Sepsis Neonatorum

34
Tugas Keperawatan Maternitas Kelompok 7 Gina Apriana (1110321011) Irdha nasta Kurnia (1110322020) Chairani Surya UtamI (1110322056) Fitry Khairiyah (1110322060) Rizka Fajriani (1110322069) Yudia Eriza (1110323001) Vani Oktafira (1110323047) Hamidah erwinda (111033055 ) Arif budiman (1110322069) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 1

description

SEPSIS NEONATRUM

Transcript of Sepsis Neonatorum

Page 1: Sepsis Neonatorum

Tugas Keperawatan Maternitas

Kelompok 7

Gina Apriana (1110321011)

Irdha nasta Kurnia (1110322020)

Chairani Surya UtamI (1110322056)

Fitry Khairiyah (1110322060)

Rizka Fajriani (1110322069)

Yudia Eriza (1110323001)

Vani Oktafira (1110323047)

Hamidah erwinda (111033055 )

Arif budiman (1110322069)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2013

1

Page 2: Sepsis Neonatorum

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat, taufik,

dan hidayah-NYA kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Periode Kehamilan dan Masalah Kesehatan

Yang Menyertai” ini tepat waktu dan semoga makalah ini dapat memberikan

tambahan ilmu pengetahuan kepada kita nantinya.

Makalah yang berjudul “ Sepsis Neonatorum “ ini mengandung beberapa

pokok bahasan yang akan membahas tentang poin-poin penting dari landasan teori

mengenai proses kehamilan dan masalah asma pada kehamilan yang dilengkapi

dengan analisa kelompok dalam pembuatan asuhan keperawatan sesuai dengan

tinjauan teoritis.

Terima kasih kepada dosen pembimbing, teman-teman, dan juga orang tua

kami, atas dorongan yang telah diberikan kepada kami sehingga makalah ini dapat

terbentuk.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kami bersedia menerima kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak untuk perbaikan di kemudian hari.

Padang, oktober 2013

Penulis

2

Page 3: Sepsis Neonatorum

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ....................................................................................................Rumusan Masalah................................................................................................Tujuan .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

Definisi Sepsis Neonatorum................................................................................

Etiologi.................................................................................................................

Patofisiologi.........................................................................................................

Manifestasi klinik.................................................................................................

Pemeriksaan penunjang.......................................................................................

Penatalaksanaan...................................................................................................

Landasan teoritis Asuhan Keperawatan...............................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...............................................................................................

Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

3

Page 4: Sepsis Neonatorum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan meningkatnya taraf kesehatan Indonesia, dimana hal ini sangat

berpengaruh terhadap kualitas SDM anak Indonesia yang cerdas, sehat untuk

masa yang akan datang maka pemerintah bersama Dinas Kesehatan beserta

jajarannya berupaya sedini mungkin untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan

yang sangat banyak terjadi di masyarakat khususnya yang terjadi pada anak-anak.

Diantaranya tingkat mortalitas bayi setelah lahir dengan sepsis yang sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor. Sepsis neonatorum merupakan salah satu masalah

yang dapat menyebabkan kematian pada bayi dengan insiden sepsis neonatal

sangat rendah, antara 1-8 kasus per 1000 kelahiran hidup dengan Meningitis

sebanyak 20%-25%, mortalitas berkisar antara 20%-30%. Epidemiologi infeksi

neonatal dapat berubah-ubah seperti halnya bayi berat lahir rendah yang dapat

bertahan hidup untuk waktu yang lebih lama. Insiden infeksi berbanding terbalik

dengan umur kelahiran dan berat badan lahir mungkin mencapai 25%-40%

diantara bayi dengan berat badan 500-1000 gr saat lahir dan 12%-40% pada bayi

1000-1500gr. Infeksi nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<

1500gr ) rentan sekali menderita sepsis neonatal. Selain perubahan-perubahan

tersebut, spektrum etiologi bakteri dan mortalitas sepsis neonatal yang

berkembang. Pada tahun 1930, Steptococcus hemolitikus grup A merupakan

penyebab terbanyak infeksi neonatal dan dikendalikan dengan penisilin. Pada

tahun 1940 insiden infeksi gram negatif, khususnyan E.colli, meningkat dan pada

tahun 1950-an insiden staphilococcus penghasil penisilinase ( S.aureus )

meningkat. Sejalan dengan berkembangnya pemahaman kolonisasi pada

neonatus, praktik perawatan kulit dan tali pusat berkembang pula. Infeksi gram

negatif menonjol pada tahun 1960 dan tahun 1970 streptococcus hemolitikus

grup B yang menonjol. Pada tahun 1980-an infeksi nasokomial merupakan

masalah utama dalam bangsal perawatan intensif. Bersamaan dengan perubahan

organisme penyebab infeksi bisa terjadi menurunnya mortalitas, mungkin

sebagian mencerminkan besarnya organisme gram positif sebagai agen etiologi

4

Page 5: Sepsis Neonatorum

yang menonjol hingga sekarang mortalitasnya dilaporkan sebesar 11% - 20 %.

Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian dalam beberapa

jam, oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim kesehatan dalam

pemberian pelayanan keperawatan dan medis dalam penatalaksanaan sepsis

neonatorum, sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas bayi,

dan dapat mempertahankan generasi penerus yang sehat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

- Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi dengan sepsis neonatorum?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

- Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi dengan sepsis neonatorum

1.3.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui landasan teori dari sepsis neonatorum (pengertian,

etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,

prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan)

- Mengetahui WOC sepsis neonatorum

- Mengetahui Pengkajian pada bayi dengan sepsis neonatorum

- Mengetahui Diagnosa pada sepsis neonatorum

- Mengetahui Nanda, NIC dan NOC berdasarkan pengkajian pada sepsis

neonatorum

5

Page 6: Sepsis Neonatorum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan

gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit

sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga seringkali tidak

terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam

24 sampai 48jam.(perawatan bayi beresiko tinggi, penerbit buku

kedoktoran, jakarta : EGC).     

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi

selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu

antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). 

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan

gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit

sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau tanpa

pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam

waktu 24 sampai 48 hari. (Surasmi, 2003)

Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik

akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur,

dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir. (DEPKES 2007)

Sepsis neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari

pertama setelah kelahiran. (Mochtar, 2005)

Dari beberapa pengertian diatas, kami menyimpulkan bahwa sepsis

neunatorum adalah infeksi berat karena bakteri pada aliran darah bayi selama

empat minggu pertama kehidupan dan dapat menyebabkan kematian.

Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor,

antara lain: kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan

fagositosis dan leukosit imunitas masih rendah. Imunoglobulin yang kurang

efisien dan luka umbilikus yang belum sembuh. Bayi BBLR kondisinya lebih

berat, sehingga sepsis lebih sering ditemukan pada bayi BBLR. Selain itu infeksi

6

Page 7: Sepsis Neonatorum

sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit, karena kuman yang berasal

dari orang lain.

Meskipun kematian dari sepsis telah berkurang, kejadian tersebut belum.

Pembibitan epidemi tidak jarang terjadi, dan bayi berisiko tinggi memiliki

peluang empat kali lebih besar dari infeksi berkembang hampir dua kali lebih

besar pada bayi laki-laki seperti pada wanita dan juga membawa kematian lebih

tinggi untuk laki-laki. Faktor-faktor lain meningkatkan risiko infeksi adalah

prematuritas, kelainan kongenital atau cedera yang diperoleh yang mengganggu

kulit atau selaput lendir, prosedur invasif seperti penempatan IV garis dan ET

tabung, pemberian nutrisi parenteral total, dan paparan nosokomial ke sejumlah

patogen di NICU. Melalui mencuci tangan adalah yang paling penting infeksi

mengukur kendali tunggal di NICU. Tepat penanganan formula dan perlengkapan

seperti jarum suntik dan tabung gavage juga penting untuk mencegah infeksi.

Menyusui memiliki efek perlindungan terhadap infeksi dan harus

dipromosikan untuk semua bayi yang baru lahir. Ini adalah manfaat khusus bagi

neonatus berisiko tinggi. Coloctrum mengandung agglutinins yang efektif

terhadap bakteri gram negatif. Susu manusia mengandung sejumlah besar IgA dan

besi-binding protein yang memberikan suatu efek bakteriostatik pada Escherichia

coli. ASI juga mengandung makrofag dan limfosit yang mempromosikan reaksi

inflamasi lokal.

2.2 ETIOLOGI

Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:     

Ketuban pecah sebelum waktunya / ketuban pecah dini    

Perdarahan atau infeksi pada ibu.

Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang

bakteri, jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu, seperti

Streptococus group B (SGB), akteri enterik dari saluran kelamin ibu, Virus

herpes simplek, Enterovirus, E. Coli, Candida, dan stafilokokus.   

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi ada 3 :

1. faktor maternal (ibu)

sosial ekonomi

7

Page 8: Sepsis Neonatorum

etnis, kulit hitam dan putih

nutrisi selama kehamilan

umur

paritas

kurang perawatan saat prenatal

kondisi selama persalinan (KDO/KPSW).

2. Faktor Neonatal

BBLR 1500 gr (32 mgg kehamilan)/prematuritas

Bayi dengan defisiensi imun (imma turitas imunologik)

Perawatan di rumah sakit dengan penggunaan kateter vena sentral dan

arterial kemudian untuk untuk nutrisi panenteral total

Bayi kembar laki-laki insiden sepsis 4 kali lebih besar dibanding bayi

perempuan .

Paparan terhadap obat tertentu, seperti : steroid.

3. Faktor Lingkungan

Neonatus yang terpapar oleh kuman, penyebaran mikroorganisme yang

berasal dari potongan tali pusat, kulit dan nasofaring yang sering

ditempati oleh organisme

neonatus yang terpapar di ruang perawatan, berasal dari petugas dan

alat-alat medis.

  

     Faktor risiko untuk Sepsis Neonatal

Sumber Faktor ResikoIbu hamil Status ekonomi social yang rendah

Perawatan sebelum melahirkan yang burukGizi burukPenyalahgunaan zat

Persalinan Ketuban pecah dini pada janinIbu hamil demamKorioamnionitisPecah ketuban > 18 hrKelahiran prematurInfeksi saluran kemih pada ibu hamil

Bayi baru lahir Kembar atau beberapa kehamilanLaki-lakiLahir dengan asfiksia

8

Page 9: Sepsis Neonatorum

Bawaan kelainan kulit atau membran mukosaGalaktosemiaTidak adanya limpaBerat lahir rendah atau prematurkekurangan giziPerawatan dirumah sakit yang berkepanjangan

2.3 PATOFISIOLOGI

Patogenesis dapat terjadi pada antenatal, intranatal, dan pascanatal yaitu;

a. Antenatal

Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah

melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi

darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menebus plasenta,

antara lain: virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influeza, dan

parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain, malaria, sifilis dan

toksoplasma.

b. Intranatal

Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks

naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis,

selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat

persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan

masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius sehingga menyebabkan

infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati

jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.

c. Pascanatal

Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi

nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melalui alat-alat, penghisap

lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi

melalui luka umbillikus. 

Pohon Masalah

9

Page 10: Sepsis Neonatorum

Zat-zat patogen (bakteri,virus,jamur)

Rangsangan endo/eksotoksin

sistem imunologi

aktivasi magrofag sekresi berbagai Aktivasi komplemen&

sitokinin& mediator neutrofil

disfungsi&kerusakan endotel

aktivasi sistem koagulasi&trombosit

Gangguan perfusi ke berbagai jaringan

& disfungsi organ multiple

Berdasarkan waktu timbulnya dibagi menjadi 3 :

1. Early Onset (dini) : terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan

manifestasi klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala sistemik yang

berat, terutama mengenai system saluran pernafasan, progresif dan

akhirnya syok.

2. Late Onset (lambat) : timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis

sering disertai adanya kelainan system susunan saraf pusat.

3. Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa resiko

infeksi yang timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah sakit.

10

SEPSIS

Page 11: Sepsis Neonatorum

2.4 MANIFESTASI KLINIS

a. Umum : suhu tubuh tidak stabil (<360C atau >37,50C) hipotermi, tampak

tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema.

b. Saluran cerna(gastrointestinal) : distensi abdomen, anoreksia, muntah,

diare, hepatomegaly, intoleransi pemberian makan, perut kembung

c. Saluran napas : apnea(laju nafas < 30x/menit), dispnea, takipnea, laju

nafas > 60x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen metabolic

asidosis, napas cuping hidung, merintih, sianosis, bradikardi, mendengus

d. Sistem kardiovaskuler : penurunan curah jantung, penurunan perfusi,

pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi(tekanan darah <2

SD menurut usia bayi, tekanan darah sistolik <50mmHg (usia 1 hari),

tekanan darah sistolik<65mmHg (usia<1 bulan)), takikardi, bradikardia

(Laju nadi > 180x/menit atau < 100x/menit.), pengisian kembali

kapiler/capillary refill time > 3detik

e. Sistem saraf pusat : ketidakstabilan suhu, kelesuan, hypomania,

irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak

teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry

f. Hematologi atau integument : ikterus,splenomegali, pucat, petekie,

purpura, pendarahsan.

g. Intoleransi glukosa : hiperglikemia (plasma glukosa>10mmol/L atau

>170mg/dl) atau hipoglikemia (<2,5 mmol/L atau <45 mg/dl)

h. Intoleransi minum

(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)

Perawatan bayi risiko tinggi oleh Asrining Surasmi dkk cetakan ke-1

2003penerbit buku kedokteran EGC Jakarta.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu,

tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-

naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang,

jaundice, muntah, diare, dan perut kembung

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

11

Page 12: Sepsis Neonatorum

Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau

darah dari pusar

Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan

koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau

penonjolan pada ubun-ubun

Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya

pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena

Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan,

nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat

Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan

perut dan diare berdarah

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan

pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2).

Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal

fungsi dapat mendeteksi organisme.

DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan

peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.

Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat

menandakan adanya inflamasi.

Diagnosis

Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis

secara menyeluruh,termasuk biakan darah, pungsi lumbal, analisa dan kultur

urine serta foto dada.Diagnosis sepsis ditegakkan dengan ditemukannya kuman

pada biakan darah. Pada pemeriksaan darah ditemukan neutropenia dan

trombositopenia, adanya peningkatan CRP ( C. Reaktive Protein ) memperkuat

dugaan sepsis.

Evaluasi Diagnostik

Karena sepsis mudah bingung dengan gangguan neonatal lainnya,

diagnosis definitif estabilished oleh laboratorium dan pemeriksaan radiografi.

Isolasi organisme tertentu selalu berusaha melalui budaya darah, urin, dan CSF.

12

Page 13: Sepsis Neonatorum

Studi Bloof mungkin menunjukkan tanda-tanda anemia, leukositosis, atau

leukopenia. Leukopenia biasanya merupakan pertanda buruk karena hubungannya

sering dengan kematian yang tinggi. Sebuah jumlah peningkatan neutrofil imatur,

neutrofil total menurun atau meningkat, dan perubahan karakteristik morfologi

neutrofil juga menunjukkan suatu proses infeksi pada neonatus. Data diagnostik

lainnya yang membantu dalam penentuan sepsis neonatal termasuk C-reactive

protein dan interleukin, khususnya interleukin-6 (Volante, Moretti, Pisani, et al,

2004; Laborada, Rego, Jain, et al, 2003).

2.6 PROGNOSIS

Pada umumnya angka kematian sepsis neonatal berkisar antara 10–40%

dan pada meningitis 15–50%. Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari

waktu timbulnya penyakit penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya penyakit

dan tempat perawatannya. Gejala sisa neurologik yang jelas nampak adalah

hidrosefalus, retardasi mental, buta, tuli dan cara bicara yang tidak normal.

Kejadian gejala sisa ini adalah sekitar 30 – 50% pada bayi yang sembuh dari

meningitis neonatal. Gejala sisa ringan seperti gangguan penglihatan, kesukaran

belajar dan kelainan tingkah laku dapat pula terjadi.

2.7 KOMPLIKASI

Dehidrasi

Asidosis metabolic

Hipoglikemia

Anemia

Hiperbilirubinemia

Meningnitis

DIC.   

2.8 PENATALAKSANAAN

Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian

cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. Menurut Yu Victor Y.H dan

Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria

13

Page 14: Sepsis Neonatorum

efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah

diperoleh, tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding

kapiler dalam otak yang memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat

diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan

gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin

atau obat lain sesuai hasil tes resistensi

Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg

BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari dibagi 3

dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari

i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan

Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu

pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).

Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap,

urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan

feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal

(jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP

kuantitatif).

Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula

darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,

pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka

antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong

infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari

diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari

i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi

khusus).

Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama

pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian

antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi,

terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis,

14

Page 15: Sepsis Neonatorum

terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi

kejang, transfusi tukar

PENCEGAHAN

a. Pada masa antenatal

Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,

imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan

gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat

menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang

memadai bila diperlukan.

b. Pada saat persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya

dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik.

Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila

benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama

proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan

menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.

c. Sesudah persalinan

Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi

normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan

tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka

umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir

dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum

dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti disertai

pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang

menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit

menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin

melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono, 2004)

15

Page 16: Sepsis Neonatorum

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : Diisi sesuai nama pasien

Umur : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari Infeksi

nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan sekali

menderita sepsis neonatal.

Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak higienis

2. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama

Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau

menghisap, lemah

Riwayat Penyakit Sekarang

Keadaan umum: bayi kelihatan lemah, tampak tidak sehat, malas

minum, hilangnya reflek rooting, hipertermi, nafsu makan buruk dan disertai

dengan tanda-tanda kesulitan pernafasan, hepatomegali, ikterus dan distress

janin.

Riwayat Penyakit Dahulu

Sejak lahir bayi sudah kelihatan lemah.Pada saat dilahirkan ia tidak

menangis, pada saat mengandung ibunya pernah menderita flu yang berat dan

demam yang tinggi. Bayi lahir dalm keadaan prematur dan BB yang kurang

dibantu oleh seorang Bidan.

Riwayat Penyakit Keluarga

Status Sosio-Ekonomi

Keluarga ini termasuk berkecukupan, tinggal ditempat yang cukup

memadai dan kondisi lingkungan rumah yang cukup higienis.

3. Riwayat Tumbuh Kembang

1. Riwayat prenatal        

Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi

tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat

16

Page 17: Sepsis Neonatorum

yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan /

komplikasi. 

2. Riwayat neonatal 

Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau

beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada

penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom

crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi

pasca natal dan lain-lain.

4. Riwayat Imunisasi           

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

- Ubun-ubun : ubun-ubun kelihatan membonjol

- Mata : anemis,ikterus

- Hidung : nafas cuping hidung

- Mulut : mukosa bibir kering dan sianosis

- Muka : terlihat pucat

b. Leher

Tidak ada kelainan

c. Dada

Retraksi otot dada (+)

d. Abdomen

- Distensi abdomen

- Saluran cerna: anoreksia, muntah, hepatomegali

e. Ekstremitas

Pada ujung-ujung jari terasa dingin, sianosis

f. Hematologi

Ikterus

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Hipertermi b.d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dihidrasi,

peningkatan metabolism     

2. resiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia

17

Page 18: Sepsis Neonatorum

3. resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan kebocoran cairan

kedalam intersisial       

4. resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan terganggunya

pengiriman oksigen kedalam jaringan,    

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi  

6. resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun    

N

O

NANDA NOC NIC

1 Hipertermi b.d

efek endotoksin,

perubahan regulasi

temperatur,

dihidrasi,

peningkatan

metabolism

termoregulasi.

termoregulasi :

neonates

Kriteria Hasil:

suhu tubuh dalam

batas normal

tidak ada distress

pernapasan

tidak ada latergi

tidak ada perubahan

warna kulit

Kriteria Hasil:

Menunjukkan jalan

nafas paten

Tanda-tanda vital

dalam rentang

normal

pengobatan demam

aktivitas:

- Pantau suhu berkali-kali

jika diperlukan

- Pantau kehilangan cairan

yang tidak sadar

- Adakan pemantauan suhu

secara berkelanjutan, jika

diperlukan

- Pantau warna kulit dan

suhu

- Pantau tekanan darah, nadi

dan pernafasan, jika

diperlukan

- Pantau untuk penurunan

tingkat kesadaran

- Pantau adanya

abnormalitas elektrolit

- Pantau adanay irama

jantung

- Atur pengobatan dengan

18

Page 19: Sepsis Neonatorum

anti piretik, jika

diperlukan

- Tutup pasien dengan

selimut, jika hanya

diperlukan

pencegahan

hipertermi malignan

manajemen cairan

Monitor tanda-tanda

vital

-

2

- Gangguan

pola nafas

b.d apnea

- Status respirasi:

ventilasi

- Status respirasi:

kepatenan jalan

nafas

- Status tanda-

tanda vital

- Menunjukkan

jalan nafas

paten

- Tanda-tanda

vital dalam

rentang normal

Airway management

- Buka jalan nafas,

gunakan chin lift atau

jaw thrust jikaperlu

- Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

- Auskultasi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

- Keluarkan secret

dengan batuk atau

suction

- Monitor respirasi dan

status O2

- Rasional: agar status

respirasi terpantau

dalam batas normal

19

Page 20: Sepsis Neonatorum

dan

- mencegah distress

pernapasan

Vital sign monitoring

- Monitor TD, nadi,

suhu dan RR

- Monitor kualitas nadi

- Monitor frekuensi

dan irama pernapasan

- Monitor suhu, warna

dan kelembababn

kulit

-

3 Ketidakseimbanga

n nutrisi kurang

dari kebuituhan

tubuh

Status nutrisi

Status nutrisi :

masukan makanan

dan cairan

Status nutrisi :

masukan gizi

Kontrol berat badan

Kriteria hasil:

- Adanya

peningkatan berat

badan sesuai tujuan

- Berat badan ideal

sesuai dengan tinggi

badan

- Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-

tanda malnutrisi

Manajemen nutrisi

-Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah

kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

-Monitor jumlah nutrisi dan

kandungan kalori

-Anjurkan pasein atau

keluarganya untuk

meningkatkan protein dan

vitamin C

- Kaji adanya alergi

- Monitor dan catat respon

terhadap pemberian

makan, nafsu makan

Klien

-Monitor mual dan muntah

Rasional : mencegah

20

Page 21: Sepsis Neonatorum

atau berkurang kekurangan volume cairan

-Monitor pucat, kemerahan

dan kekeringan jaringan

konjungtiva

BAB IV

21

Page 22: Sepsis Neonatorum

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Sepsis neunatorum adalah infeksi berat karena bakteri pada aliran darah

bayi selama empat minggu pertama kehidupan dan dapat menyebabkan kematian.

Sepsis neonatorum ini disebbakan oleh infeksi bakteri. Sehingga menyebabkan

gangguan pada suhu bayi, pada system pencernaan, kardiovaskuler, paru dan juga

system saraf pusat. Bila tidak dilakukan penatalaksanaan yang baik maka dapat

menimbulkan beberapa komplikasi seperti Dehidrasi, Asidosis metabolic,

Hipoglikemia, Anemia, Hiperbilirubinemia, Meningnitis dan DIC.   Sehingga

dapat menimbulkan beberapa masalah keperawatan seperti gangguan pola napasa,

hipertermi/ pihotermi, gangguan volume cairan, gangguan nutrisi, gangguan

perfusi jaringan. Dengan ini sebagai perawat dapat melakukan implementasi

keperawatan berdasarkan NIC, NOC dan NANDA.

4.2 SARAN

Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep

teori beserta asuhan keperawatan pada bayi dengan sepsis neonatorum, agar

dilapangan dapat melakukan asuhan keperawatan dengan profesional, sehingga

secara tidak langsung dapat mengurangi mortalitas pada bayi sehingga mampu

mempertahankan generasi yang sehat

22