Sepsis Neonatorum Deni 2

38
BAB I PENDAHULUAN Sepsis neonatorum sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. 1 Sepsis neonatorum ini dapat dikategorikan sebagai early (dini) dan late (lambat) onset, 85% bayi yang baru lahir dengan infeksi awal hadir dalam waktu 24 jam, 5% hadir pada 24-48 jam, dan yang lebih kecil persentase pasien hadir dalam 48-72 jam. Sepsis terjadi kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. 1 Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. 2 Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the World’s Mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi, diantaranya : sepsis; pneumonia; tetanus; dan diare. Sedangkan 3% kasus disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh bayi kurang bulan dan berat badan lahir rendah, serta 7% kasus oleh sebab lain. 3 Sepsis neonatorum sebagai salah satu bentuk penyakit infeksi pada bayi baru lahir yang masih merupakan masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai

description

sepsis neonatorum

Transcript of Sepsis Neonatorum Deni 2

BAB IPENDAHULUAN

Sepsis neonatorum sampai saat ini masih merupakan masalah utama di bidang pelayanan dan perawatan neonatus. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang.1Sepsis neonatorum ini dapat dikategorikan sebagai early (dini) dan late (lambat) onset, 85% bayi yang baru lahir dengan infeksi awal hadir dalam waktu 24 jam, 5% hadir pada 24-48 jam, dan yang lebih kecil persentase pasien hadir dalam 48-72 jam. Sepsis terjadi kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir.1Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup.2 Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the Worlds Mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi, diantaranya : sepsis; pneumonia; tetanus; dan diare. Sedangkan 3% kasus disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh bayi kurang bulan dan berat badan lahir rendah, serta 7% kasus oleh sebab lain.3 Sepsis neonatorum sebagai salah satu bentuk penyakit infeksi pada bayi baru lahir yang masih merupakan masalah utama yang belum dapat terpecahkan sampai saat ini. WHO juga melaporkan case fatality rate pada kasus sepsis neonatorum masih tinggi, yaitu sebesar 40%. Hal ini terjadi karena banyak faktor risiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi.4 Selanjutnya dikemukakan bahwa angka kematian bayi dapat mencapai 50% apabila penatalaksanaan tidak dilakukan dengan baik.5Angka kejadian/insidens sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1,8-18 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian sebesar 12-68%, sedangkan di negara maju angka kejadian sepsis berkisar antara 3 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10,3%.6,7 Di indonesia, angka tersebut belum terdata. Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Januari-September 2005, angka kejadian sepsis neonatorum sebesar 13,68% dengan angka kematian sebesar 14,18%.8Seringkali sepsis merupakan dampak atau akibat dari masalah sebelumnya yang terjadi pada bayi maupun ibu. Hipoksia atau gangguan sistem imunitas pada bayi dengan asfiksia dan bayi berat lahir rendah/bayi kurang bulan dapat mendorong terjadinya infeksi yang berakhir dengan sepsis neonatorum. Demikian juga masalah pada ibu, misalnya ketuban pecah dini, panas sebelum melahirkan, dan lain-lain berisiko terjadinya sepsis. Selain itu, pada bayi sepsis yang dapat bertahan hidup, akan terjadi morbiditas lain yang juga tinggi. Sepsis neonatorum dapat menimbulkan kerusakan otak yang disebakan oleh meningitis, syok septik atau hipoksemia dan juga kerusakan organ-organ lainnya seperti gangguan fungsi jantung, paru-paru, hati dan lain-lain.9Masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia (50 per 1000 kelahiran hidup) mendorong Health Technology Assesment (HTA) Indonesia untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai permasalahan yang ada, sebagai dasar rekomendasi bagi pembuat kebijakan demi menurunkan angka kematian bayi secara umum dan insidens sepsis neonatorum secara khusus.9

BAB IILAPORAN KASUS I. IDENTITASNama : By. AUmur: 23 hari Jenis kelamin: laki-laki Agama: IslamAlamat: Jl. Arif rahman hakim MRS tanggal: 20 september 2014 Keluar RS: 11 Oktober 2014 Nama Ayah : Tn. A Umur: 27 tahun Pendidikan: Sarjana Pekerjaan: PNS Nama Ibu: Ny. AUmur: 25 tahun Pendidikan: SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. ANAMNESISAlloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 1 oktober 2014 pukul 23.40 WIB di ruang perinatologi 1.

A. Riwayat Penyakit Sekarang1. Keluhan utama : sesak nafas.2. Keluhan tambahan : pasien merintih, tidak mau menyusu/minum, kurang bergerak dan lemah serta tubuh berwarna kuning.3. Riwayat perjalanan penyakitPasien datang ke IGD RSUD Raden Mattaher pada tangga 20 September 2014, rujukan dari RS.Anissa dengan NCB KMK + respiratory distres sindrom +infeksi +ikterik lahir 2 hari yang lalu dengan SC atas indikasi KPD kurang lebih 1 minggu BBL 2000 gr. Pasien disampaikan sesak nafas sejak 2 hari, sesak nafas semakin lama semakin bertambah hingga kaki dan tangan pasien tampak kebiruan. Tidak segera menangis . Pasien juga tidak mau minum susu sejak lahir karena ASI ibu sedikit sehingga diberikan tambahan susu formula. Pasien juga tampak lemah dan badannya terlihat kuning sejak 1 hari SMRS.Bayi kemudian dikirim ke IGD RSUD Raden Mattaher dengan keadaan umum lemah, tangis (-) merintih, sesak nafas (+), retraksi (+), demam (+), perut kembung (-), kejang (-), muntah (-), BAB cair (+), frekuansi 2 kali sehari, warna kuning dan konsistensi lembek, BAK (+), frekuensi 4-5 kali sehari warna kuning jernih.4. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama (-). Riwayat batuk pilek sebelumnya (-). Riwayat alergi (-). Riwayat kejang (-).5. Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, gangguan jantung, TBC dan asma (-).

B. Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit1. Riwayat kehamilan dan kelahiranPasien lahir dengan Sc atas indikasi ketuban pecah dini kurang lebih 1 minggu pada tanggal 17 September 2014 dibantu dr.Suhair.SPOG. Menurut ibu pasien, pasien tidak segera menangis setelah di lahirkan dan kelihatan biru di ujung-ujung tubuh pasien. Apgar score tidak diketahui. Berat badan lahir 1,9 kg dan panjang badan 40 cm pasien.2. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan Pertumbuhan gigi I: - (normal 5-9 bulan) Gangguan perkembangan mental: tidak ada Tengkurap: - (normal 6-9 bulan) Duduk: - (normal 6-9 bulan) Berdiri: - (normal 9-12 bulan) Berjalan: - (normal 12-18 bulan) Bicara: - (normal 12-18 bulan).Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan belum dapat dinilai.

Riwayat makananASI: diberikan sejak awal lahir.Susu kaleng: +Bubur nasi: -Nasi TIM: -Kesan : pasien mendapat ASI dengan tambahan susu formula.3. Riwayat imunisasiBCG: -Polio: -DPT: -Campak: -Hepatitis: -Kesan : imunisasi dasar belum lengkap.4. Riwayat keluargaPasien merupakan anak pertama, ibu pasien sebelum nya pernah hamil namun keguguran.5. Riwayat sosial ekonomiAyah pasien bekerja sebagai PNS di dinas perhubungan. Ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sehingga untuk kebutuhan pokok sehari-hari cukup.6. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Parotitis: -Petusis: -Difteri: -Tetanus: -Campak: -Varicella: -Tipoid: -Malaria: -DBD: -Demam menahun: -Radang paru: -TBC: -Kejang: -Lumpuh: -Batuk/pilek: -Muntah berak: -Asma: -Cacingan: -

III. PEMERIKSAAN FISIKa. Keadaan umum :tampak sakit beratKesadaran:letargiKeaktifan: gerakan kurang aktif, ekstremitas dalam keadaan fleksi simetris.BB: 1900 gramPB: 40 cmEdema: -Sianosis: + ( pada sekitar mulut dan ujung-ujung ekstremitas)Dipsneu: +Ikterus: +Suhu: 36 0 CRespirasi: 75 x/menitSpo2: 85 % (terpasang O2 5 L/menit head box)GDS: 98mg/dlTurgor: baikNadiFrekuensi: 124x/menitb. KulitWarna: kuningHipo/hiperpigmentasi: -Ikterik: +Bersisik: -c. Kepala Bentuk :Normochepal. UUB: normal RambutWarna:HitamTebal / tipis :tipisJarang / tidak (distribusi):Normal MataPalpebra:Edema (-/-), cekung (-/-)Konjungtiva:Anemis (-/-)Sklera:Ikterik (-/-)Pupil Diameter:3 mm / 3 mmSimetris:Isokor (+ / +)Refleks cahaya: (+ / +)Kornea:JernihAir mata: (+) TelingaBentuk:SimetrisSekret:(-/-)Nyeri:(-/-) HidungBentuk:SimetrisPernapasan cuping hidung : (+)Sekret:- / -Epistaksis :- / - FaringHiperemis:-Edema:- Tonsil Warna:-Pembesaran:T1/T1 MulutBentuk: SimetrisBibir:Mukosa kering (-)Gusi:Mudah berdarah (-)Kesulitan menyusu: ( - ) LidahBentuk:SimetrisPucat:( - )Kotor:( - )Warna:Merah muda Gigi: Belum tumbuhd. Leher Pembesaran kelenjar leher:-Massa:-e. ThoraksJantung

13

Inspeksi Ictus cordis : tidak tampak. Pulsasi jantung: -Palpasi Ictus cordis: DBN Thrill: - Aktivitas jantung kanan: DBN Aktivitas jantung kiri: DBN

Perkusi Batas kiri: DBNBatas kanan: DBN Interkostal: DBNSubkostal: DBNEpigastrium: DBN

AuskultasiBunyi jantung I: reguler Bunyi jantung II: reguler Mitral: ( + )Pulmonal : ( + )Trikuspid: ( + )Aorta : ( + )Bising Jantung: ( - )

Paru INSPEKSI STATISBentuk : seperti dada burung Simetris : + Clavicula : dbnSternum : dbnBendungan vena : -Tumor : -

INSPEKSI DINAMISGerakan: Dinamis cepatBentuk pernapasan: TorakoabdominalRetraksi Subkosta: (+) sedang Retraksi Epigastrium : (+) sedang

PalpasiNyeri tekan : - Tumor: -Fraktur iga: - Stemfremitus:ka/ki sama meningkatKrepitasi: -

PerkusiBunyi ketuk: sonorNyeri ketuk: -Batas paru - hati: dbn

AuskultasiBunyi napas pokok: Vesikuler melemah.Bunyi napas tambahan: Wheezing (+/+), 2 lapangan paru, dan Ronki basah halus nyaring (+/+) akhir inspirasi, hampir di seluruh lapang paru. Stridor (+).

AbdomenInspeksiBentuk: Supel.Umbilikus :tidak berbau .Turgor: Cepat kembali < 2 AuskultasiBising usus (+) normalPalpasiNyeri tekan : -Nyeri lepas: -Hepar: tidak terabaLien: tidak terabaMassa: tidak terabaPerkusiBunyi ketuk : timpaniAsites: -Ekstremitas : Akral ekstremitas atas dan bawah hangat, edema (-), sianosis (+), CTR < 2.Genitalia : laki laki , tidak ada kelainan. Anus : (+), tidak ada kelainan.

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUMPemeriksaan Hematologi HasilInterpretasi

WBC 24,6 H 103/mm3 (normal: 3,5-10,0)Meningkat

RBC 4,75 L 106/mm3 (normal: 3,80-5,80)Normal

HGB 14,3 g/dl (normal: 11,0-16,5)Normal

HCT 42,8 % (normal: 35,0-50,0)Normal

PLT 46 L103/mm3 (normal: 150-390)Menurun

PCT 0,35 L% (normal: .100-.500)Normal

MCV 90 L fl (normal: 80-97)Normal

MCH 30,0 L pg (normal: 26,5-33,5)Normal

MCHC 33.3 g/dl (normal: 31,5-35,0)Normal

RDW 19,5 H % (10.0-15.0)Meningkat

MPV 7,5 fl (6.5-11.0)Normal

PDW 7,8 % (normal: 10.0-18.0)Normal

LYM 2,9 103/mm3(normal: 1.2-3.2)Normal

MON 0,8 103/mm3 (normal: 0.3-0.8)Normal

GRA 1 20,9 103/mm3 (normal: 1.2-6.8)Normal

GDS98 mg/dlNormal

Pemeriksaan kimia darahBilirubin total: 18,0mg/dl MeningkatBilirubin direk: 10,6 mg/dl MeningkatBilirubin indirek: 7,4 mg/dl

Pemeriksaan imunologiCPR: + (positif)

V. DIAGNOSIS KERJA

NCB KMK Respiratory Distress sindrom + sepsis neonatorum + ikterik.

VI. TERAPI CPAP : F1O2 21%, PEEP 7 Pemasangan OGTPuasaIVFD D5- NS 8 tetes/menitInjeksi Ampicillin 2x150 mg IVInjeksi Gentamisin 15mg/36 jamInjeksi Meropenem 3x120 mgTerapi sinar

VII. PROGNOSAQuo ad vitam : dubia ad malamQuo ad fungsionam : dubia ad malam

VIII. FOLLOW UPTanggalSOAP

93/10/2014Sesak nafas, lemah. N : 148 x/iRR : 60 x/iT : 36,5 CSpO2 : 85 %K/U : Tampak sakitKes. : lemahKepala : Normocepal Mata : CA (-/-), SI (-/-)THT : DBN Mulut : DBN Thoraks : Cor : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-). Pulmo : ves/ ves, wheezing (-/-), ronkhi basah halus nyaring (-/-). Abdomen : BU (+) N, kembung (-)Ekstremitas : akral hangat.NCB KMK Respiratory Distress sindrom ec BBLR + HMD + sepsis neonatorum + ikterik.

CPAP :F1O2 21%, PEEP 7 Pemasangan OGT (dower) IVFD D5- NS 8 tetes/menit Injeksi Ampicillin 2x150 mg IV Injeksi ceftatidin 2 x 100 mg Terapi sinar

4/10/2014Sesak napas, lemah, kuning.N : 138 x/iRR : 56 x/iT : 36,5 CSpO2 : 100 %K/U : Tampak sakitKes. : lemahKepala : Normocepal Mata : CA (-/-), SI (-/-)THT : DBN Mulut : DBN Thoraks : Cor : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-). Pulmo : ves/ ves, wheezing (-/-), ronkhi basah halus nyaring (-/-). Abdomen : BU (+) N, kembung (-)Ekstremitas : akral hangat.

NCB KMK Respiratory Distress sindrom ec BBLR + HMD + sepsis neonatorum + ikterik CPAP :F1O2 21%, PEEP 7 Pemasangan OGT (dower) IVFD D5- NS 8 tetes/menit Infus aminofusin paed 60cc/24 jam Injeksi Ampicillin 2x150 mg IV Injeksi Meropenem 3x120 mg Terapi sinar

15/10/2014lemahN : 135 x/iRR : 66 x/iT : 36,5 CSpO2 : 98 %K/U : Tampak sakitKes. : lemahKepala : Normocepal Mata : CA (-/-), SI (-/-)THT : DBN Mulut : DBN Thoraks : Cor : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-). Pulmo : ves/ves, wheezing (-/-), ronkhi basah halus nyaring (+/+). Abdomen : BU (+) N, kembung (+)Ekstremitas : akral hangat.NCB KMK Respiratory Distress sindrom ec BBLR + HMD + sepsis neonatorum + ikterik CPAP :F1O2 21%, PEEP 7 Pemasangan OGT (dower) IVFD D5- NS 8 tetes/menit Infus aminofusin paed 60cc/24 jam Injeksi Ampicillin 2x150 mg IV Injeksi Meropenem 3x120 mg Terapi sinar

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISISepsis atau septikemia adalah keadaan ditemukannya gejala klinis terhadap suatu penyakit infeksi yang berat, disertai dengan ditemukannya respon sistemik yang dapat berupa hipotermia, hipertermia, takikardia, hiperventilasi dan letargi.Sindrom sepsis adalah sepsis yang telah disertai dengan gangguan perfusi organ seperti gangguan akut status mental, oliguria, peninggian kadar asam laktat di dalam darah dan hipoksemia.Sepsis neonatorum merupakan gejala klinis dari penyakit sistemik yang disertai dengan bakteremia yang terjadi pada bulan pertama setelah bayi lahir. Sepsis pada bayi baru lahir adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau air kemih. Sepsis neonatorum adalah suatu infeksi berat yang menyebar keseluruh tubuh bayi baru lahir sampai 1 bulan atau 4minggu pertama, ditandai dengan gejala-gejala sistemik dan bakteremia. Sepsis merupakan respon sistemik terhadap infeksi oleh bakteri, virus, jamur dan protozoa. Sedangkan bakteremia adalah ditemukannya bakteri di dalam kultur darah.Sepsis neonatorum ini biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu sepsis awitan dini dan awitan lambat. Pada awitan dini, kelainan ditemukan pada hari-hari pertama kehidupan (umur dibawah 3 hari). Infeksi terjadi secara vertikal karena penyakit ibu atau infeksi yang diderita ibu selama selama persalinan atau kelahiran. Sementara pada awitan lambat terjadi karena kuman yang berasal dari lingkungan di sekitar bayi setalah hari ke 3 lahir. Proses infeksi ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal dan termasuk didalamanya infeksi karena kuman nosokomial.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial (infeksi yang didapat di Rumah Sakit). Onset lebih cepat pada bayi prematur. Sepsis neonatorum disebut juga sepsis, atau septikemi neonatal.Sejak adanya konsesus dari American College of Chest Physicians/Society of Critical Medicine (ACCP/SCCM) telah timbul berbagai istilah dan definisi dibidang infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok BBL dan penyakit anak. Istilah atau definisi tersebut antara lain: Sepsis merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (Systemic Inflamatory Respons Syndrome-SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi bakteri, virus, jamur ataupun parasit. Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organ kardivaskuler dan gangguan napas dua organ lain (seperti gangguan neurologi, hematologi, urogenital dan hepatologi). Syok septik terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotensi walaupun telah mendapat cairan adekuat. Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagi mempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi dua atau lebih organ.

II. EPIDEMIOLOGISepsis merupakan masalah yang belum dapat teratasi dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir. Di negara berkembang, hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis. Angka kejadian atau insidens sepsis di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu 1,8-18/1000 kelahiran dibanding negara maju 1-5/1000 kelahiran. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri lima kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2,75 kg dan dua kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Infeksi pada neonatal di Indonesia masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10-15% dari morbiditas perinatal. Angka kejadian sepsis neonatorum adalah 1-10/1000 kelahiran hidup.

III. ETIOLOGISepsis dapat timbul sebagai lanjutan dari infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit. Bayi dapat terkena infeksi selama kehamilan, dari traktus genital ibu selama kelahiran, atau setalah bayi lahir oleh sebab lain.Faktor Predisposisia) Prematuritas dan berat badan lahir rendah. Prematuritas merupakan salah satu faktor signifikan berkaitan dengan sepsis. Risiko meingkat bila disertai dengan kelahiran berat badan bayi rendah.b) Ruptur membran. Ruptur membran dini atau berkepanjangan (>18jam)c) Maternal peripartum fever (>380 C/100.4oF). chorioamniosistis (bau yang tidak enak disertai warna keruh pada cairan amnion), infeksi saluran kemih, kolonisasi kelompok B streptococcus (GBS) pada vagina, penyakit GBS sebelumnya saat melahirkan, kolonisasi perineal akibat E.coli dan komplikasi obstetric.d) Kehamilan multipel (>1).e) Prosedur invasif. Pemantauan invasif (fetal scalp electrodes), intravascular catheterization (percitaneous inserted central catethers/PICC) dan cateter umbilical dan respirasi ( intubasi endotrakeal) atau bantuan metabolik (nutrisi total parenteral).f) Bayi dengan galactosemia (sepsis E.coli) defect imunitas, atau asplenia.g) Faktor lain. Pria 4x lebih sering terkena dibandingkan wanita, dan kemungkinan genetik sex-linked pada host bisa diturunkan. Beragam dari fungsi imunitas memainkan peran. Pemberian makanan melalui botol (bottle feeding( berlawanana dengan breast feeding dapat menyebabkan infeksi. Status sosial ekonomi rendah juga dilaoporkan sebagai penambah faktor risiko namun dapat dijelaskan akibat terjadinya kelahiran berat badan rendah. Staf NICU dan anggota keluarga merupakan faktor lain terhadap penyebaran mikroorganisme biasanya akibat cuci tangan yang tidak benar.

Bayi juga dapat menderita sepsis karena terkena infeksi setelah kelahiran dari orang atau benda yang terinfeksi. Bayi di neonatus intensive care unit (NICU) berisiko mendapat infeksi nosokomial, terutama mereka yang prematur atau memiliki berat lahir rendah sehingga lebih rentan terkena infeksi. Mikroorganisme yang normal hidup dikulit dapat menyebabkan infeksi bila memasuki tubuh melalui kateter dan pipa lain yang menyertai tubuh bayi. Di negara berkembang macam infeksi yang sering ditemukan adalah infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran cerna (diare), tetanus neonatal, sepsis dan meningitis.27Penyebab utama sepsis neonatorum onset dini adalah sterptokokus grup B (GBS) dan bakteri enterik (E.coli) dari traktus genital maternal. Pada onset lambat terutama GBS, virus herpes simpleks, enterovirus dan E.coli. pada bayi berat lahir rendah yang rentang infeksi nosokomial kuman penyebabnya terutama Candida dan Stafilokokus koagulase negatif (CONS).

IV. PATOGENESISInfeksi dapat masuk ke dalam tubuh neonatus melalui tiga rute, yaitu: in utero (transplasental), intrapartum (asendens), dan post partum (nosokomial). Neonatus tidak dapat merespon benda asing infeksius dikarenakan adanya defisit dari respon fisiologis terhadap agen infeksius. Studi neonatus masih terbatas, namun ditemukan produksi sitokin berkurang. Ditemukan peningkatan kadar interleukin-6, tumor necrosis factor (TNF), dan faktor aktifasi platelet.Sepsis dini, organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab bertransmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban, mikroorganisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau mekonium merusak peran alami bakteriostatikcairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang denga cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Insidens syok septik 0,1-0,4% dengan mortalitas 15-45% dan morbitas kecacatan saraf.Pada onset lambat, bakteri penyebab sepsis dan meningitis timbul sesudah lahir, yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Disini transmisi horisontal memegang peranan. Insidens sepsis onset lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun padabayi kurang bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama dan imunitas yang imatur. Jika persalinan berlangsung lama, maka bakteri di vagina dapat secara vertikal menyebabkan inflamasi padaketuban, tali pusat dan plasenta. Infeksi fetal dapat juga disebabkan aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. Hal ini dapat menyebabkan lahir mati, persalinan prematur, atau sepsis neonatus. Keman yang terisolasi dari cairan amnion yang terinfeksi yaitu bakteri anaerobik, streptococcus B hemoliticus grup B, Escheria coli, dan Mycoplasma.Cairan amnion dapat mencegah Escherichia coli dan bakteri lain berkembang lebih jauh karena mengandung dan bakteri lain berkembang lebih jauh karena mengandung lyzozyme, transferin, dan imunoglobulin (IgA dan IgG). Jika terdapat meconium dan verniks, biasanya akan terjadi peningkatan Escherichia coli dan streptococcus B hemolitycus grup B.Infeksi pada ibu hamil waktu melahirkan memiliki peranan penting terhadap infeksi neonatus. Infeksi secara transplasenta sewaktu atau sebelum melahirkan dapat terjadi walaupun terlihat seperti infeksi saat melewati jalan lahir. Mikroorganisme yang didapat neonatus selama kelahiran akan berkembang dikulit, mukosa nasofaring dan orofaring, konjungtiva dan tali pusat dan pada neonatus perempuan di genitalia externa. Kulit pada neonatus yang lahir secara seksio cesarea akan lebih bebas kuman kuman dibanding yang lahir secara pervaginam diamana neonatus akan terpapar mikroorganisme yang terdapat dijalan lahir.Endotrakeal suction juga dapat menyebabkan terpapar terhadap mikroorganisme. Neonatus juga dapat terinfeksi melalui sirkumsisi ataupun pemotongan tali pusat. Neonatus dengan satu atau lebih faktor predisposisi (seperti berat badan lahir rendah/BBLR, ketuban pecah dini, trauma persalinan, hipoksia fetal, jenis kelamin laki-laki, atau infeksi ibu selama peripartum) akan meningkatkan risiko terhadap sepsis. Fungsi fagosit yang belum matur dan penurunan respon inflamasi dan imunitas yang sering pada neonatus yang kecil menyebabkan neonatus rentan terhadap sepsis. Hipotermia pada neonatus (suhu rektal 35 C) berkaitan erat dengan peningkatan insidens sepsis. Sampai sekarang masih kurang jelas apakah hipotermia merupakan prdisposisi ataupun akibat dari sepsis.Tali pusat sering menjadi portal atau saluran masuknya infeksi sistemik pada neonatus, jaringan yang sudah mati seperti tali pusat sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri dan pembuluh darah umbilikal dapat sebagai saluran langsung infeksi ke sirkulasi darah neonatus.Lemahnya pertahanan tubuh bayi kurang bulan atau pada bayi cukup bulan risiko tinggi disebabkan oleh:1) Sistem imuitas selulerNetrofil atau sel PMN yang vital untuk membunuh bakteri, mengalami defek dalam kemotaksis dan kapasitas menghancurkan. Ikatan endotel pembuluh darah berkurang sehingga menurunkan kemampuan dalam membatasi, menyebabkan area intravaskular bermigrasi ke dalam jaringan. Pada jaringan, sel tersebut gagal berdegregasi sebagai respon terhadap faktor kemotaktik. PMN neonatal juga sedikit cacat sehingga kemampuannya memasuki matriks ekstraseluler dari jaringan untuk mencapai daerah yang inflamasi berkurang. Kemampuan PMN neonatus yang terbatas untuk memfagosit dan membunuh bakteri akan terganggu ketika bayi sakit secara klinis. Akhirnya, cadangan netrofil akan habis dengan mudahnya oleh karena penurunan respon sumsum tulang, terutama bayi prematur.2) Sistem imunitas humoralKadar IgG pada neonatus tergantung dari transport aktif melalui plasenta oleh karena semua tipe IgM, IgA dan IgE tidak melalui plasenta, karena itu pada neonatus jumlahnya kurang. Antibodi yang ditransfer ke janin, akan menjadi pelindung terhadap infeksi spesifik yang pernah di derita ibu sebelumnya. Secara kunatitatif jumlah IgG jelas kurang pada bayi berat badan lahir rendah/BBLR, karena sebagian besar IgG ditransfer melalui plasenta sesudah 32 minggu kehamilan; maka jumlah IgG pada bayi kurang bulan sangat rendah dibanding bayi cukup bulan. Jumlah ini berkurang pada beberapa bulan pertama sesudah lahir, keadaaan ini disebut hipoimunoglobulinemia fisiologis pascanatal. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial pada masa neonatal.

Faktor risiko pada kehamilan dan persalinan sebagai indikator kecurigaan terhadap sepsis:Faktor risiko mayorFaktor risiko minor

Ketuban pecah dini >24jam Ibu demam saat intra-partum > 380 C Koriomnionitis Denyut jantung janin menetap > 160x/menit ke 537,50C Apgar score menit 1