MAKALAH GUGUS FUNGSI

53
BAB II PEMBAHASAN 2.1 ALDEHID Aldehida merupakan senyawa organik yang memiliki gugus karbonil terminal. Gugus fungsi ini terdiri dari atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen dan berikatan rangkap dengan atom oksigen. Golongan aldehid juga dinamakan golongan formil atau metanoil. Kata aldehida merupakan kependekan dari alcohol dehidrogenasi yang berarti alkohol yang terdehidrogenasi. Golongan aldehida bersifat polar. 2.1.1 TATA NAMA Aldehid sudah dikenal sejak lama sehingga penataan nama menggunakan nama trivial sering dipakai. Menurut sistem IUPAC, nama aldehid diturunkan dari nama alkana dengan mengganti akhiran –a menjadi –al. Oleh karena itu, aldehid disebut juga alkanal. Tata nama pada aldehid sama dengan tata nama pada alkohol, rantai terpanjang harus mengandung gugus aldehid. 1. IUPAC Pemberian nama aldehida dilakukan dengan mengganti akhiran –a pada nama alkana dengan –al. Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon paling panjang yang terdapat gugus karbonil. Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama. Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus karbonil.

Transcript of MAKALAH GUGUS FUNGSI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ALDEHID

Aldehida merupakan senyawa organik yang memiliki gugus

karbonil terminal. Gugus fungsi ini terdiri dari atom karbon

yang berikatan dengan atom hidrogen dan berikatan rangkap

dengan atom oksigen. Golongan aldehid juga dinamakan golongan

formil atau metanoil. Kata aldehida merupakan kependekan dari

alcohol dehidrogenasi yang berarti alkohol yang

terdehidrogenasi. Golongan aldehida bersifat polar.

2.1.1 TATA NAMA

Aldehid sudah dikenal sejak lama sehingga penataan

nama menggunakan nama trivial sering dipakai. Menurut

sistem IUPAC, nama aldehid diturunkan dari nama alkana

dengan mengganti akhiran –a menjadi –al. Oleh karena itu,

aldehid disebut juga alkanal. Tata nama pada aldehid sama

dengan tata nama pada alkohol, rantai terpanjang harus

mengandung gugus aldehid.

1. IUPAC

Pemberian nama aldehida dilakukan dengan mengganti

akhiran –a pada nama alkana dengan –al.

Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom

karbon paling panjang yang terdapat gugus karbonil.

Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.

Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus

karbonil.

ika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam

penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf

pertama nama substituen.

Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu

diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan

awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung

(antara lain : iso-, dan neo-) diperhatikan dalam

penentuan urutan abjad.

2. Trivial

Aldehida tak bercabang

Aldehida bercabang

2.1.2 RUMUS STRUKTUR

Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung

unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana :

R        : Alkil

-CHO : Gugus fungsi aldehida

Sudut yang dibentuk oleh gugus fungsi –CHO sebesar 120

derajat  dan panjang ikatan rangkap C=O sebesar 0,121 nm.

2.1.3 SIFAT FISIKA ALDEHIDA

Aldehida dengan 1-2 atom karbon (formaldehida, dan

asetaldehida) berwujud gas pada suhu kamar dengan bau

tidak enak.

Aldehida dengan 3-12 atom karbon berwujud cair pada

suhu kamar dengan bau sedap.

Aldehida dengan atom karbon lebih dari 12 berwujud

padat pada suhu kamar.

Aldehida suku rendah (formaldehida, dan asetaldehida)

dapat larut dalam air.

Aldehida suku tinggi tidak larut air.

2.1.4 Sifat Kimia aldehida

Oksidasi oleh kalium bikromat dan asam sulfat

Oksidasi aldehida dengan campuran kalium bikromat dan

asam sulfat akan menghasilkan asam karboksilat.

Oksidasi oleh larutan Fehling

Aldehida dapat mereduksi larutan Fehling menghasilkan

endapan merah bata dari senyawa tembaga(I) oksida.

Oksidasi oleh larutan Tollens

Aldehida dapat mereduksi larutan Tollens menghasilkan

cermin perak.

2.1.5 MEKANISME ALDEHID

Oksidasi alkohol primer

Alkohol primer dapat teroksidasi menghasilkan suatu

aldehida dengan katalis kalium bikromat dan asam sulfat.

Mengalirkan uap alkohol primer di atas tembaga panas

Uap alkohol primer teroksidasi menghasilkan suatu

aldehida dengan katalis tembaga panas.

Memanaskan garam kalsium suatu asam monokarboksilat

jenuh dengan kalsium format.

Pemanasam campuran garam kalsium asam monokarboksilat

jenuh dengan kalsium format akan menghasilkan aldehida.

2.1.6 KEGUNAAN ALDEHID

Formaldehida (metanal) digunakan sebagai pembunuh kuman

dan mengawetkan.

Formaldehida digunakan untuk membuat plastik termoset

(plastic tahan panas).

Paraldehida digunakan sebagai akselerator vulkanisasi

karet

2.2 ALKOHOL·

2.2.1 SIFAT FISIKA

Titik didih alkohol relatif tinggi.Hal ini merupakan

akibat langsung dari daya tarik intermolekuler yang kuat.

alkohol adalah polar tetapi tidak semua alkohol dapat

larut dalam.

· 

2.2.2  SIFAT KIMIA

Dehidrasi alkohol.

Oksidasi alkohol.

Reaksi alkohol dengan logam Na&K.

Esterifikasi

2.2.3 REAKSI-REAKSI

 Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain

reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan

esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai

hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika

cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat

hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil

dapat memperbesar kelarutan dalam air.

1. Reaksi Oksidasi

   Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi

aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat

dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol

tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam

larutan asam, alkohol mengalami dehidrasi menghasilkan

alkena yang kemudian dioksidasi.

Oksidasi menjadi aldehid

Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer

adalah suatu aldehid (RCH=O). Aldehid, siap

dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oleh sebab itu,

reaksi antara alkohol primer dengan zat oksidator

kuat akan menghasilkan asam karboksilat, dan bukan

intermediet aldehid. Pereaksi tertentu harus dipakai

apabila intermediet aldehid merupakan hasil yang

diinginkan.

Oksidasi menjadi keton.

Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang

reaktif kuat menjadi keton.

Oksidasi menjadi asam karboksilat.

2.3 ALKUNA

Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung satu ikatan

rangkap tiga di antara dua atom karbon. Catat bahwa akhir nama

masing-masing adalah -una. Akhiran ini menunjukkan adanya

rangkap tiga di dalam molekul. Rumus umum untuk alkuna ini

adalah CnH2n-2. Alkuna juga merupakan contoh dari deret homolog.

2.3.1 TATA NAMA ALKUNA

1. IUPAC

a. Pemberian nama alkuna dilakukan dengan mengganti

akhiran -ana pada nama alkana dengan -una. Contoh :

Nama alkana Nama alkunaRumus

molekul

Rumus struktur Rumus molekul Rumus struktur

H3C – CH3

H3C – CH3

– CH3

Etana

Propana

H

C    CH

H

C    C – CH3

Etuna

Propuna

b. Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom

karbon paling panjang yang terdapat ikatan ganda tiga).

Contoh :

CH3

H3C – C    C – CH2 – CH2 – CH3

Rantai utama

CH3

c. Tentukan substituen yang terdapat dalam rantai utama.

Contoh

    CH3                metil

H3C – C   C – CH2 – C – CH2 –

CH3

    CH3                metil

d. Penomoran substituen dimulai dari ujung, sedemikian

rupa sehingga ikatan ganda tiga mempunyai nomor atom

karbon yang lebih rendah. Contoh :

   CH3

1    2     3    4        5    6       7

H3C – C    C – CH2 – C – CH2 –

CH3      

  CH3    Nama : 5,5-dimetil-2-heptuna

e. Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam

penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf

pertama nama  substituen.

4 –metil– 4 –etil– 1–heksuna                   4 –

etil– 4 –metil–1–heksuna

2. Trivial (Nama Umum)

a. Dalam pemberian nama umum, alkuna dianggap sebagai 

turunan asetilena yang satu atau dua atom hidrogennya

diganti oleh gugus alkil. Contoh :

HC   C – CH2 – CH3 etil    

metil            H3C – C   C – CH3     metil

asetilena                                          

               asetilena

Nama : etil asetilena                            

Nama : dimetil asetilena

b. Nama sistem trivial biasanya digunakan untuk alkuna

sederhana.

2.3.2 SIFAT FISIKA ALKUNA

Sifat fisis alkuna, yakni titik didih mirip dengan

alkana dan alkena. Semakin tinggi suku alkena, titik didih

semakin besar. Pada suhu kamar, tiga suku pertama berwujud

gas, suku berikutnya berwujud cair sedangkan pada suku yang

tinggi berwujud padat.

1. Alkuna-alkuna suku rendah pada suhu kamar berwujud gas,

sedangkan yang mengandung lima atau lebih atom karbon

berwujud gas.

2. Memiliki massa jenis lebih kecil dari air.

3. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut

organik yang non polar seperti eter, benzena, dan karbon

tetraklorida.

Titik didih alkuna makin tinggi seiring bertambahnya jumlah

atom karbon, tetapi makin rendah apabila terdapat rantai

samping atau makin banyak percabangan. Titik didih alkuna

sedikit lebih tinggi dari alkana dan alkuna yang berat

molekulnya hampir sama.

2.3.3 SIFAT KIMIA ALKUNA

Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna

memungkinkan terjadinya reaksi adisi, polimerisasi,

substitusi dan pembakaran.

2. Hidrogenasi

Hidrogenasi alkuna dengan 2 mol hidrogen akan

menghasilkan alkana. Contoh :

HC   CH + 2H2            H3C – CH3

3. Halogenasi

Alkuna dapat beradisi dengan halogen menghasilkan suatu

dihaloalkena.

2.4 AMIDA

Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki

dua pengertian. Jenis pertama adalah gugus fungsional organik

yang memiliki gugus karbonil (C=O) yang berikatan dengan suatu

atom nitrogen (N), atau suatu senyawa yang mengandung gugus

fungsional ini. Jenis kedua adalah suatu bentuk anion

nitrogen. Amida merupakan turunan dari asam karboksilat yang

paling tidak reaktif, amida yang paling penting adalah

protein.

2.4.1 TATA NAMA

Amida ialah suatu senyawa yang mempunyai nitrogen

trivalen yang terikat pada suatu gugus karbonil. Dalam

senyawa amida, gugus fungsi asil berkaitan dengan gugus –

NH2. Dalam pemberian namanya, akhiran –Oat atau –At dalam

nama asam induknya diganti dengan kata amida.

Contoh :

HCOOH  : Asam metanoat / asam format

HCONH2 : metanamida(IUPAC)

CH3CH2CH2COOH : asam bityanoat/asam butirat

CH3CH2CH2CONH2 : butanamida (IUPAC)

1. Dinamai sesuai dengan nama asam karboksilatnya

dikurangi akhiran oat dan diganti dengan amida.

2.   Jika pada atom N tersubstitusi gugus alkil, maka

substituent alkil ditunjukkan dengan memberi

awalan N dimana alkil tersebut terikat.

2.4.2 SIFAT-SIFAT FISIK AMIDA

1.Polar

2.Mudah larut di dalam air karena dengan adanya gugus C=O

dan N-H memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen.

3.Umumnya berupa padat pada suhu kamar kecuali :

formamida berbentuk

4.Amida tidak dapat menghantarkan listrik

5.Amida memiliki titik didih tinggi, dan ketika cair

adalah pelarut yang baik

Semua turunan asam karboksilat dapat larut dalam

pelarut organik, sedangkan dalam air kelarutannya

tergantung pada jumlah atom karbon yang terdapat dalam

molekulnya. Sebagai contoh, untuk kelompok senyawa ester

yang mengandung 3-5 atom C dapat larut dalam air, tetapi

untuk kelompok senyawa amida yang larut dalam air adalah

memiliki 5-6 atom C.

2.4.3 SIFAT KIMIA AMIDA

Amida bereaksi dengan nukleofil, misalnya dapat

dihidrolisis dengan air. Amida dapat direduksi dengan

litium anhidrida menghasilkan amina. Amida yang sangat

terkenal adalah ureum (urea), yaitu suatu diamida dari

suatu asam karbonat.  Urea merupakan padatan kristal tak

berwarna, dan merupakan hasil akhir metabolisme protein.

Orang dewasa rata-rata menghasilkan 30 g urea dalam air

seninya sehari-hari. Urea dihasilkan besar-besaran untuk

pupuk. Pada tanaman-tanaman pertanian dan perkebunan.

Urea juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat dan

plastik.

Turunan-turunan asam karboksilat memiliki stabilitas

dan reaktifitas yang berbeda tergantung pada gugus

yangmelekat pada gugus karbonil. Stabilitas dan

reaktifitas memiliki hubungan terbalik, yang berarti

bahwa senyawa yang lebih stabil umumnya kurang reaktif

dan sebaliknya. Karena asilhalida adalah kelompok paling

tidak stabil, masuk akal bahwa senyawa ini dapat secara

kimia diubah ke jenis lain. Karena amida adalah jenis

yang paling stabil, secara logis harus mengikuti bahwa

amida tidak dapat dengan mudah berubah menjadi jenis

molekul lain. Stabilitas semua jenis asam karboksilat

derivatif umumnya ditentukan oleh kemampuan kelompok

fungsional untuk menyumbangkan elektron ke seluruh

molekul. Pada dasarnya, semakin elektronegatif atom atau

kelompok yang melekat pada gugus karbonil maka

molekulakan kurang stabil. Hal ini mudah menjelaskan

fakta bahwa asil halida yang paling reaktif karena halida

biasanya cukup elektronegatif.

2.4.4 REAKSI-REAKSI AMIDA

1.Hidrolisis

Hidrolisis suatu amida dapat berlangsung dalam

suasana asam atau basa. Dalam lingkungan asam, terjadi

reaksi antara air dengan amida yang telah terprotonasi

dan menghasilkan asam karboksilat –NH3. Dalam

lingkungan basa, terjadi serangan OH- pada amida dan

menghasilkan anion asam karboksilat +NH3

2. Pembuatan imida

Suatu anhidrida siklik seperti halnya anhidrida

yang lain, dapat bereaksi dengan amoniak , tetapi hasil

reaksinya mengandung dua macam gugus, yaitu gugus

CONH2 dan gugus –COOH. Bila hasil reaksi ini

dipanaskan, terjadi pelepasan satu molekul air dan

terbentuk suatu imida.

2.5 AMINA

Amina merupakan sebatian organik dan kumpulan berfungsi

yang menganduni satu atom nitrogen bes dengan pasangan

tersendiri. Amina adalah terbitan ammonia, di mana satu atau

lebih atom hidrogen digantikan dengan bahan pengganti organik

seperti kumpulan alkil dan aril. Sebatian dengan atom nitrogen

bersebelahan dengan karbonil dalam struktur R-C(=O)NR2

dipanggil amida dan mempunyai ciri-ciri kimia yang berbeza.

Contoh amina yang penting termasuklah asid amino, amina

biogeni, trimetilamina dan anilina; lihat Kategori:Amina untuk

senarai amina.

2.5.1 TATA NAMA

Amina (R-NH2) adalah gugus fungsi yang namanya

diambil dari rantai alkana yang mendapatkan imbuhan "-

amina" (contoh: CH3NH2 Metil amina). Jika dibutuhkan, maka

posisi berikatan juga diberi imbuhan: CH3CH2CH2NH2 1-

propanamina,CH3CHNH2CH3 2-propanamina. Imbuhan di depan

adalah "amin

Untuk amina sekunder (rumus umum R-NH-R), rantai karbon

terpanjang akan terhubung dengan atom nitrogen dan menjadi

nama utama amina tersebut, rantai yang lainnya dinamai

dengan gugus alkil, lokasi gugus yang berikatan dengan

gugus fungsi diberi huruf miring N: CH3NHCH2CH3 disebut

dengan N-methiletanamida. Amina tersier (R-NR-R) juga

dinamai mirip: CH3CH2N(CH3)CH2CH2CH3 disebut N-etil-N-

metilpropanamida. Juga, nama gugus alkil diurutkan sesuai

alfabet.

Amida (R-CO-NH2) diberi tambahan kata "-amida", atau

"-karboksamida" jika karbon di dalam gugug amida tidak

termasuk dalam rantai utama. Imbuhan kata di depan

biasanya diberi kata "karbamol-" dan "amido-".

Amida sekunder dan tersier juga dinamai sama dengan amina:

ranai alkana yang terhubung dengan atom nitrogen

diperlakukan sebagai substituen dengan letak gugus alkil

diberi prefiks N: HCON(CH3)2 disebut N,N-

dimetilmetanamida.

 

2.5.2 Tata Nama IUPAC (Sistematik)

1. Tata nama IUPAC

Nama sistematik untuk amina alifatik primer

diberikan dengan cara seperti nama sistematik alkohol,

monohidroksi akhiran –a dalam nama alkana

induknya  diganti oleh kata amina..

Contoh:

CH3-CH-CH3

           │                                       

2-propanamina

        NH2

    

   Untuk amina sekunder dan tersier yang

asimetrik (gugus yang terikat pada atom N tidak sama),

lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai

amina primer yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal

ini berlaku ketentuan bahwa gugus sustituen yang lebih

besar dianggap sebagai amina induk, sedangkan gugus

subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan

dengan cara menggunakan awalan N (yang berarti terikat

pada atom N).

Contoh:

CH3NCH3N3N-dimetilsiklopentamina

2.  Tata Nama Trivial

Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah

dengan menyebutkan gugus-gugus alkil/aril yang terikat

pada atom N dengan ketentuan bahwa urutan penulisannya

harus memperhatikan urutan abjad huruf terdepan dalam

nama gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina

di belakang nama gugus-gugus tersebut.

.

2.5.3 SIFAT KIMIA

Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa

polar yang mudah larut dalam air.

Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan

seiring bertambah cenderung bertambah panjangnya rantai

karbon.

Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan

amina dalam air bersifat basis.

2.5.4 SIFAT FISIKA

Suku-suku rendah berbentuk gas.

Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.

Mudah larut dalam air

Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.

Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.

2.5.5 REAKSI-REAKSI AMINA

 Reaksi Amina dengan Asam Nitrit

 1. Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkan alkohol

disertai pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di

bawah ini :

CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O

         │                                          │

        CH3                                     CH3

  Isopropilamina (amina 1°)  isopropil alkohol (alkohol

2°)

2. Amina alifatik/aromatik sekunder dengan

HNO2 menghasilkan senyawa N-nitrosoamina yang

mengandung unsur N-N=O

Contoh :

H N=O N + HNO2 → N + H2OCH3CH3

                N-metilanilina N-metilnitrosoanilina

3.  Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil

reaksi yang  ditentukkan oleh jenis amina tersier yang

digunakan. Pada amina alifatik/aromatik tersier

reaksinya dengan HNO2mengakibatkan terjadinya

substitusi cincin aromatik oleh gugus –NO.

Contoh :

CH3 CH2 N + HNO2 → N + H2O CH3 CH3

             N,N-dietilanilina p-nitroso –N,N-

dimetilanilina

4.  Amina aromatik primer jika direaksikan dengan

HNO2 pada suhu 0°C menghasilkan garam diazonium.

Contoh:

NH2 + HNO2 + HCl N= : Cl + 2H2O

   Anilina benzenadiaazonium klorida

Reaksi Amina dengan Asam

  Contoh :

(CH3CH2)2NH + HCl (CH3CH2)2NH+Cl-

           Dietilamonium klorida

2.6 ASAM KARBOKSILAT

Asam karboksilat adalah asam organik yang diidentikkan

dengan gugus karboksil. Asam karboksilat   merupakan asam

Bronsted-Lowry (donor proton). Garam dan anion asam

karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat merupakan

senyawa polar, dan membentuk ikatan hidrogen satu sama lain.

Pada fasa gas, Asam karboksilat dalam bentuk dimer. Dalam

larutan Asam karboksilat merupakan asam lemah yang sebagian

molekulnya terdisosiasi menjadi H+ dan RCOO-. Contoh : pada

temperatur kamar, hanya 0,02% dari molekul asam asetat yang

terdisosiasi dalam air. Asam karboksilat alifatik rantai

pendek (atom karbon <18) dibuat dengan karbonilasi alkohol

dengan karbon monoksida. Untuk rantai panjang dibuat dengan

hidrolisis trigliserida yang biasa terdapat pada minyak hewan

dan tumbuhan.

2.6.1 STRUKTUR

Rumus umum asam karboksilat adalah R-COOH atau Ar-COOH,

dimana :

R     : Alkil Ar    : Aril

-       COOH  : Gugus karboksil

Ciri khusus dalam asam karboksilat adalah terdapatnya

gugus fungsi karboksil (-COOH), karboksil diambil dari

karbonil (-CO-) dan hidroksil (-OH). Sudut yang dibentuk

oleh gugus fungsi –COOH- sebesar 120 derjat dan panjang

ikatan C=O sebesar 0,121 nm.

2.6.2 TATANAMA

1. IUPAC

Pemberian nama asam karboksilat dilakukan dengan

mengganti akhiran –a pada nama alkana dengan –oat.

Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon

paling panjang yang mengandung gugus karboksil).

Tentukan substituen yang terikat rantai utama.

Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus

karboksil.

Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam

penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf

pertama nama substituen.

Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.

Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan

dalam penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang

tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain :

iso-, dan neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan

abjad.

Contoh : bukan Asam-3-neopentil-2-metilheksanoat tetapi

Asam 2-metil-3-neopentilheksanoat

2. Trivial (Nama Umum)

Tak bercabang

Bercabang

a. Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom

karbon paling panjang yang

terdapat gugus karboksil).

b. Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.

c. Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.

d. Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang

mengikat gugus karboksil dengan huruf α, β, γ.

2.6.3 SIFAT FISIK ASAM KARBOKSILAT

Asam karboksilat mempunyai titik didih lebih tinggi

daripada senyawa organik golongan lain yang berat

molekulnya sebanding.

Kelarutan asam karboksilat dalam air lebih besar

daripada alkohol, eter, aldehida, dan keton yang berat

molekulnya sebanding.

Kelarutan asam karboksilat dalam air menurun seiring

dengan meningkatnya berat molekul.

Asam karboksilat dengan 1-4 atom karbon dapat larut

sempurna dalam air.

2.6.4 SIFAT KIMIA ASAM KARBOKSILAT

Reaksi dengan basa

Asam karboksilat bereaksi dengan basa menghasilkan garam

dan air.

Reduksi

Reduksi asam karboksilat dengan katalis litium alumunium

hidrida menghasilkan alkohol primer.

Reaksi dengan tionil diklorida

Asam karboksilat bereaksi dengan tionil diklorida

membentuk klorida asam, hidrogen klorida dan gas

belerang dioksida.

Esterifikasi

Dengan alkohol, asam karboksilat membentuk ester. Reaksi

yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan.

Reaksi dengan amonia

Dengan amonia, asam karboksilat membentuk amida dan air.

Dekarboksilasi

Pada suhu tinggi, asam karboksilat terdekarboksilasi

membentuk alkana.

Halogenasi

Asam karboksilat dapat bereaksi dengan halogen dengan

katalis phosfor membentuk asam trihalida karboksilat dan

hidrogen halida.

2.6.5 KEGUNAAN ASAM KARBOKSILAT

Asam format dipakai untuk menggumpalkan lateks (getah

karet).

Asam asetat digunakan sebagai cuka makan.

2.7 ETER

2.7.1 TATA NAMA

1. IUPAC, eter diberi nama sesuai nama alkananya dengan

awalan “ alkoksi “ dengan ketentuan sebagai berikut :

Rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi –

O– ditetapkan sebagai gugus fungsi alkoksinya.

Rantaikarbon yang

lebihpanjangdiberinamasesuaisenyawaalkananya

2. Menurut aturan trivial, penamaan eter sebagai

berikut :menyebutkan nama kedua gugus alkil yang mengapit

gugus –O– kemudian diberi akhiran eter.

Contoh :

Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial

CH3–CH2–O–CH2–CH3 EtoksietanaDietileter / etiletileter

CH3–O–CH2–CH2–CH3 Metoksi propane Metilpropileter

CH3–CH2–O–CH2–CH2–CH3 Etoksi propane Etilpropileter

2.7.2 SIFAT ETER

1. Titik didih rendah sehingga mudah menguap

2. Sulit larut dalam air, karena kepolarannya rendah

3. Sebagai pelarut yang baik senyawa-senyawa organik yang

tak larut dalam air

4. Mudah terbakar

5. Pada umumnya bersifat racun

6. Bersifat anastetik (membius)

7. Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asamhalida kuat (HI

dan H Br)

2.7.3 REAKSI

1. PembakaranEter mudah terbakar membentuk gas karbondioksida dan uap

air.2. ReaksidenganLogamAktif

Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logamaktif).3. Reaksidengan PCl

Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.4. ReaksidenganHidrogenHalida (HX)

Eter terurai oleh asamhalida, terutama oleh HI. Jika asamhalida terbatas:

2.8 FOSFINA

2.8.1 TATA NAMA

Senyawa kovalen yang mengandung atom Hidrogen (H)

tidak menggunakan tata nama seperti senyawa kovalen

lainnya, tetapi menggunakan nama trivial yang telah

dikenal sejak dahulu, seperti PH3 : Fosfina.

2.8.2 SIFAT FOSFINA

Fosfina adalah nama umum dari fosforus hidrida (PH3),

juga disebut dengan nama fosfana (phosphane), dan kadang-

kadang fosfamina. Fosfina merupakan gas tak berwarna dan

dapat terbakar dengan titik didih 88 °C dan titik leleh

133,5 oC. Fosfina murni tidak berbau. Fosfina merupakan

zat yang beracun. Sifat polaritas ikatan P-H dalam Fosfina

jauh lebih rendah dari ikatan N-H dalam amonia, sehingga

fosfina bersifat sebagai basa lewis sangat lemah dan tidak

membentuk ikatan hidrogen.

2.9 HALOALKANA

Haloalkana disebut juga alkil halida. Haloalkana

merupakan senyawa karbon yang mengandung halogen. Atom halogen

ini menggantikan posisi atom hidrogen. Haloalkana mempunyai

rumus struktur yang sama dengan alkana, hanya satu atau lebih

atom H-nya diganti dengan atom halogen (X = F,Cl,Br,I).

Haloalkana dapat mengalami reaksi hidrolisis menjadi alkohol.

2.9.1 STRUKTUR

Struktur umum haloalkana adalah R-X dengan R adalah

gugus alkil (R=CnH2n+1) dan X adalah atom halogen

(X=F,Cl,Br,I)

Contoh             : CH3     Cl (kloro metana)

                             CH3         CH2       Cl

(kloro etana)

CH3         CH2       Br (bromo etana)

                             CH2Cl2 (dikloro metana)

2.9.2 SIFAT FISIKA HALOALKANA

1. Senyawa haloalkana tidak membentuk ikatan hidrogen.

2. Sukar larut dalam air dan mudah larut daam oelarut

organik.

3. Empunyai titik didih dan titik leleh lebih tinggi dari

alkana yang mempunyai jumlah atom C yang sama. Hal ini

disebabkan adanya penggantian atom hidrogen dengan atom

halogen yang mempunyai massa atom lebih besar daripada

hidrogen.

4. Suhu rendah berwujud gas, suhu tengah berwujud cair, dan

suhu tinggi berwujud padat.

2.9.3 SIFAT KIMIA HALOALKANA

1. Haloalkana mengalami reaksi substitusi dengan suatu

basa membentuk alkohol.

2. Haloalkana mengalami reaksi eliminasi dengan pereaksi

basa kuat.

3. Haloalkana bereaksi dengan logam natrium akan

menghasilkan alkana. Reaksi ini disebut Sintesis Wart.

4. Haloalkana + magnesium menghasilkan Pereaksi Grignard.

2.9.3 KEGUNAAN

1. Sebagai pelaru non polar. Banyak senyawa halo alkana yang

digunakan sebagai pelarut nonpolar CCl4, CHCl3, C2H3Cl3.

Pelarut ini bersifat racun sehingga jangan sampai

terhirup.

2. Kloroform (CHCl3) digunakan sebagai obat bius atau

pemati rasa(anestesi) yang kuat. Sehingga dapat merusak

hati.

3. C2H5Cl(kloroetana) digunakan sebagai anestesi

lokal(pemati rasa lokal). Ini digunakan pada pemain sepak

bola dengan cara disemprotkan pada daerah yang sakit.

4. Feron (dikloro difluoro metana) digunakan sebagai

pendorong produksi aerosol. Feron juga banyak digunakan

sebagai gas pendingin AC(air conditioned), lemari es, dan

lain-lain.

5. CH3Cl digunakan sebagai zat fumigant. Feron dan metal

klorida dapat merusak ozon sehingga dapat membahayakan

lingkungan.

6. C3H5Br2Cl (1,1-dibromo-1-kloropropana) digunakan sebagai

isektisida petani. Hanya saja zat ini dapat menimbulkan

kemandulan pada buruh tani.

7. DDT (dikloro difenil trikloro metana) ini digunakan

sebagai insektisida. Akan tetapi zat ini sukar sekali

terurai, sehingga masih ada dalam sayuran dan hewan

ternak yang memakan rumput yang di semprotkan DDT.

Akibatnya dapat menimbulkan keracunan.

8. C2H4Br2 (1,2-dibromo etana) digunakan sebagai aditif pada

bensin yang menggunakan TEL(Tetra Ethyl Lead), Pb(C2H5).

Zat ini mengubah timbale menjadi timbale bromida dan akan

menguap keluar dari kenalpot.

9. Iodoform (CHI3). Iodoform berwujud padat pada suhu kamar,

berwarna kuning, dan mempunyai bau yang khas. Iodoform

sering digunakan sebagai antiseptik.

10. Tetraklorokarbon (CCl4). Karbon tetraklorida merupakan

zat cair yang tidak berwarna dengan massa jenis lebih

besar dari air. Uap CCl4 tidak terbakar sehingga sering

digunakan sebagai pemadam kebakaran. Selain itu, juga

digunakan sebagai pelarut untuk lemak dan minyak.

11. Sebagai pemadam api, alkana terhalogenasi sempurna

seperti karbon tetraklorida, CCl4,

bromokloridifluorometana (dikenal dengan nama BCF) dapat

memadamkan api. Akan tetapi pada suhu tinggi CCl4 dapat

bereaksi dengan uap air membentuk fosgen (COCl2), suatu

gas yang sangat beracun. BCF juga dapat merusak ozon

dilapisan stratosfir, sehingga penggunaan bahan-bahan

tersebut dilarang.

2.10 NITRAT

Nitrat ( NO3 ) merupakan bentuk anorganik dari derivat

senyawa Nitrogen. Senyawa nitrat ini biasanya digunakan oleh

tanaman hijau untuk proses fotosintesis. Sedangkan kaitan hal

tersebut dengan pencemaran terhadap badan air, nitrat pada

konsentrasi tinggi bersama – sama dengan phosphor akan

menyebabkan algae blooming sehingga menyebabkan air menjadi

berwarna hijau ( green-colored water ) dan penyebab eutrofikasi. 

Nitrat ( NO3 ) sebagai derivat nitrogen, berasal dari proses

oksidasi yang panjang. Untuk nitrat berasal dari oksidasi N-

ammonia ( NH3 ). Senyawa NH3 ini merupakan senyawa yang paling

banyak ditemukan di air buangan. Untuk membentuk nitrat

( NO3 ), senyawa NH3 ini dioksidasi secara biologis, jika ada

oksigen. Proses oksidasi untuk pembentukan nitrat ini dibantu

oleh bakteri nitrifikasi yaitu Nitrosomonas dan Nitrobakter.

2.10.1 TATA NAMA

1. Logam + Non Logam

Penaman senyawa biner mengikuti urutan berikut :

Bi – Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O –

F

Tuliskan nama unsur logam tanpa modifikasi apa pun,

kemudian diikuti nama unsur non logam dengan akhiran

"ida".

Contoh : NaCl = Natrium klorida

Unsur - unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih

dari satu jenis, maka bilangan oksidasinya ditulis

dengan angka romawi.

Contoh : CrO = Kromium (II) oksida

2. Non Logam + Non Logam

Satu Jenis Senyawa

Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan

menuliskan terlebih dahulu unsur dengan bilangan

oksidasi positif baru kemudian diikuti unsur dengan

bilangan oksidasi negatif + ida.

Contoh : HCl = Hidrogen klorida

H2S = Hidrogen sulfida

Lebih dari Satu Jenis Senyawa

Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan

menuliskan terlebih dahulu unsur dengan bilangan

oksidasi positif diikuti unsur dengan awalan mono /

di / tri...../ deka dan akhiran "ida".

Contoh : CO2 = Karbon dioksida

NO2 = Nitrogen dioksida

2.10.2 SIFAT FISIK

Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari

ammonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga

merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk

pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat

dan nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen

berikatan dengan atom oksigen, nitrat mengikat tiga atom

oksigen sedangkan nitrit mengikat dua atom oksigen. Di

alam, nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau

bentuk lainnya.

 

2.11

NITRIL                                                            

  

Nitril adalah setiap senyawa organik yang memiliki - C ≡

N kelompok fungsional . Awalan siano-digunakan bergantian

dengan istilah nitril dalam literatur industri. Nitril

ditemukan dalam senyawa yang bermanfaat, termasuk metil

cyanoacrylate , yang digunakan dalam lem super , dan nitril

karet butadiena , sebuah nitril yang mengandung polimer yang

digunakan dalam lateks bebas laboratorium dan sarung tangan

medis. Senyawa organik yang mengandung gugus nitril beberapa

dikenal sebagai cyanocarbons .

2.11.1 STRUKTUR

Senyawa anorganik yang berisi-C ≡ N kelompok tidak

disebut nitril, tapi sianida sebagai gantinya. Meskipun

kedua nitril dan sianida dapat diturunkan dari garam

sianida, nitril paling tidak hampir sama beracun.

2.11.2 TATA NAMA

Nitril adalah senyawa yang mengandung gugus C dan N

yang terikat secara rangkap tiga. Selain itu nitril juga

dikenal dengan nama siano atu sianida.  Dalam sistem tata

nama IUPAC, nitril diberi nama berdasarkan rantai induk

alkananya, atom c yang terikat pada atom N juga termasuk

kedalam rantai induk. Nama lkana itu diberi nama akhiran

–nitril. Beberapa nitril diberi nama menurut nama trivial

asam karboksilatnya dengan menggantikan imbuhan asam-oat

menjadi akhiran –nitril, atau –onitril, jika huruf

akhirnya tidak nerupa –o.

Contoh:

Etananitril (IUPAC)

Asetonitril (trivial)

Benzanakarbonitril (IUPAC)

Benzonitril (trivial)

2.11.3 KEGUNAAN

Nitril ditemukan dalam senyawa yang bermanfaat,

termasuk metilcyanoacrylate, yangdigunakan dalam lem

super dan nitril karet butadiena, sebuah polimer yang

digunakan dalam lateks bebas dalam laboratorium dan

sarung tangan media.

Acrylonitrile merupakan salah satu produk kimia yang

cukup luas pemanfaatannya bagi kebutuhan umat manusia,

penggunaan acrylonitrile yang paling utama adalah untuk

acrylic fibers selain itu pemanfaatan produk ini juga

untuk produksi plastik seperti acrylonitrile-butadiene-

styrene (ABS) and styrene acrylonitrile (SAN).

Pemanfaatan ABS adalah untuk pipa dan pelengkapnya,

perlengkapan otomotif dan peralatannya. Sementara SAN

banyak digunakan pada peralatan dan perlengkapan rumah

semacam gantungan, wadah es, dan peralatan lainnya.

Fungsi lain dari acrylonitrile adalah dalam produksi

nitrile rubbers dan nitrile barrier resin, dimana nitrile

rubbers digunakan pada bidang keteknikkan dan proses

industri karena sifatnya yang memiliki daya tahan

terhadap bahan kimia, minyak, pelarut, panas dan abrasi,

sedangkan nitrile barrier resin banyak digunakan pada

industri makanan, kosmetik, minuman serta pengemasan

bahan kimia lainnya. Penggunaaan acrylonitrile yang lain

adalah untuk bahan adiponitrile yang merupakan bahan

antara industri nilon dan acrylamide.

2.12 SENYAWA TIOL

Tiol adalah sebuah senyawa yang mengandung gugus fungsi

yang terdiri dari atom sulfur dan atom hidrogen (-SH).

Sebagai analog sulfur dari gugus alkohol (-OH), gugus ini

dirujuk baik sebagai gugus tiol ataupun gugus sulfhidril. Secara

tradisional, tiol sering dirujuk sebagai merkaptan. Tiol

Merupakan kelompok dari senyawa organik sulfur yang

diturunkan dari hidrogen sulfida dengan cara yang sama dengan

alkohol diturunkan dari air; memiliki ciri dengan bau yang

tidak sedap, dan ditemukan dengan senyawa sulfur lainnya

dalam minyak mentah; contohnya adalah metil merkaptan. Juga

dikenal sebagai tiol.

2.12.1 TATA NAMA

Ketika gugus tiol adalah substituen pada alkana, terdapat

beberapa cara penamaan:

Metode yang direkomendasikan oleh IUPAC adalah dengan

menambahkan akhiran -tiol pada nama alkana. Metode ini

hampir identik dengan tatanama alkohol. Misalnya: CH3SH

akan menjadi metanatiol.

Metode lama, perkataan merkaptan menggantikan alkhol pada

nama analog alkohol senyawa itu. Misalnya: CH3SH

menjadi metil merkaptan. (CH3OH bernama metil alkohol)

Sebagai sebuah prefiks, istilah sulfanil atau merkapto

digunakan. Sebagai contoh: merkaptopurina.

2.12.2 SIFAT

FISIK

1. Bau

Banyak senyawa tiol adalah cairan dengan bau yang

mirip dengan bau bawang putih. Bau tiol sering kali

sangat kuat dan menyengat, terutama yang bermassa

molekul ringan. Tiol akan berikatan kuat dengan

protein kulit. Distributor gas alam mulai

menambahkan berbagai macam tiol yang berbau tajam ke

dalam gas alam yang tidak berbau tersebut setelah

kasus peledakan sekolah New London pada tahun 1937

di New London, Texas yang mematikan. Walaupun

demikian, tidak semua tiol berbau tidak sedap.

Sebagai contoh, tioterpineol bertanggung jawab atas

aroma sedap buah Citrus × paradisi

2. Titik

didih dan kelarutan

Oleh karena perbedaan elektronegativitas yang

rendah antara hidrogen dengan sulfur, ikatan S-H

secara praktis bersifat kovalen nonpolar. Sehingga

ikatan S-H tiol memiliki momen dipol yang lebih

rendah dibandingkan dengan ikatan O-H alkohol. Tiol

tidak menampakkan efek ikatan hidrogen, baik

terhadap molekul air, maupun terhadap dirinya

sendiri. Oleh karena itu, tiol memiliki titik didih

yang rendah dan kurang larut dalam air dan pelarut

polar lainnya dibandingkan dengan alkohol.

2.12.3 SIFAT

KIMIA

Sintesis

Metode pembuatan tiol mirip dengan pembuatan

alkohol dan eter. Reaksinya biasanya lebih cepat

dan berendemen lebih tinggi karena anion sulfur

merupakan nukleofil yang lebih baik daripada atom

oksigen.  Tiol terbentuk ketika halogenoalkana

dipanaskan dengan larutan natrium hidrosulfida.

CH3CH2Br + NaSH heated in ethanol(aq) → CH3CH2SH +

NaBr

Selain itu, disulfida dapat dengan mudah direduksi

oleh reduktor seperti litium aluminium hidrida

dalam eter kering menjadi dua tiol.

                               R-S-S-R' → R-SH + R'-SH

2.12.4 REAKSI

Gugus tiol merupakan analog sulfur gugus

hidroksil (-OH) yang ditemukan pada alkohol. Oleh

karena sulfur dan oksigen berada dalam golongan tabel

periodik yang sama, ia memiliki sifat-sifat ikatan

kimia yang mirip. Seperti alkohol, secara umum, ia

akan terdeprotonasi membentuk RS− (disebut tiolat),

dan secara kimiawi lebih reaktif dari bentuk tiol

terprotonasi RSH.

Kimia tiol berhubungan dengan kimia alkohol:

tiol membentuk tioeter, tioasetal, dan tioester, yang

beranalogi dengan eter, asetal, dan ester. Lebih jauh

lagi, gugus tiol dapat bereaksi dengan alkena,

membentuk tioeter.

Atom sulfur tiol lebih nukleofilik daripada atom

oksigen pada alkohol. Gugus tiol bersifat sedikit

asam dengan pKa sekita 10 sampai 11. Dengan

keberadaan basa, anion tiolat akan terbentuk, dan

merupakan nukleofil yang sangat kuat. Gugus dan anion

ini dapat dengan mudah teroksidasi oleh reagen

seperti bromin, menghasilkan disulfida (R-S-S-R).

2R-SH + Br2 → R-S-S-R + 2HBr

Oksidasi oleh reagen yang lebih kuat, seperti natrium

hipoklorit atau hidrogen peroksida, menghasilkan asam

sulfonat (RSO3H).

R-SH + 3H2O2 → RSO3H + 3H2O

2.12.4 RUMUS UMUM TIOL

adalah   R – SH. Cara pemberian nama tiol sama

dengan alkohol/alkanol, yaitu dengan menambahkan

akhiran – tiol- sebagai pengganti- ol-pada

alkohol/alkanol. Gugus-SH-sendiri biasa disebut 

gugus  “ merkapto”.

2.13 ALKANA

2.13.1 TATA NAMA

Tata nama IUPAC untuk alkana didasarkan dari

identifikasi rantai hidrokarbon. Rantai hidrokarbon

tersaturasi, tidak bercabang maka dinamai sistematis

dengan akhiran "-ana". Berikut ini adalah cara penamaan

senyawa alkana :

1.  Rantai karbon lurus

Alkana rantai karbon lurus biasanya dikenali dengan

awalan n- (singkatan dari normal) ketika tidak ada

isomer. Meskipun tidak diwajibkan, tapi penamaan ini

penting karena alkana rantai lurus dan rantai bercabang

memiliki sifat yang berbeda. Misalnya n-heksana atau 2-

atau 3-metilpentana.

Anggota dari rantai lurus ini adalah:

Metana, CH4 - 1 karbon dan 4 hidrogen

Etana, C2H6 - 2 karbon dan 6 hidrogen

Propana, C3H8 - 3 karbon dan 8 hidrogen

Butana, C4H10 - 4 karbon dan 10 hidrogen

pentana, C5H12 - 5 karbon dan 12 hidrogen

heksana, C6H14 - 6 carbon dan 14 hidrogen

Mulai dengan jumlah karbon mulai dari lima diberi nama

dengan imbuhan jumlah yang ditentukan IUPAC diakhiri

dengan -ana. Contohnya antara lain adalah pentana,

heksana, heptana, dan oktana.

2. Rantai karbon bercabang

Model dari isopentana (nama umum) atau 2-metilbutana

(nama sistematik IUPAC)

Untuk memberi nama alkana dengan rantai bercabang

digunakan langkah-langkah berikut:

Cari rantai atom karbon terpanjang

Beri nomor pada rantai tersebut, dimulai dari ujung

yang terdekat dengan cabang

Beri nama pada cabang-cabangnya

Nama alkana dimulai dengan nomor letak cabang,

nama cabang, dan nama rantai utama. Contohnya adalah

2,2,4-trimetilpentana yang disebut juga isooktana.

Rantai terpanjangnya adalah pentana, dengan tiga

buah cabang metil (trimetil) pada karbon nomor 2, 2,

dan 4.

Perbedaan tatanama untuk 3 isomer C5H12

Nama umum/trivialn-

pentanaisopentana Neopentana

Nama IUPAC pentana 2-metilbutana2,2-

dimetilpentana

2.13.2 SIFAT SIFAT ALKANA

1.Senyawa yang reaktivitasnya rendah, karena ikatan C

antar atomnya relatif stabil dan tidak mudah

dipisahkan.

2.Tidak seperti kebanyakan senyawa organik lainnya,

senyawa ini tidak memiliki gugus fungsional.

3.Senyawa alkana bereaksi sangat lemah dengan senyawa

polar atau senyawa ion lainnya.

4.Konstanta disosiasi asam (pka) dari semua alkana

nilainya diatas 60, yang berarti sulit untuk bereaksi

dengan asam maupun basa (lihat karbanion).

5.Pada minyak bumi, molekul-molekul alkana yang

terkandung di dalamnya tidak mengalami perubahan sifat

sama sekali selama jutaan tahun.

2.13.3 REAKSI

1. Reaksi dengan oksigen (reaksi pembakaran)

Semua alkana dapat bereaksi dengan oksigen pada

reaksi pembakaran, meskipun pada alkana-alkana suku

tinggi reaksi akan semakin sulit untuk dilakukan seiring

dengan jumlah atom karbon yang bertambah. Rumus umum

pembakaran adalah:

    CnH2n+2 + (1.5n+0.5)O2 → (n+1)H2O + nCO2

Ketika jumlah oksigen tidak cukup banyak, maka dapat

juga membentuk karbon monoksida, seperti pada reaksi

berikut ini:

    CnH(2n+2) + nO2 → (n+1)H2O + Nco

  Contoh reaksi, metana:

    2CH4 + 3O2 → 2CO + 4H2O

    CH4 + 1.5O2 → CO + 2H2O

2. Reaksi dengan halogen

Reaksi antara alkana dengan halogen disebut dengan

reaksi "halogenasi radikal bebas". Atom hidrogen pada

alkana akan secara bertahap digantikan oleh atom-atom

halogen. Radikal bebas adalah senyawa yang ikut

berpartisipasi dalam reaksi, biasanya menjadi campuran

pada produk. Reaksi halogenasi merupakan reaksi

eksotermik dan dapat menimbulkan ledakan.

2.14 SENYAWA AZO

Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak

terdapat dalam limbah tekstil, yaitu sekitar 60 % - 70 % .

Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’

adalah rantai organik yang sama atau berbeda. Senyawa ini

memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan struktur azo. Nama azo

berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk

nitrogen bermula dari bahasa Yunani yaitu a (bukan) + zoe

(hidup). Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau

alifatik. Senyawa azo aromatik bersifat stabil dan mempunyai

warna menyala.Senyawa azo alifatik seperti lebih tidak

stabil. Sehingga , beberapa senyawa azo alifatik digunakan

sebagai inisiator radikal.

2.14.1 STRUKTUR

Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan

R dan R’ adalah rantai organik yang sama atau berbeda.

Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan

struktur azo.

2.14.2 REAKSI

Untuk membuat zat warna azo ini dibutuhkan zat

antara yang direaksikan dengan ion diazonium

          Pada proses iradiasi, berkas elektron cepat

yang dihasilkan oleh MBE dapat mengeksitasi dan

mengionisasi sistem di sekitarnya. Proses iradiasi

terjadi hanya dalam beberapa detik (kira-kira paling

lama 5 detik). Karena cuplikan dilarutkan dalam sistem

air, maka akan menyebabkan reaksi-reaksi radiolisis air

yang menghasilkan spesi stabil dan tidak stabil seperti

e-aq, H•, OH•, H+, OH-, H2O+, H2, H2O2. Dalam sistem itu

sangat mungkin terjadi banyak peristiwa rekombinasi

seperti: radikal H• dengan OH•  molekul air, elektron

tersolvasi (e-aq) dengan •OH membentuk ion OH-, elektron

tersolvasi (e-aq) dalam suasana asam (H3O+) membentuk

radikal (H3O•*), dan seterusnya. Selanjutnya spesi-spesi

reaktif itu akan mendegradasi senyawa azo.

2.15 HIDROGEN SULFIDA (SULFANA)

Hidrogen sulfida , H2S, adalah gas yang tidak berwarna,

beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas

ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri

mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas

anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran.

Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas

gunung berapi dan gas alam . Hidrogen sulfida juga dikena

dengan nama sulfana, sulfur hidrida , gas asam ( sour gas) ,

sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik , dan gas limbah

( sewer gas ). IUPAC menerima penamaan "hidrogen sulfida" dan

"sulfana"; kata terakhir digunakan lebih eksklusif ketika

menamakan campuran yang lebih kompleks.

2.15.1 KIMIAWI

Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang

secara kimiawi terkait dengan air (H2O) karena oksigen

dan sulfur berada dalam golongan yang sama di tabel

periodik . Hidrogen sulfida merupakan asam lemah ,

terpisah dalam larutan aqueous (mengandung air) menjadi

kation hidrogen H + dan anion hidrosulfid HS− :

H 2S → HS- + H +

K a = 1.3×10−7 mol/L; p Ka =6.89.

Ion sulfid, S2− , dikenal dalam bentuk padatan tetapi

tidak di dalam larutan aqueous (oksida). Konstanta

disosiasi kedua dari hidrogen sulfida sering dinyatakan

sekitar 10−13, tetapi sekarang disadari bahwa angka ini

merupakan error yang disebabkan oleh oksidasi sulfur

dalam larutan alkalin. Estimasi terakhir terbaik untuk pK

a2 adalah 19±2. Gas Hydrogen Sulfide (H2S) sangat beracun

dan mematikan, pekerjapekerja pada pemboran minyak dan

gas bumi mempunyai resiko besar atas keluarnya gas H2S.

Pengetahuan Umum tentang (H2S) Hidrogen Sulfida (H2S)

Adalah gas yang sangat beracun dan dapat melumpuhkan

system pernapasan serta dapat dapat mematikan dalam

beberapa menit. dalam jumlah sedikitpun gas H2S sangat

berbahaya untuk kesehatan. Hidrogen Sulfida terbentuk

dari proses penguraian bahan-bahan organis oleh

bakteri.Maka dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas

bumi, selokan, air yang tergenang. Misalnya rawa-rawa dan

juga terbentuk pada proses-proses industri maupun proses

biologi lain

2.15.2KATERISTIK H2S

1. Sangat beracun dan mematikan

2. Berwarna

3. Lebih Berat Dari udara sehingga cendrung berkumpul dan

diam pada daerah yang rendah

4. Dapat terbakar dengan nyala api berwarna biru dan hasil

pembakarannya gas sulfur Dioksida (SO2)yang juga

merupakan gas beracun

5. Sangat Korosif mengakibatkan berkarat pada logam

tertentu

6. Pada konsentrasi yang rendah berbau seperti telur busuk

dan dapat melumpuhkan indera penciuman manusia

2.16 PEROKSIDA

Peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah

molekul organik yang mengandung ikatan tunggal oksigen-

oksigen (R-O-O-R').Jika salah satu dari R atau R' merupakan

atom hidrogen, maka senyawa itu disebut hidroperoksida (R-O-

O-H).Radikal bebas HOO· disebut juga radikal hidroperoksida,

yang dianggap terlibat dalam reaksi pembakaranhidrokarbon di

udara.Peroksida organik juga cenderung terurai membentuk

radikal RO·, yang berguna sebagai katalis dalam berbagai

reaksi polimerasi, seperti resinpoliester yang digunakan

dalam glass-reinforced plastic (GRP). MEKP (metil etil keton

peroksida) biasanya digunakan untuk tujuan ini.

2.16.1 SIFAT PEROKSIDA

Sifat larutan berair dari hidrogen peroksida berbeda

dari bahan rapi,mencerminkan efek dari ikatan hidrogen

antara molekul air dan hidrogen peroksida. Hidrogen

peroksida dan air membentuk campuran eutektik,

menunjukkan titik beku depresi.Sedangkan air murni

meleleh dan membeku di sekitar 273 K, dan peroksida

hidrogen murnihanya 0,4 K di bawah itu, solusi 50%

(volume) mencair dan membeku pada 221 K. pH H2O2

Peroksida hidrogen murni memiliki pH 6,2, membuatnya

menjadi asam lemah. PH dapat serendah 4,5 bila diencerkan

pada sekitar 60%. 

2.17 TURUNAN BENZENA

2.17.1 STRUKTUR

Benzena kali pertama ditemukan oleh Michael Faradaypada 1825. Faraday berhasil mengisolasi benzena dari gasdan memberinya nama hidrogen bikarburet (bicarburet ofhydrogen). Pada 1833, ilmuwan Jerman, EilhardMitscherlich berhasil membuat benzena melalui distilasiasam benzoat dan kapur.

                                             panas

C6H5CO2H(aq)       +      CaO(s)   →   C6H6(aq) + CaCO3(s)

asam benzoat                kalisum oksida      benzena       kalsium karbonat

Mitscherlich memberi nama senyawa tersebut dengansebutan benzin. Pada 1845, ilmuwan Inggris, CharlesMansfield yang bekerja sama dengan August Wilhelm vonHofmann, mengisolasi benzena dari tar batubara. Empattahun kemudian, Mansfield memulai produksi benzena daritar batubara dalam skala industri. Berdasarkan hasilpenelitian, benzena memiliki rumus kimia C6H6.

Rumus kimia ini memberikan misteri mengenai struktur yangtepat untuk benzena selama beberapa waktu setelah benzenaditemukan. Hal tersebut dikarenakan rumus kimia C6H6tidak sesuai dengan kesepakatan ilmuwan bahwa atom Cdapat mengikat 4 atom dan atom H mengikat 1 atom. Masalahini akhirnya sedikit terpecahkan setelah menunggu selama40 tahun. Ilmuwan Jerman, Friedrich August Kekulemengusulkan agar struktur benzena berupa cincinheksagonal. Perhatikanlah gambar berikut.

Struktur benzena yang diusulkan Kekule tidak mengandungikatan rangkap karena benzena tidak bereaksi sepertihalnya senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap.Namun, struktur benzena ini menimbulkan masalah karenaatom C tidak taat asas. Berdasarkan kesepakatan, 1 atom Cseharusnya mengikat 4 atom, sedangkan pada struktur yangdiusulkan Kekule atom C hanya mengikat 3 atom

Friedrich Kekule (1829–1896) berhasil mengungkapkanbagaimana enam atom karbon pada molekul benzena berikatandengan atom hidrogen. Dia menemukan pemecahannya ketikasedang tidur. Dia bermimpi tentang barisan atom-atomkarbon dan hidrogen membentuk cincin, seperti seekor ularyang menelan ekornya sendiri. Pada 1872, Kekulemengusulkan perubahan struktur benzena. Menurut Kekule,benzena mengandung tiga ikatan tunggal dan tiga ikatanrangkap yang posisinya berselang-seling.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa setiap atomC pada cincin benzena memiliki sifat yang sama. Hal iniditentukan setelah para ilmuwan mengetahui bahwa semua

ikatan antaratom C memiliki panjang yang sama, yakni 140pm (pikometer). Oleh karena semua atom C memiliki fungsiyang sama, ikatan rangkap senantiasa berubah-ubah.Bagaimanakah cara menggambarkan sifat benzena tersebut?Perhatikanlah gambar berikut.

Tanda ↔ menyatakan bahwa senyawa benzena mengalamiresonansi.

2.17.2 TATA NAMAAturan IUPAC mempertahankan beberapa nama yang telah

dipakai secara meluas. Dengan demikian, metilbenzena

dikenal dengan nama toluena, hidroksibenzena dikenal

dengan fenol,  aminobenzena dikenal dengan anilin, dan

seterusnya.

Turunan benzena monosubstitusi secara sistematis

dinamai sesuai dengan nama hidrokarbon lainnya dengan –

benzena  sebagai nama induk. C6H5Br disebut bromobenzena,

C6H5NO2 disebut nitrobenzena, C6H5CH2CH2CH3 disebut

propilbenzena.

Benzena tersubstitusi dengan alkil, sering disebut

arena, penamaan lain yang bergantung pada ukuran gugus

alkil. Jika gugus alkil memiliki enam atau kurang atom

karbon, senyawa arena dinamakan alkilbenzena. Jika gugus

alkil memiliki 6 atau lebih atom karbon, senyawa tersebut

dinamakan fenilalkana.Benzena disubstituen dinamai dengan

awalan orto (o-), meta (m-), atau para (p-). Orto adalah

benzena dengan dua substituen yang berada pada posisi

1,2; meta untuk posisi 1,3; para untuk posisi 1,4.

Tata nama orto, meta, para juga berguna ketika kita

mendiskusikan reaksi pada benzena. Sebagai contoh, kita

dapat menggambarkan reaksi bromin dan toluena dengan

mengatakan, “reaksi berlangsung pada posisi para”, atau

dengan kata lain atom brom berada pada posisi para

terhadap gugus metil pada cincin benzena.Benzena dengan

substituen lebih dari dua dinamai dengan menomori posisi

substituen sehingga masing-masing substituen dapat nomor

terkecil. Substituen ditulis berdasarkan abjad pada nama

senyawa.

 

Perhatikan pada contoh ketiga, toluena digunakan

sebagai nama induk daripada benzena. Beberapa senyawa

aromatik monosubstituen pada tabel 1 bisa digunakan

sebagai nama induk dengan tetap menempatkan substituen di

atom C nomor 1 pada cincin benzena.

2.17.3 SIFAT FISIK1. Benzena merupakan senyawa yang tidak berwarna.2. Benzena berwujud cair pada suhu ruang (270C).3. Titik didih benzena : 80,10C, Titik leleh benzena : -5,50C

4. Benzena tidak dapat larut air tetapi larut dalam pelarut nonpolar

5. Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar

2.17.4 SIFAT KIMIA1. Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar2. Benzena lebih mudah mengalami reaksi substitusi

daripadaadisi3. Halogenasi

Benzena dapat bereaksi dengan halogen dengan katalis besi(III) klorida membentuk halida benzena dan hydrogen klorida.

4. SulfonasiBenzena bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam

benzenasulfonat, dan air.

5. NitrasiBenzena bereaksi dengan asam nitrat menghasilkan

nitrobenzena dan air.6. Alkilasi

Benzena bereaksi dengan alkil halida menmbentuk alkil benzena dan hidrogen klorida.

2.17.5 REAKSI

1. Halogenasi

Halogenasi merupakan reaksi substitusi atom H pada

benzena oleh golongan halogen seperti F, Cl, Br, I.

Pada reaksi ini atom H digantikan oleh atom dari

golongan halogen dengan bantuan katalis besi (III)

halida. Jika halogennya Cl2, maka katalis yang

digunakanhadalahhFeCl3.

2. Nitrasi

Nitrasi merupakan reaksi substitusi atom H pada

benzena oleh gugus nitro. Reaksi ini terjadi dengan

mereaksikan benzena dengan asam nitrat (HNO3) pekat

dengan bantuan H2SO4 sebagai katalis. Reaksi yang

terjadi adalah sebagai berikut:

3. Sulfonasi

Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada

benzena oleh gugus sulfonat. Reaksi ini terjadi apabila

benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat sebagai

pereaksi.

4. Alkilasi–FriedelhCraft

Alkilbenzena dapat terbentuk jika benzena direaksikan

dengan alkil halida dengan katalis alumunium klorida

(AlCl3)

1.2. TUJUAN :

1. Mengenal perbedaan golongan senyawa organik berdasarkan

gugus fungsinya

2. Membandingkan sifat fisik dan kimia dari golongan senyawa

organik yaitu hidrokarbon, alkohol, fenol asam karboksilat

dan senyawa aromatik.

3. Menguji reaksi gugus fungsi yang penting dalam bidang

kimia, biokimia dan fisiologi.