Laporan Dpt Fieldtrip Fix

35
BAB III KONDISI WILAYAH UMUM 3.1 Lokasi Fieldtrip Lokasi fieltrip yang diambil terletak lebih kurang 18 km sebelah utara kota Batu tepatnya di Dukuh Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Ketinggian : ±1.500 m (dpl) dengan curah hujan rata-rata : ± 2.500 mm/thn dan bertemperatur rata-rata : 10,22 o C. Tanaman yang dibudidayakan antara lain kentang, wortel, kubis, dan paprika. 3.2 Latar Belakang Petani Bapak Mashudi merupakan salah satu petani di Dukuh Sumber Brantas. Beliau selama merupakan sekretaris Gapoktan Dasmoro 4. Belaiu memiliki lahan sebesar 5 ha, dengan sawah sebesar 0,5 ha, tegal 4 ha, dan pekarangan 0,5 ha. Setiap kali produksi beliau mengeluarkan modal sebesar 60 juta rupiah dan menghasilkan laba bersih sebesar 40 juta rupiah. Beliau selama ini bercocok tanam kentang, kubis, wortel, brokoli, kubis, sawi putih, dan paprika. Beliau merupakan spesialis hidroponik. Komoditas tanaman yang mendominasi lahan Bapak Mashudi adalah kentang. Kentang sendiri merupakan tanaman monokultur. Sedangkan, cabe 9

description

ghghghg

Transcript of Laporan Dpt Fieldtrip Fix

BAB IIIKONDISI WILAYAH UMUM

3.1 Lokasi FieldtripLokasi fieltrip yang diambil terletak lebih kurang 18 km sebelah utara kota Batu tepatnya di Dukuh Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Ketinggian : 1.500 m (dpl) dengan curah hujan rata-rata : 2.500 mm/thn dan bertemperatur rata-rata : 10,22oC. Tanaman yang dibudidayakan antara lain kentang, wortel, kubis, dan paprika. 3.2 Latar Belakang PetaniBapak Mashudi merupakan salah satu petani di Dukuh Sumber Brantas. Beliau selama merupakan sekretaris Gapoktan Dasmoro 4. Belaiu memiliki lahan sebesar 5 ha, dengan sawah sebesar 0,5 ha, tegal 4 ha, dan pekarangan 0,5 ha. Setiap kali produksi beliau mengeluarkan modal sebesar 60 juta rupiah dan menghasilkan laba bersih sebesar 40 juta rupiah. Beliau selama ini bercocok tanam kentang, kubis, wortel, brokoli, kubis, sawi putih, dan paprika. Beliau merupakan spesialis hidroponik. Komoditas tanaman yang mendominasi lahan Bapak Mashudi adalah kentang. Kentang sendiri merupakan tanaman monokultur. Sedangkan, cabe besar, bawang, kubis, dan paprika merupakan tanaman tumpang sari yang ditanaman beliau. 3.3 Sejarah Penggunaan Lahan Lokasi fieldtrip yang luas totalnya adalah 5 ha tersebut awalnya pada sekitar tahun 1800-an merupakan hutan belukar yang belum terjamah oleh manusia, kemudian pada tahun 1990-an dibuatlah lahan persawahan dengan cara membuka hutan. Setelah tahun 1992 baru dibentuklah lahan untuk sistem pertanian, itupun belum sistem organik, masih dengan pengolahan sistem konvensional. Seiring dengan perkembangan zaman dan sumber daya manusia yang semakin maju pada tahun 1992 lahan tersebut menjadi lahan pertanian organik sampai sekarang. lahan pertanian disana memang sudah ditanami dengan komoditas yang mendominasi adalah tanaman sayuran seperti kentang, karena keadaan disana sangat mendukung baik dari jenis tanah, suhu, pengairan dan radiasi matahari. Pada awalnya pelopor pertanian organik yang berasal dari Sumber Brantas ini dianggap gila, karena banyak petani yang masih menggap atau berfikir bahwa bahan kimia lah salah satu pupuk yang menjadikan hasil panen lahan pertanian itu sendiri manjadi baik. Akan tetapi Pak Masuhudi berfikir untuk menjadikan bahan organik sebagai salah satu bahan yang harus dimasukkan kedalam lahan pertanian. Dan ini membuat lahan pertanian yang dikelola oleh Pak Mashudi berkembang dari tahun ke tahun, dan menjadikannya sebagai acuan atau panutan bagi para petani lain yang berada di sekitarnya.

3.4 Penggunaaan LahanPemanfaatan lahan untuk membantu bagi kebutuhan manusia perlu pengolahan yang lebih lanjut. Penggunaan lahan (major kind of line use) sendiri menurut Lutfi Rayes (2007 : 162) adalah penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan atau daerah rekreasi.Pengertian penggunaan lahan dikemukakan oleh Arsyad (1989 : 207), Penggunaan lahan (land use ) dalah setiap bentuk intervensi (campur tangan ) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual.Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan dibedakan dalam garis besar penggunaan berdasar atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat diatas lahan tersebut. Berdasarkan hal ini dapat dikenal macam macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah, kebun, hutan produksi, hutan lindung, an lain lain. Sedangkan enggunaan lahan bukan pertanian dapat dbedakan menjadi lahan permukiman, industri dll.(Susino, 2007)Penggunaan lahan di Dukuh Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, berdasarkan macam macam lahan yaitu ada tegalan dengan luas lahan sebanyak empat hektar, lahan sawah seluas setengah kektar, dan lahan pekarangan seluas setengah hektar.Pola penggunaan lahan dataran tinggi : Untuk pola penggunaan lahan di Dukuh Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu adalah pola pertanian dengan jenis tanaman monokultur ( tegal ) berupa kentang, wortel, sawi putih, dan paprika, untuk persawahan ditanami cabai, bawang, dan sawi putih, 3.4.1 Jenis Penggunaan LahanPenggunaan lahan pada area pertanian yang diamati di di Dukuh Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dibagi menjadi tiga, yaitu area persawahan yang notabene merupakan sistem monokultur seluas 1/2 hektar. Daerah persawahan di Desa ini menggunakan metode tumpangsari, yang mana dalam satu petak terdapat tanaman cabai yang disisipi dengan tanaman baawang, kubis dan/ atau sawi putih. Pada budidaya tanaman cabai ini petani menggunakan mulsa plastik (sintetis),yang sebelumnya petani pernah menggunakan mulsa organik namun sekarang sudah bralih mnggunakan mulsa plastik. Alasan petani menggunakan mulsa plastik adalah lebih efisien dalam biaya, efisien waktu, dan meminimalisir timbulnya gulma. Pada metode tumpangsari ini tidak menggunakan, di area tersebut tidak mengalami berbagai masalah tentang peledakan hama, karena penggunaan sistem pengolahan pertanian yang organik.

Yang kedua merupakan area pekarangan, lahan seluas 1/2 ha, Yang ketiga merupakan area tegal seluas 4 ha, area tegal tersebut menggunakan sistem monokultur, dimana yang di tanami di tegal adalah tanaman kentang. Pada area tegal ini terdapat pola tanam rotasi tanam dan jenis tanamanyang dibudidayakan adalah kentang, worte dan sawi putih. Disekitar lahan digunakan tanaman pagar perbatasan, jenis tanaman yang digunakan adalah rumput gajah dan langan. Fungsi tanama ini yaitu melindungi tanaman budidaya dari serangan hama yang dapat merugikan petani. Untuk bibit yang di gunakan dalam budidaya, petani setmpat memiliki strategi dengan membli karena untuk bibit hibrida dan tidak itu sama saja paparan dari petani.

3.4.2 Sistem BudidayaDataran tinggi merupakaan salah satu wilayah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tertentu. Sehingga pada daerah ini sistem budidaya yang digunakan oleh para petani biasanya dengan penanaman sayuran secara tumpangsari, seperti wortel dengan kubis dan banyak kombinasi tumpangsari lainnya. Tujuan dilakukannya tumpang sari yaitu untuk mendapatkan komoditas yang lebih banyak dan beragam. Karena di dataran tinggi daerah yang lebih sering terjadi hujan maka sistem penanamannya adalah dengan pola tumpang sari.(Efendi, 2013)3.4.3 Tanaman BudidayaPada daerah dataran tinggi tanaman yang sering ditanam adalah jenis hidroponik, sayuran seperti; kubis, wortel, dan kentang. Pada umumnya di daerah dataran tinggi bagus untuk pertanian. Khususnya pada tanaman sayur-sayuran, ubi-ubian, dan tanaman palawija lainnya. (Asraf, 2012)

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hasil4.1.1 Hama yang ditemukan + dokumentasi + perbandingan literaturHama yang ditemukanCiriGejala dan Tanda

1. Kutu Daun(Aphid sp.)

Tubuh pipih Ukuran sangat kecil Tipe mulut penghisap Antena panjangMemilki 3 pasang tungkai(Betha, 2012)

Daun menggulung atau melekuk Daun berwarna kekuningan(Betha, 2012)

2. Ulat tanah (Agrotis Epsilon sp)

Berwarna hitam, berbintik-bintik atau garis-garis sepanjang tubuhnya Tubuhnya lunak dan liat Panjang tubuh 2-5 cm Aktif merusak dan bergerak pada malam hari(Suwandi,2010)

Dedaunan dan tunas mudanya tampak berlubang tak beraturan Ulat-ulat dewasa memangsa pangkal tanaman, terutama tanaman muda Pada musim kemarau daerah serangan meluas dengan cepat(Suwandi,2010)

3. Lalat daun ( Liriomyza huidobrensis)

Berwarna putih Mata berwarna kemerah-merahan Dada dan perut berwarna hitam dan kuning(Setijo,2004)

Timbulnya lubang bekas tusukan pada permukaan atas daun (Setijo,2004)

4. Kumbang tanah (Calosoma sp.)

Memiliki sayap depan yang keras menanduk, sayap belakangnya membraneus dan melipat saat tidak digunakan. Bentuk tubuh bulat, oval, oval memanjang, ramping memanjang, atau pipih. Mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah, tarsi selalu 3-5 ruas.(Pracaya,2005) Pucuk batang atau daun yang belum terbuka dirusak, sehingga pada saat daun membuka, terlihat bekas potongan yang simetris berbentuk segitiga atau seperti huruf V.(Pracaya,2005)

5. Hama Thrips (Thrips sp)

Berukuran sangat kecil dan lembut(1 mm). Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam.(Pracaya,2005) Daun berwarna keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung keatas. Daun mengering.(Pracaya,2005)

6. Ulat Daun (Spodoptera sp)

Tidak berbulu Biasanya berwarna putih(Dewinur, 2012) Ulat menyerang daun hingga habis daunnya. Memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas maupun bawah daun. Pada tingkat serangan yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja. Sehingga daun menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya pertumbuhan tanaman yang diserangnya menjadi terhambat dan menurun.(Dewinur, 2012)

4.1.2 Penyakit yang ditemukan + dokumentasi + perbandingan literaturNo.Penyakit yang ditemukanPerbandingan Literature

Ciri-ciriGejala dan Tanda

1.Hawar pada daun kentang(Phytoptera infestans)

Bercak-bercak coklat kehitaman.(Tjahjadi,2002) Bercak-bercak pada ujung dan tepi daunnya yang dapat meluas kebawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu sampai 4 hari.(Tjahjadi,2002)

4.1.3 Pengaruh Hama dan Penyakit Terhadap Produksi Komoditas Pengaruh hama dan penyakit sangat besar dalam mempengaruhi produksi komoditas kentang yang dibudidayakan. Semakin banyak organisme pengganggu tanaman yang tidak lain adalah hama dan penyakit maka produksi yang dihasilakan daripada komoditas semakin turun.

4.1.4 Musuh Alami yang ditemukan + dokumentasiNo.Musuh alami yang ditemukanPerbandingan Literature

Ciri-ciriPeran

1.

Kumbang kubah spot

Tubuh lebar, oval bulat Antena pendek Tubuh terdiri dari 3-6 ruas Berwarna cerah (Program Nasional PHT, 1991)Sebagai predator kutu daun (Aphid sp) pada tanaman kentang

2.Diadekma

Memakan ulat daun Berwarna hitam Sayap transparan dan tipis Dapat menyerang 50 ekor larva Siklus hidup dari telur-imago 17-21 hari(Program Nasional PHT, 1991) Sebagai musuh alami dan parasitoid

4.2 Pengendalian yang dilakukan oleh petani 4.2.1 Pengendalian terhadap Populasi Hama dan Penyakit4.2.1.1 Pengendalian secara BiologiPengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami sebagai pengendali hama pada lahan budidaya. Musuh alami yang digunakan oleh petani tanaman kentang di Sumber brantas yaitu deadekma yang digunakan untuk mengendalikan ulat tanah yang memakan batang tanaman kentang dan juga kumbang merah merupakan musuh alami dari kutu daun (Aphid sp) yang memakan daun tanaman kentang.

4.2.1.2 Pengendalian secara MekanisPengendalian mekanis dapat dilakukan dengan bantuan alat oleh manusia untuk mengendaliakan hama. Petani kentang dalam hal ini menggunakan lay traps atau jaring untuk menangkap atau menjebak ulat tanah dan alat perangkap yang berwarna biru dan kuning untuk hama yang terbang seperti lalat daun.

4.2.1.3 Pengendalian secara FisikPengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan mengubah atau menggunakan faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat menurunkan dan mengurangi populasi dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman kentang. Pengendalian fisik dapat berupa mengumpulkan larva, memotong bagian tanaman yang terserang hama dan penyakit dan mengosongkan lahan untuk tidak ditanami. Pada hasil kunjungan lapang di daerah sumber brantas para petani menggunakan pembatas yang berada diluar lahan. Pembatas tersebut berasal dari tumbuhan seperti langon dan rumput gajah yang sengaja dibiarkan supaya hama dan penyakit tidak mengganggu pertumbuhan tanaman kentang.

4.2.1.4 Pengendalian secara KimiaPengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia atau senyawa-senyawa kimia, seperti pestisida dan sejenisnya. Petani budidaya kentang di daerah sumber brantas melakukan pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida (mengendaliakan jamur), pestisida (mengendalikan hama dan penyakit), insektisida (mengendalikan serangga) dan herbisida (mengendalikan gulma pengganggu). Jenis dan dosis yang digunakan berbeda-beda disesuaikan dengan luas lahan dan kendala pada saat itu. Untuk penggunaan fungisida pada lahan seluas satu hektar (1 ha) membutuhkan 1000 liter fungisida.

4.2.2 Pengolahan tanah (faktor edafik) + dampakPengolahan tanah yang dilakukan petani sama seperti biasa, seperti pada pertanian konvensional, yaitu dengan menggunakan rotari (mesin) seperti bajak dan alat lainnya. Total lahan yang digunakan petani adalah 5 hektar. Pengolahan tanah yang dilakukan petani dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan bantuan manusia dan rotary (mesin). Tetapi mayoritas petani melakukan pengolahan lahan sendiri karena sangat bermanfaat untuk kesuburan tanah dan juga untuk mengetahui hama yang berada didalam tanah sehingga hama tersebut terlihat oleh sinar matahari dan membuat hama tersebut berpindah ke tempat lain.

4.2.3 Pemanfaatan Musuh Alami + dampakMusuh alami dimanfaatkan atau didayagunakan untuk mengendalikan OPT, terutama hama. Keberadaan musuh alami dilestarikan dengan cara membiarkan rumput-rumput tumbuh di lahan dan petani selalu berhati-hati agar tidak membunuh musuh alami. Musuh alami yang ada di lahan perkebunan di Dusun Jurang Kwali desa Sumber Brantas kecamatan Cangar, Batu antara lain: deadekma dan kumbang merah. Keberadaan musuh alami tersebut dapat membantu petani dalam mengendalikan serangan hama.

4.2.4 Penggunaan Pestisida + dampakPada lahan kentang garapan Pak Mashudi, beliau menggunakan insektisida dan fungisida. Insektisida yang berfungsi untuk mengurangi jumlah lalat daun dan aphid, sedangkan untuk fungisida untuk mengurangi jumlah jamur yang menyerang tanaman kentang. Fungisida akan disemprotkan apabila jumlah jamur yang menyerang sudah di ambang batas ekonomi.Dampak positif dari insektisida :1. Mudah di dapatkan di berbagai tempat2. Zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida3. Kemasan lebih praktis4. Bersifat tahan lama untuk disimpan5. Daya racunnya tinggi ( langsung mematikan bagi seranggaDampak negative dari insektisida : 1) Punahnya Spesies2) Peledakan Hama3) Gangguan Keseimbangan lingkungan4) Kesuburan Tanah Berkurang

Dampak positif dari fungisida :1. membasmi jamur yang menyerang tanaman baik pada akar, batang ataupun daun.2. mengendalikan serangan akar gada pada tanaman3. efektif mengatasi Phytophtora (infestan)4. dapat diformulasikan dalam bentuk butiran yang mudah larut dalam air5. Harganya lebih murah tapi kualitasnya lebih bagusDaftar negative dari fungisida :1. meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air.2. Tidak aman bagi manusia dan hewan piaraan.3. menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman.4.2.5 Penggunaan Variets Tahan + DampakBapak Mashudi untuk pengendalian OPT pada tanaman kentangnya menggunakan bibit kentang yang dibuat sendiri karena saat di lapang kualitas yang menggunakan bibit hibrida dengan yang dibuat sendiri lebih tahan yang membuat sendiri bibit kentangnya.Dampak negatif varietas tahan : 1. Waktu dan biaya pengembangan yang besar2. Keterbatasan sumber ketahanan3. Timbulnya biotipe hama4. Sifat ketahanan yang berlawanan

Dampak positif varietas tahan :1.Penggunaan praktis dan secara ekonomi menguntungkan2. Sasaran pengendalian yang spesifik3. Evektifitas pengendalian bersifat komulatif dan persisten4. Kompatibilitas dengan komponen PHT lainnya5. Dampak negative terhadap lingkungan terbatas

4.3 Pembahasan Pada area lahan pengamatan yang dilakukan di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Cangar, Batu pada tanggal 11 Mei 2013, komoditas yang di budidayakan oleh kelompok tani Bapak Mashudi adalah tanaman kentang. Beliau merupakan anggota kelompok tani Anjasmoro 4 yang menjabat sebagai sekretaris.Untuk pengolahan tanah lahan pertanian tersebut dilakukan sama dengan yang di perlakukan pada dengan tanah konvensional, yaitu dengan menggunakan tenaga manusia dan rotari (mesin). Pengolahan tanah dilakukan dengan membuat bedengan dengan jarak 70 cm antar bedeng dan jarak antar tanaman sekitar.Jenis pupuk yang digunakan oleh Bapak Mashudi adalah pupuk organik dan pupuk sintesis. Pupuk organik yang digunakan oleh Bapak Mashudi yaitu pupuk kandang dari kotoran ayam, kambing, dan sapi. Akan tetapi penggunaan pupuk didominasi dengan kotoran ayam karena banyak terdapat di daerah tersebut dan kotoran kambing tidak lebih dari 30%. Untuk pupuk sintesis atau kimia beliau menggunakan SP 36, ZK, UREA, dan NPK.Dalam budidaya tanaman kentang petani menggunakan mulsa sintesis yaitu mulsa plastik, tujuannya untuk menghalau serangan hama pada tanaman kentang. Penggunaan mulsa organik atau jerami menurut Bapak Mashudi tidak efektif karena biaya yang dikeluarkan lebih mahal daripada menggunakan mulsa sintesis atau plastik. Tidak hanya menggunakan mulsa saja, petani juga menggunakan tanaman pagar untuk menghalau serangan hama yaitu menggunakan rumput gajah dan langon juga sebagai pembatas lahan.Pola penggunaan lahan setempat yaitu dengan sistem monokultur untuk budidaya tanaman kentang. Metode lain yang digunakan di lahan beliau yaitu tumpang sari dimana komoditas yang dibudidayakan seperti cabai besar, bawang merah, kubis, dan sawi. Cabai besar adalah tanaman utamanya karena umurnya yang panjang. Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman dengan menanam kentang wortel kubis, untuk satu hektarnya produksi yang dihasilkan mencapai 15-20 ton kentang.Dari hasil pengamatan, ditemukan Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yaitu antara lain Aphid sp, trips, lalat daun, ulat tanah dan kumbang tanah. Namun dikatakan bahwa OPT tersebut masih dapat dikendalikan, dengan mengoptimalkan peranan musuh alami yang ada, seperti diadekma dan kumbang kubah spot. Keberadaan organisme penggangu tanaman (OPT) dan musuh alami yang ada di lahan dikatakan seimbang karena terjaganya komunitas tanaman dan hewan yang berhubungan dengan lingkungan (baik fisik maupun kimia) pertanian yang diubah oleh manusia dan bersifat berkelanjutan, sehingga tanaman budidaya tumbuh sehat. Selain organisme yang ditemukan tersebut dalam pengamatan dilahan juga ditemukan gulma tanaman budidaya yaitu rumput teki dan semanggiyang jumlahnya sedikit sehingga tidak terlalu berpengaruh pada tumbuh kembang tanaman kentang. Keberadaan gulma tidak terlalu mempengaruhi tanaman kentang asalkan gulam tersebut tidak sampai menutupi tanaman budidaya. Penyebab daun gosong atau terkena hawar daun karena jamur.Untuk pengendalian OPT yang ada (hama dan penyakit), petani melakukan pemantauan pada lahan budidaya setiap hari dan pemberian pestisida dilakukan 3 hari sekali.1. Pengendalian biologis yang dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami misalnya yang di katakan Bapak Suroto memanfaatkan kumbang kubah spot untuk mengendalikan kutu daun (Aphid sp) dan diadekma untuk mengendalikan ulat tanah yang menyerang tanaman budidayanya. Selain itu Bapak Suroto juga memanfaatkan rumput-rumputan seperti rumput gajah dan langon untuk mengendalikan hama dan sebagai pembatas lahan.2. Pengendalian mekanis yang dilakukan dengan pengambilan secara langsung apabila saat pemantaun ditemukan hama tersebut selain itu dengan menggunakan metode lay trap untuk menangkap ulat dan perangkap kuning dan biru untuk menangkap kumbang daun.3. Pengendalian kimia, dikatakan di area lahan kentang yang dibudidayakan oleh kelompok tani daerah setempat dengan penggunaan pestisida kimia atau sintesis. Pestisida yang digunakan meliputi NPK, ZK, UREA, dan SP 36. Pemberian pestisida dilakukan setiap 3 hari sekali.4. Pengendalian kultur, yaitu dengan menggunakan rotasi tanam. Dalam satu kali rotasi masa tanam di tanami kentang wortel - kubis. Penanam tanaman secara bergulir di suatu lahan pertanian tersebut ditanam secara berselang seling untuk memberikan waktu pada tanah mengembalikan kesuburannya. Pada lahan Bapak Mashudi menggunakan varietas yang mereka buat sendiri dari pada varietas yang lain karena kualitas varietas yang dibuat sendiri lebih baik. Pada lahan tersebut juga memanfaatkan sistem tanam tumpang sari untuk mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen. Namun untuk pengendalian hama dengan memperhatikan batas ambang ekonomi. Apabila jumlah OPT melebihi ambang ekonomi, maka petani akan melakukan pengendalian dengan menggunakan pestisida kimia dan pemusnahan dengan herbisida, disabit dan dibakar. Dikatakan oleh Bapak Mashudi hama yang mendominasi biasanya kutu daun dan trips namun populasi tersebut masih bisa antisipasi dengan menggunakan pestisida dan musuh alami. Untuk penggunaan varietas tahan dikatakan tidak menggunakan varietas tahan yang hibrida. Benih yang digunakan merupakan hasil buatan beliau sendiri seperti kentang dan wortel, kualitasnya juga sama dengan benih yang hibrida.

Perbandingan LiteraturBerdasarkan literatur yang diperoleh, pertanian yang menerapkan system pertanian organik yaitu sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menggunakan bahan kimia sintetis adalah cara kedua yang digunakan oleh petani. Pengolahan pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan. Pada pertanian organik harus didasarkan pada aspek-aspek yaitu:

1. Pengelolaan tanaman yang baikPengelolaan tanaman yang baik meliputi:1. Rotasi tanaman (Mengisi unsur hara dalam tanah)2. Pola-pola alami untuk berbagai macam bentuk kebun (Mencegah serangan hama)3. Tanaman campuran, bukan monokultur (Mengurangi jumlah perkembangan hama)4. Tanaman penghambat hama (Memperlambat serangan berbagai macam hama)5. Penanaman berpasangan (Tanaman akan saling membantu satu sama lain)6. Membuat & menggunakan umpan serta perangkap (Menjaga rendahnya jumlah hama)7. Menggunakan binatang untuk mengontrol hama (Metode yang efektif dan efisien untuk mengontrol hama)8. Membuat & menggunakan pestisida alami (Mendukung lingkungan yang lebih sehat)9. Membuat & menggunakan pestisida kimia sebagai alternatif kedua penggunaan pestisida 10. Kontrol biologis (Mekanisme pengontrolan hama alami dalam skala yang lebih luas)

2. Meningkatkan Predator Hama AlamiCara yang alami untuk mengontrol hama yang telah berlangsung selama berabad-abad adalah hubungan yang saling mempengaruhi dalam ekosistem. Hal ini meliputi tersedianya jumlah predator hama untuk mengendalikan hama itu sendiri.Untuk meningkatkan predator hama alami dapat dilakukan dengan:1. Penanaman berpasangan, bermacam bunga dan tanaman herbal di antara tanaman sayuran dan pohon buah-buahan (Menarik diadekma dan kumbang kubah spot)2. Membangun habitat bagi predator hama dengan batang kayu kering, bambu tua atau tumpukan batu (Kadal pemangsa serangga, laba-laba pemangsa kumbang dan katak akan hidup disitu)3. Memberi pembatas lahan ( supaya kumbang kubah spot dapat hidup pada lingkungan tersebut)4. Menanam pepohonan di dekat kebun, pertanian atau kebun buah-buahan (Menarik serangga predator)(Arifin, 2012)

3. BenihPenggunaan benih organik atau benih buatan sendiri yang memiliki kualitas baik dan memiliki kualitas yang sama dengan benih hibrida lainnya.

4. PupukSumber-sumber pupuk organik didapat dari kotoran cacing tanah, sisa tanaman yang membusuk, kompos dari gandum dan beras, pupuk hijau, kotoran ternak, buah-buahan dan sayur-sayuran yang terfermentasi secara utuh.

5. LingkunganTak ada sumber polusi dalam jarak 30 km. Daerah penyangga dibangun di sekitar lahan pertanian organik untuk menghindari polusi lingkungan dan kontaminasi dari pertanian non organik. Kontrol yang mengagumkan atas manusia dan mobil yang keluar masuk area pertanian.

6. Sumber AirAir irigasi harus berasal dari sumber yang tidak terkena polusi dengan pengukuran kualitas air standar yang akan dilakukan tiap hari untuk memastikan air tersebut bebas dari pencemaran serta pH-nya harus sesuai dengan parameter standar.(Anonymous, 2012)

4.4 RekomendasiDari hasil pengamatan langsung dilapangan dengan perbandingan literatur yang di dapat, pengolahan yang diterapkan oleh kelompok tani Anjasmoro 4 Bapak Mashudi secara garis besar sesuai dengan yang ada di literatur. Namun ada beberapa yang berbeda atau kurang dari pengolahan pertanian tersebut, yang pertama untuk penggunaan benih saat penanaman pada lahan tersebut masih digunakan benih yang dibuat sendiri. Dalam hal pergiliran tanaman atau rotasi tanaman sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lahan karena pergiliran tanaman ini bertujuan agar unsur hara dalam tanah terbaharui dan pada saat penanaman hasilnya lebih maksimal.Yang kedua penyediaan habitat bagi predator hama seperti tanaman atau rumput-rumputan pagar dan kondisi lingkungan. Saat pengamatan ditemukan rumput-rumutan serta penanaman pohon di sekitar area budidaya karena dikatakan beliau memanfaatkan peran rumput-rumputan di area lahan tersebut sebagai inang dan habitat untuk musuh alami yang bermanfaat. Yang ketiga pada lahan tersebut tidak ada pola-pola alami untuk berbagai macam bentuk kebun, sebenarnya pola-pola alami tersebut baik untuk mencegah serangan hama. Namun pada lahan tersebut dominan ditanami dengan pola monokultur.Dari beberapa kekurangan ataupun perbedaan cara pengolahan yang dilakukan kelompok tani Bapak Mashudi sudah baik dan perlu di pertahankan agar sistem pertanian tersebut menjadi sistem pertanian yang berkelanjutan dan terus berproduksi tinggi sehingga menguntungkan secara ekonomis dan tidak merusak keseimbangan ekosistem di lingkungan tersebut.

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil fieldtrip di dusun jurang kuali, Desa Sumber Brantas yaitu pengamatan budidaya tanaman kentang, dapat diambil kesimpulan bahwa budidaya kentang di wilayah tersebut cocok digunakan budidaya tanaman tersebut. Hal tersebut didapat dari hasil pengamatan dan nara sumber bahwa hasil panen yang didapat 15-20 ton/hektarnya, gangguan hama disana juga relatif kecil, hanya ditemukan 6 hama yang cara pengendalaiannya digunakan pengendalian hama terpadu yaitu penggunaan musuh alami. Sedangkan penyakit yang ditemukanada satu jenis yaitu hawar daun kentang yang penyebarannya tidak berlebih dan dapat diatasi dengan fungisida. Pengendalian yang digunakan oleh petani kentang tersebut menggunakan pengendalian biologi, kimia, mekanis, dan fisik. Penyakit yang menyerang tanaman kentang adalah hawar daun yang disebabkan oleh jamur. Perlakuan yang diterapkan oleh para petani dalam pengendalian biologi yaitu menggunakan musuh alami seperti kumbang kubah spot dan diadikma. Untuk pengendalian mekanis petani menggunakan bantuan alat yaitu lay trap dan alat perangkap yang berwarna kuning dan biru. Alat lay trap digunakan untuk menangkap ulat tanah dan untuk perangkap perekat digunakan untukl menangkap kumbang. Pengendalian fisik petani menggunakan penggunaan faktor lingkungan yaitu dengan memodifikasi lahan yang digunakan petani dengan memberikan tanaman pagar disekitar tanaman seperti langon dan rumput gajah. Pengendalian kimia menggunakan pestisida, fungisida dan insektisida. Pestisida yang digunakan yaitu NPK, SP 36, Urea dan ZK. Pemupukan yang dilakukan dengan pemberian pupuk kandang seperti ayam, kambing dan sapi, akan tetapi petani lebih mengunakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ayam.Jadi secara keseluruhan pertanian kentang disana sangat baik dan cocok dengan kondisi lahan yan ada didaerah tersebut. Pola penanaman dan cara penanganan yang digunakan juga baik secara umumnya.

5.2 SaranSaran untuk petani kentang sebaiknya menggunakan pestisida alami dan pupuk organik dalam pengendalian hama serta penanganannya. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan dan menjaga kesehatandari hasil produk yang dihasilkan.Saran untuk praktikum, tetap pertahankan laporan dengan menulis tanganuntuk menjaga kedisiplinan dan pengetahuan para mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.L, A. Widodo dan K. Hidayat. (1993) Studi Sistem Aplikasi Pestisida Dalam Usaha Tani Hortikultura dan Upaya Pengendaliannya di Sub DAS Brantas Jawa Timur. Vol. 5 (1) : 1-12. Jurnal Universitas Brawijaya, Malang. Anonymous (1993) Movement of Pesticides in The Enviroment, Extension Toxicology Network, pp. 1-5 . Oregon State University. Anonymous.2012.http://www.melileaindo.co.id/index.php?option=com_content&task= view&id=122&Itemid=119. Diakses tanggal 13 Mei 2013.Arifin, Nuzulul. 2012. nuzulularifin.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html. Diakses tanggal 13 Mei 2013Asraf,Muhammad.2012.IklimDataranTinggi.http://inikampusku.blogspot.com/ 2012/05/iklim-dataran-tinggi.html. diakses pada 15 Mei 2013Betha. 2012. Gejala Serangan pada Tanaman kentang. Jakarta: Bumi AksaraDewinur. 2012. Dasar Hama dan Penyakit Tumbuhan. Unmuh: MalangEfendi.2013.Sistem Budidaya Tanaman Holtikultura di Indonesia.http://dasarh o r tikultura.wordpress.com/5-sistem-budidaya-tanaman-hortikultura-di-ind onesia/. diakses pada 15 Mei 2013Ekha, I. 1991. Dilema Pestisida, Tragedi Revolusi Hijau. Yogyakarta: Kanisius Harun, Y, R.T. M. Sutamihardja, Soeratno Partoatmodjo dan R.E. Soeriaatmadja. (1996) Telaah Residu Pestisida Pada Sayuran yang dijual di Pasar Swalayan dan Pasar Bogor, J.Hort. 6(1) : 71-79, Lembang, Jawa Barat.Pitojo, Setijo. 2004. Benih Kentang. Yogyakarta: KanisiusPracaya. 2005. Hama pada Tanaman. Jakarta: Penebar SwadayaProgram Nasional PHT. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta. KanisiusSuseno.2007.Penggunaan Lahan. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.PEND .GEOGRAFI/196006151988031-JUPRI/LAHAN.pdf. Diakses pada 16 Mei 2013Tjahjadi. 2002. Hama Penyakit dan Tanaman. Yogyakarta: KanisiusWihardjo, Suwandi. 2010. Bertanam Semangka. Yogyakarta: Kanisius

LAMPIRAN

33