laporan fieldtrip alsin

33
LAPORAN TETAP FIELDTRIP PAGAR ALAM MATA KULIAH ALAT DAN MESIN PASCA PANEN OLEH PRIMA SEPTIKA DEWI 05091003037 JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 1

Transcript of laporan fieldtrip alsin

Page 1: laporan fieldtrip alsin

LAPORAN TETAP

FIELDTRIP PAGAR ALAM

MATA KULIAH ALAT DAN MESIN PASCA PANEN

OLEH

PRIMA SEPTIKA DEWI

05091003037

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2011

1

Page 2: laporan fieldtrip alsin

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1686, berupa biji teh

dari jepang yang dibawa oleh seorang Belanda bernama Andreas Cleyer, dan

ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama

F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di

Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta, setelah pada tahun 1824

Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan

penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh

dari Jepang.

Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya

Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.

Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobus Isidorus Loudewijk Levian

Jacobson, seorang ahli teh pada tahun 1828, yang kemudian digunakan sebagai dasar

bagi usaha perkebunan teh di Jawa dan sejak itu menjadi komoditas yang

menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan

Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat

melalui politik Tanam Paksa (Culture Stelsel).

Teh merupakan sumber non-migas yang mantap sebagai sumber devisa bagi

Negara maupun sebagai penyedia lapangan kerja dan pendapatan petani (Dinas

Perkebunan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan, 1990). Tanaman teh sebagai

tanaman perdagangan, semakin berkembang pesat,jenis tanaman Teh juga

berkembang menjadi beraneka ragam. Keragaman ini adalah hasil dari penyilangan

berbagai jenis tanaman teh serta pengaruh tanah dan iklim yang menghasilkan hasil

panen yang berbeda. Hingga saat ini, seluruh dunia kurang lebih terdapat 1.500 jenis

teh yang berasal dari 25 negara yang berbeda.

Teh sebagai produk perkebunan sangat disukai oleh masyarakat sebagai

minuman. Teh sangat disukai karena tidak menimbulkan efek tertentu bila diminum,

bahkan dipercaya mampu memberikan daya awet muda. Dari daun-daun teh yang

2

Page 3: laporan fieldtrip alsin

dipetik segar dilakukan pengolahan shingga teh menjadi produk yang dapat di

perdagangkan (Nazaruddin, 1993).

Saat ini sudah banyak produk teh yang disajikan dalam bermacam-macam

bentuk seperti teh kering yang dalam kemasan (teh celup), teh instant, air teh yang

dikemas yang rasanya dapat berupa rasa teh asli dan penambahan rasa dari buah yang

banyak menarik minat dari masyarakat pada saat ini.

Kopi dibudidayakan di Yaman pada abad ke-15 dan mungkin jauh lebih awal.

Dalam upaya untuk mencegah budidaya di tempat lain, Arab menerapkan larangan

ekspor biji kopi subur (benih), suatu pembatasan yang akhirnya ditembus pada tahun

1616 oleh Belanda, yang membawa tanaman kopi hidup kembali ke Belanda yang

akan ditanam di rumah kaca. Kopi adalah salah satu komoditi yang dihasilkan oleh

Negara Indonesia, karena tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik di Indonesia.

Banyak sekali masyarakat Indonesia yang gemar mengkonsumsi kopi, apalagi bagi

mereka yang juga gemar merokok, kopi merupakan pasangannya. Hampir dalam

setiap acara kopi selalu ada. Kopi juga kadang-kadang digunakan sebagai obat bagi

balita yang terkena panas yang cukup tinggi.

Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis

yang relatif tinggi di pasaran dunia, di samping merupakan salah satu komoditas

unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat. Sudah hampir tiga abad kopi diusahakan

penanamannya di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan

luar negeri (Siswoputranto, 1978). Lebih dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh rakyat.

Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering

dibudidayakan adalah kopi arabika, robusta, dan liberika (Danarti & Najiyati, 1999.

Produksi kopi di Indonesia banyak terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan, sulawesi,

maluku dan beberapa daerah yang ada diindonesia. Tanaman kopi ini dapat tumbuh

didaerah mana saja, baik itu dataran tinggi maupun dataran rendah tidak seperti

halnya teH yang hanya dapat tumbuh dengan baik didaerah yang dingin. Salah satu

Negara yang memproduksi kopi terbesar adalah Brazil. .

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain

Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning

berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysantehnum indicum (kuning), C.

3

Page 4: laporan fieldtrip alsin

morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai

membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai symbol

kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of Teh East. Tanaman krisan dari Cina dan

Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr.

Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas

krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia

pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.

B. Tujuan

Kuliah lapangan ini diadakan untuk menambah pengetahuan dan juga

mengetahui secara langsung tentang teknologi pertanian terhadap proses pengolahan

teh, kopi, dan pengetahuan tentang bunga krisan. Pengetahuan yang akan diperoleh

mahasiswa meliputi proses pengolahan, cara kerja mesin, produksi yang dihasilkan,

dan pengenalan lapangan. Hasil yang diharapkan dari kuliah lapangan ini adalah

munculnya sarjana-sarjana yang ahli dalam bidang pertanian dan mampu

menerapkan teknologi pertanian dalam dunia pertanian, baik secara teori dan

praktek.

4

Page 5: laporan fieldtrip alsin

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teh .

Teh (Camellia sinensis, L) merupakan produk perkebunan yang memiliki arti

yang sangat menunjang dari segi perekonomian Negara. Pada umumnya tanaman teh

berasal dari pegunungan antara Tibet dan Republik Rakyat Cina (RRC) sebelah selatan,

yaitu di daerah antara 25-53 derajat lintang utara, dan antara garis katulistiwa 95-105

derajat. Hingga sekarang provinsi Szechwan merupakan salah satu daerah teh yang

terbesar di Asia Tenggara. (Spillane, 1992)

Ada beberapa versi cerita legenda tentang pertama kali ditemukannya tanaman

teh. Namun yang paling terkenal adalah legenda Khaisar Shen Nun di Cina pada tahun

2737 SM. Saat melakukan sebuah perjalanan di pinggiran kerajaan, Sang Kaisar

memasak air untuk minum seperti kebiasaannya. Kemudaian ada beberapa daun yang

terbang tertiup angin dan tanpa sengaja masuk ke dalam air yang dijerang.

Air pun berubah warna akibat masuknya dedaunan tersebut. Namun setelah

dicicipi ternyata punya ciri aroma dan rasa yang khas. Maka sejak itulah dikenal

minuman teh di Cina. Bahkan berkembang banyak teknik mengolah daun dan

menyeduhnya untuk mendapatkan aroma dan cita rasa terbaik. Selama Dinasti Sung

(937-1279) sajian teh adalah bentuk seni dan hanya dapat dinikmati oleh kaum

bangsawan dan elit saja. (Sujayanto, 2008).

Di negeri Jepang tanaman teh untuk pertama kali ditanam pada tahun 800, diman

bijinya di datangkan dari Tiongkok. Kemudian pada Abad VI pedagang-pedagang Turki

yang sudah mengadakan hubungan dengan Tiongkok, membawa teh ke negerinya, dan

pada Abad XVI, barulah hasil teh mulai dikenal orang di Eropa, yaitu setelah pendeta-

pendeta kristiani, yang datang kembali dari Tiongkok membawanya sebagai oleh-oleh.

Pada tahun 1610 oleh pedagang bangsa Belanda hasil teh dari tiongkok mulai

diperdagangkan di negeri Belanda dan negeri-negeri lain di Eropa dan pada Abad XVII

orang Inggris pun mulai banyak yang mengkonsumsi teh. (Spillane, 1992).

Secara garis besar teh dibagi dalam tiga kelas yaitu,

1. teh hijau (green tea)

2. teh hitam (black tea) dan

5

Page 6: laporan fieldtrip alsin

3. teh oolong (teh setengah fermentasi)

Ketiga jenis teh di atas dapat dibuat dari daun teh yang sama tergantung pada

bagaimana daun teh diproses. Terjadi perbedaan yang sangat besar dari proses oksidasi

enzimatik dari komponen tanin di dalam daun teh. Jika enzim tersebut dibiarkan

bereaksi, enzim tersebut merubah hijau daun menjadi hitam, hal tesebut juga terjadi pada

buah apel segar yang dipotong atau dikupas dapat mengakibatkan penurunan

kesegarannya. Jika enzim di dalam daun teh tersebut dinonaktifkan oleh panas, misalnya

pada proses pemutihan, sisa dari daun teh hijau.

Jika oksidasi parsial yang terjadi dengan pemanasan yang tertunda, akan

menghasilkan sebuah intermediat teh yaitu teh Oolong. Oksidasi enzimatis dari daun teh

disebut fermentasi. Fermentasi daun teh ini menghasilkan teh hitam, daun teh yang

difermentasi sebagian menghasilkan teh Oolong. Bersamaan dengan perbedaan warna

berbeda pula rasanya. (Potter, 1986)

a. Pengolahan Teh Hitam (Black Tea)

Sebelum menjadi teh hitam yang kering daun-daun teh tersebut telah melewati berbagai

macam proses yaitu :

1. Proses Pemetikan

Proses ini dilakukan dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat pemotong

misalnya ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang keras pun kemungkinan

besar akan ikut terpotong

2. Proses Pelayuan

Proses selanjutnya adalah pelayuan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air

sehingga kandungan enzim dalam pucuk teh lebih kental. Proses ini dilakukan pada

tempat pelayuan (witehring trough) berupa kotak persegi panjang beralaskan kawat kasa.

Di bawah kawat kasa ini terdapat blower penghembus udara kearah kasa. Pucuk daun teh

dibeberkan di atas witehring trough dengan ketebalan 30 cm, bagian permukaannya

harus rata agar pelayuan merata. Hembusan udara tadi dapat menerbangkan air dalam

daun teh. Proses pelayuan berlangsung 7-24 jam. Untuk mencapai kadar air yang

diinginkan maka dilakukan proes pembalikan. Langkah ini juga supaya pucuk teh tidak

terbang tertiup blower. Kemudian hamparan pucuk teh dibongkar untuk dimasukkan ke

dalam conveyor (semacam corong yang dihubungkan dengan alat penggiling). Lalu teh

6

Page 7: laporan fieldtrip alsin

dimasukkan ke dalam tong plastik lantas diletakkan ke ban berjalan untuk masuk ke

ruang giling.

3. Proses Penggilingan

Setelah itu daun masuk ke mesin penggilingan. Yaitu Green Leaf Shifter, pada proses ini

pucuk teh masuk ke mesin getar. Dengan demikian pucuk teh terpisahkan dari ulat,

kerikil, pasir dan serpihan lain melalui perbedaan berat jenisnya. Pucuk teh tersebut

masuk ke conveyor untuk mengalami proses penggilingan awal dengan mesin BLC

(barbora leaf conditioner), dimana pucuk teh dipotong menjadi serpihan kecil-kecil

sebagai prakondisi untuk proses penggilingan selanjutnya menggunakan mesin Crush

Tear & Curl (CTC) dan agar fermentasi dapat berlangsung dengan lancar. Out put yang

dihasilkan adalah berupa bubuk teh basah berwarna hijau.

4. Proses Fermentasi

Proses ini lebih tepat disebut oksidasi enzimatik. Mesin bekerja membeber bubuk daun

teh basah hingga terpapar oksigen sehingga terjadi perubahan warna. Pada ujung

fermentasi teh akan berwarna kecoklatan. Selain perubahan warna juga terjadi perubahan

aroma, dari bau daun menjadi harum teh. Proses ini berlangsung selama 1-5 jam dengan

suhu optimal 26-27oC .

5. Proses Pengeringan

Tujuan dari proses ini adalah untuk menghentikan reaksi oksidasi enzimatik pada

daun teh. Selain itu juga untuk membunuh mokroorganisme yang beresiko terhadap

kesehatan. Pengeringan ini juga dapat membuat teh tahan lama disimpan karena kadar

air yang rendah

B. PTPN VII

Perkebunan Teh Unit Usaha Pagar Alam merupakan salah satu Unit Usaha

dari PT. Perkebunan nusantara VII (persero) yang didirikan pada tahun 1929 oleh

perusahaan Belanda yaitu NV. Landbouw Maata Chapij. Pada masa kemerdekaan,

usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang,

perkebunan dan perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta

Tujuan pengelolaan kebun teh untuk memenuhi kebutuhan teh dalam negeri

khususnya di Pulau Sumatera dan juga untuk memenuhi pasar luar negeri terutama

7

Page 8: laporan fieldtrip alsin

teh yang memiliki mutu tinggi. Pagar Alam merupakan daerah dataran tinggi yang

sangat cocok untuk menghasilkan komoditi teh. Pagar alam merupakan dataran yang

berada diketinggian 1100 m dari atas permukaan laut.

Kebun Teh Pagar Alam yang dikenal dengan simbol Gunung Dempo adalah

satu-satunya Unit Usaha dilingkungan PT.Perkebunan Nusantara VII yang mengelola

Budidaya Teh yang terletak di Kecamatan Pagar Alam Selatan.

PT. Perkebunan Nusantara VII telah mengalami tiga kali renovasi yang mana

dalam renovasi tersebut dengan struktur dasar bangunan tetap seperti awal. Tanaman

teh ini bias dikelola menjadi dua jenis, yaitu teh hijau dan teh hitam. Teh hitam

banyak digunakan sebagai obat sedangkan teh hijau dikomsumsi sebagai minuman

tanpa melupakan fungsinya sebagai obat.

C. Kopi

Biji kopi di peroleh dari sumber botani (tanamannya) Coffee sp. Kopi

merupakan jenis tanaman perkebunan yang digolongkan dalam kelompok penyegar,

seperti halnya pada teh, cengkeh, dan tembakau. Bahan penyegar merupakan bahan

yang banyak mengandung alkaloid kafein yang bersifat dapat memberikan pengaruh

(stimulus) bagi yang mengkonsumsinya. Kopi merupakan bahan penyegar yang

telah dikenal luas membudaya diberbagai pelosok masyarakat dunia. Di Indonesia

kopi sebagai bahan penyegar dapat dikategorikan atas asal varietas (arabica, robusta

dan liberica) dan cara pengolahannya (diolah kering, diolah basah, dan diolah semi

basah) (Didu, 2000).

Menurut Didu (2000), kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

daerah tropis yang dapat diolah menjadi minuman kopi. Pengolahan buah kopi

menjadi biji kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara basah dan cara kering.

Mutu kopi yang dihasilkan dengan cara basah lebih baik dari pada pengolahan

dengan cara kering. Namun kelemahan dari pengolahan kopi secara basah ada pada

saat penghilangan lender buah kopi. Karena adanya lendir dapat mengahambat

proses pengeringan. Disamping itu lendir juga merupakan media pertumbuhan bagi

mikrobia yang dapat merusak flavor kopi yang dihasilkan.

8

Page 9: laporan fieldtrip alsin

Jenis-jenis kopi terdiri dari kopi Robusta, kopi Arabika dan kopi Liberika.

Kopi Arabika memiliki kandungan kafein yang paling tinggi diantara tanaman kopi

jenis lain. Kandungan kafein dalam biji kopi merupakan salah satu nilai penting dari

komoditi dan minuman kopi yang memberikan gairah dan rangsangan bagi

peminumnya. Kafein adalah zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu, tetapi

setiap orang berbeda kepekaannya terhadap kafein. Kafein yang terkandung dalam

biji kopi memiliki pengaruh positif dan negative terhadap tubuh manusia yang dapat

menyebabkan jantung berdebar, pusing, rangsangan kerja hati dan atau tekanan darah

(Yulistiani dan Anisah, 2000).

Biji kopi secara alamiah mengandung lebih dari lima ratus senyawa kimia,

tetapi hanya dua senyawa yang membuat kopi memiliki aroma dan citarasa yang

disukai masyarakat. Dua senyawa tersebut adalah kafein dan kafeol. Kafein dapat

mempengaruhi rangsangan metabolisme tubuh dan kafeol yag dapat menghasilkan

roma yang khas pada kopi (Yulistiani dan Anisah, 2000). Kandungan kafein dalam

biji kopi dapat dilakukan dengan proses alkaliasi dengan cara perebusan biji kopi

dalam larutan alkali panas yang dapat menguraikan kafein. Hasil pengukuran pH

seduhan menyatakan bahwa semakin besar kadar alkali yang digunakan maka pH

seduhan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena terjadinya pelarutan atau

kehilangan satu atau sebagian senyawa asam dalam kopi selama proses alkalisasi

berlangsung.

Kopi memiliki aroma yang khas karena adanya kandungan kafein

(C8H10N4O2). Kafein paling banyak terdapat pada bagian keeping biji dibanding

bagian buah lainnya. Menurut Orthmer dan Orthmer (1965) dalam Yulistiani dan

Anisah (2000) menyatakan bahwa kafein dalan bentuk murni merupakan kristal putih

berbentuk jarum atau benang sutera yang kusut panjang, mengkilap, berasa pahit dan

beraroma wangi. Kafein zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu, tetapi

setiap orang memiliki tingkat kepekaan yang berbeda terhadap kafein. Kafein

memiliki pengaruh positi dan negative bagi tibuh manusia. Kafein dapat

meningkatkan sekresi asam lambung, memperbanyak produksi urin dan memperlebar

pembuluh darah serta meningkatkan kerja otot (Yupistiani dan Anisah, 2000).

9

Page 10: laporan fieldtrip alsin

Tuntutan konsumen yang berhubungan dengan makanan dan minuman sehat

semakin meningkat, khususnya di negara-negara maju seperti Amerika, Eropa, dan

Jepang. Bagi negara maju, masalah tersebut mendapat perhatian serius sehingga

sudah menjadi kebiasaan untuk menerapkan standar yang ketat, bahkan sering

berlebihan. Bagi negara berkembang, standar-standar yang ketat tersebut sering

dianggap sebagai bentuk proteksi baru dari Negara berkembang. Negara-negara

yang tergabung dalam kelompok Uni Eropa tengah mempersiapkan suatu standar

baru untuk komoditas kopi yang berkaitan dengan tingkat kontaminasi mikotoksin,

khususnya Ochratoxin A (OTA). Srandar tersebut menetapkan bahwa kadar

maksimum kandungan OTA untuk kopi sangria (roasted coffee) yang diperbolehkan

di Uni Eropa adalah 5 ppb, sedangkan untuk kopi instant (instant coffee) maksimum

10 ppb. Standar ini diperkirakan mulai diterapkan pada Januari 2005 yakni pada era

liberalisasi perdagangan (Susila, 2004).

Sementara itu, proses panen dan pascapanen kopi Indonesia pada dasarnya

memberi peluang yang besar bagi pertumbuhan jamur Aspergillus ochraeceus dan

Aspergillus niger (dua jenis jamur yang memproduksi OTA). Jamur tersebut akan

tumbuh baik bila kadar air kopi lebih besar dari 14%. Hasil pengamatan

menunjukkan bahwa sebagian besar kopi yang diproduksi di Indonesia, sebelum

menjadi mutu ekspor, mempunyai kadar air diatas 14%. Pada tingkat petani dan

pedagang pengumpul, kadar air umumnya diatas 16%, bahkan di beberapa lokasi,

kadar air diatas 20%. Dimana kadar air kopi Pagar Alam Sumsel relative sama

(Heryani, 2002). Apabila jamur memproduksi OTA, maka racun tersebut tidak bisa

dihilangkan pada tahapan selanjutnya, walaupun melalui proses penyanggraian dan

pemanasan (Susila, 2004).

Sebagai produk yang dikonsumsi secara luas, kopi harus dapat memenuhi

standar kualitas yang diinginkan oleh konsumen, dimana kopi dengan kualitas yang

baik akan dihasilkan dari biji kopi dengan kualitas unggul. Apabila biji kopi tidak

diproses dengan baik akan membawa kerugian yang cukup besar bagi perusahaan.

Karakteristik kualitas yang menjadi tujuan perbaikan mutu kopi adalah kadar air

serta citarasa kopi. Faktor-faktor yang berpengaruh tergadap kadar air biji kopi

adalah factor ketebalan hampara biji kopi di lantai jemur, lama penjemuran dan lama

10

Page 11: laporan fieldtrip alsin

vis drying. Sedangkan factor-faktor yang berpengaruh terhadap citarasa kopi adalah

lama fermentasi, lama penjemuran serta komponen cita rasa (coffee aroma, coffee

flavor, acidity dan body) (Noerwardati, 2005).

Menurut Anonim (2004), komposisi kulit kopi terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Kulit majemuk (eksocarp) 40%.

2. Pulp (mesocarp) 40%

3. Lapisan pectin (mucilage) 20%

Komposisi kimia lendir buah kopi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1: Kommposisi kimia lapisan pectin buah kopi

Zat Gizi Jumlah (%)GulaAsam pektat (pectin)Abu AirProtein

4,10,90,784,28,9

C. Krisan

Krisan atau dikenal juga dengan seruni bukan merupakan tanaman asli

Indonesia. Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), terdapat 1000 varietas krisan

yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas krisan yang dikenal antara lain adalah C.

daisy, C. indicum, C. coccineum, C. frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C.

partehnium. Varietes krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya

diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang.

Bunga krisan sangat populer di masyarakat karena banyaknya jenis, bentuk dan

warna bunga. Selain bentuk mahkota dan jumlah bunga dalam tangkai, warna bunga

juga menjadi pilihan konsumen. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna

merah, putih dan kuning, sebagai warna dasar krisan. Namun sekarang terdapat

berbagai macam warna yang merupakan hasil persilangan di antara warna dasar tadi.

Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standard. Krisan

jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 — 20 kuntum bunga berukuran

kecil . Sedangkan jenis standard pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum

bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang biasa dibudidayakan sebagai

11

Page 12: laporan fieldtrip alsin

bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang bisa dibudidayakan sebagai bunga

potong adalah Tunggal, Anemone, Pompon, Dekoratif, Bunga besar (Hasyim dan

Reza dalam Wisudiastuti, 1999). Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi

kelembaban udara (RH) tinggi, sehingga di indonesia budidaya bunga krisan

menggunakan rumah kaca sebagai media pengatur suhu serta pencahayaan. Pada fase

pertumbuha awal, seperti perkecambahan benih atau pembentukan akar bibit setek,

diperlukan kelembaban udara antara 90 – 95 %. Tanaman muda sampai dewasa

tumbuh dengan baik pada kondisis kelembaban udara pada 70 – 80 %. Hujan deras

atau keadaan curah hujan tinggi yang langsung menerpa tanaman krisan juga

menyebabkan tanaman mudah roboh, rusak, dan kualitas bunganya rendah. Oleh

karena itu pembudidayaan krisan di daerah bercurah hujan tinggi dapat dilakukan

didalam bangunan rumah plastik dan rumah kaca. Penyiraman pun dilakukan dengan

ukuran yang sesuai. Sering kali digunakan metode penyiraman tetes agar tanaman

tidak terlalu banyak mengandung air.

Krisan merupakan salah satu jenis bunga potong penting di dunia. Pada

perdagangan tanaman hias dunia, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang

banyak diminati oleh beberapa negara Asia seperti Jepang, Singapore dan Hongkong,

serta Eropa seperti Jerman, Perancis dan Inggris (Wisudiastuti, 1999). Kadar CO2

memegang peranan penting dalam pertumbuhan krisan. Pada pembudidayaan

tanaman krisan dalam bangunan tertutup seperti rumah plastik dan rumah kaca, dapat

ditambahkan CO2 hingga mencapai kadar yang dianjurkan karena kadar CO2 yang

ideal dan dianjurkan untuk memacu kemampuan fotofintesis tanaman krisan adalah

antara 600 -900 ppm. Mengingat tanaman krisan membutuhkan temperatur untuk

pertumbuhan antara 20-260C dan pembungaan pada temperatur 16-180C dengan

kelembaban udara antara 70-80 %, maka lokasi yang cocok untuk budidaya tanaman

ini adalah didaerah berketinggian antara 700-1200 m dari permukaan laut.

12

Page 13: laporan fieldtrip alsin

III. PEMBAHASAN

A. Pengolahan Teh

Kebun teh PTPN VII Kota Pagar Alam berada rata-rata pada ketinggian 1100

m diatas permukaan laut. Teh yang dihasilkan dari perkebunan teh gunung dempo

memiliki karakteristik aroma, warna dan rasa yang khas. Hal ini dipengaruhi oleh

daun teh hasil petikan. Pemetikan daun teh yang dilakukan adalah pada pucuk daun

teh atau daun peko. Pemetikan ini terdapat dua jenis yaitu pemetikan kasar dan

pemetikan halus. Pemetikan teh yang dilakukan di PTPN VII adalah pemetikan

medium yang dihasilkan produk teh hitam dan teh hijau. PTPN VII Kota Pagar Alam

menanam jenis teh hitam.

PTPN VII telah mengalami renovasi sejak didirikan pada tahun 1929 semasa

penjajahan Belanda. Renovasi yang dilakukan adalah pada bangunan sampai dengan

alat-alat petik maupun alat-alat produksinya. Penggunaan mesin petik yang

dilakukan PTPN VII bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produk teh yang

dihasilkan serta mengurangi biaya tenaga kerja.

Mesin petik yang digunakan oleh PTPN VII adalah Ochiai yang merupakan

produksi Jepang. Penggunaan mesin petik di perkebunan teh PTPN VII adalah

sekitar 60-70% dari total semua lahan perkebunan teh.

Tanaman teh yang terdapat pada perkebunan teh adalah teh dengan jenis

belanda dan teh kampung. Pemetikan daun teh dilakukan dengan memperhatikan

P+2 yang dapat menghasilkan jenis teh hitam. Mutu yang dihasilkan dari teh dengan

petikan mesin adalah sekitar 48 %, sedangkan untuk petikan manual dapat

menghasilkan mutu 56%. Pemetikan dengan menggunakan mesin mempengaruhi

mutu dalam analisa pucuk yang dilakukan setelah proses produksi. Untuk menutupi

kekurangan ini, hasil petikan mesin dan petikan manual digabungkan menjadi satu

sehingga didapatkan mutu teh yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu

sebesar kurang lebih 63%. Jenis teh juga mempengaruhi jumlah hasil petikan.

Biasanya teh belanda lebih rentan terhadap cacar air karena terjadinya perubahan

iklim yang terlalu besar. Teh kampong memiliki ketahanan cuaca sehingga dapat

13

Page 14: laporan fieldtrip alsin

meningkatkan rendemen dari hasil petikan tanaman teh yang terdapat di PTPN VII.

Pertumbuhan tanaman teh juga dipengaruhi cuaca, sehingga dapat terjadi waktu

pergeseran panen dari tanaman, karena harus melihat kondisi tanaman. Waktu petik

normal dengan menggunakan mesin adalah dua bulan setelah pemetikan sebelumnya.

Hal ini dilakukan agar tanaman teh yang mengalami luka saat pemotongan dengan

mesin dapat beregenerasi kembali.

Pemetikan dengan mesin dapat menghasilkan 600-700 kg/hari yang

dihasilkan oleh sepuluh mesin petik. Penggunaan mesin petik dapat mengefisienkan

pekerja dan meminimalkan biaya untuk gaji pegawai.

B. Pemanenan Kopi Kebun Pak Endi

Buah kopi yang sudah masak pada umumnya akan bewarna kuning

kemerahan sampai merah tua. Tetapi ada pula buah yang belum cukup tua tetapi

telah terlihat bewana kuning kemerahan pucat yaitu kopi yang terserang hama bubuk

buah kopi. Buah kopi terserang bubuk ini ada yang sampai mengering di tangkai atau

luruh ke tanah. Buah kopi yang kering tersebut dipetik dan yang luruh di lahan

dipungut secara terpisah dari buah yang masak dan dinamakan pungutan "lelesan".

Pada akhir masa panen dikenal panen "rampasan" atau "racutan" yaitu

memetik semua buah yang tertinggal di pohon sampai habis, termasuk yang masih

muda. Petikan rampasan ini dimaksudkan guna memutus siklus hidup hama bubuk

buah. Pemetlkan buah kopi dilakukan secara manual. Untuk memperoleh hasil yang

bermutu tinggi, buah kopi harus dipetik setelah betul-betul matang, kopi memerlukan

waktu dari kuncup bunga 8–11 bulan untuk robusta den 6 sampai 8 bulan untuk

arabica.

Beberapa jenis kopi seperti kopi liberika dan kopi yang ditanam di daerah

basah akan menghasilkan buah sepanjang tahun sehingga pemanenan bisa dilakukan

sepanjang tahun. Kopi jenis robusta dan kopi yang ditanam 'di daerah kering

biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga pemanenan juga

dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya terjadi mulai bulan Mei/Juni

dan berakhir pada bulan Agustus/September.

14

Page 15: laporan fieldtrip alsin

Kopi yang dipanen oleh mahasiswa adalah kopi yang berasal dari kebun kopi

milik Pak Endi. Kopi yang dipetik dianjurkan sudah berwarna merah sampai merah

gelap sehingga hasil panenan kopi yang didapatkan memiliki kualitas yang baik.

Pohon kopi yang berada diperkebunan kopi Pak Endi memiliki batang yang

tingginya relatif sama sehingga memudahkan dalam pemetikan.

C. Budidaya Bunga Krisan

Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang

telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi

yang tinggi. Disamping memiliki keindahan karena keragaman bentuk dan warnanya.

bunga krisan juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah dirangkai.

Keunggulan lain yang dimiliki adalah bahwa pembungaan dan panennya dapat diatur

menurut kebutuhan pasar. Tanaman krisan umumnya membutuhkan kondisi

kelembaban udara (RH) tinggi, sehingga Pagar Alam merupakan lokasi budidaya

bunga krisan yang tepat.

Bunga krisan dikembangkan dengan cara stek pada cabang samping.

Penyetekan dipilih cabang yang mencapai panjang 10-15 cm tiap 2-3 minggu sekali.

Bila ukuran diameter cabang mengecil seiring dengan penambahan umur tanaman

induk, sebaiknya dilakukan pemangkasan berat untuk disisakan batang pokok dengan

percabangan yang besar dan kokoh saja.

Penyetekan pada tanaman induk sebaiknya dihentikan bila tanaman induk

menunjukkan gejala pertumbuhan fase generatif atau kuncup bunga. Tanaman induk

segera dibongkar untuk diganti dengan tanaman induk yang baru.

Penyemaian benih asal setek pucuk dilakukan ditempat pesemaian berupa

bak berukuran lebar 80 cm, kedalam 25 cm, panjang disesuaikan dengan kebutuhan,

Bak dilengkapi dengan lubang drainase (pembuangan air). Medium semai berupa

pasir steril atau sekam baker. Medium dimasukkan kedalam bak sehingga cukup

penuh dan disiram dengan air sehingga basah.

Perbanyakan tanaman krisan juga dapat dilakukan dengan kultur jaringan

yaitu untuk mendapatkan benih dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat,

15

Page 16: laporan fieldtrip alsin

dan menyediakan benih berkualitas prima serta bebas OPT terutama virus. Selain itu

perbanyakan secara kultur jaringan bermanfaat untuk mencegah penurunan kualitas

hasil bunga akibat proses degenerasi.

Budidaya bunga krisan di Pagar Alam menggunakan rumah plastic untuk

mempertahankan kelembaban lingkungan tumbuh bunga krisan. Sistem penyiraman

dilakukan melalui pipa yang akan dialirkan air untuk menyiram bunga. Sistem rumah

plastic yang digunakan perlu diperhatikan agar tidak terjadi kebocoran sehingga

menyebabkan tanaman yang dihasilkan menjadi berkarat.

D. Pengemasan Kopi Pak Endi

Proses pengemasan pada produk kopi bubuk Pak Endi dilakukan melalui

beberapa tahapan yang dilakukan antara lain penyangraian, penggilingan dan terakhir

adalah pengemasan sehingga produk kopi bubuk yang dihasilkan siap dipasarkan.

Tahap pertama adalah penyangraian. Penyangraian dilakukan untuk

menghasilkan warna dan aroma yang diinginkan dari biji kopi. Dalam tahap

penyangraian terjadi reaksi karamelisasi dan pengembangan biji kopi (Swelling),

terjadi penguapan senyawa-senyawa pembentuk aroma yang mudah menguap,

terjadinya denaturasi protein sehingga membentuk asam-asam amino pembentuk

aroma. Penyangraian dilakukan dengan mesin pemanas yang berputar. Penyangraian

yang dilakukan dilokasi milik Pak Endi dilakukan dengan menggunakan modifikasi

drum berukura besar yang diputar dengan menggunakan roda yang digerakkan

dengan menggunakan mesin diesel. Drum diletakkan diatas tungku api yang

berbahan bakar kayu. Kayu yang digunakan adalah kayu dari pohon kopi sehingga

dapat menghasilkan aroma yang sedap. Penyangraian dilakukan selama 3-4 jam

dalam sekali proses. Kopi yang telah matang kemudian didinginkan selama kurang

lebih 2 hari untuk kemudian dilakukan proses penggilingan.

Tahap kedua proses yang dilakukan adalah penggilingan. Tahap penggilingan

dilakukan untuk mendapatkan bentuk bubuk dari biji kopi. Penggilingan dilakukan

dengan alat impact mill. Penggilingan pada produksi kopi bubuk milik Pak Endi

dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu gilingan kasar, gilingan agak kasar dan gilingan

16

Page 17: laporan fieldtrip alsin

halus. Sebanyak 10 kg kopi dapat digiling dalam waktu satu jam. Kelembapan dari

kopi juga dapat mempengaruhi proses penggilingan. Kopi yang masih lembab dapat

mengakibatkan diperlukannya waktu sebanyak 2 kali dari waktu awal. Kopi yang

telah digiling mengalami susut bobot sebanyak 25% dari bobot awal.

Setelah penggilingan langsung dilakukan pengemasan. Pengemasan kopi bubuk

dilakukan dengan menggunakan plastic polietilen(PE) dengan berat ½ kg dan I kg.

Kopi bubuk yang dikemas dapat bertahan kurang ebih selama 1 tahun. Kopi bubuk

Pak Endi didistribusikan ke Jogjakarta, dan Pagar Alam. Dalam 1 hari dapat dikemas

sebanyak 300 kg kopi. Untuk distribusi local selama satu bulan sebanyak 1 ton.

Untuk proses distribusi pengemasan dilakukan dengan menggunakan paper sack,

kardus dan metal. Kemasan juga dapat menunjukka masa kadaluwarsa dari kopi

bubuk ini. Jamur yang menempel pada kemasan menunjukkan bahwa kopi telah

masuk masa kadaluwarsa.

17

Page 18: laporan fieldtrip alsin

IV. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam pelaksanaan kunjungan

lapangan ini adalah :

1. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Pagar Alam menanam the

hitam jenis kampung untuk mengoptimalkan dalam produksi.

2. Proses pemetikan pucuk daun teh akan berpengaruh pada mutu dan hasil teh

yang baik.

3. Pemetikan teh dengan menggunakan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

namun mutu teh yang dihasilkan menurun.

4. Pemetikan dengan menggunakan mesin petik dilakukan pada daerah dengan

topografi yang datar dan pemetikan manual dilakukan pada topografi yang

menanjak dan pada ketinggian yang tidak terjangkau mesin.

5. Kopi siap petik adalah kopi dengan cirri warna merah sampai merah gelap.

6. Bunga krisan membutuhkan lingkungan tumbuh yang lembab

7. Bunga krisan ditanam dalam rumah plastik sebagai media pengatur suhu serta

pencahayaan.

8. Penyangraian kopi dilakukan untuk menghasilkan aroma, warna dan rasa dari

kopi.

9. Penggilingan kopi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu menghasilkan kopi kasar, kopi

agak kasar dan kopi halus.

10. Pengemasan ditujukan agar kualitas kopi bubuk yang dihasilkan dapat

dipertahankan dan memiliki tampilan menarik dan praktis.

18

Page 19: laporan fieldtrip alsin

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Kopi. (Online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21905/5/Chapter%20I.pdf, dikses 18 Mei 2011).

Anonim. 2003. Kopi. (Online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20033/4/Chapter%20II.pdf, dikses 17 Mei 2011).

Danarti. 1989. Budidaya Kopi dan Penanganan Lepas Panen. Jakarta. Penebar Swadaya

Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1986. Budidaya Tanaman Kopi. Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan.

Didu, M. S. 2001. Penentuan Waktu Panen dan Kondisi Fermentasi Kopi Berdasarkan Aktifitas Enzum pada Lendir Buah Kopi (Coffee sp). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 12(1):1-5

Muljana, W. 1982. Bercocok Tanam Kopi. Anaka Ilmu : Semarang.

Najiyati,S, Danarti. 1989. Kopi Budidaya Dan Penangan Pasca Panen. PS. Seri Pertanian : Jakarta.

Noerwardati, R. 2005. Studi Eksperimental Tentang Faktor-Faktor Dominan Terhadap Kualitas Biji Kopi dengan Metode Taguchi. (Online) (http://digilib.its.ac.pd, dikses 14 November 2007).

Reksohadiprojo, S. 1986. Manajemen Pengolahan Pada Perusahaan Perkebuanan. BPFE: Yogyakarta.

Sadjad, S. 1985. Empat Belas Tanaman Perkebunan Untuk Agro-Industri. PN. Balai Pustaka : Jakarta.

Susila, W. R. 2004. Srandar OTA Eropa untuk Kopi: Musuh yang Kondruktif. (Online) (http://www.ipard.com, diakses 14 November 2007).

Yulistiani, R. dan A. Rahayu. 2000. Dekafeinasi Kopi Robusta pada Pembuatan Kopi Bubuk dengan Larutan NaOH. Seminar Nasional Industri Pangan. BP01 : 330-339.

19

Page 20: laporan fieldtrip alsin

LAMPIRAN GAMBAR SELAMA KUNJUNGAN

A. PEMETIKAN TEH

20

Page 21: laporan fieldtrip alsin

B. PEMANENAN KOPI DI KEBUN PAK ENDI

C. BUDIDAYA BUNGA KRISAN

21

Page 22: laporan fieldtrip alsin

D. PENGEMASAN KOPI PAK ENDI

22

Page 23: laporan fieldtrip alsin

23