laporan fieldtrip herbarium T4

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bagi dunia ilmu pengetahuan, koleksi herbarium merupakan obyek studi utama yang tak ternilai harganya. Tidak mengherankan bila gedung-gedung untuk menyimpan koleksi itu merupakan bangunan yang megah dengan tokoh-tokoh kenamaan. Sesuai dengan ruang yang tersedia dalam gedung herbarium, koleksi herbarium baik kering maupun basah dipisah-pisah dan ditata di ruang yang tersedia untuk masing-masing takson menurut klasifikasi yang dibuat oleh para ahli dalam lembaga tersebut. Terdapat ruang-ruang khusus untuk Cryptogamae, Phanerogamae, Algae, Fungi, Bryophyta, Pteridophyta, Gymnospermae dan Angiospermae. Selanjutnya, koleksi disusun lagi berdasarkan takson yang lebih rendah dan ditata menurut abjad (Tjitrosoepomo, 1993). Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia.

description

lapran kunjungan ke museum herbarium LIPI cibinong

Transcript of laporan fieldtrip herbarium T4

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangBagi dunia ilmu pengetahuan, koleksi herbarium merupakan obyek studi utama yang tak ternilai harganya. Tidak mengherankan bila gedung-gedung untuk menyimpan koleksi itu merupakan bangunan yang megah dengan tokoh-tokoh kenamaan. Sesuai dengan ruang yang tersedia dalam gedung herbarium, koleksi herbarium baik kering maupun basah dipisah-pisah dan ditata di ruang yang tersedia untuk masing-masing takson menurut klasifikasi yang dibuat oleh para ahli dalam lembaga tersebut. Terdapat ruang-ruang khusus untuk Cryptogamae, Phanerogamae, Algae, Fungi, Bryophyta, Pteridophyta, Gymnospermae dan Angiospermae. Selanjutnya, koleksi disusun lagi berdasarkan takson yang lebih rendah dan ditata menurut abjad (Tjitrosoepomo, 1993). Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia.Spesimen yang tersimpan di gedung ini ada diantaranya sudah berumur ratusan tahun, terbukti pada label tempel tertulis tahun pembuatan 1823 yang berarti specimen tersebut diabuat tahun 1923 dan dilengkapi pula dengan lokasi pengambilan spesimen. Lokasi tempat pengambilan spesimen tersebut kemungkinan sekarang telah beralih fungsi menjadi fungsi lain seperti perkebunan, pemukiman, perkantoran atau bentuk lain.Dalam herbarium-herbarium tertentu, spesimen herbarium yang disimpan dimasukkan dalam map/sampul dengan warna yang berbeda-beda, yang masing-masing menunjukkan wilayah geografis asal spesimen-spesimen tersebut. Dengan demikian berarti untuk masing-masing spesimen yang tersimpan dalam herbarium mengandung informasi mengenai distribusi geografisnya (Tjitrosoepomo, 1993).Koleksi herbarium basah disimpan dalam ruang tersendiri yang terpisah dari ruang untuk herbarium kering. Penataan dalam ruang diatur seperti yang dilakukan terhadap koleksi herbarium kering, yaitu dipisah-pisah menurut takson kategori besar, selanjutnya dalam masing-masing takson kategori di bawahnya disusun menurut abjad (Tjitrosoepomo, 1993).Bila herbarium basah itu merupakan bagian dari suatu spesimen, bagian lainnya diproses sebagai herbarium kering (misalnya bunga, buah, atau organ lain yang terlepas dan dianggap perlu untuk tetap dipertahankan dalam koleksi dalam bentuk herbarium basah), maka nomor dan informasi-informasi yang harus dicantumkan dalam tabel selain yang langsung menyangkut sifat-sifat bahan yang diawetkan secara basah itu sendiri (nama kolektor, data taksonomi, dan lain-lain) harus disesuaikan dengan yang dimuat dalam label pada herbarium kering (Tjitrosoepomo, 1993).

B. TujuanBerdasarkan latar belakang yang ada tersebut maka didapat tujuan dari pelaksanaan Field Trip mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi ini, yaitu sebagai berikut:1.Mengetahui tata cara pembuatan herbarium baik yang kering maupun yang basah. 2.Mengetahui tata cara penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Herbarium Bogoriense.3.Menambah perbendaharaan pengetahuan melalui pengamatan secara langsung baik.

BAB IIHERBARIUMA. Definisi dan fungsiHerbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Ramadhanil, 2003). Herbarium berasal dari kata hortus dan botanicus, artinya kebun botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi (Anonim ). Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama, penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan seluruh habitus. Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan, misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2005). Untuk koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan maupun hewan. Pengawetan dapat dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawet nya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Untuk organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa herbarium (Suyitno, 2004).Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak spesimen herbarium (Aththorick dan Siregar, 2006).Herbarium merupakan suatu bukti autentik perjalanan dunia tumbuh-tumbuhan selain berfungsi sebagai acuan identifikasi untuk mengenal suatu jenis pohon. Istilah Herbarium adalah pengawetan specimen tumbuhan dengan berbagai cara.untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan. Koleksi specimen herbarium biasanya disimpan pada suatu tempat yang diberi perlakuan khusus pula yang dikenal dengan laboratorium herbarium. Para ahli-ahli botani menyimpan koleksi herbarium mereka pada pusat-pusat herbarium di masing-masing Negara. Di Indonesia pusat herbarium terbesar terdapat di Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Puslit Biologi-LIPI berada di wilayah Cibinong Jawa Barat. Laboratorium ini menyimpan lebih dari 2 juta koleksi herbarium yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh Indonesia dan dari berbagai Negara di dunia. (Balai Diklat Kehutanan Makassar, 2011).Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi, untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survey ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan biologi dan berperan dalam mengungkap kajian evolusi. Kebermanfaatan herbarium yang sangat besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen harus dilakukan dengan baik dan benar (Setyawan dkk, 2005).B. Institusi Herbarium InternasionalPada setiap negara memiliki keberagaman spesies tumbuhan sehingga di setiap negara pasti memiliki sebuah intitusi herbarium yang menyimpan spesies yang terdapat pada daerah sendiri, walaupun tidak hanya satu institusi saja dalam satu negara tapi pastinya ada satu institusi herbarium terbesar yang dijadikan sebagai institusi internasional. Institusi-institusi ini nantinya bergabung dalam forum taksonomi internasional dalam sharing keberagaman dan peraturan-peraturan dalam taksonomi. Berhubungan dengan taksonomi karena salah satu fungsi herbarium sebagai bahan rujukan kegiatan taksonomi. Dan berikut merupakan beberapa contoh museum herbarium yang terbesar dan menyimpan banyak sekali koleksi spesies tumbuhan yang dijadikan herbarium, yaitu : Museum Nasional d'Histoire Naturelle (P) (Paris, Prancis) New York Botanical Garden (NY) (Bronx, New York, USA) Komarov Botanical Institute (LE) (St. Petersburg, Rusia) Royal Botanic Gardens (K) (Kew, Inggris, UK) Conservatoire et Jardin botaniques de la Ville de Genve (G) (Jenewa, Swiss) Missouri Botanical Garden (MO) (St. Louis, Missouri, USA) Museum Sejarah Alam (BM) (London, Inggris, UK) Harvard University (HUH) (Cambridge, Massachusetts, USA) Museum of Natural History of Vienna (W) (Wina, Austria) Swedish Museum of Natural History (S) (Stockholm, Swedia) Amerika Serikat National Herbarium (Smithsonian Institution) (AS) (Washington, DC, USA) Nationaal Herbarium Nederland (L) (Leiden, Belanda) Universit Montpellier (MPU) (Montpellier, Prancis) Universit Claude Bernard (LY) (Villeurbanne, Prancis) Herbarium Universitatis Florentinae (FI) (Florence, Italia) National Botanic Garden of Belgium (BR) (Meise, Belgia) Universitas Helsinki (H) (Helsinki, Finlandia) Botanischer Garten und Botanisches Museum Berlin-Dahlem, Zentraleinrichtung der Freien Universitt Berlin (B) (Berlin, Jerman) The Field Museum (F) (Chicago, Illinois, USA) University of Copenhagen (C) (Copenhagen, Denmark) Cina National Herbarium, (Akademi Ilmu Pengetahuan Cina) (PE) (Beijing, Republik Rakyat Cina) Universitas dan Jepson Herbarium (UC / JEPS) (Berkeley, California, USA)\ Herbarium Bogoriense (BO) (Bogor, Jawa Barat, Indonesia) Royal Botanic Garden, Edinburgh (E) (Edinburgh, Skotlandia, Inggris) Herbarium Hamburgense (HBG) (Hamburg, Jerman)Sebagai contoh adalah Missouri Botanical Garden, Missouri Botanical Garden adalah taman botani yang terletak di St. Louis, Missouri. Hal ini juga dikenal sebagai taman Shaw untuk pendiri dan dermawan Henry Shaw. Didirikan pada tahun 1859, Missouri Botanical Garden adalah salah satu lembaga botani tertua di Amerika Serikat dan National Historic Landmark. Serta National Register of Historic Places. Taman nya adalah pusat penelitian botani dan ilmu pendidikan yang bereputasi internasional, serta sebuah oasis di kota St Louis, dengan 79 hektar (32 ha) dari layar hortikultura. Ini termasuk 14-acre (5,7 ha) kebun berjalan-jalan Jepang bernama Seiwa-en, Konservatorium Climatron kubah geodesik, taman anak-anak, termasuk sebuah desa pelopor, taman bermain, daerah air mancur dan sistem penguncian air, agak mirip dengan sistem penguncian di Terusan Panama, kamp Osage dan rumah asli dari tahun 1850 milik Henry Shaw. Hal ini berbatasan dengan Tower Grove Park, tempat lain yang diberikan oleh Shaw.Sedangkan di negara kita sendiri ada Herbarium Bogoriense atau yang dikenal dengan BO (kode Internasional), Herbarium Bogoriense merupakan herbarium yang memiliki koleksi terlengkap dan tertua di Asia Tenggara, atau nomor 3 terbesar di seluruh dunia. Gedung tersebut saat ini berusia sekitar 164 tahun dan memiliki arti penting dalam dunia ilmu pengetahuan, baik dalam maupun luar negeri karena mempresentasikan kekayaan dan keanekaragaman hayati Indonesia baik yang berupa flora, khususnya flora tropika Indonesia. Gedung Herbarium Bogoriense LIPI menempati lahan seluas 4,8 hektar, dengan total luas bangunan 11.331 M2, terdiri dari 4 blok yaitu laboratorium penelitian mikrobiologi, laboratorium penelitian botani, gedung Herbarium Bogoriense dan fasilitas administrasi. Layout serta design dengan standar laboratorium internasional ini didesign oleh pihak jepang, dibantu oleh para peneliti PUSLIP biologi LIPI sebagai pengguna gedung.

C. KoleksiContoh koleksi herbarium dari Missouri Botanical Garden Herbarium yang merupakan salah satu sumber daya penelitian yang luar biasa di dunia untuk spesimen dan informasi di bryophytes dan tanaman vaskular. Koleksi ini terbatas pada dua kelompok utama tanaman. Pada 1 Januari 2013 koleksi yang terdapat 6.370.000 spesimen (5,8 juta tanaman vaskular dan 538.000 bryophytes). Herbarium di MO dibagi antara dua bangunan. Bryophytes, pteridophytes, Gymnosperma, Monocots dan Dicots melalui Fabaceae (keluarga 128) berlokasi di Gedung Lehmann, di ujung selatan dari lapangan Garden, sementara dikotil keluarga dari pandaceae (128A keluarga) melalui Asteraceae (keluarga 280) berada di Monsanto Pusat (4500 Shaw Blvd.). selain itu memiliki koleksi khusus seperti Bank DNA tumbuhan Sebagai bantuan untuk penelitian di filogenetik molekuler Herbarium mempertahankan koleksi bahan khusus ditujukan untuk ekstraksi DNA. Ahli botani di Missouri Botanical Garden mengumpulkan sampel daun, menjaga mereka di gel silika dan menyimpannya di -20 C. Karena sampel secara hati-hati disiapkan dan disimpan, mereka cenderung memberikan hasil yang lebih baik dari kualitas DNA yang lebih tinggi dari bahan herbarium. Sedangkan koleksi Herbarium Bogoriense memiliki Specimen terdiri koleksi kering dan basah (yang disimpan dalam alkohol), karpologi dan fosil. Kurang lebih 14.000 koleksi type specimen yang dimiliki kini sudah 80 persen terdigitalisasi, sedangkan specimen yang lainnya masih dlm proses pengerjaan. Merupakan hal yang tidak mudah dalam merawat asset dunia dengan kondisi Indonesia yg mempunyai kelembaban yang tinggi, sehingga perlu kehati hatian dan pengamatan khusus bulanan untuk chek keadaan koleksi specimen. Dengan semakin berkembangnya ilmu yang semakin pesat maka koleksi specimen di Herbarium Bogoriense juga ditunjang dengan keberadaan laboratorium yang cukup lengkap. Terdapat sekitar 2.000.000 contoh specimen (tumbuhan) yang tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga tumbuhan tropis kawasan yang disebut kawasan Malaysia. Kawasan biogeografi tersebut melingkupi Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Papua Nugini, dan Timor Leste yang terdiri dari herbarium (contoh tanaman atau bagian tanaman) kering, herbarium basah, buah kering, biji-bijian, tanaman paku-pakuan, lumut, serta spesimen bukti penelitian ekologi tumbuhan.

BAB IIIMETODOLOGI( Tahap-Tahap Herbarium di LIPI Cibinong )A. Proses Pembuatan Herbarium Kering

1. Pengambilan SpesimenSaat pengambilan specimen harus memperhatikan beberapa hal yaitu, dalam pengoleksian bagian-bagiannya harus selengkap mungkin. Jika tanaman berukuran kecil maka mengoleksi secara menyeluruh yaitu dari akar, batang, daun, bunga maupun buah. Tetapi jika tanaman berukuran besar maka mengoleksinya hanya daun, bunga maupun buah. Spesimen yang sudah didapat, ditaruh di dalam Koran lalu dimasukkan ke dalam plastic dan diberikan alcohol 70% atau spiritus yang mudah didapat. Diberikan alcohol agar tanaman tidak cepat rusak dan tidak terdapat jamur.2. Pemberian NamaPada tanaman yang sudah diambil, langsung diberikan nama specimen, nama kolektor dan tanggal pengambilan. Kemudian pada buku koleksi dibuat catatan seperti tempat tumbuh, tinggi tempat, keadaan lingkungan, warna, bau, bagian-bagian dalam tumbuhan (besar populasi), dan lain-lain. 3. Mengganti Kertas KoranSetelah specimen tiba di LIPI Cibinong dan masuk ke ruang pengeplakan. Koran diganti pada specimen yang tidak mudah rusak, tetapi pada specimen yang mudah rusak setelah pemberian alkohol kemudian meletakkan ke dalam koran baru untuk menyerap alkohol. 4. Menata Spesimen pada SasakSetelah mengganti kertas Koran, specimen ditata untuk proses selanjutnya yaitu pengeringan. Terdapat urutan menata specimen pada sasak yaitu, sasak, seng gelombang, kertas koran, spesimen, kertas koran, seng gelombang, dan selanjutnya hingga 5 8 tumpukan kemudian mengikatkan dengan menggunakan tali hingga kuat. Hal ini bertujuan untuk mengepress spesimen agar mendapatkan panas yang merata sehingga spesimen tidak mudah rusak. 5. Pengeringan Pengeringan specimen bertujuan agar specimen tersebut tidak membusuk(terdapat jamur) dan tahan lama karena berguna untuk proses identifikasi dan pengoleksian specimen. Ada 2 proses pengeringan yang dilakukan oleh LIPI Cibinong, yang pertama menggunakan oven listrik dan yang kedua menggunakan oven arang, tetapi yang lebih sering digunakan yaitu dengan menggunakan oven listrik. Pengeringan specimen menggunakan oven listrik sampai 2 atau 3 hari. Oven listrik sangat efisien karena dari sudut mana saja specimen mendapatkan panas yang merata. Tetapi jika oven arang setiap hari specimen harus di ubah posisinya supaya specimen mendapatkan panas yang merata.6. Penataan SpesimenPenataan spesimen harus memperhatikan beberapa hal misalnya dalam hal penataan daun dimana dalam penataan daun harus diperlihatkan permukaan atas dan permukaan bawah daun. 7. IdentifikasiIdentifikasi bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri specimen tersebut, dan selanjutnya di klasifikasikan, biasanya terdapat pembanding specimen yang sudah ada. Alat-alat yang digunakan dalam proses identifikasi ini yaitu specimen yang sudah di herbarium kan, buku pedoman identifikasi, pembanding spesimen yang sudah ada.8. MountingMounting ini merupakan proses penempelan specimen pada kertas plak, kertas plak ini tidak sembarang kertas tetapi berstandar umum acid free yang dapat bertahan lama kurang lebih 10 tahun. Dalam proses penempelan, pada batang biasanya melakukan pengikatan dengan cara menjahit, terdapat pula penempelan dengan teknologi terbaru yang diterapkan oleh LIPI Cibinong yaitu dengan menggunakan isolatip khusus yang bisa menempel dengan menggunakan alat pemanas seperti solder. Cara ini memudahkan pada proses mounting, karena isolatip ini tidak menempel pada specimen dan hanya menempel disamping specimen. Isolatip ini lebih efisien dibanding dengan isolatip yang biasanya Karena isolatip ini tahan lama dan tidak merusak specimen. Jika terdapat bagian specimen yang terpisah dari specimennya maka ditaruh diamplop dan ditempelkan di bagian kiri atas pada kertas plak, sekecil apapun yang terlepas dari spesimennya maka harus di simpan dan di ditaruh diamplop.9. Proses PenyimpananProses penyimpanan specimen ini harus sangat diperhatikan, saat ini di LIPI Cibinong menggunakan ruangan yang ber AC dan diatur suhu nya, karena kelembapan ruangan sangat berpengaruh sekali terhadap specimen. Jika specimen tidak cocok dengan kelembapan yang ada, bisa mengakibatkan adanya serangga pada specimen tersebut. Pada proses penyimpanan, specimen harus diadakan pemeriksaan secara rutin dikarenakan kelembaban udara di negara cukup tinggi.10. Penyimpanan pada Herbarium KeringPenyimpanan dilakukan ditempat yang bersuhu 18C dan kelembapan 50 %. Penyimpanan herbarium pada almari besi dipisah-pisahkan antara jamur, alga, lichen, paku, gymnospermae, monokotil dan dikotil setelah itu masih diurutkan lagi berdasarkan alphabet dari famili, genus hingga ke spesies dan lokasi ditemukannya semua diurutkan secara alphabet. Selain yang dapat diurutkan berdasarkan abjad dari nama kelas, genus dan spesies ada juga yang tidak dapat diurutkan berdasarkan abjad karena merupakan spesimen yang undefinied. Untuk herbarium yang berukuran besar penyimpanan diurutkan secara berseri. Penyimpanan herbarium yang demikian ini dilakukan agar memudahkan dalam pencarian datanya. Musuh dari spesimen yang dibuat herbarium di daerah tropis adalah jamur dan serangga oleh karena itu harus memeriksa secara rutin. Di LIPI cabang botani ini, untuk herbarium setiap takson memiliki beberapa teknisi tersendiri dan frekuensi pemeriksaan yang kadang berlainan misal seminggu sekali atau dua kali. Apabila pada saat pemeriksaan didapati herbarium alas kertasnya sudah hampir rusak karena termakan usia maka pertanda harus segera dilakukan remounting (penempelan ulang).

B. Proses Pembuatan pada Herbarium BasahMengawetkan specimen dengan cara herbarium basah ditujukan kepada specimen yang ukurannya besar dan tidak bisa diawetkan dengan cara koleksi kering. Koleksi basah bertujuan untuk mengawetkan specimen yang besar dan bentuknya tetap atau tidak berubah sehingga dapat menunjukkan perawakannya pada saat masih hidup atau belum diawetkan. Hal yang terpenting dalam proses ini untuk herbarium basah adalah spesimen terendam alkohol 70 % atau 90 % agar tidak diserang jamur. Apabila alkohol yang digunakan untuk merendam spesimen yaitu alkohol 70 % atau alkohol 90 % surut dan sudah keruh maka diganti dengan alkohol yang baru. Botol yang digunakan sebagai wadah diisi dengan peratin agar kedap udara. Jika membandingkan dengan herbarium kering maka pembuatan herbarium basah lebih mudah. Namun demikian herbarium basah memiliki kelemahan yaitu warna spesimen akan hilang dan juga harus dilakukannya penggantian alkohol selama beberapa tahun sekali (tergantung sifat spesimen). Terkadang, penutup botol tidak bisa dibuka, maka dari itu warna alcohol yang terdapat di dalam botol berwarna hitam.

BAB IVHERBARIUM BOGORA. Sejarah Singkat dan Profil UmumPusat Penelitian Biologi merupakan salah satu Pusat Penelitian di bawah koordinasi Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), selain Pusat Penelitian Bioteknologi dan Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Pusat Penelitian Biologi membawahi satu Bagian Tata usaha dan empat Bidang yaitu Bidang Botani (Herbarium Bogoriense, Treub dsb.), Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense), Mikrobiologi dan Bidang Sarana dan Pengelolaan Koleksi.Pusat Penelitian Biologi semula dikenal dengan nama Lembaga Biologi Nasional (LBN). LBN yang dibentuk pada tahun 1962, pada awalnya adalah bagian dari Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LPPA) yang berada di bawah naungan Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI). Seiring dengan perubahan waktu dan kondisi di Indonesia, MIPI berubah menjadi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), kemudian pada tahun 1986, Lembaga Biologi Nasional berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, dan sejak tahun 2000 diubah menjadi Pusat Penelitian Biologi.Gedung Herbarium Bogoriense, yang berada di dalam komplek Cibinong Science Center (CSC) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar) diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan luas sekitar 189,6 hektar. CSC LIPI sendiri, merupakan kawasan zona hijau, yang sebelumnya bernama "Life Science Center" LIPI, dan oleh Presiden RI I, Ir Soekarno dicanangkan sebagai kompleks penelitian sejak 1964, yang kini dikembangkan menjadi acuan perkembangan penelitian hayati di Indonesia. "Gedung Herbarium Bogoriense, adalah herbarium terlengkap dan tertua di Asia Tenggara, serta nomor tiga terbesar di seluruh dunia," kata Kepala Bagian Humas LIPI, Murti Martoyo. Selain Herbarium Bogoriense, pada saat bersamaan juga diresmikan Gedung Mikrobiologi. Sebelumnya, gedung Herbarium Bogoriense dan Mikrobiologi yang menyimpan jutaan koleksi contoh tumbuhan dan ribuan mikroba itu, menempati bangunan yang menyatu dengan Puslit Biologi di Jl Ir H Djuanda, Kota Bogor. Pada Gedung yang sekarang berusia 164 tahun itu, koleksinya meliputi herbarium kering, herbarium basah, tumbuhan fosil, hingga tumbuhan berbiji serta mikroba jamur. Sementara itu, dalam keterangan yang disampaikan Kantor Informasi dan Kebudayaan pada Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang di Indonesia, menyebutkan, fasilitas kedua gedung baru itu, yang merupakan fasilitas inti bagi penelitian keanekaragaman hayati di Indonesia terutama botani dan mikrobiologi dibangun dengan bantuan hibah dari Jepang. Pertukaran dan penandatanganan kerjasama itu dilakukan melalui nota pada 26 Juli 2004, dan proyek pembangunan gedung dengan luast lantai 12.330 meter persegi itu rampung pada 27 September 2006. Jumlah speaimen yang disimpan, untuk spesimen kering sebanyak 1.280.000 dan spesimen basah sebanyak 50.000 macam.

B. Program-ProgramProgram utama difokuskan pada konservasi dan pengoleksian spesimen, pengembangan sumber daya manusia dan sistem informasi manajemen. Perubahan dalam berbagai aspek koleksi yang disajikan yaitu taksonomis dari herbarium yang berbeda di seluruh dunia. Program rehabilitasi juga dijalankan di herbarium Bogoriense yang didukung oleh Bank Dunia pada September 2000.

C. Hal-hal yang MenarikDari segi botani, semua herbarium yang ada di LIPI cibinong memiliki nilai ilmiah. Namun ada beberapa hal yang dapat berkesan saat melihatnya, yaitu : Setiap tahapan proses herbarium memiliki ruangan tersendiri Tumbuhan yang beracun tetap di koleksi. Ramtip untuk menempel daun pada herbarium diimpor dari Jepang Memiliki kertas bebas asam yang lebih awet sehingga tidak bisa dimakan serangga dan tidak menguning kertas tersebut sudah diproduksi di Indonesia. Herbarium bogor bekerja sama dengan Negara lainnya Memiliki banyak koleksi herbarium basah dan kering. Namun banyak juga herbarium basah yang cairannya menghitam di karenakan tutup toples herbarium yang tidak bisa dibuka sehingga cairan di dalamnya tidak dapat diganti.

D. Tanya JawabBerikut merupakan hasil tanya jawab pada saat melihat tahapan-tahapan pembuatan serta koleksi herbarium :M = MahasiswaP = Petugas HerbariumM : Untuk masalah ekspedisi itu sendiri, misalnya tumbuhan ini ingin di identifikasi keberadaannya untuk mengecek apakah tumbuhan yang sudah ditemukan masih ada atau tidak di lapangan itu bagaimana ? apakah ada perlakuan seperti itu ?P : Disini ada kelompok peneliti yang bagian penelitianya itu khusus untuk mengamati kehilangan keanekaragaman hayati dan petak permanen. Jadi, Lipi punya petak permanen di Indonesia yang akan diamati setiap tahun biasanya. Namun karena adanya masalah pengguanaan anggaran dan segala macamnya termasuk perjalanan dinas dan lain-lainnya, kalau terlalu sering biasanya jadi biasanya kita membagi, tahun ini misalnya yang di amati petak-petak yang ada di Kalimantan. Jadi di jadwalkan. Sekarang Kalimantan Timur, tahun depan Kalimantan Utara, tahun depannya lagi Kalimantan Selatan. Nanti tiap tahun beda daerah. Nah kegiatan tersebut akan memonitoring apakan jenis tumbuhan tersebut masih ada atau tidak. M : Untuk pembuatan herbarium yang masih pemula kan biasanya memakai cara manual. Nah adakah trik khusus agar saat ingin melakukan tahapan herbarium, tumbuhan tidak berjamur ?P : Biasanya saat pengambilan spesimen di lapangan masalah yang kami dapat yaitu kekurangan alkohol karena pada daerah tertentu alkohol sulit untuk didapatkan jadi terkadang kita mengunakan spirtus. Jadi yang terpenting adalah penyimpanan spesimen saat di ambil, di masukakn ke dalam koran dalam keadaan basah, pastikan benar-benar basah. Kalau kita biasanya saat sudah di bungkus koran lalu di masukkan ke dalam plastik. Kemudian di siram alkohol.M : Untuk pengepresannya itu sendiri, di lakukan berbarengan langsung pakai alat atau sendiri per spesimen ?P : Langsung ditumpuk .M : Apakah tumbuhan yang beracun yang diawetkan ?P : Tetap, kalau di lokasi. Jadi kalau di lapangan itu kelompok ekologi akan membawa focer spesimen, mereka tidak terlalu peduli apakah tanaman itu berbunga atau tidak, mereka tetap mengambil. Beracun atau segala macamnya mereka udah lewat pasti. Karna yang penting adalah tumbuhan itu generatif atau tidak, ada diplot atau tidak. Tumbuhan yang bisa menyebabkan gatal pun tetap kita koleksi.M : Ada yang namanya tipe spesimen, nah untuk tumbuhan yang disini termasuk ke dalam tipe spesimen yang mana ?P : Semua yang disini sebenarnya bukan yang tipe. Kalau yang holotype asli ada di ruangan sebelah dan biasanya agak jarang dimasukkan karena dia menyimpannya lebih dari satu jenis.M : Untuk cara penulisan spesimen sebenarnya untuk sp di garis bawahi atau tidak ?P : Tidak, tidak digaris bawahi dan tidak dimiringkan juga. Hanya genusnya saja kalau sp. Tapi setelah sp harus ada titiknya.M : Untuk klasifikasi, referensinya darimana ?P : Dulu kita menggunakan klasifikasi morfologi, tapi sekarang karna kemajuan teknologi dan segala macemnya berkembang jadi filogenetic. Jadi berdasarkan genetika. Nah untuk tahu jenis atau namanya masih sama atau tidak diadakan kegiatan rutin setiap hari selasa biasanya dengan mengecek ke website plant list. Dari plant list itu akan keluar jenis, kalau seandainya jenis A itu masih menggunakan namanya atau tidak. Karena kan ada beberapa yang sinonim dan ternyata itu publikasi, sudah dipublikasinya lebih dahulu tapi menurut orang karna tampilan morfologinya beda jadi dia di pisahkan dari jenis baru. Tapi ternyata saat di lihat dari genetic dia satu jenis dalam jenis yang sama.M : Apakah lipi sudah mengeluarkan buku untuk cara-cara klasifikasinya atau sudah ada webnya ?P : Sebenarnya lipi sekarang sedang membangun server sendiri, namanya indonesian biodiversity information. Nah sementara di kelola, jadi data-data disini sementara dimasukan dalam database. Kemudian rencananya website itu akan memuat nama jenis, terus nama lokalnya apa, kemungkinan kegunaan, foto spesimen dan segala macemnya. Tapi itu masih dalam proses. Yang sekarang hampir selesai masih di zoologi karna kami kan menyimpan koleksi juga untuk hewan.M : Untuk spesimen basah hanya menggunakan alkohol saja ?P : Iya alkohol saja yang 70% tidak ditambahkan apa-apa lagi.M : Ada tidak tanaman yang diambil lagi jika pada tanaman tersebut rusak atau menghitam cairannya ?P : Kalau tanamannya masih ada, biasanya diambil lagi. Tapi yang biasanya menghitam seperti itu adalah fungi.M : Tapi mengapa bisa menghitam begitu saat disimpan terlalau lama ?P : Walau disimpan dalam reservasi dalam alkohol pun lama-lama akan rusak. Nah, alkohol juga kan melarutkan ini. Dia lama-lama larut, ketika dia larut jadi menghitam seperti ini karna ampas-ampas spesimennya. Makanya harus diganti cairannya.M : Suhu ruangan yang digunakan untuk menyimpan biasanya berapa ya ?P : Suhu standar yang digunakan biasanya 18-20 C. Kalau hari kerja biasanya di save 20C. Tapi ketika hari libur akan diturunkan menjadi 18C, tapi tidak semua AC-nya dinyalakan. Kalau sekarang 20C tapi semua AC-nya menyala. Jadi ya sekitar 19C.M : Mengapa harus di simpan dalam keadaan dingin ?P : Ya karena untuk mencegah berkembangnya jamur atau mikroba lain.M : Kalau di koleksi kering tadi kan ada kegiatan membandingkan dengan spesimen lain. Nah kalau untuk koleksi basah di lakukan juga tidak ?P : Karna sebagian besar spesimen yang datang ke kita adalah spesimen kering, bukan spesimen basah. Jadi tidak ada. Kalaupun datang spesimen basah, paling hasil koleksi dari lapangan sendiri. Nah kalau koleksi basah, mereka akan melakukan reservasi sendiri. Karena sekarang sudah lewat waktunya proses spesimen basah, Jadi sudah bersih.M : Biasanya yang kerja di bagian spesimen basah berapa orang ?P : Setiap ruangan ini punya penanggung jawab, satu orang. Tapi ketika kerja biasanya peneliti yang bersangkutan bekerja sendiri ditemani dengan penanggung jawab ruangan.M : Pergantian alkoholnya dilakukan di ruangan ini atau tidak ?P : Tidak, ada ruangan khususnya.M : Nah, untuk pergantiannya itu di gilir atau ada hari khusus ?P : Tidak bisa sehari selesai, jadi sudah pasti digilir. Jadi ketika si tekhnisinya akan bekerja, dia akan memulai darimana yang akan dia ganti. Karna kan semua ini masuknya tidak bersamaan. Biasanya mereka akan menandai jika sudah diganti. Karna yang kerja orangnya itu-itu saja jadi dia sudah tau mana yang sudah dia kerjakan dan mana yang harus ia kerjakan tahun ini.M : Adakah efek sampingnya jika cairannya tidak diganti ?P : Ada, efeknya akan menghitam karena kotorannya tidak bisa keluar. Sedangkan spesimen ini kan makin lama akan semakin larut. Karena alkohol kan bersifat pelarut ya, jadi lama kelamaan spesimen akan semakin rusak. M : Untuk proses pergantiannya bagaimana ?P : Biasanya mereka punya pinset untuk mengambil spesimen dan tidak dipegang. Karena kalau dipegang spesimennya akan rusak. Alat-alat yang di gunakannya biasanya pinset dengan berbagai ukuran, gunting kecil untuk membuka segel, dan saringan karena mereka harus mengeluarkan sampah dari spesimen.M : Kalau herbarium manual, untuk pengeringannya hanya menggunakan kardus lalu ditekan-tekan atau ditindih saja apakah bisa ?P : Bisa, Cuma kalau kayak gitu kan kalian tidak menyimpan koleksinya dalam keadaan basah kan sebenarnya, kalau dalam keadaan basah akan lama kering dan berpotensi berjamur. Kalau mau keringkan pakai matahari tapi tetap ditindis, jadi ditekan dalam keadaan kering. Kalau tidak ditindis, daunnya akan melengkung, keriput gitu. M : Saat pengovenan, lebih efektif menggunakan oven listrik atau oven arang ?P : Sebenarnya lebih efektif oven listrik. Namaun jika listrik padam kami menggunakan oven arang.M : Ada proses yg namanya remounting yaitu proses pemindahan spesimen dari kertas lama ke kertas baru. Nah, itu untuk nomernya berubah atau tidak ?P : Kalau yang lama itu belum menggunakan nomer BO, sekarang sudah menggunakan nomer registrasi seperti ini. Cara kerjanya pun berbeda, kalau dulu menggunakan lem arabigom, jadi hanya di lem saja dan penempelannya pun dulu di sebelah kiri dan sekarang dipindah ke sebelah kanan. M : Untuk nomer BO ditetapkan sejak kapan ?P : Nomer BO diterapkan pada tahun 1996.

BAB IVPENUTUPDAFTAR PUSTAKAAththorick, T.A, dan Siregar E.S. 2006. Taksonomi Tumbuhan. Departemen Biologi FMIPA USU. Medan.

Moenandir, J. 1996. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. PT.Raja Grafindo Persada Jakarta.

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia : Jakarta.

Setyawan, A. D, Indrowuryatno, Wiryanto, Winanrno, K dan Susilowati, A. 2005. Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Stacey, Robyn and Ashley Hay. 2004. Herbarium. Cambridge University Press: New York

Subrahmanyam, N.S. 2002. Laboratory Manual of Plant Taxonomy. University of Delhi. New Delhi

Suyitno, A.L.2004. Penyiapan Specimen Awetan Objek Biologi. Jurusan Biologi FMIPA UNY. Press Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press Yogyakarta.

Anonim. Koleksi herbarium missouri botanical garden.http://www.missouribotanicalgarden.org/plant-science/plant-science/resources/herbarium.aspx&prev=search. (Diakses pada tanggal 21/05/2015 pukul 21.56 WIB)

Anonim. Balai Diklat Kehutanan Makassar. Herbarium Sebagai Acuan Penanaman Pohon. http://www.badikhut.com. 2011. ( Diakses pada tanggal 14/05/2015 pukul 21.55 WIB )

Anonim. Balai Taman NasionalBaluran. PembuatanHerbariumhttp;//balurannationapar.web.id/Wpcontent/uploads/2011/04/PembuatanHerbariumFloraDiTamanNasionalBaluran04FIX.pdf. 2004. ( Diakses pada tanggal 14/05/2015 pukul 21.34 WIB )Joeni Setijo Rahajoe. Koleksi Herbarium Bogoriense. http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?isiblog&1136661781&&&1036006250&&1348586590&joen001&. 2012 ( Diakses pada tanggal 21/05/2015 pukul 21.34 WIB )

Onrizal. Teknik Pembuatan Herbarium. http://ocw.usu.ac.id. 2005. ( Diakses pada tanggal 14/05/2015 pukul 21.34 WIB )

Ramadhanil. Herbarium Celebense (CEB) dan Peranannya dalam Menunjang PenelitianTaksonomi Tumbuhan di Sulawesi. http://unsjournals.com. 2003. ( Diakses pada tanggal 14/05/2015 pukul 22.00 WIB )

Suryanto. http://www.antaranews.com/berita/63739/presiden-resmikan-herbarium-terbesar-ketiga-dunia. 2007. ( Diakses pada tanggal 19/05/2015 pukul 21.05 WIB )

Yulia A.K. http://biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/mTemplate.php?h=1. 2008. ( Diakses pada tanggal 19/05/2015 pukul 21.40WIB )