Makalah fieldtrip ekoper

download Makalah fieldtrip ekoper

of 42

Transcript of Makalah fieldtrip ekoper

MAKALAH HASIL FIELDTRIP EKOLOGI PERTANIAN JATIKERTO TAHUNAN

Disusun Oleh : Kelompok Kamis 15.00 WIB Asisten Tommy Hardian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun haturkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah hasil fiedtrip ekologi prtanian dengan judul Jatikerto Tahunan dapat terselesaikan. Makalah hasil fieldtrip ekologi pertanian ini merupakan salah satu syarat untuk melakukan presentasi. Pada kesempatan ini tak lupa penyusun mengucapkan terimak asih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak berkorban dan memberikan bantuan baik motivasi maupun materi hingga terselesaikannya makalah hasil fieldtrip ekologi pertanian ini. 2. Asisten dosen yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan hingga terselesaikannya makalah ini. 3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah ini. 4. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah telah meluangkan waktu untuk turut membantu dalam penulisan makalah ini hingga selesai. Penyusun menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga diharapkan pada semua pihak untuk dapat memberikakn kritikan dan saran masukan yang bermanfaat guna penyempurnaan makalah ini dan selanjutnya. Akhirnya penulisan berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Malang, 05 Desember 2010

Penyusun

KATA PENGANTAR

Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi I PENDAHLUAN 1.1 1.2 II Latar Belakang Tujuan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik Biomasa Pohon dan Faktor Abiotik Faktor Biotik ( Keragamaan Arthropoda pada Agroekosistem )

III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan beserta fungsinya, teknik lapang 3.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik 3.1.2 Biomasa Pohon dan Faktor Abiotik 3.1.3 Faktor Biotik ( Keragamaan Arthropoda pada Agroekosistem ) IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Pengamatan 4.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik 4.1.2 Biomasa Pohon dan Faktor Abiotik 4.1.3 Faktor Biotik ( Keragamaan Arthropoda pada Agroekosistem )

4.1.3.1 Gambar Hasil Pengamatan beserta warna 4.1.3.2 Klasifikasi 4.1.3.3 Bioekologi Serangga 4.2 V Pembahasan

PENUTUP 5.1 5.2 Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Tumbuhan memerlukan sinar matahari, gas asam arang (CO2) yang diserap dari udara serta air dan hara yang diserap dari dalam tanah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui proses fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan keseluruhan tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga, dan buah. Bagian-bagiab tanaman tersebut akan ggugur, masuk ke dalam tanah, dilapuk dan akan menjadi bagian dari tanah. Tanah akan menyediakan energi bagi organisme baik yang hidup di atas tanah dan di dalam tanah. Dalam Fakultas Pertanian diwajibkan untuk mengikuti praktikum ekologi pertanian yaitu untuk mempelajari interaksi antara komponen biofisik, teknik dan sosioekonomik dalam satu sistem pertanian. Jadi ekologi pertanian lebih menekankan pada hubungan timbal balik antar komponen agro-ekosistem dan dinamika proses-proses ekologi. Agroekosistem adalah komunitas tanaman dan hewan yang

berhubungan dengan lingkungannya ( baik fisik maupun kimianya ) yang telah diubah oleh manusia untuk menghasilkan pangan, pakan, serat, kayu bakar, dan produk-produk lainnya yang dibutuhkan oleh manusia. Jafi fokus utama dari ekologi pertanian adalah mempertahankan produksi pertanian yang berkelanjutan dengan jalan mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal untuk

meminimalkan dampak yang merugikan dari sistem pertanian moden. Penggunaan lahan pertanian yang beragam berpengaruh terhadap kondisi lingkungan, karena jenis tanaman yang ditanam berbeda dan jumlah serta pengaturan tanamnya pun berbeda. Kondisi tersebut akan mengubah iklim mikro, kandungan bahan organik tanam, dan khidupan organisma tanah maupun di atas tanah. Organisme mempunyai fungsi penting di dalam ekosistem dan kehidupan.

Dari mata kuliah ekologi pertanian, maka diadakanlah fieldtrip pada hari Sabtu tanggal 20 November 2010 ke Jatikerto. Hal itu bermanfaat untuk pengamatan dan penelitian bagi mahasiswa untuk lebih mengetahui tentang analisa vegetasi, biomasa pohon, dan keanekaragaman arthropoda secara langsung. 1.2 Tujuan Dari latar belakang di atas, adapun tujuan dari penulisan makalah hasil fieldtrip ekologi pertanian mengenai pengamatan dan penelitian di Jatikerto Tahunan, antara lain : 1. Mahasiswa mampu mengenal dan memahami analisis vegetasi di daerah kebun percobaan Jatikerto. 2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran biomasa di daerah kebun percobaan Jatikerto. 3. Mahasiswa peranannya Jatikerto. mampu mengetahui keragaman arthropoda, mengetahui serta pengelompokan serangga di daerah kebun percobaan

BAB II

2.1

Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan : 1. 2. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar. Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis random-sampling hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai systimatic sampling, bahkan purposive sampling pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Faktor Abiotik Suhu Udara Suhu udara didefinisikan sebagai derajat panas suatu benda yang ada diudara. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Suhu juga disebut temperature benda yang panas memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan benda yang dingin. Sebuah benda terasa hangat oleh salah satu tangan tapi kurang hangat bila di rasakan oleh tangan lain,hal ini menunjukan bahwa alat indra tak dapat menentukan suhu dengan baik/tepat dan bersifat relative tergantung

kecenderungan perasaan dan kepekaan indra peraba setiap individu. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan

indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Faktor Abiotik Radiasi Matahari Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di matahari. Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Spektrum radiasi matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang. Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet, sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah. Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) faktor. 1. Jarak matahari. Setiap perubahan jarak bumi dan matahari menimbulkan variasi terhadap penerimaan energi matahari 2. Intensitas radiasi matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar matahari pada permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak lurus. 3. Panjang hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara matahari terbit dan matahari terbenam. 4. Pengaruh atmosfer. Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas, debu dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi.

2.2

BIOMASA POHON DAN FAKTOR ABIOTIK Biomassa pohon adalah pengukuran terhadap suatu pohon atau vegetasi yang berada disebuah area atau luasan tertentu dengan mebuat sebuah plot. Dan sebuah plot ini juga mencakup sebuah ekosistem. Ekosistem ialah interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Komponen penyusun ekosistem terdiri dari faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik terdiri dari suhu, air, kelembapan, cahaya, angin, ketinggian tempat, tanah dll, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Salah satunya dari faktor abiotik yakni tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Klasifikasi Tekstur Tanah Pasir Debu/Endapan Liat

Faktor yang Mempengaruhi Iklim Bahan induk Topografi Organisme Waktu Struktur Tanah Pengolahan Tanah Porositas Tanah Konsistensi Tanah

2.3

Faktor Biotik ( Keragamaan Arthropoda pada Agroekosistem ) Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Di permukaan bumi sekian banyak spesies hewan yang ada, ternyata sekitar bagian adalah serangga. Dari jumlah tersebut, lebih dari 750.000 spesies telah diketahui dan diberi nama. Jumlah tersebut merupakan kurang lebih 80% dari anggota filum arthropoda. Dalam pengamatan kita , mungkin penampilan umum serangga yang satu mempunyai kesamaan dengan serangga lainnya, akan tetapi mereka menunjukkan keragaman yang sangat besar dalam bentuknya. Dari kerajaan animalia dibagi menjadi dua subkingdom yaitu invertebrata dan vertebrata. Serangga merupakan kelas dari subkingdom invertebrata dan masuk filum arthropoda dengan struktur klasifikasi sebagai berikut:

Crustacea Antrhopoda Invertebrata Animalia Vertebrata mollusca Nematoda Chordata Arachnida Diplopoda Chilopoda Hexapoda (insekta)

Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki arthropoda di bagi menjadi 5 kelas : 1. Kelas Crustacea (golongan udang ) Struktur tubuh crustacea bersekmen dan terdiri dari sefalotoraks(kepala dan badan bersatu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang) sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu 2 pasang antena, 1 pasang mandibula, 1 pasang maksilla, 1 pasang maksilliped.

Maksila dan maksiliped berfungsi menjadi penyaring makanan dan penghantar makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (1 pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak, atau menempel didasar perairan. Hewan ini dikelompokkkan menjadi 4 ordo : 1) Branchiopda 2) Ostracda 3) Cepepoda 4) Cirripedia 2. Kelas Arachnida (golongan kalajengking dan laba-laba) Contoh hewan kelas ini adalah kalajengking, laba-laba, tungau. Beberpa ordonya adalah Scorpionida, Arachnida, dan Aracina Struktur tubuhnya : a. Antara dada dan kepala dapat dibedakan dengan jelas b. Tidak terdapat antena c. Mempunyai 4 pasang kaki d. Bersegmen tidak sempurna e. Tanpa rahang f. Mulut dan pencernaan makan terutama disesuaikan untuk menghisap serta memiliki kelenjar racun 3. Kelas Diplopoda Contohnya kaki seribu Struktur tubuh Dipolpoda: a. Tubuh berbentuk selindris dan beruas-ruas, terdiri atas kepala dan badan b. Mempunyai sepasang antena pendek c. Hidup ditempat lembab dan gelap dan banyak mengandung tumbuhan yang telah membusuk 4. Kelas Chilopoda Struktur tubuhnya : a. Tubuh agak gepeng yang beruas-ruas b. Pada segmen belakang kepala terdapat satu pasang taring bisa (maksilliped) yang berfungsi untuk membunuh mangsanya c. Pada kepala terdapat antena panjang

d. Pemangsa hewan kecil berupa insecta, mollusca, cacing dan binatang kecil lainnya sehingga bersifat karnivora 5. Kelas Hexapoda (insecta) Serangga dapat disebut juga insecta. Hexapoda berarti hewan berkaki enam yang berasal dari kata heksa yang berarti enam dan podos yang artinya kaki. Jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Ciri- ciri insecta, antara lain : Dapat dibedakan dengan jelas antara kepala, dada, dan perut Kaki dapat berubah bentuk disesuaikan dengan fungsinya Perut memiliki sebelas ruas dan beberapa ruas saja. Pada belalang betina perut terdapat ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Alat pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, lambung, usus, rektum, dan anus. Bernafas menggunakan trakea Tempat hidup di air tawar dan darat Dalam kelas insekta memiliki jenis yang paling banyak maka akan dipelajari lebih dalam lagi dalam pengelompokannya. Dalam kelas insekta terdiri dari beberapa suku yang sangat penting dan terdapat paling banyak di alam, diantaranya yaitu: 1. Coleoptera,

Ciri-ciri : meliliki 2 pasang sayap, sayap depan keras, tebal dan mengandung zat tanduk(elitra), sayap belakang seperti selaput, metamorfosis sempurna, tipy mulut menggigit. 2. Diptera

Ciri-ciri : mempunyai sepasang sayap depan dengan 1 pasang sayap belakang menjadi alat keseimbangan yg disebut halter. Mengalami metamorfosis sempurna, tipe mulut menusuk dan menghisap atau menjilat dan menghisap Contoh : lalat, nyamuk, aedas (inang virus demam berdarah) 3. Homoptera

Ciri-ciri : Mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan dan belakang sama, bentuk transparan dan mengalami metamorfosis tidak sempurna. Contoh : tonggeret, wereng hijau, wereng coklat, kutu kepala, dan kutu daun

4.

Hemptera

Ciri-ciri : sayap depan sebagian membraneus, metamorfosis tidak sempurna, tipy mulut menusuk dan menghisap Contoh : kepinding air, walang sangit, kumbang coklat, dan kutu busuk 5. Hymenoptera, sayap mirip seperti selaput

Ciri-ciri : memiliki 2 pasang sayap, tipis seperti selaput, tipe mulut menggigit Contoh : lebah madu, kumbang penghisap madu 6. Lepidoptera, sayap dilapisi bulu atau sisik

Ciri-ciri : memiliki 2 pasang sayap yang dilapisi sisik, mengalami metamorfosis sempurna, tipe mulut menghisap dengan alat penghisap berupa helai yang dapat dijulurkan Lepidoptera dibagi menjadi 2 sub ordo : a. Rhopaicera(kupu-kupu) meliputi : hama kepala, hama daun pisang, kupukupu pastur, kupu-kupu sirama-rama. b. Heterhocera(kupu-kupu malam) meliputi ulat tanah, ulat jongkol, kupu ulat sutra 7. Tysanoptera

Ciri-ciri : sayapnya berumbai. Contoh : tripis 8. Othoptera

Ciri-ciri : a. bersayap lurus

b. Tipe mulut menggigit c. Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina dan mengusir saingannya d. Hewan betina mempunyai oviposhitor pendek berfungsi untuk

meletakkan telur Contoh : jangkrik, belalang ranting, belalang sembah, kecoak, belalang 9. Isopteran

Ciri-ciri : a. b. c. Bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama Tipe mulut menggigit Metamorfosis tidak sempurna

Contoh : rayap atau anai-anai (Reticulitermis flavipe) 10. Odonata

Ciri-ciri : mempunyai dua pasang sayap, tipe mulut mengunyah, metamorfosis tidak sempurna, sepasang mata yang besar, antenanya pendek, larva hidup di air, bersifat karnivora. Contoh : capung (aeshna sp), capung besar (epiophlebia) Peranan arthropoda dalam mempengaruhi ekosistem di alam ada 3 macam. Peranan arthropoda tersebut yaitu: 1. Hama Hama adalah binatang atau sekelompok binatang yang pada tingkat populasi tertentu menyerang tanaman budidaya sehingga dapat menurunkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dan secara ekonomis merugikan. Contoh: serangga tikus pada tanaman padi yang menyebabkan gagalnya panen, serangan Crocidomolia binotalis yang menyerang pucuk tanaman kubis-kubisan. 2. Predator Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa binatang lainnya. Contohnya: Menochilus sexmaculatus yang memangsa Aphid sp. 3. Parasitoid Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthropoda yang lain. Parasitoid bersifat parasitik pada fase

pradewasa dan pada fase dewasa mereka hidup bebas tidak terikat pada inangnya. Contoh: Diadegma insulare yang merupakan parasitoid telur dari Plutella xylostela. Apabila telur yang terparasit sudah menetas maka D. insulare akan muncul dan hidup bebas dengan memakan nektar. Selain 3 peran diatas arthropoda khususnya insecta juga memiliki peran yang menguntungkan yaitu berperan sebagai proses penyerbukan.

BAB III METODOLOGI3.1 Alat, Bahan Beserta Fungsinya, dan Teknik Lapang 3.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Kantong plastik 1kg, digunakan untuk tempat sampel daun Tali rafia, digunakan untuk membatasi kotak pengamatan Meteran bangunan, digunakan untuk mengukur kotak pengamataan Meteran jahit, digunakan untuk mengukur tinggi dan lebar daun Gunting, digunakan untuk memotong tali rafia Spidol warna biru, sebagai alat tulis Tongkat kayu, digunakan untuk memberi tanda pada kotak pengamatan Kertas tabel dan peralatan tulis, digunakan untuk mencatatat data hasil pengamatan. 9. Blangko pengamatan untuk menuliskan data.

Teknik Lapang 1. 2. Menentukan lokasi pengamatan Menentukan petak plot utama dengan luasan 5x5 m2, petak pengamatan dibuat dengan tali rafia dan kayu penahan di setiap pojokan dengan pengulangan lima kali untuk di plot pendukung ( plot utama tidak ada pengulangan ). 3. Identifikasi atau inventarisasi vegetasi yang masuk dalam kotak pengamatan. Amati vegtasi didalam kotak pengamatan yang terdiri dari spesies, jumlah individu dan luas bidang dasar.

4.

Dari setiap spesies dibuat hebarium. Bila terdapat spesies yang belum dikenali, hebarium dapat digunakan untuk membandingkan dengan sumber informasi laen seperti buku, website internet, dan sumber lainnya.

5.

Hitung besarnya kerapatan (individu/ha) frekuensi dan dominasi (m2/ha) dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing data vegetasiyang sudah diambil.

6.

Buat laporan ringkas hasil teman di lapang dengan dilengkapi foto dan gambar pendukung.

3.1.2 Biomassa Pohon dan Faktor Abiotik Alat dan Bahan 1. 2. 3. Meteran jahitan digunakan untuk mengukur diameter pohon Tali rafia digunakan untuk mengukur seresah Spidol warna digunakan untuk memberi tanda goresan pada batang pohon 4. 5. 6. 7. Gunting untuk memotong rafia Clynometer untuk mengukur derajat pengamat dan pohon Blangko pengamatan untuk memasukkan data Alat tulis untuk menulis hasil pengatan

Teknik Lapang 1. Membagi Sub Plot menjadi dua bagian, dengan mamasang tali di bagian tengah sehingga ada sub-sub plot 5m x 5 m. 2. Mencatat nama setiap pohon, dan mengukur diameter batang setinggi dada ( dbh= diameter at breast high = 1,3 m dari bawah tanah). Semua pohon yang masuk dalam sub-sub plot sebelah kiri dan kanan. 3. Melakukan pengukuran dbh hanya pada pohon besar dengan lingkar lilitan > 30 cm. Membawa tongkat kayu ukuran panjang 1,3 m, meletakkan tegak lurus permukaan tanah di dekat pohon yang akan diukur, memberi tanda goresan pada batang pohon. Bila permukaan tanah di lapangan dan bentuk pohon tidak rata, maka penentuan titik pengukuran dbh pohon. 4. Melilitkan meteran pada batang pohon, dengan posisi pita harus sejajar untuk semua arah, sehingga data yang diperoleh adalah lingkaran atau lilitan batang ( keliling batang= 2 r ) bukan diameter. Bila diameter

pohon hanya berukuran antara 5-20 cm, gunakan jangka sorong ( calliper ) untuk mengukur dbh, data yang diperoleh adalah diameter pohon. 5. Mencatat lilitan batang atau diameter batang dari setiap pohon yang diamati pada blangko pengamatan yang telah disiapkan. 6. Khusus untuk pohon-pohon yang batangnya rendah dan bercabang banyak, misal pohon kopi yang dipngkas secara reguler maka ukurlah diameter semua cabang. Bila pada sub plot terdapat tanaman tidak berkeping dua (dicotile) seperti bambu dan pisang, maka ukurlah diameter dan tinggi masing-masing individu dalam setiap rumpun

tanaman. Demikian pula bila terdapat pohon tidak bercabang seperti kelapa atau tanaman jenis palem lainnya. 7. Kadang di lapangan dijumpai beberapa penyimpangan kondisi

percabangan pohon atau permukaan batang pohon yang bergelombang atau adanya banir pohon maka cara penentuan dbh maka cara penentuan dbh dapat dilakukan sesuai di bawah ini: pohon pada lahan berlereng, letakkan ujung tongkat 1,3m pada lereng bagian atas. pohon bercabang sebelum ketinggian 1,3m, maka ukurlah dbh semua cabang yang ada. bila pada ketinggian 1,3m terdapat benjolan, maka lakukanlah pengukuran dbh pada 0,5m setelah benjolan. pada ketinggian 1,3m terdapat banir (batas akar papan) maka lakukan pengukuran dbh pada 0,5m setelah banir. Namun bila banir tersebut mencapai ketinggian > 3m, maka diameter batang diestimasi. bila pada ketinggian 1,3m terdapat akar-akar tunjang, maka lakukan pengukuran pada 0,5m setelah perakaran.

3.1.3 Faktor Biotik (Keragaman Arthropoda Pada Agroekosistem) Alat Dan Bahan 1. 2. Sweep net plastik ukuran 1 kg : berfungsi sebagai penangkap serangga : sebagai wadah serangga yang diperoleh dari sweep net 3. fial film pitfall 4. kaca pembesar : berfungsi untuk memperjelas saat mengamati serangga yang ukurannya kecil 5. 6. 7. 8. 9. Gelas air mineral Alkohol 70% Kapas Detergen Cawan petri : berfungsi sebagai jebakan bagi serangga : berfungsi sebagai pembius serangga : sebagai media penyerap alcohol : untuk menjebak serangga : untuk mengidentifikasi serangga : sebagai wadah serangga yang diperoleh dari

Teknis Lapang 1. Memasang pitfall traps satu hari sebelum hari pelaksanaan praktikum lapang pada masing-masing lahan yang akan diamati. pemasangan dengan metode pengambilan contoh secara sistematis pada garis diagonal. 2. Menangkap serangga dengan sweep net dengan urutan lokasi searah metode pengambilan pitfall dengan ayunan ganda. memasukkan serangga tangkapan ke dalam plastik, menuangkan alkohol 70% ke kapas dan memasukkannya ke dalam plastik.

3.

Mengamati pitfall dengan urutan metode yang sama, mengambil serangga yang terperangkap dan memasukkannya ke dalam fial film, memasukkan kapas yang telah diberi alkohol 70%.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Tabel Pengamatan 4.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik

No 1 2 3 4

spesies Tanaman 1 Tanaman 2 Tanaman3 Putri malu

D1/t cm 44,3

D2/l Cm 10

Petak 1 ada ada 2 ada ada ada 3 Ada 4 Ada ada Ada ada 5 Ada Ada Ada ada

Gambar plot

Spesies dalam plot

SPESIES semanggi alang rumput teki putri malu jumlah

JUMLAH SPESIES 9 15 74 6 104

JUMLAH PLOT 5 5 5 5 20

PLOT ADA SPESIES 3 3 5 3 14

D1 / tinggi 44 27 9 18 98

D2 / lebar 56 9 5 7 77

KM 1.8 3 14. 8 1.2 20. 8

KN 8.7 14 71 5.8 100

FM 0.6 0.6 1 0.6 2.8

FN 0.23 0.23 0.38 0.23 1.08

DM 388 38.3 7.09 19.8 453

DN 85.6 8.44 1.56 4.38 100

IV 94.5 23.1 73.1 10.4 201

SDR 31.5 7.7 24.4 3.46 67

Klasifikasi Tanaman putri maluKingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Fabales Famili: Fabaceae (suku polong-polongan) Genus: Mimosa Spesies: Mimosa pudica Duchass. & Walp

4.1.2

Biomasa Pohon dan Faktor AbiotikBKbiomassa,kg/pohon 92,22 Tebal seresah 0,7 cm warna tanah 10 YR 2/2 suhu permukaan tanah 32 (Tanah), 31 (Udara) hewan yang catatan dijumpai Semut

NAMA NO BERCABANG/TIDAK POHON 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Jati Bercabang

K 47

D 14,97

T 8,71

0,70

Bercabang 77,5 24,68 18,07 0,70 342,32 Bercabang 38,5 12,30 14,41 0,70 54,74 Bercabang 50 15,90 18,07 0,70 108,18 Bercabang 45,5 14,50 18,07 0,70 84,97 Bercabang 63,5 20,20 21,19 0,70 202,54 Bercabang 71 22,60 18,07 0,70 271,80 Bercabang 38 12,10 11,95 0,70 52,89 Bercabang 34,5 11,00 11,95 0,70 41,20 TOTAL BIOMASSA POHON 1252,22 Keterangan: K=lilit batang, cm, D= dbh=K/, cm dimana =3,14; T= tinggi pohon, cm, =BJ kayu, g cm-3

PERHITUNGAN : 1.) K=47 cm

D=

TAN 500 = 6 x 1,19 = X 7,14 = X T = 1,57 + 7,14 = 8,71 BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (14,96)2,62 = 92,22

2.) K=77,5 cm

D=

TAN 700 = 6 x 2,75 = X 16,5 = X T = 1,57 + 18,5 = 18,07 BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (24,68)2,62 = 342,32

3.) K=38,5 cm

D=

TAN 650 = 6 x 2,14 = X 12,84 = X T = 1,57 + 12,84 = 14,41 BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (12,26)2,62 = 54,74

4.) K=50 cm

D=

TAN 700 = 6 x 2,75 = X 16,5 = X T = 1,57 + 16,5 = 18,07 BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (15,9)2,62

= 108,18

5.) K=45,5 cm

D=

TAN 700 = 6 x 2,75 = X 16,5 = X T = 1,57 + 16,5 = 18,07 BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (14,5)2,62 = 84,97

6.) K=63,5 cm

D=

TAN 780 = 6 x 3,27 = X 19,62 = X T = 1,57 + 19,62 = 21,19 BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (20,2)2,62

= 202,54

7.) K=71 cm

D=

TAN 700 = 6 x 2,75 = X 16,5 = X T = 1,57 + 16,5 = 18,07 BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (22,6)2,62 = 271,80

8.) K=38 cm

D=

TAN 600 = 6 x 1,73 = X 10,38 = X T = 1,57 + 10,38 = 11,95

BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (12,1)2,62 = 52,89

9.) K=34,5 cm

D=

TAN 600 = 6 x 1,73 = X 10,38 = X T = 1,57 + 10,38 = 11,95 BK = 0,11 x

xD

2,62

= 0,11 x 0,7 x (11)2,62 = 41,2

4.1.3 Faktor Biotik ( Keragamaan Arthropoda pada Agroekosistem ) Nama Lokasi : Jatikerto

Jenis Penggunaan Lahan/ Pola Tanam : Tanaman Tahunan Tanggal/Bulan/Tahun Ukuran Plot No Gambar Klasifikasi : 21 November 2010 : 10 x 10 Bioekologi (Daur/siklus hidup Peran, Habitat dan Perilaku) 1. telur- telur telah dibuahi, semut yang ditetaskan betina (diploid), jantan (haploid)-metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan pupa yang exarate) dewasa. 2. Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan 3. terdapat sepasang antena

1

Kingdom: Animalia Filum: Artropoda Kelas: Insekta Ordo: Hymenoptera

Semut Rangrang (Oecophylla smaradigna ) 2

Jumlah = 9 4. telur larva - imago 5. Sebagian besar sebagai perusak tanaman,beberapa sebagai predator 6. ukuran tubuh sedang sampai besar, mulut tipe penggigit pengunyah, antena panjang dan halus seperti rambut 7. habitat di areal pertanaman budidaya,lingkungan rumah

Kingdom: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: Orthoptera

Jangkrik (Gryllus assimilis)

Jumlah = 8

3

Kingdom: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: Diptera

8. Siklus hidup : telur- larva pupa dewasa 9. Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai berbuah 10. Suhu optimal untuk perkembangan lalat adalah 28 o C. 11. Kelembaban relative 70 % 12. Perkembangan dipengaruhi cahaya

Lalat (Bactrocera dossalis complex) No Gambar

Jumlah = 1

Klasifikasi

4

Kingdom : Animalia Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleptera

Bioekologi (Daur/siklus hidup Peran, Habitat dan Perilaku) 13. Siklus hidup bermetamorfosis sempurna: telur- larva imago dewasa 14. Terdapat 3 pasang kaki 15. Terdapat sepasang antena 16. Hidupnya di dedaunan

Kumbang kubah (Epilachna sparsa) 5

Jumlah = 1 Kingdom : Animalia Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Isoptera 17. Telur nympha dewasa 18. Rayap memakan zat yang terkandung di dalam kayu, yaitu selulosa 19. Tubuh rayap dilapisi membran tipis yang peka sehingga serangga ini akan membawa tanah dan membentuk lorong-lorong/kanal untuk melindungi tubuhnya dari udara terbuka dan serangan dari binatang lain.

Rayap ( Reticulvemis ratipes)

Jumlah = 3

6

Kingdom : Animalia Fillum : Arthropoda Kelas : Arachnida Ordo : Araneae

20. Telur larva - imago 21. tubuh bulat, tetapi abdomen lebih besar dibandingkang chepalothoraks, tubuh berwarna, abdomen dengan gambaran putih kekuningan dan kelabu atau lembaran hitam berbentuk bulat telur. 22. membuat jarring berbentuk lingkaran di taju daun,memangsa mangsa terbang yang lebih besar

Laba-laba bulat (Cyclosa sp) 7

Jumlah = 1

Kingdom : Animalia Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta ordo : orthoptera

23. antena pendek 24. pronotom tidak memanjang ke belakang 25. trasi beruas 3 buah 26. femur kaki belakang membesar 27. ukuran tubuh betina lebih besar dari pada jantan 28. sebagian besar berwarna abu-abu atau kecoklatan dan beberapa mempunyai warna cerah pada sayap belakang

Belalang kayu (Valanga nigricornis) No Gambar

Jumlah = 1

Klasifikasi

8

Kingdom : Animalia Fillum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : orthoptera

Bioekologi (Daur/siklus hidup Peran, Habitat dan Perilaku) 29. Antena pendek 30. Pronotum tidak memanjang ke belakang 31. Tarsi beruas 3 buah 32. Femur kaki belakang membesar 33. Ukuran tubuh betina lebih besar dripada jantan 34. Warna tubuh hijau 35. Ukuran tubuh kecil

Belalang hijau (Oxya chinensis)

Jumlah = 1

( Anonymous, 2010 )

4.2

Pembahasan 3.1.1 Analisa Vegetasi dan Faktor Abiotik 3.1.2 Biomasa Pohon dan Faktor Abiotik Dari hasil praktikum lapang Ekologi Pertanian yang dilakukan di Jatikerto tanaman tahunan, kami mengamati biomasa pohon yang terdapat di sana yaitu 9 pohon jati sesuai dengan plot yang ditentukan. Kami melakukan pengukuran biomasa pohon, pengukuran tinggi pohon, seresah, warna tanah, suhu tanah dan hewan yang dijumpai.Setelah itu dimasukkan dalam tabel data pengamatan yang telah disediakan. Setelah kami membandingkan dengan dua literatur yang kami peroleh, metode yang digunakan dalam penghitungan biomasa pohon dalam kedua literatur sama dengan metode yang kami gunakan dalam praktikum ini.

3.1.3 Faktor Biotik ( Keragamaan Arthropoda pada Agroekosistem ) Dari hasil praktikum Ekologi Pertanian yang dilakukan di Jatikerto pada tanaman tahunan dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam spesies serangga yang ada di sana. Yaitu terdapat semut rangrang (Oecophylla smaradigna), Jangkrik (Gryllus assimilis), Lalat (Bactrocera dossalis complex), Kumbang kubah (Ephilachna sparsa), Rayap (Reticulvemis ratipes), Laba-laba bulat (Cyclosa sp), Serangga yang paling banyak dijumpai yaitu semut rangrang sebanyak 9 ekor. Sehingga dari data tersebut ordo yang paling banyak ditemukan adalah orthoptera. Ordo orthoptera yang ditemukan di lahan Jatikerto hutan produksi jati antara lain adalah belalang kayu, belalang hijau, jangkrik. Berikut penjelasan dari masing-masing spesimen yang ditemukan : A. Semut rang-rang (Soleonopsis sp) Klasifikasi dari semut rang-rang Kingdom: Animalia Filum: Artropoda Kelas: Insekta Ordo: Hymenoptera Bioekologi semut rang-rang Semut rang-rang berwarna coklat kemerahan, panjang 5-10 mm. Biasanya membuat sarang diantara pohon-pohon yang ditempelkan dengan sekaput lilin. Semut ini sangat ganas. Dalam ekosistemnya semut ini sebagai predator. Semut ini memangsa serangga yang blebih kecil dari pada ukuran tubuhnya misalnya rayap dan kutu daun B. Jangkrik Klasifikasi jangkrik Kingdom: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: orthoptera Bioekologi jangkrik Jangkrik banyak tumbuh di dataran rendah. Jangkrik akan mendatangi cahaya pada malam hari. Pada saat bertelur telurnya akan diletakkan didalam tanah sedalam 5-15 mm, warna telur kuning muda. Kemudian telur akan menetas menjadi nimfa muda yang mempunyai garis-garis putih pada badannya, mereka makan tanaman sayuran, rumput-rumputan, gulma. Jumlah telur yang dihasilkan 40-153 butir. Sebagian besar jangkrik merusak tanaman, beberapa sebagai predator

yang ukuran tubuhnya dari sedang hingga besar, tipe mulut menggit mengunyah. Antena panjang dan halus seperti rambut C. Lalat Klasifikasi lalat Kingdom: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: diptera Bioekologi lalat Populasi lalat saat ini banyak. Siklus hidup lalat melalui 4 tahap yaitu dari telur kemudian larva kemudian pupa sehingga menjadi dewasa. Suhu optimal untuk perkembangan lalat adalah 28 o C denga kelembapan relatifnya adalah 70%. Lalat biasanya menyerang pada saat buah tersebut sedang berbuah. Pada lahan jatikerto tahunan lalat hanya sebagai hewan yang sedang terbang dan hinggap disana karena pada lahan tersebut tidak ada pohon buah. D. Rayap Klasifikasi Kingdom: Animalia Filum: Artropoda Kelas: Insekta Ordo: Ishoptera Bioekologi rayap Fase pertumuhan rayap ada 3 fase yaitu telur semudian menjadi limfa kemudian dewasa. Rayap memakan zat yang terkadung didalam kayu yaitu selulosa.Tubuh rayap dilapisi membran tipis yang peka sehingga serangga ini akan membawa tanah dan membentuk loronglorong/kanal untuk melindungi tubuhnya dari udara terbuka dan serangan dari binatang lain. Pada lahan ini rayap merusak pohon-pohon yang dijadikan sarangnya. E. Laba-laba bulat Klasifikasi laba-laba bulat Kingdom: Animalia Filum: Artropoda Kelas: Insekta Ordo: Araneae Bioekologi dari laba-laba bulat Perkembangannya dari telur-larva-imago. Memiliki ciri-ciri tubuh bulat dengan abdomen lebih besar dari pada cepalotoraks. Tubuh berwarna hitam. Abdomen dengan gambaran putih kekuningan dan kelabuatau lembaran hitam berbentuk bulat. Memiliki 4 pasang tungkai. Laba-laba salah satu laba-laba pembuat jaring. Dalam ekosistem laba-

laba perperan sebagai predator. Laba-laba ini memangsa serangga lebih kecil dari laba-laba tersebut F. Belalang kayu Klaisfikasi belalang kayu Kingdom: Animalia Filum: Artropoda Kelas: Insekta Ordo: orthoptera Bioekologi belalang kayu Belalang memiliki antena pendek, pronotom tidak memanjang ke belakang, memiliki tarsi beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar dan ukuran tubuh betina lebih besar daripada tubuh jantan. Sebagian besar berwarna abu-abu atau kecoklatan dan beberapa mempunyai warna cerah pada sayap belakang. Pada umumnya belalang bertelur pada saat awal musim kemarau dan akan menetas pada awal musim hujan. Telur menetas lebih kurang 57,5 bulan. Telur dimasukkan kedalam tanah sedalam 5-8 cm. Bungkusan berisi massa berbusa yang yang kemudian memadat dan kering berwarna coklat, sepanjang 2-3 cm. Nimfa yang baru saja menetas akan naik ketas permukaan tanah dan memakan daun pada pohon. Setelah memiliki sayap belalang terbang untuk mencari makan dan melakukan perkawinan diatas pohon

G. Belalang hijau Klasifikasi belalang hijau Kingdom:animalia Filum : arthropoda Kelas : insecta Ordo : orthoptera Bioekologi belalang hijau Memiliki antena pendek, pronotum tidak memanjang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki belakang membesar, ukuran tubuh betina lebih besar daripada jantan. Berwarna hijau dengan ukuran tubuh kecil . dalam ekosistem belalang berperan sebagai hama. Daerah yang biasanya menjadi gangguan hama belalang adalah hutan, baik hutan alami atau hutan produksi. Karena hutan merupakan habitat asal belalang. Selain itu belalang pemakan tumbuhan dan merupakan ham-hama penting pada tanaman budidaya.

V.PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Dalam kegiatan filtrip mata pelajaran ekologi pertanian ini, dilakukan pengamatan di dataran rendah jatikerto. Di daerah jatikerto lahan hutan produksi jati kami melakukan pengamatana terhadap budidaya pohin jati. Objek pengamatan yang kami lakukan meliputi analisa vegetasi, biomassa , dan artropoda. Dari hasil pengamatn vegetasi yang paling dominan adalah pohon jati, sedangkan dilihat dari sisi arthropoda yang ada di jatikerto paling banyak dari ordo orthoptera. Kita menemukan berbagai variasi arthropoda seperti semut rang-rang, jangkrik, lalat, rayap, laba-laba bulat, belalang kayu, belalang hijau. Dalam lingkungan lahan budidaya tanaman jati arthropoda mendominasi lingkungan tersebut karena tanaman tersebut cocok pada tempat tersebut. Untuk pohon tahunan yang dominan tumbuh di dataran rendah adalah pohon bercabang dua dengan diameter pohon yang berbeda-beda dan tinggi yang bervariasi sekitar 2 m. Suhu didataran rendah ini sangat tinggi yaitu 28,5 C dengan suhu dipermukaan tanah 31C dan suhu didalam tanah sebesar 32C. Dengan kita mengidentifikasi analisa vegetasi, biomassa pohon dan keragaman arthopoda kita dapat mengetahui jenis tanaman apa yang cocok di tanam pada daerah tersebut dan jenis arthropodanya. 5.2 Saran Melakukan fieldtrip ke Jatikerto sangat menyenangkan karena praktikan dapat mengamati dan melakukan penelitian secara langsung mengenai analisa vegetasi, biomasa pohon, dan keanekaragaman arthropoda. Tetapi dalam pembuatan makalah sebaiknya yang dilaporkan atau yang dipresentasikan hanya pengamatan yang dilakukan di daerah masing-masing. Apabila setiap kelompok yang dilaporkan semua daerah, saat presentasi praktikan yang tidak melakukan pengamatan di daerahnya kurang memahami akan analisa vegetasi, biomasa pohon, dan keanekaragaman arthropoda yang bukan daerah pengamatan praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hairiah,Kuriatun.Prof.Dr.Ir. 2010. Modul Praktikum Ekologi Pertanian. FP UB. Malang

(anonymous, 2010 Semut rang-rang http://melatigroup.com

(Anonymous, 2010) Jangkrik http://2.bp.blogspot.com

(Anonymous, 2010) Lalat kumbang kubah spot

(Anonymous, 2010)

http://th1979.files.wordpress.com/2010/04/fly1.jpg http://3.bp.blogspot.com

(anonymous, 2010) Rayap http://www.swaiklan.com/ http://listverse.files.wordpress.com laba-laba bulat

(Anonymous, 2010)

(anonymous, 2010)

(Anonymous, 2010)

Belalang coklat http://www.borneophotography.org http://catatanbujangan.files.wordpress.com

belalang hijau