Fieldtrip Man.prod Andin

download Fieldtrip Man.prod Andin

of 28

Transcript of Fieldtrip Man.prod Andin

LAPORAN FIELDTRIP MANAJEMEN PRODUKSI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII (PERSERO)

Disusun oleh Kelompok 3 : Andina Primandhani (J3J108001)

Fredy Adiwijaya (J3J108 Widdy Destiana Rulita (J3J208

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN AGRIBISNIS DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Salah satu sektor yang penting dalam pembangunan adalah sektor pertanian dan perkebunan. PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri perkebunan di daerah Subang, Jawa Barat. Pada kajian materi mata kuliah Manajemen Produksi, kami ingin mengetahui bagaimana proses produksi teh mulai dari input sampai ke output. Teh adalah produk unggulan PTPN VII yang didalamnya termasuk Perkebunan Ciater, teh selain digunakan untuk minuman kesehatan juga digunakan untuk bahan kosmetika dan pewarna tekstil. Teh berkhasiat untuk kesehatan tubuh terbukti secara ilmiah sebagai cara terbaik dan alami untuk meraih kesehatan. PTPN VIII memproduksi teh hitam jenis Orthodok yang dibuat dari pucuk-pucuk teh pilihan yang diolah tanpa campuran apapun dan dikemas secara professional dengan hasil produksi seperti BOP I, BOPF, PF, DUST, BT, BP, PF, DUST II, BT II, DUST III, FANN II, BM, PLUFF. Berdasarkan hal tersebut, manajemen produksi harus berupaya sebaikbaiknya agar seluruh kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efesien agar dapat memperoleh laba dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

1.2

Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi tugas fieldtrip Manajemen Produksi.

2. Menambah wawasan tentang aspek produksi di bidang agribisnis. 3. Mempelajari ruang lingkup manajemen produksi pada perusahaan agribisnis. 4. Mempelajari dan memahami alur kerja proses produksi yang ada di perusahaan agribisnis. 1.3 Kegunaan Adapun kegunaan dari penyusunan makalah ini, antara lain :

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa di bidang produksi agribisnis Teh. 2. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan di lapangan khususnya di bidang produksi Teh.

BAB II KERAGAAN PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Sebelum berdirinya pabrik dan penanaman teh di mulai, lahan di ciater digunakan oleh orang belanda untuk menanam pohon kopi dan pohon kina. Setelah itu pada tahun 1900 orang belanda mulai menanam biji teh atau bibit pohon teh yang tidak hanya di tanam di satu lokasi tetapi disebar di lokasilokasi tertentu sebagai pohon percobaan. Sekitar tahun 1963 pengelolaan perkebunan teh dikuasai oleh PPN ( Perusahaan Perkebunan Negara ) DWIKORA dan kemudian dikelola oleh PT XXX, sekitra tahun 1979 pengelolaan teh dikelola oleh PT. XIII kemudian berganti nama menjadi PT XIII, Dan PT XIII berganti nama kembali menjadi PTPN VIII sampai saat ini. PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) didirikan berdasrkan Akta Notaris Harun Kamil, SH No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C28336.HT.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996, sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 13 Tahun 1996 tentang peleburan Perusahaan Persero (Persero) PT. Pekebunan Nusantara XI, Perusahaan Persero (Persero) PT. Perkebunan Nusantara XII dan Perusahaan Persero (Persero) PT. Perkebunan Nusantara XIII, menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII. Kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII,meliputi pembudidayaan tanaman, pengelolaan/produksi dan penjualan komoditi perkebunan teh, karet, kina, kakao, kelapa sawit dan gutta percha. Pabrik teh ciater adalah salah satu pabrik teh disubang, Indonesia masuk dalam no. 3 dalam produksi teh, pabrik teh diciater adalah salah satu pabrik yang berada di Jawa Barat. PT. PN VIII mempunyai 24 pabrik teh di Jawa Barat, pabrik teh di Ciater pabrik terbesar di Indonesia.

Pusat kegiatan usaha berada di Kantor Direksi di Bandung dengan jumlah perkebunan/unit yang dikelola sebanyak 43 kebun, 2 unit rumah sakit, 1 unit usaha pengepakan teh dan menepati lahan seluas 116.585 ha yang tersebar di 11Kabupaten Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Pandeglang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Subang, Purwakarta, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis.

2.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara VIII disusun berdasarkan Surat Keputusan Direksi No. SK/D.I/419-1/V/1998. Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara VIII mengunakan struktur organisasi garis dan staf. Berdasarkan struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara VIII dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu oleh 4 (empat) orang Direktur yaitu : 1. 2. 3. 4. Direktur Produksi Direktur Pemasaran Direktur Keuangan Direktur Sumberdaya

BAB III SISTEM DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN PRODUKSI

3.1. Input produksi yang digunakan PTPN VIII menggunakan input dalam proses produksinya yaitu pucuk daun teh yang dipetik dari perkebunan teh Ciater. Input yang diperlukan dalam satu kali produksi dengan dua kali pemetikan yaitu sebanyak 50 ton perhari yang masing-masing karungnya berisi 25 kg pucuk daun teh segar. Jenis-jenis teh yang diproduksi oleh PTPN VIII di bagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut: Jenis I (Eksport) Jenis II (eksport/local) : BOP 1, BOP, BOPF, PF, DUST, BT, BP. : BT II, PF II, DUST II, DUST III, AMG, BM, PAN II. Jenis III (lokal) : Pluff.

Input yang digunakan berasal dari perkebunan teh milik sendiri sehingga tidak membeli kebutuhan bahan baku pucuk daun teh segar dari pemasok lain kecuali untuk kebutuhan bahan bakar mesin (kayu). Karena produk agribisnis seperti halnya teh bersifat cepat busuk, melimpah dan musiman maka penanganan bahan bakunya pun membutuhkan perhatian yang berlebih, maka setelah dilakukan pemetikan pucuk daun teh ditimbang langsung dimasukan dalam proses pelayuan, penggilingan dan pemeraman, pengeringan, sortasi, pengepakan agar kualitas teh yang dihasilkan tetap terjaga. Sistem penjadwalan alur input yang dilakukan oleh PTPN VIII yaitu:Pemetikan Penimbangan Pelayuan

Sortasi

Pengeringan

Penggilingan

Pengepakan

Keterangan: 1. Pemetikan dilakukan dua kali dari pukul 07.00- 14.00 dalam satu kali proses produksi. 2. Pucuk daun teh yang telah dipetik dimasukan kedalam karung lalu di angkut menggunakan truk menuju pabrik. 3. Karung pucuk daun teh ditimbang sesuai dengan berat yang telah ditentukan. 4. Kemudian masuk kedalam proses pelayuan . Sistem penjadwalan alur masuk input hanya sampai pada tahap tiga saja. Gudang yang digunakan oleh PTPN VIII hanya untuk teh yang siap jual bukan untuk menyimpan bahan baku. Transportasi yang dilakukan yaitu pengangkutan bahan baku teh menuju pabrik menggunakan truk dan teh siap jual kepada KPB (Kantor Pemasaran Bersama) di Jakarta dan pengolahan teh Walini di Bandung. Produk teh PTPN VIII adalah : a. Teh Hitam (black tea), yaitu teh hitam Orthodoks dan CTC. b. Teh Hijau (green tea), yaitu teh hijau sistem pengolahan Jepang (Japaneese System). c. Teh Putih (white tea), yaitu teh putih yang diproduksi secara sangat terbatas.

3.2.

Proses produksi

1. Teknologi dan alat produksi Teknologi pengolahan yang diterapkan di PTPN VIII mulai 1996 sd 2010, adalah memproduksi jenis jenis teh untuk memenuhi pemintaan pasar ekspor luar negeri melalui Jakarta Tea Auction dan pasar lokal melalui lelang lokal di dalam negeri. Perkembangan teknologi pengolahan mengacu kepada pendekatan fleksibilitas olah sesuai grade/jenis yang dibutuhkan dan diapresiasi pasar dengan baik dan diwujudkan dalam bentuk perolehan harga yang tinggi.

Monorail gantung adalah alat untuk mengangkut teh dari bawah ke atas untuk mengangkat teh ke tempat bagian pelayuan agar mempermudah dalam pengangkutan yang berkapasitas 25 kg.

Withering Trough adalah alat untuk melayukan pucuk daun teh dengan diberi lubang angin dan pemanasan agar daun teh tersebut layu.

Open Top Roller (OTR) adalah alat pengiling/pengayakan, setelah itu teh masuk ke tempat permentasi agar aroma keluar, hal ini dilakukan selama 90 menit berkapasitas 1.500 kg.

Press Cap Roller, kapasitas mesin 350 kg. Theewan Merk/type Thn buatan Kapasitas Peti miring Merk/type Thn buatan Kapasitas TSD Merk/type Thn buatan Kapasitas : TEHA : 1977 : 220-250 kg. : TH : 1982 : 28.000 kg : Ciptalaksana : 1960 : 600-700 kg

Untuk informasi 1 mesin yang merupakan penggabungan 3 mesin sortasi adalah inovasi mesin sortasi bernama ITX yang dirancang oleh pembuatnya dengan pemikiran prinsip penggabungan 3 mesin sortasi, yaitu Midleton, Vibro Blank dan Sifter. Prinsip mesin ITX adalah menggabungkan fungsi : a. Midleton, yaitu pemisahan awal (pre/intitial separator) bubuk teh keringan berdasarkan ukuran dan pembersihan dari tulang (stalks extractor). Mesin Middleton berkapasitas 500 kg. b. Vibro Blank, yaitu pemisahan bubuk keringan dari serat dan tulang. c. Sifter, yaitu pemisahan berdasarkan ukuran standar masing masing jenis teh, untuk bubuk keringan yang telah bersih dari serat dan tulang.

Tujuan penerapan ITX adalah upaya meningkatkan kapasitas sortasi dan efisiensi biaya olah khususnya proses sortasi. Mesin ITX Mesin ITX berkapasitas 600 700 kg/jam. Proses Pengolahan Teh Proses Pengolahan Teh Hitam Secara umum, prinsip proses pengolahan teh hitam tidaklah jauh berbeda. Tahapan proses pengolahan teh hitam dapat digambarkan sebagai berikut. Pelayuan Tahap pertama pada proses pengolahan teh hitam adalah pelayuan. Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawasenyawa kimia (kenaikan aktivitas enzim, kenaikan kandungan kafein, kenaikan kadar karbohidrat yang dapat larut, terbentuknya asam organik dari unsur-unsur C, H, dan O, pembongkaran sebagian klorofil menjadi feoforbid, dan terurainya protein menjadi asam amino bebas seperti alanin, leucin, isoleusin, valin, dll) yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi lemas. Penurunan kadar air pada daun akan memekatkan bahan-bahan yang dikandung sampai pada suatu kondisi yang tepat untuk terjadinya peristiwa oksidasi pada tahap pengolahan berikutnya. Proses pelayuan dilakukan selama 14-18 jam, dengan alat yang disebut Withering Trough, tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak atau bau bunga-bungaan.. Penggilingan Secara kimia, selama proses penggilingan merupakan proses awal terjadinya oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh

menjadi rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini berlangsung, katekin akan diubah menjadi theaflavin dan thearubigin yang merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan teh hitam, yang memungkinkan terbentuknya warna coklat serta bau spesifik. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan.

Mesin yang biasa digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR), dan Press Cup Roller (PCR) untuk teh hitam orthodox dan ditambah mesin Rotorvane untuk teh hitam orthodox rotorvane; dan Mesin Crushing Tearing and Curling (CTC) untuk teh hitam CTC. Peristiwa oksimatis telah dimulai pada awal penggilingan, merupakan oksidasi senyawa polifenol dengan enzim polifenol oksidase. Oksidasi ditentukan oleh kadar air (kelembapan > 90 %), suhu (26,7oC), kadar enzim, dan substrat. Alat yang digunakan adalah baki alumu-nium untuk menampung bubuk teh, dan ruangan yang terjaga suhu dan kelembapan udaranya. Pada CTC menggunakan ban berjalan, dengan kondisi ruang giling yang sesuai. Pengeringan Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat memudah-kan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang biasa digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95oC selama 20-22 menit. Sortasi dan Grading Sebenarnya output dari proses pengeringan sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam (telah terbentuk rasa, warna, dan aroma yang spesifik) meski masih memerlukan proses lebih lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasi-kan teh berdasarkan kualitasnya. Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading.

Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, ukuran dan berat. Sedangkan grading bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan standar mutu yang telah disepakati secara nasional maupun internasional. Teh yang telah disortasi dan digrading dimasukkan dalam peti miring yang selanjutnya dimasukkan kedalam tea bulker untuk menghomogenkan produk teh dalam grade yang sama. Mengingat produk pertanian senantiasa mengalami fluktuasi kualitas, maka produk teh dari batch ke batch dari hari ke hari senantiasa berbeda. Untuk menghilangkan perbedaan tersebut dilakukanlah pencampuran atau blending. Bahkan sampai di konsumenpun merupakan jenis teh hasil blending dari berbagai grade yang sesuai dengan selera konsumen setempat.

2. SDM yang digunakan pada setiap tahapan produksi Tenaga kerja yang ada diperkebunan Ciater dibagi 4 kelompok yaitu: 1. Golongan I A 2. Golongan I B s/d II D 3. Golongan III s/d IV = 952 orang = 152 orang = 1558 orang 9 orang

4. Karyawan lepas/ borong/enemer =

Pada masing-masing proses pengolahan teh terdapat satu mandor yang mengawasi kegiatan produksi tersebut secara bergantian. Proses pelayuan 8 orang. Proses penggilingan 13 orang. Proses pengeringan 6 orang tenaga kerja. Proses sortasi 11 orang tenaga kerja. Proses pengepakan 7 orang. 3.3. Output proses produksi y Desain produk Produk yang dihasilkan oleh PTPTN VIII berupa bahan baku setengah jadi yaitu teh kering serbuk yang dikemas dalam papper sack, karena hasil

produknya akan menjadi bahan baku produk lain. Bentuk serbuk teh akan memudahkan pelanggan atau konsumen untuk mengolah kembali atau mengkonsumsi teh tersebut. y Karakteristik dan diversifikasi produk Teh yang diproduksi oleh PTPN VII terbuat dari bahan alami tanpa bahan kimia dan pengawet, warna dari seduhan tehnya lebih pekat dan rasanya lebih kental dan agak pait. Industri teh di Indonesia selama tahun 2002 sd 2006 mengalami kondisi yang sulit dan merugi dikarenakan laju peningkatan biaya melebihi peningkatan harga jual / pendapatan. Hal ini mengharuskan PTPN VIII menerapkan upaya terobosan untuk menurunkan biaya pengolahan dan meningkatkan harga jual / pendapatan. Terobosan teknologi pengolahan yang diterapkan selama tahun 2007 sd 2010, diantaranya : a. Pada tahun 2006 sd 2009, melakukan konversi penggunaan energi dari BBM ke BBP untuk menurunkan biaya pengolahan khususnya biaya penggunaan energi sekitar 70 %, semula biaya BBM Rp. 1.800/kg menjadi Rp. 700 800/kg. b. Pada tahun 2008-2010, mengaplikasikan inovasi mesin pengolahan, diantaranya : Mesin penggilingan (ITR) dengan biaya olah proses penggilingan lebih efisien, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pasar atas jenis small grade. Mesin ITR berkapasitas 1200 1400 kg/jam bubuk. Mesin sortasi (ITX) dengan biaya olah proses sortasi lebih efisien, dikarenakan mesin ITX dirancang oleh pembuatnya dengan pemikiran prinsip penggabungan 3 mesin sortasi, yaitu Midleton, Vibro Blank dan Sifter. Tujuan mesin diterapkan untuk upaya meningkatkan kapasitas sortasi. Mesin ITX berkapasitas 600 700 kg/jam. Mesin Mini Cutter untuk memperkecil fraksi bubuk badag (serat, tulang) di proses sortasi.

Mesin Mini Drier untuk proses pengeringan di pabrik produsen white tea (teh putih). y Jumlah/kuantitas produk dan kapasitas produksi Kuantitas produk yang diproduksi oleh PTPN VII sebanyak 50 ton perhari, Open Top Roller (OTR) selama 90 menit berkapasitas 1.500 kg. Press Cap Roller, kapasitas mesin 350 kg. Theewan, kapasitas produksi: 600-700 kg Peti miring, kapasitas TSD, kapasitas y Sistem penyimpanan PTPN VIII menyimpan bahan baku utama maupun pendukungnya didalam gedung pergudangan. Penyimpanan dilakukan dalam jangka waktu maksimal 1 minggu. y Sistem pemasaran produk PTPN VIII tidak menjual langsung produknya, tetapi penjualan dilakukan oleh kantor Pemasarn Bersama (KPB) di Jakarta. Contoh/ sampel the dari pabrik dikirim ke kantor pemasaran - terjadi transaksi permintaan barang yang dipesan ke pabrik lalu barang dikirim ke tanjung periuk untuk shifing. : 28.000 kg : 220-250 kg.

BAB IV DESAIN FASILITAS DAN TATA LETAK

Manajemen produksi dan operasi mencakup penyediaan dan pemeliharaan bangunan-bangunan dan berbagai pelayanan yang dibutuhkan untuk menempatkan, menyimpan, melindungi dan melayani orang- orang dan mesin-mesin yang digunakan untuk membuat berbgai produk dan menyediakan berbagai jasa. Selama pembuatan desain dan konstruksi diperlukan perhatian manajerial dan setelah berjalan usaha manajerial berfungsi untuk menjaga agar bangunan dan fasilitas lainnya beropersasi secara efektif. a. Jenis bangunan yang digunakan oleh PTPN VIII adalah gedung bertingkat, mengapa mereka menggunakan jenis bangunan bertingkat karena harga tanah yang terus meningkat, dengan terjadinya harga tanah yang terus meningkat perusahaan dapat memanfaatkan semaksimal mungkin dalam setiap meter persegi tanah, lebih efisien dalam memproduksi teh. b. Bahan bangunan yang digunakan untuk membangun PTPN VIII adalah beton biasa, yaitu beton yang biasa digunakan untuk membuat gedung-gedung agar bangunan tersebut kuat karena untuk menjamin keamanan yang ada diwilayah PTPN VIII. c. PTPN VIII dibangun pada tahun 1937 kemudian pabrik teh ciater dilanjutkan oleh tuan muda Difrante. Pada tahun 1942 peralihan kepemimpinan pun terjadi lagi oleh tuan Van Der Seve dan pada tahun 1942 tersebut terjadi peralihan kekuasaan dari belanda ke bangsa jepang sampai tahun 1945, sekitar tahun 1979 pengelolaan teh dikelola oleh PT. XIII kemudian berganti nama menjadi PT XIII, Dan PT XIII berganti nama kembali menjadi PTPN VIII sampai saat ini. Pabrik teh ciater adalah salah satu pabrik teh di Subang, Indonesia masuk dalam no. 3 dalam produksi teh, dan sampai tahun 2010 bangunan tersebut tidak pernah mengalami kerusakan, jadi daya tahan bangunan kurang lebih sudah 37 tahun, hal ini

membuktikan bahwa bangunan yang dimiliki PTPN VIII menggunakan bahan bangunan yang berkualitas baik. d. PTPN VIII menggunakan tipe layout produk atau layout garis, berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan operasi produk mendominasi dan menentukan layout mesinmesin dan peralatan-peralatan lainnya. Jadi teh yang baru dipetik bergerak secara terus-menerus mengikuti garis dan berjalan melalui tempat-tempat kerja dimana orang-orang (tenaga kerja 90 orang dalam melakukan proses produksi) atau mesinmesin melakukan pekerjaan yang menghasilkan produk akhir yaitu teh yang sudah halus dan dikemas dengan menggunakan papper sak. e. Mesin yang digunakan adalah semi modern (orthodox), walaupun semi modern hasil teh yang dihasilkan sangat baik, hal ini terbukti pelanggan tetap sejak dahulu sampai sekarang masih menggunakan input dari PTPN VIII, berikut jenis-jenis mesin yang digunakan dalam proses produksi adalah : o Mesin pengangkut pucuk (monorail gantung) ( 25kg ) Gunanya untuk mengangkut teh yang baru dipetik untuk segera dimasukan ke mesin pelayuan . Panjang Lebar Luas : 28.40 m : a84 m : 52,6 m

Kapasitas : 1500 kg o Mesin penggiling (sitocco/DA 47), dengan tahun pembuatan sejak 1965 dan kapasitas 350kg/40 o Mesin press cap roller kapasitas 350kg/40 o Mesin fermentasi yang dibuat sejak tahun 1977, dengan kapasitas 220-250 kg o Theewan (cipta laksana), dibuat sejak tahun 1960 o Mualetan (sariwangi), dibuat sejak tahun 1982 o Petimirinf, sejak tahun 1965.

4.1

Berbagai Pertimbangan Desain Fasilitas Lainnya Desain bangunan dan fasilitas lainnya harus direncanakan dengan sebaik-

baiknya. Berikut adalah berbagai pertimbangannya : 1. Sistem komunikasi dalam pabrik Sistem komunikasi berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan tipe layouts produk yaitu metoda garis lurus, maka setiap karyawan saling berdekatan dan saling memperhatikan, dengan ini setiap karyawan sangan kompak dalam menjalankan proses produksi. 2. Keamanan Keamanan di PTPN sangat terjamin, misalnya di perkebunan teh pada saat pemetikan didampingi oleh mandor khusus di perkebunan, tujuannya untuk memastikan pucuk daun teh yang dipetik adalah pucuk terbaik. Keamanan di pabrik pun terdapat supervisor untuk memantau kegiatan proses produksi, serta di dalam pabrik juga disediakan alat pemadam kebakaran di tempat yang strategis dan alarm untuk menandakan tanda bahaya apabila ada sesuatu yang terjadi dalam pabrik. Lalu, di areal PTPN pun disediakan security sebanyak 40 orang yang dibagi sift pagi, siang dan malam. 3. Kebutuhan-kebutuhan ruangan -Kamar mandi -Ruang istirahat -Ruang persediaan bahan baku -Gudang persediaan output -Ruang kantor -Taman 4. Peralatan penanganan bahan Truk untuk mengangkut pesanan teh kepada pelanggan, lorong-lorong sekitar pabrik memudahkan jalan untuk memantau jalannya proses produksi. Atap pabrik yang sangat tinggi serta penerangan memanfaatkan sinar matahari

dengan ventilasi yang baik untuk masuknya cahaya matahari dan udara sehingga pabrik tidak pengap.

4.2

Analisis terhadap keragaan desain fasilitas dan tataletak menurut kelompok Menurut kelompok kami desain fasilitas dan layouts di PT. Perkebunan

Nasional VIII sudah baik, dilihat dari bangunan gedung pabrik dengan menggunakan bahan baku yang baik, tipe layouts dengan metoda garis lurus serta alat-alat mesin yang berada di pabrik yang sudah lama umur teknisnya, dan penambahan keamanan lainnya pun sudah ditata secara teratur.

BAB V SISTEM PERENCANAAN PERSEDIAAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI 5.1 Sistem PIPC Terpadu, Perencanaan Agregat dan Scheduling Induk Perusahaan PTPN VIII telah menggunakan sistem PIPC terpadu dan perencanaan agregat dan scheduling induk. Di perusahaaan PTPN VIII sudah memiliki skedulnya masing- masing, untuk bagian gudang ada yang mengawasi mulai dari barang masuk hingga barang keluar ( digunakan untuk diproduksi ). Berikut penjelasan sistem perencanaan dan pengawasan produksi dan persediaan.

1. Pesanan-pesanan langganan Pelanggan tetap PTPN VIII adalah pabrik pengolahan teh walini dan didistribusikan ke kantor pemasaran bersama untuk memenuhi permintaan ekspor ke negara eropa, jepang, china, amerika dll. 2. Peramalan permintaan PTPN VIII tidak hanya memenuhi pesanan-pesanan langganan saja tetapi menyimpan persiapan produk untuk pesanan lainnya. 3. Permintaan bagian-bagian pelayanan Perusahaan PTPN VIII selalu melakukan pengawasan dalam proses produksi bila ada produk yang rusak langsung diganti dengan yang baru dan produk tersebut sudah disediakan, 4. Skedul produksi induk Dalam perencanaan produksi diperusahaan PTPN VIII adalah faktor barangbarang produksi. Perencanaan di PTPN VIII melakukan pemetikan teh setiap hari, pemetikan teh berlangsung pada pukul 6 pagi karena teh yang berada di pohon masih segar.

5. Bills of materials. Perusahaan PTPN VIII melakukan daftar semua komponen mulai dari penyiapan bahan sampai produksi skedul tersebut mulai dari pengambilan bahan baku mulai dari pemetikan teh sampai memproduksi teh yang sudah diolah. 6. Transaksi-transaksi persediaan, persediaan pengaman, dan persediaan sedang dipesan atau diproduksi. 7. Perencanaan kebutuhan bahan PTPN VIII merencanakan kebutuhan bahan dengan memetik teh setiap harinya agar produksi dapat berjalan setiap hari hal tersebut karena PTPN mengirim produk setiap hari. 8. Perencanaan kebutuhan kapasitas Sebelum scheduling terperinci PTPN VIII melakukan perencanaan kebutuhan kapasitas pada mesin dan perakitan apakah mesin tersebut mempunyai batasan-batasan atau tidak dan jam standard kapasitas pemakaian mesin. 9. Scheduling terperinci Pelaksanaan scheduling pada PTPN VIII dilakukan setelah kapasitas dipadankan dengan skedul induk. Scheduling yang diperinci menurut bahanbahan yang diperlukan oleh divisi produksi, proses pembuatan produk, masa pakai mesin dan lamanya penyeselesaian pemesanan produk. 10. Dispatching Setelah semua hal pra produksi telah siap maka proses produksi dimulai dan akan menghasilkan produk yang dinginkan berdasarkan pesanan. Pesanan yang direncanakan disampaikan kepada ke bagian pabrik, dan orang produksi mempersiapkan bahan baku dan komponen-komponen yang diperlukan. 11. Follow-up

Setelah dilakukan dispatching, dilakukan follow-up yang bertujuan untuk mengecek apakah semuanya berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam skedul produksi induk, seperti keadaan pesanan yang sudah terkirim

sesuai dengan permintaan pelanggan, kualitas produk yang sudah memenuhi standar. 12. Umpan balik dan tindakan korektif

Dalam suatu usaha diperlukan koreksi atau evaluasi setiap akhir periode, maka perusahaan melakukan revisi skedul-skedul induk, menghitung kembali kebutuhan-kebutuhan dan yang menyangkut dengan kegiatan proses produksi.