Laporan Fieldtrip
-
Upload
zahra-fithri-maiyuriyda -
Category
Documents
-
view
186 -
download
0
description
Transcript of Laporan Fieldtrip
Budidaya Peternakan
LAPORAN FIELDTRIP
OLEH
Zahra Fithri Maiyuriyda(1105102010018)
S1 AgribisnisSosial Ekonomi Pertanian
Fakultas PertanianUniversitas Syiah Kuala
Semester Genap 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam
pemenuhan kebutuhan protein hewani. Sub sektor peternakan memiliki peranan penting
dalam kehidupan dan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia khususnya di Aceh.
Peranan ini dapat dilihat dari fungsi produk peternakan sebagai penyedia gizi dan protein
hewani yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Kebutuhan
masyarakat akan hasil ternak seperti daging, susu dan telur semakin meningkat. Hal ini
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk serta tingkat kesadaran masyarakat akan
gizi dan peranan zat–zat makanan khususnya protein bagi kehidupan, sehingga
perkembangan sektor peternakan mamberikan dampak positif bagi masyarakat untuk
peningkatan perbaikan gizi dan dampak positif bagi pelaku ternak yaitu meningkatnya
kesejahteraan.
Pembangunan peternakan di Aceh memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan. Potensi sumber daya alam (SDM) yang mendukung, terbukanya peluang
pasar baik lokal maupun impor serta budaya beternak yang turun temurun di kalangan
masyarakat Aceh merupakan modal yang besar dalam mengembangkan usaha peternakan
di Aceh. Potensi SDM di Aceh dapat dilihat dari ketersediaan luasan lahan perkebunan,
padang penggembalaan, persawahan, dan kebun rumput yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pakan ternak ruminansia.
1.2 Tujuan Fieldtrip
a. Mengetahui manajemen serta budidaya peternakan ternak unggas ayam petelur
b. Mengetahui manajemen serta budidaya peternakan ternak ruminansia sapi
pedaging
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sektor peternakan menjadi salah satu andalan pembangunan nasional maupun
regional dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat,
mengurangi kemiskinan, penyediaan produksi kebutuhan pangan dan perolehan devisa
(Juanda, 2002). Pembangunan kawasan peternakan merupakan strategi umum untuk
meningkatkan kesejahteraan peternak, meningkatkan daya saing produk pertanian serta
menjaga kelestarian sumberdaya pertanian (Saragih, 2000).
Tipe ayam petelur ada dua, yaitu tipe ringan dan tipe sedang. Ayam tipe ringan
khusus di kembangkan untuk bertelur saja. Ciri ayam tersebut badan ramping, kecil, mata
bersinar, dan bercengger merah darah. Ayam tipe ini di pelihara untuk di ambil telurnya
sehingga bentuk ayam ini relatif kecil apabila di bandingkan dengan ayam tipe medium.
Ayam tipe medium di kembangkan untuk produksi telur dan di ambil dagingnya sehingga
ayam ini memiliki bobot badan lebih berat dari pada ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994).
Ayam petelur memiliki sifat nervous (mudah terkejut ), bentuk tubuh ramping,
cuping telinga berwarna putih, produksi telur tinggi (200 butir / ekor / tahun ), efisien
dalam pengunaan ransum untuk membentuk telur, tidak memiliki sifat mengengram
(Sudarmono, 2003).
Produksi ayam dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain bangsa dan strain
ayam yang digunakan, kondisi lingkungan di kandang, dan manajemen pakan (Bell dan
Beaver, 2002; dikutip dalam Al Nasser et al., 2005).
Strain adalah kelompok unggas dalam satu bangsa yang diseleksi menurut kriteria
yang spesifik, yaitu umur saat dewasa kelamin, daya hidup, produksi telur, kualitas telur,
atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Macam – macam strain ayam petelur yang
dikembangkan dari bangsa Leghorn antara lain Lohmann (LSL, White), Lohmann
Brown, Hy-Line W-36 dan W-98, Hy-Line Brown, ISA White dan ISA Brown. Strain
ayam petelur berwarna coklat memiliki performa yang lebih unggul daripada strain ayam
petelur berwarna putih. Persentase cangkang pada ISA Brown lebih besar daripada ISA
White, selain itu bobot telur, egg mass, dan efisiensi pakannya juga lebih baik (Grobas et
al., 2001; dikutip dalam Al Nasser et al.,2005).
Sapi potong merupakan komoditas subsektor peternakan yang sangat potensial.
Hal ini bisa dilihat dari tingginya permintaan akan daging sapi. Namun, sejauh ini
Indonesia belum mampu menyuplai semua kebutuhan daging tersebut. Akibatnya,
pemerintah terpaksa membuka kran inpor sapi hidup maupun daging sapi dari negara
lain, misalnya Australia dan Selandia Baru. Usaha peternakan sapi potong pada saat ini
masih tetap menguntungkan. Pasalnya, permintaan pasar akan daging sapi masih terus
memperlihatkan adanya peningkatan. Selain dipasar domestik, permintaan daging di
pasar luar negeri juga cukup tinggi (Rianto & Purbowati, 2009 : 3).
Ternak sapi potong di Indonesia memiliki arti yang sangat strategis, terutama
dikaitkan dengan fungsinya sebagai penghasil daging, tenaga kerja, penghasil pupuk
kandang, tabungan, atau sumber rekreasi. Arti yang lebih utamanya adalah sebagai
komoditas sumber pangan hewani yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia,
memenuhi kebutuhan selera konsumen dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, dan
mencerdaskan masyarakat (Santosa & Yogaswara, 2006).
Alasan pentingnya peningkatan populasi sapi potong dalam upaya mencapai
swasembada daging antara lain adalah: 1) subsektor peternakan berpotensi sebagai
sumber pertumbuhan baru pada sektor pertanian, 2) rumah tangga yang terlibat langsung
dalam usaha peternakan terus bertambah, 3) tersebarnya sentra produksi sapi potong di
berbagai daerah, sedangkan sentra konsumsi terpusat di perkotaan sehingga mampu
menggerakkan perekonomian regional dan 4) mendukung upaya ketahanan pangan, baik
sebagai penyedia bahan pangan maupun sebagai sumber pendapatan yang keduanya
berperan meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan (Whiteman, 1980).
Industri peternakan sapi potong sebagai suatu kegiatan agribisnis mempunyai
cakupan yang sangat luas. Rantai kegiatan tidak terbatas pada kegiatan produksi di hulu
tetapi juga sampai kegiatan bisnis di hilir dan semua kegiatan bisnis pendukungnya. Kita
memimpikan mempunyai suatu industri peternakan sapi potong yang tangguh dalam arti
sebagai suatu industri peternakan yang mempunyai daya saing yang tinggi dan mampu
secara mandiri terus tumbuh berkembang di era persaingan dalam ekonomi pasar global
(Boediyana, 2008)
BAB III
WAKTU DAN TEMPAT
3.1 Waktu Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Kamis, 15 Mei 2014
Pukul : 09.00 s/d 14.30 WIB
3.2 Tempat Pelaksanaan
Fieldtrip kali ini diadakan di 2 tempat, yaitu :
a. Peternakan unggas ayam ras petelur di Kuta Malaka, Samahani, Aceh
Besar
b. Peternakan sapi pedaging – FeedLot PT. Leumona Kuta Malaka,
Samahani, Aceh Besar
BAB IV
HASIL FIELDTRIP
4.1 Peternakan Unggas Ayam Ras Petelur di Kuta Malaka, Samahani, Aceh Besar
Pemilik usaha : Dr.Ir. M Yunus M.sc
Nama Usaha : Peternakan ayam ras petelur
Lokasi Usaha : Kec. Kuta Malaka, Kab. Aceh Besar.
Tahun berdiri : 2007
Jenis Produk / Jasa : Telur ayam, daging ayam
Peternakan ini terletak sejauh 2 km dari pemukiman penduduk di lahan seluas 1
ha. Memiliki 6 kandang dengan ukuran 8 m x 100 m yang berkapasitas 5000 ekor.
Bentuk kandangnya memanjang beratap seperti rumah, dengan 1 rumah memiliki 2 rak
yang masing-masing rak bertingkat 2.
Kandang ayam petelur
Ayam yang dibudidayakan merupakan ayam ras petelur tipe medium dengan
strain Hubbard Golden Cornet. Yang dikatakan ayam petelur tipe medium adalah ayam
yang memiliki bobot badan cukup berat, sehingga ayam ini disebut juga dengan ayam
dwiguna. Umumnya mempunyai warna bulu coklat dan menghasilkan telur berwarna
coklat pula. Awalnya jumlah ayam petelur yang tersedia hanyalah 5000 ekor, namun
lambat laun makin berkembang sehingga pada saat ini jumlahnya adalah 18.000 ekor.
Ayam ras petelur strain Hubbard Golden Cornet
Sampai saat ini, bibit ayam masih diperoleh dari Medan. Bibit yang di beli adalah
dara berusia 4 bulan seharga Rp 40.000/ekor. Pembelian bibit langsung berupa dara ini
bertujuan untuk menghemat masa pembesaran dan biaya perawatan. Ayam berproduksi
mulai umur 6 bulan, sementara masa produktifnya adalah umur 8 bulan hingga 15 bulan.
Optimalnya, jumlah produksi telur per hari pada masa produktif dapat mencapai 85 %
dari keseluruhan jumlah ayam.
Produksi telur = 85% x jumlah ayam keseluruhan
= 85% x 18.000
= 15.300 butir
Telur di panen pada sore hari karena ayam mulai bertelur pukul 15.00 s/d 16.00.
Setelah di panen, telur dijual ke pasar Kuta Malaka dengan harga Rp 25.000/papan. Telur
yang dijual sudah pasti segar karena pemanenan telur dilakukan setiap hari dan langsung
dijual, tidak mengalami lagi penyimpanan (penggudangan). Keuntungan bersih dari
peternakan ini mencapai Rp 800.000/hari dari total omset Rp 15.000.000/hari.
Agar pertumbuhan ayam petelur bagus dan dapat berproduksi optimal, maka
perawatannya juga harus optimal baik dari segi pakan, minum, vaksinasi dan sanitasi.
Pakan yang diberikan adalah Hi-Pro-Vite 324-1 yang diproduksi oleh PT. Charoen
Pokphand. Pakan ini dibeli di Medan seharga Rp 275.000/karung dengan kapasitas per
karungnya 50 kg. Kebutuhan pakan bagi setiap ayam adalah 120gr/ekor/hari. Diberikan 2
kali, pagi dan sore, masing-masing 60gr/ekor/hari.
Total kebutuhan pakan per hari = 120gr x jumlah ayam
= 120gr x 18.000 ekor
= 2.160.000 gr
= 2.160 kg
Dari jumlah di atas maka bisa diketahui biaya pakan yang harus dikeluarkan per
harinya adalah :
Biaya pakan per hari = 2.160 kg/50 kg x Rp 275.000
= 43,2 x Rp 275.000
= Rp 11.880.000
Tidak hanya diberikan pakan khusus, air minumnya juga diberikan vitamin yang
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ayam petelur, yaitu DocStrill. Tempat air
minumnya memiliki sistem otomatis yaitu dengan model tetes, dimana peternak tidak
perlu mengisi tempat minum satu persatu tetapi bisa langsung dialirkan melalui pipa alir.
Ayam yang kehausan tinggal mematuk ujung tetesannya yang ada di setiap ruang
kandang, dan air akan keluar. Hal ini tentunya menghemat tenaga dan waktu yang harus
dikeluarkan serta mempermudah pekerjaan.
Agar aman dari ancaman virus dan penyakit yang mungkin menyerang, maka
ayam di vaksinasi. Vaksin yang diberikan antara lain ND Lasota, Gumboro, dan vaksin
Flu Burung. Untuk menjaga kebersihan sanitasi kandang maka kandang dibersihkan
selama 1 kali/minggu. Kotoran ayam yang telah dikumpulkan ini kemudian dijadikan
pupuk bagi pohon jati yang kebunnya terletak di sebelah peternakan ayam petelur.
Setiap kandang hanya membutuhkan 1 orang tenaga kerja. Dengan jumlah 6
kandang seharusnya ada 6 orang tenaga kerja, tetapi karena saat ini hanya sekitar 3
kandang yang digunakan maka hanya ada 3 orang tenaga kerja. Upah tenaga kerja per
orangnya adalah Rp 150.000/bulan
Upah tenaga kerja per bulan = Rp 150.000 x jumlah tenaga kerja
= Rp 150.000 x 3 orang
= Rp 450.000
Ayam afkir adalah ayam yang masa produktifnya telah habis. Terjadi ketika ayam
berusia 1,5 s/d 2 tahun. Pada masa ini ayam bukan sama sekali tidak berproduksi, tetapi
produksinya sudah tidak optimal lagi, sehingga dapat merugikan peternak. Ayam yang
telah masuk masa afkir akan dijual ke pasar Kuta Malaka sebagai ayam pedaging dengan
harga Rp 25.000/ekor.
Tingkat kematian ayam petelur di peternakan ini sangat rendah, yaitu 0,2% per
hari. Biasanya yang menjadi penyebab kematiannya adalah hewan pemangsa, seperti
musang dan ular.
4.2 Peternakan Sapi Pedaging – FeedLot PT. Leumona Kuta Malaka, Samahani,
Aceh Besar
Nama Usaha : FeedLot PT. Leumona Kuta Malaka
Lokasi Usaha : Kec. Kuta Malaka, Kab. Aceh Besar.
Supervisor : Faisal
Didirikan : 2008
Jenis Produk / Jasa : Daging sapi
Peternakan yang kami kunjungi selanjutnya adalah FeedLot milik PT. Leumona
Kuta Malaka yang merupakan peternakan sapi pedaging. Didirikan pada tahun 2008 dan
kemudian mengimpor bibit sapi pedaging dari Australia sebanyak 1200 ekor pada tahun
2009. Sekarang jumlah sapi yang tersedia adalah 3600 ekor. Jumlah seluruh tenaga kerja
( termasuk manager, supervisor) adalah 20 orang. Upah pekerjanya saja Rp
1.500.000/orang/bulan.
Ada 2 golongan bangsa sapi yang terdapat di FeedLot PT. Leumona, yaitu :
1. Sapi lokal :
a. Sapi Aceh
b. Sapi Bali
c. Sapi Madura
d. Sapi Rusa
2. Sapi iklim sub-tropis :
a. Simental
b. Brahman
c. Aberdeen Angus
Bibit sapi yang digunakan memiliki syarat tertentu antara lain berusia 1 tahun,
berat 200 s/d 300 kg. Untuk harga bibitnya per ekor sekitar Rp 10.000.000 s/d Rp
12.000.000. Bibit sapi yang dibeli seluruhnya adalah pejantan, karena tujuannya adalah
sebagai sapi pedaging. Saat baru tiba di pelabuhan, bibit sapi terlebih dahulu disuntik
vaksin SE untuk mencegah penyakit SE (Septicaemia Epizootica). Ada juga vitamin yang
diberikan yaitu B-Complete dan Mineral Black, kedua-duanya diberikan secara suntikan.
Sapi dipasangkan eartag yaitu nomor kode yang dipasang ditelinga. Tujuan dipasangnya
eartag ini adalah untuk mempermudah pencatatan dan pengenalan sapi. Secara berkala,
dilakukan pengukuran pada sapi. Dari hasil pengukuran dapat diperoleh perkiraan berat
sapi.
Sapi yang dipasangkan eartag
Kandang yang digunakan adalah sistem kandang kelompok berukuran 40 m x 20
m dan terdiri dari beberapa kamar yang masing-masing memiliki kapasitas 50 ekor.
Tempat pakan nya terletak di depan kandang berupa banjaran sementara tempat
minumnya berupa bak air yang terletak di dalam kandang. Pembersihan kandang
dilakukan 1 kali/ 2 hari, dimana kotoran-kotorannya dihisap dengan mesin penghisap 32
PK. Saat dilakukan pembersihan kandang, seluruh sapi dimandikan oleh pekerja.
Kandang sapi dengan sistem kelompok
Pakan yang diberikan setiap harinya sebesar 10% dari berat sapi berupa
kombinasi antara konsentrat dan hijauan, persentasenya yaitu 30% konsentrat dan 70%
hijauan. Hijauan diperoleh dari rumput dan jerami yang memang sengaja ditanam di
sekitar lingkungan kandang. Sementara konsentrat nya dibuat sendiri di gudang pakan
yang tersedia di FeedLot dan dikelola oleh Pak Fakhrul. Biaya untuk pakan konsentrat
adalah Rp 10.000/ekor/hari. Pakan diberikan 2 kali sehari : pagi hari (jam 10) dan sore
hari.
Pembuatan pakan dilakukan setiap hari. Bahan-bahan dan persentasenya adalah :
1. Ampas sagu 30%
2. Dedak 20%
3. Bungkil kelapa sawit dan kelapa 10%
4. Kacang kuning 10%
5. Onggok/ampas ubi 20%
6. Molases/tetes tebu 10%
Seluruh bahan satu persatu dimasukkan ke dalam mesin Mixer Mix tipe
Horizontal yang kapasitasnya 50 ton. Sekali proses pembuatan pakan kosentrat
menghabiskan waktu sekitar 3 jam. Dibuat setiap hari tujuannya adalah agar kualitas
pakan tetap bagus dan terjaga. Digunakan pula air ampas tahu yang tujuannya untuk
menguatkan ternak.
Mixer Mix Tipe Horizontal
Pakan Konsentrat
Pembesaran sapi di FeedLot PT. Leumona dilakukan dengan sistem per periode,
dimana satu periodenya selama 4 bulan dan biaya yang dihabiskan bisa mencapai Rp
4.000.000.000. Sapi telah sampai umur panen nya adalah jika pijakan (tapak kaki) nya
telah melebar, sapi tampak tegap dan kokoh. Biasanya berat akhir sapi dalam keadaan
hidupnya sudah mencapai 500 s/d 600 kg dan berat akhir dagingnya adalah 150 s/d 200
kg. Daging dibawa ke koperasi lalu ke RPH (Rumah Potong Hewan) dan nantinya dijual
ke pasar daging Lambaro dan Peunayong seharga Rp 90.000/kg. Sapi tidak dapat dibeli
langsung ke peternakan, melainkan harus ke koperasi atau pasar dagingnya, karena
FeedLot PT. Leumona Kuta Malaka sudah terikat perjanjian dengan koperasi.
Tingkat mortalitas sapi hanya 0,1 %, disebabkan oleh ketidakmampuan
beradaptasi, stress, dan penyakit SE.
Sapi Rusa
Sapi Rusa merupakan Sapi Bali yang telah mengalami persilangan dan
domestikasi, sehingga penampakkannya menjadi mirip seperti rusa. Ciri-cirinya :
setengah bagian kaki berwarna putih, seperti memakai kaus kaki, bagian pantat berwarna
putih. Keunggulan : karkasnya tinggi. Walaupun ukuran badannya kecil, tetapi berat
hidupnya dapat mencapai 400 kg dan berat panennya 120 kg. Harga jual Rp
15.000.000/ekor.
Sapi Limousine
DAFTAR PUSTAKA
Al Nasser, A., A. Al Saffar, M. Mashaly, H. Al Khalaifa, F. Khalil, M. Al Baho, dan A.
Al Haddad. 2005. A comparative study on production efficiency of brown and white
pullet. Bulletin of Kuwait Institute for Scientific Research 1 (1): 1 – 4.
Boediyana, Teguh. 2008. Menyongsong Agribisnis Persusuan Yang Prospektif diTanah
Air Majalah Trobos No 108 Sepetember 2008 Tahun VIII.
Juanda. B. 2002. Pertumbuhan Ekonomi Dan Pergeseran Structural Dalam
Industrialisasi Di Indonesia. J. Ekon., Vo.9. IPB., Bogor
Rasyaf, 1994. Beternak Ayam Petelur . Penebar Swadaya . Jakarta.
Rianto, Edy & Purbowati, Endang., 2009. Panduan Sapi Potong. Penebar Swadaya.
Jakarta
Santosa dan Yogaswara. 2006. Manajemen Usaha Ternak Potong. Niaga Swadaya.
Jakarta.
Saragih, B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Kumpulan pemikiran. USESE
Foundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB, Bogor
Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Whiteman, P.C. 1980. Tropical Pasture Science. Oxford University Press, Oxford