Laporan Fieldtrip PB

60
LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi dan ramah lingkungan. Pada tingkat bentang lahan pengelolaannya difokuskan pada pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian dalam mempertahankan pollinator, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak macam penggunaan lahan yang tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dan kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya. Selama kuliah, mahasiswa mempelajari tentang beberapa indikator kegagalan Pertanian berlanjut baik dari segi ekonomi, biofisik dan sosial. Guna meningkatkan pemahaman mahasiswa akan dasar-dasar konsep Pertanian Berlanjut di daerah Tropis dan penerapannya di tingkat lanskap maka pengenalan pengelolaan bentang lahan yang terpadu di bentang lahan sangat perlu dilakukan. 1

Transcript of Laporan Fieldtrip PB

Page 1: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem pertanian yang layak secara ekonomi

dan ramah lingkungan. Pada tingkat bentang lahan pengelolaannya difokuskan pada

pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian dalam mempertahankan pollinator,

pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan

kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak macam penggunaan lahan yang

tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam

tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi dan

kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya.

Selama kuliah, mahasiswa mempelajari tentang beberapa indikator kegagalan

Pertanian berlanjut baik dari segi ekonomi, biofisik dan sosial. Guna meningkatkan

pemahaman mahasiswa akan dasar-dasar konsep Pertanian Berlanjut di daerah

Tropis dan penerapannya di tingkat lanskap maka pengenalan pengelolaan bentang

lahan yang terpadu di bentang lahan sangat perlu dilakukan.

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan praktikum lapangan (fieldtrip) adalah :

a. Memahami macam-macam, sebaran dan interaksi antar tutupan lahan pertanian

yang ada di suatu bentang lahan.

b. Memahami pengaruh pengelolaan lanskap Pertanian terhadap kondisi hidrologi,

tingkat biodiversitas, dan serapan karbon.

1.3 Lokasi

Lokasi penyelenggaraan praktikum adalah di Dusun Sumbermulyo, Desa

Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.

1.4 Waktu Penyelenggaraan

Waktu Penyelenggaraan adalah pada hari Sabtu, tanggal 13 November 2010.

1

Page 2: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

BAB II

KONDISI WILAYAH

2.1. Wilayah Administratif Lokasi Praktikum

Kecamatan Ngantang merupakan salah satu Kecamatan di wilayah Kabupaten Malang

yang secara geografis terletak di sebelah Barat Kota Malang dengan komposisi 20 %

pegunungan, 65% perbukitan dan 15 % dataran.

Secara Geografis Kecamatan Ngantang terletak pada :

Lintang Tempat (F) : -7° 50¢ 48² LS

Bujur Tempat (l) : 112° 24¢ 49² BT

Keadaan Umum

Kecamatan Ngantang bersebelahan dengan :

Sebelah Utara : Kec. Kasembon

Sebelah Selatan : Kab. Blitar

2

Page 3: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Sebelah Barat : Kec. Kasembon dan Kab. Kediri

Sebelah Timur : Kecamatan Pujon

Jarak antara Kota Kecamatan Ngantang dengan :

Pusat kota Malang : ± 23,4 miles

Pusat Malang (Kepanjen) : ± 34,2 miles

2.1. Kondisi Biofisik Lokasi Praktikum

Letak daerah yang kami survei yaitu desa Sumber Mulyo, Kecamatan Ngantang

memiliki keadaan topografi yang berombak. Hal ini dikarenakan karena desa Sumber

Mulyo ini terletak dibawah kaki gunung, sehingga kondisi reliefnya tidak rata dan banyak

dijumpai keadaan tanah yang miring.

Kondisi tanah yang ada di desa ini dapat dikategorikan kedalam tanah yang

gembur, dan juga memiliki tekstur debu. Hal ini disebabkan penggunaan lahan ditempat

yang kami survei adalah sebagai lahan Agroforestry. Selain itu, juga banyak dijumpai

kascing pada tanah yang kami jadikan tempat survei. Dengan ditemuinya banyak kascing

di tempat tersebut, hal ini dapat mengindikasikan bahwa tanah yang ada keadaannya

gembur dan juga sehat.

Pengairan yang digunakan oleh penduduk setempat ialah pengairan non teknis.

Pengairan non teknis ini merupakan pengairan yang airnya hanya berasal dari air hujan

saja. pada saat musim kemarau, penduduk juga tidak melakukan pengairan, sebab

tanaman yang dibudidayakan kebanyakan tanaman berkayu yang akarnya dapat mencapai

kedalaman yang lebih dalam dari pada tanaman horti. Selain itu pada lapisan tanah juga

banyak terdapat seresah, yang mana seresah ini berfungsi untuk mengurangi penguapan

air dan juga sekaligus menjaga kelembapan pada tanah.

2.2. Kondisi Penggunaan Lahan dan Tanaman

Di dearah yang kami survei saat praktikum yaitu desa Sumber Mulyo Kecamatan

Ngantang, lahan yang ada di gunakan oleh masyarakat untuk mengembangkan komoditas

perkebunan. Tanaman perkebunan utama yang dibudidayakan ialah komoditas kopi.

Namun banyak juga dikombinasikan dengan tanaman lain seperti sengon, petai, waru,

3

Page 4: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

kayu Mindhi. Tidak hanya itu saja, ada juga berbagai macam tanaman buah, seperti

pisang, rambutan, dan juga durian, selain itu juga ditemui beberapa pohon coklat.

Dengan keadaan yang seperti ini, maka dapat dikatakan perkebunan ini

selayaknya sistem pertanaman Agroforestry. Untuk sistem pengairan sistem Agroforestry

ini, penduduk hanya mengandalkan bantuan air hujan saja, sehingga dapat dikatakan

sistem pengairannya tadah hujan. Sebab keadaan lahan ialah Agroforestry, sehingga tidak

begitu dibutuhkan pengairan.

Penggunaan

Lahan

Tutupan

LahanManfaat

Posisi

Lereng

Tingkat Tutupan

Kanopi Seresah

Kebun

campuran

atau

tumpangsari

Pohon

tahunan/kayu,

pohon buah,

tanaman

herba dan

obat

B, D, A, K,

BjAtas (A) Tinggi (T) Sedang (S)

Agroforestry

Kopi,

Sengon,

waru, Durian,

Buah-buahan

B, K, A, Bj Atas (A) Tinggi (T) Sedang (S)

Sawah

Padi, Jagung,

Rumput

gajah, Bj, D

Tengah (T),

Dan Bawah

(B)

Rendah (R) Rendah (R)

PermukimanBangunan

Rumah- Bawah (B) - -

Hutan

ProduksiPinus K, A Atas (A) Tinggi (T) Rendah (R)

Keterangan : Manfaat : B (buah), D (daun), A (akar), K (kayu), Bj (biji)

Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah)

4

Page 5: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Tingkat tutupan kanopi dan seresah : T (tinggi), S (sedang), R (Rendah)

Dari tabel yang telah ditulis diatas diketahui bahwa jenis pengunaan lahan yang

digunakan oleh masyarakat tersebut sangat bervariasi. Mulai dari sawah,kebun campuran,

agroforestry, permukiman, dan hutan produksi. Tutupan lahan yang digunakan juga

berbeda-beda, mulai dari tanaman pinus, kopi, durian, tanaman herba, langsat, dan

rumput gajah. Kondisi lingkungan didaerah tersebut sangat bervariasi, hal tersebut dapat

dilihat dari beragamnya vegetasi yang ada. Dengan bermacam-macamnya vegetasi yang

ada pada daerah tersebut, system pertanian tersebut dapat berlanjut karena terdapat

beragam vegetasi. Heterogenitas tanaman yang menutupi lahan sangat bermanfaat baik

dari segi ekologi, ekonomi dan social budaya. Tanaman dapat diambil manfaatnya berupa

buah, kayu, biji dan daun untuk mendatangkan manfaat ekonomi, social dan budaya serta

dapat diambil manfaat akarnya untuk konservasi ekologi.

Pada posisi lereng atas, tutupan lahan dominan berupa kebun campuran, hutan

produksi dan agroforestry. Sehingga sesuai untuk tindakan konservasi lahan dan juga

pertanian berkelanjutan. Hal ini akan meminimalisir bahaya erosi dan leaching yang dapat

menurunkan tingkat kesuburan dan produktivitas lahan. Selain itu dengan adanya

agroforestry, hutan produksi dan kebun campuran akan meningkatkan biodiversitas dan

keberadaan pollinator sehingga tercipta keseimbangan ekologi. Penggunaan lahan di

lereng atas yang berupa agroforestry, hutan produksi dan kebun campuran memberikan

tingkat tutupan kanopi tinggi dan tingkat tutupan seresah yang sedang. Dengan adanya

kanopi yang tinggi maka air hujan tidak secara langsung memukul tanah sehingga akan

mengurangi tingkat run-off dan erosi. Sedangkan dengan adanya seresah yang tinggi akan

mampu menyuplai bahan organic serta dapat meningkatkan aktivitas biota tanah dan juga

meningkatkan kesuburan tanah.

Pada posisi lereng tengah dan bawah penggunaan lahan berupa sawah, tegal dan

pemukiman penduduk. Tutupan lahannya dominan berupa padi, jagung, rumput gajah,

dan juga rumah penduduk. Apabila ditinjau dari tingkat kesesuaian lahannya maka

penggunaan lahan ini sudah sesuai. Pada umumnya, padi sawah diusahakan di dataran

rendah agar pasokan air dapat terpenuhi optimal. Sehingga usaha pertanian dapat

berlanjut tanpa terkendala dengan suplay air. Dari tipe penggunaan lahan ini, penduduk

5

Page 6: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

dapat mengambil manfaat berupa biji dan daun (jerami). Pada lereng tengah diperlukan

usaha konservasi misalnya pembuatan terrain agar tidak terjadi erosi. Ditinjau dari tingkat

tutupan kanopi dan seresah maka sawah tergolong rendah. Oleh karena itu dalam

pengelolaannya sawah ini membutuhkan pengelolaan yang intensif.

Di bawah ini adalah sket penggunaan lahan pada skala lansekap

6

Page 7: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

2.3. Tipe Landskap Dan Rekomendasi Yang Perlu Dilakukan Berdasarkan Hasil

Gambar Sketsa Landskap Dengan Data Tabel Hasil Praktikum

Tabel klasifikasi lanskap pertanian berdasarkan tingkat kerusakan habitat dan fragmentasi

Tipe lanskap Intact (90%

intact)

Variegated (60-

90% habitat

asli tersisa)

Fragmented (10-

60% habitat asli

tersisa)

Relictual (<10%

habitat asli

tersisa)

Konservasi Habitat asli =

matriks

Habitat asli =

matriks

Habitat alami

terpecah (fragmen)

dalam kondisi baik

NA (not

applicable)

Perbaikan NA Daerah

Penyangga

Kualitas Habitat

Alami yang telah

terpecah

NA

Rekonstruksi

(dibangun)

NA NA Derah Penyangga

Kelola NA NA Matrix pertanian Matrix Pertanian

Dari gambar sketsa lanskap yang ada di atas dapat dilihat lahan yang digambar masuk

dalam kategori fragmented. Hal tersebut dapat dilihat dari vegetasi yang ada. Dilihat dari

lereng bagian atas terdapat hutan alami, dibawahnya ada agroforestry (pinus dan tanaman

lain) kemudian dibawahnya kopi multistrata, dan dibawahnya lagi ada sawah irigasi.

Dari lansekap juga terlihat bahwa habitat alami sudah terpecah, diantaranya sudah

digunakan sebagai lahan pertanian. Tetapi meskipun daerah alami sudah terpecah pengaturan

penanaman komoditas-komoditas sesuai dengan prinsip pertanian berlanjut, yaitu mantap

secara ekologis juga mantap secara ekonomis.

7

Page 8: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Mantap secara ekologis dapat kita lihat dari penggunaan lahan pada lereng yang

paling atas masih habitat alami, dan dibawahnya digunakan sebagai agroforestry. dengan

demikian daerah penyangga khususnya air masih tetap ada.

Mantap secara ekologis dapat kita lihat dari system pertanian daerah tersebut. Pada

system agroforestry selain memperkaya biodiversitas pada lahan tersebut, juga dapat

menghasilkan nilai ekonomis, misalnya dengan ditanami dengan tanaman sayuran. Selain itu

pada lereng paling bawah digunakan sebagai lahan persawahan.

2.4 Tingkat Heterogenitas Penggunaan Lahan, Interaksi Masing-Masing Penggunaan

Lahan Dikaitkan Dengan Usaha Pertanian

Tingkat heterogenitas lahan di Dusun Sumbermulyo, Desa Sumberagung, Kecamatan

Ngantang dapat dikatakan heterogen. Hal tersebut dapat kita lihat dari bermacam-macam

penggunaan lahan, mulai dari agroforestry, tegalan, dan persawahan. Dengan adanya

heterogenitas penggunaan lahan tersebut mengindikasikan bahwa beragamnya vegetasi pada

lahan tersebut.

Pengaturan jarak tanam dan pemilihan vegetasi yang sesuai tidak akan menghambat

masuknya cahaya matahari pada lahan tersebut. Misalnya saja pada sistem agroforestry

tanaman tahunan dengan tanaman semusim. Untuk menyiasati penerimaan cahaya matahari

yang diterima oleh tanaman semusim tidak kekurangan maka dapat dilakukan dengan pola

tanam lorong dengan pengaturan jarak tanam tertentu. Selain itu dengan pengaturan jarak

tanam tidak akan terjadi kompetisi hara di dalam tanah.

Sebaran hama dan penyakit dapat dikurangi intensitasnya karena vegetasi di daerah

tersebut masih rapat. Dengan adanya bermacam-macam vegetasi maka penyebaran hama

penyakit dapat ditekan dengan adanya tanaman inang sekunder. Sehingga hama penyakit

tidak menyerang pada tanaman utama, yang dapat menurunkan tingkat hasil produksi

tanaman. Selain itu kehidupan pollinator juga terjaga pada habitat tersebut. Dengan

heterogenitasnya vegetasi yang ada maka pollinator tersebut masih mempunyai “rumah

tinggal” dan dapat membantu penyerbukan.

Dari pembahasan diatas apabila dikaitkan dengan usaha pertanian maka dapat

dikatakan, lahan tersebut dapat berlanjut secara ekonomis. Hal ini dapat dilihat dari sistem

8

Page 9: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

penggunaan lahan yang dapat menunjang lingkungan. Selain menunjang lingkungan juga

dapat dioptimalkan untuk menghasilkan produksi yang optimal.

BAB III

INDIKATOR PERTANIAN BERLANJUT DARI ASPEK BIOFISIK

3.1 Indikator Kualitas Air

Dewasa ini penurunan kualitas air tidak hanya tejadi di daerah hilir, tetapi juga di

daerah hulu. Alih guna lahan hutan menjadi pertanian dan permukiman merupakan factor

utama penyebab terjadinya penurunan kualitas air sungai di daerah hulu melalui

sedimentasi, penumpukan hara, dan pencemaran pestisida kimia. Kondisi ini

mempengaruhi kesehatan manusia dan keberadaan makhluk hidup yang ada di perairan.

Penumpukan unsur hara di perairan memicu booming alga, akumulasi racun pestisida

dapat membunuh hewan air dan menimbulkan berbagai jenis penyakit bagi manusia. Oleh

sebab itu, perlu adanya monitoring atau pendugaan kualitas air.

Gambar. Pengukuran kualitas air di lokasi fieldtrip

9

Page 10: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Dalam praktikum ini ada tiga jenis pendugaan kualitas air sungai, yaitu fisik

(kekeruhan), kimia (pH dan DO), dan biologi (memanfaatkan mikroinvertebrata).

Dibawah ini adalah tabel klasifikasi kualitas air berdasarkan FBI dan criteria kualitas air

pada masing-masing kelas berdasarkan nilai COD, BOD, DO, dan pH.

Nilai FBI Kualitas Air Tingkat Pencemaran

0.00-3.75

3.75-4.25

4.26-5.00

5.01-5.75

5.76-6.50

6.51-7.25

7.26-10.00

Sangat Baik

Baik Sekali

Baik

Cukup

Agak Buruk

Buruk

Buruk Sekali

Tidak terpolusi bahan organik

Sedikit terpolusi bahan organic

Terpolusi beberapa bahan organic

Terpolusi agak banyak bahan organic

Terpolusi banyak bahan organic

Terpolusi sangat banyak bahan organic

Terpolusi berat bahan organic

Parameter Satuan Kelas

I II III IV

DO

BOD

COD

pH

Mg/liter

Mg/liter

Mg/liter

Mg/liter

6

2

10

6-9

4

3

25

6-9

3

6

50

6-9

0

12

100

5-9

Form pengamatan kualitas air secara fisika kimia

Parameter Satuan Hasil Pengamatan Kelas

pH Mg/liter 7,86 1

Kekeruhan

(Turbidity)18,9 -

BOD Mg/liter Tidak teramati -

DO Mg/liter 9,26 1

COD Mg/liter Tidak teramati -

Form pengamatan makroinvertebrata

10

Page 11: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Ordo FamiliJumlah

Individu (xi)

Nilai Toleransi

(ti)xi*ti

Coleoptera Dryopidae 2 5 10

Haliplidae 5 7 35

Diptera Caenidae 6 7 42

Dixidae 2 1 2

Empididae 1 6 6

Coleoptera Ptilodctylidae 3 3 9

Haliplidae 4 7 28

Acarformes Arrenuridae 2 6 12

Tyrellidae 5 6 30

Limnocharidae 6 6 36

Gastropoda Bithyniidae 2 8 16

Valvatidae 1 8 8

Phsydae 3 8 24

Planorbidae 4 7 28

Ephemeroptera Ephemerilidae 2 1 2

Megaloptera Corydalidae 5 0 0

Plecoptera Leuctridae 6 0 0

Pteronarcydae 2 0 0

Peltoperlidae 1 0 0

Tricoptera Glossosomatidae 3 0 0

Odontoceridae 4 0 0

Total 69 92 288

Nilai FBI

FBI = (∑ (xi*ti)) / n

= 289 / 69

= 4,17

11

Page 12: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Klasifikasi air = baik sekali

PEMBAHASAN

a. Parameter pH (derajat keasaman air)

pH merupakan ekspresi dari konsentrasi ion (H+) didalam air. Air normal

yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5-7,5. Air

akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH dibawah pH

normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH diatas pH

normal bersifat basa. Air limbah dan air buangan industry akan mengubah pH air

yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota aquatik.

Berdasarkan hasil pengukuran dari bagian hulu DAS mikro kali Konto di

Dusun Sumbermulyo, Desa Sumberagung, Kecamatan Ngantang, pH airnya 7,86,

sehingga pH airnya termasuk dalam kelas 1 dengan nilai kisaran 6-9. Dengan kisaran

pH 6-9 memperlihatkan bahwa pH air sugai yang diukur masih dalam kondisi baik

dan di indikasikan bahwa keadaan sungai didaerah ini masih alamiah.

b. Parameter Oksigen Terlarut (DO)

Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat

hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic

dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfer atau dari reaksi fotosintesis alga.

Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfer.

Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kelarutan oksigen jenuh dalam

air pada 250 C dan tekananan 1 atm adalah 8,32 mg/liter.

Berdasarkan data hasil pengukuran kualitas air dari daerah pengamatan, nilai

DO-nya masuk dalam kelas 1 yaitu sebesar 9,26 mg/l. nilai DO ini memperlihatkan

bahwa ekosistem air pada sungai tersebut masih baikyyang ditunjukkan dengan kadar

oksigen terlarut yang tinggi. Dan nilai DO ini menunjukkan bahwa kualitas sungai

masih dalam kondisi baik, karena semakin banyak jumlah DO, maka kualitas air

sungainya juga semakin baik.

c. Parameter Kekeruhan (Turbidity)

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organic dan

anorganik.yang terkandung didalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan

12

Page 13: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

oleh buangan industry. Apabila kondisi air semakin keruh, maka cahaya matahari

yang masuk ke air semakin berkurang sehingga mengurangi proses fotosintesisi

tumbuhan air. Hal itu berdampak pada suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan

air juga berkurang, sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air juga berkurang.

Dari hasil pengukuran kalitas air yang telah dilakukan, diperoleh nilai

kekeruhan air yaitu sebesar 18,9. Dengan demikian, tingkat kekeruhan disungai

tersebut masih dapat ditolerir. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat kekeruhan 18,9 dan

kadar oksigen terlarut jiga masih tinggi yaitu 9,26 atau dapat dikatakan cahaya

matahari masih bisa masuk.

d. Indikator Biologi

Pendugaan air secara biologi ini memanfaatkan mikroinvertebrata seperti

plankton, mikroinvertebrata dan makrobentos. Hal dikarenakan, pemanfaatan hewan

jenis ini sangat peka terhadap perubahan lingkungan dan dapat ditemukan pada setiap

perairan.

Pada fieldtrip kali ini, pendugaan kualitas air secara biologi menggunakan

metode FBI. Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai FBI derah tersebut sebesar 4,17.

Nilai FBI tersebut termasuk dalam kelas kualitas air yang baik sekali, sehingga dapat

dikatakan bahwa kualitas air disini sedikit terpolsi oleh oleh bahan organic. Hal ini

mungkin juga disebabkan karena system pertanian yang diterapkan didaerah atas

masih dikelola dengan benar. Sehingga tidak ada penumpukan hasil sedimentasi,

akumulasi unsure hara hingga residu kimia yang berasal dari bagian hulu sungai

tersebut.

3.2 Indikator Agronomi

Biodiversitas tanaman pangan dan tahunan

Titik pengambilan

sampel tutupan lahan

Semusim/

Tahunan/Campuran

Informasi tutupan lahan dan tanaman

dalam lanskap

LuasJarak

TanamPopulasi Sebaran

13

Page 14: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Kopi

Sengon

Pisang

Tahunan

Tahunan

Musiman

500 m2

500 m2

500 m2

7m

9m

21m

71

55

23

Luas

Luas

Sempit

PEMBAHASAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa lahan ditanami 3

jenis tanaman yaitu kopi, sengon dan pisang. Untuk tutupan lahan tanaman kopi dan

sengon tingkat sebarannya luas, sedangkan untuk tanaman pisang tingkat sebarannya

sempit. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat biodiversitas lahan tersebut

tergolong sedang karena sistem pertanaman yang digunakan adalah campuran dimana

terdapat lebih dari satu jenis tanaman yang ditanam dalam satu bidang lahan. Tingkat

biodiversitas suatu lahan sangat menentukan keberlanjutan sistem pertanian yang

diusahakan. Hal itu dikarenakan semakin banyak populasi yang hidup disuatu lahan maka

interaksi didalamnya juga semakin banyak sehingga terjalin simbiosis mutualisme.

Interaksi tersebut bisa berupa : a.) siklus hara, diantaranya tanaman tahunan mempunyai

akar yang dalam sehingga mampu menunjang ketersediaan unsur hara bagi tanaman

musiman, b.) pengendalian

OPT, dimana masing- masing tanaman

mempunyai hama yang berbeda-beda

oleh karena itu tidak menutup

kemungkinan hama tanaman yang

satu merupakan musuh alami bagi hama

tanaman lainnya, c.) penambahan BO,

dimana semakin banyak tanaman

yang tumbuh maka seresah yang dihasilkan juga semakin banyak sehingga kesuburan

tanah dapat terjaga dengan adanya penambahan bahan organik yang berasal dari seresah

tersebut. Dari segi ekologi, sistem pertanian tersebut dapat dikatakan sebagai sistem

pertanian berkelanjutan dimana dalam prakteknya ramah lingkungan tidak menimbulkan

kerusakan dan mampu menciptakan agroekologi yang sehat.

14

Page 15: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Gambar. Jenis vegetasi yang ada di lokasi fieldtrip

Pertanian Berkelanjutan merupakan suatu konsep pemikiran masa depan.

Pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini, saat yang akan

datang dan selamanya. Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan

tidak menimbulkan bencana bagi semuanya.. Pertanian berkelanjutan (sustainable

agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable

resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources), untuk

proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan

seminimal mungkin. Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya,

kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang

berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap

lingkungan.

Pengelolaan Gulma

Titik Pengambilan

sample

Kelebatan Gulma

Lebat

(> 50%)

Agak Lebat

(25%-50%)

Jarang

(< 25%)

Samping kanan

Tengah

Samping kiri

Form Pengamatan Biodiversitas Gulma

Nama lokal Nama ilmiah Lokasi sampel Jumlah Fungsi

15

Page 16: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Rumput teki Cyperus

rotundus

Tengah 15 Tanaman obat

Patikan kerbau Euphorbia

hirta

Tengah 25 Tanaman obat

Grinting Cynodon

dactylon

Tengah 10 Tanaman liar

Gulma berdaun

lebar

Class

Dicotyledonae

Samping kanan 8 Tanaman liar

Krokot Portulaca

oleracea L.

Samping kiri 5 Tanaman obat

Rumput

(Gulma

berdaun

sempit)

Marga

Poaceae

(Gramineae)

Samping kanan 12 Tanaman liar

Form Tabulasi Data

Kelompok

Gulma

Tutupan Lahan

Kopi Sengon Pisang

Teki-tekian Rumput teki (Cyperus

rotundus)

Rumput teki

(Cyperus rotundus)

Rumput teki

(Cyperus rotundus)

Grinting (Cynodon

dactylon)

Daun

sempit/rumput

Rumput Marga

Poaceae (Gramineae)

Rumput Marga

Poaceae

Gramineae)

Rumput Marga

Poaceae

(Gramineae)

Daun Lebar Patikan kerbau

(Euphorbia hirta)

Krokot (Portulaca

oleracea L.)

Patikan kerbau

(Euphorbia hirta)

Krokot (Portulaca

oleracea L.)

Patikan kerbau

(Euphorbia hirta)

Krokot (Portulaca

oleracea L.)

16

Page 17: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa di lahan

terdapat berbagai jenis gulma yang tumbuh, diantaranya adalah: Rumput teki (Cyperus

rotundus), Patikan kerbau (Euphorbia hirta), Grinting (Cynodon dactylon), Gulma

berdaun lebar (Class Dicotyledonae), Krokot (Portulaca oleracea L.), dan Rumput Marga

Poaceae (Gramineae). Tingkat kelebatan gulma di lahan tersebut dari agak lebat sampai

lebat sehingga dibutuhkan pengolahan yang tepat agar tidak merugikan tanaman

budidaya.

Gulma tidak hanya berfungsi sebagai rumput liar, akan tetapi bisa juga berfungsi

sebagai tanaman obat. Selain itu, bisa juga sebagai tempat hidup musuh alami sehingga

gulma tidak harus disiangi, dibasmi atau dibakar, melainkan perlu dikelola supaya lebih

bermanfaat. Contoh gulma yang berfungsi sebagai tanaman obat adalah rumput teki,

patikan kerbau, krokot, dan lain sebagainya.

Gulma dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu Teki-tekian, daun sempit/rumput,

dan daun lebar. Ketiga jenis tersebut mempunyai karakteristik masing-masing yaitu (1.)

teki-tekian dengan karakteristik spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis

(linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus)

seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga

Poaceae (Gramineae), (2.) Daun sempit/rumput dengan karakteristik Spesies-spesies

gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya

berbentuk garis (linearis). Contoh yang termasuk kelompok ini antara lain Cyperus

rotundus dan Fymbristilis miliaceae. (3.) Kelompok berdaun lebar dengan karakteristik

spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus),

bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama

sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang

tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri

dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-marga

Euphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae,

Commelinaceae, dan sebagainya.

1. Rumput Teki (Cyperus rotundus)

17

Page 18: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Rumput teki merupakan rumput

semu menahun, tergolong dalam jenis teki-

tekian, tingginya 10-95 cm. Batang

rumputnya berbentuk segitiga dan tajam.

Daunnya berjumlah 4-10 helai yang

terkumpul pada pangkal batang. Akar

dengan pelepah daunnya tertutup tanah. Helaian daun berbentuk pita bersilang sejajar.

Permukaan atas berwarna hijau mengilat dengan panjang daun 10-30 cm dan lebar 3-6

cm.

Kegunaan lain rumput teki adalah adalah obat sakit dada, sakit iga, rasa sakit

sewaktu haid, juga untuk obat luar seperti luka terpukul, memar, gatal-gatal di kulit,

bisul, perdarahan dan keputihan, juga bengkak akibat retensi cairan (edema). Bahkan,

rumput ini dipercaya bisa mengatasi gangguan fungsi pencernaan, seperti mual,

muntah, nyeri lambung, dan nyeri perut.

2. Patikan Kerbau (Euphorbia hirta)

Tanaman patikan kerbau mampu

bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang

biak melalui biji. Patikan kerbau mempunyai

warna dominan kecoklatan dan bergetah. Banyak

pohonya memiliki cabang dengan diameter

ukuran kecil. Daun Patikan kerbau mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-

taji. Letak daun yang satu dengan yang lain berhadap-hadapan. Sedang bunganya

muncul pada ketiak daun. Patikan kerbau hidupnya merambat (merayap) di tanah.

Tanaman ini tergolong gulma berdaun lebar. Gulma ini dapat dijadikan sebagai obat

radang tenggorokan, bronkhitis, asma, disentri, radang perut, diare, kencing darah,

radang kelenjar susu, payudara bengkak, eksim.

3. Grinting (Cynodon dactylon)

Terna bertahunan yang berstolon, merumput

dengan rimpang bawah tanah menembus tanah

sampai kedalaman 1 m atau lebih. Lamina

18

Page 19: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

melancip-memita, berlapis lilin putih keabu-abuan tipis di permukaan bawah, gundul

atau berambut pada permukaan atas. Pelepah daun panjang, halus, berambut atau

gundul; ligula tampak jelas berupa cincin rambut-rambut putih. Bunga tegak, seperti

tandan. Bijinya membulat telur, kuning sampai kemerahan. Grinting tergolong gulma

jenis teki-tekian dan berfungsi sebagai tanaman liar.

4. Gulma berdaun lebar (Class Dicotyledonae)

Gulma berdaun lebar dengan karakteristik spesies-spesies gulma dengan

bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset

(lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik

(oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama

sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini

memiliki arah pertumbuhan batang tegak,

berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit.

5. Krokot (Portulaca oleracea L.)

Tanaman yang punya nama ilmiah

Portulaca oleraceae L.; ini merupakan tanaman

herbal setahun yang termasuk dalam famili

Portulacacaeae. Batang krokot berbentuk bulat

yang tumbuh tegak atau sebagian/ seluruhnya

terletak di atas tanah tanpa mengeluarkan akar. Batangnya berwana cokelat keunguan

dengan panjang 10-50 cm. Daunnya tunggal, tebal berdaging, datar dan letaknya

berhadapan atau tersebar. Tangkainya pendek berbentuk bulat telur sungsang, bagian

ujungnya bulat melekuk ke dalam. Pangkal batangnya membaji dengan tepi rata,

panjangnya 1-4 cm dan lebar 5-14 mm. Warna permukaan atas daun hijau tua,

permukaan bawahnya merah tua.

Krokot tergolong dalam jenis gulma berdaun lebar. Tanaman ini dapat

menyembuhkan penyakit; antara lain: Disentri, diare akut, radang akut usus buntu

(appendicitis acuta), radang payudara (mastitis) wasir berdarah (hemorrhoidal

bleeding), badan sakit dan pegal (Rheumatism), keputihan, gangguan sistem saluran

kencing, sakit kuning (hepatitis), cacingan, dan sesak nafas (biji dan buahnya).

19

Page 20: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

6. Rumput Marga Poaceae (Gramineae)

Spesies-spesies gulma yang daunnya

berbentuk garis (linearis), memanjang dan sempit,

pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus)

seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput

biasanya berada pada marga Poaceae

(Gramineae).

3.3 Indikator Hama Penyakit

Titik Pengambilan

Sample

Jumlah Individu Presentase

Hama MA SL Total Hama MA SL

1 5 6 8 19 26.3 31.6 42.1

2 1 2 2 5 20 40 40

3 3 1 2 6 50 16.7 33.3

Segitiga Fiktorial Pada Titik 1,2, dan 3

Segitiga Fiktorial Pada Titik 1,2, dan 3

PEMBAHASAN

20

0

0

0

Serangga Lain

Hama Musuh Alami

100

100100

Page 21: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Ketiga titik koordinat berada di titik sudut serangga lain. Keadaan ini

menunjukkan bahwa ekosistem tersebut kaya akan serangga lain, serangga lain bisa

berupa serangga pollinator maupun serangga non pollinator. Pada ekosistem ini tidak

terjadi peledakan hama, bahkan komposisi antara hama dan musuh alami hampir

seimbang. Musuh alami bereperan besar dalam mengendalikan populasi hama,

serangga lain pun yang merupakan serangga non pollinator bisa dijadikan mangsa

alternative bagi musuh alami jika populasi hama sedikit, tidak memungkinkan untuk

mencukupi kebutuhan musuh alami ( khususnya untuk predator yang umumnya

polifag).

Dari hasil analisis segitiga fiktorial diatas, dapat disimpulkan bahwa kondisi

ekosistem tersebut sehat, jika dilihat dari populasi organisme.

Form Pengamtan Biodiversitas Serangga

NoLokas Pengambilan

SampleNama Lokal

Nama Ilmiah

(ordo)Jumlah Fungsi

1 Titik 1 Belalang Orthoptera 1 Hama

2 Titik 1 - Diptera 2 Hama

3 Titik 1 Ulat Lepidoptera 2 Hama

4 Titik 1 - Hymenoptera 2 MA

5 Titik 1 Laba-laba Arachnida 3 MA

6 Titik 1 - Hemiptera 1 MA

7 Titik 1 - Homoptera 5 SL

8 Titik 1 - Coleoptera 1 SL

9 Titik 1 - Diptera 2 SL

PEMBAHASAN

Dilihat dari jenis arthropda yang ada pada pengamatan (titik 1), terdapat 9

jenis serangga yang berbeda berdasarkan ordonya. 3 macam ordo sebagai serangga

hama, 3 ordo yang berperan sebagai musuh alami, dan 3 macam ordo serangga lain.

Jika dilihat dari jumlahnya, serangga lain yang mendominasi, dengan jumlah total 8

21

Page 22: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

ekor dari ordo Homoptera, Coleoptera, dan diptera. Jumlah yang paling sedikit adalah

serangga hama, yaitu 5 ekor dari ordo orthoptera, dipteral, dan Lepidoptera. Jumlah

populasi musuh alami lebih banyak dari pupulasi hama, yaitu sebanyak 6 ekor dari

ordo hymenoptera, arachnida, dan hemiptera.

Berdasarkan prinsip ekologis, diketahui bahwa semakin beragam suatu

lingkungan biotik semakin stabil sistem tersebut, semakin tidak beragam semakin

rapuh dan mudah terjadi goncangan ekstrim lingkungan. Pada hamparan ekosistem

ini, kondisi lingkungan biotic (berdasarkan populasi arthropoda) beragam, terdapat 9

ordo, dengan jumlah mayoritas serangga lain, kemudian musuh alami, dan yang

paling sedikit adalh populasi hama. Kemungkinan terjadinya peledakan hama kecil,

apabila keberadaan musuh alami dan serangga lain didukung dan dipertahankan terus

menerus.

22

Page 23: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

BAB IV

INDIKATOR PERTANIAN BERLANJUT DARI ASPEK SOSIAL

1. Data Pertama dari Bapak Sukadi

Dusun Sumber Mulyo Desa Sumber Agung, Kecamatan Ngantang

a. Tanaman Semusim

Jenis

TanamanLuas Tanam

Jumlah

Produksi / Tahun

Umur

Tanaman

Harga Jual

(Rp/unit)

Nilai

Produksi

Padi - - - - -

Jagung - - - - -

Sayuran : - - - - -

Rumput - - - - -

Bapak Sukadi tidak memiliki lahan sawah baik itu milik sendiri ataupun sewa,

tetapi hanya sebagai petani penggarap saja. Pada umumnya lahan sawah yang terdapat

di daerah itu ditanami oleh padi jenis IR-64 yang dirotasi dengan jagung hibrida (Bisi)

dengan pola Padi- Jagung- Padi. Selain itu juga ditanami dengan rumput gajah.

b. Tanaman Tahunan

Jenis

Tanaman

Luas

Tanam

Jumlah

Produksi /

Tahun

Umur TanamanHarga Jual

(Rp/unit)

Nilai

Produksi(Rp)

Kopi

Robusta

1 ha 6 ton

basah3 tahun 2.700/Kg 16.200.000,-

Durian 2500 buah - 3000/buah 7.500.000,-

Kayu

Sengon- 3 tahun 650.000/gelondong -

Waru

Gunung

- - - -

23

Page 24: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Petai 100 ikat - 2000/ikat 200.000,-

Alpukat

0,125 ha

100 kg -

Dikonsumsi sendiri

dan 25 % dijual

2.500/kg

62.500,-

Nangka 30 buah 8 tahun Dikonsumsi sendiri -

Langsap Belum panen

1. Macam / jenis komoditas yang ditanam (semakin beragam jenis tanaman, semakin

berkelanjutan).

Jenis komoditas yang ditanam oleh Bapak Sukadi sangat beragam dalam lahan

kering/ tegal dan pekarangan. Jenis- jenis komoditasnya antara lain kopi robusta, kayu

sengon, waru gunung, langsat, nangka, alpukat, petai, dan durian. Penanaman berbagai

komoditas ini ditanam dalam system agroforestry. Sedangkan untuk lahan pekarangan

ditanami nangka, empon-empon, singkong, kakao, pisang dan buah-buahan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lahan yang ditanami oleh bapak sukadi dapat

dikatakan berkelanjutan. Hal tersebut dapat dilihat dari beragamnya komoditas yang

ditanam hingga kanopinya membentuk multistrata.

2. Akses terhadap sumber daya pertanian, Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu kuasai?

Jenis Lahan) Tanah milik SewaSakap (bagi

hasil)Jumlah (ha)

Sawah (ha) Tidak Punya Tidak Punya Tidak Ada Tidak Ada

Tegal (ha) 1 Ha Tidak Punya Tidak Ada 1 Ha

Pekarangan (ha) 0,125 Ha Tidak Punya Tidak Ada 0,125 Ha

Jumlah (ha) 1,125 Ha - - 1,125 Ha

Dari data yang telah didapat, penguasaan lahan sawah bapak Sukadi memiliki

skor 1. Hal tersebut dikarenakan beliau tidak memiliki lahan atau hanya sebagai buruh

24

Page 25: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

tani. Untuk penguasaan lahan tegal atau pekarangan beliau memiliki skor 5, karena lahan

tegalnya merupakan lahan milik sendiri.

Bibit untuk tanaman di lahan tegal atau pekarangan semuanya diperoleh dengan

cara membuat sendiri sehingga memiliki skor 5.

Pupuk untuk tanaman di lahan tegal semuanya membeli, sehingga memiliki

nilai skor 1. Pupuk yang digunakan ada dua jenis yaitu, pupuk sintetis dan pupuk

organik. Pupuk sintetik yang digunakan yaitu urea dan Za, yang diaplikasikan dua kali

dalam satu tahun. Pupuk sintetik ini dibeli dari agen, koperasi, atau kelompok tani,

dengan harga Rp 80.000,00/sak (@sak 50 Kg). Sedangkan pupuk organic yang

digunakan didapat dari pembelian, akan tetapi penggunaannya lebih sedikit karena

ketersediannya yang terbatas.

Tenaga kerja untuk pengolahan lahan tegal bapak Sukadi ini memiliki skor 2.

Karena penggunaan tenaga kerja hanya dilakukan pada saat panen. Pada saat panen

tersebut menggunakan tenaga kerja dari keluarga atau orang lain.

3. Apakah produksi pertanian (tanaman semusim: padi / jagung / sayuran) dapat

memenuhi kebutuhan konsumsi?

Bisa, bapak Sukadi tidak menanam padi atau jagung. Petani yang kami

wawancarai menanam buah-buahan pada lahannya, buah yang ditanam antara lain

Durian, alpukat, nangka, Langsap.

Harga jual untuk masing-masing buah tersebut, untuk buah durian langsung

dijual langsung dari pohon. Satu pohon durian dapat menghasilkan 100 buah. Buah

Alpukat yang dibudidayakan bapak Sukadi selain dikonsumsi juga dijual, sebesar

25% dari hasil panen dijual.

Buah nangka yang ditanam oleh petani yang saya wawancarai hanya

dikonsumsi sendiri. Buah langsap yang ditanam juga dijual meskipun belum pernah

panen.

4. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang Bapak/Ibu

budidayakan?

(a) Jenis tanaman : kopi

Kopi dari hasil budidaya langsung dibeli langsung oleh tengkulak

25

Page 26: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

(b) Jenis tanaman : Durian

Durian yang ditanam oleh petani tersebut juga langsung dibeli oleh para

tengkulak langsung dipohonnya.

5. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap

lingkungan apa tidak.

Menurut kami mengerti. Hal ini dapanya system tersebut at dilihat dari system

pertanaman di lhaan bapak Sukadi yang ditanami dengan system agroforestry,.

Tanaman yang ditanam adalah tanaman kopi dengan memadukannya dengan tanaman

sengon, waru gunung, dan durian.

6. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani yang Bapak/Ibu lakukan apakah

sudah memperhatikan aspek lingkungan (ramah lingkungan)? Sebutkan

alasannya. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak sumber

pendapatan semakin berkelanjutan).

Menurut Bapak Sukadi, usaha tani yang beliau lakukan sudah memperhatikan

aspek lingkungan atau ramah lingkungan. Karena beliau berfikir bahwa sistem

pertanian yang digunakannya yaitu sistem pertanian agroforestry dapat mendukung

keberlanjutan usaha taninya serta biodiversitas di lingkungannya. Bapak sukadi tidak

memiliki mata pencaharian selain sebagai petani sehingga dapat dikatakan bahwa

diversifikasi pendapatannya tidak ada.

7. Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga Bapak/Ibu:

Kepemilikan ternak

Bapak sukadi juga memiliki ternak, yaitu berupa ayam.

8. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak Kotoran ternak yang

dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara pengelolaannya.

Karena beliau tidak memiliki ternak mamalia sehingga kotoran ternak yang

dihasilkan sangat sedikit sekali.

9. Kearifan local : Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat

(a) Kepercayaan/adat istiadat:

26

Page 27: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Di desa tersebut masih mempercayai mitos yang berkaitan dengan

pertanian. Misalnya : Pranoto mongso untuk menentukan waktu tanam dan

Wiwitan yang dilaksanakan sebelum memulai panen.

(b) Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan aktivitas

pertanian) :

Bapak Sukadi masih menggunakan pranoto mongso untuk menentukan

waktu tanam. Misalnya dengan memperhatikan rasi bintang waluku yang menandai

dimulainya pembajakan sawah, waktu tanam kayu-kayuan.

(c) Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk pupuk atau pengendalian

hama/penyakit :

Bapak sukadi masih menggunakan pupuk organik tetapi untuk

mengendalikan hama dan penyakit menggunakan pestida anorganik.

(d) Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban,

kebersamaan, kerjasama (misalkan gotong royong, tolong ,menolong, dsb).

Sebutkan dan jelaskan.

Dalam kegiatan pertanian misalkan gotong royong tidak pernah dilakukan

dikarenakan beliau pada waktu tanam dikerjakan oleh keluarga sendiri sedangkan

pada saat musim panen mendatangkan tenaga kerja dari luar dengan upah Rp

30.000,-/hari/orang. Untuk kegiatan di luar pertanian misalnya pembangunan

rumah dilakukan gotong royong antar penduduk setempat.

10. Kelembagaan

Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait dengan

pertanian), misalkan: kelompok tani, koperasi, lembaga keuangan dsb.

Di masyarakat desa ini masih terdapat kelembagaan dalam bidang pertanian

contohnya kelompok tani dan koperasi simpan pinjam.

11. Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam pengelolaan usahatani.

Sebutkan.

Di Desa tersebut masih ada tokoh masyarakat (orang yang di tuakan) namanya

Bapak Suparjo tetapi sudah meninggal kemudian digantikan oleh Bapak Basri.

27

Page 28: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

2. Data dari Petani II

Nama : Santoso

Usia : 40 tahun

Anak : 1 (3 SD)

Pendidikan terakhir : SMP

1. Tanaman Semusim

Jenis TanamanLuas

Tanam (ha)

Jumlah Produksi/

Tahun (Kg)

Umur

Tanaman

Harga Jual

(Rp/unit)

Nilai

Produksi(Rp)

Padi ¼ - - - -

Jagung ¼ - - - -

Rumput Gajah ¼ - - - -

2. Tanaman Tahunan

Jenis

Tanaman

Luas

Tanam

(ha)

Jumlah

Produksi/

Tahun

(Kg)

Umur

Tanaman

Harga Jual

(Rp/unit)

Nilai

Produksi

(Rp)

Kopi 1/8 150 - 14.000 2.100.000

Sengon 1/8 - - - -

1. Macam / jenis komoditas yang ditanam (semakin beragam jenis tanaman,

semakin berkelanjutan). Tanaman apa saja yang Bapak/Ibu budidayakan?

Jawab:

28

Page 29: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Bapak Santoso mempunyai 2 tipe lahan, yaitu lahan sawah yang ditanami

jagung, padi dan rumput gajah, serta lahan tegal yang ditanami sengon dan kopi.

Akses terhadap sumber daya pertanian:

2. Berapakah luas lahan yang Bapak/ibu kuasai?

Jenis Lahan) Tanah milik Sewa Sakap (bagi

hasil)

Jumlah (ha)

Sawah (ha) ¼ - - -

Pekarangan

(ha)¼ - - -

Jumlah (ha) ¾ - ¾ 1

3. Apakah produksi pertanian (tanaman semusim: padi / jagung / sayuran) dapat

memenuhi kebutuhan konsumsi?

Jawab:

Dalam usaha pemenuhan kebutuhan konsumsi, tanaman yang diusahakan

Bapak Santoso yaitu padi dan jagung. Akan tetapi beliau tidak dapat memastikan

produksi dari kedua tanaman tersebut.

4. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang Bapak/Ibu

budidayakan?

Jawab:

Untuk tanaman padi dan jagung hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan

petani sendiri. Sedangkan untuk tanaman sengon tidak dapat dipastikan

pemasarannya. Rumput gajah juga dapat menambah penghasilan dimana rumput

tersebut dijual kepada tetangga yang membutuhkan untuk pakan ternak. Hasil

tanaman kopi tidak dijual dipasar, melainkan diambil oleh tengkulak.

5. Apakah petani mengetahui usahatani yang dilakukan ramah terhadap

lingkungan apa tidak. Bagaimanakah menurut Bapak/Ibu usahatani yang

Bapak/Ibu lakukan apakah sudah memperhatikan aspek lingkungan (ramah

lingkungan)? Sebutkan alasannya.

29

Page 30: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Jawab:

Bapak Santoso mengetahui bahwa praktek pertaniannya tidak ramah

lingkungan, dimana beliau tidak menggunakan pupuk kandang untuk memperbaiki

kesuburan tanahnya. Hal itu dikarenakan keterbatasan transportasi, selain itu jumlah

kotoran sapi yang sedikit.

6. Diversifikasi sumber-sumber pendapatan (semakin banyak sumber pendapatan

semakin berkelanjutan). Apa saja sumber-sumber penghasilan keluarga

Bapak/Ibu:

Jawab:

Sumber penghasilan Bapak Santoso adalah penjualan dari hasil pertanian.

Akan tetapi hanya sebagian kecil saja hasil pertanian yang dijual, sebagian besar

untuk konsumsi sendiri. Tanaman kopi merupakan tanaman utama sebagai sumber

penghasilan utama. Selain itu rumput gajah juga dapat dijual sehingga menambah

penghasilan beliau.

7. Kepemilikan ternak:

Jawab:

Bapak Santoso mempunyai 1 ekor sapi, akan tetapi tidak untuk dijual

melainkan hanya untuk hiburan saja.

8. Pengelolaan produk sampingan: kotoran ternak

Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara

pengelolaannya.

Jawab:

Karena Bapak Santoso hanya memelihara 1 sapi sehingga kotoran yang

dihasilkan juga dalam jumlah yang sedikit. Selain itu kotoran ternak juga tidak

dijadikan sebagai pupuk kandang karena keterbatasan transportasi. Oleh karena itu,

kotoran hanya dibuang secara sia-sia.

9. Kearifan lokal :

Identifikasi kearifan lokal yang ada di masyarakat

a. Kepercayaan/adat istiadat

30

Page 31: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

Adat istiadat yang biasanya dilakukan oleh Bapak Santoso adalah

“Sedekah Bumi”. Sedekah bumi ini diadakan setelah panen.

b. Pranoto mongso (menggunakan tanda-tanda alam untuk melakukan

aktivitas pertanian)

Menurut Bapak Santoso untuk saat ini sulit menentukan waktu tanam

dimana terjadinya pemanasan global sehingga perubahan musim tidak menentu

dan tidak dapat diprediksikan lagi.

c. Penggunaan bahan-bahan alami setempat untuk pupuk atau pengendalian

hama/penyakit

Dalam usaha taninya Bapak Santoso tidak pernah melakukan pemeliharaan

baik pemupukan maupun pengendalian hama dimana setelah penanaman, tanaman

budidaya hanya dibiarkan.

d. Apakah ada kegiatan-kegiatan pertanian yang menciptakan keguyuban,

kebersamaan, kerjasama (misalkan gotong royong, tolong ,menolong, dsb).

Sebutkan dan jelaskan.

Tidak ada kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kebersamaan antar petani.

10. Kelembagaan

Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait dengan

pertanian), misalkan: kelompok tani, koperasi, lembaga keuangan dsb.

Jawab:

Dulu terdapat kelembagaan yaitu KPSA, akan tetapi sekarang sudah tidak

berjalan lagi. Hal ini berarti petani usaha sendiri.

11. Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam pengelolaan usahatani,

sebutkan.

Jawab:

Tidak ada tokoh masyarakat yang dibuat panutan oleh Bapak Santoso.

PEMBAHAASAN

Dari hasil wawancara dengan petani dapat diketahui bahwa pengelolaan lahan

milik mereka berbeda-beda. Pada petani pertama bapak Sukadi hanya memiliki lahan

31

Page 32: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

pekarangan yang ditanami dengan system agroforestry. Jenis tanaman yang ditanam

adalah kopi, waru gunung, sengon, dan durian. Dari system agroforestry tersebut dapat

mendatangkan ekonomi yang sedikit. Keuntungan ekonomi tersebut di dapatkan dari

penjualan kopi, sengon, maupun durian yang waktu panennya berbeda.

Pada petani kedua, yaitu bapak santoso memiliki dua lahan yaitu lahan sawah dan

lahan tegalan. Lahan sawah ditanami dengan padi, jagung, dan rumput gajah. Padi dan

jagung ditanam dengan menggunakan sistem rotasi tanaman yang bertujuan untuk

memutus siklus penyakit dan menjaga ketersediaan unsure hara. Lahan tegalan ditanami

sengon dan kopi secara tumpangsari. Tanaman yang ditanam pada lahan tegalan tidak

mendapat perawatan yang memadai, setelah masa tanam.

BAB V

PEMBAHASAN UMUM

Sumberdaya pertanian agar bisa memberikan manfaat untuk generasi sekarang dan

juga generasi yang akan datang, diperlukan pengelolaan yang memperhatikan prinsip-prinsip

keberlanjutan (sustainability). Dalam pembangunan di bidang pertanian, peningkatan

produksi seringkali diberi perhatian utama, namun ada batas maksimal produktivitas

ekosistem. Jika batas ini dilampaui, maka ekosistem akan mengalami degradasi.

Agar sistem bertanian bisa berkelanjutan maka tidak hanya mempertimbangkan aspek

finansial dan produksi yang tinggi semata, namun juga harus memperhatikan aspek ekologis,

produktivitas jangka panjang serta social ekonomi yang lainnya.

Petanian yang berkelanjutan adalah system pertanian yang (1) berkelangsungan hidup

secara ekonomi (economically viable); (2) ekologis dan bersahabat atau ramah lingkungan

(ecologically sound and friendly/environmentally); (3) berkeadilan sosial (socially just

32

Page 33: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

equitable); (4) cocok secara budaya (culturally appropriate); dan (5) merupakan pendekatan

sistem dan holistik / terintegrasi (systems and holistic/ integrated

approach).

Dari hasil pembahasan dari berbagai indikator pertanian berlanjut dari aspek

biofisik yaitu dari indicator kualitas air, indicator agronomi, dan indicator hama penyakit

tanaman, maupun dari aspek social ekonomi didapatkan hasil bahwa sistm pertanian yang

dilakukan dapat dikatakan berlanjut.

Pada indicator kualitas air didapatkan hasil mulai dari Parameter pH (derajat

keasaman air) didapatkan hasil pada daerah tersebut masih memiliki pH yang normal yaitu

7,86 dan masih mengindikasikan bahwa kondisi air sungai pada daerah tersebut masih

alamiah. Parameter oksigen terlart pada air sungai daerah tersebut didapatkan hasil 9,26

mg/liter yang masuk dalam kelas I yang berarti memperlihatkan bahwa ekosistem air pada

sungai tersebut masih baik yang ditunjukkan dengan kadar oksigen terlarut yang tinggi. Dan

nilai DO menunjukkan bahwa kualitas sungai masoh dalam kondisi baik , karena semakin

tinggi nilai DO maka kualitas air sungainya semakin baik.

Parameter kekeruhan pada indikator kualtas air diperoleh nilai kekeruhan sebesar

18,9. Dilihat dari nilai kekeruhan pada sungai tersebut maka tingkat kekeruhannya dapat

ditolerir. Indicator biologi yang didasarkan pada perhitungan nilai FBI diperoleh nilai FBI

4,17. Berdasarkan tabel FBI, nilai FBI yang didapatkan dapat dikatakan bahwa kualitas

airbaik sekali, dan tingkat pencemarannya sedikit terpolusi oleh bahan organik.

Dari indicator kualitas air air dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai pada daerah

tersebut masih bagus. Tingkat pencemarannya masih rendah dan biodiversitas pada air sungai

tersebut juga masih tinggi.

Pada indikator agronomi didapatkan hasil bahwa penggunaan lahan pada daerah

tersebut dari pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa lahan ditanami 3 jenis

tanaman yaitu kopi, sengon dan pisang. Untuk tutupan lahan tanaman kopi dan sengon

tingkat sebarannya luas, sedangkan untuk tanaman pisang tingkat sebarannya sempit. Dari

data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat biodiversitas lahan tersebut tergolong sedang

karena sistem pertanaman yang digunakan adalah campuran dimana terdapat lebih dari satu

jenis tanaman yang ditanam dalam satu bidang lahan. Tingkat biodiversitas suatu lahan

33

Page 34: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

sangat menentukan keberlanjutan sistem pertanian yang diusahakan. Hal itu dikarenakan

semakin banyak populasi yang hidup disuatu lahan maka interaksi didalamnya juga semakin

banyak sehingga terjalin simbiosis mutualisme.

Dari segi tanaman pengganggu atau biasa disebut dengan gulma, pada lahan tersebut

ditemukan berbagai macam gulma, mulai dari gulma berdaun sempit sampai gulma berdaun

lebar. Gulma tidak selalu merugikan bagi system pertanian yang harus disiangi ataupun

dibakar. Tetapi gulma juga dapat digunakan sebagai tempat tingal ntuk musuh alami,

sehingga dapat mengurangi serangan hama pada tanaman budidaya.

Pada indikator hama penyakit tanaman, didapatkan hasil bahwa populasi antara hama

dan musuh alami dapat dikatakan seimbang. Hal tersebut dapat dilihat dari segitiga factorial

yang telah digambarkan diatas. Apabila populasi antara musuh alami dan hama seimbang,

maka penyebaran hama ataupun penyakit yang disebabkan oleh hama dapat ditekan, sehingga

kerusakan yang terjadi pada lahan tersebut dapat dikurangi. Dengan demikian dari indicator

hama penyakit, dapat dikatakan berlanjut karena tidak ada permasalahan hama yang serius.

Selain itu juga dipertegas dengan banyaknya serangga lain yang bisa berupa musuh alami

maupun pollinator.

Pada indikator social ekonomi didapatkan hasil dari wawancara dengan petani bahwa

para petani melakukan system budidaya dengan system agroforestry, dengan memadukan

tanaman tahunan seperti sengon, kopi, dan tanaman buah-buahan seperti durian dan langsap.

Petani dapat emeperoleh penghasilan lebih dari satu kali pada lahannya. Para petani bisa

mendapatkan penghasilan dari penjualan kopi, ataupun tanaman buah yang ditanamnya.

Selain itu, setiap 8 tahun sekali para petani juga dapat memanen pohon sengon yang

ditanamnya. Dilihat dari system budidaya para petani dapat dikatakan system pertaniannya

berlanjut, dengan beragamnya vegetasi pada satu bentang lahan.

34

Page 35: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

BAB VI

KESIMPULAN

Dari hasil analisis dari berbagai indikator, mulai dari indikator biofisik yaitu indikator

kualitas air, indikator agronomi, indikator hama penyakit, serta indikator sosial ekonomi

dapat dikatakan pengelolaan lahan pada skala lansekap di wilayah tersebut termasuk

berlanjut. Hal tersebut dapat dipertegas dengan kualitas air yang masih bagus,

keanekaragaman vegetasi, populasi hama dan musuh alami yang seimbang, serta produksi

petani yang optimal. Hal tersebut sesuai denagn prinsip oertanian berlanjut, yaitu mantap

secara ekologi, mantap secara ekonomis, serta berkeadilan sosial.

35

Page 36: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

BAB VII

KRITIK DAN SARAN

Kritik

1. Pada saat pelaksanaan kuliah sering terjadi miss komunikasi diantara dosen,

sehingga sering terjadi jam kosong.

2. Pada saat pelaksanaan praktikum tidak efisien pembagian pos-posnya sehingga

tidak ada efisiensi waktu, banyak waktu yang terbuang.

Saran

1. Harusnya ada koordinasi diantara dosen sehingga tidak terjadi miss komunikasi

diantara dosen, sehingga tidak ada jam kosong

2. Pembagian pos-pos pada praktikum lapang supaya lebih diperhatikan, atau di

urutkan, atau bisa per kelompok dibagi per pos, sehingga waktunya lebih efisien.

36

Page 37: Laporan Fieldtrip PB

LAPORAN FIELDTRIP PERTANIAN BERLANJUT 2010

LAMPIRAN

Jenis Gulma Yang Ditemukan Di Lokasi

37