Laporan fieldtrip geologi struktur
-
Upload
anonymous-nz69bgw7 -
Category
Documents
-
view
376 -
download
17
Embed Size (px)
Transcript of Laporan fieldtrip geologi struktur

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 1/30
LAPORAN PRAKTIKUM
GEOLOGI STRUKTUR
Oleh :
Rizqi Fadlilah
135090700111013
Asisten:
Nirwansyah Eka Bimatara
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
DESEMBER 2014

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 2/30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Beragam jenis kenampakan alam diantaranya patahan dan lipatan. Adanya fenomena
ini secara langsung atau pun tidak tentunya mempengaruhi kehidupan manusia. Hal ini telah
banyak dibuktikan. Salah satu contohnya adanya lipatan, dapat ditemukan jebakan minyak
pada antiklin. Adanya patahan turun yang menyebabkan terjadi tsunami dan masih banyak
fenomena lain dari lipatan dan patahan yang berdampak bagi bumi. Selain itu, patahan dan
lipatan merupakan hasil adanya gaya-gaya yang muncul sebagai tenaga dari dalam bumi, yang
dapat digunakan untuk mempelajari deformasi batuan. Untuk itu, segala jenis beserta
karakteristik patahan dan lipatan ini perlu dipelajari.
1.2 Perumusan Masalah1. Bagaimana patahan dan lipatan itu terbentuk?
2.
Apa yang menyebabkan terjadi banyak jenis patahan dan lipatan?
3. Bagaimana mengetahui dan mengidentifikasikan jenis-jenis patahan dan lipatan?
1.3 Batasan
1. Identifikasi jenis-jenis patahan dan lipatan.
2. Gambaran secara umum dampak yang dihasilkan oleh patahan dan lipatan.
1.4 Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dari penulisan laporan ini adalah,1.
Mempelajari dan mengidentifikasikan jenis-jenis dari patahan dan lipatan.
2. Mengetahui dampak dari adanya patahan dan lipatan bagi bumi.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Mengetahui definisi dari patahan dan lipatan.
2. Mengetahui dan dapat mengidentifikasikan jenis-jenis patahan dan lipatan.

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 3/30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2 Patahan (Sesar) dan Lipatan
Struktur sesar adalah rekahan yang mengalami geser-geseran yang jelas. Pergeseran
dapat berkisar dari beberapa millimeter sampai ratusan meter dan panjangnya dapat mencapai
beberapa desimeter hingga ribuan meter. Sesar dapat terjadi pada segala jenis batuan. Akibat
terjadinya pergeseran itu, sesar akan mengubah perkembangan topografi, mengontrol air
permukaan dan bawah permukaan, merusak stratigrafi batuan dan sebagainya. (Endarto, 2005:
166).
Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan.
Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif, dan kepentingannya juga relatif. Sesarmempunyai bentuk dan dimensi yang bervariasi. Ukuran dimensi sesar mungkin dapat
mencapai ratusan kilometer panjangnya (sesar Semangko) atau hanya beberapa sentimeter
saja. Arah singkapan suatu sesar dapat lurus atau berliku-liku.Sesar boleh hadir sebagai
sempadan yang tajam, atau sebagai suatu zona, dengan ketebalan beberapa milimeter hingga
beberapa kilometer. (Noor, 2009)
Mengetahui tanda sesar sangat perlu, karena dengan itu dapat kita pergunakan untuk
menentukan luas, besar jarak perpindahan. Jenis dan aktif atau tidaknya gerakan itu. Tanda
sesar umumnya sangat sukar dijumpai karena tertutup oleh soil atau letaknya pada bidang
sesar. Sesar yang terjadi masa kini lebih jelas yakni dengan ditandai bidang sesar yang berkemiringan besar karena belum tererosi lebih lanjut (Endarto, 2005: 169-170).
Sesar dapat dikenali melalui peta topografi atau data fisiografi antara lain “ triangular
facet”, gawirt, mata air, pola aliran sungai. Dalam peta geologi dapat dikenal seprti struktur
diskontinyu perulangan atau hilangnya lapisan batuan. Dengan bantuan interpretasi foto udara
sesar ini akan lebih mudah dikenal walaupun sesar tertutup soil atau tanaman seperti gejala
pelurusan sungai, liniasi, patahan topografi. Pengamatan tanda sesar dapat pula dilakukan
dengan melihat tanda-tanda di lapangan pada bidang sesar, seperti cermin sesar, milorit,
breksi sesar, mineralisasi.
Lipatan adalah hasil perubahan bahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan pada unsure garis atau bidang
dari bahan tersebut (Endarto, 2005:160).
Untuk menamakan suatu lipatan harus sesuai dengan klasifikasi yang ada, tergantung
dari dasar yang digunakan. Menurut klasifikasi Billings, lipatan disusun berdasarkan pada
(Husein, 2008: 55):
1. Bentuk penampang tegak, tegak lurus sumbu lipatan, dalam hal ini yang
diperhatikan adalah kedudukan dari bidang sumbu dan kedudukan dari sayap-
sayapnya.
2. Intensitas perlipatan.

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 4/30
3. Pola dari sumbu lipatan yang terdapat pada suatu daerah.
4. Sifat-sifat dari pada lipatan dengan kemiringannya.
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan
bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu a). Lipatan Sinklin adalah bentuklipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke
arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan
menjadi :
1). Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
2). Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
3). Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau
tidaknya
sumbu utama.
4). Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya
5). Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar
6). Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar7). Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan
planar.
Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan, seperti Lipatan
Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.
(Noor, 2009)

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 5/30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
3.1.1 Patahan dan Lipatan
Pelaksanaan praktikum pengenalan patahan dan lipatan ini dilakukan di ruang
praktikum Geologi Struktur Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Brawijaya. Hal ini
dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak adanya lokasi pengamatan patahan dan lipatan
di daerah Malang. Oleh karena itu, untuk menambah pemahaman peserta, peserta
dianjurkan untuk mengikuti fieldtrip tambahan yang diadakan oleh pihak non akademik.
Pada pelaksanaan praktikum ini, praktikan diharuskan memahami secara teoritis definisi
patahan dan lipatan, jenis-jenisnya, serta proses pembentukannya. Di akhir praktikum,
untuk menguji pemahaman praktikan diadakan test yang terdiri dari kurang lebih 50 soal
yang harus dijawab secara keseluruhan oleh praktikan.
3.1.2
Pengenalan Alat
Pengenalan alat ini dilakukan berbarengan dengan praktikum pengenalan patahan dan
lipatan. Asisten praktikum menjelaskan alat-alat geologi yang secara umum digunakan
pada saat menuju lapangan, diantaranya palu geologi, kompas, dan lup.
3.1.3
Fieldtrip
Fieldtrip geologi struktur ini merupakan penutup rangkaian praktikum geologi struktur
untuk mahasiswa semester 3 Geofisika Universitas Brawijaya. Filedtrip dengan pihak
akademik ini dilakukan di Coban Rondo, kabupaten Malang. Di lokasi tersebut dilakukan
pengamatan terhadap singkapan dan struktur yang ada, lalu praktikan mengidentifikasi secara
lebih lanjut. Selain itu, di fieldtrip ini juga dilakukan pengulangan secara nyata teori-teori dari
pengenalan alat. Sementara untuk observasi patahan dan lipatan tidak dapat dilakukan karena
tidak adanya objek patahan/lipatan di lokasi ini. Setiap asisten memiliki materi praktik
tertentu, diantaranya pengambilan sampel batuan dengan palu geologi, penentuan strike-dip
dan azimuth, serta pengeplotan data pada peta geologi. Tiap kelompok melakukan rolling
dari asisten satu ke asisten lainnya setelah satu praktik dilakukan, sehingga waktu yang
dibutuhkan pada fieldtrip ini terpakai dengan efektif.
3.2 Alat-alat Praktikum
3.2.1 Patahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
3.2.1.1 Kompas Geologi
Bagian utama Kompas geologi :
a) Jarum Kompas
Ujungjarum kompas selalu mengarah kekutub utaramegnetik bumi,
biasanyadiberi tandawarnakuning.

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 6/30
b) Lingkaran PembagianDerajat P
Dibagi dua,yaitu kompas azimuth dan kompas kwardan.
- Kompas azimuth, mempunyai pembagian derajat, mulai dari 0 derajat (utara)
sampai 360 derajat (kembali ke utara)yang ditulis berlawanan arah jarum jam,
dan pembacaannyajugademikian
- Kompas kwardan, mempunyai pembagian derajat mulai dari derajat pada arah
utaradan selatan sampai 90 derajat pada arah timur dan barat. pembacaan
dimulai dariarah utaraatau selatan kearah timur atau barat sesuai kedudukan
jarum kompas.
c) Klinometer
Merupakanrangkaian alatyangdigunakan untukmengukur besarnya
kemiringan bidang. rangkaianalat tersebut terdiridari Nivo tabung, penunjuk
skala, busursetengah lingkaran berskala. padabagianatas busur bernilai 00
ditengahnya. padabagian tepinyabernilai 900. pada bagian bawah busur,skalabernilai 0% dan di tengah dan 100%tepat pada450 (tan 45=1=100%).
klinometerdapat digerakkan dengan menggerakkan tangkai dibelakangkompas.
d) Pengatur Horizontal
adalah sebuah nivo bulatyangbergandengan dengan klinometer.
kedudukankompas horizontal bilagelembungudaratepat di tengah lingkaran.
e) PengaturArah
Rangkaian alatnyaterdiridari sightingarm, peep sigh, axial line,feldingsight, dan sight window. alat-alat tersebutdibantu dengan cermin.
bila kompas ditembakkan kesasaran, semua rangkaian alat tersebut harus
bearadadigaris sasaran.
3.2.1.2 Peta Geologi
Peta geologi digunakan untuk melihat kondisi geologi
Coban Rondo.
3.2.1.3 Palu Geologi

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 7/30
Palu Geologi digunakan untuk mengambil sampel batuan
atau singkapan pada area praktikum.
3.2.1.4 Kamera
Kamera berfungsi untuk mendokumentasikan singkapan, hasil praktikum, serta
area patahan untuk memudahkan praktikan membuat rekontrusi patahan Coban
Rondo.
3.2.1.5 GPS
GPS berfungsi untuk melihat koordinat, elevasi dariCoban Rondo, yang nantinya akan digunakan untuk memplot daerah
pada peta.
3.2.1.6 Kantong Sampel
Kantong sampel digunakan untuk menyimpan sampel batuan
yang diambil dengan palu geologi.
3.2.1.7 Kertas Permodelan Lipatan
Kertas ini diberi dari asisten yang berisi jenis-jenis lipatan
yang harus diidentifikasikan oleh praktikan.
3.3 Langkah Percobaan
3.3.1 Penentuan strike dan dip
a. Strike
1. Siapkan kompas geologi yang akan digunakan untuk mengukur
strike pada batuan. Praktikan harus dapat menentukan bagian-
bagian pada kompas geologi terlebih dahulu.
2.
Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian
timur) pada bidang yang akan kita ukur.

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 8/30
3. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan
gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
4. Catat derajat (gunakan derajat yang paling luar) yang di bentuk
oleh jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah
angka Strike.
Cara mencatat strike:
Misalkan yang terukur di kompas sebesar 120°
N 120° E
120° berada di kuadran 2, yang menunjukkan arah strike
menghadap ke arah barat laut
b. Dip
1. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas
yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak
lurus.
2. Putar tuas klinometer (yang ada di bagian belakang kompas
geologi) agar gelembung udara pada klinometer berada di
tengah.
3. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah
angka Dip.
Cara mencatat dip
Misalkan yang terukur di kompas sebesar 55°
N 120° E / 55º
Gambar 3.1 A Penentuan Strike

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 9/30
3.3.2 Pengambilan sampel untuk litologi
1. Lokasi pengambilan sampel ditentukan terlebih dahulu (dalam
praktikum ini sampel 1 berada jauh dari air terjun sedangkan
sampel 2 berada dekat dengan air terjun).
2. Pada batuan yang akan dijadikan sampel ditentukan sisi atau bagian
batuan yang memiliki kekerasan lemah dengan cara batuan tersebut
dipukul dengan palu geologi hingga ditemukan bagian yang lemah.
3. Bagian batu yang lemah dipukul dengan keras dengan palu geologi
sehingga dihasilkan pecahan batuan yang di jadikan sampel 1.
4.
Simpan pecahan batu sampel 1 kedalam kantong plastik dan beri
tanda.
5. Ulangi langkah 2,3 dan 4 untuk pengambilan sampel 2
Gambar 3.1 B Penentuan Dip
Gambar 3.3 Pen ambilan sam el batu sand stone

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 10/30
3.3.3 Penentuan koordinat dengan GPS
Pada fieldtrip kali ini kita menggunakan koordinat UTM. Universal
Transverse Mercator(UTM) merupakan Metode grid berbasis menentukan
lokas di permukaan bumi yang merupakan aplikasi praktis dari 2 dimensi.
Berikut beberapa cara menggunakan GPS:
1. Pada bagian bawah sisi kanan GPS anda, tekan dan tahan tombol
Power. GPS akan menyala, dan akan menunjukan halaman
Satelit.
2. Secara otomatis GPS akan mencari sinyal satelit. Ketika sudah
terhubung dengan minimal tiga satelit, GPS akan mendapatkan
lokasi Coban Rondo.
3.
Setelah lokasi anda telah ditentukan, layar Satelit akan menghilangdan anda akan melihat menu utama.
4. Pilih menu satellite dengan menggerakkan tombol atas bawah.
5. Koordinat serta elevasi akan ditampilkan.
Gambar 3.4 Penentuan koordinat dengan GPS

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 11/30
3.3.4 Pembacaan histori pembentukan Coban Rondo
1.
Bentang alam di daerah Coban Rondo dilihat lalu perhatikan
apakah pada daerah tersebut terdapat Patahan, Gunung Api, Aliran
air, dll.
2.
Perhatikan litologi batuan penyusunnya dan perhatikan apakah ada
patahan, lipatan, atau pergeseran tanah pada daerah tersebut, dan
bila ada diperhatikan pula deposisinya.
3.
Cocokan dengan litologi yang tertera di peta geologi.
4. Pemetaan Geologi Lapangan
a. Amati peta geologi. Coban Rondo masuk dalam lingkup Malang-
Kediri.
b.
Perkirakan dan tulis letak posisi kita berada dengan melihatketinggian letak dan struktur geologi di indeks peta.
c. Lihat koordinat dan ketinggian letak dengan GPS. Cocokkan
pembacaan koordinat di peta dengan GPS tersebut.
d.
Cocokan garis-garis yang ada pada peta dengan indeks peta
3.3.5 Observasi Patahan dan Lipatan
Awalnya kita melihat pada peta geologi yang kita bawa, apakah
didaerah Coban Rondo ini terdapat litologi patahan atau tidak. Begitupun
dengan lipatannya. Apabila terdapat litologi seperti itu dipeta, baru kita
mulai mengamati dan meneliti dimana letak patahan dan lipatannya dan
termasuk kedalam jenis apa. Tapi bila tidak ada litologi patahan didalam
peta tersebut, maka kita tidak bisa hanya mereka-reka saja bahwa disana
terdapat patahan ataupun lipatan.
Gambar 3.5 Pembacaan peta geologi

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 12/30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Litologi dan Stratigrafi Coban Rondo
4.1.1 Histori Pembentukan Daerah Coban Rondo
Secara umum tanah yang berkembang di daerah Coban Rondo
berkembang daribahan volkanik hasil gunung api, yang dipengaruhi oleh
Gunung Arjuno danAnjasmoro di bagian utara, dan Gunung Panderman
di bagian selatan.Sebaran geologi yang dijumpai di kawasan Coban
Rondo, secara umum masih menunjukkan banyak kesamaan, yaitu
berupa bahan-bahan volkan yang berupa breksi gunungapi, tuf breksi,
lava, dan tuf.
1. Batuan Gunungapi Anjasmoro Tua (Qpat), tersusun atas bahan
breksi gunungapi, tuf breksi, tuf dan lava. Satuan ini diduga sebagai
alas dari Batuan Gunungapi Kuarter Bawah dan diperkirakan
berumur Plistosen Awal - Tengah; hal itu berdasarkan adanya
singkapan dari Batuan Gunungapi Anjasmoro Tua yang tertindih
takselaras langsung oleh Batuan Gunungapi Arjuna-Welirang yang
berumur Plistosen Akhir. Batuan gunungapi ini tertindih oleh
Batuan Gunungapi Anjasmoro Muda dan Batuan Gunungapi
Panderman,
2. Batuan Gunungapi Kawi-Butak (Qpvkb), satuan ini termasuk dalam
batuan gunungapi kuarter tengah yang tersusun atas bahan breksi
gunungapi, tuf lava, aglomerat dan lahar. Batuan gunungapi ini
diperkirakan berumur Plistosen Akhir bagian awal, tertindih olehBatuan Gunungapi Kuarter yang lebih muda dan Tuf Malang.
3. Batuan Gunungapi Anjasmara Muda (Qpva), merupakan batuan
gunungapi kuarter bawah yang tersusun atas bahan breksi
gunungapi, tuf breksi, lava, tuf dan aglomerat. Lava yang menyusun
merupakan sisipan melidah dalam breksi dengan tebal beberapa
meter. Batuan gunungapi ini diperkirakan berumur Plistosen
Tengah, berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang tertindih oleh
Batuan Gunungapi Kuarter Tengah,
4. Batuan Gunungapi Arjuna Welirang (Qvaw), merupakan satuan
geologi yang terbentuk dari bahan volkanik yang terdiri dari breksigunungapi, lava, breksi tufan dan tuf, dan
5. Batuan Gunungapi Panderman (Qvp), satuan ini termasuk ke dalam
batuan gunung api kuarter atas yang tersusun atas bahan breksi
gunungapi, lava, tuf, breksi tufan, aglomerat dan lahar. Batuan
gunungapi ini diperkirakan berumur Plistosen Akhir-Holosen.
Batuan Gunungapi Panderman merupakan parasit pada lereng timur
laut dari Gunung Kawi-Butak, berbentuk kerucut (lateral eruption).
4.1.2 Litologi Batuan
Coban Rondo merupakan air terjun yang terletak di Kecamatan Pujon, KabupatenMalang, Jawa Timur, tepatnya pada 7o 53’ 5,86” S dan 112o 28’ 38,28” E Dan pada utm

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 13/30
49m 0662793 utm 9128304Coban Rondo terletak pada ketinggian 1335 meter di atas
permukaan laut, sedangkan air terjun ini memiliki ketinggian 84 meter. Airnya berasal dari
sumber di Cemoro Dudo, lereng Gunung Kawi dengan debit antara 90 liter per detik pada
musim kemarau sampai dengan 150 liter per detik pada musim hujan. Di sekitar air terjun,
terdapat singkapan batuan yang terdiri dari breksi, gravel, tuff, dan andesit. Urutannya
dimulai dari yang paling atas adalah tuff, lalu breksi, gravel, dan dibagian bawah terdapat
andesit
Breksi adalah batuan sedimen yang tersusun dari fragmen – fragmen (pecahan –
pecahan batuan yang ujungnya runcing dan telah tersedimentasi oleh material – material
batuan yang lebih halus (biasanya mengandung kalsium karbonat dan silikat).
Gravel merupakan akumulasi fragmen – fragmen membundar berukuran lebih besar
daripada pasir yang belum terkonsolidasi. Gravel dapat terakumulasi dan diendapkan
sebagai endapan akuatis di bawah massa air permanen oleh aksi gelombng pada pesisir
berbatu (rocky shore). Kemudian Tuff merupakan batuan piroklastik halus yang terdiri
material fragmen Kristal atau mineral. Tuff dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan
komponen utamanya; tuff kaca (vitric tuff) banyak mengandung fragmen kaca, tuff kristal
banyak mengandung fragmen kristal, dan tuff batuan (lithic tuff) banyak fragmen batuan.
Andesit adalah abu-abu untuk batu vulkanik yang hitam dengan antara sekitar 52 dan
berat 63 persen silika (SiO2). Andesites khas untuk kubah lava dan stratovolcano. Andesit
berisi kristal yang terdiri terutama dari plagioclase feldspar dan satu atau lebih dari
piroksen mineral (clinopyroxene dan orthopyroxene) dan jumlah hornblende.
4.2 Patahan dan Lipatan
4.2.1 Teori Patahan
Berikut adalah proses terbentuknya horst dan graben, patahan naik, dan patahan turun.
1. Horst dan Graben
Horst adalah hasil dari terjadinya patahan pada kulit bumi yang mengalami
pengangkatan sehingga menjadi lebih tinggi dibandigkan dengan daerah sekitarnya.
Sedangkan Graben adalah hasil dari patahan pada kulit bumi yang mengalami depresi
dan terletak diantara dua bagian yang lebih tinggi. Bagian yang lebih tinggi disebut
dengan horst.
Gambar 4.1 Horst dan Graben
2.
Patahan Naik

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 14/30
Blok yang menggantung (hanging wall ) relatif bergerak ke atas terhadap bagian
kaki ( foot wall ). Gerakan patahhan ini disebabkan oleh kekuatan kompresional
(tekanan) yang mengakibatkan pemendekan atau penyempitan.
Gambar 4.2 Patahan naik
3. Patahan TurunBlok yang menggantung (hanging wall ) relatif turun terhadap bagian kaki ( foot
wall ). Gerakan patahan ini adalah disebabkan oleh kekuatan tegang danmengakibatkan perluasan (ada bidang fault plane).
Gambar 4.3 Patahan turun
4.2.2 Teori Lipatan
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Adanya
tenaga endogen berupa tekanan yang arahnya mendatar dari dua arah yang berhadapan
dalam waktu yang relatif lama, sehingga lapisan-lapisan batuan dalam litosfer
mengalami pelipatan, membentuk puncak dan lembah lipatan. Berdasarkan bentuk
lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu
a) Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan
b)
lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Gambar 4.6 Bagian-bagian lipatan

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 15/30
Bagian-bagian lipatan meliputi:
Limb (sayap) merupakan bagian lipatan yang terletak down-dip
dimulai dari lengkung maksimum suatu antiklin atau up-dip
dimulai dari lengkung suatu sinklin.
Hinge merupakan titik pelengkungan maksimum pada lapisan
yang terlipat.
Crest merupakan titik puncak tertinggi dari lipatan. Trough merupakan titik dasar terendah dari lipatan.
Core merupakan pusat lipatan.
Inflection merupakan pertengahan antara dua pelengkungan
maksimum.
Axial line merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik
pelengkungan maksimum pada setiap permukaan lapisan. Disebut
juga hinge line.
Axial surface merupakan disebut juga hinge surface; bidang
khayal yang memuat semua axial line atau hinge line. Bidang ini
pada beberapa lipatan dapat merupakan bidang planar sehinggadinamakan axial plane.
Crestal line adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-
titik tertinggi pada setiap permukaan suatu antiklin.
Crestal surface adalah bidang khayal yang memuat semua crestal
line suatu antiklin.
Trough line adalah adalah suatu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik terendah pada suatu sinklin.
Trough surface adalah bidang khayal yang memuat seluruh troughline suatu sinklin.
Plunge adalah sudut penunjaman dari axial line yang diukur
terhadap bidang horisontal. Sudut ini terletak pada bidang vertikal. Bearing adalah sudut horisontal yang dihitung terhadap arah
tertentu dan menyatakan arah penunjaman axial line.
Pitch adalah sudut antara axial line dengan bidang atau garis
horisontal yang diukur pada axial plane/ surface.
Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan
dapat dikelompokkan menjadi :
1) Lipatan simetris: bidang sumbu vertikal
Gambar 4.7 Lipatan simetris
2) Lipatan asimetris: bidang sumbu miring

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 16/30
Gambar 4.8 Lipatan asimetris
3) Lipatan overturned atau overfold : bidang sumbu miring tetapi
kedua sayap telah miring kearah yang sama dengan besar sudut yang
berbeda.
Gambar 4.9 Lipatan overturned atau overvold
4) Lipatan rebah atau recumbent fold : bidang sumbu horizontal.
Gambar 4.10 Lipatan rebah atau recumbent fold
5) Lipatan isoklinal: kedua sayap memiliki besar dip yang sama dan
miring kearah yang sama.
Gambar 4.11 Lipatan isoclinal vertical
Gambar 4.12 Lipatan isoclinal miring

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 17/30
Gambar 4.13 Lipatan isoclinal rebah
6) Lipatan chevron: hinge bersifat menyudut tajam.
Gambar 4.14 Lipatan chevron
7) Lipatan kotak: crest bersifat lebar dan datar sehingga memiliki dua hinge pada
kedua ujung crest.
Gambar 4.15 Lipatan kotak
8) Lipatan kipas: kedua sayap bersifat overturned ; pada antiklinkipas kedua sayap akan saling mendekat sedangkan pada sinklin
kipas kedua sayap akan saling menjauh.
Gambar 4.16 Lipatan kipas
9) Kink band : varian dari lipatan chevron dengan panjang kedua limb yang saling berbeda.
Gambar 4.17 Lipatan kink band
10) Monoklin: terbentuk pada lapisan horisontal yang secara lokal memiliki
kemiringan.

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 18/30
Gambar 4.18 Lipatan monoklin
11) Teras struktural: terbentuk pada lapisan miring yang secara lokal memiliki lapisan
horizontal.
Gambar 4.19 Lipatan structural
Pengelompokan lipatan secara morfologis , didasarkan atas :
1.
Perubahan bentuk daripada lipatan pada kedalaman2.
Susunan atau pola daripada struktur lipatan, dilihat dalam penampang denah.
4.2.3 Identifikasi Normal Fault
Di satu versi, air terjun Coban Rondo ini diperkirakan berasal dari adanya normal
fault atau patahan turun. Ini memang sekilas terlihat seperti adanya batuan lebih banyak
di atas dan dinding air terjun daripada di bawah yang kita duduki atau injak . Patahanturun /patahan normal (gravity/normal fault), bila blok yang menggantung bergerak
relatif turun terhadap bagian kaki. Contohnya pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.1 Normal Fault
Hal ini terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada batuan yang bersifat
retas dimana “hangingwall block ” telah mengalami pergeseran relatif ke arah bagian
bawah terhadap “ footwall block ”. Dengan ciri diatas kita juga mendapati bahwa daerah
ini patahan dari bekas gesekan yang ada di dinding batuan. Akan tetapi setelah kita
mencoba mengamati daerah pada air terjun coban rondonya, kita mendapatkan perbedaan
bahwa tempat itu bukan sebagai daerah patahan. Dikarenakan pada bagian susunan
batuannya sendiri pada paling atas adalah tuff-gravel-clay, sedangkan pada daerah
patahan bawahnya atau hangingwall block nya kita mendapati batuan andesit.
Hanging
Footwall

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 19/30
Akan tetapi pada bagian ini terdapat tumpukan gravel dan clay. Seharusnya bila ini
dikatakan patahan normal maka kemungkinan pada bagian tumpukan gravel dan clay ini
juga didapatkan sebagai bagian dari batuan tuff. Jadi kemungkinannya air terjun Coabn
Rondo ini bukan produk dari patahan, mungkin saja justru produk dari daerah sedimen
yang merupakan bidang lemah, lalu terkikis akibat adanya sungai yang mengalir diatasnya.
Pada bagian gambar 4.2 terdapat bagian batuan yang memiliki berbagai perlapisan
warna. Ini diperkirakan merupakan batuan tuff. Pada bagian bawah yang masih berwarna
abu-abu merupakan bagian yang dilindungi oleh batuan yang berwarna hitam ke abu-
abuan. Seharusnya kalau dianalisis lebih lanjut lagi, bagian batuan yang berwarna hitam
keabu-abuan bisa dibilang batuan breksi dengan ciri-ciri yang diamati. Akan tetapi pada
batuan yang berwarna hitam ke abu-abuan ada bagian dimana terdapat ciri abu-abu seperti
tuff. Dan kenapa bagian dari dua batuan ini berbeda warna karena pada batuan yang
letaknya diatas lebih menjorok kedepan dan lebih melindungi batuan yang dibawahnya.
Sehingga bagian atas terdapat pengotor yang menutupi bagian warna abu-abunya dan
bagian bawah yang terlindungi masih tetap berwarna abu-abu.
4.2.4 Rekontruksi Manual Litologi Batuan
Gambar 4.3. Litologi footwall block
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa batuan yang paling atas sampai ke
bawah adalah breksi, tuff, gravel, dan sandstone. Lapisan yang tertua adalah sandstone
karena batuan ini terletk paling bawah. Sandstone ini batuan sedimen yang transportasinya
bisa melalui udara maupun es. Lapisan tertua kedua adalah batuan sedimen gravel. Kitakatakan gravel, karena kita mengasumsikan bahwa dahulu disini adalah hulu sungai,
Gambar 4.2 Kenampakan Coban Rondo

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 20/30
kemudian hulu sungai ini mengalami pendangkalan karena proses sedimentasi sandstone
yang ukuran partikelnya berukuran kecil. Lalu setelah proses pendangkalan, gravel sulit
untuk tertransportasi karena ukurannya yang besar. Dari histori pembentukkan Coban
Rondo, diketahui bahwa daerah ini berada pada area gunung api. Ketika gunung api
tersebut meletus dan mengeluarkan material serta debu vulkanik. Material yang ringan dan
debu vulkanik ini terbang ke udara ketika gunung meletus, kemudian turun ke permukaan
menjadi tuff. Ketika gunung api meletus,gunung api mengeluarkan magma dan menjadi batuan beku. Batuan beku ini lambat laun mengalami pelapukan dan erosi. Dari pelapukan
dan erosi tersebut batuan beku pecah dan membentuk fragmen-fragmen bersudut. Setelah
pecah batuan ini tertransportasi (berpindah tempat) akibat erosi batuan lalu terakumulasi di
sebuah cekungan. Batuan yang paling atas bersudut-sudut karena batuan breksi adalah
batuan sedimen transportasinya tidak jauh dari batuan sumbernya. Sehingga pada saat
transportasi sudut dari fragmen-fragmennya terjaga tidak seperti konglomerat yang
membundar.
Sandstone ialah batuan sedimen yang tersusun oleh butir-butir mineral berukuran
pasir, batu atau material organik. Sandstone juga tersusun oleh bahan penyemen yang
mengikat butiran pasir dan mungkin juga tersusun oleh matriks-matriks berukuran silt atauclay yang menempati ruang antar butir pasir.
Tuff adalah batuan beku yang berasal dari produk hasil erupsi gunung berapi. Saat
terjadi erupsi, gunung api mengeluarkan batuan, abu, magma dan material lain dari
kawahnya. Material yang dikeluarkan terlempar ke udara dan kembali jatuh ke bumi di
daerah sekitar gunung berapi. Jika material yang dikeluarkan mengalami kompaksi dan
sementasi menjadi batuan, maka batuan ini yang disebut dengan “tuff”.
Breksi adalah istilah yang paling sering digunakan untuk batuan sedimen klastik
yang terdiri dari fragmen-fragmen bersudut besar (berdiameter lebih dari dua milimeter).Ruang antara fragmen-fragmen yang bersudut besar bisa diisi dengan partikel-partikel yang
lebih kecil atau semen mineral yang mengikat batu bersama-sama.
Gravel terdiri dari fragmen batuan terkonsolidasi yang memiliki kisaran umum
ukuran partikel dari ukuran butir hingga ukuran batu besar. Gravel di sub-kategorikan
dengan Skala Udden-Wentworth menjadi granular gravel (berdiameter 2 sampai 4 mm) dan
pebble gravel (berdiameter 4 sampai 64 mm).
4.2.5 Hubungan Dip Dan Strike Dengan Patahan dan Lipatan
Landai: N 263o E/32o
Curam: N 120o E/55o
Idealnya apabila kita menemukan patahan ataupun lipatan didaerah ini, lalu kita
mengukur strike&dipnya di titik kepenerusannya, maka kita akan mampu merekonstruksi
ulang lapisan tersebut hingga kita bisa menentukan jenis patahan dan lipatannya. Tapi
karena didaerah ini tidak terdapat struktur patahan maupun lipatan, jadi praktikan tidak
dapat ,engukur strike&dip patahan/lipatan. Pada pengukuran strike&dip, selain untuk
mengobservasi patahan dan lipatannya juga digunakan untuk mengukur batas kontak antar
lapisan batuan, serta untuk mengukur kekar-kekar (joint) pada batuan. Tapi karena pada batuan bawah tidak ditemukan adanya kekar, apalagi kontak sedimen, maka praktikan
hanya melakukan simulasi saja untuk mengukur strike&dipnya pada batuan yang ada.

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 21/30
Yang terpenting adalah praktikan tahu bagaimana cara menggunakan kompas geologi
untuk mengukur strike&dip di lapangan.
Seperti yang kita tahu bahwa dalam pemetaan geologi lapangan mencakup
observasi dan pengamatan singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur
kedudukan batuan, mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel batuan,
membuat catatan pada buku lapangan dan mem-plot data geologi hasil pengukuran keatas peta topografi (peta dasar).
Strike adalah arah dari garis yang dibentuk oleh perpotongan lapisan batuan
tersebut dengan bidang horisontal (permukaan bumi). Sementara dip adalah sudut yang
dibentuk oleh perlapisan batuan tersebut dengan bidang horisontal,dan diukur pada bidang
vertikal yang arahnya tegak lurusjurus ( strike). Seperti yang sudah dijelaskan diatas, strike
dan dip dari beberapa batuan kemudian dikorelasikan dan kita dapat menentukan jenis
patahan dan/atau lipatan yang terdapat di daerah tersebut.
4.3 Kekar
Kekar adalah suatu fracture (retakan pada batuan) yang relatif tidak mengalami
pergeseran pada bidang rekahnya, yang disebabkan oleh gejala tektonik maupun non tektonik.
Kekar merupakan salah satu struktur yang paling umum dijumpai pada batuan. Kekar atau
joint adalah rekahan-rekahan pada batuan yang berbentuk lurus, planar dan tidak terjadi
pergeseran. Joint set adalah kumpulan kekar pada satu tempat atau pada suatu batuan yang
memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan joint set lainnya.
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang
bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh:
a) Pemotongan bidang perlapisan batuan; b) Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;
c)Kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan
karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
Perbedaan kekar dengan struktur retakan biasa adalah, kekar terjadi dalam pola-pola
yang teratur. Biasanya berupa garis lurus yang arahnya tegak lurus vektor tegasan (stress).
Terkadang beberapa kekar saling berpotongan, membagi sebuah batuan besar menjadi balok-
balok yang saling terpisah. Kekar terjadi pada lingkungan geologi yang bertekanan rendah.
Kekar memegang peranan penting di geofisika, misalnya sebagai jalur migrasi minyak bumi
atau air tanah. Apabila kekar dilewati larutan hidrotermal, maka mineral dapat mengendap di
sana, membentuk urat mineral. Selain itu, pemetaan kekar sangat penting dilakukan sebelummembuat desain waduk. Kekar umumnya terdapat sebagai rekahan tensional dan tidak ada
gerak sejajar bidangnya. Kekar membagi-bagi batuan yang tersingkap menjadi blok-blok yang
besarnya bergantung pada kerapatan kekarnya. Dan merupakan bentuk rekahan paling
sederhana yang dijumpai pada hampir semua batuan. Biasanya terdapat sebagai dua set
rekahan, yang perpotongannya membentuk sudut berkisar antara 45 sampai 90 derajat.
Kekar mungkin berhubungan dengan sesar besar atau oleh pengangkatan kerak yang
luas, dapat tersebar sampai ribuan meter persegi luasnya. Umumnya pada batuan yang getas.
Kebanyakan kekar merupakan hasil pembubungan kerak atau dari kompresi atau tarikan
(tension) berkaitan dengan sesar atau lipatan. Ada kekar tensional yang diakibatkan oleh
pelepasan beban atau pemuaian batuan. Kekar kolom pada batuan volkanik terbentuk oleh
tegasan yang terjadi ketika lava mendingin dan mengkerut. Kekar juga mempunyai nilai

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 22/30
ekonomis. Dapat memperbesar permeabilitas yang penting bagi migrasi dan menampung air
tanah dan minyak bumi.
Analisa kekar sangat diperlukan dalam eksplorasi dan pengembangan sumber daya
alam. Rekahan-rekahan mengontrol endapan mineral, tembaga, timbal, seng,
merkuri,perak,emas dan tungsten. Larutan hidrotermal yang berasosiasi dengan intrusi batuan
beku mengalir sepanjang kekar-kekar dan mengendapkan mineral-mineral sepanjang dinding
kekar, membentuk urat-urat mineral (mineral veins).Kekar dapat terjadi pada semua jenis batuan, dengan ukuran yang bervariasi dari
beberapa millimeter (kekar mikro) hingga ratusan kilometer (kekar mayor). Sedangkan yang
berukuran beberapa meter disebut dengan kekar minor.Kekar dapat terjadi akibat adanya
proses tektonik, proses perlapukan dan perubahan temperature yang signifikan. Kekar
merupakan jenis struktur batuan yang berbentuk bidang pecah. Sifat dari bidang ini
memisahkan batuan menjadi bagian-bagian yang terpisah. Tetapi tidak mengalami perubahan
posisinya. Sehingga menjadi jalan atau rongga atau kesarangan batuan yang dapat dilalui
cairan dari luar beserta materi lain seperti air, gas dan unsur-unsur lain yang menyertainya.
Klasifikasi kekar atau joint terdiri dari beberapa klasifikasi yaitu :
1. Berdasarkan Cara Terbentuknya:
Srinkage Joint (Kekar Pengkerutan)
Gambar 4.25 Srinkage Joint (Kekar Pengkerutan)
Srinkage Joint adalah kekar yang disebabkan karena gaya pengerutan yang timbul
akibat pendinginan (kalau pada batuan beku terlihat dalam bentuk kekar tiang/kolom) atau
akibat pengeringan (seperti pada batuan sedimen). Kekar ini biasanya berbentuk
polygonal yang memanjang.
Kekar Lembar (Sheet Joint)
Gambar 4.26 Kekar Lembar (Sheet Joint )

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 23/30

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 24/30
Gambar 4.28 Kekar Kolom
Kekar Gerus
Gambar 4.29 Kekar gerus
Kekar Gerus (Shear Joint ), yaitu kekar yang terjadi akibat
stress yang cenderung mengelincirkan bidang satu sama lainnya yang
berdekatan.
Ciri-ciri di lapangan :
1)Biasanya bidangnya licin.
2)Memotong seluruh batuan.
3)Memotong komponen batuan.4)Biasanya ada gores garis.
5)Adanya joint set berpola belah ketupat.
Kekar Lembar
Kekar lembar ( sheet joint ) adalah sekumpulan kekar yang
kira-kira sejajar dengan permukaan tanah, terutama pada batuan
beku. Terbentuknya kekar ini akibat penghilangan beban batuan
yang tererosi. Penghilangan beban pada kekar ini terjadi akibat:
1.Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh2.Tiba-tiba diatasnya terjadi erosi yang dipercepat

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 25/30
3.Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill) dangkal
Kekar Tarik (Esktension Joint dan Release Joint)
Gambar 4.30 Kekar tarik
Kekar Tarikan (Tensional Joint ), yaitu kekar yang terbentuk
dengan arah tegak lurus dari gaya yang cenderung untuk
memindahkan batuan (gaya tension). Hal ini terjadi akibat dari stress
yang cenderung untuk membelah dengan cara menekannya pada arah
yang berlawanan, dan akhirnya kedua dindingnya akan saling
menjauhi.
Ciri-ciri dilapangan :
1)Bidang kekar tidak rata.
2)Selalu terbuka.
3)Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola kotak-kotak.
4)Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yangkemudian disebut
vein.
Kekar tarikan dapat dibedakan atas:
1)Tension Fracture, yaitu kekar tarik yang bidang rekahannya searah
dengan tegasan.
2) Release Fracture, yaitu kekar tarik yang terbentuk akibat
hilangnya atau pengurangan tekanan, orientasinya tegak lurus
terhadap gaya utama. Struktur ini biasanya disebut STYLOLITE.
Gambar 4.31 Kekar tarikan

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 26/30

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 27/30
Gambar 4.33 skema diagram tampilan tatanama lipatan
Gambar 4.34 Bagian-bagian lipatan
4.4.1.2 Mencari arah jurus pada bidang (strike)
1. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan arah.
2. Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang
limbs atau hinge line yang akan kita ukur.
3. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung udara pada
bull eyes berada di tengah.
4. Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah
angka Strike.
Dari penjelasan diatas merupakan pengukuran pada sebuah lipatan pada hinge line
atau limbs yang hampir sama dengan pengukuran strike pernah kita bahas pada
praktikum sebelumnya.Sebagian besar jika kita melakukan studi lapangan pastilah kita
menemukan dengan tidak adanya hinge line. Hal tersebut dikarenakan proses geologi
yang mengakibatkan lipatan tererosi. Maka dari itu pengukuran lipatan hanya
dilakukan di daerah limbs nya saja.
4.4.2 Dip
Adalah garis imajiner membangun menuruni lereng di tempat
sedimen atau fault arah dip tegak lurus terhadap arah strike dan biasanya
dinyatakan dalam bantalan dan sudut kemiringan (dip) diukur dari
bidang horizontal ke bagian atas tempat atau fault, sudut dip tidak boleh
melebihi 90 derajat.

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 28/30
Gambar 4.35 Tubuh lipatan 1) strike 2) dip 3) angle of plunge
Metode dip - domain dapat digunakan untuk menemukan atau
menempatkan batas pada ketebalan unit yang berubah dari atas ke bawah
kontak ( Gambar 4.34 ) . Ketebalan selimut konstan , permukaan aksial
membagi dua sudut tikungan. Ketebalan total selimut lipatan sepanjang
arah pengukuran , t , adalah jumlah dari ketebalan di setiap domain ,
ditemukan dari Persamaan :
t = L1 cos ρ1 + ( L - L1 ) cos ρ2
dimana ρ1 = sudut antara garis ketebalan pengukuran dan tiang untuk selimut atas bidang ,
ρ2 = sudut antara garis ketebalan pengukuran dan tiang untuk selimut yang lebih dari
bidang perlapisan , dan L1 = ketebalan nyata dari domain atas. Jika posisidip dapat
berpindah lokasi , misalnya dengan menggunakan dipmeter , maka dimungkinkan untuk
menentukan L1 dan menemukan yang ketebalan yang benar. Jika lokasi permukaan aksial
tidak diketahui , berbagai kemungkinan ketebalannya adalah antara nilai yang diberikan
dengan menetapkan L1 = 0 dan L1 = L dalam Persamaan t = L1cosρ1+( L – L1)cosρ2 .
Ketebalan circulardengan persamaan t =( L/sinγ)(sinρ2 – sinρ1) selalu setengah jalan antara
titik ekstrem yang mungkin untuk dip – domain pada lipatan .
Gambar 4.36 Ketebalan dip-domain

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 29/30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah praktikum ini praktikan dapat mengetahui asal mula terjadinya lipatan dan patahan sehingga harapannya dapat mengidentifikasikan jenis-jenis patahan dan lipatan
tersebut dalam survei lapangan. Setelah itu dapat mengetahui secara pasti dampaknya
terhadap bumi.
5.2 Saran
Alangkah lebih baik apabila praktikum patahan dan lipatan selanjutnya dilakukan di
lapangan bukan pemodelan, karena di dunia kerja nantinya geofisikawan bekerja pada medan
asli bukan pemodelan. Untuk asisten terima kasih atas ilmu dan kesediaannya membimbing
praktikan dalam praktikum maupun dalam menulis laporan.

8/10/2019 Laporan fieldtrip geologi struktur
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-fieldtrip-geologi-struktur 30/30
DAFTAR PUSTAKA
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Press.
Husein, Salahuddin. 2008. Geologi Struktur: Latihan Pengolahan Data dan Analisa.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.