MAKALAH GUGUS FUNGSI
-
Upload
ahmaddahlan -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of MAKALAH GUGUS FUNGSI
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ALDEHID
Aldehida merupakan senyawa organik yang memiliki gugus
karbonil terminal. Gugus fungsi ini terdiri dari atom karbon
yang berikatan dengan atom hidrogen dan berikatan rangkap
dengan atom oksigen. Golongan aldehid juga dinamakan golongan
formil atau metanoil. Kata aldehida merupakan kependekan dari
alcohol dehidrogenasi yang berarti alkohol yang
terdehidrogenasi. Golongan aldehida bersifat polar.
2.1.1 TATA NAMA
Aldehid sudah dikenal sejak lama sehingga penataan
nama menggunakan nama trivial sering dipakai. Menurut
sistem IUPAC, nama aldehid diturunkan dari nama alkana
dengan mengganti akhiran –a menjadi –al. Oleh karena itu,
aldehid disebut juga alkanal. Tata nama pada aldehid sama
dengan tata nama pada alkohol, rantai terpanjang harus
mengandung gugus aldehid.
1. IUPAC
Pemberian nama aldehida dilakukan dengan mengganti
akhiran –a pada nama alkana dengan –al.
Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom
karbon paling panjang yang terdapat gugus karbonil.
Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.
Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus
karbonil.
ika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam
penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf
pertama nama substituen.
Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu
diperhatikan dalam penentuan urutan abjad sedangkan
awalan yang tidak dipisahkan dengan tanda hubung
(antara lain : iso-, dan neo-) diperhatikan dalam
penentuan urutan abjad.
2. Trivial
Aldehida tak bercabang
Aldehida bercabang
2.1.2 RUMUS STRUKTUR
Aldehida merupakan senyawa organik yang mengandung
unsur C, H, dan O dengan rumus R-CHO, dimana :
R : Alkil
-CHO : Gugus fungsi aldehida
Sudut yang dibentuk oleh gugus fungsi –CHO sebesar 120
derajat dan panjang ikatan rangkap C=O sebesar 0,121 nm.
2.1.3 SIFAT FISIKA ALDEHIDA
Aldehida dengan 1-2 atom karbon (formaldehida, dan
asetaldehida) berwujud gas pada suhu kamar dengan bau
tidak enak.
Aldehida dengan 3-12 atom karbon berwujud cair pada
suhu kamar dengan bau sedap.
Aldehida dengan atom karbon lebih dari 12 berwujud
padat pada suhu kamar.
Aldehida suku rendah (formaldehida, dan asetaldehida)
dapat larut dalam air.
Aldehida suku tinggi tidak larut air.
2.1.4 Sifat Kimia aldehida
Oksidasi oleh kalium bikromat dan asam sulfat
Oksidasi aldehida dengan campuran kalium bikromat dan
asam sulfat akan menghasilkan asam karboksilat.
Oksidasi oleh larutan Fehling
Aldehida dapat mereduksi larutan Fehling menghasilkan
endapan merah bata dari senyawa tembaga(I) oksida.
Oksidasi oleh larutan Tollens
Aldehida dapat mereduksi larutan Tollens menghasilkan
cermin perak.
2.1.5 MEKANISME ALDEHID
Oksidasi alkohol primer
Alkohol primer dapat teroksidasi menghasilkan suatu
aldehida dengan katalis kalium bikromat dan asam sulfat.
Mengalirkan uap alkohol primer di atas tembaga panas
Uap alkohol primer teroksidasi menghasilkan suatu
aldehida dengan katalis tembaga panas.
Memanaskan garam kalsium suatu asam monokarboksilat
jenuh dengan kalsium format.
Pemanasam campuran garam kalsium asam monokarboksilat
jenuh dengan kalsium format akan menghasilkan aldehida.
2.1.6 KEGUNAAN ALDEHID
Formaldehida (metanal) digunakan sebagai pembunuh kuman
dan mengawetkan.
Formaldehida digunakan untuk membuat plastik termoset
(plastic tahan panas).
Paraldehida digunakan sebagai akselerator vulkanisasi
karet
2.2 ALKOHOL·
2.2.1 SIFAT FISIKA
Titik didih alkohol relatif tinggi.Hal ini merupakan
akibat langsung dari daya tarik intermolekuler yang kuat.
alkohol adalah polar tetapi tidak semua alkohol dapat
larut dalam.
·
2.2.2 SIFAT KIMIA
Dehidrasi alkohol.
Oksidasi alkohol.
Reaksi alkohol dengan logam Na&K.
Esterifikasi
2.2.3 REAKSI-REAKSI
Reaksi-reaksi yang terjadi dalm alkohol antara lain
reaksi substitusi, reaksi eliminasi, reaksi oksidasi dan
esterifikasi. Dalam suatu alkohol, semakin panjang rantai
hidrokarbon maka semakin rendah kelarutannya. Bahkan jika
cukup panjang sifat hidrofob ini mengalahkan sifat
hidrofil dari gugus hidroksil. Banyaknya gugus hidroksil
dapat memperbesar kelarutan dalam air.
1. Reaksi Oksidasi
Suatu alkohol primer dapat dioksidasi menjadi
aldehid atau asam karboksilat. Alkohol sekunder dapat
dioksidasi menjadi keton saja. Sedangkan pada alkohol
tersier menolak oksidasi dengan larutan basa, dalam
larutan asam, alkohol mengalami dehidrasi menghasilkan
alkena yang kemudian dioksidasi.
Oksidasi menjadi aldehid
Hasil oksidasi mula-mula dari alkohol primer
adalah suatu aldehid (RCH=O). Aldehid, siap
dioksidasi menjadi asam karboksilat. Oleh sebab itu,
reaksi antara alkohol primer dengan zat oksidator
kuat akan menghasilkan asam karboksilat, dan bukan
intermediet aldehid. Pereaksi tertentu harus dipakai
apabila intermediet aldehid merupakan hasil yang
diinginkan.
Oksidasi menjadi keton.
Suatu alkohol sekunder dioksidasi oleh oksidator yang
reaktif kuat menjadi keton.
Oksidasi menjadi asam karboksilat.
2.3 ALKUNA
Alkuna adalah hidrokarbon yang mengandung satu ikatan
rangkap tiga di antara dua atom karbon. Catat bahwa akhir nama
masing-masing adalah -una. Akhiran ini menunjukkan adanya
rangkap tiga di dalam molekul. Rumus umum untuk alkuna ini
adalah CnH2n-2. Alkuna juga merupakan contoh dari deret homolog.
2.3.1 TATA NAMA ALKUNA
1. IUPAC
a. Pemberian nama alkuna dilakukan dengan mengganti
akhiran -ana pada nama alkana dengan -una. Contoh :
Nama alkana Nama alkunaRumus
molekul
Rumus struktur Rumus molekul Rumus struktur
H3C – CH3
H3C – CH3
– CH3
Etana
Propana
H
C CH
H
C C – CH3
Etuna
Propuna
b. Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom
karbon paling panjang yang terdapat ikatan ganda tiga).
Contoh :
CH3
H3C – C C – CH2 – CH2 – CH3
Rantai utama
CH3
c. Tentukan substituen yang terdapat dalam rantai utama.
Contoh
CH3 metil
H3C – C C – CH2 – C – CH2 –
CH3
CH3 metil
d. Penomoran substituen dimulai dari ujung, sedemikian
rupa sehingga ikatan ganda tiga mempunyai nomor atom
karbon yang lebih rendah. Contoh :
CH3
1 2 3 4 5 6 7
H3C – C C – CH2 – C – CH2 –
CH3
CH3 Nama : 5,5-dimetil-2-heptuna
e. Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam
penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf
pertama nama substituen.
4 –metil– 4 –etil– 1–heksuna 4 –
etil– 4 –metil–1–heksuna
2. Trivial (Nama Umum)
a. Dalam pemberian nama umum, alkuna dianggap sebagai
turunan asetilena yang satu atau dua atom hidrogennya
diganti oleh gugus alkil. Contoh :
HC C – CH2 – CH3 etil
metil H3C – C C – CH3 metil
asetilena
asetilena
Nama : etil asetilena
Nama : dimetil asetilena
b. Nama sistem trivial biasanya digunakan untuk alkuna
sederhana.
2.3.2 SIFAT FISIKA ALKUNA
Sifat fisis alkuna, yakni titik didih mirip dengan
alkana dan alkena. Semakin tinggi suku alkena, titik didih
semakin besar. Pada suhu kamar, tiga suku pertama berwujud
gas, suku berikutnya berwujud cair sedangkan pada suku yang
tinggi berwujud padat.
1. Alkuna-alkuna suku rendah pada suhu kamar berwujud gas,
sedangkan yang mengandung lima atau lebih atom karbon
berwujud gas.
2. Memiliki massa jenis lebih kecil dari air.
3. Tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut
organik yang non polar seperti eter, benzena, dan karbon
tetraklorida.
Titik didih alkuna makin tinggi seiring bertambahnya jumlah
atom karbon, tetapi makin rendah apabila terdapat rantai
samping atau makin banyak percabangan. Titik didih alkuna
sedikit lebih tinggi dari alkana dan alkuna yang berat
molekulnya hampir sama.
2.3.3 SIFAT KIMIA ALKUNA
Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna
memungkinkan terjadinya reaksi adisi, polimerisasi,
substitusi dan pembakaran.
2. Hidrogenasi
Hidrogenasi alkuna dengan 2 mol hidrogen akan
menghasilkan alkana. Contoh :
HC CH + 2H2 H3C – CH3
3. Halogenasi
Alkuna dapat beradisi dengan halogen menghasilkan suatu
dihaloalkena.
2.4 AMIDA
Amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki
dua pengertian. Jenis pertama adalah gugus fungsional organik
yang memiliki gugus karbonil (C=O) yang berikatan dengan suatu
atom nitrogen (N), atau suatu senyawa yang mengandung gugus
fungsional ini. Jenis kedua adalah suatu bentuk anion
nitrogen. Amida merupakan turunan dari asam karboksilat yang
paling tidak reaktif, amida yang paling penting adalah
protein.
2.4.1 TATA NAMA
Amida ialah suatu senyawa yang mempunyai nitrogen
trivalen yang terikat pada suatu gugus karbonil. Dalam
senyawa amida, gugus fungsi asil berkaitan dengan gugus –
NH2. Dalam pemberian namanya, akhiran –Oat atau –At dalam
nama asam induknya diganti dengan kata amida.
Contoh :
HCOOH : Asam metanoat / asam format
HCONH2 : metanamida(IUPAC)
CH3CH2CH2COOH : asam bityanoat/asam butirat
CH3CH2CH2CONH2 : butanamida (IUPAC)
1. Dinamai sesuai dengan nama asam karboksilatnya
dikurangi akhiran oat dan diganti dengan amida.
2. Jika pada atom N tersubstitusi gugus alkil, maka
substituent alkil ditunjukkan dengan memberi
awalan N dimana alkil tersebut terikat.
2.4.2 SIFAT-SIFAT FISIK AMIDA
1.Polar
2.Mudah larut di dalam air karena dengan adanya gugus C=O
dan N-H memungkinkan terbentuknya ikatan hidrogen.
3.Umumnya berupa padat pada suhu kamar kecuali :
formamida berbentuk
4.Amida tidak dapat menghantarkan listrik
5.Amida memiliki titik didih tinggi, dan ketika cair
adalah pelarut yang baik
Semua turunan asam karboksilat dapat larut dalam
pelarut organik, sedangkan dalam air kelarutannya
tergantung pada jumlah atom karbon yang terdapat dalam
molekulnya. Sebagai contoh, untuk kelompok senyawa ester
yang mengandung 3-5 atom C dapat larut dalam air, tetapi
untuk kelompok senyawa amida yang larut dalam air adalah
memiliki 5-6 atom C.
2.4.3 SIFAT KIMIA AMIDA
Amida bereaksi dengan nukleofil, misalnya dapat
dihidrolisis dengan air. Amida dapat direduksi dengan
litium anhidrida menghasilkan amina. Amida yang sangat
terkenal adalah ureum (urea), yaitu suatu diamida dari
suatu asam karbonat. Urea merupakan padatan kristal tak
berwarna, dan merupakan hasil akhir metabolisme protein.
Orang dewasa rata-rata menghasilkan 30 g urea dalam air
seninya sehari-hari. Urea dihasilkan besar-besaran untuk
pupuk. Pada tanaman-tanaman pertanian dan perkebunan.
Urea juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat dan
plastik.
Turunan-turunan asam karboksilat memiliki stabilitas
dan reaktifitas yang berbeda tergantung pada gugus
yangmelekat pada gugus karbonil. Stabilitas dan
reaktifitas memiliki hubungan terbalik, yang berarti
bahwa senyawa yang lebih stabil umumnya kurang reaktif
dan sebaliknya. Karena asilhalida adalah kelompok paling
tidak stabil, masuk akal bahwa senyawa ini dapat secara
kimia diubah ke jenis lain. Karena amida adalah jenis
yang paling stabil, secara logis harus mengikuti bahwa
amida tidak dapat dengan mudah berubah menjadi jenis
molekul lain. Stabilitas semua jenis asam karboksilat
derivatif umumnya ditentukan oleh kemampuan kelompok
fungsional untuk menyumbangkan elektron ke seluruh
molekul. Pada dasarnya, semakin elektronegatif atom atau
kelompok yang melekat pada gugus karbonil maka
molekulakan kurang stabil. Hal ini mudah menjelaskan
fakta bahwa asil halida yang paling reaktif karena halida
biasanya cukup elektronegatif.
2.4.4 REAKSI-REAKSI AMIDA
1.Hidrolisis
Hidrolisis suatu amida dapat berlangsung dalam
suasana asam atau basa. Dalam lingkungan asam, terjadi
reaksi antara air dengan amida yang telah terprotonasi
dan menghasilkan asam karboksilat –NH3. Dalam
lingkungan basa, terjadi serangan OH- pada amida dan
menghasilkan anion asam karboksilat +NH3
2. Pembuatan imida
Suatu anhidrida siklik seperti halnya anhidrida
yang lain, dapat bereaksi dengan amoniak , tetapi hasil
reaksinya mengandung dua macam gugus, yaitu gugus
CONH2 dan gugus –COOH. Bila hasil reaksi ini
dipanaskan, terjadi pelepasan satu molekul air dan
terbentuk suatu imida.
2.5 AMINA
Amina merupakan sebatian organik dan kumpulan berfungsi
yang menganduni satu atom nitrogen bes dengan pasangan
tersendiri. Amina adalah terbitan ammonia, di mana satu atau
lebih atom hidrogen digantikan dengan bahan pengganti organik
seperti kumpulan alkil dan aril. Sebatian dengan atom nitrogen
bersebelahan dengan karbonil dalam struktur R-C(=O)NR2
dipanggil amida dan mempunyai ciri-ciri kimia yang berbeza.
Contoh amina yang penting termasuklah asid amino, amina
biogeni, trimetilamina dan anilina; lihat Kategori:Amina untuk
senarai amina.
2.5.1 TATA NAMA
Amina (R-NH2) adalah gugus fungsi yang namanya
diambil dari rantai alkana yang mendapatkan imbuhan "-
amina" (contoh: CH3NH2 Metil amina). Jika dibutuhkan, maka
posisi berikatan juga diberi imbuhan: CH3CH2CH2NH2 1-
propanamina,CH3CHNH2CH3 2-propanamina. Imbuhan di depan
adalah "amin
Untuk amina sekunder (rumus umum R-NH-R), rantai karbon
terpanjang akan terhubung dengan atom nitrogen dan menjadi
nama utama amina tersebut, rantai yang lainnya dinamai
dengan gugus alkil, lokasi gugus yang berikatan dengan
gugus fungsi diberi huruf miring N: CH3NHCH2CH3 disebut
dengan N-methiletanamida. Amina tersier (R-NR-R) juga
dinamai mirip: CH3CH2N(CH3)CH2CH2CH3 disebut N-etil-N-
metilpropanamida. Juga, nama gugus alkil diurutkan sesuai
alfabet.
Amida (R-CO-NH2) diberi tambahan kata "-amida", atau
"-karboksamida" jika karbon di dalam gugug amida tidak
termasuk dalam rantai utama. Imbuhan kata di depan
biasanya diberi kata "karbamol-" dan "amido-".
Amida sekunder dan tersier juga dinamai sama dengan amina:
ranai alkana yang terhubung dengan atom nitrogen
diperlakukan sebagai substituen dengan letak gugus alkil
diberi prefiks N: HCON(CH3)2 disebut N,N-
dimetilmetanamida.
2.5.2 Tata Nama IUPAC (Sistematik)
1. Tata nama IUPAC
Nama sistematik untuk amina alifatik primer
diberikan dengan cara seperti nama sistematik alkohol,
monohidroksi akhiran –a dalam nama alkana
induknya diganti oleh kata amina..
Contoh:
CH3-CH-CH3
│
2-propanamina
NH2
Untuk amina sekunder dan tersier yang
asimetrik (gugus yang terikat pada atom N tidak sama),
lazimnya diberi nama dengan menganggapnya sebagai
amina primer yang tersubtitusi pada atom N. Dalam hal
ini berlaku ketentuan bahwa gugus sustituen yang lebih
besar dianggap sebagai amina induk, sedangkan gugus
subtituen yang lebih kecil lokasinya ditunjukkan
dengan cara menggunakan awalan N (yang berarti terikat
pada atom N).
Contoh:
CH3NCH3N3N-dimetilsiklopentamina
2. Tata Nama Trivial
Nama trivial untuk sebagian besar amina adalah
dengan menyebutkan gugus-gugus alkil/aril yang terikat
pada atom N dengan ketentuan bahwa urutan penulisannya
harus memperhatikan urutan abjad huruf terdepan dalam
nama gugus alkil/aril kemudian ditambahkan kata amina
di belakang nama gugus-gugus tersebut.
.
2.5.3 SIFAT KIMIA
Pada senyawa dengan rantai pendek, merupakan senyawa
polar yang mudah larut dalam air.
Memiliki titik didih dan titik leleh yang dengan
seiring bertambah cenderung bertambah panjangnya rantai
karbon.
Semua amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan
amina dalam air bersifat basis.
2.5.4 SIFAT FISIKA
Suku-suku rendah berbentuk gas.
Tak berwarna, berbau amoniak, berbau ikan.
Mudah larut dalam air
Amina yang lebih tinggi berbentuk cair/padat.
Kelarutan dalam air berkurang dengan naiknya BM.
2.5.5 REAKSI-REAKSI AMINA
Reaksi Amina dengan Asam Nitrit
1. Amina alifatik primer dengan HNO2 menghasilkan alkohol
disertai pembebasan gas N2 menurut persamaan reaksi di
bawah ini :
CH3-CH-NH2 + HNO2→ CH3-CH-OH + N2 + H2O
│ │
CH3 CH3
Isopropilamina (amina 1°) isopropil alkohol (alkohol
2°)
2. Amina alifatik/aromatik sekunder dengan
HNO2 menghasilkan senyawa N-nitrosoamina yang
mengandung unsur N-N=O
Contoh :
H N=O N + HNO2 → N + H2OCH3CH3
N-metilanilina N-metilnitrosoanilina
3. Amina alifatik/aromatik dengan HNO2 memberikan hasil
reaksi yang ditentukkan oleh jenis amina tersier yang
digunakan. Pada amina alifatik/aromatik tersier
reaksinya dengan HNO2mengakibatkan terjadinya
substitusi cincin aromatik oleh gugus –NO.
Contoh :
CH3 CH2 N + HNO2 → N + H2O CH3 CH3
N,N-dietilanilina p-nitroso –N,N-
dimetilanilina
4. Amina aromatik primer jika direaksikan dengan
HNO2 pada suhu 0°C menghasilkan garam diazonium.
Contoh:
NH2 + HNO2 + HCl N= : Cl + 2H2O
Anilina benzenadiaazonium klorida
Reaksi Amina dengan Asam
Contoh :
(CH3CH2)2NH + HCl (CH3CH2)2NH+Cl-
Dietilamonium klorida
2.6 ASAM KARBOKSILAT
Asam karboksilat adalah asam organik yang diidentikkan
dengan gugus karboksil. Asam karboksilat merupakan asam
Bronsted-Lowry (donor proton). Garam dan anion asam
karboksilat dinamakan karboksilat. Asam karboksilat merupakan
senyawa polar, dan membentuk ikatan hidrogen satu sama lain.
Pada fasa gas, Asam karboksilat dalam bentuk dimer. Dalam
larutan Asam karboksilat merupakan asam lemah yang sebagian
molekulnya terdisosiasi menjadi H+ dan RCOO-. Contoh : pada
temperatur kamar, hanya 0,02% dari molekul asam asetat yang
terdisosiasi dalam air. Asam karboksilat alifatik rantai
pendek (atom karbon <18) dibuat dengan karbonilasi alkohol
dengan karbon monoksida. Untuk rantai panjang dibuat dengan
hidrolisis trigliserida yang biasa terdapat pada minyak hewan
dan tumbuhan.
2.6.1 STRUKTUR
Rumus umum asam karboksilat adalah R-COOH atau Ar-COOH,
dimana :
R : Alkil Ar : Aril
- COOH : Gugus karboksil
Ciri khusus dalam asam karboksilat adalah terdapatnya
gugus fungsi karboksil (-COOH), karboksil diambil dari
karbonil (-CO-) dan hidroksil (-OH). Sudut yang dibentuk
oleh gugus fungsi –COOH- sebesar 120 derjat dan panjang
ikatan C=O sebesar 0,121 nm.
2.6.2 TATANAMA
1. IUPAC
Pemberian nama asam karboksilat dilakukan dengan
mengganti akhiran –a pada nama alkana dengan –oat.
Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom karbon
paling panjang yang mengandung gugus karboksil).
Tentukan substituen yang terikat rantai utama.
Penomoran substituen dimulai dari atom C gugus
karboksil.
Jika terdapat 2/lebih substituen berbeda dalam
penulisan harus disusun berdasarkan urutan abjad huruf
pertama nama substituen.
Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.
Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan
dalam penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang
tidak dipisahkan dengan tanda hubung (antara lain :
iso-, dan neo-) diperhatikan dalam penentuan urutan
abjad.
Contoh : bukan Asam-3-neopentil-2-metilheksanoat tetapi
Asam 2-metil-3-neopentilheksanoat
2. Trivial (Nama Umum)
Tak bercabang
Bercabang
a. Tentukan rantai utama (rantai dengan jumlah atom
karbon paling panjang yang
terdapat gugus karboksil).
b. Tentukan substituen yang terikat pada rantai utama.
c. Penambahan kata “asam” pada awal nama senyawa.
d. Penomoran substituen dimulai dari atom karbon yang
mengikat gugus karboksil dengan huruf α, β, γ.
2.6.3 SIFAT FISIK ASAM KARBOKSILAT
Asam karboksilat mempunyai titik didih lebih tinggi
daripada senyawa organik golongan lain yang berat
molekulnya sebanding.
Kelarutan asam karboksilat dalam air lebih besar
daripada alkohol, eter, aldehida, dan keton yang berat
molekulnya sebanding.
Kelarutan asam karboksilat dalam air menurun seiring
dengan meningkatnya berat molekul.
Asam karboksilat dengan 1-4 atom karbon dapat larut
sempurna dalam air.
2.6.4 SIFAT KIMIA ASAM KARBOKSILAT
Reaksi dengan basa
Asam karboksilat bereaksi dengan basa menghasilkan garam
dan air.
Reduksi
Reduksi asam karboksilat dengan katalis litium alumunium
hidrida menghasilkan alkohol primer.
Reaksi dengan tionil diklorida
Asam karboksilat bereaksi dengan tionil diklorida
membentuk klorida asam, hidrogen klorida dan gas
belerang dioksida.
Esterifikasi
Dengan alkohol, asam karboksilat membentuk ester. Reaksi
yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan.
Reaksi dengan amonia
Dengan amonia, asam karboksilat membentuk amida dan air.
Dekarboksilasi
Pada suhu tinggi, asam karboksilat terdekarboksilasi
membentuk alkana.
Halogenasi
Asam karboksilat dapat bereaksi dengan halogen dengan
katalis phosfor membentuk asam trihalida karboksilat dan
hidrogen halida.
2.6.5 KEGUNAAN ASAM KARBOKSILAT
Asam format dipakai untuk menggumpalkan lateks (getah
karet).
Asam asetat digunakan sebagai cuka makan.
2.7 ETER
2.7.1 TATA NAMA
1. IUPAC, eter diberi nama sesuai nama alkananya dengan
awalan “ alkoksi “ dengan ketentuan sebagai berikut :
Rantai karbon terpendek yang mengikat gugus fungsi –
O– ditetapkan sebagai gugus fungsi alkoksinya.
Rantaikarbon yang
lebihpanjangdiberinamasesuaisenyawaalkananya
2. Menurut aturan trivial, penamaan eter sebagai
berikut :menyebutkan nama kedua gugus alkil yang mengapit
gugus –O– kemudian diberi akhiran eter.
Contoh :
Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial
CH3–CH2–O–CH2–CH3 EtoksietanaDietileter / etiletileter
CH3–O–CH2–CH2–CH3 Metoksi propane Metilpropileter
CH3–CH2–O–CH2–CH2–CH3 Etoksi propane Etilpropileter
2.7.2 SIFAT ETER
1. Titik didih rendah sehingga mudah menguap
2. Sulit larut dalam air, karena kepolarannya rendah
3. Sebagai pelarut yang baik senyawa-senyawa organik yang
tak larut dalam air
4. Mudah terbakar
5. Pada umumnya bersifat racun
6. Bersifat anastetik (membius)
7. Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asamhalida kuat (HI
dan H Br)
2.7.3 REAKSI
1. PembakaranEter mudah terbakar membentuk gas karbondioksida dan uap
air.2. ReaksidenganLogamAktif
Berbeda dengan alkohol, eter tidak bereaksi dengan logam natrium (logamaktif).3. Reaksidengan PCl
Eter bereaksi dengan PCl5, tetapi tidak membebaskan HCl.4. ReaksidenganHidrogenHalida (HX)
Eter terurai oleh asamhalida, terutama oleh HI. Jika asamhalida terbatas:
2.8 FOSFINA
2.8.1 TATA NAMA
Senyawa kovalen yang mengandung atom Hidrogen (H)
tidak menggunakan tata nama seperti senyawa kovalen
lainnya, tetapi menggunakan nama trivial yang telah
dikenal sejak dahulu, seperti PH3 : Fosfina.
2.8.2 SIFAT FOSFINA
Fosfina adalah nama umum dari fosforus hidrida (PH3),
juga disebut dengan nama fosfana (phosphane), dan kadang-
kadang fosfamina. Fosfina merupakan gas tak berwarna dan
dapat terbakar dengan titik didih 88 °C dan titik leleh
133,5 oC. Fosfina murni tidak berbau. Fosfina merupakan
zat yang beracun. Sifat polaritas ikatan P-H dalam Fosfina
jauh lebih rendah dari ikatan N-H dalam amonia, sehingga
fosfina bersifat sebagai basa lewis sangat lemah dan tidak
membentuk ikatan hidrogen.
2.9 HALOALKANA
Haloalkana disebut juga alkil halida. Haloalkana
merupakan senyawa karbon yang mengandung halogen. Atom halogen
ini menggantikan posisi atom hidrogen. Haloalkana mempunyai
rumus struktur yang sama dengan alkana, hanya satu atau lebih
atom H-nya diganti dengan atom halogen (X = F,Cl,Br,I).
Haloalkana dapat mengalami reaksi hidrolisis menjadi alkohol.
2.9.1 STRUKTUR
Struktur umum haloalkana adalah R-X dengan R adalah
gugus alkil (R=CnH2n+1) dan X adalah atom halogen
(X=F,Cl,Br,I)
Contoh : CH3 Cl (kloro metana)
CH3 CH2 Cl
(kloro etana)
CH3 CH2 Br (bromo etana)
CH2Cl2 (dikloro metana)
2.9.2 SIFAT FISIKA HALOALKANA
1. Senyawa haloalkana tidak membentuk ikatan hidrogen.
2. Sukar larut dalam air dan mudah larut daam oelarut
organik.
3. Empunyai titik didih dan titik leleh lebih tinggi dari
alkana yang mempunyai jumlah atom C yang sama. Hal ini
disebabkan adanya penggantian atom hidrogen dengan atom
halogen yang mempunyai massa atom lebih besar daripada
hidrogen.
4. Suhu rendah berwujud gas, suhu tengah berwujud cair, dan
suhu tinggi berwujud padat.
2.9.3 SIFAT KIMIA HALOALKANA
1. Haloalkana mengalami reaksi substitusi dengan suatu
basa membentuk alkohol.
2. Haloalkana mengalami reaksi eliminasi dengan pereaksi
basa kuat.
3. Haloalkana bereaksi dengan logam natrium akan
menghasilkan alkana. Reaksi ini disebut Sintesis Wart.
4. Haloalkana + magnesium menghasilkan Pereaksi Grignard.
2.9.3 KEGUNAAN
1. Sebagai pelaru non polar. Banyak senyawa halo alkana yang
digunakan sebagai pelarut nonpolar CCl4, CHCl3, C2H3Cl3.
Pelarut ini bersifat racun sehingga jangan sampai
terhirup.
2. Kloroform (CHCl3) digunakan sebagai obat bius atau
pemati rasa(anestesi) yang kuat. Sehingga dapat merusak
hati.
3. C2H5Cl(kloroetana) digunakan sebagai anestesi
lokal(pemati rasa lokal). Ini digunakan pada pemain sepak
bola dengan cara disemprotkan pada daerah yang sakit.
4. Feron (dikloro difluoro metana) digunakan sebagai
pendorong produksi aerosol. Feron juga banyak digunakan
sebagai gas pendingin AC(air conditioned), lemari es, dan
lain-lain.
5. CH3Cl digunakan sebagai zat fumigant. Feron dan metal
klorida dapat merusak ozon sehingga dapat membahayakan
lingkungan.
6. C3H5Br2Cl (1,1-dibromo-1-kloropropana) digunakan sebagai
isektisida petani. Hanya saja zat ini dapat menimbulkan
kemandulan pada buruh tani.
7. DDT (dikloro difenil trikloro metana) ini digunakan
sebagai insektisida. Akan tetapi zat ini sukar sekali
terurai, sehingga masih ada dalam sayuran dan hewan
ternak yang memakan rumput yang di semprotkan DDT.
Akibatnya dapat menimbulkan keracunan.
8. C2H4Br2 (1,2-dibromo etana) digunakan sebagai aditif pada
bensin yang menggunakan TEL(Tetra Ethyl Lead), Pb(C2H5).
Zat ini mengubah timbale menjadi timbale bromida dan akan
menguap keluar dari kenalpot.
9. Iodoform (CHI3). Iodoform berwujud padat pada suhu kamar,
berwarna kuning, dan mempunyai bau yang khas. Iodoform
sering digunakan sebagai antiseptik.
10. Tetraklorokarbon (CCl4). Karbon tetraklorida merupakan
zat cair yang tidak berwarna dengan massa jenis lebih
besar dari air. Uap CCl4 tidak terbakar sehingga sering
digunakan sebagai pemadam kebakaran. Selain itu, juga
digunakan sebagai pelarut untuk lemak dan minyak.
11. Sebagai pemadam api, alkana terhalogenasi sempurna
seperti karbon tetraklorida, CCl4,
bromokloridifluorometana (dikenal dengan nama BCF) dapat
memadamkan api. Akan tetapi pada suhu tinggi CCl4 dapat
bereaksi dengan uap air membentuk fosgen (COCl2), suatu
gas yang sangat beracun. BCF juga dapat merusak ozon
dilapisan stratosfir, sehingga penggunaan bahan-bahan
tersebut dilarang.
2.10 NITRAT
Nitrat ( NO3 ) merupakan bentuk anorganik dari derivat
senyawa Nitrogen. Senyawa nitrat ini biasanya digunakan oleh
tanaman hijau untuk proses fotosintesis. Sedangkan kaitan hal
tersebut dengan pencemaran terhadap badan air, nitrat pada
konsentrasi tinggi bersama – sama dengan phosphor akan
menyebabkan algae blooming sehingga menyebabkan air menjadi
berwarna hijau ( green-colored water ) dan penyebab eutrofikasi.
Nitrat ( NO3 ) sebagai derivat nitrogen, berasal dari proses
oksidasi yang panjang. Untuk nitrat berasal dari oksidasi N-
ammonia ( NH3 ). Senyawa NH3 ini merupakan senyawa yang paling
banyak ditemukan di air buangan. Untuk membentuk nitrat
( NO3 ), senyawa NH3 ini dioksidasi secara biologis, jika ada
oksigen. Proses oksidasi untuk pembentukan nitrat ini dibantu
oleh bakteri nitrifikasi yaitu Nitrosomonas dan Nitrobakter.
2.10.1 TATA NAMA
1. Logam + Non Logam
Penaman senyawa biner mengikuti urutan berikut :
Bi – Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O –
F
Tuliskan nama unsur logam tanpa modifikasi apa pun,
kemudian diikuti nama unsur non logam dengan akhiran
"ida".
Contoh : NaCl = Natrium klorida
Unsur - unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih
dari satu jenis, maka bilangan oksidasinya ditulis
dengan angka romawi.
Contoh : CrO = Kromium (II) oksida
2. Non Logam + Non Logam
Satu Jenis Senyawa
Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan
menuliskan terlebih dahulu unsur dengan bilangan
oksidasi positif baru kemudian diikuti unsur dengan
bilangan oksidasi negatif + ida.
Contoh : HCl = Hidrogen klorida
H2S = Hidrogen sulfida
Lebih dari Satu Jenis Senyawa
Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan
menuliskan terlebih dahulu unsur dengan bilangan
oksidasi positif diikuti unsur dengan awalan mono /
di / tri...../ deka dan akhiran "ida".
Contoh : CO2 = Karbon dioksida
NO2 = Nitrogen dioksida
2.10.2 SIFAT FISIK
Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari
ammonia melalui proses oksidasi katalitik. Nitrit juga
merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk
pertengahan dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrat
dan nitrit adalah komponen yang mengandung nitrogen
berikatan dengan atom oksigen, nitrat mengikat tiga atom
oksigen sedangkan nitrit mengikat dua atom oksigen. Di
alam, nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit atau
bentuk lainnya.
2.11
NITRIL
Nitril adalah setiap senyawa organik yang memiliki - C ≡
N kelompok fungsional . Awalan siano-digunakan bergantian
dengan istilah nitril dalam literatur industri. Nitril
ditemukan dalam senyawa yang bermanfaat, termasuk metil
cyanoacrylate , yang digunakan dalam lem super , dan nitril
karet butadiena , sebuah nitril yang mengandung polimer yang
digunakan dalam lateks bebas laboratorium dan sarung tangan
medis. Senyawa organik yang mengandung gugus nitril beberapa
dikenal sebagai cyanocarbons .
2.11.1 STRUKTUR
Senyawa anorganik yang berisi-C ≡ N kelompok tidak
disebut nitril, tapi sianida sebagai gantinya. Meskipun
kedua nitril dan sianida dapat diturunkan dari garam
sianida, nitril paling tidak hampir sama beracun.
2.11.2 TATA NAMA
Nitril adalah senyawa yang mengandung gugus C dan N
yang terikat secara rangkap tiga. Selain itu nitril juga
dikenal dengan nama siano atu sianida. Dalam sistem tata
nama IUPAC, nitril diberi nama berdasarkan rantai induk
alkananya, atom c yang terikat pada atom N juga termasuk
kedalam rantai induk. Nama lkana itu diberi nama akhiran
–nitril. Beberapa nitril diberi nama menurut nama trivial
asam karboksilatnya dengan menggantikan imbuhan asam-oat
menjadi akhiran –nitril, atau –onitril, jika huruf
akhirnya tidak nerupa –o.
Contoh:
Etananitril (IUPAC)
Asetonitril (trivial)
Benzanakarbonitril (IUPAC)
Benzonitril (trivial)
2.11.3 KEGUNAAN
Nitril ditemukan dalam senyawa yang bermanfaat,
termasuk metilcyanoacrylate, yangdigunakan dalam lem
super dan nitril karet butadiena, sebuah polimer yang
digunakan dalam lateks bebas dalam laboratorium dan
sarung tangan media.
Acrylonitrile merupakan salah satu produk kimia yang
cukup luas pemanfaatannya bagi kebutuhan umat manusia,
penggunaan acrylonitrile yang paling utama adalah untuk
acrylic fibers selain itu pemanfaatan produk ini juga
untuk produksi plastik seperti acrylonitrile-butadiene-
styrene (ABS) and styrene acrylonitrile (SAN).
Pemanfaatan ABS adalah untuk pipa dan pelengkapnya,
perlengkapan otomotif dan peralatannya. Sementara SAN
banyak digunakan pada peralatan dan perlengkapan rumah
semacam gantungan, wadah es, dan peralatan lainnya.
Fungsi lain dari acrylonitrile adalah dalam produksi
nitrile rubbers dan nitrile barrier resin, dimana nitrile
rubbers digunakan pada bidang keteknikkan dan proses
industri karena sifatnya yang memiliki daya tahan
terhadap bahan kimia, minyak, pelarut, panas dan abrasi,
sedangkan nitrile barrier resin banyak digunakan pada
industri makanan, kosmetik, minuman serta pengemasan
bahan kimia lainnya. Penggunaaan acrylonitrile yang lain
adalah untuk bahan adiponitrile yang merupakan bahan
antara industri nilon dan acrylamide.
2.12 SENYAWA TIOL
Tiol adalah sebuah senyawa yang mengandung gugus fungsi
yang terdiri dari atom sulfur dan atom hidrogen (-SH).
Sebagai analog sulfur dari gugus alkohol (-OH), gugus ini
dirujuk baik sebagai gugus tiol ataupun gugus sulfhidril. Secara
tradisional, tiol sering dirujuk sebagai merkaptan. Tiol
Merupakan kelompok dari senyawa organik sulfur yang
diturunkan dari hidrogen sulfida dengan cara yang sama dengan
alkohol diturunkan dari air; memiliki ciri dengan bau yang
tidak sedap, dan ditemukan dengan senyawa sulfur lainnya
dalam minyak mentah; contohnya adalah metil merkaptan. Juga
dikenal sebagai tiol.
2.12.1 TATA NAMA
Ketika gugus tiol adalah substituen pada alkana, terdapat
beberapa cara penamaan:
Metode yang direkomendasikan oleh IUPAC adalah dengan
menambahkan akhiran -tiol pada nama alkana. Metode ini
hampir identik dengan tatanama alkohol. Misalnya: CH3SH
akan menjadi metanatiol.
Metode lama, perkataan merkaptan menggantikan alkhol pada
nama analog alkohol senyawa itu. Misalnya: CH3SH
menjadi metil merkaptan. (CH3OH bernama metil alkohol)
Sebagai sebuah prefiks, istilah sulfanil atau merkapto
digunakan. Sebagai contoh: merkaptopurina.
2.12.2 SIFAT
FISIK
1. Bau
Banyak senyawa tiol adalah cairan dengan bau yang
mirip dengan bau bawang putih. Bau tiol sering kali
sangat kuat dan menyengat, terutama yang bermassa
molekul ringan. Tiol akan berikatan kuat dengan
protein kulit. Distributor gas alam mulai
menambahkan berbagai macam tiol yang berbau tajam ke
dalam gas alam yang tidak berbau tersebut setelah
kasus peledakan sekolah New London pada tahun 1937
di New London, Texas yang mematikan. Walaupun
demikian, tidak semua tiol berbau tidak sedap.
Sebagai contoh, tioterpineol bertanggung jawab atas
aroma sedap buah Citrus × paradisi
2. Titik
didih dan kelarutan
Oleh karena perbedaan elektronegativitas yang
rendah antara hidrogen dengan sulfur, ikatan S-H
secara praktis bersifat kovalen nonpolar. Sehingga
ikatan S-H tiol memiliki momen dipol yang lebih
rendah dibandingkan dengan ikatan O-H alkohol. Tiol
tidak menampakkan efek ikatan hidrogen, baik
terhadap molekul air, maupun terhadap dirinya
sendiri. Oleh karena itu, tiol memiliki titik didih
yang rendah dan kurang larut dalam air dan pelarut
polar lainnya dibandingkan dengan alkohol.
2.12.3 SIFAT
KIMIA
Sintesis
Metode pembuatan tiol mirip dengan pembuatan
alkohol dan eter. Reaksinya biasanya lebih cepat
dan berendemen lebih tinggi karena anion sulfur
merupakan nukleofil yang lebih baik daripada atom
oksigen. Tiol terbentuk ketika halogenoalkana
dipanaskan dengan larutan natrium hidrosulfida.
CH3CH2Br + NaSH heated in ethanol(aq) → CH3CH2SH +
NaBr
Selain itu, disulfida dapat dengan mudah direduksi
oleh reduktor seperti litium aluminium hidrida
dalam eter kering menjadi dua tiol.
R-S-S-R' → R-SH + R'-SH
2.12.4 REAKSI
Gugus tiol merupakan analog sulfur gugus
hidroksil (-OH) yang ditemukan pada alkohol. Oleh
karena sulfur dan oksigen berada dalam golongan tabel
periodik yang sama, ia memiliki sifat-sifat ikatan
kimia yang mirip. Seperti alkohol, secara umum, ia
akan terdeprotonasi membentuk RS− (disebut tiolat),
dan secara kimiawi lebih reaktif dari bentuk tiol
terprotonasi RSH.
Kimia tiol berhubungan dengan kimia alkohol:
tiol membentuk tioeter, tioasetal, dan tioester, yang
beranalogi dengan eter, asetal, dan ester. Lebih jauh
lagi, gugus tiol dapat bereaksi dengan alkena,
membentuk tioeter.
Atom sulfur tiol lebih nukleofilik daripada atom
oksigen pada alkohol. Gugus tiol bersifat sedikit
asam dengan pKa sekita 10 sampai 11. Dengan
keberadaan basa, anion tiolat akan terbentuk, dan
merupakan nukleofil yang sangat kuat. Gugus dan anion
ini dapat dengan mudah teroksidasi oleh reagen
seperti bromin, menghasilkan disulfida (R-S-S-R).
2R-SH + Br2 → R-S-S-R + 2HBr
Oksidasi oleh reagen yang lebih kuat, seperti natrium
hipoklorit atau hidrogen peroksida, menghasilkan asam
sulfonat (RSO3H).
R-SH + 3H2O2 → RSO3H + 3H2O
2.12.4 RUMUS UMUM TIOL
adalah R – SH. Cara pemberian nama tiol sama
dengan alkohol/alkanol, yaitu dengan menambahkan
akhiran – tiol- sebagai pengganti- ol-pada
alkohol/alkanol. Gugus-SH-sendiri biasa disebut
gugus “ merkapto”.
2.13 ALKANA
2.13.1 TATA NAMA
Tata nama IUPAC untuk alkana didasarkan dari
identifikasi rantai hidrokarbon. Rantai hidrokarbon
tersaturasi, tidak bercabang maka dinamai sistematis
dengan akhiran "-ana". Berikut ini adalah cara penamaan
senyawa alkana :
1. Rantai karbon lurus
Alkana rantai karbon lurus biasanya dikenali dengan
awalan n- (singkatan dari normal) ketika tidak ada
isomer. Meskipun tidak diwajibkan, tapi penamaan ini
penting karena alkana rantai lurus dan rantai bercabang
memiliki sifat yang berbeda. Misalnya n-heksana atau 2-
atau 3-metilpentana.
Anggota dari rantai lurus ini adalah:
Metana, CH4 - 1 karbon dan 4 hidrogen
Etana, C2H6 - 2 karbon dan 6 hidrogen
Propana, C3H8 - 3 karbon dan 8 hidrogen
Butana, C4H10 - 4 karbon dan 10 hidrogen
pentana, C5H12 - 5 karbon dan 12 hidrogen
heksana, C6H14 - 6 carbon dan 14 hidrogen
Mulai dengan jumlah karbon mulai dari lima diberi nama
dengan imbuhan jumlah yang ditentukan IUPAC diakhiri
dengan -ana. Contohnya antara lain adalah pentana,
heksana, heptana, dan oktana.
2. Rantai karbon bercabang
Model dari isopentana (nama umum) atau 2-metilbutana
(nama sistematik IUPAC)
Untuk memberi nama alkana dengan rantai bercabang
digunakan langkah-langkah berikut:
Cari rantai atom karbon terpanjang
Beri nomor pada rantai tersebut, dimulai dari ujung
yang terdekat dengan cabang
Beri nama pada cabang-cabangnya
Nama alkana dimulai dengan nomor letak cabang,
nama cabang, dan nama rantai utama. Contohnya adalah
2,2,4-trimetilpentana yang disebut juga isooktana.
Rantai terpanjangnya adalah pentana, dengan tiga
buah cabang metil (trimetil) pada karbon nomor 2, 2,
dan 4.
Perbedaan tatanama untuk 3 isomer C5H12
Nama umum/trivialn-
pentanaisopentana Neopentana
Nama IUPAC pentana 2-metilbutana2,2-
dimetilpentana
2.13.2 SIFAT SIFAT ALKANA
1.Senyawa yang reaktivitasnya rendah, karena ikatan C
antar atomnya relatif stabil dan tidak mudah
dipisahkan.
2.Tidak seperti kebanyakan senyawa organik lainnya,
senyawa ini tidak memiliki gugus fungsional.
3.Senyawa alkana bereaksi sangat lemah dengan senyawa
polar atau senyawa ion lainnya.
4.Konstanta disosiasi asam (pka) dari semua alkana
nilainya diatas 60, yang berarti sulit untuk bereaksi
dengan asam maupun basa (lihat karbanion).
5.Pada minyak bumi, molekul-molekul alkana yang
terkandung di dalamnya tidak mengalami perubahan sifat
sama sekali selama jutaan tahun.
2.13.3 REAKSI
1. Reaksi dengan oksigen (reaksi pembakaran)
Semua alkana dapat bereaksi dengan oksigen pada
reaksi pembakaran, meskipun pada alkana-alkana suku
tinggi reaksi akan semakin sulit untuk dilakukan seiring
dengan jumlah atom karbon yang bertambah. Rumus umum
pembakaran adalah:
CnH2n+2 + (1.5n+0.5)O2 → (n+1)H2O + nCO2
Ketika jumlah oksigen tidak cukup banyak, maka dapat
juga membentuk karbon monoksida, seperti pada reaksi
berikut ini:
CnH(2n+2) + nO2 → (n+1)H2O + Nco
Contoh reaksi, metana:
2CH4 + 3O2 → 2CO + 4H2O
CH4 + 1.5O2 → CO + 2H2O
2. Reaksi dengan halogen
Reaksi antara alkana dengan halogen disebut dengan
reaksi "halogenasi radikal bebas". Atom hidrogen pada
alkana akan secara bertahap digantikan oleh atom-atom
halogen. Radikal bebas adalah senyawa yang ikut
berpartisipasi dalam reaksi, biasanya menjadi campuran
pada produk. Reaksi halogenasi merupakan reaksi
eksotermik dan dapat menimbulkan ledakan.
2.14 SENYAWA AZO
Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak
terdapat dalam limbah tekstil, yaitu sekitar 60 % - 70 % .
Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’
adalah rantai organik yang sama atau berbeda. Senyawa ini
memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan struktur azo. Nama azo
berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk
nitrogen bermula dari bahasa Yunani yaitu a (bukan) + zoe
(hidup). Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau
alifatik. Senyawa azo aromatik bersifat stabil dan mempunyai
warna menyala.Senyawa azo alifatik seperti lebih tidak
stabil. Sehingga , beberapa senyawa azo alifatik digunakan
sebagai inisiator radikal.
2.14.1 STRUKTUR
Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan
R dan R’ adalah rantai organik yang sama atau berbeda.
Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan
struktur azo.
2.14.2 REAKSI
Untuk membuat zat warna azo ini dibutuhkan zat
antara yang direaksikan dengan ion diazonium
Pada proses iradiasi, berkas elektron cepat
yang dihasilkan oleh MBE dapat mengeksitasi dan
mengionisasi sistem di sekitarnya. Proses iradiasi
terjadi hanya dalam beberapa detik (kira-kira paling
lama 5 detik). Karena cuplikan dilarutkan dalam sistem
air, maka akan menyebabkan reaksi-reaksi radiolisis air
yang menghasilkan spesi stabil dan tidak stabil seperti
e-aq, H•, OH•, H+, OH-, H2O+, H2, H2O2. Dalam sistem itu
sangat mungkin terjadi banyak peristiwa rekombinasi
seperti: radikal H• dengan OH• molekul air, elektron
tersolvasi (e-aq) dengan •OH membentuk ion OH-, elektron
tersolvasi (e-aq) dalam suasana asam (H3O+) membentuk
radikal (H3O•*), dan seterusnya. Selanjutnya spesi-spesi
reaktif itu akan mendegradasi senyawa azo.
2.15 HIDROGEN SULFIDA (SULFANA)
Hidrogen sulfida , H2S, adalah gas yang tidak berwarna,
beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas
ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri
mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas
anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran.
Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas
gunung berapi dan gas alam . Hidrogen sulfida juga dikena
dengan nama sulfana, sulfur hidrida , gas asam ( sour gas) ,
sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik , dan gas limbah
( sewer gas ). IUPAC menerima penamaan "hidrogen sulfida" dan
"sulfana"; kata terakhir digunakan lebih eksklusif ketika
menamakan campuran yang lebih kompleks.
2.15.1 KIMIAWI
Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang
secara kimiawi terkait dengan air (H2O) karena oksigen
dan sulfur berada dalam golongan yang sama di tabel
periodik . Hidrogen sulfida merupakan asam lemah ,
terpisah dalam larutan aqueous (mengandung air) menjadi
kation hidrogen H + dan anion hidrosulfid HS− :
H 2S → HS- + H +
K a = 1.3×10−7 mol/L; p Ka =6.89.
Ion sulfid, S2− , dikenal dalam bentuk padatan tetapi
tidak di dalam larutan aqueous (oksida). Konstanta
disosiasi kedua dari hidrogen sulfida sering dinyatakan
sekitar 10−13, tetapi sekarang disadari bahwa angka ini
merupakan error yang disebabkan oleh oksidasi sulfur
dalam larutan alkalin. Estimasi terakhir terbaik untuk pK
a2 adalah 19±2. Gas Hydrogen Sulfide (H2S) sangat beracun
dan mematikan, pekerjapekerja pada pemboran minyak dan
gas bumi mempunyai resiko besar atas keluarnya gas H2S.
Pengetahuan Umum tentang (H2S) Hidrogen Sulfida (H2S)
Adalah gas yang sangat beracun dan dapat melumpuhkan
system pernapasan serta dapat dapat mematikan dalam
beberapa menit. dalam jumlah sedikitpun gas H2S sangat
berbahaya untuk kesehatan. Hidrogen Sulfida terbentuk
dari proses penguraian bahan-bahan organis oleh
bakteri.Maka dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas
bumi, selokan, air yang tergenang. Misalnya rawa-rawa dan
juga terbentuk pada proses-proses industri maupun proses
biologi lain
2.15.2KATERISTIK H2S
1. Sangat beracun dan mematikan
2. Berwarna
3. Lebih Berat Dari udara sehingga cendrung berkumpul dan
diam pada daerah yang rendah
4. Dapat terbakar dengan nyala api berwarna biru dan hasil
pembakarannya gas sulfur Dioksida (SO2)yang juga
merupakan gas beracun
5. Sangat Korosif mengakibatkan berkarat pada logam
tertentu
6. Pada konsentrasi yang rendah berbau seperti telur busuk
dan dapat melumpuhkan indera penciuman manusia
2.16 PEROKSIDA
Peroksida adalah suatu gugus fungsional dari sebuah
molekul organik yang mengandung ikatan tunggal oksigen-
oksigen (R-O-O-R').Jika salah satu dari R atau R' merupakan
atom hidrogen, maka senyawa itu disebut hidroperoksida (R-O-
O-H).Radikal bebas HOO· disebut juga radikal hidroperoksida,
yang dianggap terlibat dalam reaksi pembakaranhidrokarbon di
udara.Peroksida organik juga cenderung terurai membentuk
radikal RO·, yang berguna sebagai katalis dalam berbagai
reaksi polimerasi, seperti resinpoliester yang digunakan
dalam glass-reinforced plastic (GRP). MEKP (metil etil keton
peroksida) biasanya digunakan untuk tujuan ini.
2.16.1 SIFAT PEROKSIDA
Sifat larutan berair dari hidrogen peroksida berbeda
dari bahan rapi,mencerminkan efek dari ikatan hidrogen
antara molekul air dan hidrogen peroksida. Hidrogen
peroksida dan air membentuk campuran eutektik,
menunjukkan titik beku depresi.Sedangkan air murni
meleleh dan membeku di sekitar 273 K, dan peroksida
hidrogen murnihanya 0,4 K di bawah itu, solusi 50%
(volume) mencair dan membeku pada 221 K. pH H2O2
Peroksida hidrogen murni memiliki pH 6,2, membuatnya
menjadi asam lemah. PH dapat serendah 4,5 bila diencerkan
pada sekitar 60%.
2.17 TURUNAN BENZENA
2.17.1 STRUKTUR
Benzena kali pertama ditemukan oleh Michael Faradaypada 1825. Faraday berhasil mengisolasi benzena dari gasdan memberinya nama hidrogen bikarburet (bicarburet ofhydrogen). Pada 1833, ilmuwan Jerman, EilhardMitscherlich berhasil membuat benzena melalui distilasiasam benzoat dan kapur.
panas
C6H5CO2H(aq) + CaO(s) → C6H6(aq) + CaCO3(s)
asam benzoat kalisum oksida benzena kalsium karbonat
Mitscherlich memberi nama senyawa tersebut dengansebutan benzin. Pada 1845, ilmuwan Inggris, CharlesMansfield yang bekerja sama dengan August Wilhelm vonHofmann, mengisolasi benzena dari tar batubara. Empattahun kemudian, Mansfield memulai produksi benzena daritar batubara dalam skala industri. Berdasarkan hasilpenelitian, benzena memiliki rumus kimia C6H6.
Rumus kimia ini memberikan misteri mengenai struktur yangtepat untuk benzena selama beberapa waktu setelah benzenaditemukan. Hal tersebut dikarenakan rumus kimia C6H6tidak sesuai dengan kesepakatan ilmuwan bahwa atom Cdapat mengikat 4 atom dan atom H mengikat 1 atom. Masalahini akhirnya sedikit terpecahkan setelah menunggu selama40 tahun. Ilmuwan Jerman, Friedrich August Kekulemengusulkan agar struktur benzena berupa cincinheksagonal. Perhatikanlah gambar berikut.
Struktur benzena yang diusulkan Kekule tidak mengandungikatan rangkap karena benzena tidak bereaksi sepertihalnya senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan rangkap.Namun, struktur benzena ini menimbulkan masalah karenaatom C tidak taat asas. Berdasarkan kesepakatan, 1 atom Cseharusnya mengikat 4 atom, sedangkan pada struktur yangdiusulkan Kekule atom C hanya mengikat 3 atom
Friedrich Kekule (1829–1896) berhasil mengungkapkanbagaimana enam atom karbon pada molekul benzena berikatandengan atom hidrogen. Dia menemukan pemecahannya ketikasedang tidur. Dia bermimpi tentang barisan atom-atomkarbon dan hidrogen membentuk cincin, seperti seekor ularyang menelan ekornya sendiri. Pada 1872, Kekulemengusulkan perubahan struktur benzena. Menurut Kekule,benzena mengandung tiga ikatan tunggal dan tiga ikatanrangkap yang posisinya berselang-seling.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa setiap atomC pada cincin benzena memiliki sifat yang sama. Hal iniditentukan setelah para ilmuwan mengetahui bahwa semua
ikatan antaratom C memiliki panjang yang sama, yakni 140pm (pikometer). Oleh karena semua atom C memiliki fungsiyang sama, ikatan rangkap senantiasa berubah-ubah.Bagaimanakah cara menggambarkan sifat benzena tersebut?Perhatikanlah gambar berikut.
Tanda ↔ menyatakan bahwa senyawa benzena mengalamiresonansi.
2.17.2 TATA NAMAAturan IUPAC mempertahankan beberapa nama yang telah
dipakai secara meluas. Dengan demikian, metilbenzena
dikenal dengan nama toluena, hidroksibenzena dikenal
dengan fenol, aminobenzena dikenal dengan anilin, dan
seterusnya.
Turunan benzena monosubstitusi secara sistematis
dinamai sesuai dengan nama hidrokarbon lainnya dengan –
benzena sebagai nama induk. C6H5Br disebut bromobenzena,
C6H5NO2 disebut nitrobenzena, C6H5CH2CH2CH3 disebut
propilbenzena.
Benzena tersubstitusi dengan alkil, sering disebut
arena, penamaan lain yang bergantung pada ukuran gugus
alkil. Jika gugus alkil memiliki enam atau kurang atom
karbon, senyawa arena dinamakan alkilbenzena. Jika gugus
alkil memiliki 6 atau lebih atom karbon, senyawa tersebut
dinamakan fenilalkana.Benzena disubstituen dinamai dengan
awalan orto (o-), meta (m-), atau para (p-). Orto adalah
benzena dengan dua substituen yang berada pada posisi
1,2; meta untuk posisi 1,3; para untuk posisi 1,4.
Tata nama orto, meta, para juga berguna ketika kita
mendiskusikan reaksi pada benzena. Sebagai contoh, kita
dapat menggambarkan reaksi bromin dan toluena dengan
mengatakan, “reaksi berlangsung pada posisi para”, atau
dengan kata lain atom brom berada pada posisi para
terhadap gugus metil pada cincin benzena.Benzena dengan
substituen lebih dari dua dinamai dengan menomori posisi
substituen sehingga masing-masing substituen dapat nomor
terkecil. Substituen ditulis berdasarkan abjad pada nama
senyawa.
Perhatikan pada contoh ketiga, toluena digunakan
sebagai nama induk daripada benzena. Beberapa senyawa
aromatik monosubstituen pada tabel 1 bisa digunakan
sebagai nama induk dengan tetap menempatkan substituen di
atom C nomor 1 pada cincin benzena.
2.17.3 SIFAT FISIK1. Benzena merupakan senyawa yang tidak berwarna.2. Benzena berwujud cair pada suhu ruang (270C).3. Titik didih benzena : 80,10C, Titik leleh benzena : -5,50C
4. Benzena tidak dapat larut air tetapi larut dalam pelarut nonpolar
5. Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar
2.17.4 SIFAT KIMIA1. Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar2. Benzena lebih mudah mengalami reaksi substitusi
daripadaadisi3. Halogenasi
Benzena dapat bereaksi dengan halogen dengan katalis besi(III) klorida membentuk halida benzena dan hydrogen klorida.
4. SulfonasiBenzena bereaksi dengan asam sulfat membentuk asam
benzenasulfonat, dan air.
5. NitrasiBenzena bereaksi dengan asam nitrat menghasilkan
nitrobenzena dan air.6. Alkilasi
Benzena bereaksi dengan alkil halida menmbentuk alkil benzena dan hidrogen klorida.
2.17.5 REAKSI
1. Halogenasi
Halogenasi merupakan reaksi substitusi atom H pada
benzena oleh golongan halogen seperti F, Cl, Br, I.
Pada reaksi ini atom H digantikan oleh atom dari
golongan halogen dengan bantuan katalis besi (III)
halida. Jika halogennya Cl2, maka katalis yang
digunakanhadalahhFeCl3.
2. Nitrasi
Nitrasi merupakan reaksi substitusi atom H pada
benzena oleh gugus nitro. Reaksi ini terjadi dengan
mereaksikan benzena dengan asam nitrat (HNO3) pekat
dengan bantuan H2SO4 sebagai katalis. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
3. Sulfonasi
Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada
benzena oleh gugus sulfonat. Reaksi ini terjadi apabila
benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat sebagai
pereaksi.
4. Alkilasi–FriedelhCraft
Alkilbenzena dapat terbentuk jika benzena direaksikan
dengan alkil halida dengan katalis alumunium klorida
(AlCl3)
1.2. TUJUAN :
1. Mengenal perbedaan golongan senyawa organik berdasarkan
gugus fungsinya
2. Membandingkan sifat fisik dan kimia dari golongan senyawa
organik yaitu hidrokarbon, alkohol, fenol asam karboksilat
dan senyawa aromatik.
3. Menguji reaksi gugus fungsi yang penting dalam bidang
kimia, biokimia dan fisiologi.