Case Sepsis Neonatorum Sofi
-
Upload
sofiuddin-bin-nordin -
Category
Documents
-
view
331 -
download
6
Transcript of Case Sepsis Neonatorum Sofi
LAPORAN KASUS
SEPSIS NEONATORUM
Pebimbing:
dr. meidy daniel posumah , Sp.A
Penyusun:
Sofiuddin Bin Nordin
030.08.306
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RSOB
PERIODE 08 OKTOBER-16 DISEMBER 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
1
STATUS MEDIK
I. IDENTITAS PASIEN
No. CM : 31 87 55
Nama Pasien : Rizky Putra Fauzi
Umur : 0 Bulan, 17 hari
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat: :Tiban lama Rt 02/05 no 52, Batam
Tempat, Tanggal lahir: Bidan swasta 8 oktober 2012
Masuk RSUD Koja : 16 oktober 2012
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah:
Nama : Fauzi
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Penghasilan :rp1.000.000,00
Pendidikan terakhir : SMA
Suku bangsa :Jawa
Ibu:
Nama : Wahyuning
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelayan toko
Penghasilan : rp500.000,00
Pendidikan terakhir : SMA
Suku bangsa : Jawa
2
Hubungan dengan orang tua: Anak kandung
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis (ibu pasien) pada tanggal 22 oktober 2012
KELUHAN UTAMA
Dirawat karena sesak dan sianosis
KELUHAN TAMBAHAN
Pasien demam, merintih, tidak mau menyusu, kurang bergerak dan lemah serta kulit
berwarna kuning.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke igd RSOB pada tanggal 16/10/2012 dengan keluhan sesak dan
sianosis 2 jam SMRS. Pada mulanya , ibu pasien mengeluh pasien mengalami
menceret kuning tidak lebih dari 3x/jam sehari sebelum pasien sesak. Pada saat itu,
pasien mula menunjukan penurunan nafsu makan apabila mulai semakin males untuk
minum susu. Ibu pasien menyangkal pasien pernah mengalami riwayat tersedak. Pada
sekitar jam 2 pagi pada tanggal 16 oktober 2012 ibu pasien mengeluh suhu tubuh
anaknya mulai meningkat.mual muntah dan batuk disangkal.ibu pasien mengakui
nafas anaknya berbunyi seperti berdengkur. Untuk menurunkan panasnya ibu pasien
mengkompres kepala pasien menggunakan air suam kuku. Tetapi suhu tubuhnya tidak
menurun Pada jam 7 pagi pasien mulai kelihatan biru, kelihatan sesak dan nafasnya
mulai menghilang. Segera, Ibu pasien membawa pasien ke bidan swasta tempat
pasien dilahirkan .Disana bidan meyedot lendir dari mulut dan hidung pasien. Bidan
juga memberi parasetamol suppositorial untuk menurukan demam dan memberi
Oksigen kanul ke pasien untuk menghilangkan sesaknya. Pada jam 9 pagi pasien
dibawa ke RSOB.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit diabetes, hipertensi, gangguan jantung, TBC dan asma pada
keluarga disangkal oleh orang tua pasien. Ibu pasien mengakui pernah didiagnosa
menderita hepatitis B 2 tahun yang lalu dan sampai pada saat ini ibu pasien tidak
3
pernah control penyakitnya lagi karena masalaah keuangan. Ayah pasien menderita
haemmoroid sejak bulan yang lalu.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Pasien lahir melalui persalinan normal pada tanggal 8 oktober 2012 jam 2230 dengan
dikelahiran dipimpin oleh bidan swasta di tiban lama. Menurut ibu Pasien, pasien
dilahirkan dengan ketuban warna jernih, pasien menangis kuat setelah dilahirkan dan
kelihatan biru di hujung-hujng tubuh pasien. Apgar score tidak diketahui. Pasien
dinyatakan NCB-SMK dengan berat badan lahir 3100 gram dan panjang badan lahir
50cm. Ibu pasien mengetahui kehamilan ini pada 2 bulan kehamilan. Selama
kehamilan menurut pasien, tidak mengalami masalah kesehatan.4 bulan setelah
kehamilan ibu pasien mengalami keputihan, tapi pada mulainya sedikit dan kurang
berbau. Setelah 6 bulan kehamilan keputihan semakin banyak dan semakin berbau
tajam, ibu pasien sempat meminum obat antibiotic thiamphenicol yang dibeli oleh
ayah pasien di apotik. Setelah itu keluhan keputihannya semakin berkurang.. Hari
pertama haid terakhir pasien adalah tanggal 8 Febuari 2012, dengan tanggal perkiraan
kelahiran pada tanggal 8/10/2012. Pada tanggal 8 oktober 2012, jam 0900 pagi ibu
pasien merasa mules, jam 2230 ketuban ibu pasien pecah, Jam 2230, pasien
dilahirkan.
4
5
KEHAMILAN Morbiditas
kehamilan
Pada bulan kedua kehamilan, ibu pasien
merasa mual-mual dan muntah-muntah, tapi
menurut pasien tidak berat atau dirawat di
rumah sakit. Pasien juga mengaku demam
yang tinggi sebelum melahirkan pasien,
tidak mengalami infeksi saluran kemih .
Pasien mengaku mengalami keputihan
pertama kalinya 4 bulan setelah kehamilan
yang pertama kalinya timbul sedikit dan
tidak berbau. Setelah usia kandungan 6
minggu, keputihan semakin banyak dan
berbau tajam. Pasien mengaku keputihan itu
timbul setelah melakukan hubungan intim
bersama suaminya.
Perawatan antenatal - pernah kontrol dua kali selama kehamilan,
sekali ke Dokter kandungan pada awal
kehamilan, dan kali keduanya di bidan
swasta
- konsumsi vitamin C
- tidak prnah USG saat usia kehamilan
KELAHIRAN Tempat kelahiran Bidan swasta
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Persalinan normal .
Masa gestasi Cukup bulan (37 minggu), G1P0A0
Keadaan bayi 1. Berat lahir: 3100 gram
2. Panjang: 50 cm
3. Lingkar Lengan Atas : 10 cm
4. Lingkar kepala :34 cm
5. Lingkar dada: 28 cm
6. Langsung menangis
7. Kulit merah dan biru di hujung-hujung
tungkai
8. Nilai APGAR : tidak diketahui
9. Kelainan bawaan: -
Kesan: Pasien lahir cukup bulan, dan ditemukan adanya keputihan pada ibunya
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I: - (Normal 5-9 bulan)
6
Ganqgguan perkembangan mental: Tidak ada
Psikomotor
o Tengkurap : - bulan (Normal: 6-9 bulan)
o Duduk : - bulan (Normal: 6-9 bulan)
o Berdiri : - bulan (Normal: 9-12 bulan)
o Berjalan : - bulan (Normal: 12-18 bulan)
o Bicara : - bulan (Normal: 12-18 bulan)
Kesan: Riwayat pertumbuhan dan perkembangan belum dapat dinilai.
RIWAYAT MAKANAN
Umur (bln) ASI/PASI Buah/biskuit Bubur susu Nasi tim
0 - 2 + - - -
2 - 4 - - - -
4 - 6 - - - -
6 - 8 - - - -
8 - 10 - - - -
10 - 12 - - - -
12 - 14 - - - -
14 - 16 - - - -
16 - 18 - - - -
18 – 20 - - - -
20 – 22 - - - -
22 – 23 - - - -
Umur di atas 1 tahun
Jenis makanan Frekuensi dan jumlah
Nasi/pengganti -
Sayur -
Daging -
Telur -
7
Ikan -
Tahu -
Tempe -
Susu -
Kesulitan makan : ( - )
Kesan: Pasien mendapat inisiasi menyusui dini.
RIWAYAT IMUNISASI DASAR
1. BCG : -
2. DPT/DT I,II,III : -
3. POLIO I,II,III,IV : -
4. CAMPAK : -
5. HEPATITIS B I,II,III : -
Kesan : Riwayat imunisasi dasar belum dilakukan.
RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak pertama, ibu pasien belum perrnah hamil sebelumnya dan
tidak pernah abortus.
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Ayah pasien bekerja sebagai supir dengan penghasilan Rp 1.000.000,00/bulan. Ibu
bekerja sebagai pelayan toko dengan penghasilan Rp 500.000,00-/bulan. Menurut ibu
pasien penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Kesan : Kebutuhan pokok sehari-hari terpenuhi.
RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI
Keluarga pasien tinggal di sebuah rumah sendiri dengan 1 ruang tamu, 2 ruang tidur,
1kamar mandi, dan 1 dapur. Masing-masing ruangan dibatasi tembok dan berlantai
keramik. Menurut ibu pasien jendela kamar mendapat cukup sinar matahari, dan
ventilasi cukup baik. Penerangan listrik dari PLN, sumber air bersih dari air PAM. Air
limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya
diangkut oleh petugas kebersihan.
8
Kesan: Riwayat perumahan dan sanitasi baik.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 22 oktober 2012 pada pukul 1130.
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Keaktifan : Gerakan kurang aktif, ekstremitas dalam keadaan fleksi
simetris
Tanda Vital
Nadi : 184 x/menit
Frekuensi napas : 64 x/menit
Suhu : 38,8 0C
Saturasi oksigen : 97%
Data antropometri
Berat badan : 2800 kg
Panjang badan : 50 cm
Lingkar Lengan Atas : 10 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada :28 cm
Kulit
Turgor Baik
Kelembaban Baik
Warna Tidak pucat, sianosis ekstremitas (+), ikterik(+) ruam (-), ptekie (-)
Tekstur Halus
Perfusi < 2 detik
Kepala: Normocephali, ubun-ubun tidak cekung, rambut hitam, distribusi merata,
tidak mudah dicabut, cephal hematom (-),
Mata: Pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+, Conjungtiva anemis -/-, Sklera
ikterik -/-, sekret purulenta +/-
9
Telinga: Normotia, telinga cepat kembali setelah dilipat
Hidung: Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-)
Bibir: Bibir kering (+), sianosis (-)
Tenggorokan: Sulit dinilai
Leher: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar, retraksi suprasternal(+)
Toraks
Jantung Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi ictus cordis teraba di ICS IV linea
midclavicularis sinistra.
Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
Paru Inspeksi Bentuk dada normal, pernapasan simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (+)
Palpasi Tidak dilakukan
Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi Suara napas vesikuler, ronki (+/+), wheezing
(-/-).
Abdomen
Inspeksi cembung
Palpasi supel, turgor baik, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi timpani.
Auskultasi bising usus (+) normal
Extremitas: Akral hangat, oedem (-), ptekie (-), perfusi < 2, detik, plantar
creases diseluruh telapak kaki
Genitalia Eksterna: scrotum dbn
Refleks Moro : +
Refleks palmar grasp : +/+
Refleks plantar grasp : +/+
Refleks rooting : +, lemah
Refleks isap : +, lemah
III. RESUME
10
Seorang bayi laki-laki cukup bulan, lahir dengan persalinan normal, G1P0A0, dengan
warna air ketuban jernih,langsung menangis, gerak aktif dan tubuh merah tetapi
ekstrimitas biru. Pasien lahir dengan berat badan 3100 gram , panjang: 50 cm, lingkar
lengan atas 10 cm, lingkar kepala : 34 cm, lingkar dada:28 cm. Pasien dirawat karena
sesak dan sianosis. Selain itu pasien juga tidak mau menyusu, kurang bergerak dan
lemah. Pasien tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis, gerakan kurang aktif,
dengan keempat ekstremitas dalam keadaan fleksi simetris Nadi:156 x/menit,
Frekuensi napas:34 x/menit dan Suhu : 38 0C. Turgor kulit baik, kelembaban kering,
warna pucat, sianosis ekstremitas (+),ikterik(+) ruam (-), ptekie (-), tekstur halus, dan
terdapat pengelupasan kulit serta perfusi < 2 detik. Kepala: Normocephali, ubun-ubun
tidak cekung, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, cephal hematom
(-), Mata: Pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+, Conjungtiva anemis -/-, Sklera
ikterik -/-. Secret +/- Telinga: Normotia, telinga cepat kembali setelah dilipat.
Hidung: Bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), septum deviasi (-). Bibir:
Bibir kering (+), sianosis (-). Tenggorokan: Sulit dinilai. Leher: Kelenjar getah bening
tidak teraba membesar.
Toraks
Jantung Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi ictus cordis teraba di ICS IV linea
midclavicularis sinistra.
Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
Paru Inspeksi Bentuk dada normal, pernapasan simetris dalam
keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (+)
Palpasi Tidak dilakukan
Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi Suara napas vesikuler, ronki (+/+), wheezing
(-/-).
Abdomen
Inspeksi cembung
Palpasi supel, turgor baik, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi timpani.
Auskultasi bising usus (+) normal
11
Refleks rooting : +, lemah
Refleks isap : +, lemah
IV. DIAGNOSA KERJA
NCB-SMK dengan Sepsis neonatorum, hiperbilirubinemia, pneumoniae dan
konjuntiitis purulenta
V. DIAGNOSIS BANDING
Perinatal asfiksia
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
16 OKTOBER 2012
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
SATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 15,6 11.0-16.5 g/dl
Lekosit 15 600 3800-10000 /Ul
Hematokrit 49,5 35-50 %
Trombosit 262.000 150.000-500.000 /Ul
GDS 38 70-120 g/dl
Bilirubin total 10,29 Uo to 1,10
Bilirubin indirek 7,30
Bilirubin direk 2,99 0,30
Malaria - negative
ELEKTROLIT
Natrium 143 135-147 mmol/L
Kalium 6,8 3,5-5,0 mmol/L
Klorida 106 96-108 mmol/L
12
Hasil Kultur
Sampel mata
Pengecatan Gram
Bentuk bakteri
Diplococcus intrasel - negative
Gram
PMN 30-40 normal P:,30 sel
L<5 sel
Pseudohiffa - negatif
13
Foto rongent torak
Cor dan diafragma normal
Pulmo: Hilus normal, corakan paru bertambah, perihiler kiri kanan tampak infilat
Pleural kiri kanan tidak tampak effusion
Kesan: bronkopneumonia , tidak tampak cardiomegali
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit, Ht, Trombosit)
Cek GDS
Pemeriksaan kadar elektrolit
Pemeriksaan analisa gas darah
Protein spesifik
Biakan kuman
14
VIII. PENATALAKSANAAN
Inkubator
NGT terbuka
IVFD 2A 12 tetes(mikro)/minit
Gentamisin 2x 10mg iv
Bacterisyn 3x 150mg iv
OMZ 1x4,5 mg iv
CPAP: Flow:5 L/menit
Fi02 :50%PEEP:5cmH2O
puasa
IX. PROGNOSIS
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungtionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
15
X. FOLLOW UP
17 oktober 2012Tanggal S O A P17/10/2012
Sesak (+), ikterik (+), sianosis perifer (-), kurang gerak (+)
BBL: 3100 gPB: 50 cm
TSB/ApatisHR: 156x/menitS: 37,5˚CP: 68x/menitSpo:99
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/-Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-, dyspnea (+)Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarEkstremitas: akral dingin
NCB-SMKSuspek Sepsishiperbilirubinemia
IVFD 2A 12 tts/mintBactesyin 2x 150mg ivOMZ 1x4,5 mg ivGentamysin 2X10 mg ivCPAP: Flow:5 L/minitFi02 :50%PEEP:5cmh2Opuasa
18/10?2012Tanggal S O A P18/10/2012
Sesak (+), menangis (+), ikterik (+), sianosis (-)
BBL: 3100 gBBS: 3800 g
TSS/CMHR: 122x/menitS: 36,4˚CP: 60x/menitspO2:98%
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI
NCB-SMKSepsisHiperbilirubinemiapneumoniae
IVFD 2A 12 tts/mintBacterisyn 2x150mg iv OMZ 1x4,5 mg ivGentamysin 2X10 mg ivvirdahex puyer 3x30mgCPAP: Flow:5 L/minitFi02 :50%
16
-/-Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (+)Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarEkstremitas: akral hangat
PEEP:5cmh2OASI
19 oktober 2012
Tanggal S O A P19/10/2012 Sesak (+), menangis
(+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-)
BBL: 3100 gBBS: 2880 g
TSS/CMHR: 138x/menitS: 36,8˚CP: 56x/menit
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-)Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarEkstremitas: akral hangat
NCB-SMKSepsisPneumonia
IVFD 2A Bacterisyn 2 x 150mg ivOMZ 1x4,5 mg ivGentamysin 2X10 mg ivO2 kanul ½-1 l/menitASI 10-15 cc/3jamUrhodex puyer 3 x 30mg iv
17
21 oktober 2012Tanggal S O A P21/10/2012
Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (+)
BBL: 3100 gBBS: 2860 g
TSS/CMHR: 151x/menitS: 36,6˚CP: 62x/menit
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/-Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (+)Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarEkstremitas: akral hangat
NCB-SMKSepsisPneumoniae
Box level IIIVFD 2A tts/menitOMZ 1x4,5 mg ivGentamysin 2X10 mg ivO2 kanul ½-l l/menitASI 10-15cc/3jamUradahex puyer 3x30mg ivAminophilin 2x 10mg iv
Laboratorium 21/10/2012
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
SATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 17,2 12.0-16.0 g/dl
Lekosit 11900 4100-10900 /Ul
Hematokrit 52,1 36-46 %
Trombosit 250 000 140.000-440.000 /Ul
Golongan darah+ Rhesus o
ELEKTROLIT
Natrium 135 135-147 mmol/L
Kalium 4.34 3,5-5,0 mmol/L
18
Klorida 104 96-108 mmol/L
22 oktober 2012
Tanggal S O A P22/10/2012
Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-)
BBL: 3100gBBS: 2870 g
TSS/CMHR: 142x/menitS: 36,3˚CP: 74x/menit
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/-Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-)Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarEkstremitas: akral hangat
NCB-SMKSepsispneumoniae
Rawat leel IIASI 40-50 ccGebtamisyn 2 x 10mg ivInj aminopilin 2 x 12Bacteriasyn 2 x 150mg ivO2 kanul 1-2 l
23 oktrober 2012Tanggal S O A P23/10/2012
Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (+)
BBL: 3100 gBBS: 2930g
TSS/CMHR: 168x/menitS: 36,8˚CP: 64x/menit
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/-
NCB-SMKSepsispneumoniae
Bacterisyn 2x 150mg iO2 nasal 0,5-1 l/menitInfuse D10% 1otts/menint mikroFlucanazol 2 x 15mg iv
19
Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (+)Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarEkstremitas: akral hangat
Laboratorium 23/10/2012
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
SATUAN
SEROLOGI
HIV
hiv -
PEMERIKSAAN HASIL NILAI
NORMAL
SATUAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 18,8 12.0-16.0 g/dl
Lekosit 17600 4100-10900 /Ul
Hematokrit 59,5 36-46 %
Trombosit 212 000 140.000-440.000 /Ul
Golongan darah+ Rhesus o
24 oktober 2012
Tanggal S O A P24/10/2012
Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-)
BBL: 3100gBBS: 2930 g
TSS/CMHR: 143x/menit
NCB-SMKSepsispneumoniae
Fluconazol 2 x 15 mg ivBacterisyn 2 x 150mg ivASI ion
20
S: 36,8˚CP: 61x/menit
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/-Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-)Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarEkstremitas: akral hangat
ndemandInfuse D10 1o tts/menitO2 nasal 0,5-1 l/menit
25 oktober 2012Tanggal S O A P25/10/2012
Sesak (+), menangis (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-)
BBL: 3100 gBBS: 3100 g
TSS/CMHR: 170x/menitS: 36,5˚CP: 68x/menit
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/-Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-)Abdomen: Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba
NCB-SMKSepsispneumoniae
Meropenem 2x75 mgFluconazol 2 x 15 mg ivBacteriasyn 2 x 150mgivASI on demand( gastric tube 25cc/3jam)Infuse D10% 10 tts/menit fisiterapi
21
membesarEkstremitas: akral hangat
26 oktober 2012Tanggal S O A P26/10/2012
Sesak (+), merintih (+), ikterik (-), sianosis (-), panas (+), kembung (+)
BBL: 3100 gBBS: 3500 g
TSS/CMHR: 110x/menitS: 39,1˚CP: 48x/menit
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/-Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-)Abdomen: Kembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba membesarEkstremitas: akral hangat
NCB-SMKSepsispneumoniae
IVFD Dekstrose 10 %Meropenem 3x 100 mgFluconazole iv 3 x 100mg ivBancterisyn iv 2 x 150mg ivInfuse 2A 10tts/menit
28 oktober 21012
Tanggal S O A P28/10.2012 Sesak (+), menangis
(+), ikterik (-), sianosis (-), panas (-)
BBL: 3100 gBBS: 3500 g
TSS/CMHR: 124x/menitS: 36,2˚CP: 60x/menit
Kepala: normosefaliMata : CA -/-, SI -/-
NCB-SMKSepsispneumoniae
IVFD 2A 1o tts/menitBacterisyn inj 2 x 150mg ivFluconazole 2 x 15 mg ivSalbutamol puyer 3 x 1 cth
22
Cor: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo: SN Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-, dyspnea (-)Abdomen: Kembung, lemas, BU (+) melemahEkstremitas: akral hangat
ANALISIS KASUS
Pasien didiagnosis neonates cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan Sepsis neonatorum,
hiperbilirubinemia dan pneumonia. Diagnosis di tegakkan berdasarkan Anamnesis,
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamesis didapatkan bayi baru
lahir dengan BBL 3100 gram dan PBL 50 cm. Pasien lahir melalui persalinan normal yang
dipimpin oleh bidan swasta, air ketuban ibu pasien berwarna jernih. Pada waktu melahirkan,
ibu pasien juga sedang mengalami keputihan sejak 4 bulan kehamilan dan demam yang
tinggi. Hal ini termasuk faktor risiko pada kehamilan dan persalinan sebagai indikator
kecurigaan terhadap sepsis...
Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan:
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Keaktifan : Gerakan kurang aktif, ekstremitas dalam keadaan fleksi
simetris
Nadi : 186x/menit
Frekuensi napas : 68 x/menit
Suhu : 38 0C
Sianosis ekstremitas : (+)
Retraksi suprasternal :(+)
Refleks rooting : (+), lemah
Refleks isap : (+), lemah
23
Pemeriksaan fisik tersebut mendukung ke arah terjadinya suatu proses infeksi sistemik atau
mendukung diagnosis sepsis neonatal.. Literature juga menyebutkan bahwa tanda awal
diduga terjadinya sepsis adalah terdapatnya gangguan nafas spotan disertai gangguan nafas
spontan disertai pergerakan yang kurang aktif dan adanya gangguan perfusi dimana biasanya
didapatkan adanya sianosis, adanya detak jantung yang cepat memperkuat dugaan akan
terjadinya sepsis pada pasien ini. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan kulit bayi sedikit
kuning yang dimana timbul setelah 24jam kelahiran. Ini menunjukan pasien juga mengalami
jaundice yang dimana normal pada bayi yang baru lahir atau mungkin disebabkan oleh
sepsisnya itu sendiri. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan biliribun total dan indirek dan
ditemukan hasil masing-masing sedikit meningkat. Untuk mengatisipasi
hiperbilirubinemianya maka dilakukan terapi sinar
Diagnosis sepsis neonatorum sulit ditegakkan bila hanya berdasarkan gejala klinis. Biasanya
terdapat satu atau lebih riwayat dari faktor predisposisi yang berhubungan dengan kehamilan
dan persalinan. Juga pada pasien ini ditemukan adanya infeksi pada paru yaitu pneumonia
yang dimana mungkin merupakan focus infeksi dari penyakit infeksi pada pasien ini. Dengan
itu, terpenuh criteria SIRS dan penemuan klinis . Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis,
perlu dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, pungsi
lumbal, analisis dan kultur urin, biakan cairan tubuh yang terdapat pada kateter, serta foto
dada. Diagnosis sepsis ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada biakan darah.
Berdasarkan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil lab darah berupa pemeriksaan darah
perifer,. Pada pasien didapatkan lekositosis sepanjang dirawat ini menunjukan terdapat
infeksi sistemik yang menunjang terjadinya sepsis, untuk memperkuatkan lagi diagnosis
maka dianjurkan untuk menjalankan pemeriksaan CRP, IT ratio serta analisa gas darah pada
kasus ini.
Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi antimikrobia pada patogen yang
dicurigai atau yang telah diketahui, dan perawatan pendukung. Cairan, elektrokit, dan
glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan perbaikan hipovolemia, hiponatremia,
hipokalsemia, dan hipoglikemia serta pembatasan. Syok, hipoksia, dan asidosis metabolik
harus dideteksi dan dikelola dengan pemberian inotropik, resusitasi cairan, dan ventilasi
mekanik. Pada pasien ini telah mendapat terapi yang adekuat sesuai literatur dimana,
diletakkan di dalam inkubator untuk mempertahankan suhu tubuh dan diberikan terapi sinar
pada awal pengobatan untuk menaktisipasi peningkaan bilirubinemia , pemberian cairan serta
24
perbaikan elektrolit pasien. Untuk keadaaan sesak pasien, dibantui dengan pemberian CPAP
dengan permulaan flow: 5liter fio2 :50% Dan PEEP: 5cmH20 sehingga saturasi oksigen
pasien stabil sehingga mencapai lebih dari 92%. Eliminasi kuman merupakan pilihan utama
dalam manajemen sepsis neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman spesifik pasti
tidak mudah dan membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan
sepsis harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut pemberian antibiotika
secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya perjalanan
penyakit. Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi
yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita
pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai sensitifitas yang baik terhadap
kuman gram positif ataupun gram negatif. Selain pola kuman hendaknya diperhatikan pula
resistensi kuman. Namun lama pemberian antibiotik tergantung pada hasil kultur darah, dan
segera setelah didapatkan hasil kultur darah, jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan
dengan kuman penyebab dan pola reistensinya. Pada pasien ini diberikan terapi antibiotk
selama 7 hari. Pada pasien ini juga ditemukan ada nya secret purulenta yang diakibat kan oleh
infeksi bakteri dan bukannya dari genorea, ini dibuktikan dengan penemuan hasil sampel
mata yaitu diplococcus intrasel -, untuk terapi konjuctiitis pada pasien ini di konsul ke dokter
mata dan diberi salep mata antibiotic dan dilakukan perawatan mata yaitu membersihkan
kotoran mata setiap hari.
25
TINJAUAN PUSTAKA
SEPSIS NEONATORUM
I. DEFINISI
Sepsis neonatorum (bayi baru lahir) adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif
dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan
sumsum tulang atau air kemih.
Sepsis neonatorum adalah suatu infeksi berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi
baru lahir sampai 1 bulan atau 4 minggu pertama, ditandai dengan gejala-gejala
sistemik dan bakteremia. Sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi oleh
bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Sedangkan bakteremia adalah ditemukannya
bakteri dalam kultur darah.
Sepsis neonatal ini biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan dini dan
awitan lambat. Pada awitan dini, kelainan ditemukan pada hari-hari pertama
kehidupan (umur di bawah 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit ibu
atau infeksi yang dideritai ibu selama persalinan atau kelahiran. Sementara pada
awitan lambat terjadi disebabkan kuman yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi
setelah hari ke 3 lahir. Proses infeksi semacam ini disebut juga infeksi dengan
transmisi horizontal dan termasuk didalamnya infeksi karena kuman nosokomial.
85% neonatus dengan infeksi awal terjadi dalam 24 jam, 5% pada 24-48 jam, dan
sedikit yang terjadi antara 48 jam – 6 hari. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4
hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang didapat
di rumah sakit). Onset lebih cepat pada bayi prematur.4,8 Sepsis neonatorum disebut
juga sepsis, atau septikemi neonatal.
II. EPIDEMIOLOGI
Sepsis merupakan masalah yang belum dapat teratasi dalam pelayanan dan perawatan
bayi baru lahir. Di negara berkembang, hampir sebagian besar bayi baru lahir yang
dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis. Angka kejadian atau insidens
sepsis di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu 1,8-18/1000 kelahira dibanding
negara maju 1-5/1000 kelahiran.. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir
26
tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri
lima kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2,75
kg dan dua kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Infeksi pada neonatus di
Indonesia masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM,
infeksi merupakan 10-15% dari morbiditas perinatal. Angka kejadian sepsis
neonatorum adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup.
III. ETIOLOGI
Sepsis dapat timbul sebagai lanjutan dari infeksi mikroorganisme termasuk bakteri,
virus, jamur dan parasit. Bayi dapat terkena infeksi selama kehamilan, dari traktus
genital ibu selama kelahiran, atau setelah bayi lahir oleh sebab lain.Berbagai kuman
patogen yang dapat menyebabkan sepsis pada neonatus dapat dilihat dalam tabel.
Faktor Predisposisi
Sepsis neonatorum lebih cenderung berkembang saat ibu menderita komplikasi
kehamilan yang meningkatkan kemungkinan infeksi, yaitu:
1. BBLR (bayi berat lahir rendah) dan prematuritas (<37 minggu)
2. Membran ruptur prematur/ketuban pecah dini atau memanjang (>18 jam)
3. Perdarahan
4. Kesulitan partus
5. Infeksi uterus atau jaringan plasenta (Korioamnionitis)
6. Demam intrapartum maternal (>38º C)
7. Leukositosis maternal (>18.000/μl)
8. Hipoksia atau resusitasi saat lahir
Bayi juga dapat menderita sepsis karena terkena infeksi setelah kelahiran dari orang
atau benda yang terinfeksi. Bayi di neonatus intensive care unit (NICU) berisiko
mendapat infeksi nosokomial, terutama mereka yang prematur atau memiliki berat
lahir rendah sehingga lebih rentan infeksi. Mikroorganisme yang normal hidup di
kulit dapat menyebabkan infeksi bila memasuki tubuh melalui kateter dan pipa lain
yang menyertai tubuh bayi. Di negara berkembang macam infeksi yang sering
ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran cerna (diare),
tetanus neonatal, sepsis dan meningitis.
27
Penyebab utama sepsis neonatorum onset dini adalah Streptokokus group B (GBS)
dan bakteri enterik (E. Coli) dari traktus genital maternal. Pada onset lambat terutama
GBS, virus herpes simpleks, enterovirus dan E. Coli. Pada bayi berat lahir rendah
yang rentan infeksi nosokomial kuman penyebabnya terutama Candida dan
Stafilokokus koagulase negatif (CONS).
Tabel 1. Kuman penyebab sepsis neonatorum berdasarkan saat terjadinya infeksi.
PrenatalIntranatal Pascanatal (Nosokomial:
5 hari s.d saat dipulangkan)
Onset dini(< 5 hari)
Onset lambat(> 4 hari)
RubellaCytomegalovirusVaricella-zosterListeria monocytogenes
Streptokokusgrup B (GBS)E. coliKlebsiellaListeriaH. influenzae tipe BS. pneumonia
Streptokokusgrup B (GBS)E. coliHerpes simplexListeriaEnterovirus
Stafilokokus koagulase-negatifS. aureus S. epidermidisE. coliHerpes simplexKlebsiella C. albicansPseudomonasSerratia
IV. PATOGENESIS
Infeksi dapat masuk ke dalam tubuh neonatus melalui tiga rute, yaitu: in utero
(transplasental), intrapartum (asendens), dan post partum (nosokomial). Neonatus
tidak dapat merespon benda asing infeksius dikarenakan adanya defisit dari respon
fisiologis terhadap agen infeksius. Studi tentang neonatus masih terbatas, namun
ditemukan produksi sitokin berkurang. Ditemukan peningkatan kadar interleukin-6,
tumor necrosis factor (TNF), dan faktor aktifasi platelet.
Sepsis dini, organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui
saluran genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal.
Beberapa mikroorganisme penyebab bertransmisi ke janin melalui plasenta secara
hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan.
Dengan pecahnya selaput ketuban, mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri
patogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini
memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi
teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab
kelainan pernapasan. Adanya vernix atau mekonium merusak peran alami
28
bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui
jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva,
dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini
ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat
menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Insidens syok septik 0,1-0,4%
dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan saraf.
Pada onset lambat, bakteri penyebab sepsis dan meningitis timbul sesudah lahir, yang
berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang
terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang peran. Insiden sepsis lambat
sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun pada bayi kurang bulan
mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama dan imunitas
yang imatur.
Jika persalinan berjalan lama, maka bakteri di vagina dapat secara vertikal
menyebabkan inflamasi pada ketuban, tali pusat, dan plasenta. Infeksi fetal dapat juga
disebabkan aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. Hal ini dapat menyebabkan lahir
mati, persalinan prematur, atau sepsis neonatus. Kuman yang terisolasi dari cairan
amnion yang terinfeksi yaitu bakteri anaerobik, Streptococcus B hemoliticus group B,
Escheria coli, dan Mycoplasma.
Cairan amnion dapat mencegah Escherichia coli dan bakteri lain berkembang lebih
jauh karena mengandung lyzozyme, transferin, dan immunoglobulin ( IgA dan IgG).
Jika terdapat meconium dan verniks, biasanya akan terjadi peningkatan Escherichia
coli dan Streptococcus B hemolitycus group B.
Infeksi pada ibu Hamil waktu melahirkan memiliki peranan penting terhadap infeksi
neonatus. Infeksi secara transplasenta sewaktu atau sebelum melahirkan dapat terjadi
walaupun terlihat seperti infeksi saat melewati jalan lahir.
Mikroorganisme yang didapat neonatus selama kelahiran akan berkembang dikulit,
mukosa nasofaring dan orofaring, konjungtiva, dan tali pusat, dan pada neonatus
perempuan di genitalia externa. Kulit pada neonatus yang lahir secara seksio cesarea
akan lebih bebas kuman dibanding yang lahir secara pervaginam dimana neonatus
akan terpapar mikroorganisme yang terdapat dijalan lahir.
Endotrakeal suction juga dapat menyebabkan terpapar terhadap mikroorganisme.
neonatus juga dapat terinfeksi melalui sirkumsisi ataupun pemotongan tali pusat.
29
Neonatus dengan satu atau lebih faktor predisposisi (seperti berat badan lahir rendah
(BBLR), ketuban pecah dini, trauma persalinan, hipoksia fetal, jenis kelamin laki-laki,
atau infeksi ibu selama peripartum) akan meningkatkan resiko terhadap sepsis. Fungsi
fagosit yang belum matur dan penurunan respon inflamasi dan imunitas yang sering
pada neonatus yang kecil menyebabkan neonatus rentan terhadap sepsis.
Hipotermia pada neonatus ( suhu rektal ≤ 35 C ) berkaitan erat dengan peningkatan
insiden sepsis. sampai sekarang masih kurang jelas apakah hipotermia merupakan
predisposisi ataupun akibat dari sepsis.
Tali pusat sering menjadi portal atau saluran masuknya infeksi sistemik pada
neonatus. jaringan yang sudah mati seperti tali pusat sangat cocok untuk pertumbuhan
bakteri dan pembuluh darah umbilikal dapat sebagai saluran langsung infeksi ke
sirkulasi darah neonatus.
Lemahnya pertahanan tubuh pada bayi kurang bulan atau pada bayi cukup bulan
resiko tinggi disebabkan oleh :
1. Sistem Imunitas seluler
Netrofil atau sel PMN yang vital untuk membunuh bakteri, mengalami defek
dalam kemotaksis dan kapasitas menghancurkan. Ikatan endotel pembuluh darah
berkurang sehingga menurunkan kemampuan dalam membatasi, menyebabkan
area intravaskular bermigrasi ke dalam jaringan. Pada jaringan, sel tersebut gagal
berdeagregasi sebagai respon terhadap faktor kemotaktik. PMN neonatal juga
sedikit cacat sehingga kemampuannya memasuki matriks ekstraselular dari
jaringan untuk mencapai daerah yang inflamasi berkurang. Kemampuan PMN
neonatus yang terbatas untuk memfagosit dan membunuh bakteri akan terganggu
ketika bayi sakit secara klinis. Akhirnya, cadangan netrofil akan habis dengan
mudahnya oleh karena penurunan respon sumsum tulang, terutama pada bayi
prematur.
2. Sistem Imunitas Humoral
Kadar IgG pada neonatus tergantung dari transport aktif melalui plasenta oleh
karena semua tipe IgM, IgA dan IgE tidak melalui plasenta, karena itu pada
neonatus jumlahnya kurang. Antibodi yang ditransfer ke janin, akan menjadi
pelindung terhadap infeksi spesifik yang pernah di derita ibu sebelumnya. Secara
kuantitatif jumlah IgG jelas kurang pada bayi Berat lahir rendah, karena sebagian
30
besar IgG ditransfer melalui plasenta sesudah 32 minggu kehamilan; maka jumlah
IgG pada bayi kurang bulan sangat rendah dibanding bayi cukup bulan. Jumlah ini
berkurang pada beberapa bulan pertama sesudah lahir, keadaan ini disebut
hipoimunoglobulinemia fisiologis pascanatal. hal ini merupakan faktor resiko
terjadinya infeksi nosokomial pada masa neonatal.
FAKTOR RISIKO PADA KEHAMILAN DAN PERSALINAN
SEBAGAI INDIKATOR KECURIGAAN
TERHADAP SEPSIS
Faktor Risiko Mayor Faktor Risiko Minor
Ketuban pecah > 24 jam ketuban pecah 12 jam
Ibu demam saat intra-partum > 38˚ c Ibu demam > 37,5˚ c
Korioamninitis Apgar score menit 1<5 ,
Denyut jantung janin menetap > 160x/ mnt menit ke 5 <7
Ketuban berbau BBLSR < 1500 gram
Usia gestasi < 37 minggu
Kehamilan Ganda
Keputihan
ISK
SUSPEK SEPSIS POSITIF JIKA SEKURANG-KURANGNYA TERDAPAT 1 RISIKO
MAJOR ATAU 2 RISIKO MINOR.
V. MANIFESTASI KLINIS
Sepsis pada neonatus tidak mudah diketahui karena gejalanya yang tidak khas seperti
yang terdapat pada bayi yang lebih tua, dan bervariasi tergantung kuman penyebab,
derajat sakit dan lokasi infeksi. Gejala-gejalanya yaitu:
Keadaan umum : tampak tidak sehat, malas minum/menghisap, iritabel,
lesu, merintih (grunting)
Suhu : tidak stabil (hiper/hipotermia)
31
Respirasi : sulit bernapas, apneu/takhipneu, sianosis, retraksi
Kardiovaskular : bradi/takhikardi, hipotensi, syok
Gastrointestinal : muntah, diare, distensi abdomen
Neurologi : kejang, letargi, hipotoni, pergerakan kurang
Hepatobilier : hepatosplenomegali, jaundice/ikterik
Kulit : pucat, ptekie, purpura
Metabolik : asidosis metabolik, hipoglikemia
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis sepsis neonatorum sulit ditegakkan bila hanya berdasarkan gejala klinis.
Biasanya terdapat satu atau lebih riwayat dari faktor predisposisi yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan. Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu
dilakukan evaluasi sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, pungsi
lumbal, analisis dan kultur urin, biakan cairan tubuh yang terdapat pada kateter, serta
foto dada. Diagnosis sepsis ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada biakan
darah.
Hasil pemeriksaan penunjang, yaitu:
Leukositosis (>12.000/mm3) atau leukositopenia (<4000/mm3), netropenia dengan
pergeseran ke kiri (<1000/mm3), peningkatan rasio netrofil imatur (I/T) >0,2.
Trombositopenia (<100.000/mm3) dan penurunan faktor-faktor pembekuan.
Peningkatan antibodi IgM dan reaktan fase akut seperti C-reactive protein.
Ditemukan kuman pada biakan darah, urin, dan cairan serebrospinal.
Pemerikasaan LCS terdapat peningkatan jumlah leukosit terutama PMN (>20/ml
untuk umur <7 hari; >10/ml untuk umur >7 hari).
Analisa gas darah: asidemia dan hipoksia
Foto toraks dapat ditemukan atelektasis, hematotoraks dan efusi pleura.
32
VII. DIAGNOSIS BANDING
Tabel 2. Diagnosis banding sepsis neonatorum.
Perinatal Asphyxia
Respiratory
Aspirastion pneumonia: Amniotic fluid, meconium, or gastric contents
Cardiac
Congenital : Hypoplastic left heart syndrome,
Persistent pulmonary hypertension
Acquired : Myocarditis
Metabolic
Hypoglycemia
Adrenal insufficiency (congenital adrenal hyperplasia)
Organic acidoses
Urea cycle disorders
Salicylate toxicity
Neurologic
Intracranial hemorrhage
Hematologic
Neonatal purpura fulminans
Severe anemia
Malignancies (congenital leukemia)
VIII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi antimikrobia pada patogen
yang dicurigai atau yang telah diketahui, dan perawatan pendukung. Cairan,
elektrokit, dan glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan perbaikan
hipovolemia, hiponatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia serta pembatasan cairan
jika sekresi hormon antidiuretik tidak memadai. Syok, hipoksia, dan asidosis
metabolik harus dideteksi dan dikelola dengan pemberian inotropik, resusitasi cairan,
dan ventilasi mekanik.
33
Eliminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis neonatal. Pada
kenyataannya menentukan kuman spesifik pasti tidak mudah Dengan dan
membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus
cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut pemberian antibiotika secara
empiris terpaksa cepat diberikan untuk menghindarkan berlanjutnya perjalanan
penyakit. Pemberian pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik
kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang
mungkin diderita pasien. Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai
sensitifitas yang baik terhadapkuman gram positif ataupun gram negatif. Selain pola
kuman hendaknya diperhatikan pula resistensi kuman. Namun lama pemberian
antibiotik begantung pada hasil kultur darah, dan segera setelah didapatkan hasil
kultur darah, jenis antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab dan
pola reistensinya.
Tabel 3. Waktu/durasi pemberian antibiotik pada sepsis neonatal.
Diagnosis Durasi
Meningitis 21 hari
Kultur darah (+), tanda-tanda sepsis (+) 10 – 14 hari
Kultur darah (-), komponen skrining sepsis (+) 7 – 10 hari
Kultur darah (-), komponen skrining sepsis (-) 5 – 7 hari
Tabel 4. Antibiotik untuk sepsis neonatal
Antibiotik Dosis Frekuensi Pemberian Durasi
< 7 hari < 7 hari
Ampicillin 50 mg/kgBB/x 12 jam 8 jam IV, IM 7 – 10 hari
atau
Cloxallin 50 mg/kgBB/x 12 jam 8 jam IV, IM 7 – 10 hari
Dan
Gentamicin 2,5 mg/kgBB/x 2 jam 8 jam IV, IM 7 – 10 hari
atau
Amikacin 7,5 mg/kgBB/x 12 jam 8 jam IV, IM 7 – 10 hari
34
Mempertimbangkan pola kuman yang tersering ditemukan, Divisi Perinatologi RSCM
menggunakan obat golongan Ceftasidim sebagai antibiotik pilihan pertama dengan
dosis yang dianjurkan 50-100 mg/kgBB/hari, 2 kali sehari. Beberapa kuman Gram
negatif saat ini hanya sensitif terhadap imipenem atau meropenem dengan dosis 25
mg/kgBB/dosis, 2 kali sehari.
Dalam kepustakaan dikemukakan bahwa kuman Streptokokus Grup B dan kuman
Gram positif lainnya masih sensitif terhadap penisilin (dosis 100.000-200.000
U/kgBB/hari) atau ampisilin (dosis 100-200 mg/kgBB/hari). Sedangkan kuman
Listeria masih sensitif terhadap kombinasi antibiotik ampisilin dan aminoglikosid,
serta golongan Pseudomonas umumnya sensitif terhadap sefalosporin. Lamanya
pengobatan sangat bergantung kepada jenis kuman penyebab. Pada penderita yang
disebabkan oleh kuman Streptococcus dan Listeria, pemberian antibiotik dianjurkan
selama 10-14 hari, sedangkan penderita yang disebabkan oleh kuman Gram negatif
pengobatan kadang-kadang diteruskan sampai 2-3 minggu.
Pengobatan tambahan
Walaupun pemberian antibiotik masih merupakan tatalaksana utama pengobatan
sepsis neonatal, berbagai upaya pengobatan tambahan (adjunctive, asjuvant therapy)
bayak dilaporkan dalam upaya memperbaiki mortilitas bayi.pengobatan tambahan
atau terapi inkonvensional semacam ini selain mengatasi berbagai defisiensi dan
belum matangnya fungsi pertumbuhan tubuh bayi baru lahir,juga dalam rangka
mengatasi perubahan yang terjadi dalam perjalanan penyakit dan cascade inflamasi
pasien sepsis neonatal. Bebrapa terapi inkonvensional yang sering diberikan,antara
lain:
1. Pemberian immunoglobulin secara intravena (Intravenous Immunoglobulin IVIG).
Pemberian immunoglobulin dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan antibodi
tubuh serta memperbaiki fagositosis dan kemotaksis sel darah putih.
2. Pemberian Fresh Frozen Plasma (FFP). Pemberian FFP diharapkan dapat mengatasi
gangguan koagulasi yang diderita pasien.
3. Tindakan transfusi tukar. Tindakan ini bertujuan untuk:
Mengeluarkan/mengurangi toksin atau produk bakteri serta mediator-mediator
penyebab sepsis
35
Memperbaiki perfusi perifer dan pulmonal dengan meningkatkan kapasitas oksigen
dalam darah
Memperbaiki sistem imun dengan adanya tambahan neutrofil dan berbagai antibodi
yang mungkin terkandung dalam darah donor.
Selain beberapa upaya diatas berbagai tatalaksana lain dilakukan pula dalam rangka
mengatasi mortilitas dan morbiditas sepsis neonatal. Pemberian transfusi granulosit
dikemukakan dapat memperbaiki pengobatan pada penderita sepsis. Hal ini dilakukan
karena produksi dan respons fungsi sel darah putih yang menurun pada keadaan sepsis
neonatal. Demikian pula pemberian transfusi packed red blood cells bertujuan
mengatasi keadaan anemia dan menjamin oksigenisasi jaringan yang optimal pada
pasien sepsis.
X. PROGNOSIS
Prognosis pada sepsis neonatorum umumnya baik. Namun hal ini juga tergantung
pada masa gestasi, jenis kuman, sensitifitas kuman dan lama penyakit. Angka
kematian sepsis neonatorum yaitu 10 – 30% dari seluruh penderita meskipun telah
diberikan antibiotika dan perawatan intensif. Sedangkan pada neonatus dengan sepsis
yang tidak diobati, angka kematian mencapai 50%. Pada bayi berat lahir rendah atau
prematur angka kematian lima kali lebih tinggi.
Dapat terjadi sekuel seperti osteomyelitis dan destruksi tulang yang terjadi pada lebih
dari 8% neonatus dengan sepsis. Rekuren bakteremia dapat terjadi pada bulan kedua
setelah bayi lahir, yaitu pada sekitar 4% penderita. Sekuel neurologi jangka panjang
dapat terjadi bila sepsis disertai dengan meningitis.1,3
XI. PENCEGAHAN
Pencegahan infeksi sering mengandalkan barier antara agen dan pejamu (barier
protektif), yaitu termasuk tindakan cuci tangan, penggunaan sarung tangan, masker,
penggunaan cairan antiseptik, pemakaian jarum sekali pakai, serta dekontaminasi,
pencucian, sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi pada alat yang digunakan ulang.
36
Prinsip pencegahan sepsis neonatus onset dini adalah pencegahan prematuritas,
manajemen persalinan dan kelahiran yang benar, serta penggunaan kemoprofilaksis
dan imunoprofilaksis.
Pemakaian ampisilin 1000 mg i.v setiap 6 jam sejak onset persalinan sampai kelahiran
pada ibu dengan koloni Streptokokus grup B atau dengan faktor risiko obstetrik, dapat
mematikan kolonisasi neonatus dan mengurangi secara signifikan angka kejadian
sepsis neonatorum onset dini.
Imunisasi aktif pada ibu dapat menyediakan jalan transplasental antibodi menuju
fetus, namun vaksin yang komersial belum tersedia.
Penggunaan imunoglobulin 0,5 – 1,3 gr/kgbb i.v terbukti dapat menurunkan sepsis
onset dini pada bayi dengan berat badan lahir <2000 gr.
IX. KESIMPULAN
Sepsis neonatorum merupakan infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai
dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, sumsum tulang atau
air kemih. Insiden sepsis neonatorum beragam menurut definisinya, dari 1-5/1000
kelahiran hidup , dan angka sepsis neonatorum meningkat secara bermakna pada bayi
dengan berat badan lahir rendah dan bila ada faktor resiko ibu (obstetrik) atau tanda-
tanda korioamnionitis.
Sepsis biasanya akan dimulai dengan adanya respon sistemik tubuh dengan gambaran
proses inflamasi, koagulopati, gangguan fibrinolisis yang selanjutnya menimbulkan
sirkulasi dan perfusi yang berakhir dengan gangguan fungsi organ. Untuk itu
diagnosis dini sepsis neonatal sangat penting artinya dalam penatalaksanaan dan
prognosis pasien. Keterlambatan diagnosis berpotensi mengancam kelangsungan
hidup bayi dan memperburuk prognosis pasien. Dalam menentukan diagnosis
diperlukan berbagai informasi antara lain: faktor resiko, gambaran klinik,
pemeriksaan penunjang. Ketiga faktor ini perlu dipertimbangkan saat mengahadapi
pasien, karena salah satu faktor saja tidak mungkin dipakai sebagai pegangan dalam
menegakkan diagnosa pasien.
Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi antimikrobia pada patogen
yang dicurigai atau yang telah diketahui, dan perawatan pendukung. Cairan,
elektrokit, dan glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan perbaikan
37
hipovolemia, hiponatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia serta pembatasan cairan.
Eleminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis neonatal dan
untuk memperoleh hasil yang optimal pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan.
Pengobatan pasien biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan
untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Dharmasetiawani N. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. Dalam : Kosim MS,
Yunanto A, et al. Buku Ajar Neonatologi. Edisi pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2010. Hal 103-124.
2. Friedland IR, McCracken GH. Neonatal Sepsis and Meningitis. In: Rudolph AM,
Hoffman JIE, Rudolph CD. Rudolph’s Pediatrics. 20th Ed. California; Prentice-Hall Int
Inc. 1996. Page : 536-544.
3. Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku
Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta; Infomedika, 2000. Hal : 1124.
4. Sondheimer JM. Current Essentials Pediatrics. 1st Edition. New York: McGraw Hill Co.
2008
5. Gomell LT, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Lange’s Neonatology: Management,
procedures, On-Call Problems, Diseases, and Drugs. 5th Edition. New York: Lange
Medical/M cGraw Hill Co. 2004.
6. Krug SE (Eds). The Neonate. Clinical Pediatric Emergency Medicine. Vol 9, No 3,
September 2008. W.B Saunders. 2008.
7. WHO. Managing Newborn Problems: A Guide for Doctors, Nurses, and Midwives.
Geneva: World Health Organization. 2003
39