Laporan Fieldtrip PT. Phapros Teknik Lingkungan Undip

27
ABSTRAK Air limbah perlu diolah agar tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar dan alat guna mengolah air limbah disebut dengan IPAL. Setiap pabrik memiliki pengolahan limbah yang berbeda beda dalam mengolahnya.Pengolahan limbah di PT Phapros Tbk menggunakan pengolahan fisik dan kimia, tetapi belum menggunakan pengolahan biologi dan PT Phapros Tbk memiliki 2 sistem pengolahan limbah yang disebut IPAL 1 dan IPAL 2. Di IPAL 1 mengolah hasil limbah turunan penicillin dan di IPAL 2 mengolah limbah beta laktam dan non beta laktam.Adapun tahapnya terdiri dari sedimentasi, ekualisasi, mixing, aerasi, filtrasi.

description

Laporan kunjungan lapangan

Transcript of Laporan Fieldtrip PT. Phapros Teknik Lingkungan Undip

ABSTRAKAir limbah perlu diolah agar tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar dan alat guna mengolah air limbah disebut dengan IPAL. Setiap pabrik memiliki pengolahan limbah yang berbeda beda dalam mengolahnya.Pengolahan limbah di PT Phapros Tbk menggunakan pengolahan fisik dan kimia, tetapi belum menggunakan pengolahan biologi dan PT Phapros Tbk memiliki 2 sistem pengolahan limbah yang disebut IPAL 1 dan IPAL 2. Di IPAL 1 mengolah hasil limbah turunan penicillin dan di IPAL 2 mengolah limbah beta laktam dan non beta laktam.Adapun tahapnya terdiri dari sedimentasi, ekualisasi, mixing, aerasi, filtrasi.

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPertumbuhan industri dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Tidak dapat dihindari, dampak ikutan dari industrialisasi ini adalah juga terjadinya peningkatan pencemaran yang dihasilkan dariproses produksi. Proses produksi ini akan menghasilkan produk yang diinginkan dan hasil samping yang tidak diinginkanyaituberupa limbah.Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang keberadaannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair yang berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air.Limbah cair industri tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi lingkungan menempati urutan kedua sebesar 30%.Maka dari itu ada suatu instalasi guna mengolah air limbah yang disebut IPAL, yaitu suatu instalasi pengelolaan limbah yang menampung dan mengelola air limbah dari hasil kegiatan industri. Dengan IPAL ini air limbah akan dikelola dengan benar agar zat zat berbahaya yang terkandung di dalamnya dapat dihilangkan, sehingga saat masuk ke lingkungan tidak menimbulkan masalah.Setiap pabrik pun memiliki pengolahan air limbah yang berbeda beda, seperti pengolahan limbah yang terjadi di PT Phapros Tbk yang memiliki dua sistem IPAL yaitu IPAL 1 dan IPAL 2.Dalam laporan hasil fieldtrip ini akan dibahas mengenai sistem IPAL yang ada di pabrik PT. Phapros Tbk.1.2. Tujuan Mengetahui tentang sistem IPAL yang ada di PT. Phapros Tbk. Mengamati langsung langkah langkah pengolahan air limbah yang baik dan benar.1.3. Manfaat Memahami langkah langkah pengelolaan air limbah secara langsung Memahami sistem IPAL yang ada di PT. Phapros Tbk.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. LimbahLimbah adalah bahan sisa atau sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan mahluk lainnya.Sedangkan menurut keputusan Menperindag RI No. 231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 tentang Prosedur Impor Limbah bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia dan hewan.

2.2. Air LimbahAir limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman, rumah tangga, dan juga berasal dari industry, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik.Air limbah memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan sifatnya.Karakter air limbah meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi.

2.3. Karakteristik Air Limbah Karakteristik Berdasarkan Sifat FisikaKaraketer fisika air limbah meliputi suhu, bau, warna, dan padatan. Suhu menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke dalam skala-skala. Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air hangat dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan juga tergantung pada letak geografisnya.Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran bau tergantung pada sensivitas indra penciuman seseorang. Kehadiran bau menunjukkan adanya komponenkomponen lain dalam air. Misalnya, bau seperti telur busuk menunjukkan adanya hydrogen sulfide yang dihasilkan oleh permukaan zat-zat organic dalam kondisi anaerobik.Pada air limbah, warna biasanya disebabkan oleh kehadiran materi-materi dissolved,suspended, dan senyawa-senyawa koloidal yang dapat dilihat dari pectrum warna yang terjadi. Padatan yang terdapat dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating, settleable, suspended, atau dissolved. Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang terapung serta senyawa senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan. Karakteristik Berdasarkan Sifat KimiaKarakter kimia air limbah senyawa organik dan senyawa anorganik Senyawa organik adalah karbon yang dikombinasi dengan satu atau lebih elemen-elemen lain (O, N, P, H). Senyawa anorganik terdiri dari kombinasi elemen yang bukan tersusun dari karbon organic. Pengujian kimia dari air limbah yaitu meliputi pengukuran Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO), Derajat keasaman (pH), logam berat, ammonia, sulfide, fenol.Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian pengujian lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses pengolahan. Karakteristik Berdasarkan Sifat BiologiMerupakan banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah tersebut. Mikroorgaisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dlam semua bentuk air limbah, bisanya dengan konsentrasi 105-108 organisme/l. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh, metabolism, dan reproduksi).Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Keberadaan bakteri dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci sukses efisiensi proses biologi. Bakteri juga berperan penting untuk evaluasi kualitas air.

2.4 Proses Pengolahan Limbah CairPengolahan limbah bertujuan mempercepat proses alami pada suatu unit pengolah limbah sehingga kondisi dapat terkontrol. Proses ini brfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan polutan dalam limbah. Sesuai dengan karakteristiknya, pengolahan limbah dapat diklasifikasikan sebagai pengolahan secara fisik, kimia dan biologi, sedangkan unit pengolahannya juga dikelompokan sebagai unit pengolahan fisika, kimia dan biologi.Pada umumnya limbah mempunyai karakteristik yang merupakan gabungan antara ketiga karakteristik tersebut, sehingga pengolahannya juga melibatkan gabungan antara cara-cara pengolahan fisika, kimia dan biologi.Ditinjau dari tingkatannya, pengolahan limbah dapat dikelompokan menjadi primer, sekunder dan tersier.1. Pengolahan primer (Primary Treatment) ditujukan untuk menghilangkan bahan bahan yang tampak, yang umumnya termasuk karakteristik fisika. Tahap ini juga diperlukan sebagai tahap persiapan untuk menuju pada pengolahan tahap berikutnya. Unit pengolah limbah secara fisika, misalnya screaning, grift, removal, sedimentasi, pemisah minyak/lemak.2. Pengolahan sekunder (Secondary treatment) pada umumnya ditujukan untuk menghilangkan bahan bahan organik terlarut. Unit pengolah limbah yang dipakai pada tahap ini adalah yang berdasarkan proses biologi, misalnya kolam lumpur aktif (Activated sludge), trickling filter, kolam oksidasi (Oxidation pond).3. Pengolahan tersier (Tertiary / Advanced Treatment) ditujukan untuk menghilangkan bahan yang sifatnya spesifik untuk limbah tertentu. Unit pengolah yang dipakai pada tahap ini bekerja secara fisika, kimia, dan biologi, misalnya ion exchange, desinfeksi (klorinasi) reverse osmosis, dan nitrifikasi. Pada kenyataannya pengolahan limbah tidak selalu melibatkan ketiga tahapan proses tersebut, keadaan mana akan tergantung pada beberapa hal seperti karakteristik limbah, sifat akhir kualitas effluent (sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan), sistem pembuangan akhir (tanah, sungai dan lain lain), pemanfaatan kembali. 2.5 Unit Pengolahan Limbah CairAdapun tujuan dari pengolahan air limbah adalah:1. Untuk mencegah kontaminasi suplai air dari agen fisik, agen kimia, dan agen biologi yang tidak diinginkan.2. Untuk mencegah perusakan atau pembunuhan kehidupan ikan,kerang dan organisme air lainnya.3. Untuk mencegah perusakan badan air yang digunakan untuk berbagai kegiatan lainnya seperti untuk rekreasi dan pertanian.4. Untuk mencegah rusaknya keindahan (estetika) karena bau busuk.(Qasim,1987)2.6 EqualisasiEqualisasi laju alir digunakan untuk menangani variasi laju alir dan memperbaiki performance proses-proses selanjutnya.Disamping itu, equalisasi juga bermanfaat untuk mengurangi ukuran dan biaya proses-proses selanjutnya.Pada dasarnya, equalisasi dibuat untuk meredam fluktuasi air limbah sehingga dapat masuk ke dalam IPAL secara konstan.2.6.1 Manfaat EqualisasiBeberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan equalisasi adalah sebagai berikut.a. Pada pengolahan biologi, perubahan beban secara mendadak dapat dihindari, senyawa-senyawa inhibit dapat lebih diencerkan, dan pH dapat diatur supaya konstan.b. Performannce sedimentasi kedua dapat diperbaiki karena beban padatan yang masuk ke dalamnya dapat diatur supaya konstan.c. Pada filtrasi, kebutuhan surface area dapat dikurangi, performance filter dapat diperbaiki, dan pencucian pada filter dapat lebih teratur.d. Pengaturan bahan-bahan kimia dapat lebih terkontrol dan prosesnya menjadi lebih masuk akal.Disamping itu untuk memperbaiki performance sebagian besar unit operasi, flow equalization merupakan pilihan yang menarik untuk memperbaiki performance IPAL yang overloaded.(Siregar, Sakti A, 2005)2.7AerasiAerasi digunakan untuk menambahkan oksigen ke air untuk mengubah zat yang tidak diinginkan dalam air menjadi bentuk yang lebih mudah dikendalikan (Peavy,1985). 2.8 MixingMixing berfungsi untuk mencampur satu bahan dengan bahan lainnya misalnya saja mencampur bahan kimia dengan air.2.9 Koagulasi dan FlokulasiProses koagulasi dan flokulasi bertujuan untuk menghilangkan kekeruhan dan warna pada pengolahan air bersih. Proses ini dilakukan dengan penambahan reagen kimia/koagulan untuk membentuk sebuah flok. Adanya koagulan untuk mengikat dan menggabungkan partikel-partikel tersuspensi dan partikel-partikel koloid yang tidak dapat mengendap atau lama pengendapannya, sehingga dapat terbentuk flok-flok dengan cepat agar mudah diendapkan.Flokulasi dilakukan setelah proses koagulasi. Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan maksud terjadi pembentukan flok. Kecepatan air dalam bak pengaduk dijaga pada harga 15-30 cm/dt, agar tidak terjadi pengendapan maupun kerusakan flok yang telah terbentuk. Menurut John Wiley dan Sons flokulasi bertujuan untuk mendukung proses tumbukan partikel-partikel kecil sehingga akan diperoleh partikel yang lebih besar yang memiliki kemampuan untuk mengendap.Pada proses koagulasi, gugus koagulanyang terbentuk akan diserap keseluruh permukaan partikel koloid dengan cepat .karena jenis muatan yang berbeda, maka akan terjadi tarik menarik elektrostatis diantara keduanya, dengan demikian akan terjadi penetralan muatan partikel koloid. Untuk mempermudah terjadinya penggabungan partikel-partikel yang telah mengalami destabilisasi, maka kontak antar partikel dibantu dengan pengadukan.2.10 SedimentasiSedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri Bak pengendapan secara skematis dibagi menjadi 3 bagian:1. Daerah PemasukanPada jenis ini air limbah diharapkan dapat disebarkan secara merata sehingga pada setiap titik konsentrasi campuran dan besarnya sama (Sugiharto,1987).2. Daerah PengendapanPada daerah ini diharapkan partikel mengandap dengan kecepatan sama. Aliran pada daerah ini dibuat secara horizontal bergerak dengan arah dan kecepatan yang asama konstan pada setiap titik. Sehingga partikel akan memungkinkan bergerak secara horizontal dengan arah ke bawah oleh gaya gravitasi (Sugiharto,1987). Uniformitas dan turbulensi aliran pada bidang pengendap sangat berpengaruh.Oleh sebab itu perhitungan bilangan froud yang menggambarkan tingkat uniformitas aliran dan turbulensi aliran yang digambarkan oleh bilangan Reynold. Kriteria Desain bak pengendap berdasarkan kedua bilangan tersebut adalah (Darmasetiawan,2001): Bilangan Fraude, Fr > 10-5 dan Bilangan Reynold, Re < 500.3. Daerah PengeluaranZona outlet harus dirancang sedemikian rupa sehingga air yang keluar dari bak pengendap dapat ditampung secara merata. Diharapkan setelah pengendapan, air hanya mengandung flok-flok kecil yang belum mengendap (Darmasetiawan,2001).2.11 FilrasiProses filtrasi merupakan proses pengolahan dengan cara mengalirkan air limbah melewati suatu media filter yang disusun dari bahan-bahan butiran dengan diameter dan tebal tertentu. Proses ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak terlarut ( biological floc yang masih tersisa setelah pengolahan secara biologis).Dalam sistem pengolahan air limbah, proses filtrasi biasanya merupakan bagian dari pengolahan ketiga atau pengolahan lanjutan yang disebut tertiary treatment . Proses ini digunakan apabila air limbah hasil olahan akan dimanfaatkan kembali (reuse), misalnya untuk air penggelontor atau apabila dimaksudkan untuk pengendalian etrofikasi (penyuburan perairan) pada badan air yang digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah.Media filter yang umum digunakan sebagai filter adalah pasir. Menurut kecepatan dan mekanisme pengalirannya, saringan pasir dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Saringan pasir cepat, Saringan pasir lambat, Saringan bertekanan.2.12 Pengolahan FakultatifKolam Fakultataif merupakan kolam dengan kedalaman 1-3 meter.Pada kola mini kedalaman air terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona aerobic di bagian atas, zona fakultatif di bagian tengah, dan zona anaerobic di bagian atas dasar kolam. Proses yang terjadi dalam hal penurunan BOD atau organic COD adalah adanya aktivitas reaksi simbiosis antara alga dan bakteri. Menurut Duncan Mara, 1987 ( dalam Soni Hendriaki), waktu tinggal untuk kolam fakultatif adalah 11 hari.2.13 Limbah BetalaktamJenis limbah betalaktam dapat berupa limbah cair, padat, udara, dan suara.Limbah cair berasal dari gedung produksi betalaktam berupa pencucian alat/mesin. Limbah padat berupa wadah bekas bahan baku antibiotik betalaktam, bahan baku betalaktam yang rusak, tong plastik, buangan proses produksi, dan produk jadi antibiotik betalaktam yang rusak. Limbah udara berupa debu produksi antibiotik betalaktam.Limbah suara berasal dari mesin produksi, genset, mesin system penunjang (AHU).Pengelolaan Limbah Betalaktam adalah sebagai berikut: a. Limbah Cair Limbah cair yang berasal dari gedung betalaktam dialirkan ke bak/kolam perusakan cincin betalaktam dengan menggunakan larutan NaOH, setelah itu dialirkan/digabung dengan limbah cair non betalaktam di bak penampungan, dan seterusnya diolah bersama.b. Limbah Padat Limbah padat yang berupa wadah yang mengandung bahan antibiotik betalaktam dicuci dan dibilas bersih dengan air bersih di ruang pencucian di dalam gedung betalaktam.Air pencucian tersebut merupakan limbah cair dari gedung betalaktam yang dialirkan ke bak perusak cincin betalaktam, sedangkan wadah yang telah dicuci dan dibilas bersih tersebut dikeluarkan dari gedung betalaktam dan ditangani limbahnya seperti pada pengelolaan limbah padat non betalaktam.c. Limbah Udara Limbah udara berupa debu produksi disedot dan dikumpulkan oleh dust collector. d. Limbah Suara Limbah suara ini berasal dari mesin produksi, genset, mesin sistem penunjang (AHU, mesin boiler). Cara pengendalian limbah suara ini dapat diatasi dengan menggunakan ear insert oleh pekerja. Tolak ukur yang digunakan untuk pemantauan limbah suara adalah angka kebisingan dan getaran di dalam dan di luar area pabrik yang diukur sesuai dengan angka kebisingan maksimum 65 dB dan getaran maksimum 7,5 Hz.2.13.1 Pemecahan Cincin BetalaktamPrinsip utama dalam pengolahan limbah betalaktam adalah pemecahan cincin betalaktam. Beberapa cara pemecahan cicncin betalaktam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Encyclopedia of Chemical Technology, 1952) :1. Hidrolisa dengan menaikkan pH sampai 10-12 (bisa denganNaOH)2. Hidrolisa dengan penambahan asam3. Hidrolisa dengan penambahan mercuri chloridePenggunaan cara dengan hidrolisa dengan pH sampai 10-12 menjadi salah satu alternative sebagian besar perusahaan karena dianggap lebih aman bagi peralatan unit pengolahan dan juga aman baik lingkungan serta mudah dalam penangannya. Jika hidrolisa dengan asam dikhawatirkan dapat merusak peralatan unit pengolahan karena sifat asam yang dapat mengakibatkan korosif, dan jika dengan mercuri chloride dikhawatirkan mercurynya tidak ramah atau tidak aman bagi lingkungan.BAB IIIMETODOLOGI3.1. Waktu dan Tempat Hari : Kamis Tanggal : 29 November 2012 Jam : 09.00 Narasumber : Adi Soetedjo3.2. Tempat PengamatanLokasi pengamatan dilakukan di PT. Phapros Tbk, Jalan Simongan No 131 Semarang.3.3. Cara Kerja Mendengarkan dan mencatat narasumber memberikan materi tentang pengolahan air limbah pada IPAL 1 dan IPAL 2. Melihat proses pengolahan air limbah pada IPAL 1 dan IPAL 2. Mencatat proses pengolahannya serta didokumentasikan dengan mengambil gambar.

BAB IVHASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Kegiatan

Pengarahan Safety Introduction oleh narasumber.

Pengarahan di IPAL 1 oleh narasumber.

Beberapa instalasi di IPAL 1.

Pengarahan di IPAL 2 oleh narasumber.

Beberapa instalasi di IPAL 2

4.2. PembahasanLandasan hukum dan konsep pengelolaan limbah B3 PT. Phapros, tbk Semarang menganutpada peraturan nasional di Indonesia yang telah diatur oleh Pemerintah dan Kementrian Lingkungan Hidup melalui kebijakan yang tertuang pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun, dan Baku mutu limbah cair untuk industri farmasi berdasarkan peraturan daerah provinsi jawa tengah nomor 10 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah.

PT. Phapros Tbk Semarang mempunyai dua fasilitas instalasi pengolahan air limbah yaitu unit pengolahan limbah betalaktam dan unit pengolahan limbah umum.Unit pengolahan limbah betalaktam khusus untuk mengolah limbah produksi betalaktam dan unit pengolahan limbah umum ditujukan untuk mengolah seluruh limbah yang terkumpul di bak ekualisasi, baik limbah produk maupun non produksi.

Limbah padat yang berasal dari endapan air limbah betalaktam merupakan limbah padat B3yang sangat berbahaya.Karena hasil endapan tersebut merupakan bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya. Bila dalam proses pengolahan limbah padat B3 tersebut tidak ditangani dengan benar maka pembuangan limbah padat tersebut dapat membahayakan masyarakat. Pengelolaan limbah padat B3 yang dilaksanakan di PT.Phapros Tbk. Semarang adalah dengan pemusnahan sebagai jalan akhir dari siklus produksi atau limbah, seperti yang secara umum diterapkan oleh berbagai industri di Indonesia.

4.2.1. Safety IntroductionSebelum memulai perjalanan menuju IPAL, peserta diberi pengarahan tentang safety introduction yaitu berisi tentang tata tertib yang harus ditaati saat peserta berada di lingkungan pabrik PT. Phapros Tbk yaitu seperti : Memakai sepatu tertutup. Dilarang merokok. Berjalan pada tempat yang sudah disediakan. Dilarang memfoto tanpa ijin. Dilarang memasuki ruangan tanpa ijin.4.2.2 Pengolahan Limbah Cair Betalaktam (IPAL 1)Limbah cair yang berasal dari gedung beta laktam dialirkan ke bak/kolam perusakan cincin beta laktam dengan menggunakan larutan NaOH, setelah itu dialirkan/digabung dengan limbah cair non beta laktam di bak penampungan, dan seterusnya diolah bersama.Prinsip utama dalam pengolahan limbah beta laktam adalah pemecahan cincin beta laktam. Beberapa cara pemecahan cicncin beta laktam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Encyclopedia of Chemical Technology, 1952) :1. Hidrolisa dengan menaikkan pH sampai 10-12 (bisa denganNaOH)2. Hidrolisa dengan penambahan asam3. Hidrolisa dengan penambahan mercuri chloridePenggunaan cara dengan hidrolisa dengan pH sampai 10-12 menjadi salah satu alternative sebagian besar perusahaan karena dianggap lebih aman bagi peralatan unit pengolahan dan juga aman bai lingkungan serta mudah dalam penangannya. Jika hidrolisa dengan asam dikhawatirkan dapat merusak peralatan unit pengelohan karena sifat asam yang dapat mengakibatkan korosif, dan jika dengan mercuri chloride dikhawatirkan mercurynya tidak ramah atau tidak aman bagi lingkungan.Hasil dari tangki hidrolisa dialirkan ke tangki netralisasi untuk menetralisasi basa sesudah hidrolisa dengan NaOH dengan penambahan HCl sehingga pH yang dihasilkan adalah sesuai dengan ketentuan pH normal yaitu 6-9. Setelah proses netralisasi maka dilanjutkan dengan proses proses pengendapan. Untuk mengadsorbsi zat organik dan cicin beta laktam yang mungkin masih ada pada air limbah, serta untuk menghilangkan kemungkinan terdapatnya kandungan logam berat, pada unit pengolahan beta laktam dilengkapi dengan bak filtrasi.Hasil olahan dari unit pengolahan limbah beta laktam kemudian dapat diukur dengan HPLC (hig Performance Liqiud Cromatography).

4.2.3 Pengolahan Limbah Umum (IPAL 2)Pada pengolahan limbah umum, air limbah yang diolah adalah air limbah yang berasal dari seluruh kegiatan di PT Phapros Tbk Semarang, mulai dari air buangan, kegiatan produksi, kegiatan non produksi, laundry, kantin, dan kegiatan di laboratorium pemastian mutu (PM) dan pengendalian produk (PP). sebelum air buangan dari berbagai sumbertersebut masuk ke dalam bak penampung di unit pengolahan limbah umum, air buangan tersebut sebelumnya telah ditampung terlebih dahulu di bak penampung yang ditempatkan pada setiap sumber buangan. Bak penampung tersebut bukan hanya berfungsi sebagai bak penampung, melainkan juga pengolahan limbah awal yaitu pengolahan fakultatif. Bak penampung berfungsi sebagai tempat untuk mengendapkan lumpur dari berbagai sumber buangan agar mengurangi produksi lumpur juga mengurangi kekeruhan pada unit pengolahan limbah umum, selain itu bak penampung juga berfungsi dalam pengolahan biologis yaitu pengolahan fakultatif, sehingga dapat mengurangi kadar BOD dalam air.Bak sedimentasi primer mempunyai fungsi sebagai tempat menampung air limbah dari bak pengumpul limbah yang debit dan kualitasnya berfluktuasi dan untuk pengendapan partikel-partikel yang berukuran besar sehingga mengurangi produksi lumpur pada unit pengolahan selanjutnya.Bak ekualisasi bertujuan untuk menampung dan homogenasi limbah sebelum masuk ke unit pengolahan selanjutnya. Pada bak ekualisasi dilengkapi dengan aerasi dan beroperasi selama 22 jam sehingga dapat mengurangi dan mencegah timbulnya bau pada air limbah yang diakibatkan berhentinya proses pengolahan limbah yang hanya berjalan selama 18 jam.Pada tangki rapid mix terjadi proses koagulasi sedangkan pada tangki slow mix terjadi proses flokulasi. Proses koagulasi dan flokulasi bertujuan untuk menghilangkan kekeruhan dan warna pada pengolahan air bersih. Proses ini dilakukan dengan penambahan reagen kimia/koagulan untuk membentuk sebuah flok.

BAB VPENUTUP5.1. Kesimpulan Limbah yang dihasilkan oleh PT Phapros Tbk Semarang adalah limbah produksi yang terdiri atas limbah betalaktam dan non betalaktam. Serta limbah non produksi yaitu limbah domestik Pengolahan limbah di PT Phapros Tbk menggunakan pengolahan fisik dan kimia, tetapi belum menggunakan pengolahan biologi. PT Phapros Tbk Semarang mempunyai 2 instalasi pengolahan air limbah yaitu IPAL 1 untuk mengolah betalaktam yang terdiri atas 2 jenis unit pengolahan yaitu unit pengolahan fisik (ekualisasi, sedimentasi, filtrasi) dan unit pengolahan kimia (hidrolisa dan netralisasi). Yang kedua adalah IPAL 2 untuk mengolah limbah umum, terdiri atas 3 jenis unit pengolahan yaitu unit pengolahan fisik (sedimentasi primer, ekualisasi, sedimentasi I, sedimentasi II, filtrasi), unit pengolahan kimia (rapid mix dan slow mix), dan unit pengolahan biologi (bak sedimentasi primer dan unit aerasi)

DAFTAR PUSTAKAhttp://jendelafarmasi.blogspot.com/2012/05/pengolahan-limbah-industri-betalaktam.htmlhttp://www.slideshare.net/thiarramadhan/ pengolahan-air-limbahhttp://www.chem-istry.org/ materi_kimia/ kimia-industri/limbah-industri/sedimentasi-pengendapan-pada-pengolahan-limbah-cair/Peavy,Robert.Green,Don.1984.Perrys chemical Engineers Handbook.Sixt ed.Singapore:McGraw-Hill Book Co.Qasim,Syed R.1985.Watewater Treatment Plants.New York:CBS Collage Publishing.Siregar, Sakti A.2005.Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta:Kanisius.Sugiharto.1987.Dasar dasar pengolahan air limbah.Univ Indonesia-UI Press.