LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH Ds. Kekep …LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH Ds. Kekep Disusun...

29
LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH Ds. Kekep Disusun Oleh : KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00) Asisten : Haryati Br Siboro PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Transcript of LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH Ds. Kekep …LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH Ds. Kekep Disusun...

  • LAPORAN FIELDTRIP

    DASAR ILMU TANAH

    Ds. Kekep

    Disusun Oleh :

    KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00)

    Asisten : Haryati Br Siboro

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2012

  • LAPORAN FIELDTRIP

    DASAR ILMU TANAH

    Ds. Kekep

    Disusun Oleh :

    KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00)

    1. Fahma Sariahta Berutu 125040201111125

    2. Virgus Amin Nugroho 125040201111126

    3. Yanti Fitriah N 125040201111127

    4. Selma Meidina 125040201111128

    5. Alif Eka Yunian 125040201111129

    6. Fefira Suci Rahayu 125040201111130

    7. Amul Heksa Bajafitri 125040201111131

    8. Kamaluddin 125040201111132

    9. Abdi Jaya Simanjuntak 125040201111134

    10. Fincha Deasy Nabila 125040201111135

    11. Moh.Ardiansyah 125040201111136

    12. Dewi Anggraini 125040201111137

    13. Epifanias 125040201111138

    14. Ayu Reza Fahmilia 125040201111139

    15. Eka Purnamasari 125040201111140

    16. Vivi Sakti Wiyono 125040201111141

    17. Agustina Rizky Cahyani 125040201111142

    18. Wening Tiara Dewi 125040201111143

    19. Widya Intan Noviyanita 125040201111144

    PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2012

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia yang merupakan Negara Agraris yang dipenuhi dengan bermacam

    sumber daya alam yang melimpah, yang mana para masyarakat memanfaatkan

    sumber daya alam yang ada di alam dengan mengolahnya dengan berbagai macam

    kebutuhan demi kelangsungan hidup mereka. Salah satunya yang dimanfaatkan

    sebagai lahan untuk meningkatkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan

    atau yang sering dikenal dengan Suistanable Agriculture.

    Secara umum, keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh

    lingkungan tumbuh komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan, dan peternakan. Agroekosistem atau faktor biofisik seperti jenis

    tanah dan iklim (intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan suhu) dapat

    menjadi peluang atau masalah dalam pembangunan pertanian, tergantung kepada

    kemampuan petani atau pelaku agribisnis lainnya dalam menggunakan teknologi

    pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam.

    Budidaya pertanian di lahan pegunungan dihadapkan pada faktor pembatas

    biofisik seperti lereng yang relatif curam, kepekaan tanah terhadap longsor dan

    erosi serta curah hujan yang relatif tinggi. Kesalahan dalam pengelolaan dan

    pemanfaatan sumberdaya lahan di daerah pegunungan dapat menimbulkan

    kerusakan atau ancaman biofisik berupa degradasi kesuburan tanah dan

    ketersediaan air yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan

    pegunungan, tetapi juga di dataran rendah. Dari berbagai penjelasan di atas,

    diketahui bahwa tanah sangat berpengaruh terhadap produktifitas tanaman, faktor-

    faktor yang diperhatikan dalam menunjang produktifitas tanaman yang meliputi

    kelerengan, landuse, landcover, fisika tanah, biologi tanah, kimia tanah, pedologi,

    dan lain-lain tersebut menjadi hal yang penting untuk dipelajari.Oleh karena itu,

    diperlukannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor diatas dengan

    diadakannya Fieldtrip di daerah Desa Kekep.

  • 1.2 Tujuan

    Adapun tujuan dari penulisan laporan adalah sebagai berikut :

    1) Agar mahasiswa dapat menjadikan kegiatan dan laporan ini sebagai acuan

    dalam perencanaan dan pelaksanaan budidaya pertanian di lahan pegunungan

    yang diketahui bahwa kondisi fisik di daerah pegunungan sangat berbeda

    dengan dataran rendah.

    2) Agar mahasiswa memahami tentang sifat-sifat tanah yang ada di daerah

    pegunungan dengan melakukan pengamatan di daerah Desa Kekep.

    3) Agar mahasiswa mampu mendeskripsikan keadaan tanah di daerah

    pegunungan yang mempunyai kelerengan mayoritas curam serta agar dapat

    mengatur manajemen tanah untuk meminimalisir terjadinya erosi.

    4) Agar mahasiswa memahami tentang fisika tanah, kimia tanah, biologi

    tanah, serta pedologi yang ada di daerah pegunungan terutama di daerah Desa

    Kekep.

    5) Agar mahasiswa dapat mendeskripsikan dan mengklasifikasikan tanah di

    daerah pengamatan.

  • BAB II

    METODOLOGI

    2.1 Tempat dan Waktu

    2.1.1 Tempat : Dusun Kekep, Desa Tulungrejo

    Kec. Bumiaji, Kota Batu

    2.1.2 Waktu : Sabtu, 16 Desember 2012

    Pukul 06.00-12.00 WIB

    2.2 Alat dan Bahan ( Beserta fungsi )

    Alat dan bahan yang digunakan tiap pos sebagai berikut :

    1. Pos Kimia Tanah

    a. Alat

    pH indikator : untuk mengetahui tingkat

    kemasaman suatu tanah

    Botol bekas tempat rol film : tempat pencampuran sampel

    tanah dengan aquadest

    Kamera : untuk dokumentasi

    b. Bahan

    Sampel tanah : sebagai objek pengamatan

    Tanaman Jagung : sebagai objek pengamatan

    defisiensi hara

    Tanaman Wortel : sebagai objek pengamatan

    defisiensi hara

    Tanaman Kacang-kacangan : sebagai objek pengamataan

    defisiensi hara

    2. Pos Fisika Tanah

    a. Alat

    Klinometer : untuk mengukur sudut kemiringan

    lereng

  • Buku catatan : untuk mencatata hasil pengamatan

    Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan

    b. Bahan

    Lereng : sebagai objek pengamatan

    Sungai : sebagai objek pengamatan

    3. Pos Pedeologi

    a. Alat

    Skop : untuk membuat singkapan tanah

    Pisau lapang : untuk pembeda konsistensi tanah

    antar horizon

    Meteran : untuk mengukur tinggi singkapan

    dan horizon- horizon

    Sabuk Profil : untuk menentukan tinggi horizon

    dan mengukur kedalaman tanah

    Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan

    b. Bahan

    Sepetak tanah : sebagai objek pengamatan

    4. Pos Biologi

    a. Alat

    Cetok : untuk mengali tanah

    Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan

    Frame : untuk membuat plot

    Buku catatan : untuk mencatat hasil pengamatan

    Kamera : dokumentasi

    b. Bahan

    Lokasi pengamatan

  • 2.3 Langkah-langkah Deskripsi Tanah

    1. Pos Kimia Tanah

    a. Pengamatan Tanaman Kekurangan Unsur Hara

    a. Mengukur Kadar Kemasaman Tanah

    Siapkan alat dan bahan

    Mencari tanaman di area lahan pengamatan yang

    mengalami kekurangan hara

    Menentukan jenis unsur hara yang kurang dengan cara

    membandingkan warna daun pada tanaman yang ditemukan

    dengan gambar dari literatur

    Catat hasil pengamatan

    Siapkan alat dan bahan

    Ambil sampel tanah secukupnya letakkan didalan botol dan

    campur dengan aquadest

    Kocok sebayak 20 kali dan diamkan selama 10 menit

    Lalu celupkan kertas lakmus kedalam larutan didalam botol

    dan identifikasikan dengan tabel kemasaman

    Catat hasil pemgamatan

  • 2. Pos Fisika Tanah

    3. Pos Pedologi Tanah

    Siapkan alat dan bahan

    Mengukur sudut lereng objek yang diamati dengan

    klinometer

    Gambarlah kelerengan objek lahan yang diamati

    Amati erosi yang mungkin bisa terjadi di sekitar lahan

    Catat hasil pengamatan

    Siapkan alat dan bahan

    Buat singkapan tanah menggunakan sekop hingga

    kedalaman lebih dari 1 cm

    Menusuk – nusuk singkapan dengan menggunakan pisau

    untuk mencari horizon tanah berdasarkan konsistensi

    Letakkan meteran dan sabuk profil untuk mengukur jarak

    antar horizon tanah

    Batasi tiap horizon tanah dengan menggunakan pisau,

    berdasarkan warna

    tanah

    Ambil sampel tanah di setiap horizon

  • 4. Pos Biologi Tanah

    2.4 Klasifikasi Tanah

    Alfisol:

    Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat

    penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai

    kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari

    permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di

    Siapkan alat dan bahan

    Membuat plot 0,5m x 0,5 m dengan frame aluminium yang

    disediakan

    Hitung jumlah jenis spesies hewan dan tumbuhan yang

    ditemukan di masing – masing plot yang nampak di

    permukaan tanah

    Membuat lubang di maisng - masing plot menggunakan

    cetok, hingga kedalaman 10cm dan hitung spesies

    tumbuhan dan hewan yang ditemukan

    Dokumentasi spesiem tiap plot dan catat hasil pengamatan

    Gambar sketsa penggunaan lahan yang diamati dengan cara

    tampak depan

    Menentukan tekstur, struktur, dan konsistensi lembabnya

    menggunakan feeling methode untuk setiap horizon tanah

    Menambah air pada contoh tanah masing – masing horizon

    untuk menentukan konsistensi basahnya

  • atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem

    klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning,

    Latosol,kadang-kadangjuga Podzolik Merah Kuning.

    Aridisol:

    Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai

    kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-

    kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah

    termasuk Desert Soil.

    Entisol:

    Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat

    muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison

    penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau

    baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau

    Regosol.

    Histosol:

    Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan

    bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%

    (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi

    tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan

    dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

    Inceptisol:

    Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih

    berkembang dari pada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang

    berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum

    berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan

    dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,

    Gleihumus, dll.

  • Mollisol:

    Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih

    dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%,

    kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras

    bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan

    dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk

    tanah,Chernozem,Brunizem,Rendzina,dll.

    Oxisol:

    Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah

    lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas

    tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak

    mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di

    lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan

    dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &

    Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

    Spodosol:

    Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah

    terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,

    dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).

    Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

    Ultisol:

    Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi

    penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada

    kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan

    sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol,

    dan Hidromorf Kelabu.

  • Vertisol:

    Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat

    tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan

    mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.

    Kalau basah mengembang dan lengke

  • BAB III

    KONDISI UMUM WILAYAH

    3.1 Kondisi Biofisik (Land Use, Land Cover dan Tingkat Pengolahan)

    3.1.1 Land Use

    Berdasarkan literatur land use adalah setiap bentuk interfensi

    (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi

    kebutuhan kehidupannya baik materil maupun spiritual.

    (Arsyad,1989:207),selain itu land use juga diartikan sebagai penggolangan

    penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan,pertanian

    beririgrasi, padang rumput, kehutanan, dan daerah rekreasi.

    (Rayes,2007:162)

    Land use atau penggunaan lahan di Dusun Kekep,Malang,Jawa

    Timur yakni sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam

    polikultur. Polikultur adalah sebuah sistem pertanian atau model pertanian

    yang ekonomis, ekologis, berbudaya, mampu diadaptasi dan manusiawi.

    Model pertanian ini disebut juga dengan model pertanian yang

    berkelanjutan. Model pertanian polikultur merupakan koreksi total

    terhadap model pertanian monokultur (Sabirin, 2000). Berdasarkan

    pengamatan fieldtrip yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa dominasi

    tanaman pada lokasi fieldtrip adalah tanaman semusim dan tanaman

    hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Di dalam lahan tersebut

    juga dijumpai sistem tanam pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar

    tanaman wortel.

    3.1.2 Land Cover

    Berdasarkan literatur land cover merupakan penggunaan lahan

    biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan

    aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan

    mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada

    pada lahan tertentu.(Mallingreu dan Rosalia,1981)

  • Land Cover atau penutupan lahan di Dusun Kekep,Malang,Jawa

    Timur di dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa

    rerumputan, tetapi pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman

    tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar lahannya tertutupi oleh

    vegetasi tersebut. Hal itu membuktikan bahwa daerah tersebut

    tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan organik dalam jumlah

    yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan agar tumbuh dengan

    baik.

    3.1.3 Tingkat Pengolahan

    Tingkat pengolahan di lahan Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur

    cukup intensif. Dikarenakan di lahan tersebut yang mendominasi adalah

    tanaman semusim holtikultura sehingga tingkat pengolahanlahannya

    sering. Pada lahan dengan tanaman semusim masa tanamnya singkat,

    hanya beberapa bulan saja kemudian ditanami tanaman yang sama

    kembali. Hal tersebut dilakukan setiap usai panen sebelum masa tanam.

    3.2 Kondisi Fisiografis (Lereng dan Relief)

    Berdasarkan hasil pengamatan kami menggunakan alat klinometer

    (untuk mengukur ketinggian lereng) diperoleh hasil presentasi kemiringan

    sebesar 40% dan derajat kemiringannya 22o.Dari segi derajat kemiringan

    dapat dikatagorikan lereng disana landai karena derajat kemiringannya

    karena berdasarkan literatur yang kami baca kemiringan yang ideal 30o-40

    0

    .(Arronof,1989)

    Berdasarkan pengamatan, telah diketahui bahwa kemiringan di

    lokasi tersebut landai. Dengan kemiringan tersebut masih dapat dipakai

    lahan pertanian karena keadaan lingkuan juga mendukung, namun masih

    susah dijangkau transportasi.

  • BAB IV

    HASIL DAN PENGAMATAN

    4.1 Hasil deskripsi lingkungan ( Fisika tanah)

    Sifat fisik tanah kali ini membahas tentang erosi. Erosi dapat terjadi

    apabila didukung oleh beberapa faktor antara lain tingkat kemiringan tanah,

    tekstur tanah, jenis vegetasi, kandungan air serta angin. Namun penyebab utama

    terjadinya erosi apabila adanya keaktifan angin dan air. Erosi oleh air yang jatuh

    dan mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel tanah

    yang hilang merata di permukaan tanah. Sedangkan Angin merupakan agen

    penyebab erosi di padang pasir dan lahan kering. Angin memiliki kemampuan

    mengikis batu, tanah, dll dan memindahkannya ke zona yang berbeda. Dilihat dari

    bentuk-bentuknya, erosi dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain, erosi

    percikan, erosi alur, erosi selokan, dan longsor(Anonymousa). Dari hasil

    pengamatan fisik tanah di lahan pertanian Desa Kekep, Kota batu diketahui

    persentasi dan derajat kemiringan tanah dengan menggunakan klinometer sebesar

    40% dan 22o. Kemiringan ini memungkinkan dapat terjadi erosi karena keadaan

    tanah yang gembur serta jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman semusim

    yaitu berupa tanaman sayur-sayuran,kacang-kacangan, serta jagung. Tanaman

    tersebut tidak kuat untuk menahan pergerakan tanah apalagi sedang terjadi musim

    hujan yang dapat menyebabkan hancurnya agregat tanah karena pukulan air hujan

    dan kikisan air limpasan permukaan.Dan dari pengamatan pada kegiatan fieldtrip

    yang telah dilakukan, jelas terlihat bahwa telah terjadi erosi alur, erosi percikan

    serta longsor disekitar lahan pertanian itu, namun tidak terlalu besar dan tidak

    terlalu berdampak bagi lahan tersebut.Tidak semua lahan sekitar yang berpotensi

    terjadinya erosi karena masih terlihat ada yang berpotensi sebagai hutan yang

    dapat menahan terjadinya erosi.

  • 4.2 Hasil pengamatan biodiversitas tanah (biologi tanah)

    Tabel 1. Pengamatan Vegetasi

    No Jenis Vegetasi

    Jumlah

    Frame 1 Frame 2

    1 Semanggi Banyak Sedikit

    2 Wortel Banyak Sedikit

    3 Rumput-rumputan 2 1

    4 Krokot 8 3

    Tabel 2. Pengamatan Seresah

    No Jenis Seresah

    Jumlah

    Frame 1 Frame 2

    1 Seresah Batang Banyak Sedikit

    2 Seresah Daun Banyak Sedikit

    3 Seresah Akar Banyak Sedikit

    Tabel 3. Makroorganisme

    No Jenis Makroorganisme

    Jumlah

    Frame 1 Frame 2

    1 Cacing Banyak Sedikit

    2 Semut Sedikit Sedikit

  • 3 Ulat Sedikit Sedikit

    Tabel 4. Pengamatan Kascing

    No

    Jumlah Kascing

    Frame 1 Frame 2

    1 Banyak Sedikit

    Banyaknya jenis organisme dalam plot tersebut menunjukkan bahwa

    biodiversitas pada lahan tersebut sangat baik dan terjaga,dan menunjukkan bahwa

    adanya sumber makanan bagi organisme.Hal ini menunjukkan tanah tersebut

    subur.Dan Vegetasi yang ada sangat mempengaruhi cadangan karbon dalam

    tanah.

    Bahan Organik adalah sisa makhluk hidup baik tanaman maupun hewan

    yang tertimbun dalam tanah. Sedangkan,bahan organik tanah adalah bahan

    organik yang telah mengalami pelapukan oleh mikroorganisme. Dan seresah

    adalah bagian tanaman yang telah mati dan menutupi tanah.

    Dampak penggunaan dari lahan yang diamati tersebut adalah jika tidak

    seimbang akan mengganggu keseimbangan ekosistemnya. Dan jika lahan tersebut

    hanya ditanami tanaman budidaya maka kemungkinan erosi dalam lahan tersebut

    sangat besar.Oleh karena itu diperlukan tanaman-tanaman lain yang dapat

    menyeimbangkan semua elemen dari ekosistem tersebut.

    4.3 Hasil pengamatan tingkat kesuburan tanah (kimia tanah)

    Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah di lokasi fieldtrip dilakukan

    pengamatan pH dan Unsur hara tanah. Untuk pengukuran pH kami lakukan

    dengan cara mengambil sampel tanah daerah tersebut dan mencampurkannya

    dengan aquades, kemudian mengukur pH tanah dengan kertas lakmus. Untuk

    pengamatan Unsur hara kami lakukan dengan cara mengambil salah satu sampel

  • tanaman dari setiap jenis yang ada, yakni dengan mengambil tanaman yang

    menunjukkan gejala dan tanda kekurangan dan kelebihan unsure hara.

    Dari hasil pengukuran kami, pH tanahnya masih netral yaitu 7,0. Kita

    tidak perlu menambahkan kapur untuk menetralkan tanah tersebut. Sehingga bisa

    kami simpulkan bahwa tanah tersebut termasuk subur karena tanaman yang di

    tanam di lahan tersebut tumbuh dengan normal.

    Dari aspek unsur hara kami menyajikan hasil pengamatan kami dalam

    bentuk tabel (Tabel 5).

    Tabel 5. Hasil pengamatan tanaman yang terkena penyakit.

    No. Nama tanaman Gejala yang ditimbulkan Kelebihan/kekurangan

    Unsur

    1. Jagung Menguning pada daun Kekurangan unsur N

    2. Jagung Warna hijau tua, layu Kekurangan unsur P

    3. Jagung Berwarna putih/albino Kekurangan unsur

    4. Wortel Menguning, kerdil Kekurangan unsur N

    5. Wortel Daunnya berwarna hijau

    keungu-unguan.

    Kekurangan unsur P

    6. Sayur buncis Menguning Kekurangan unsur K

    7. Jagung Hijau tua Kelebihan unsur K

    8. Wortel Daun muda menguning Kelebihan unsur P

    9. Jagung Hijau tua Kelebihan unsur N

    Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setiap jenis tanaman

    akan menunjukkan gejala tampak apabila kekurangan dan kelebihan unsur hara,

    contohnya daun yanga menguning pada jagung karena kekurangan unsur N, daun

    wortel berwarna hijau keunguan karena kekurangan unsur P, serta sayur buncis

    yang menguning akibat kekurangan unsur K.

  • 4.4 Hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah atau pedologi

    Dari hasil pengamatan yang dilakukan di dusun Kekep, di dapatkan data

    pedologi sebagai berikut.

    Tabel 6.Hasil Klasifikasi Profil Tanah

    Horizon 1 Horizon 2 Horizon 3

    Kedalaman 0 – 21 21 – 63 >63

    Warna Coklat gelap Coklat Merah bata

    Tekstur Liat berdebu Liat berdebu Liat Berdebu

    Struktur Remah Gumpal

    membulat

    Gumpal membulat

    Konsistensi Basah: Agak Lekat

    Lembab: Gembur

    Basah: Agak

    Lekat

    Lembab: Gembur

    Basah: Lekat

    Lembab:Gembur

    Ordo Inseptisol Inseptisol Inseptisol

    Sub Ordo Udepts Udepts Udepts

    Kategori Lapisan

  • BAB V

    PEMBAHASAN

    5.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Tanah

    Penggunaan lahan mempunyai pengaruh besar terhadap sifat fisik tanah.

    Adanya seresah dan Bahan Organik menunjukkan adanya aktivitas biologi di

    tanah. Semakin beragam dan rapatnya suatu vegetasi, semakin banyak terdapat

    organisme baik makro maupun mikro yang ada di permukaan atau dalam

    tanah.Hal ini dikarenakan semakin tersedianya bahan makanan bagi organisme,

    sehingga banyak seresah dan sisa-sisa makhluk hidup yang terdekomposisi.

    Aktivitas biologi tanah akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur tanah,

    struktur tanah,dan sebagainya.

    Jika ada penggunaan lahan yang sekiranya tidak berhubungan dengan

    pertanian atau penghijauan, akan mengurangi bahkan bisa merusak keseimbangan

    antara kondisi biofisik tanah. Karena antara sifat biologi dan sifat fisika tanah

    saling mempengaruhi. Contohnya Alih fungsi hutan ke pertanian, banyaknya

    pohon yang ditebang sebagai penyangga dan serapan air hujan dan diganti dengan

    lahan pertanian akan menyebabkan erosi, longsor, dan degredasi tanah.

    Perkembangan tanah yang ada di Desa Kekep, Kota Batu terjadi perubahan

    pada fungsi dari penggunaan dan pengolahan lahan. Meskipun tidak terjadi secara

    serentak, alih guna lahan disana adalah lereng yang dibuat lahan pertanian. Lahan

    tersebut ditanami jagung dan tanaman holtikultural yaitu wortel, kacang-kacangan

    dan brokoli. Perubahan fungsi tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi

    sifat fisik tanah. Dalam hal ini yang perlu diamati dalam pengaruh perubahan sifat

    fisik tersebut adalah perubahan mendasar dari struktur, tekstur, porositas, dan

    konsistensi tanah.

    Dari segi tekstur misalnya, perubahan yang terlihat adalah perubahan dari

    tekstur yang cenderung lempung liat berpasir menjadi liat berpasir. Hal ini

    disebabkan karena bahan organik alami yang ada dalam tanah tersebut lama

    kelamaan akan menghilang karena diserap oleh tanaman-tanaman semusim

  • maupun sayuran. Hal tersebut juga akan berpengaruh nantinya pada struktur. Ini

    didasarkan pada fungsi bahan organik itu sendiri sebagai pengikat partikel-partikel

    tanah.

    Pada penggunaan lahan tersebut partikel, porositas maupun konsistensinya

    juga tidak stabil. Porositas dan konsistensi tanah yang terjaga ketika keadaan

    tanah yang masih hutan alami berangsur-angsur berkurang kestabilan partikel,

    porositas atau konsistensinya. Semua itu bisa disebabkan oleh tidak adanya akar

    penopang pada pohon besar dan bahan organik tanah yang sedikit demi sedikit

    menghilang tanpa adanya pengembalian bahan organik dalam tanah. Jika hal

    tersebut dibiarkan, pengikisan tanah tidak bisa dihindari dan dapat menimbulkan

    tanah longsor.

    Berdasarkan literatur, perubahan penggunaan lahan selain menambah

    proporsi luas lahan terbangun, juga mengubah tutupan lahan atau vegetasi pada

    lahan terbuka yaitu dari lahan sawah/tegalan menjadi rumput/ pekarangan.

    Perubahan tutupan lahan ini mengakibatkan perubahan sifat biofisik tanah, karena

    setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda (Winanti, 1996).

    Hasil penelitian Widianto et al. (2004) menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan

    menjadi kopi monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan sifat tanah

    permukaan berupa penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori. Alih guna

    lahan tersebut juga mengakibatkan penurunan makroporositas tanah (Suprayogo

    et al., 2004) dan menurunkan ketebalan seresah dan jumlah pori makro tanah

    (Hairiah et al., 2004). Terkait dengan perubahan sifat biofisik tanah tersebut,

    Liedloff (2003) menyatakan bahwa perubahan tutupan lahan mempengaruhi

    keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah makroinvertebrata di dalam

    tanah.

    5.2 Hubungan kondisi biofisik dan fisiografis terhadap tingkat biodiversitas tanah

    Kondisi biofisik dalam anonymousb (2005) dikemukakan bahwa biofisika

    adalah studi interdisipliner tentang fenomena dan problem-problem biologis

    dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik fisika. Biofisika

    bergantung pada teknik-teknik yang berasal dari ilmu fisika tetapi difokuskan

  • pada problem-problem biologis.Mengacu pada definisi yang telah dikemukakan

    mengenai biofisika, maka dalam konteks seorang pekerja yang melakukan

    aktivitas di alam terbuka, maka biofisika dapat dipandang sebagai studi tentang

    fenomena biologis pada seorang pekerja yang berinteraksi dengan lingkungan

    fisik setempat ketika sedang melakukan aktivitas kerja dengan menggunakan

    prinsip, konsep, dan metode fisika. Dalam hal ini Campbell (1977) menyebut

    kajian fisika dalam konteks ini sebagai biofisika lingkungan.

    Kondisi fisiografis adalah ilmu yg mempelajari tentang proses atau patern

    bentukan keadaan alam sekitar mulai dari keadaan tanah, atmosfer biosfer akibat

    kegiatan kegiatan di atas bumi yg menyebabkan perubahan lingkungan sekitar,

    baik itu karena alami maupun kegiatan manusia yg berkontribusi dalam perubahan

    lingkungan

    Pengertian Biodiversitas bahwa biodiversitas memiliki fungsi secara

    biofisik dan secara ekologi adalah yang dapat memberikan dukungan terhadap

    kehidupan dan kesejahteraan manusia. Diketahui bahwa biodiversitas dalam

    ekosistem lahan pertanian memberikan peran yang sangat penting dalam proses-

    proses ekologi seperti pengendalian hama, penyerbukan, penetu kesuburan tanah,

    penyedia sumber daya air serta meningkatkan kendungan nutrien dalam tanah,

    (Alvarez et al : 2005). Dan beberapa referensi lainya yang menyebutkan

    pengertian daribiodiversitas sebagai berikut:Pengertian Sumber Daya Alam

    Hayati (Biodiversitas).Pengertian Biodiversitas (dari Society of American

    Foresters): Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies,

    komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana

    mereka berada. Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai

    diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi.

    Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan,

    binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi

    menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan

    ekosistem. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke

    regional dan global. Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas

  • komposisional, struktural dan fungsi. Biodiversitas komposisional mencakup apa

    yang dikenal dengan diversitas spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem.

    Berdasarkan hasil pengamatan kondisi biofisik pada Dusun

    Kekep,Malang,Jawa Timur adalah sebagai daerah lahan produksi dengan sistem

    tanam polikultur, dominasi tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur-

    sayuran dan buah-buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam

    pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.Penutupan di

    dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi

    pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat.

    Sebagian besar lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut. Hal itu membuktikan

    bahwa daerah tersebut tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan

    organik dalam jumlah yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh

    tumbuhan.Kondisi fisiografis pada Dusun Kekep mempunyai presentasi kemiring

    40% dan derajat kemiringan 220. Sehingga dapat dikatagorikan lereng disana

    landai. Dengan kemiringan tersebut masih dapat digunakan sebagai lahan

    pertanian .

    Dengan kondisi biofisik dan kondisi fisiografis yang seperti itu maka

    diversitas pada daerah itu tinggi. semakin tingginya biodiversitas pada daerah

    tersebut maka tanaman akan semakin tumbuh dengan subur.Sedangkan kualitas

    tanahnya juga baik.

    5.3 Hubungan pengolahan dan penggunaan lahan terhadap terhadap tingkat

    kesuburan tanah

    Pengaruh penggunaan dan pengelolaan lahan dalam pengamatan yang

    kelompok kami lakukan dapat dikatakan berpengaruh besar. Hal ini selain

    berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan biodiversitas tanah itu sendiri, juga

    berpengaruh terhadap kesuburan tanah.

    Pada fieldtrip yang di lakukan di desa Kekep, kota Batu lahan pertanian

    ditanami dengan tanaman semusim. Tanaman semusim yang banyak ditanam

    adalah jagung dan tanaman sayur-sayuran yang meliputi wortel dan brokoli.

  • Berdasarkan literatarur (Suprapto HS,1991) Tanah yang dikehendaki

    adalah gembur kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang

    baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung

    berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih

    dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama

    pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.

    sedangkan untuk pengolahannya sendiri yaitu seperti berikut melakukan

    pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, membenamkan

    gulma dan sisa tanaman,kemudian garulah tanah sampai rata. Biarkan tanah

    kering angin selama 7-14 hari. dan melakukan pengolahan tanah paling sedikit 1

    minggu sebelum tanam.

    Sedangkan untuk tanaman wortel menurut literature (Ir. Bambang

    cahyono) untuk pengolahan tanahnya ada tiga tahap yaitu untuk tahap pertama

    adalah pembajakan tanah dengan menggunakan teraktor singkal atau alat bajak

    yang ditarik hewan, sedalam 30cm-50cm. Pengolahan tahap kedua adalah

    penggemburan gumpalan-gumpalan tanah hasil pembajakan, dengan cara

    menyangkul tanah tipis-tipis samapai diperoleh struktur tanah yang remah

    (gembur). Pengolahan tahap ketiga adalah penggemburan tanah kembali, dengan

    cara mencangkul tanah tipis-tipis sedalam 30cm-40cm, serta membentuk

    bedengan-bedengan dan parit

    Sedangkan untuk tanaman brokoli berdasarkan literatur (annehera,2012)

    untuk pengolahan tanahnya yaitu tanah diolah dan diberi pupuk organik dan

    buatlah bedeng-bedeng untuk mengatasi masalah air yang berlebih saat hujan.

    Berdasarsakan literatur di atas bahwa untuk tanaman semusim itu tanah

    yang cocok adalah tanah yang gembur. Hal itu sesuai dengan tanah pertanian yang

    ada pada di desa kekep yaitu tanahnya gembur, sehingga tanaman tersebut bisa

    tumbuh dan berkembang dengan baik. namun ada beberapa tanaman yang

    kekuningan karena kekurangan unsur hara nitrogen. Namun untuk pengolahan

    lahan yang dilakukan petani di sana kami kurang mengetahuinya. Sedangkan

    berdasarkan literatur(Anonymousc) tanah yang subur memiliki ciri berikut

    Mengandung humus/bunga tanah (terbuat dari bahan organik yang hancur dan

  • terurai, kompos, mulsa, kotoran hewan dll). Mengandung sejumlah besar biota-

    biota tanah bermanfaat (mikrofauna, mikroflora, makrofauna, dll).Mengandung

    campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang (tanah liat mengikat mineral

    sedangkan pasir memungkinkan drainase). Bertekstur lempung, mempunyai

    porositas dan daya mengisap air yang baik.Mempunyai tingkat pH yang

    netral..Berbagai tanaman bisa tumbuh di atasnya. Hal itu sesuai dengan keadaan

    tanah disana, namun tanah tersebut sudah mengalami penurunan kesuburan. Hal

    ini terbukti dari penyerapan unsur hara oleh tanaman karena ada tanaman yang

    kelebihan dan kekurangan unsur hara. Dan terjadinya erosi tanah, yaitu erosi

    percikan, alur dan longsor. Hal itu terjadi karena sistem pertaniaannya tidak

    menggunakan sistem agroforesty.

    5.4 Analisa data hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah

    Pada lahan di Desa Kekep memiliki ordo inceptisol, yaitu tanah yang

    pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-

    mineral dengan struktur kristal yang cukup rapi. Tanah ini umumnya dijumpai di

    daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat

    curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada

    hubungannya dengan material vulkanik.

    Melalui pengamatan yang telah dilakukan, tanah pada pos pedologi di

    daerah ini menampung cukup air untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, daerah

    dataran tinggi yang mempunyai curah hujan yang cukup ini mempunyai

    kemampuan untuk menyimpan air yang cukup baik. Inceptisol mempunyai

    karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari

    setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim

    kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain

    karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa

    mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah

    tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol

    sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir

    di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika.

    (Darmawijaya, 1990)

  • Dengan hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa tanah yang didapatkan di

    lapang pada horizon 1 memiliki kedalaman tanah antara 0 – 21 cm dan memiliki

    warna coklat gelap, bertekstur liat berdebu, struktur tanah remah, konsistensi

    basah agak lekat, konsistensi lembab gembur dengan memilki ordo inseptisol dan

    sub ordo udepts

    Pada horizon 2 kedalaman tanah antara 21 – 63 cm dan memiliki warnah

    tanah coklat, bertekstur liat berdebu, srtuktur tanah gumpal membulat, konsistensi

    basah agak lekat, konsistensi lembab gembur dengan memilki odo inseptisol dan

    sub ordo udepts

    Dan dihorizon 3 kedalaman tanah memiliki kedalaman > 63cm dan warna

    tanah merah bata. Bertekstur liat berdebu, struktur tanah gumpal membulat,

    konsistensi basah yaitu agak lekat, konsistensi lembab yaitu gembur dengan

    memilki ordo inseptisol dan sub ordo udepts

    5.5 Pengaruh sifat fisik kimia dan bio serta morfologi tanah terhadap bahaya erosi

    dan longsor

    Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Desa Kekep, sifat

    fisik, kimia, biologi serta morfologinya tanahnya, lokasi tersebut berpengaruh

    terhadap terjadinya erosi. Erosi yang banyak terjadi disana ialah erosi percikan,

    yaitu erosi yang berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan

    oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi

    percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada

    partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat

    diamati pada waktu musim hujan. Selain erosi percikan, yang sering terjadi ialah

    erosi alur yaitu erosi dengan pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan

    partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-

    saluran air. Erosi alur terjadi ketika air larian masuk ke dalam cekungan

    permukaan tanah, kecepatan air larian meningkat dan akhirnya terjadilah

    transportasi sedimen.

    Sifat fisik yang terdapat di lokasi tersebut yaitu tanah yang bertekstur liat

    berpasir, bertekstur granular, dengan konsistensi yang gembur dan agak lekat.

  • Seperti yang terdapat dalam literatur dari (Sutanto, 2005) yang menyatakan bahwa

    tanah yang berkonsistensi agak lekat ialah tanah yang mempunyai tekanan yang

    setelah dilepaskan sebagian tanah masih melekat pada ibu jari dan telunjuk, tetapi

    salah satu jari tampak lebih bersih. Dengan keadaan tanah seperti itu, dapat

    memungkinkan terjadinya erosi.

    Sifat kima tanah pada lokasi tersebut terdapat banyak unsur hara dalam

    jumlah yang cukup banyak karena jumlah vegetasi yang banyak juga. Semakin

    banyak vegetasi juga akan semakin banyak unsur hara. Jadi keduanya saling

    berhubungan. Jika unsur hara yang ada pada lahan tersebut banyak maka akan

    mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur serta porositas yang juga

    akan berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Sedangkan pH tanah yang telah

    dimati di lokasi tersebut ialah netral.

    Pengaruh sifat biologi maksudnya adalah pengaruh ketersediaan biota

    terhadap terjadinya erosi/longsor. Biota yang dimaksud disini dapat berupa

    mikroorganisme dan makroorganisme. Makroorganisme contohnya adalah

    vegetasi pohon-pohonan, dimana adanya pohon yang hidup dipermukaan tanah

    dengan sistem perakaran yang menancap ke dalam tanah dapat membantu

    mengikat/mempertahankan partikel tanah sehingga walaupun sering terjadi hujan

    partikel tanah tidak akan mudah terbawa air. Pada lokasi tersebut jenis vegetasi

    sangat beragam, baik pohon besar maupun tanaman budidaya. Sehingga erosi

    yang terjadi termasuk erosi ringan.

    Seperti pada literatur dari (Cahyono,2008) yang menyatakan bahwa sifat

    biologi tanah dapat membantu proses nitrifikasi, menekan pertumbuhan patogen,

    menyuburkan tanah dan dapat membantu aerasi tanah (peredaran udara dalam

    tanah).

  • BAB VI

    KESIMPULAN

    Tanah didpermukaan bumi diklasifikasikan menjadi Alfisol, Ardisol,

    Andisol, Histosol, Inseptisol, Spodosol, Ultisol, Oxisol, dan Vertisol. Tekstur

    tanah di desa Kekep merupakan tekstur tanah yang gembur sehingga sesuai untuk

    penanaman jagung, wortel, buncis. Dari hasil pengamatan fisik tanah di lahan

    pertanian Desa Kekep, Kota batu diketahui persentasi dan derajat kemiringan

    tanah dengan menggunakan klinometer sebesar 40% dan 22o. Kemiringan ini

    memungkinkan dapat terjadi erosi karena keadaan tanah yang gembur. Jenis

    tanaman yang ditanam juga tidak kuat untuk menahan pergerakan tanah apalagi

    sedang terjadi musim hujan.

    Berdasarkan hasil pengamatan kondisi biofisik pada Dusun Kekep,

    Malang adalah sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam polikultur,

    dominasi tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-

    buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam pagar dengan

    tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.Penutupan di dominasi oleh

    semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa

    lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar

    lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Luthfi, Rayes.2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : Andi.

    Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.

    Arronof, S. 1989.Geographic Information System : A Management Pers-

    pective. WDL Publication Ottawa, Canada.

    Campbell, G. S. 1977. An Introduction to Environmental Biophysics. New York:

    Springers- Verlag. Cahyono, Bambang.2008.Usaha Tani dan Penanganan

    Pasca Panen.Yogyakarta:Kanisius.

    Sutanto, Rachman.2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta:Kanisius.

    Ir.Bambang cahyono. Wortel,teknik dan budidaya dan analisis usaha

    tani.kansinius.yogyakarta.2002

    Anneahira.2012.http://www.anneahira.com/budidaya-brokoli.html

    Diakses pada tanggal 22 Desember 2012

    Anonymousa.2012.http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah-

    untuk- tanaman-jagung.html

    Diakses pada tanggal 22 Desember 2012

    Anonymousb.2005. Biophysics. Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond,

    WA: Microsoft Corporation.

    Anonymousc.2012.http://pertaniansehat.com/read/2012/07/31/kesuburan-dan-

    kesehatan-tanah-2.html Diakses pada tanggal 22 Desember 2012

    http://www.anneahira.com/budidaya-brokoli.htmlhttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah-%09untuk-%09tanaman-jagung.htmlhttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah-%09untuk-%09tanaman-jagung.html