FIELDTRIP GEOBATUBARA SALEM

19
TUGAS TERSTRUKTUR GEOLOGI BATUBARA FIRLDTRIP MANDIRI SALEM Oleh : 1. Shisil Fitriana (HIF012013) 2. Alfin Fadil Aziz (HIF012017) 3. Luthfi Adi Prasetyo (HIF012018) 4. Prajarto Budi Wibowo (HIF012030) 5. Prasetya Heriyan S (HIF012044) 6. Taufiq Aji (HIF012061) 7. Bagus Wicaksono AP (HIF012068) 8. Tommy Sitanggang (HIF012070) 9. Citra Nurmarani (HIF012074) KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

description

SALEM

Transcript of FIELDTRIP GEOBATUBARA SALEM

TUGAS TERSTRUKTUR

GEOLOGI BATUBARA

FIRLDTRIP MANDIRI

SALEM

Oleh :

1. Shisil Fitriana (HIF012013)2. Alfin Fadil Aziz (HIF012017)3. Luthfi Adi Prasetyo (HIF012018)4. Prajarto Budi Wibowo (HIF012030)5. Prasetya Heriyan S (HIF012044)6. Taufiq Aji (HIF012061)7. Bagus Wicaksono AP (HIF012068)8. Tommy Sitanggang (HIF012070)9. Citra Nurmarani (HIF012074)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PURBALINGGA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1. Kondisi geologi regional daerah salem yang meliputi Fisiograi Regional

Fisografi Regional

Gambar 1 Peta fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949).

Secara fisiografis Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah dengan enam satuan (Gambar. 2.1), yaitu Satuan Gunungapi Kuarter, Dataran Aluvial Pantai Utara Jawa, Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng, Depresi Jawa Tengah, Pegunungan Serayu Selatan, Pegunungan Selatan. Berdasarkan pembagian fisiografi diatas, daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng (Menurut Van Bemmelen, 1949) yang mana daerah ini didominasi oleh bentukan morfologi perbukitan.

2. Kondisi Geologi Lokal daerah Salem yang meliputi Geomorfologi, Struktur Geologi dan Stratigrafi. GeomorfologiDaerah Salem

Secara fisiografis daerah Salem terletak pada zona fisiografi Antiklinuorium Bogor-Serayu Utara-kendeng (Van Bemmelen, 1949) morfologi pada zona ini pada umumnya berupa suatu perbukitan. Berdasarkan analisis peta topografi dan foto udara daerah penelitian menunjukkan bahwa bentang alam daerah penelitian secara umum memiliki perbedaan tinggi dan relief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada peta topografi dan pembuktiannya ketika observasi lapangan, daerah penelitian secara umum merupakan suatu perbukitan lipatan dengan pola utama sinklin dimana terdapat beberapa

perbukitan yang memanjang dengan arah relative barat-timur dengan beberapa lembah diantaranya. Ketinggian perbukitan tersebut berkisar antara 370 mdpl-720mdpl.

Titik tertinggi daerah Salem terletak di Barat Laut yaitu daerah Gunung Ciamnglid, sedangkan titik terendah berada pada bagian Timur daerah Salem yaitu utara desa Ganggawang dengan ketinggian 282 mdpl. Secara umum daerah Salem berupa cekungan seperti magkuk dengan beberapa lipatan di tengahnya. Morfologi ini tersusun oleh batuan beku dan batuan sedimen dengan arah jurus relative Barat-Timur dengan arah kemiringan yang bervariasi ke Utara dan ke Selatan karana pengaruh dari aktivitas structural.

Daerah Salem tersusun atas punggungan dan lembah dengan perbedaan elevasi diantaranya. Hal tersebut menginterpertasikan keterdapatan gejala dari aktivitas struktur geologi dan perbedaan tingkat ketahanan terhadapa erosi pada material penyusunnya.

Sungai-sungai pada daerah Salem secara umum berpola pararel yang terletak di bagian Utara dan sungai dengan pola sub dendritik yang terletak di bagian tengah dan selatan daerah Salem. Menurut genetiknya, sungai konsekuen adalah sungai yang alirannya searah dengan kemiringan batuan. Sungai dengan tipe genetik ini tersebar di anak sungai Cibinong, sungai Cigunung dan Sungai Citatah. Sedangkan sungai subsekuen adalah sungai yang arah alirannya sejajar dengan jurus batuan, pada daerah Salem tersebar pada sungai Citatah, sungai Cibinong, sungai Cigarugak dan sungai Cigunung. Untuk sungai obsekuen adalah sungai yang arah alirannya berlawan dengan kemiringan lapisan batuan yang tersebar pada sungai Cigunung dan anak sungai Cigunung.

Secara geomorfologi indikasi adanya lipatan-lipatan di daerah penelitian dapat diidentifikasikan dengan adanya sungai-sungai dengan pola pararel, hal tersebut dibuktikan dengan pola struktur umum daerah Salem yang bersisitem lipatan besar dengan lipatan-lipatan yang berdimensi kecil didalamnya. Secara umum sebagian bagian tengah dan selatan daerah Salem digambarkan dengan sungai berpola sub dendritik namun pada bagian-bagian tertentu terdapat sungai berkelok yang diinterpretasikan merupakan jejak-jejak dari kekar-kekar yang ada di daerah Salem. Sung ai Cigunung merupakan sungai utama pada daerah Salem, dimana seluruh sungai-sungai kecil pada daerah Salem bermuara sungai ini, muara besar sungai ini terletak di bagian timur daerah Salem.

Satuan geomorfologi yang terdapat di daerah Salem di bagi menjadi 3 satuan yaitu :

a. Satuan Perbukitan Lipatan Pabuaran

Satuan ini dicirikan dengan adanya perbukitan yang memanjang berarah Barat – Timur dengan ketinggian 418 – 517 mdpl dan dalam klasifikasi kelerengan menurut Van Zuidam (1985) masuk kedalam kelas lereng bergelombang – berbukit sampai berbukit – pegunungan. Satuan ini ditandai dengan interpretasi kemiringan lapisan yang relatif berlawanan, sehingga membuat bentukan terlipat. Pola kontur topografi pada satuan ini menunjukkan pola kontur rapat - kontur landai. Daerah dengan pola kontur topografi rapat ditandai dengan bentukan morfologi dataran tinggi atau berbukit – bukit, seperti pada daerah Pabuaran dan Tembongraja.Lembah sungai pada satuan ini berbentuk “U”. Lembah sungai yang berbentuk “U” menunjukan tahapan geomorfik dewasa, seperti Sungai Citatah.Adapun litologi penyusun satuan ini berupa batupasir dan breksi. Keberadaan litologi batupasir dan breksi menunjukkan sifat yang lebih resisten terhadap erosi, sehingga tampak seperti morfologi berbukit-bukit.

b. Satuan Pegunungan Sinklin Wanoja

Satuan ini dicirikan dengan pegunungan yang memanjang dengan arah Barat – Timur pada bagian Utara dan berarah Utara – Selatan pada bagian Barat penelitian dengan ketinggian 421 – 735 mdpl dan dalam klasifikasi kelerengan menurut Van Zuidam (1985) masuk ke dalam kelas lereng berombak – bergelombang sampai berbukit – pegunungan. Satuan ini ditandai dengan interpretasi kemiringan lapisan yang relatif searah dengan kelerengan bukit. Pola kontur topografi pada satuan ini menunjukan pola kontur rapat. Daerah dengan pola kontur topografi rapat ditandai dengan bentukan morfologi dataran tinggi atau berbukit – bukit, seperti pada daerah Indrajaya, Gunung Tajem, Gunung Jaya, Banjaran, Tembongraja, dan Wanoja.

Lembah sungai pada satuan ini berbentuk “V” dan “U”. Lembah sungai yang berbentuk “V” menunjukan tahapan geomorfik muda, seperti Sungai Cilingga, Sungai Cilalaki, Sungai Cipodol, Sungai Cilayu, dan Sungai Ciwindu. Lembah sungai yang berbentuk “U” menunjukkan tahapan geomorfik dewasa, seperti Sungai Citimbang, Sungai Cigede dan Sungai Cigunung.

Litologi penyusun satuan ini berupa breksi, batupasir, dan batulempung. Adanya litologi breksi menunjukan sifat yang lebih resisten terhadap erosi, sehingga tampak seperti morfologi berbukit – bukit. Bentukan morfologi yang bersifat agak landai umumnya disusun oleh litologi batupasir dan batulempung yang bersifat kurang resisten terhadap erosi.

c. Satuan Endapan Aluvial Ganggawang

Satuan ini terdiri dari lumpur dan batuan yang berasal dari rombakan batuan yang telah ada sebelumnya (baik berasal dari batuan sedimen atau batuan beku yang berukuran lempung hingga bongkah). Satuan ini memiliki ketinggian antara 282 – 288 mdpl. Penamaan satuan ini sendiri didasarkan karena satuan ini terletak pada sebagian besar desa Ganggawang. Adanya satuan endapan aluvial ini dapat dijadikan suatu indikasi adanya erosi , gaya eksogen bumi secara umum.

2. Struktur Geologi daerah Salem

Struktur yang dapat dijumpai di daerah ini sendiri meliputi struktur sesar dan struktur lipatan. Struktur sesar pada daerah ini terdiri atas sesar – sesar geser yang berarah relatif Barat Laut – Tenggara dan Timur Laut – Barat Daya.

3. Stratigrafi daerah Salem

Satuan batuan daerah Salem dan sekitarnya terbagi menjadi tujuh satuan batuan yang diklasifikasikan berdasarkan ciri batuan yang terdeskripsi rinci dan berdasarkan data sayatan petrografi yang telah dilakukan sebelumnya. Satuan ini sendiri dari yang paling tua ke yang muda, terbagi menjadi satuan breksi I, satuan batupasir I, satuan batulempung, satuan batupasir II, satuan Breksi II, satuan intrusi sill, dan satuan endapan aluvial.

Secara umum, batuan pada lokasi penelitian ini termasuk ke dalam lima formasi geologi, yakni Formasi Kumbang, Formasi Tapak, Formasi Kalibiuk, Formasi Kaliglagah, dan Formasi Linggopodo.

BAB II

PETA

1. PETA REGIONAL

2. PETA TOPOGRAFI DAERAH PENELTIAN

BAB III

PEMBAHASAN

1. Lokasi Pertama

Kelompok kami melakukan kunjungan lapangan di lokasi pertama pada daerah salem kecamatan salem kabupaten brebes, jawa tengah jam 14.10 pada hari Senin, 23 September 2014. Kondisi cuaca pada saat itu cerah. Lokasi pertama ini berada kurang lebih 100 meter dari jalan raya dengan koordinat 7'160517E/108’80183N. Singkapan ini membentang dari arah timur laut ke barat daya dengan dimensi 9 meter x 3 meter dan ukuran strike dipnya adalah N65E/48SE.

Singkapan ini merupakan singkapan batuan sedimen yakni batulempung dengan sisipan batubara berupa lignite dan sub bituminous dibawahnya. Urutan dari tua ke muda adalah sub bituminous, lignit dan batulempung. Kondisi singkapan sudah 60% lapuk. Tebal lapisan dari sub bituminous adalah sekitar 35 cm berupa dan lignitnya sekitar 15 cm.

Sejarah Pengendapan batubara tersebut diawali dari adanya cekungan dan membawa material tumbuh- tumbuhan atau sisa pohon disekitar cekungan rawa terendapkan dalam cekungan tersebut. Berkurangnya jumlah O2 menyebabkan akumulasi tumbuhan tadi mengalami pembusukan dalam dasar cekungan rawa. Karena tekanan serta suhu yang cukup tinggi dan pemadatan antar lapisan, menyebabkan endapan tersebut mengalami pembatubaraan menjadi gambut dan terubah menjadi sub bituminous. Setelah itu terendapakan lapisan batubara bertipe lignit diatas sub bituminous yang dimungkinkan terjadi karena penurunan suhu maupun tekanan dalam pembentukan batubara tersebut sehingga pembusukan mengalami pengurangan.

Kemudian terjadi pengangkatan mengakibatkan adanya sedimen lempung yang masuk dalam cekungan tersebut dan terbentuklah batulempung dengan masih mengandung batubara dengan jenis lignit.

Deskripsi Batuan

1.

Batuan diatas memiliki warna abu-abu terang yang merupakan jenis batuan sedimen klastik. Tekstur nya yakni, kemas tertutup, porositas tinggi, sortasi sangat baik, pemilahan baik, dan besar butir lempung. Komposisi mineralnya yakni mineral lempung. Batuan ini merupakan batulempung.

2.

Batuan ini mempunyai warna hitam kecoklatan dengan jenis batuan sedimen non klastik sehingga tidak memiliki tekstur. Komposisi mineralnya terdiri dari maceral. Batuan ini merupakan batubara tingkat Lignite.

3.

Batuan ini mempunyai warna hitam dengan jenis batuan sedimen non klastik sehingga tidak memiliki tekstur. Komposisi mineralnya terdiri dari maceral. Batuan ini merupakan batubara tingkat Sub Bituminous.

2. Lokasi kedua

Kemudian kelompok kami melakukan kunjungan lapangan di lokasi kedua pada daerah yang sama yaitu salem kecamatan salem kabupaten brebes, jawa tengah pada jam 14.25 di hari Senin, 23 September 2014. Kondisi cuaca pada saat itu cerah. Lokasi kedua ini berada kurang lebih 50 meter dari jalan raya dan berada tidak jauh dari lokasi pertama dengan koordinat 7’16118E/108’80667N. Singkapan ini membentang dari arah tenggara ke timur laut dengan dimensi 10 meter x 8 meter dengan ukuran strike dip adalah N102E/46SW.

Singkapan ini merupakan singkapan batuan sedimen yakni dari tua ke muda sisipan sub bituminous, batupasir halus, sisipan sub bituminous dan lapisan

termudanya adalah batulempung . Kondisi singkapan sudah lapuk. Sub bituminous disini hanya berupa sisipan bukan lapisan. Dimana terdapat pada batupasir halus dan batulempungnya.

Sejarah Pengendapannya dari singkapan ini ada zaman dahulu daerah ini dimungkinkan adalah lingkungan transisi daerah delta fluvial yang mengakumulasi material dari arus sungai berupa pasir dan kemudian terendapkan di daerah delta tersebut, sehinga litologi batupasir diperkirakan berumur paling tua.Karena pengaruh regresi oleh air laut diperkiran menyebabkan endapan sedimen yang berada di daerah delta terutama pasir akan terakumulasi dan terperangkap dalam cekungan sedimentasi bekas delta tersebut.

Arus sungai yang mengalir menuju cekungan rawa tersebut membawa material membawa material dari sisa tumbuh- tumbuhan atau sisa pohon disekitar cekungan rawa terendapkan dalam cekungan tersebut. Berkurangnya jumlah O2 menyebabkan akumulasi tumbuhan tadi mengalami pembusukan dalam dasar cekungan rawa. Karena tekanan serta suhu yang cukup tinggi dan pemadatan antar lapisan, menyebabkan endapan tersebut mengalami pembatubaraan menjadi gambut dan terubah menjadi lapisan batubara bertipe sub bituminous dengan kandungan karbon yang cukup sedikit dan kandungan air yang cukup banyak. Namun karena ada penurunan temperatur menyebabkan pembatubaraan tidak mencapai tahap selanjutnya, dan endapan batubara ini terendapkan diatas litologi batu pasir

Di atas endapan batubara sub bituminous ini terendapkan batulempung dengan sisipan endapan batubara. Dimungkinkan material endapan batulempung berasal dari aliran arus sungai yang cukup besar yang membawa material lempungan menuju cekungan daerah rawa tersebut dan terendapkan diatas litologi batubara tersebut. Litologi batulempung ini diperkirakan umurnya lebih muda dan diperkirakan selaras dengan stopsite 1.

Deskripsi Batuan

1.

Batuan ini mempunyai warna hitam dengan jenis batuan sedimen non klastik sehingga tidak memiliki tekstur. Komposisi mineralnya terdiri dari maceral. Batuan ini merupakan batubara tingkat Sub Bituminous.

2.

Batuan diatas memiliki warna permukaan coklat dan bagian dalamnnya berwarna abu abu yang merupakan jenis batuan sedimen klastik. Tekstur nya yakni, kemas tertutup, porositas tinggi, sortasi sangat baik, pemilahan baik, dan besar butir lempung. Komposisi mineralnya yakni mineral lempung. Batuan ini merupakan batulempung.

3.

Batuan diatas memiliki berwarna abu abu terang yang merupakan jenis batuan sedimen klastik. Tekstur nya yakni, kemas tertutup, porositas tinggi, sortasi baik, pemilahan sedang, dan besar butir pasir. Komposisi mineralnya yakni mineral kuarsa. Batuan ini merupakan batupasir halus.

BAB IV

LAMPIRAN

Lokasi pertama

Lokasi kedua