Sepsis Neonatorum

32
Sepsis Neonatorum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir. Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report : reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi baru lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor resiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan merupakan

description

sepsis

Transcript of Sepsis Neonatorum

Page 1: Sepsis Neonatorum

Sepsis Neonatorum

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam

perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi

baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama ditemukan pada

negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas

tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.

Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report :

reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi baru

lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus neonatorum,

sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi

ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor resiko infeksi pada masa

perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.

Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan

dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.

Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga

sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat

meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum

masih cukup dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal

ini karena neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap

infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi, 2003)

B.     Rumsan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan sepsis neonatorum?

2.      Apa klasifikasi dari sepsis neonatorum?

3.      Apa penyebab terjadinya sepsis neonatorum?

4.      Bagaimana patofisiologi sepsis neonatorum?

5.      Apa manifestasi klinis dari sepsis neonatorum?

Page 2: Sepsis Neonatorum

6.      Apa komplikasi pada sepsis neonatorum?

7.      Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap pasien sepsis

neonatorum?

8.      Apa saja tindakan dan pencegahan yang harus dilakukan dari sepsis

neonatorum?

9.      Apa prognosis dari sepsis neonatorum?

10.  Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien sepsis neonatorum?

C.    Tujuan Penulisan

Setelah mendapatkan bahan pembelajaraan asuhan keperawatan pada

anak sepsis neonatorum, mahasiswa dapat :

1.      Mengetahui definisi sepsis neonatorum.

2.      Mengetahui klasifikasi dari sepsis neonatorum.

3.      Mengetahui etiologi sepsis neonatorum.

4.      Memahami patofisiologi sepsis neonatorum.

5.      Mengetahui manifestasi klinis dari sepsis neonatorum.

6.      Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi terhadap pasien sepsis

neonatorum.

7.      Memahami pemeriksaan penunjang sepsis neonatorum.

8.      Mengetahui tata cara pelaksanaan dan pencegahan yang dilakukan

terhadap pasien sepsis neonatorum.

9.      Mengetahui prognosis dari sepsis neonatorum.

10.  Memahami dan mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien

sepsis neonatorum.

Page 3: Sepsis Neonatorum

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Konsep Dasar Penyakit Sepsis Neonatorum

1.      Definisi

Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala

infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, 1999)

Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita

neonatus dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah.

Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga

sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat

meninggal dalam 24 sampai 48 jam. (Surasmi, 2003)

Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis

neonatorum atau sepsis pada neonatus yang perlu diketahui (Maryunani,

2009), yaitu:

1.      Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan

dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.

2.      Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui

darah dan jaringan lain

3.      Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi

sistemik dan diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan.

(WHO, 1996)

4.      Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS

(Systeic Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok

septic, disfungsi multiorgan dan akhirnya kematian.

Page 4: Sepsis Neonatorum

2.      Klasifikasi

Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi

dua bentuk (Maryunani, 2009) yaitu:

a.       Sepsis dini/Sepsis awitan dini

Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah

lahir (kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran

atau in utero

b.      Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL)

Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari

lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial)

3.      Etiologi

Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti

bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu

disebabkan oleh bakteri seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp,

Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B streptococcus, Listeria

sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2009)

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya sepsis pada neonatus adalah:

a.       Perdarahan

b.      Demam yang terjadi pada ibu

c.       Infeksi pada uterus dan plasenta

d.      Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)

e.       Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum

melahirkan)

f.       Proses kelahiran yang lama dan sulit

4.      Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh

bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan

Page 5: Sepsis Neonatorum

oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis

yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah

penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated

intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus

melalui beberapa cara (Surasmi, 2003), yaitu :

a.      Pada masa antenatal  atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman

dari ibu setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi

melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang

dapat menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo,

koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini,

antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.

b.      Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan

terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai

korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya

kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat

persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi

dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian

menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut

diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi  atau port de entre

lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi  oleh kuman

(misalnya herpes genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).

c.       Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi

sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari

lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat: penghisap lendir, selang

endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat

atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya

infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.

Page 6: Sepsis Neonatorum

Pathway:

Penyakit infeksi yang diderita ibu

Bakteri dan virus

Masuk ke neonatus

Masa antenatal

Masa intranatal

Pascanatal

Kuman dan virus dari ibu

Kuman di vagina dan servik

Infeksi nosokomil dari luar rahim

Melewati plasenta dan umbilikus

Naik mencapai kiroin dan amnion

Masuk ke sirkulasi darah janin

Masuk ke dalam tubuh bayi

Melalui suction, selang indotrakeal, selang NGT/OGT, botol minuman atau dot

Amnionitis dan korionitis

Page 7: Sepsis Neonatorum

Kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh janin

Sepsis

Aanoreksia, muntah, diare, menyusui buruk

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Infeksi

Peningkatan leukosit

Ketidak efektifan jalan nafas

Pola napas terganggu

Dispneu, apneu, takipneu,tarikan otot pernapasan

Hipertermi

Kekurangan volume cairan

Ketidakefetifan perfusi jaringan perifer

 

Page 8: Sepsis Neonatorum

                           

5.      Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak

spesifik serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah

tanda dan gejala yang dapat ditemukan dapa neonatus yang menderita

sepsis.

a.       Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan

pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak

Page 9: Sepsis Neonatorum

merintih, retraksi dada yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun

inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu.

Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan

infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan

bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan

granulosit dari protaglandin dan leukotrien.

b.      Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari

telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam

manifestasi umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis

yang berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah

mengalami infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak

menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-

ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga.

Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi

gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.

c.       Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon

tubuh bayi dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme

bakteri atau dari ketidakstabilan sistem saraf simpatik.

d.      Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan

psikologis bayi yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu

tubuhnya, serta nanah yang keluar dari telinga

e.       Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak

terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi

terjadi dimulai dari infeksi luka umbilikus.

Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat

disimpulkan bahwa tanda dan gejala pada bayi yang mengalami sepsis

neonatorum saling berhubungan baik dari perjalanan infeksi, proses

metabolik, dan tanda neurologi bahkan psikologinya saling berhubungan.

6.      Komplikasi

a.       Hipoglikemia, hiperglikemia,  asidosis metabolik, dan jaundice

Page 10: Sepsis Neonatorum

Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi

mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis metabolik

disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu

ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya

untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam

menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh  yang disebabkan oleh

organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat

sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.

b.      Dehidrasi

Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau

menyusu, dan terjadinya hipertermia..

c.       Hiperbilirubinemia dan anemia

Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada

jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini

merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel

darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel darah

merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi

yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh

tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak

mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai

hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi.

d.      Meningitis

 Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah.

e.       Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)

Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang mengeluarkan

endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis. Inilah

yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel

yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada

mikrovaskular.

7.      Pemeriksaan Penunjang

Page 11: Sepsis Neonatorum

Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi

diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran

pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau

infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau mungkin menunjukkan

broncograms udara dibedakan dari yang terlihat dengan sindrom gangguan

pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat

diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau

necrotizing enterocolitis (McMillan, 2006)

Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan

diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk

menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah

tepi, umumnya ditemuksan anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan

trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara

klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah,

cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari

konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan

darah memberi kepastian  adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan

memberikan hasil positif dengan kuman yang sama. Bahan biakan darah

sebaiknya diambil sebelum bayi diberi  terapi antibiotika. Pemeriksaan lain

yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang

merupakan pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul

pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003)

8.      Penatalaksanaan

a.       Perawatan suportif

Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh

normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki

hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan

suportif neonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:

Page 12: Sepsis Neonatorum

1)      Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap

normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau

secara teratur.

2)      Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang

jelek, maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit.

Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit

berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil

besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya

ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi

dapat memiliki feed oral.

3)      Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres

pernapasan atau sianosis

4)      Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak

memadai

5)      Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan

perdarahan

6)      Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki

perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.

7)      Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,

aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan

perawatan ahli

b.      Terapi pengobatan

Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan

metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian

cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian

antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan

mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental.

Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol,

eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes

resistensi. (Sangayu, 2012)

Page 13: Sepsis Neonatorum

9.      Pencegahan

Sepsis neonatorum adalah penyebab kematian utama pada

neonatus.tanpa pengobatan yang memadai, gangguan ion dapat

menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu, tindakan

pencegahan mempunyai arti penting  karena dapat mencegah terjadinya

kesakitan dan kematian (Surasmi, 2003)

Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :

a.       Pada masa antenatal. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan

kesehatan ibu secara bekala,imunisasi, pengobatan terhadap penyakit

infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang memadai, penanganan segera

terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dang jani, rujukan

segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.

b.      Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara

aseptik, dalam arti persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi.

Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkindilakukan ( bila

benar-benar diperlukan ). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik

selama proses persalinan,melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan,

dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.

c.       Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat

gabung bila bayi normal,penberiab ASI secepatnya,mengupayakan

lingkungan dan peralatan tetap persih, setiap bayi menggunakan peralatan

sendiri. Perawatan luka umbilikus  secara steril. Tindakan infasif harus

dilakukan dengan prinsip – prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput

lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan

sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi

secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik.

Semua personel yang menangani atau bertugas dikar bayi harus sehat. Bayi

yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara

rasional, sedapat mungkin memalui pemantauan mikrobiologi dan tes

resistensi. 

10.  Prognosis

Page 14: Sepsis Neonatorum

Pada umumnya ngka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara

10%  - 40 % dan pada meningitis 15% - 50%. Angka tersebut berbeda-beda

tergantung dari waktu timbulnya penyakit penyebabnya, cara dan waktu

awitan penyakit,  derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit

lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan.

B.     Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang

perlu dikaji adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

riwayat perawatan antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus

lama atau sangat cepat (partus presipitatus). Riwayat persalinan di kamar

bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau tidaknya riwayat penyakit

menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll). Apakah selama

kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis.

Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji

tatus sosial ekonomi keluarga.

   Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi

(khususnya setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks

mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang, pucat, berat badan berkurang

melebihi penurunan berat badan secara fisiologis, hipertermi/hipotermi,

tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan adalah

hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab

dan dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi,

sianosis. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen

atau diare.

2.      Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a.       Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea

b.      Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

c.       Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi

Page 15: Sepsis Neonatorum

d.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam

e.       Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi

f.       Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap

makanan/minuman

3.      Rencana Asuhan Keperawatan

a.       Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea

Kriteria hasil:

-          Tidak ada sianosis  dan disipnea, mendemonstrasikan batuk efaktif dan suara nafas yang bersih

-          Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa tercekik,tidak ada suara nafas

abnormal)

-          Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL

1. Posisikan pasien semi powler Posisi semi powler dapat

memaksimalkan ventilasi

2.. Auskultasi suara napas, catat

adanya suara napas tambahan Suara napas tambahan dapat

menjadi sebagai tanda jalan

napas yang tidak adekuat

3. Monitor respirasi dan status

O2,TTV

Pada sepsis terjadinya

gangguan respirasi dan

status O2 sering ditemukan

yang menyebabkan TTV tidak

dalam rentan normal

4. Berikan pelembab udara kasa

basah Nacl lembab

Mengurangi jumlah lokasi

yang dapat menjadi tempat

masuk organisme

5. Ajarkan batuk Untuk mengeluarkan sekret

Page 16: Sepsis Neonatorum

efektif,suction,pustural drainage pada saluran napas untuk

menciptakan jalan napas

yang paten

b.      Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Kriteria hasil:

-          Suhu dalam batas normal

-          Perkembangan status klien membaik selama masa terapi

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan isolasi atau pantau

pengunjung sesuai indikasi

Isolasi/pembatasan

pengunjung dibutuhkan untuk

melindungi pasien

imunosupresi dan

mengurangi risiki

kemungkinan infeksi

2. Cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan aktivitas

walaupun menggunakan sarung

tangan steril

Menugrangi kontaminasi

silang

3. Dorong sering menggati posisi,

napas dalam/batuk

Bersihan paru yang baik

mencegah pneumonia

4.    Batasi penggunaan alat/prosedur

invasif jika memungkinkan

Mengurangi jumlah lokasi

yang dapat menjadi tempat

masuk organisme

5.    Lakukan inspeksi terhadap luka/

sisi alat invasif setiap hari

Mencatat tanda-tanda

inflamasi atau infeksi lokal,

perubahan pada karakter

Page 17: Sepsis Neonatorum

drainase luka atau sputum

dan urine. Mencegah infeksi

yang berkelanjutan

6.    Gunakan teknik steril setiap

waktu pada saat penggantian

balutan ataupun suction atau

pemberian perawatan

Mencegah masuknya bakteri,

mengurangi risiko infeksi

nasokomial

7.    Pantau kecenderungan suhu, jika

demam berikan kompres hangat.

Demam (38,5oC - 40 oC)

disebabkan oleh efek-efek

dari endotoksin pada

hipotalamus dan endorfin

yang melepaskan pirogen.

Hipotermia (<36 oC) adalah

tanda-tanda genting yang

menunjukkan status syok

atau penurunan perfusi

jaringan

8.    Amati adanya menggigil dan

diaforesis

Menggigil seringkali

mendahului memuncaknya

suhu pada adanya infeksi

9.    Memantau tanda-tanda

penyimpangan kondisi atau

kegagalan untuk membaik

selama masa terapi

Dapat menunjukkan

ketidaktepatan atau

ketiakadekuatan terapi

antibiotik atau perumbuhan

berlebih ari organisme

resisten

Page 18: Sepsis Neonatorum

10.     Inspeksi rongga mulut terhadap

plak putih atau sariawan, selidiki

juga adanya rasa gatal atau

peradangan vaginal/perineal

Depresi sistem imun dan

penggunaan dari antibiotik

dapat meningkatkan risiko

infeksi sekunder.

11.     Kolaborasi dalam pemberian

obat antibiotik. Perhatikan

dampak pemberian obat

Terapi pengobatan sangat

membantu penyembuan

dalam masa terapi perawatan

c.       Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi

Kriteria hasil:

-          Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

-          Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit,

frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua

jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang

signifikan akan mempengaruhi proses

regulasi ataupun metabolisme dalam

tubuh.

2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk

menyebabkan kejang yang akan

semakin memperburuk kondisi pasien

serta dapat menyebabkan pasien

kehilangan banyak cairan secara

evaporasi yang tidak diketahui

jumlahnya dan dapat menyebabkan

pasien masuk ke dalam kondisi

Page 19: Sepsis Neonatorum

dehidrasi.

3. Berikan kompres denga air hangat pada

aksila, leher dan lipatan paha, hindari

penggunaan alcohol untuk kompres.

Kompres pada aksila, leher dan lipatan

paha terdapat pembuluh-pembuluh

dasar besar yang akan membantu

menurunkan demam. Penggunaan

alcohol tidak dilakukan karena akan

menyebabkan penurunan dan

peningkatan panas secara drastis.

Kolaborasi:

4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan

jika panas tidak turun.

Pemberian antipiretik juga diperlukan

untuk menurunkan panas dengan

segera.

d.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam

Kriteria hasil:

-          Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

-          Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit,

frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

-          Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua

jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang

signifikan akan mempengaruhi proses

regulasi ataupun metabolisme dalam

tubuh.

2. Observasi adanya hipertermi, kejang dan

dehidrasi.

Hipertermi sangat potensial untuk

menyebabkan kejang yang akan

semakin memperburuk kondisi pasien

serta dapat menyebabkan pasien

kehilangan banyak cairan secara

evaporasi yang tidak diketahui

Page 20: Sepsis Neonatorum

jumlahnya dan dapat menyebabkan

pasien masuk ke dalam kondisi

dehidrasi.

3. Berikan kompres hangat jika terjadi

hipertermi, dan pertimbangkan untuk

langkah kolaborasi dengan memberikan

antipiretik.

Kompres air hangat lebih cocok

digunakan pada anak dibawah usia 1

tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak

terjadi hipotermi secara tiba-tiba.

Hipertermi yang terlalu lama tidak

baik untuk tubuh bayi oleh karena itu

pemberian antipiretik diperlukan untuk

segera menurunkan panas, misal

dengan asetaminofen.

4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan

jumlah pemberian yang telah ditentukan

Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal

diperlukan untuk mencegah bayi dari

kondisi lapar dan haus yang berlebih.

e.       Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi

Kriteria hasil:

-          Saturasi oksigen >90 %

-          Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan

-          Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi jaringan

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL

1. Pertahankan tirah baring Menurunkan beban kerja

mikard dan konsumsi oksigen

2. Pantau perubahan pada tekanan

darah

Hipotensi akan berkembang

bersamaan dengan

mikroorganisme menyerang

aliran darah

Page 21: Sepsis Neonatorum

3. Pantau frekuensi dan irama

jantung, perhatikan disritmia

Disritmia jantung dapat

terjadi sebagai akibat dari

hipoksia

4.    Kaji ferkuensi nafas, kedalaman,

dan kualitas

Peningkatan pernapasan

terjadi sebagai respon

terhadap efek-efek langsung

endotoksin pada pusat

pernapasan didalam otak

5.    Catat haluaran urine setiap jam

dan berat jenisnya

Penurunan urine

mengindikasikan penurunan

perfungsi ginjal

6.    Kaji perubahan warna kulit, suhu,

kelembapan

Mengetahui status syok yang

berlanjut

f.       Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap

makanan/minuman

Kriteria hasil:

-          Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

-          Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

-          Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

-          Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi dan Rasional:

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor adanya penurunan berat

badan

Anoreksia ataupun intoleran

terhadap makanan atau

Page 22: Sepsis Neonatorum

minuman dapat

menyebabkan terjadinya

penurunan berat badan

2. Identifikasi makanan kesukaan  Meningkatkan selera klien

terhadap makanan atau

minuman

3. Anjurkan untuk melakukan oral

hygene sebelum makan

Menurunkan rasa mual

terhadap makanan

4. Monitor intake cairan dan

nutrisi

Kekurangan cairan dapat

menyebabkan dehidrasi dan

hiper termi. Kekurangan

nutrisi dapat menyebabkan

terjadinya penurunan berat

badan

5.      Anjurkan klien untuk

mengkonsumsi makanan yang

berprotein dan vitamin C

Protein dan vitamin C

berperan penting dalam

penyembuhan yang berkaitan

dengan infeksi

6.      Yakinkan diet yang dimakan juga

mengandung tinggi serat

Kekurangan serat dapat

menyebabkan konstipasi

7.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kaloriyang

dibutuhkan pasien

Mengidentifikasi masalah

nutrisi dalam terapi

perawatannya

Page 23: Sepsis Neonatorum

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sepsis neonatorum adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan

gejala-gejala infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistematik dan

terdapat bakteri dalam darah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik.

Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga

sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat

meninggal dalam 24 sampai 48 jam.

B.     Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca

agar dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah

penulis susun untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya dan umumnya

untuk lebih dalam asuhan keperawatan dalam kasus sepsis neonatorum.

Page 24: Sepsis Neonatorum

DAFTAR PUSTAKA

Darsana, Wayan. Laporan Pendahuluan Sepsis Neonatorum. 18 September 2010.

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta

Indri. Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum. 11 Mei 2009.

NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media

ihardy:Yogyakarta

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus.

Penerbit Buku Kesehatan: Jakarta

McMillan, Julia A. 2006. Oski’s Pediatrics Principles & Practice. Lippincott

Williams & Wilkins: USA

Udara, Sangayu. Sepsis Neonatorum. 16 Mei 2012.

Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta