Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum

24
ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS NEONATORUM ASKEP SEPSIS NEONATORUM 1. Definisi Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000) Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua yaitu, 1. Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. 2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

Transcript of Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum

ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS NEONATORUMASKEPSEPSISNEONATORUM1. DefinisiSepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan.Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000).Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karenavirus(herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua yaitu,1. Sepsis dini:terjadi 7 hari pertama kehidupan.Karakteristik: sumber organisme pada salurangenitalibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.2. Sepsis lanjutan/nosokomial: terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir.Karakteristik: Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.(Vietha, 2008)

2. EpidemiologiSepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.2.3 EtiologiBakteria sepertiEscherichia coli,Listeriamonocytogenes,Neisseriameningitidis,Sterptococcuspneumoniae,Haemophilusinfluenzaetipe B,Salmonella, danStreptococcusgrup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan 3 bulan.Streptococcusgrup B merupakan penyebab sepsis paling sering pada neonatus.Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:a.Perdarahanb.Demam yang terjadi pada ibuc.Infeksi pada uterus atau plasentad.Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)e.Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)f.Proses kelahiran yang lama dan sulit.g.Streptococcusgrup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. MenurutCenters for DiseasesControlandPrevention(CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiaplimawanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemiatersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah.Streptococcuspneumoniae(pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.4. PatofisiologiSepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi transplasental seperti pada infeksi konginetal virus rubella, protozoaToxoplasma,atau basilusListeria monocytogenesis.Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam proses persalinan ( infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif ) atau secara horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan ( infeksi Stafilokokus koagulase positif atau negatif).Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu :1. Faktor Maternala.Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.b.Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahunc. Kurangnya perawatan prenatal.d. Ketuban pecah dini (KPD)e. Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatala.Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.b.Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atauHaemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.3. Faktor Lingkungana.Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.b.Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.c.Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.d.Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillusdanE.colliditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi olehE.colli.Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :1.Pada masa antenatal atau sebelum lahir.Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.2.Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atauport de entrelain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalahHerpes genetalis, Candida albican,danN.gonorrea.3.Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)

5. Manifestasi KlinikMenurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut,1.Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema2.Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali3.Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis4.Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi5.Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol6.Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembungGejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:a.Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusarb.Infeksi pada selaput otak (meningitis) atauabses otakmenyebabkan koma, kejang,opistotonus(posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubunc.Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkenad.Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangate.Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.6. Pemeriksaan PenunjangPertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilaicut offtepat yang optimal, nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%, spesifisitas lebih dari 85%,Positive Probable Value(PPV) lebih dari 85%,Negative Probable Value(NPV) mendekati 100%, dan dapat mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kegunaan klinis dari pertanda diagnostik yang ideal adalah untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus, petunjuk untuk penggunaan antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk menentukan prognosis.Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total, hitung neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (I:T), mikroErytrocyte Sedimentation Rate(ESR), dan hitung trombosit. Tes laboratorium yang dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test) untuk deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah sebagai berikut: IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6 (atau IL1-ra 0, IL8, G-CSF, TNF, CRP, danhematological indicespada hari ke-0); CRP, IL6 (atau GCSF danhematological indicespada hari ke-1); dan CRP pada hari-hari berikutnya untuk memonitor respons terhadap terapi. Tabel 3 menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari berbagai uji laboratorium.7. Penatalaksanaan1.Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin(Amino glikosida)dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).2.Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).3.Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.4.Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dankulturdarah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.5.Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).6.Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya.Lama pemberian antibiotika 10-14 hari.Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan suportifmeliputi :Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BY. A DENGAN KASUS SEPSIS NEONATORUM DI RUANG PERINATOLOGI RSUD WANGAYA

A.PENGKAJIANPengkajian dilakukan pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 06.30 wita di Ruang Perinatologi RSUD Wangaya dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan catatan medis pasien.1.Identitas Pasien dan keluargaPasien Penanggung Nama bayi : By. A Ibu. Ayu Umur : 23 hari 34 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Perempuan Status Perkawinan: Belum kawin Kawin Suku Bangsa : Indonesia Indonesia Agama : Hindu Hindu Pendidikan : - SD Pekerjaan : - Pedagang Alamat : Denpasar, Bali Denpasar, Bali Alamat Terdekat : Denpasar, Bali Denpasar, Bali Nomor Telepon : - - Nomor Register : 04-15-58 Tanggal MRS : 29 Maret 20122.Riwayat Kesehatana.Keluhan utama masuk rumah sakitIbu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami demamb.Keluhan utama saat pengkajianIbu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami bibir membiru, demam, menangis kurang, dan reflex hisap lemahc.Riwayat penyakit sekarangPasien datang bersama Ibunya dalam keadaan sianosis sentral, apnoe, refleksa hisap kurang/lemah, dan kejang.d.Riwayat kehamilan dan kelahiranIbu pasien mengatakan saat persalinan bayi ditolong oleh dukun bayi pada tanggal 6 Maret 2012 dan bayi tidak segera menangis setelah dilahirkane.Riwayat penyakit sebelumnyaIbu pasien mengatakan bahwa anaknya belum perah mengalami demam sebelumnyaf.Riwayat penyakit keluargaIbu pasien mengatakan bahwa tidak ada dikeluarganya yang bayinya mengalami keadaan seperti ini

3.Pemeriksaan fisika.Pemeriksaan UmumSuhu : 37C Pernafasan : 44 kali /menit Nadi : 122 x/ menit (normal 120-160 x/menit) Keaktifan gerak: aktifb.Keadaan umumKesadaran : somnolenBangun tubuh : -Postur tubuh : -Cara berjalan : -Gerak motorik : lemahKeadaan kulit :Warna : kuning (ikterik)Turgor : kurang elastic (kering/keriput) >3 detikc.KepalaKulit kepala kurang bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edemad.MataKonjungtiva tampak anemis, sclera ikterik, tidak ada edema, reflek pupile.HidungBentuk hidung pasien normal, simetris, tidakada perdarahan, tidak ada nyeri tekanf.TelingaBentuk normal, bersih tidak ada nyeri tekang.MulutBentuk bibir normal, warna bibir kebiruan, mukosa keringh.LeherTidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran karotis, dan kelenjar typoidi.ThoraxBentuk dada simetris, dan terlihat tarikan iga saat bernapasj.AbdomenSaat dipalpasi, tidak ada nyeri tekan pada abdomenk.GenetaliaBersih, tidak ada darah, tidak ada gangguanl.EkstremitasAtas : tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, terdapat sianosis, terpasang infuse pada tangan sebelah kiriBawah : tidak ada edema, tidak ada clubbing finger, ada sianosis.4. Antropometria.Lingkar kepala;32 cm

b.Lingkar dada:33 cm

c.Lingkar lengan:12 cm

d.Berat badan lahir:3000 gr

e.Panjang badan:50 cm

5.Eliminasia.Urine : 2 kalib.BAB :1 kali

6. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan bilirubin tgl 29/03/2012, hasil : 7,9 mg/dlGlukosa69 mg/dl

Haemoglobin13,5 gr%

Erutrocit3,72

Data fokusData subjektifData objektif

1.Ibu pasien mengatakaan bayinya demam selama 2 hari2.Ibu pasien mengatakan bayi tidak mau minum3.Ibu pasien mengatakan bayi menangisnya lemah4.Ibu dan keluarga pasien mengatakan cemas dengan keadaan bayinya5.Ibu pasien mengatakan bibir bayi membiru sejak tadi pagi6.Ibu pasien mengatakan bahwa bayinya hanya minum 50 cc ASI / 24 jam dan OGT 15 cc / 3 jam7.Ibu pasien mengatakan bahwa konsistensi BAK bayinya cair dan berwarna kekuningan, dan konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna kekuningan, dengan pola 1x/2 hari.1.Keadaan umum pasien terlihat lemah2.Pasien terlihat lemas3.Pasien terlihat mengalami sianosis4.Bayi terlihat mengalami apneu5.Tanda-tanda vitalSuhu : 38, 50CNadi : 148 x/ menitPernapasan : 68 x/ menit6.Pasien terlihat mengalami kejang berulang-ulang 3-5 detik7.Sclera mata pada pasien terlihat ikterik8.Berdasarkan pemeriksaan lab, kadar bilirubin pasien 7,9 mg/dl9.Ibu dan keluarga pasien tampak gelisah dan sering bertanya tentang perkembangan kesehatan bayinya10.Ibu dan keluarga pasien tampak gelisah dan sering bertanya tentang perkembangan kesehatan bayinya11.Konjungtiva tampak anemis12.Mukosa bibir kering

Analisa dataAnalisa Data Pasien BY. A Dengan Kasus Sepsis Neonatorumdi Ruang Perinatologi RSUD Wangaya tanggal 29 Maret 2012Data subjektifData objektifMasalah

-Ibu pasien mengatakan bibir bayi membiru sejak tadi pagi-Bayi terlihat mengalami sianosisPerfusi cerebral

-Ibu pasien mengatakaan bayinya demam selama 2 hari-Pemeriksaan Tanda-tanda vitalSuhu : 38, 50CNadi : 148 x/ menitPernapasan : 68 x/ menit-Pasien terlihat mengalami kejang berulang-ulang 3-5 detikPeningkatan suhu tubuh

-Ibu pasien mengatakan bayi tidak mau minum-Ibu pasien mengatakan bahwa bayinya hanya minum 50 cc ASI / 24 jam dan OGT 15 cc / 3 jam-Ibu pasien mengatakan bahwa konsistensi BAK bayinya cair dan berwarna kekuningan, dan konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna kekuningan, dengan pola 1x/2 hari.

-Konjungtiva tampak anemis-mukosa bibir kering-Keadaan umum bayi terlihat lemahDefisit volume cairan

B.Diagnosa Keperawatan1.Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke otak ditandai denganibu pasien mengatakan bibir bayi membiru sejak tadi pagi, bayi terlihat mengalami sianosis2.Hipertermi berhubungan dengan efek endotoksin, perubahan regulasi temperature, dehidrasi, peningkatan metabolisme ditandai denganibu pasien mengatakaan bayinya demam selama 2 hari, pemeriksaan tanda-tanda vital; Suhu : 38, 50C, Nadi : 148 x/ menit, Pernapasa : 68 x/ menit3.Defisit volume cairan berhubungan denganpeningkatan permeabilitas kapiler plasma ditandai denganibu pasien mengatakan bayi tidak mau minum, ibu pasien mengatakan bahwa bayinya hanya minum 50 cc ASI / 24 jam dan OGT 15 cc / 3 jam, ibu pasien mengatakan bahwa konsistensi BAK bayinya cair dan berwarna kekuningan, dan konsistensi BAB bayinya lembek, berwarna kekuningan, dengan pola 1x/2 hari, konjungtiva tampak anemis, mukosa bibir kering, keadaan umum bayi terlihat lemah

Rencana Keperawatan pada Pasien BY. A Dengan Kasus Sepsis Neonatorumdi Ruang Perinatologi RSUD Wangaya tanggal 2 April 2012NoHari/ Tanggal/JamDiagnosa KeperawatanRencana Tujuan &Kriteria HasilRencana TindakanRasionalParaf

1Senin,2 April 2012Pkl 08.00Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke otak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali normal, dengan kriteria hasil :

1.Sianosis berkurang.

2.TTV Bayi:TD : 86/54 mmHgRR : 30-60x/menit.N : 100-160 x/menitS : 34-350C

Mandiri1.Observasi tanda-tanda vital

2.Pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia

3.Kaji frekuensi napas, kedalaman dan kualitas4.Kaji perubahan warna kulit, suhu, kelembabanKolaborasi5.Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral1.Untuk mengetahui keadaaan umum dan tanda-tanda vital pasien, yaitu: Tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.2.Disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia3.Peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan da dalam otak.4.Mengetahui ststus syok yang berlanjut5.Mempercepat proses penyembuhan

2Senin, 2 April 2012Pkl 08.00Hipertermi berhubungan dengan efek endotoksin, perubahan regulasi temperature, dehidrasi, peningkatan metabolismeSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh, dengan kriteria hasil :1.Suhu tubuh pasien dalam batas normal (36,5-37,20C)2.Tidak ada kejang3.Dehidrasi berkurangMandiri1.Observasi suhu tubuh pasien

2.Pantau suhu ruangan

3.Beri asupan minum sesuai kebutuhan dan jadwal.

4.Ajarkan anggota keluarga cara kompres hangat.

Kolaborasi5.Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, yaitu paracetamol 500 mg 3 x 1tablet.1.Shu tubuh diatas 380C menandakan proses penyakit infeksi akut

2.Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

3.Agar kebutuhan cairan terpenuhi

4.Melibatkan anggota keluarga untuk tindakan keperawatan.Kolaborasi5.Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus

3Senin, 2 April 2012Pkl 08.00Defisit volume cairan berhubungan denganpeningkatan permeabilitas kapiler plasma

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan deficit volume cairan tidak terjadi, dengan kriteria hasil :-Konjungtiva tidak anemis-mukosa bibir lembap-Keadaan umum bayi tidak lemahMandiri1.Observasi membrane mukosa kering, turgor kulit yang kurang baik.2.Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien tiap 6 jam

3.Kaji pengisian kapiler pasien (CRT/caffilery reffil time)

4.Ukur masukan dan haluaran (terutama urine dan berat jenis urine).

5.Berikan pengetahuan mengenai pentingnya cairan untuk mempertahankan keseimbangan volume cairan adekuat kepada keluarga paien.

Kolaborasi

6.Berikan cairan IV, misalnya kristaloid (D5W, NS) dan koloid (albumin, plasma beku segar) sesuai indikasi

7.Kolaborasi dengan laboratorium dalam pemeriksaan lab darah dan elektrolit (HGB, HCT, Natrium)

Mandiri1.Hipovolemia/cairan ruang ketiga akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi.

2.Untuk mengetahui keadaaan umum dan tanda-tanda vital pasien, yaitu: Tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.3.Untuk mengetahui peningkatan CRT/caffilery reffil time (