Laporan Fieldtrip Petani Benih

49
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH FIELDTRIP PETANI BENIH NAMA : IKA DYAH SARASWATI NIM : 105040200111041 KELOMPOK : KAMIS 13.00 ASISTEN : MAS ABI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

Laporan Fieldtrip Petani Benih

Transcript of Laporan Fieldtrip Petani Benih

Page 1: Laporan Fieldtrip Petani Benih

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

FIELDTRIP PETANI BENIH

NAMA : IKA DYAH SARASWATI

NIM : 105040200111041

KELOMPOK : KAMIS 13.00

ASISTEN : MAS ABI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: Laporan Fieldtrip Petani Benih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kagiatan bertani di masyarakat petani tidaklah lepas dari produksi benih

sertaa penggunaan benih bagi penanaman di lahan mereka. Benih yang digunakan

bervariasi, tergantung pada banyak aspek dalam kehidupan sosial ekonomi petani.

Umumnya, benih yang beredar di kalangan petani adalah benih-benih hibrida

yang dibuat oleh pabrik-pabrik, dan juga benih non hibrida yang berasal dari

lembaga sertifikasi benih ataupun yang berasal dari pedagang benih yang

benihnya bersumber dari hasil ekstraksi panennya sendiri.

Petani benih dalam hal ini menjadi produsen benih yang kemudian akan

menjual benihnya kepada petani yang lain untuk ditanam di lahan mereka. Benih

yang dihasilkan tersebut tentunya berbeda dengan benih-benih yang diproduksi

oleh lembaga produksi benih resmi yang bersertifikat dan benih yang diproduksi

oleh pabrik banih pada produksi benih hibrida maupun nonbrida. Perbedaan itu

terletak pada kualitas dan kuantitas yang dapat dihasilkan, dan juga cara produksi

yang dikembangkan.

Kendala-kendala produksi pada petani sangat mungkin terjadi mengingat

keterbatasan sarana dan prasarana produksi dan kemungkinan juga pengetahuan

tentang produksi benih itu sendiri. Sehingga pembahasan mengenai produksi

benih di tingkat petani benih perlu untuk dilakukan sehingga rekomendasi dan

saran dapat diberikan untuk menigkatkan kualitas dan kuantitas benih yang dapat

dihasilkan.

1.2 Tujuan

- Untuk mengetahui cara produksi benih yang dilakukan oleh petani benih

- Untuk membandingkan proses produksi benih secara umum dengan yang

dilakukan petani dan untuk mengetahui cara yang paling baik dan effisien

- Untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami petani benih dalam

proses produksi benih

Page 3: Laporan Fieldtrip Petani Benih

- Untuk memberikan rekomendasi atau saran yang dapat membantu

menyelesaikan permasalah produksi benih pada petani

1.3 Manfaat

- Dapat mengetahui cara produksi benih yang dilakukan oleh petani benih

- Dapat membandingkan proses produksi benih secara umum dengan yang

dilakukan petani dan untuk mengetahui cara yang paling baik dan effisiesn

- Dapat mengetahui apa saja kendala yang dialami petani benih dalam

proses produksi benih

- Dapat memberikan rekomendasi atau saran yang dapat membantu

menyelesaikan permasalah produksi benih pada petani

Page 4: Laporan Fieldtrip Petani Benih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Komoditi

Secara umum, jagung (Zea mays) mempunyai ciri morfologi memiliki

akar, batang, daun, bunga yang tersusun atas malay dan tongkol, sedangkan buah

yang terbentuk ada pada tongkol sebagai bunga betina berisi biji-bijian, selain itu

jagung juga dapat membentuk anakan sedangkan penjelasan fungsi dan

perkembangan berdasar bagian sebagai berikut ini:

1. Akar

Seperti halnya pada jenis rumpu-rumputan yang lain, akar tanaman

jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah

yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pada kondisi tanah yang subur dan gembur karena sistem

pengolahan tanahnya cukup baik, akan didapatkan jumlah akar yang cukup

banyak, sedangkan pada tanah yang kurang baik (jelek) akar yang tumbuh

jumlahnya terbatas (terbatas).

2. Batang

Batang tanaman jagung bulat silindris dan tidak berlubang seperti

halnya batang tanaman padi, tetapi padat dan berisi berkas-berkas

pembuluh sehingga makin memperkuat berdirinya batang. Demikian juga

jaringan kulit yang tipis dan keras yang terdapat pada batang bagian

luarnya (kulit luar batang).

Fungsi batang tanaman jagung yang berisi berkas-berkas pembuluh

adalah sebagai media pengangkut zat-zat makanan dari atas ke bawah atau

sebaliknya. Zat-zat makanan yang diserap oleh akar tanaan (akar serabut)

pada jagung yang berupa unsur-unsur hara diangkut ke atas melalui

berkas-berkas pembuluh menuju daun tanaman untuk selanjutnya diolah

dengan bantuan sinar matahari dan CO2. Proses pemasakan tersebut

Page 5: Laporan Fieldtrip Petani Benih

dinamakan asimilasi. Hasil proses asimilasi itu selanjutnya dikirimkan ke

berbagai jaringan tanaman yang membutuhkan .

3. Anakan

Anakan jagung bisa terbentuk pada nodia atau buku yang terletak

di bawah tanah karena terdapat mata tunas yang dorman.anakan tersebut

dapat tumbuh bila keadaan lingkungan memenuhi syarat, misalkan

kandungan lengas tanah yang tinggi.

Bila didukung oleh curah hujan yang cukup tinggi, pada fase

vegetatif ini akan terbentuk anakan (tunas kaki). Tunas kaki ini akan

muncul (tumbuh) pada nodia ( buku) di bawah tanah.

Khusus pada jagung hibrida jarang terbentuk tunas kaki. Untuk

mengurangi atau menghindari tumbuhnya tunas kaki caranya dengan

dibumbun. Dengan tidak terbentuknya tunas kaki, pertumbuhan dan

perkembangan tanaman jagung menjadi lebih baik.

4. Daun

Daun tanaman jagung terbentuk pita atau garis. Selain itu, tanaman

jagung juga memiliki ibu tulang daun yang terletak tepat di tengah-tengah

daun dan sejajar dengan ibu tulang daun.

Tangkai daun merupakan pelepah yang biasanya berfungsi untuk

membungkus batang tanaman jagung. Daun-daun jagung tersebut

mempunyai telinga daun yang terletak di pangkal daun.

Lidah daun yanng juga terletak di pangkal daun juga berfungsi

untuk mengatasi masuknya air dari atas (air hujan) ke dalam batang

tanaman jagung. Dengan demikian, batang tanaman jagung dapat dihindari

dari kebusukan.

Khusus pelapah daun pada jagung fungsinya ialah membungkus

batang tanaman. Tepi pelepah daun yang satu berurutan menutup

(membungkus) batang yang lain (pelepah lainnya) secara bergantian dan

hal ini merupakan ciri khas dari graminae.

Daun pada tanaman jagung mempunyai peran penting dalam

pertumbuhan tanaman, umumnya berpengaruh dalam penentuan produksi.

Page 6: Laporan Fieldtrip Petani Benih

Sebab pada daun tersebut terjadi beberapa aktivitas tanaman yang sangat

mendukung proses perkembangan tanaman.

5. Bunga

Pada setiap tanaman jagung biasanya terdapat bunga jantan dan

betina yang letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di

ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung.

Bunga betina ini, yang biasanya disebut tongkol, selalu dibungkus

oleh kelopak-kelopak bunga yang jumlahhnya sekitas 6 helai hingga 14

helai. Tangkai kepala putik putik merupakan rambut atau benang yang

berjumbai di ujung tongkol sehingga kepala putik menggantung di luar

tongkol.

Keistimewaan tanaman jagung ialah jumlah ruas pada tongkol

sama dengan jumlah ruas dari tongkol ke atas. Selain itu, pada bunga

betina terdapar sejumlah rambut yang ujungnya membelah dua dan

jumlahnya cukup banyak (sesuai dengan jumlah biji yang ada dalam

tongkol).

Bunga jantan yang terdapat di ujung tanaman masak lebih dahulu

dari pada bunga betina. Bunga betina hanya siap dibuahi dalam waktu tiga

hari saja. Persarian yang terbaik terjadi pada pagi hari, jumlah serbuk sari

yang ada diperkirakan sekitar dua sampai lima juta per tanaman. Pada

waktu itu terjadi proses penempelan serbuk sari pada rambut. Serbuk sari

terbentuk selama tujuh hari sampai lima belas hari. Bila udara panas dan

kering keluarnya sebuk sari cepat, sedangkan rambut pada tongkol

keluarnya lama, akibatnya proses persarian gagal.

Persarian tanaman jagung pada umunya dibantu oleh angin.

Persariannya adalah persarian bersilang, yang dapat terjadi sampai sejauh

400 m. Selain itu persarian jagung akan lebih baik hasilnya bila dibantu

oleh lebah-lebah. Pada satu batang tanaman jagung jumlah tongkol

kadang-kadang lebih dari satu buah. Yang paling baik, satu batang

tanaman jagung memiliki satu tongkol.

Page 7: Laporan Fieldtrip Petani Benih

6. Buah (biji)

Pada waktu keluar rambut, tepung sari mulai berjatuhan, dan

pemanjangan ruas berakhir. Tangkai tongkol dan kelobot tumbuh

sempurna, sedangkan tongkol dan rambut tumbuh cepat dan memanjang,

dan sel telur membesar dan siap untuk dibuahi. Setelah persarian terjadi,

dalam waktku 12 jam- 28 jam seerbuk sari tumbuh mencapai sel telur

dalam bakal biji. Bersatunya sel telur dengan sel jantan disebut

pembuahan.

Setelah terjadi pembuahan, terjadilah perkembangan biji. Selama 7

hari-10 hari yang pertama perkembangannya lambat, setelah itu cepat

berjalan linier sampai mencapai berat maksimal.

Dua belas hari setelah kelaur rambut, tongkol berkembangg penuh,

dan karbohidrat mulai berakumulasi di endosperm. Pada waktu itu mulai

terjadi translokaso N dan P dari daun ke biji.

Empat puluh hari setelah keluar rambut, embrio masak, lima calon

daun terbentuk dan akumulas bahan kering dalam biji berakhir. Embrio

masak morfologi oada umur 45 hari setelah terjadi pembuahan. Biji

disebut masak fisiologis bila berat kering telah mencapai maksimal.

Lima puluh hari setelah keluar rambut, biji mulai masak dan kadar

air mulai berkurang. Pertumbuhan dari keluarnya bunga jantan sampai

masaknya biji disebut pertumbuhan generatif. Dan lamanya antara 50-55

hari tergantung dati jenis dan kesuburan tanahnya.

Umur biji jagung yang paling tua pada umunya terdapat di bagian

pangkal tongkol karena yang tumbuh paling dahulu adalah pangkal

tongkolnya. Sebaliknya umur yang paling muda adalah padaujung tongkol

karena tumbuhnya belakangan.

Biji jagung yang digunakan untuk benih biasanya hanya yang

terdapat pada bagian tengah saja (sekitar 60%). Adapun yang terdapat

pada bagian tepinya, baik ujung tongkol maupun pangkal tongkol yang

masing-masing sekitar 20%, tidak digunakan untuk benih, melainkan

untuk jagung konsumsi (Warisno, 2003).

Page 8: Laporan Fieldtrip Petani Benih

2.2 Profil Petani

Nama : H. Mat Ali

Alamat : Dadaprejo dalam, kota Batu

Lama bertani : 20 tahun

Pekerjaan sampingan : Ternak (1996/1997 sampai sekarang)

o ternak sapi : 20 ekor

o ternak kambing : 250 ekor

o ternak ayam

Tingkat pendidiakan : STM

Keluarga :

o Istri : Hj. Suistin (65 th)

o Anak : (1) Agus pranoto (1965) pekerjaan petani

(2) Setiawan (1968) pekerjaan pegawai hotel

Luas lahan : 1 ha milik sendiri, 2 ha sewa (total 3 ha)

Pengalaman organisasi : Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok

Tani)

2.3 Teknik Produksi Benih

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah

mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada

kondisi lingkungan tertentu. Untuk itu diperlukan benih bermutu prima.

Kemudahan memperoleh benih unggul bermutu merupakan insentif yang

diperlukan petani untuk meningkatkan produksi jagungnya.

Tiga hal penting yang berkaitan dengan kualitas benih adalah:

(1) teknik produksi benih berkualitas;

(2) teknik mempertahankan kualitas benih yang telah dihasilkan dan

pendistribusian; dan,

(3) teknik deteksi atau mengukur kualitas benih. Selanjutnya, tiga kriteria

kualitas benih yang perlu diketahui adalah:

(a) kualitas genetik, yaitu kualitas benih yang ditentukan

berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan

tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang

Page 9: Laporan Fieldtrip Petani Benih

dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe

tanaman;

(b) kualitas fisiologi, yaitu kualitas benih yang ditentukan oleh

daya berkecambah/daya tumbuh dan ketahanan simpan benih;

(c) kualitas fisik, ditentukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman

biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain

atau biji gulma, dan kadar air.

Sebelum teknologi benih berkembang, perhatian terhadap kualitas

benih difokuskan pada cara mempertahankan dan menentukan kualitas

benih. Hal ini penting artinya, tetapi perlu disadari bahwa kualitas benih

ditentukan mulai dari proses prapanen. Panen dan pascapanen hanya

merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas benih yang telah

dicapai. Perbedaan kualitas dari lot benih (sebelum benih disimpan) dapat

terjadi karena adanya perbedaan lingkungan pertumbuhan (tingkat

kesuburan tanah, iklim, dan cara budi daya), waktu dan cara panen, cara

pengeringan, pemipilan, pembersihan, sortasi (grading), pengemasan, dan

distribusi (Handoyo, Joko. 2004).

Teknik Produksi

Teknik produksi benih jagung umumnya hampir sama dengan teknik

produksi jagung secara komersial, walaupun ada beberapa tambahan kebutuhan

yang unik untuk memproduksi benih.

Pertama, kualitas benih harus lebih baik daripada kualitas biji. Oleh karena

itu, perhatian dan input diberikan dalam sistem produksi benih lebih besar

dibandingkan dengan sistem produksi biji.

Kedua, kesuburan lahan lebih seragam untuk memudahkan seleksi dan

rouging terhadap tipe galur yang menyimpang (offtype).

Ketiga, fasilitas pendukung mudah tersedia saat dibutuhkan, seperti tenaga

kerja untuk pemotongan bunga jantan (detasseling), perawatan, panen, dan

pascapanen (Handoyo, Joko. 2004).

Page 10: Laporan Fieldtrip Petani Benih

Kaidah perbanyakan benih.

Varietas jagung bersari bebas yang telah dilepas dianggap sudah mencapai

keseimbangan genetik. Keseimbangan genetik tidak akan berubah bila

memenuhi persyaratan :

1. Varietas tersebut ditanam dalam jumlah yang banyak, minimal jumlah

tanaman tidak kurang dari 400 tanaman. Bila tanaman tersebut ditanam

hanya dalam jumlah 100 tanaman, maka kemungkinan tanaman

tersebut akan mengalami kemunduran dalam sifat sifatnya

( inbreeding) sebesar 0,50%, bila ditanam 200 tanaman mengalami

kemunduran sifat-sifatnya sebesar 0,25%.

2. Terjadinya perkawinan acak (randommating), artinya terjadi

perkawinan bebas secara alami di lapang.

3. Tidak ada seleksi ke arah perubahan sifat-sifat tertentu. Tetapi seleksi

negatif (rouging) perlu dilakukan.

4. Tidak terjadi percampuran atau perkawinan silang dengan varietas lain.

5. Tidak terjadi mutasi, kalaupun ada mutasi kemungkinan sangat

kecil.

Untuk memperbanyak benih jagung, tidak asal menanam saja walau

dengan budidaya yang baik. Kaidah-kaidah dalam memperbanyak benih

jagung perlu diperhatikan mengingat sifat tanaman jagung termasuk

tanaman yang berserbuk silang ( open pollynated) artinya sebagian besar

(95%) penyerbukan berasal dari tanaman lain, sehingga isolasi perlu

dilakukan baik isolasi waktu maupun isolasi tempat (Handoyo, Joko.

2004).

Budidaya Perbanyakan

Penyiapan lahan. Jika memungkinkan lahan sudah disiapkan minimal dua

minggu sebelum tanam. Hal ini dimaksudkan agar tanah lebih gembur

sehingga membantu perkecambahan dan pertumbuhan benih. Biji-biji

jagung yang rontok dari tanaman sebelumnya dan tumbuh kembali lebih

mudah dikendalikan.

Page 11: Laporan Fieldtrip Petani Benih

Kerapatan tanaman. Mirip dengan populasi tanaman yang

direkomendasikan untuk tujuan komersial atau 10-15% lebih lebar. Ini

penting untuk memastikan mutu benih yang baik dan pengembangannya.

Populasi yang lebih lebar juga diperlukan untuk mengekspresikan tipe

tanaman secara penuh sehingga dapat dengan cepat diidentifikasi tipe

tanaman yang menyimpang.

Pemupukan dan aplikasi pestisida. Pupuk diberikan optimal dan pestisida

diaplikasikan jika diperlukan. Pengendalian gulma sangat penting

dilakukan agar tanaman tidak mengalami cekaman kekurangan hara.

Pengairan, perlu dipersiapkan dan diatur, terutama pada musim kemarau.

Pada musim hujan, perlu dibuatkan saluran drainase untuk menghindari

terjadinya genangan air. Usahakan penetapan waktu tanam telah

mempertimbangkan panen berlangsung pada saat tidak ada hujan

(kelembaban rendah)

Takaran pupuk yang digunakan lebih tinggi daripada takaran pupuk untuk

tujuan produksi jagung secara komersial. Sebagai bahan pertimbangan,

takaran dan waktu pemberian pupuk untuk percobaan jagung pada

umumnya adalah:

o Saat tanam: 100 kg urea, 200 kg SP36, dan 50 kg KCl/ha.

o Umur 25-30 hari: 150 kg urea dan 50 kg KCl/ha.

o Umur 45-50 hari: 150 kg urea/ha.

Pupuk pertama diberikan pada saat tanaman berumur 7-10 HST pada

lubang pupuk yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian ditutup dengan

tanah. Pemberian pupuk kedua dilakukan setelah penyiangan pertama dan

pembumbunan, sedangkan pupuk ketiga diberikan pada saat tanaman menjelang

berbunga. Cara yang sama juga dilakukan pada saat pemberian pupuk susulan, di

mana pupuk dimasukkan pada lubang pupuk yang berjarak 5-7 cm dari tanaman.

Setiap selesai memupuk, lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah agar pupuk

tidak menguap.

Benih dari tanaman yang dipupuk menghasilkan bobot kering kecambah

yang lebih tinggi, dan daya hantar listrik nyata lebih rendah. Bobot kering

kecambah dari tanaman yang dipupuk berkisar antara 0,115-0,155 g/tanaman,

Page 12: Laporan Fieldtrip Petani Benih

sedangkan yang tidak dipupuk hanya 0,108 g/tanaman. Kecambah dengan bobot

yang tinggi berkorelasi positif dengan pertumbuhan tanaman (Handoyo, Joko.

2004).

Rouging dan Isolasi

Untuk mengeliminasi tanaman yang menyimpang dari tipe rata-rata dan yang

tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara visual, lakukan

pencabutan (roguing). Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin mutu genetik

dan fisiologis benih yang dihasilkan. Selain itu juga perlu dilakukan isolasi.

Tujuan isolasi utamanya adalah menghindari terjadinya penyerbukan silang

pada tanaman jagung. Yang dimaksud dengan isolasi waktu adalah mengatur

waktu tanam sedemikian rupa sehingga waktu berbunga pertanaman jagung

yang diperuntukkan untuk bibit tidak bersamaan dengan pertanaman jagung

varietas lain. Sedang isolasi tempat adalah mengatur jarak pertanaman jagung

minimal 200 m dengan varietas jagung lain jika berbunga bersamaan sudah

cukup aman pada daerah datar dengan angin yang tidak kencang.

Populasi tanaman jagung untuk perbenihan juga perlu diperhatikan. Untuk

dapat benih yang stabil dan seragam diperlukan campuran minimal 200

tongkol dari tanaman berbeda dari populasi tersebut. Tidak disarankan

menanam jagung dalam satu tongkol dalam satu tempat, karena akan terjadi

perkawinan sefamili.

Perlu diperhatikan bahwa tidak dibenarkan memperbanyak benih jagung

hibrida dengan menggunakan benih F1 dari jagung hibrida tersebut, karena

akan menurunkan hasil antara 15-20% karena mengalami segegasi.

Page 13: Laporan Fieldtrip Petani Benih

(Handoyo, Joko. 2004)

Panen dan Pasca Panen

Panen dilakukan setelah biji mengering dan telah muncul lapisan hitam

(black layer) minimal 50% di setiap barisan biji, yaitu lapisan warna hitam

pada titik tumbuhnya. Pada saat itu biasanya kadar air biji telah mencapai

< 30%, untuk varietas Bisma biasanya pada umur 100-105 hari dan

varietas Lamuru pada umur 95-100 hari. Kalau memungkinkan, seminggu

sebelum panen, klobot dibuka sehingga kering di lapangan. Pada saat

panen, tongkol yang terinfeksi penyakit dipisahkan supaya tidak menulari

tongkol yang sehat.

Setelah panen, tongkol diseleksi sesuai dengan kriteria yang terdapat pada

deskripsi masing-masing varietas, kemudian dikeringkan hingga kadar air

< 16%. Jika benih akan dipipil dengan mesin pemipil, hendaknya diuji

terlebih dahulu untuk menentukan benih rusak atau tidak.

Pemipilan jagung untuk benih sebaiknya dipilih tongkol jagung yang

seragam dan diambir 2/3 tongkol di bagian tengah, sesuai diskripsi,

kedudukan biji rapat, jagung cukup tua, tidak terserang jamur atau hama

gudang, warna biji cerah dan mengkilap.

Setelah dipipil, biji disortasi dengan saringan/ayakan 7-8 mm tergantung

varietasnya, hanya biji yang tidak lolos saringan/ayakan dijadikan benih.

Dianjurkan untuk melakukan pemisahan biji antara di bagian pinggir atas

dan bawah tongkol. Hasil pipilan untuk benih dikeringkan lagi hingga

kadar 10% agar dapat disimpan lebih lama, minimal satu tahun.

Sebelum benih dikemas dalam kemasan plastik perlu dilakukan uji daya

berkecambah. Benih dikemas secepatnya ke dalam kantong plastik putih

buram (bukan transparan) dengan ketebalan 0,2 mm dan dipres (usahakan

udara dalam plastik seminimal mungkin). Kemasan benih diberi label

Page 14: Laporan Fieldtrip Petani Benih

nama varietas, tanggal/tahun dipanen, produsen, dan kartu sertifikasi dari

BPSB. Untuk penyimpanan > 6,0 bulan, benih sebaiknya disimpan dalam

gudang atau ruang berAC. Dianjurkan prosesing benih mulai saat panen

sampai dikemas tidak lebih dari dua minggu.

(Handoyo, Joko. 2004).

Penyimpanan

Kunci keberhasilan penyimpanan benih ortodoks seperti jagung terletak

pada pengaturan kadar air dan suhu ruang simpan. Hal tersebut sesuai dengan

hasil penelitian yang dikemukakan oleh Harrington (1972) dan Delouche (1990).

Namun demikian, suhu hanya berperan nyata pada kondisi kadar air di mana sel-

sel pada benih memiliki air aktif (water activity) yang memungkinkan proses

metabolisme dapat berlangsung.

Proses metabolisme meningkat dengan meningkatnya kadar air benih, dan

dipercepat dengan meningkatnya suhu ruang simpan. Peningkatan metabolisme

benih menyebabkan kemunduran benih lebih cepat (Justice and Bass 1979).

Kaidah umum yang berlaku dalam penyimpanan benih menurut Matthes et al.

(1969) adalah untuk setiap 1% penurunan kadar air, daya simpan dua kali lebih

lama. Kaidah ini berlaku pada kisaran kadar air 5-14%, dan suhu ruang simpan

tidak lebih dari 40oC. Secara praktis, benih dapat disimpan pada suhu kamar (28

C) atau ruang sejuk (12oC), bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air

benih yang akan disimpan.

Apabila daya berkecambah benih dipertahankan di atas 80% (sesuai

standar daya berkecambah), maka kadar air benih harus 12% (dapat dicapai

melalui pengeringan dengan sinar matahari pada musim kemarau) agar daya

berkecambah benih masih dapat dipertahankan sampai 10 bulan penyimpanan

pada suhu kamar (28o C).

Kalau kadar air benih dapat diturunkan hingga 10%, daya berkecambah

benih dapat dipertahankan sampai 14 bulan, dan lebih dari 14 bulan kalau kadar

air benih pada saat disimpan 8%. Daya berkecambah benih setelah penyimpanan

14 bulan masih tinggi (89,3%). Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya

Page 15: Laporan Fieldtrip Petani Benih

tahan disimpan selama delapan bulan, dan pada kadar air 16% hanya tahan

disimpan sampai empat bulan.

Penyimpanan pada suhu sejuk (12o C), daya berkecambah benih masih di

atas 80% dengan kadar air 16% dan dapat bertahan selama enam bulan. Apabila

kadar air diturunkan menjadi 14%, benih akan bertahan sampai 12 bulan dan pada

kadar air 8-12% dapat bertahan sampai 18 bulan.

Daya simpan benih selain bergantung pada suhu ruang simpan juga

bergantung pada kadar air awal. Jika disimpan pada kadar air <10% pada suhu

ruang simpan 28oC, daya berkecambah masih di atas 80% sampai pada

penyimpanan 16 bulan. Jika kadar air dinaikkan menjadi 12%, daya berkecambah

benih pada penyimpanan 16 bulan hanya sekitar 60%, pada kadar air 14% daya

berkecambahnya hanya 40%, bahkan pada kadar 16% benih sudah tidak

berkecambah setelah penyimpanan enam bulan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan hasil tanaman dari benih

yang telah disimpan selama 18 bulan, yaitu 38% untuk benih berukuran besar dan

54% untuk benih berukuran kecil (Arief dan Saenong 2006). Penurunan hasil

yang cukup besar akibat penggunaan benih dengan mutu fisiologi awal yang

rendah diawali dengan pertumbuhan kecambah yang lambat, kurangnya jumlah

tanaman tumbuh, lambatnya pertumbuhan tanaman, dan kurang tahannya terhadap

cekaman lingkungan seperti kekurangan air atau suhu yang terlalu tinggi.

Page 16: Laporan Fieldtrip Petani Benih

BAB III

METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan :

1. Sabtu, 07 April 2012

2. Selasa, 17 April 2012

Tempat : Desa Dadaprejo Dalam kota Batu di kediaman narasumber Bapak H.

Mat Ali.

3.2 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan adalah dengan metode pencarian informasi sebanyak-

banyaknya mengenai proses produksi benih di tingkat petani melalui wawancara

kepada petani benih yang bersangkutan. Dari hasil wawancara diharapkan dapat

mengetahui apa saja yang sama atau tidak sama antara teori tentang proses

produksi benih dengan proses produksi yang diaplikasikan oleh petani.

Dengan membandingkan antara praktik produksi benih yang dilakukan

oleh petani benih dengan teori dari beberapa literatur mendukung dan studi kasus

pada jurnal-jurnal tentang proses produksi benih maka akan didapatkan masing-

masing kelebihan dan kekurangan, maka dengan mengetahui hal tersebut diharap

dapat memberikan rekomendasi.

Page 17: Laporan Fieldtrip Petani Benih

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Teknik Produksi Benih

Seperti pada proses produksi benih yang lain, produksi benih yang

dikembangkan oleh bapak Mat Ali diawali dengan penanaman tanaman jagung

Surya. Menurut beliau, benih jagung Surya ini, apabila ditanam 1x hasilnya akan

bagus. Hal ini berkebalikan dengan prinsip kemungkinan tanaman tersebut akan

mengalami kemunduran dalam sifat sifatnya ( inbreeding) sebesar 0,50%, hal ini

disebabkan karena terjadinya perkawinan acak (randommating), artinya terjadi

perkawinan bebas secara alami di lapang.

Pemupukan menggunakan urea 15 hst dan ponska dengan jarak 1,5 bulan

dari urea (40-45 hst). Menurut keterangan beliau, tanaman jagung yang akan

digunakan sebagai bibit ditanam selama 4,5 bulan agar bijinya cukup tua untuk

ditanam. Sedangkan menurut Handoyo (2004) pemupukan yang baik dilakukan

Saat tanam 100 kg urea, 200 kg SP36, dan 50 kg KCl/ha, pemupukan kedua pada

umur 25-30 hari: 150 kg urea dan 50 kg KCl/ha, dan pemupukan ketiga pada

umur 45-50 hari: 150 kg urea/ha.

Irigasi dilakukan dengan cara mengalirkan dari sungai, dan ditambah

aplikasi pengairan irigasi pada 5-20 hst, karena pada saat itu tanaman memerlukan

lebih banyak air untuk pertumbuhan vegetatifnya.

Menurut keterangan dari narasumber, beliau juga melaksanakan isolasi

dan roguing. Isolasi dilakukan dengan isolasi jarak dan juga waktu, yaitu waktu

antara penanaman jagung untuk produksi bibit dengan jagung untuk biji

konsumsi, penanaman dapat acak, yang jelas waktunya dibedakan dengan selang

15 hari, sedangkan pada isolasi jarak, digunakan jarak 100 cm hal ini untuk

mencegah adanya kontaminasi pada proses penyerbukan pada jagung. Sedangkan

jarak tanam antar tanaman sendiri adalah 75 x 15 cm dan setiap lubang berisi 2

benih.

Roguing dilakukan pada tanaman jagung dengan melihat pada kondisi

fisiknya. Apabila terdapat tanaman jagung yang diketahui terjangkit penyakit

bulai maka harus segera dicabut karena ditakutkan akan menyebar pada tanaman

Page 18: Laporan Fieldtrip Petani Benih

jagung yang sehat. Selain itu antisipasi terhadap munculnya gulma rumput-

rumputan dilakukan dengan aplikasi herbisida yang disebut dengan ‘Romat’, hal

ini dalam literatur disebutkan sebagai salah satu upaya untuk menjaga kemurnian

benih agar tidak terjadi penyerbukan oleh tanaman lain yang masih satu family

(Gramineae).

Setelah mencapai umur 4,5 bulan atau sekitar 135 hari, jagung dipanen

seperti kebanyakan panen, mengambil tongkol, pada Hendaryo (2004) dijelaskan

bahwa waktu panen ditandai dengan munculnya black layer dan kadar air yang <

30% tergantung pada varietas jagung yang digunakan dan kemudian klobot

dilepas satu per satu lantas langsung dijemur, dalam literatur juga disarankan

untung melepas klobot setidaknya satu minggu sebelum panen agar jagung dapat

kering terpampang di lapangan.

Menurut pak Ali cara paling simple untuk mengetahui jagung telah siap

panen adalah dari klobotnya saja yang kering. Dalam usaha produksi benih yang

dilakukan pak Ali memang tidak dilakukan pengujian mutu dan kualitas benih

seperti pada pabrik-pabrik benih sehingga tidak dilakukan pelabelan yang memuat

tentang keterangan-keterangan seperti daya tumbuh dll, tetapi yang dilakukan

adalah lebih sederhana dengan melihat pada ciri fisik tongkol yang dipanen.

Sebelum dijemur, tongkol diseleksi, jadi tidak semua akan digunakan sebagai

benih nantinya, hanya yang memiliki tongkol besar dan panjang dengan biji yang

tampak bernas secara visual, sedangkan yang bertongkol kecil disortir.

Tidak seperti apa yang kebanyakan ada di literatur bahwa penjemuran

dilakukan saat biji telah dipipil, bapak Ali memipil jagung setelah jagung

dikeringkan karena menurut beliau hal itu akan lebih memudahkan dalam proses

pemipilan. Jagung beserta tongkolnya di jemur dibawah matahari selama 4-5 hari

apabila cuaca terik, dan membutuhkan waktu lebih lama yaitu sekitar 10 hari

untuk mencapai kering sempurna pada saat hujan. Hal ini berbeda dengan teknik

produksi benih jagung seperti kebanyakan dilakukan yaitu jagung dipipil dahulu

baru dijemur.

Jagung yang telah kering kemudian dipipil dengan cara manual karena

apabila menggunakan alat ditakutkan akan menyebabkan benih rusak secara fisik

mekanis, setelah proses pemipilan selesai jagung dimasukkan ke dalam tong besar

Page 19: Laporan Fieldtrip Petani Benih

untuk menyimpan. Selama proses penyimpanan tersebut ditambahkan pestisida

agar benih tidak terserang hama dan penyakit pasca panen sehingga kualitas dan

kuantitasnya dapat dipertahankan.

Proses pemipilan seperti dijelaskan pak Ali ada benarnya yaitu untuk

menghindari kerusakan fisik, sebab kerusakan fisik yang terjadi selama prosesing benih

dapat merusak embrio, endosperm, dan dinding sel, yang selanjutnya berpengaruh

terhadap daya berkecambah, pertumbuhan kecambah, kerentanan terhadap penyakit,

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan hasil biji. Kecepatan tumbuh dan kualitas

kecambah dipengaruhi oleh letak kerusakan dan pada embrio kerusakan yang paling

sensitif ialah pada bagian tengah embrio (Black and Bewley, 2000). Kerusakan kecil

tidak langsung berpengaruh terhadap viabilitas benih tetapi dapat menyebabkan

penurunan vigor kecambah dan makin banyaknya kecambah abnormal.

Menurut literatur (Arif dan Sanong, 2006), daya simpan benih selain

bergantung pada suhu ruang simpan juga bergantung pada kadar air awal. Jika

disimpan pada kadar air <10% pada suhu ruang simpan 28oC, daya berkecambah

masih di atas 80% sampai pada penyimpanan 16 bulan. Jika kadar air dinaikkan

menjadi 12%, daya berkecambah benih pada penyimpanan 16 bulan hanya sekitar

60%, pada kadar air 14% daya berkecambahnya hanya 40%, bahkan pada kadar

16% benih sudah tidak berkecambah setelah penyimpanan enam bulan. Hal ini

sesuai dengan yang bapak Ali katakan bahwa beliau tidak lagi menjual benih

jagungnya apabila masa simpannya telah melewati 6 bulan, karena dikhawatirkan

benih tidak akan berkecambah lagi. Kemungkinan besar hal ini karena

kemungkinan metabolisme biji selama masa simpan karena kadar air yang masih

tinggi sehingga respirasi terus terjadi menyebabkan cadangan makanan akan

terombak.

4.2 Permasalahan Produksi Benih

Dari segi budidaya permasalahannya sama dengan proses penanaman

seperti pada umumnya, yaitu tentang OPT hama dan penyakit. Jika banyak terjadi

hujan maka dapat tejadi kebusukan ataupun penyakit bulai. Sedangkan hama yang

menyerang adalah ulat atau ordo lepidoptera.

Waktu tanam yang tepat merupakan usaha memperkecil kegagalan panen.

Sesuatu yang sekiranya menjadi kendala pada proses pengelolaan tanaman hingga

Page 20: Laporan Fieldtrip Petani Benih

panen perlu mendapat perhatian, misalnya musim tanam, kesulitan air, pengaruh

hama yang menyerang tanaman jagung pada saat tertentu. Demikian pula penyakit

yang sering menyerang pada keadaan tanaman jagung kurang baik, seperti

penyakit bulai/lier (Downy mildew) yang biasa timbul pada bulan Nopember. Ini

semua menjadi bahan pertimbangan rencana tanam.

Menurut Rukmana, Rahmat (1997) penyebab penyakit bulai adalah jamur

atau cendawan Peronoscle rospora atau Sclerospora sp. Van Hoop menemukan

tiga jenis jamur penyebab penyakit bulai, yakni S.phillippinensis West (di

Sulawesi Utara), S. maydis (RAC) BUTL di pulau Jawa, Madura, Bali dan

Lombok, dan S. northii (di Sumba, NTB).

Rukmana (1997) juga menambahkan ciri-ciri jagung yang terserang bulai

adalah sebagai berikut:

(1) Ciri khas gejala serangan penyakit bulai adalah terjadinya garis-garis

kuning pada daun jagung. Garis-garis kuning tersebut berukuran lebar dan

tertutup oleh tepung putih. Tepung putih akan tampak jelas bila diamati

pagi hari pukul 07.00. Daun jagung yang sakit berwarna kuning keputih-

putihan, kaku dan batangnya memendek.

(2) Bila tanaman jagung masih kecil (umur 1,5 bulan) terserang penyakit ini,

pertumbuhannya terhambat (kecil) dan daunnya berwarna bulai (bule,

kunigng keputih-putihan). Bila tanaman jagung dewassa yang terserang

bulai, pembentukan tongkol terhambat atau tidak sempurna dan kecil-

kecil.

Dari segi proses pasca panen adalah dalam pengeringan dan penyimpanan.

Apabila banyak hujan, maka proses pengeringan dengan cara sederhana

memanfaatkan panas matahari akan lebih lama memakan waktu. Kendala dalam

penyimpanan adalah dalam segi penanganan hama dan penyakit. Beliau menyebut

hama terbeut sebagai hama bubuk, sebab saat benih diserang hama ini akan

menyebabkan bubukan, menyebabkan kerusakan pada kotiledon ataupun embrio

sehingga benih tidak tumbuh karena mati. Kemungkinan hama tersebut adalah

hama gudang Sitophillus oryzae. Beliau juga menyebutkan bahwa apabila

pengeringan kurang baik maka dapat terjadi serangan penyakit pada benih jagung

yang disimpan.

Page 21: Laporan Fieldtrip Petani Benih

Terjadinya penyakit ini sesuai dengan pendapat Sinuseng et al. (2004)

bahwa setelah panen, jagung perlu segera dikeringkan. Aerasi atau pengeringan

dapat mengurangi akumulasi suhu di sekitar benih, baik suhu panas dari lapang

maupun hasil respirasi. Aerasi juga dapat menurunkan kadar air benih. Kadar air

benih yang tinggi mendorong respirasi dan menstimulasi pertumbuhan

mikroorganisme (terutama cendawan) yang menyebabkan kerusakan benih.

4.3 Solusi dan Rekomendasi

Untuk mengatasi permasalahan hama dan penyakit, bapak Ali

menggunakan pestisida baik pada proses penanaman dan proses penyimpanan di

gudang. Untuk serangan hama dan penyakit seperti hawar daun jagung dijelaskan

di dalam Dharma (1993) bahwa salah satu penyebab penyakit hawar daun adalah

Helminthosporium turcicum. Penyakit hawar daun (H. turcicum) ini mampu

menyebabkan kehilangan hasil hingga 50% bahkan dapat menyebabkan kerugian

besar bila serangan patogen terjadi sebelum pemunculan bunga jantan.

Untuk mencegah terjadinya kerugian karena penyakit ini tanaman harus

mendapat air yang cukup, pupuk yang seimbang, dan ditanam secara serentak

pada saat penanaman yang tepat. Pemberian unsur hara yang tepat dianggap

sebagai cara pengendalian yang paling baik (Semangun, 1996).

Menurut Aak (1993) penanaman jagung pada tanah tegal, biasanya

dilakukan menjelang musim hujan yaitu antara bulan September sampai bulan

Nopember. Bila perlu penanaman dilakukan setelah atau akhir musim hujan yaitu

antara bulan Februari hingga bulan April. Bila masih ada air, maka bulan Mei pun

dapat dilakukan penanaman jagung.

Di tanah sawah, jagung biasa ditanam secara bergantian atau bergilir

dengan tanaman padi sebagai tanaman pokok. Penanaman jagung di tanah sawah

inipun ada 2 waktu tanam, yaitu menjelang musim hujan atau pada awal musim

penghujan san setelah panen padi penanaman musim hukan. Jadi berdasarkan

perhitungan bulan yaitu antara bulan September-oktober dan antara bulan Mei dan

Agustus (Aak, 1993)

Rukmana, Rahmat (1997) merekomendasikan untuk mengatasi masalah

penyakit bulai adalah sebagai berikut ini:

Page 22: Laporan Fieldtrip Petani Benih

(1) Menanam varietas jagung yang tahan atau resisten terhadapa penyakit

bulai, misalkan, varietas arjuna, wiyasa, kalingga, dan hibrida CPI-I,

(2) Perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida Ro-domil 35 SD

sebanyak 5g-7g per kg benih jagung. Caranya tambahkan air sedikit ke

dalam Ridomil 35 SD kemudian campurkan dengan benih jagung

hingga merata

(3) Mencabut dan memusnahkan tanaman jagung yang sakit besar

(4) Melakukan perbaikan aerasi dan drainase tanah agar keadaan kebun

tidak lembab

(5) Pergiliran atau rotasi tanam dengan yang bukan tnaman sefamili

Selain itu, perlakuan pada tanaman juga sangat mempengaruhi pada

tanaman jagung, misalkan jarak tanam atau jumlah populasi tanaman per satuan

luas merupakan faktor penting untuk mendapatkan produksi tinggi, disamping

kultur teknis lainnya. Jumlah populasi tanaman per satuan luas pada suatu tempat

sangat bergantung pada varietas, umur tanaman, kesuburan tanah dan keadaan air

tanah (Effendi,1985).

Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun

antara tanaman dengan tanaman lain untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya

matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam.

Sedangkan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit masa simpan,

dalam jurnal direkomendasikan oleh Sinuseng et al. (2004) bahwa selang waktu

antara panen dan pengeringan sangat berpengaruh terhadap mutu benih, terutama

daya simpan. Sebelum benih dikeringkan biasanya petani membiarkannya

beberapa waktu atau dikenal dengan istilah penyimpanan sementara (bulk

storage), apalagi kalau pengeringan hanya mengandalkan sinar matahari. Semakin

tinggi kadar air benih saat panen, semakin singkat selang waktu penyimpanan

sementara yang dapat ditoleransi, dan semakin tinggi suhu ruang simpan

sementara, semakin singkat pula selang waktu penyimpanan yang dapat

ditoleransi.

Hal yang tidak kalah penting adalah penyelesaian masalah pengeringan

benih atau penurunan kadar air. Pengeringan secara alami dengan menggunakan

Page 23: Laporan Fieldtrip Petani Benih

sumber energi sinar matahari dapat berdampak pada penurunan mutu akibat terpapar pada

fluktuasi suhu ekstrim dan curah hujan (Agrawal et al. 1998). Hasil penelitian Cordova et

al. (1999) menunjukkan bahwa pengeringan tongkol jagung selama 5 hari diatas lantai

jemur dengan alas terpal menurunkan kadar air biji menjadi 11%, sedangkan pengeringan

tongkol tanpa alas terpal di atas lantai jemur hanya menurunkan kadar air biji menjadi

7,7%.

Sedangkan menurut Highlight Balitsereal (2007) kadar air biji jagung 17%

dengan suhu lingkungan antara 25-35ºC, merupakan kondisi yang sesuai untuk

tumbuh cendawan Aspergillus flavus. Kondisi demikian sering ditemukan pada

tingkat pedagang atau peternak. Oleh karena itu perlu penempatan alat pemipil

dan pengering untuk mempercepat penurunan kadar air biji setelah panen. Proses

pengeringan jagung pada musim hujan di wilayah iklim basah (tipe B dan C)

dengan cara pengeringan tongkol sampai kadar air biji 14% dan kemudian dipipil,

menghasilkan mutu fisik biji lebih baik, yaitu biji utuh 90,25%, biji rusak 8,83%,

biji pecah 1,05%, kotoran 0,08%, dan kandungan aflatoksin < 4,5 ppb.

Untuk mengurangi kerusakan biji akibat benturan dengan gigi perontok

pada mesin pemipil dan agar hasil pipilan dapat memenuhi mutu standar SNI

sebaiknya kadar air biji berkisar 15-19% dan putaran selinder perontok 800 RPM.

Page 24: Laporan Fieldtrip Petani Benih

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan Hasil Praktikum

Penanaman jagung dilakukan pada jarak tanam 25 x 75 cm hal ini

termasuk salah satu usaha untuk optimalisasi pertumbuhan tanaman

jagung

pengandalian hama dan penyakit pada masa pertanaman dapat dilakukan

dengan aplikasi pestisida, sedangkan cara mekanis dapat menggunakan

cara mengatur jarak tanam sehingga tidak terlau rapat dan kelembaban

menjadi rendah

dilakukan rouging untuk menghilangkan tanaman yang off type, terserang

penyakit agar tidak menyebar, dan tanaman lain selain jagung sebagai

tanaman utama, selain itu dilakukan isolasi jarak 100 cm dan waktu 15

hari antara penanaman jagung benih dengan jagung konsumsi

panen dilakukan pada saat 4,5 bulan, atau secara teori tergantung varietas

atau ditandai dengan munculnya black layer pada jagung

Pemilihan atau seleksi didasarkan pada keadaan tongkol jagung, dipilih

tongkol besar dan panjang

setelah panen dilakukan dapat dilakukan penjemuran di bawah sinar

matahari agar kadar air turun, hal ini ddapat dilakukan baik saat telah

dipipil ataupun sebelum dipipil seperti yang dilakukan pada usaha pak Ali

pemipilan sebaiknya dilakukan setelah kadar air menurun agar tidak

merusak biji secara fisik karena pada kondisi air yang banyaj memudahkan

biji rusak saat dipipil

benih dapat disimpan tergantung pada kadar air dan tempat untuk

menyimpan. Pada kadar air yang tinggi masa simpan akan lebih rendah

jika dibandingkan dengan benih yang kadar airnya rendah, demikian pula

benih yang disimpan pada tempat dengan suhu rendah akan menyebabkan

benih tahan lebih lama karena poses metabolisme terhambat

pengaruh kadar air terhadap penyimpanan juga menyangkut ketahanan

terhadap bahaya serangan penyakit seperti jamur yang biasanya datang

Page 25: Laporan Fieldtrip Petani Benih

pada saat benih dalam kondisi lembab pada penyimpanan, sehingga aerasi

yang baik sangat dibutuhkan pada penyimpanan benih.

5.2 Saran

Saran untuk Asisten : diperbanyak untuk diskusi dan tanya jawab di

asistensi sehingga praktikum bukan hanya sekedar mendengar dan

mencatat saja. Terimakasih

Saran untuk Praktikum : 1. waktu untuk praktikum terlalu sempit sehingga

materi tidak banyak bisa difahami, sehingga asistensi sangat diperlukan. 2.

Sebaiknya antara praktikum Teknologi Produksi Benih lingkup Budidaya

Pertanian dan Hama Penyakit Tanaman digabung saja, sehingga korelasi

antara teori dan aplikasi dapat dijalankan bersama-sama. 3. Fieldtrip agar

lebih terkoordinasi, selain fieldtrip mandiri ke petani benih, sebiknya ada

fieldtrip yang terorganisir, misalkan ke balai-balai, ex : Balitjestro (Balai

Penelitian Jeruk dan Buah Tropika) yang ada di Junrejo Batu, hal tersebut

akan lebih membuka wawasan praktikan. Terimakasih!

Page 26: Laporan Fieldtrip Petani Benih

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1993. Budidaya Tanaman Jagung. Kanisius. Jogjakarta

Agrawal, P. K., B. D. Agrawal, P. Venkat Rao, and J. Singh. 1998. Seed

multiplication,conditioning, and storage, In M. L. Morris (ed.) Maize seed

industries in developing countries. Lynne Rienner Publishers and Cimmyt,

Colorado, USA, and Mexico, pp. 103-124

Arief, R. dan Sania Saenong. 2006. Pengaruh ukuran biji dan periode simpan

benih terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan. Indonesia 25(1):52-56.

Arief, Ramla. 2009. Mutu Benih Jagung Pada Berbagai Cara Pengeringan.

Balai Penelitian Tanaman Serealia. Lamuru

Black, M., and J.D. Bewley. (ed.) 2000. Seed technology and its biological basis.

CRC Press, Boca Raton, FL.

Cordova, H. S., J. L. Queme, and P. Rosado. 1999. Small-scale production of

maize seed by farmers in Guatemala, 2 nd edition. Mexico, D. F.;

CIMMYT

Delouche, J.C. 1990. Research on association of seed physical properties to seeds

quality. Prepared for Seed Research Workshop. AARP II Project,

Sukamandi, Indonesia.

Handoyo, Joko. 2004. Teknologi Perbanyakan Benih Jagung. Pusat Penelitian dan

Pengambangan. Temanggung

Harrington, J.F. 1972. Seed storage and longevity. In: T.T. Kozlowski (Ed.). Seed

biology Vol. III. Academic Press. New York. p. 145-245.

Highlight Balitsereal 2007. Inovasi Teknologi Produksi Jagung. Balitsentral.

Bogor

Justice. O.L. and L.N. Bass. 1979. Principles and practices of seed storage. Castle

House Bubl. Ltd. 289 p.

Matthes, R.K., G.B. Welch, J.C. Delouche, and G.M. Dougherty. 1969. Drying,

processing and storage of corn seed in tropical and subtropical regions.

American Society of Agricultural Engineers. New York No. 1838.

Page 27: Laporan Fieldtrip Petani Benih

Miguel, M.V.C. and Marcos Filho, J. 2002. Potassium Leakage and Maize Seed

Physiology Potential. Scientia Agricola, Vol. 59 No. 2 : 315-319.

Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jogjakarta

Sania., M. Azrai, Ramlah Arief, dan Rahmawati. 2002. Pengelolaan Benih

Jagung Saenong. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros

Semangun, H. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. UGM Press. Jogjakarta

Sinuseng, Y., I.U. Firmansyah, S. Saenong dan Rahmawati. 2004. Teknik

pengeringan, pemipilan dan penyimpanan benih jagung. Makalah

disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi

Benih Serealia. Balitsereal, Bogor 14 – 16 Juli 2004.

Warisno.2003. Jagung Hibrida. Kanisius. Jogjakarta

Page 28: Laporan Fieldtrip Petani Benih

LAMPIRAN

Form Tanya Jawab

1. Nama H. Mat Ali

2. Alamat Desa Dadaprejo dalam kota Batu

3. Usia 70 tahun (1942)

4. Tingkat pendidikan STM

5. Anggota Keluarga Istri : Hj. Suistin (65 th)

Anak : (1) Agus pranoto (1965)

pekerjaan petani, (2) Setiawan

(1968) pekerjaan pegawai hotel

6. Pekerjaan sampingan Ternak (1996/1997 sampai

sekarang)

- ternak sapi : 20

ekor

- ternak kambing : 250

ekor

- ternak ayam

7. Luas lahan 1 ha milik sendiri, 2 ha sewa (total 3

ha)

8. Pengalaman organisasi Ketua Gapoktan (Gabungan

Kelompok Tani)

9. Lama profesi 20 tahun

10. Tanaman utama Jagung

11. Bahan tanam Jagung Surya

12. Tenaga kerja (Ongkos kerja) - Lepas : Laki-laki (20000),

perempuan (17500)

- Tidak lepas : Laki-laki (17500),

perempuan (15000)

Page 29: Laporan Fieldtrip Petani Benih

13. Benih yang dihasilkan

a. Apa saja? Jagung

b. Sifat tanaman di lapang Produksi makin baik pada 1 kali

tanam

14. Proses selama masa tanam

a. Budidaya - Lama penanaman untuk bibit 4,5

bulan, untuk konsumsi 65 hari

saja

- Dilakukan pergiliran tanam

jagung-padi

b. Pembasmian OPT Pestisida

c. Pemupukan Pupuk Urea 15 hst dan Ponska 40-

45 hst

15. Proses panen Dipanen pada 4,5 bulan untuk benih

tanam, dan 65 hari untuk konsumsi

16. Proses pascapanen Lepas klobot dikeringkan

(dijemur) pemipilan simpan

dalam tong perawatan dengan

pemberian obat dan perlakuan

dalam penyimpanan --> masa

simpan 6 bulan

17. Preses produksi benih

a. Pengambilan benih 1 ton digunakan sebagai benih, 2

ton untuk dijual sebagai benih

konsumsi. Benih dipanen seperti

pada layaknya proses panen dengan

memisahkan tongkol dari batang

jagung dan kemudian dikeluarkan

Page 30: Laporan Fieldtrip Petani Benih

dari klobot

b. Pengeringan benih Pengeringan dilakukan dengan cara

sederhana yaitu dengan

mnggunakan pengeringan matahari

(jemur), apabila cuaca panas maka

hanya memerlukan waktu 5 hari,

sedangkan apabila hujan maka

membutuhkan watu sekitar 10 hari

c. Penyimpanan benih Benih yang telah kering kemudian

disimpan di dalam tong yang

ditambahkan pestisida agar

terhindar dari serangga hama pascca

panen sehingga dapat awet selama 6

bulan, apabila lebih dari 6 bulan

maka benih tidak dapat tumbuh

18. Kemana saja dipasarkan Akses pasar 5-10 km dan pada

petani-petani sendiri. Harga per-kg

Rp.7.500,-

19. Bagaimana sistem pengemasannya Tergantung pada permintaan berapa

Kg, jadi langsung insidental

ditimbang. Ada jaminan yang tidak

tertulis bahwa apabila benih tidak

tumbuh dapat dikembalikan

20. Kendala yang dihadapi dalam

proses

a. Budidaya Kendala serangan ulat dan bulai

b. Panen -

c. Pasca panen Penyimpanan yang maksimal 6

bulan saja, hama pasca panen,

proses pengeringan

d. Pengeringan Tergantung pada cuaca, bila panas

terik maka cepat kering jika hujan

Page 31: Laporan Fieldtrip Petani Benih

maka lebih lama

e. Penyimpanan Adanya OPT (hama gudang),

maksimal penyimpanan 6 bulan saja

21. Cara mengatasi oleh petani - Masalah OPT diatasi dengan

aplikasi pestisida

- Agar awet maka pengeringan

harus maksimal

22. Keuntungan yang didapat dalam 1x

panen

50% dari total revenue (pendapatan)

23. Harapan untuk usaha produksi

benihnya

Cukup seperti ini saja, hanya untuk

kalangan sendiri tidak perlu terlalu

besar.

Page 32: Laporan Fieldtrip Petani Benih

LAMPIRAN

Dokumentasi lahan, benih, dan petani beserta kegiatan fieldtrip

Lahan Benih Benih

Benih dan Petani Pekerjaan sampingan

Gapoktan Kegiatan Fieldtrip