartono -
Category
Documents
-
view
231 -
download
5
description
Transcript of Laporan Fieldtrip RPH
4
3
LAPORAN FIELDTRIP DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANINSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2015Desti Rahayu C24120005Eneng IsmawatiC24120007Ani MunawarohC24120040Sofitri HardianaC24120075Lisda AndrianaC24120098
PENDAHULUANLatar BelakangRumah Pemotongan Hewan(RPH) Kota Bogor, merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berada dibawah naungan Dinas Pertanian Kota Bogor. RPH sebagai unit pelayanan publik memiliki fungsi teknis, ekonomis dan sosial dimana dalam pelaksanaanya mengacu pada Visi dan Misi Dinas Pertanian Kota Bogor. Dari aspek sosial RPH memberikan ketentraman batin kepada masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit Zoonosis dan penyakit atau keracunan makanan (Food Born Disease dan Food Born Intoxication) melalui penyediaan daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).Selain telah memenuhi aspek halal, RPH Kota Bogor juga telah memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) yaitu suatu sertifikasi yang merupakan legitimasi telah dipenuhinya persyarata higine sebagai kelayakan dasar jaminan pangan asal hewan. RPH teroadu telah memiliki Standart Operational Prosedur (SOP) yang merupakan suatu pedoman dalam melakukan setiap kegiatan sehingga memberikan suatu jaminam kepastian penggunaan jasa. Dari 420 RPH milik pemerintah di Indonesia, RPH Terpadu menjadi pioner pertama dan satu satunya saat ini yang telah mendapatkan ISO 9001:2008 tentang Quality Management System for the provision of beef slaughtering service dengan no QEC 28400 pada tanggal 29 Desember 2010. Diharapkan RPH Terpadu dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dengan berorientasi kepada kebutuhan dan kepuasan masyarakat.Limbah yang dihasil dari kegiatan yang dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan merupakan limbah cair yang dapat mengandung bahan organic dengan konsentrasi yang tinggi. Bahan organik dari hasil limbah cair dapat menimbulkan banyak permasalahn pada lingkunagn jika tidak diolah terlebih dahulu sehingga perlu adanya pengelolaan terlebih dahulu terhadap limbah tersebut. pengelolaan limbah cair di Rumah Pemotongan Hewan(RPH) dapat dilakukan dengan instalasi pengelolaan limbah.TujuanTujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses kegiatan pengelolaan limbah di Rumah Pemtongan Hewan (RPH).
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah pemotongan Hewan atau yang dikenal dengan RPH merupakan suatu indsutri jasa yang mempunyai peran penting dalam menjaga kepentingan publik dari sisi kesehatan. RPH adalah kompleks bangunan dengan desain tertentu yang dipergunakan sebagai tempat memotong hewan secara benar bagi konsumsi masyarakat luas serta harus memenuhi persyaratan-persyaratan teknis tertentu. Dengan demikian diharapkan bahwa daging yang diperoleh dapat memenuhi kriteria aman, sehat utuh, halal dan berdaya saing tinggi. RPH Terpadu Kota Bogor berfungsi untuk melakukan pelayanan pemotongan berbagai jenis ternak (seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas) yang dilengkapi dengan kandang-kandang penampungan, pasar hewan, klinik, meat shop dan unit pengolahan ayam ungkep. Selain itu, RPH ini dijadikan sebagai tempat penelitian/studi banding bagi para pelajar, mahasiswa, serta instansi pemerintah dan swasta. Dengan pelayanan yang sangat lengkap, RPH Terpadu Kota Bogor ini dijadikan kawasan agrowisata.Jenis atau Sumber air limbah dari hasil kegiatan produksi di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan limbah organic, berserat dan bervolume besar. Limbah organik yang dihasilkan dari RPH berupa darah, sisa lemak, feses, isi rumen dengan kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang cukup tinggi. Sedangkan dari limbah padat antara lain tulang, rambut, kuku, dan bagian padat yang disaring dari limbah cair. Limbah RPH dapat dikategorikan sebagai limbah industri jika dilihat dari pengaruh limbah produksi ke dalam perairan (Iskandar 2014). Limbah produksi ini juga mirip dengan sampah domestik jika sudah masuk kedalam perairan. Limbah cair RPH berasal dari darah yang dapat menyebabkan meningkatnya nilai COD,BOD dan padatan tersuspensi (sianipar 2006 dalam Iskandar 2014).Cara pengolahan air limbah yang dilakukan setelah kegiatan produksi selesai yaitu dengan pengolahan secara kimiawi dengan menambahkan bahan - bahan kimiawi seperti PAC, kapur untuk pemberat sehingga material-material kecil mengendap, klorin, dan flokulan. Cara lainnya dengan menggunakan pengolahan secara biologis yang tergantung pada aktivitas sekelompok organisme baik yang hidup dalam lingkungan yang dibuat secara buatan seperti dalam saringan antara, tangki septik atau tangki-tangki Imhoff, instalasi pembenahan lumpur atau saringan-saringan kecil/halus (bersusun) (Harahap 2004).Lumpur aktif yang merupakan salah satu pengolahan limbah biologi adalah proses pertumbuhan mikrobatersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yangmengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah secara biologi,karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah(Semadi 1996). Proses penanganan limbah dengan menggukan lumpur sering menjadi pilihan karena kemampuan mikroba untukberadaptasi dengan substrat untuk beradaptasi dengan substrat yang beragam untuk mendegradasinya, biaya operasi juga relative lebih rendah dibandingkan dengan cara pengolahan lainnya (Chian dan Klein 1982). Sistem lumpur aktif memerlukan pasokan oksigen yang banyak (Maeda 1992).
METODE
Waktu dan TempatKegiatan praktikum dilakukan pada tanggal 16 April 2015 pada pukul 09.00 17.00 WIB yang bertempat di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Terpadu Bubulak, Bogor, Jawa Barat.
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Distribusi Frekuensi Panjang-Berat Ikan ... (.......)Pendahuluan tabel(spasi 2)
Tabel 1. Distribusi frekuensi panjang dan berat ikan ..... (....)Selang KelasBatas KelasNilai TengahFrekuensi (ekor)
(cm)(cm)(cm)JantanBetina
(spasi 2)Interpretasi tabel..Pendahuluan gambar(spasi 2)
Gambar 1. Distribusi frekuensi panjang- berat ... (....)
Interpretasi gambar.....
Hubungan Panjang-Berat Ikan Nila (Oreochromis niloticus)pendahuluan gambar
Gambar 2. Hubungan panjang-berat ikan ....( .....) jantan
Interpretasi.......Pendahuluan gambar selanjutnya...
Gambar 3. Hubungan panjang-berat ikan ...... (......) betina
Interpretasi.. juga pola pertumbuhannya (tampilkan t hitung dan t tabel)
Faktor Kondisipendahuluan....
Gambar 4. Nilai faktor kondisi ikan ... (.....) jantan dan betina
Interpretasi...ReproduksiSex RatioPendahuluan tabelTabel 4. Nilai chi-square (x hitung) proporsi jantan betina ikan ....TKGFrekuensichi-square
JantanBetinajantanbetina
1
2
3
4
Interpretasi...
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)pndahuluan gambar
Gambar 5. Persentase nilai TKG ikan ...( ....) betina
Interpretasi dan pendahuluan gambar berikutnya
Gambar 6. Persentase nilai TKG ikan ....( .....) jantan
Interpretasi....
Indeks Kematangan Gonad (IKG)pendahuluan
Gambar 7. Indeks kematangan gonad ikan ....( .....) jantan dan betina
Interpretasi Fekunditas
Gambar 8. Fekunditas ikan....( ....) berdasarkan nilai panjang
Pendahuluan gambar,....
Gambar 9. Fekunditas ikan nila (Oreochromis niloticus) berdasarkan nilai bobot Interpretasi,,,,
Diameter telurpendahuluan...
Gambar 10. Distribusi frekuensi diameter telur ikan ...(Oreochromis niloticus)
interpretasi
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R. 2002. Fisiologi hewan air. Riau: University Riau Press.
Effendie I. 2002. Biologi perikanan. Jakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
*min 5 jurnal, 5 buku, 5 skripsi
NB:Spasi cover:1Spasi antara judul dengan sub judul:3Subjudul satu dengan yang lain: 1,5Tulisan ke tabel atau gambar dan sebaliknya:2