PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

32
PRESENTASI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.S. DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS SEPSIS NEONATORUM di RUANG PERINATOLOGI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO DISUSUN: ANGGUN RISANTI 20050320052

Transcript of PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Page 1: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

PRESENTASI KASUSASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.S. DENGAN BERAT BAYI

LAHIR RENDAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS SEPSIS NEONATORUM di RUANG PERINATOLOGI

RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

DISUSUN:ANGGUN RISANTI

20050320052

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2009

Page 2: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

BAB ITINJAUAN LITERATUR

BERAT BAYI LAHIR RENDAHA. DEFINISI

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (3).

B. EPIDEMIOLOGIPrevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (2,3).

C. ETIOLOGIPenyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (3). 1. Faktor ibu

a. PenyakitSeperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain

b. Komplikasi pada kehamilan.Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

c. Usia Ibu dan paritasAngka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia

d. Faktor kebiasaan ibuFaktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.

Page 3: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

2. Faktor JaninPrematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.

3. Faktor LingkunganYang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (4,7).

D. PATOFISIOLOGIPernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa

kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik.

Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)

Page 4: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 )2. Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas,

tonus otot dan reflek)3. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi 4. Pengkajian spesifik 5. Pemeriksaan fungsi paru 6. Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler (Pediatric.com)

F. DIAGNOSISMenegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (8).1. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR (3):

2. Umur ibu Riwayat hari pertama haid terakir Riwayat persalinan sebelumnya Paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan selama hamil Aktivitas Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil

3. Pemeriksaan FisikYang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain (3):

Berat badan Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3): Pemeriksaan skor ballard Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa

kadar elektrolit dan analisa gas darah. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan

umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

G. KOMPLIKASI1,2

Page 5: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain (8): Hipotermia Hipoglikemia Gangguan cairan dan elektrolit Hiperbilirubinemia Sindroma gawat nafas Paten duktus arteriosus Infeksi Perdarahan intraventrikuler Apnea of Prematurity Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (3,8):

Gangguan perkembangan Gangguan pertumbuhan Gangguan penglihatan (Retinopati) Gangguan pendengaran Penyakit paru kronis Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

H. PENATALAKSANAAN# MedikamentosaPemberian vitamin K1 (3):

Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,

umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)# Diatetik Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama (6):

Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut (3):

a. Berat lahir 1750 – 2500 gram1. Bayi Sehat

Page 6: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.

Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

2. Bayi SakitApabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena: Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi

stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : Berikan cairan IV dan ASI menurut umur Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila

bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram1. Bayi Sehat

Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

2. Bayi Sakit Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah

cairan IV secara perlahan. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi

telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

Page 7: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram1. Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.2.Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah

cairan intravena secara perlahan. Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.d. Berat lahir (tidak tergantung kondisi)

Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi

pemberian cairan intravena secara perlahan. Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung. # Suportif

Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3): Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh

bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin Ukur suhu tubuh dengan berkala Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah : Jaga dan pantau patensi jalan nafas Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

Page 8: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan

ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

I. PEMANTAUAN/MONITORINGPemantauan saat dirawata. Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b. Tumbuh kembang Pantau berat badan bayi secara periodic Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%

untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>

Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

# Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari# Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari# Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari# Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

Pemantauan setelah pulangDiperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut (3,4):

Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan. Hitung umur koreksi Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST) Awasi adanya kelainan bawaan

J. PENCEGAHANPada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan (3):

Page 9: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

SEPSIS NEONATORUMA. DEFINISI

Neonatal sepsis merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus. 3

B. ETIOLOGI9

Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :

Perdarahan Demam yang terjadi pada ibu Infeksi pada uterus atau plasenta Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan) Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum

melahirkan) Proses kelahiran yang lama dan sulit

C. GEJALA KLINIS10

Suhu tubuh tidak stabil (< 36 0C atau > 37,5 0C)1. Laju nadi > 180 x/menit atau < 100 x/menit

2. Laju nafas > 60 x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen,apnea atau laju nafas           < 30x/menit

3. Letargi4. Intoleransi glukosa : hiperglikemia (plasma glukosa >10 mmol/L atau >170

mg/dl) atau hipoglikemia (< 2,5 mmol/L atau < 45 mg/dl)

Page 10: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

5. Intoleransi minum6. Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi7. Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (usia 1 hari)8. Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (usia < 1 bulan)9. Pengisian kembali kapiler/capillary refill time > 3 detik

D. PATOFISIOLOGI10

Berdasarkan waktu timbulnya dibagi menjadi 3 :1. Early Onset (dini) : terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan manifestasi

klinis yang timbulnya mendadak, dengan gejala sistemik yang berat, terutama mengenai system saluran pernafasan, progresif dan akhirnya syok.

2. Late Onset (lambat) : timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis sering disertai adanya kelainan system susunan saraf pusat.

3. Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa resiko infeksi yang timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah sakit.

Mekanisme terjadinya sepsis neonatorum :1. Antenatal : paparan terhadap mikroorganisme dari ibu (Infeksi ascending

melalui cairan amnion, adanya paparan terhadap mikroorganisme dari traktur urogenitalis ibu atau melalui penularan transplasental).

2. Selama persalinan : trauma kulit dan pembuluh darah selama persalinan, atau tindakan obstetri yang invasif.

3. Postnatal: adanya paparan yang meningkat postnatal (mikroorganisme dari satu bayi ke bayi yang lain, ruangan yang terlalu penuh dan jumlah perawat yang kurang), adanya portal kolonisasi dan invasi kuman melalui umbilicus, permukaan mukosa, mata, kulit.

E. DIAGNOSIS10

Bila ditemukan dua atau lebih keadaan : laju napas > 60 x/menit atau < 30 x/menit atau apnea dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi oksigen, suhu tubuh tidak stabil (< 360C atau > 37,50C), waktu pengisian kapiler > 3 detik, hitung leukosit < 4.000 x 109/L atau > 34.000 x 109/L. Terduga/Suspek SepsisAdanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai gejala klinis infeksi.   Terbukti/Proven SepsisAdanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai bakteremia/kultur darah positif.   Laboratorium

Leukositosis (> 34.000 x 109/L) Leukopenia (< 4.000 x 109/L) Netrofil muda > 10% Perbandingan netrofil immatur (stab) dibanding total (stab+segmen)

atau I/T ratio > 0,2 Trombositopenia < 100.000 x 109/L) CRP > 10 mg/dl atau 2 SD dari normal

Page 11: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG3

1. Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai perubahan akibat infeksi, adanya leukositosis atau leukopeni, netropeni, peningkatan rasio netrofil imatur/total (I/T) lebih 0,2

2. Peningkatan protein fase akut (C-reactive protein), peningkatan Ig M3. Ditemukan kuman pada pemeriksaan kultur, pengecatan gram dari darah, urin,

dan LCS serta dilakukan uji kepekaan kuman4. Analisa gas darah ditemukan hipoksia, asidosis metabolik, asidosis laktat5. Pemeriksaan LCS ditemukan peningkatan jumalh leukosit terutama PMN,

jumlah leukosit 20/ml (umur kurang dari 7 hari) dan 10/ml (umur lebih 7 hari), meningkatnya kadar protein, penurunan kadar glukosa serta pengecatan gram ditemukan kuman. Gambaran ini sesuai dengan meningitis yang sering terjadi pada sepsis

6. Gangguan metabolik: hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik7. Peningkatan kadar bilirubin8. Pemeriksaan Radiologis

Pada foto dapat ditemukan: Pneumonia kongenital dan infeksi intrauterine ditemukan gambaran

konsolidasi bilateral atau efusi pleura Pneumonia dan infeksi intra partum infiltrasi dan destruksi jaringan

bronkopulmoner, atelektasis segmental atau lobaris, gambaran retikulogranuler difus (seperti penyakit membran hialin), efusi pleura

Pneumonia dan infeksi postnatal gambarannya sesuai dengan pola kuman tempat dimana bayi di rawat

Pada pencitraan (CT scan) dapat ditemukan obstruksi aliran LCS, infark, atau abses. Pada USG dapat ditemukan ventrikulitis

G. PENATALAKSANAAN10

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v  (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

Page 12: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.

6. Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar.

H. PENCEGAHAN9

Pada masa Antenatal –> Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

Pada masa Persalinan –> Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

Pada masa pasca Persalinan –> Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

I. PROGNOSIS9

25% bayi meninggal walaupun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

2. United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update : Nov 2007 [diakses tanggal 22 Desember 2009].

3. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Available from : http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2003 [diakses tanggal 22 Desember 2009].

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004

5. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2007 [diakses pada tanggal 22 Desember 2009]

6. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.

7. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from : http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2006. [diakses pada tanggal 24 Desember 2009].

8. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas Sumatera Utara. 2004.

9. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from : http://www.eMedicine.com. Last Update : September 25, 2006. [diakses pada tanggal 24 Desember 2009]

10. Vietha. 2008. Askep Pada Sepsis Neonatorum. Last Update: 2008. Available from: http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/ [diakses pada tanggal 27esember 2009]

11. Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Available from: http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htm [diakses pada 27 Desember 2009]

BAB IITINJAUAN KASUS

Page 14: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

A. IDENTITASPengkajian ini dilakukan pada tanggal 21 November 2009 pukul 09.00 di Ruang Perinatologi RSUD Saras Husada Purworejo dan diperoleh data sebagai berikut:1. Identitas Klien

Nama : By. Ny. SUmur : 0 TahunAlamat : PurworejoPekerjaan : Tidak BekerjaSuku/ Bangsa : IndonesiaAgama : IslamTanggal masuk RS : 19 Desember 2009

2. Identitas PenanggungjawabNama : Ny. SusilowatiHubungan dengan klien : IbuUmur : 21 tahunPekerjaan : Ibu Rumah TanggaPendidikan terakhir : SMA

B. PENGKAJIAN1. KELUHAN UTAMA

Pucat, schlerema (+)2. RIWAYAT PENYAKIT

RIWAYAT KESEHATAN LALUBayi lahir spontan pada tanggal 19 Desember 2009 dari G1P0A0 dengan UK=33 +2 minggu, KPD > 18 jam, SAK= jernihBayi lahir merintih, nafas efektif, gerakan kurang aktif, kulit kemerahan, anus (+), cephalhematoma (+)

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANGBayi rewel, malas minum, pucat (+), petechie (+), schlerema (+), perut kembung (scorsten)

3. RIWAYAT PERSALINANBayi lahir spontan gemelli II lahir pukul 07.45 WIB pada tanggal 19 Desember 2009 setelah bayi pertama lahir pukul 07.00. Riwayat KPD= 4 hari (sejak 15 Desember 2009).

C. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan umum : Cukup2. Kesadaran : Composmentis3. Vital Sign : N : 96x/menit RR : 68x/menit S : 37,8o C4. Antropometri

BB = 1800 gramPB = 44 cm

Page 15: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

LK = 28 cm; LD = 30 cm, LLA = 7 cm5. Status Umum

Pemeriksaan Kepala- Bentuk kepala : normocephal, rambut hitam, kulit kuning langsat- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), konjungtivitis (+/+)- Telinga : Discharge (-), Deformitas (-)- Hidung : Discharge (-), Perdarahan (-)- Mulut : Mukosa anemis (+), lidah kotor (-)

Pemeriksaan LeherPembesaran limfonodi (-) Pembesaran kelenjar thyroid (-), JVP meningkat, deviasi trakea (-)

Pemeriksaaan ThoraxPulmo

- inspeksi : dada simetris, tidak ada ketinggalan gerak (-), retraksi (+)- palpasi : vokal fremitus kanan kiri sama, nyeri tekan (-)- perkusi : sonor lapangan paru- auskultasi : suara dasar : bronkovesikuler normal

suara tambahan : wheezing (-), ronkhi (-)Cor

- inspeksi : Ictus cordis tampak- palpasi : Ictus cordis teraba - perkusi : batas jantung jelas, tidak ada pembesaran- auskultasi : S1+S2 normal

Pemeriksaan Abdomen- Inspeksi : petechie (+), fluish gray (+), diffuse mottled (+)- Auskultasi : peristaltik (+)- Perkusi : tympani- Palpasi : supel (+)

Pemeriksaan Ekstremitas- Udem (-/-) ,akral hangat (+/+), sianosis (-/-), schlerema (+), petechie (+)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil pemeriksaan Kimia Darah

WBC = 7,6x103/ mm3 (3,5-10,0) RBC = 2,20 Lx106 /mm3 (3,80-5,80) HGB = 8 mg% AL = 2,8mg% HMT = 26,5 mg% AT = 243.000

E. TERAPI

Page 16: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Terapi Obat Injeksi vit. K 1mg/ IM Injeksi Viccillin 2x90 mg selama 3 hari setiap 2x1 Injeksi Gentamycin 2x4,5 mg 2x1

Terapi Supportif Terapi O2 : 2 L/ menit Infus D 10%; 6-8 tetes/menit (mikro), pada tanggal 19 Desember 2009 Infus D10 ¼ S pada tanggal 20 Desember 2009 sampai BLPL Pemasangan NGT Rawat Inkubator

F. POLA KEBUTUHAN GORDON1. Pola Eliminasi

BAB (+) dan BAK (+)2. Pola aktivitas dan latihan

Klien melakukan aktivitas sehari-hari dengan bantuan penuh oleh orang lain, gerakan < aktif

3. Pola istirahat dan tidurKlien tampak rewel

ANALISA DATA

Page 17: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Nama pasien : By. Ny. S Dx. Medis : Sepsis NeonatorumNo. RM/Reg : 85704/045451

No Tgl/jam Data (Subjektif dan Obyektif) Etiologi Problem1.

2.

3.

21-12-‘0909.00

21-12-‘0911.00

21-12-‘0911.30

DS: -DO:- Retraksi dada- RR = 68x/menit- Terpasang O2 2L/menit

DS: -DO:

- Kulit tampak pucat- Pada abdomen terdapat pembuluh darah

berwarna kebiruan- CRT > 2 detik- Terdapat petechie di perut dan paha- HGB= 8 mg%

DS: -DO:

- Cephalhematoma tidak tertutup kassa betadine dengan benar

- T = 37,8 0 C- Bayi terlihat lemah/lethargi- Bayi malas minum, padahal

sebelumnya mau minum

Immaturitas organ pernafasan

Turunnya konsentrasi Hb dalam darah

Ketidakadekuatan sistem kekebalan tubuh

Pola Nafas Tidak Efektif

Perfusi jaringan tidak efektif

Infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATANNama pasien : By Ny. S Dx. Medis : Sepsis NeonatorumNo. RM : 85704/045451

No.

Tanggal Diagnosa Keperawatan Prioritas

1.

2.

3.

21-12-0909.0021-12-0911.0021-12-0911.30

Pola nafas tidak efektif b/d immaturitas organ pernafasan

Perfusi jaringan tidak efektif b/d turunnya konsentrasi Hb dalam darahInfeksi b/d ketidakadekuatan sistem kekebalan tubuh

I

II

III

Page 18: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

NURSING CARE PLANNama pasien : By. Ny. S Dx. Medis : Sepsis NeonatorumNo. RM : 85704/045451

No.

Dx. Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1.

2.

3.

I

II

III

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas efektif, dengan kriteria hasil:

- RR dbn, 30-60x/menit- Tidak ada retraksi dada- Tidak ada dispnea- Tidak ada purse lips- Tidak ada suara nafas abnormal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan efektif, dengan kriteria hasil:

- Kulit kemerahan- Tidak ada sianosis- CRT < 2 detik- Tidak ada petechie- HGB dbn

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam infeksi hilang dengan kriteria hasil:

- Jumlah leukosit dbn, yaitu: 20-30 ribu/uL

- Cephalhematoma membaik- Suhu dbn, yaitu: 36,5-37,5 0 C- Bayi mau minum- Tidak ada lethargi

1. Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan

2. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan retaksi otot intracostal

3. Monitor pernafasan hidung

4. Auskultasi suara paru5. Monitor pola nafas:

bradipnea, takipnea, hiperventilasi

6. Pemasangan Oksigen 2L/menit

1. Pertahankan kepatenan jalan nafas

2. Monitor aliran oksigen3. Monitor adanya tanda-

tanda hipoventilasi4. Monitor suhu, warna,

dan kelembapan kulit

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

2. Monitor hitung granulosit WBC

3. Batasi pengunjung4. Inspeksi kondisi ketika

ada luka/laserasi5. Dorong masukan

nutrisi yang cukup

Page 19: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

6. Dorong masukan cairan

7. Pertahankan teknik aseptik pada saat melakukan perawatan pada bayi

8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik

IMPLEMENTASINama pasien : By. Ny. S Dx. Medis : Sepsis NeonatorumNo. RM : 85704/045451

No Tanggal Implementasi Evaluasi Ttd1. 21-12-09

Dx.Kep I

Dx. Kep II

- Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan

- Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan retaksi otot intracostal

- Monitor pernafasan hidung- Auskultasi suara paru- Pemasangan Oksigen 2L/menit

- Pertahankan kepatenan jalan nafas- Monitor aliran oksigen- Monitor suhu, warna, dan kelembapan

kulit- Monitor adanya petechie- Transfusi PRC 20 cc/jam di covac pelan-

pelan, sebelum tranfusi injeksi dengan delladril 0,2cc

- Awasi tanda-tanda reaksi transfusi- Pemeriksaan HMT 2 jam post transfusi

S: ----------O: - Retraksi dada- Tidak ada

penggunaan otot tambahan

- Gerakan dada simetris

- Suara paru: bronkovesikuler

- RR = 64x/menit- HR = 96x/menit

A: Masalah pola nafas belum teratasiP: Lanjutkan intervensi dengan memonitor pola nafas, retraksi dada, dan terapi oksigen

S: Ibu os mengatakan bahwa kanul Oksigen sering tidak pas pada hidungO: - Terpasang Oksigen

2L/menit- Kulit pucat- Petechie di daerah

perut dan paha- Hb = 9,9 mg%- HMT = 26,5%

A: Masalah perfusi

Page 20: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

2.

Dx.Kep III

22-12-09

Dx.Kep I

Dx.Kep II

- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

- Monitor hitung granulosit WBC- Batasi pengunjung- Inspeksi kondisi ketika ada luka/laserasi- Dorong masukan nutrisi yang cukup- Dorong masukan cairan- Pertahankan teknik aseptik pada saat

melakukan perawatan pada bayi- Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik

- Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan

- Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan retaksi otot intracostal

- Monitor pernafasan hidung- Auskultasi suara paru- Pemasangan Oksigen 2L/menit

- Pertahankan kepatenan jalan nafas- Monitor aliran oksigen- Monitor suhu, warna, dan kelembapan

kulit- Monitor adanya petechie- Cek DRO post transfusi

jaringan teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensi dengan terapi Oksigen 2 L/menit

S: ----O:- WBC= 7,6x103/ mm3

- T= 37,5 0 C- Injeksi gentamycin

2x4,5 mg- Cephalhematoma

membaikA: Masalah infeksi teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensi dengan pemberian antibiotik sesuai advice dokter

S: ----------O: - Retraksi dada- Tidak ada

penggunaan otot tambahan

- Gerakan dada simetris

- Suara paru: bronkovesikuler

- RR = 60x/menit- HR = 88x/menit

A: Masalah pola nafas teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensi dengan memonitor pola nafas, retraksi dada, dan terapi oksigen

S: ------------O: - Terpasang Oksigen

2L/menit- Kulit kemerahan- Petechie di daerah

perut dan paha- AT = 243.000- WBC= 2,8x103/ mm3

- HGB = 9,9 mg%

Page 21: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

3.

Dx.Kep III

23-12-09

Dx.Kep I

Dx.Kep II

- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

- Monitor hitung granulosit WBC- Batasi pengunjung- Inspeksi kondisi ketika ada luka/laserasi- Dorong masukan nutrisi yang cukup- Dorong masukan cairan- Pertahankan teknik aseptik pada saat

melakukan perawatan pada bayi- Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik

- Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan

- Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan retraksi otot intracostal

- Monitor pernafasan hidung- Auskultasi suara paru- Pemasangan Oksigen 1L/menit

- Pertahankan kepatenan jalan nafas- Monitor aliran oksigen- Monitor suhu, warna, dan kelembapan

kulit- Transfusi PRC 20cc/jam di covac

A: Masalah perfusi jaringan teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensi dengan terapi Oksigen 2 L/menit, rencana transfusi PRC kedua

S: ----O:- T= 37,5 0 C- Injeksi gentamycin

2x4,5 mgA: Masalah infeksi teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensi dengan pemberian antibiotik sesuai advice dokter

S: ----------O: - Tidak ada retraksi

dada- Tidak ada

penggunaan otot tambahan

- Gerakan dada simetris

- Suara paru: bronkovesikuler

- RR = 60x/menit- HR = 88x/menit

A: Masalah pola nafas teratasiP: Lanjutkan intervensi dengan memonitor pola nafas, retraksi dada, dan terapi oksigen

S: ------------O: - Terpasang Oksigen

1L/menit- Kulit kemerahan- Petechie di daerah

perut dan paha berkurang

- CRT < 2 detik

Page 22: PRESUS BBLR DENGAN SEPSIS NEONATORUM

Dx.Kep III

- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

- Batasi pengunjung- Pertahankan teknik aseptik pada saat

melakukan perawatan pada bayi- Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik

- HGB = 11,3 mg%A: Masalah perfusi jaringan teratasiP: Monitor adanya perubahan warna kulit

S: ----O:- T= 36,8 0 C- Injeksi gentamycin

2x4,5 mgA: Masalah infeksi teratasiP: Lanjutkan intervensi dengan pemberian antibiotik sesuai advice dokter