Askep Sepsis Neonatorum

34
ASKEP SEPSIS NEONATORUM 1. Definisi Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala- gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000) Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis dapat dibagi menjadi dua yaitu, 1. Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. 2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008) 2. Epidemiologi Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada

Transcript of Askep Sepsis Neonatorum

Page 1: Askep Sepsis Neonatorum

ASKEP SEPSIS NEONATORUM 

1. Definisi

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat

minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1

dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005).

Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik

terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom yang

dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang

dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000)

Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak

dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga

saja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat

sebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan

dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau

jamur (candida) meskipun jarang ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009). Sepsis

dapat dibagi menjadi dua yaitu,

1. Sepsis dini :terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme

pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan

angka mortalitas tinggi. 2. Sepsis lanjutan/nosokomial : terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan

didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. (Vietha, 2008)

2. Epidemiologi

Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro

30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi

baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang

bayi laki-laki.

2.3Etiologi

Bakteria seperti

Escherichiacoli, Listeria monocytogenes, Neisseriameningitidis, Sterptococcus pneumoniae, 

Haemophilus influenzae tipe B, Salmonella, dan Streptococcus grup B merupakan penyebab

paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan 3 bulan. Streptococcus grup

B merupakan penyebab sepsis paling sering pada neonatus.

Page 2: Askep Sepsis Neonatorum

Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui

ibu selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:

a. Perdarahan

b. Demam yang terjadi pada ibu

c. Infeksi pada uterus atau plasenta

d. Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

e. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum

melahirkan)

f. Proses kelahiran yang lama dan sulit.

g. Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.

Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling

tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita

hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang

menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka

yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur

invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas

melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya

hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran

darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.

Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang

bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia

tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada

sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar

adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini

mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian menunjukkan

bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam

darah.Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari

semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.

4. Patofisiologi

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan

endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan

ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan

kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat,

complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya

adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang

mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian

(Bobak, 2005).Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat

Page 3: Askep Sepsis Neonatorum

terjadi infeksi transplasental seperti pada infeksi konginetal virus rubella,

protozoa Toxoplasma, atau basilus Listeria monocytogenesis. Yang lebih umum,

infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam proses persalinan ( infeksi

Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif ) atau secara horizontal dari

lingkungan atau perawatan setelah persalinan ( infeksi Stafilokokus koagulase

positif atau negatif).

Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal

dari tiga kelompok, yaitu : 

1. Faktor Maternal

a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui

sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya

buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih

banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu

(kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun

c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini (KPD)

e. Prosedur selama persalinan. 

2. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor

resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan

lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui

plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,

konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan

hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan

kulit.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,

khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA

tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.

Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3

serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.

Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,

bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar

penurunan aktivitas opsonisasi. 

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat

kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

Page 4: Askep Sepsis Neonatorum

3. Faktor Lingkungan

a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering

memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah

sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi

parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang

luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko

pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,

sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan

resisten berlipat ganda.

c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran

mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering

akibat kontak tangan.

d. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan

dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi

oleh E.colli.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus

melalui beberapa cara, yaitu :

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu

setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui

sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat

menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,

hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain

malaria, sipilis, dan toksoplasma.

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena

yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya,

terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk

dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah

terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus

dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.

Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi

atau port de entre  lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh

kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis,

Candida albican,dan N.gonorrea.

3. Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran

umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal

melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang

nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut

Page 5: Askep Sepsis Neonatorum

menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga

dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)

5. Manifestasi Klinik

Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai

berikut,

1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali

3. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,

sianosis

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,

pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat

menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala

lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut

kembung

Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan

penyebarannya:

a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari

pusar

b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,

kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada

ubun-ubun

c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada

lengan atau tungkai yang terkena

d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan

sendi yang terkena teraba hangat

e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare

berdarah.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off  tepat yang

optimal, nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%, spesifisitas lebih

dari 85%,Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%, Negative Probable

Value (NPV) mendekati 100%, dan dapat mendeteksi infeksi pada tahap awal. Kegunaan

klinis dari pertanda diagnostik yang ideal adalah untuk membedakan antara infeksi

Page 6: Askep Sepsis Neonatorum

bakteri dan virus, petunjuk untuk penggunaan antibiotik, memantau kemajuan

pengobatan, dan untuk menentukan prognosis.

Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total, hitung

neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total (I:T),

mikroErytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes laboratorium

yang dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes cepat (rapid test)

untuk deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.

Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah sebagai

berikut: IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6 (atau IL1-ra 0, IL8,

G-CSF, TNF, CRP, dan hematological indices pada hari ke-0); CRP, IL6 (atau GCSF

dan hematological indices pada hari ke-1); dan CRP pada hari-hari berikutnya untuk

memonitor respons terhadap terapi. Tabel 3 menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari

berbagai uji laboratorium.

7. Penatalaksanaan

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v

(dibagi 2 dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan

Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis

(hati-hati penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v

harus diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,

lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas

indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,

pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa

gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan

darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada

hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP

tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau

Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15

mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).

6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian

antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21

hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik,

terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi

darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar 

Page 7: Askep Sepsis Neonatorum

8. Askep sepsis neonatorum 

1. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau

inflamasi

a. Kriteria Hasil

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180

x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

b. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua

jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang

signifikan akan mempengaruhi proses

regulasi ataupun metabolisme dalam

tubuh.

2. Observasi adanya kejang dan dehidrasi Hipertermi sangat potensial untuk

menyebabkan kejang yang akan semakin

memperburuk kondisi pasien serta dapat

menyebabkan pasien kehilangan banyak

cairan secara evaporasi yang tidak

diketahui jumlahnya dan dapat

menyebabkan pasien masuk ke dalam

kondisi dehidrasi.

3. Berikan kompres denga air hangat pada

aksila, leher dan lipatan paha, hindari

penggunaan alcohol untuk kompres.

Kompres pada aksila, leher dan lipatan

paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar

besar yang akan membantu menurunkan

demam. Penggunaan alcohol tidak

dilakukan karena akan menyebabkan

penurunan dan peningkatan panas secara

drastis.

Kolaborasi

4. Berikan antipiretik sesuai kebutuhan

jika panas tidak turun.

Pemberian antipiretik juga diperlukan

untuk menurunkan panas dengan segera.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam

a. Kriteria Hasil

1. Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)

2. Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180

x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)

3. Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam

Page 8: Askep Sepsis Neonatorum

b. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitoring tanda-tanda vital setiap dua

jam dan pantau warna kulit

Perubahan tanda-tanda vital yang

signifikan akan mempengaruhi proses

regulasi ataupun metabolisme dalam

tubuh.

2. Observasi adanya hipertermi, kejang dan

dehidrasi.

Hipertermi sangat potensial untuk

menyebabkan kejang yang akan semakin

memperburuk kondisi pasien serta dapat

menyebabkan pasien kehilangan banyak

cairan secara evaporasi yang tidak

diketahui jumlahnya dan dapat

menyebabkan pasien masuk ke dalam

kondisi dehidrasi.

3. Berikan kompres hangat jika terjadi

hipertermi, dan pertimbangkan untuk

langkah kolaborasi dengan memberikan

antipiretik.

Kompres air hangat lebih cocok digunakan

pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk

menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi

secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu

lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh

karena itu pemberian antipiretik

diperlukan untuk segera menurunkan

panas, misal dengan asetaminofen.

4. Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan

jumlah pemberian yang telah

ditentukan

Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal

diperlukan untuk mencegah bayi dari

kondisi lapar dan haus yang berlebih.

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume

bersirkulasi akibat dehidrasi

a. Kriteria Hasil

1. Tercapai keseimbangan ai dalam suang interselular dan ekstraselular

2. Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan

3. Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara

fungsi jaringan

b. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1. perawatan sirkulasi (misalnya periksa

nadi perifer,edema, pengisian perifer,

warna, dan suhu ekstremitas)

1. meningkatkan sirkulasi arteri dan vena

2. pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan 2. mengetahui sensasi perifer,

Page 9: Askep Sepsis Neonatorum

panas/dingin kemungkinan parestesia

3. pantau status cairan 3. mengetahui keseimbangan antara

asupan dan haluaran

4. PK: Trombositopenia

a. Tujuan

Perawat akan menangandi dan mengurangi komplikasi penurunan trombosit.

b. Intervensi dan Rasional

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau JDL, hemoglobin, tes koagulasi

dan jumlah trombosit

Nilai ini membantu mengevaluasi respon

klien terhadap pengobatan dan resiko

terhadap pendarahan akibat dari sepsis.

2. Pantau tanda tau gejala pendarahan

spontan atau perdarahan hebat : ptekie,

ekimosis, hematoma spontan,

perubahan tanda-tanda vital.

Pemantauan secara konstan sangat

dibutuhkan untuk menjamin deteksi dini

adanya episode perdarahan

3. Pantau tanda perdarahan sisemik atau

hipovolemia, seperti peningkatan

frekuensi nadi, napas dan tekanan

darah, perubahan status neurologis

Perubahan pada oksigen sirkulasi akan

mempengaruhi fungsi jantung, vascular

dan fungsi neurologis

Daftar pustaka 

Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet

di http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-1uyr3qilmiahpopular.doc

Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet

dihttp://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum

Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6.Jakarta :

EGC.

Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC

Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet

dihttp://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium

Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-

melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html

Nurcahyo. 2000. Sepsis Neonatorum. Akses internet

dihttp://www.indonesiaindonesia.com/images_greenish/misc/navbits_finallink.gif

Page 10: Askep Sepsis Neonatorum

disusun oleh Indri Diyah bersama kelompok 5A keperawatan maternitas FKP UNAIR 

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal. Jakarta : Bina PustakaVietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet dihttp://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askep-pada-sepsis-neonatorum/ 

ASUHAN KEPERAWATAN SEPSISSEPSIS

1. Definisi

Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme. Ditandai dengan panas, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan dengan gangguansirkulasi darah.

Sepsis sindroma klinik yang ditandai dengan:

Hyperthermia/hypothermia (>38°C; <35,6°C)

Tachypneu (respiratory rate >20/menit)

Tachycardia (pulse >100/menit)

Leukocytosis >12.000/mm3 – Leukopoenia <4.000/mm3

10% >cell imature

Suspected infection

Biomarker sepsis (CCM 2003) adalah prokalsitonin (PcT); C reactive Protein (CrP).Derajat Sepsis

1. Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), ditandai dengan ≥2 gejala sebagai berikut

Hyperthermia/hypothermia (>38,3°C; <35,6°C)

Tachypneu (resp >20/menit)

Tachycardia (pulse >100/menit)

Leukocytosis >12.000/mm atau Leukopenia <4.000/mm

10% >cell imature

1. Sepsis

Infeksi disertai SIRS

2. Sepsis Berat

Sepsis yang disertai MODS/MOF, hipotensi, oligouri bahkan anuria.

3. Sepsis dengan hipotensi

Sepsis dengan hipotensi (tekanan sistolik <90 mmHg atau penurunan tekanan sistolik >40 mmHg).

4. Syok septik

Syok septik adalah subset dari sepsis berat, yang didefinisikan sebagai hipotensi yang diinduksi sepsis dan menetap kendati telah mendapat resusitasi cairan, dan disertai hipoperfusi jaringan.

Ketidakseimbangan: DO2 (oxygen delivery) dan VO2 (oxygen consumption).

USA → 400.000 kasus sepsis; 200.000 kasus syok septik; 100.000 kematian.

Page 11: Askep Sepsis Neonatorum

Pasien mendapatkan obat vasoaktif → syok septik jika mengalami hipoperfusi jaringan.

Pengertian yang lain : Sepsis sering didefinisakan sebagai adanya mikroorganisme patogenik atau toksinnya berada di dlaam aliran darah. (Hudak&Gallo, 1996)

Sindroma sepsis didefinisikan sebagai respon sistemik terhadap sepsis, diwujudkan sebagai tachycardia, demam atau hypothermia, takipnea dan tanda – tanda perfusi organ yang tidak mencukupi. (Hudak&Gallo, 1996).

Syok sepsis adalah suatu bentuk syok (sindroma sepsis yang disertai hipotensi) yang menyebar dan vasogenik dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vascular sistemik serta adanya penyebaran yang tidak normal dari volume vascular. (Hudak&Gallo, 1996)

Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)

Sepsis is a condition in which the body is fighting a severe infection that has spread via the bloodstream. (emedicinehealth.com)

Terminology dalam sepsis menurut American College of Chest Physicians/society of Critical Care Medicine consensus Conference Committee : Critical Care Medicine, 1992 :

Infeksi

Fenomena microbial yang ditandai dengan munculnya respon inflamasi terhadap munculnya / invasi mikroorganisme ke dalam jaringan tubuh yang steril.

Bakteriemia

Munculnya atau terdapatnya bakteri di dalam darah.

SIRS (Systemic Inflamatory Response Syndrome)

Respon inflamasi secara sistemik yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam kondisi klinis yang berat. Respon tersebut dimanifestasikan oleh 2 atau lebih dari gejala khas berikut ini :

Suhu badan> 380 C atau <360 C

Heart Rate >9O;/menit

RR >20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg

WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

Sepsis sistemik

Respon terhadap infeksi yang disebabkan oleh adanya sumber infeksi yang jelas, yang ditandai oleh dua atau lebih dari gejala di bawah ini:

Suhu badan> 380 C atau <360 C

Heart Rate >9O;/menit

RR >20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg

WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

Severe Sepsis

Keadaan sepsis dimana disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi. Hipoperfusi atau gangguan perfusi mungkin juga disertai dengan asidosis laktat, oliguria, atau penurunan status mentas secara mendadak.

Shok sepsis

Sepsis yang menyebabkan kondisi syok, dengan hipotensi walaupun telah dilakuakn resusitasi cairan. Sehubungan terjadinya hipoperfusi juga bisa menyebabkan asidosis laktat, oliguria atau penurunan status mental secara mendadak. Pasien yang mendapatkan inotropik atau vasopresor mungkin tidak tampaka hipotensi walaupun masih terjadi gangguan perfusi.

Sepsis Induce Hipotension

Kondisi dimana tekanan darah sistolik <90mmHg atau terjadi penurunan sistolik >40mmHg dari sebelumnya tanpa adanya penyebab hipotensi yang jelas.

Page 12: Askep Sepsis Neonatorum

MODS (Multy Organ Dysfunction Syndroma)

Munculnya penurunan fungsi organ atau gangguan fungsi organ dan homeostasis tidak dapat dijaga tanpa adanya intervensi.

1. Etiologi

Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri gram negatif (-) dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan oleh infeksi-infeksi jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab-penyebab lain dari infeksi atau agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS. Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-bakteri, mulai menginfeksi hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam (contohnya, kulit, paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.). Agen-agen yang menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya) kemudian menyebar secara langsung atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini mengizinkan mereka untuk menyebar ke hampir segala sistim organ lain. Kriteria SIRS berakibat ketika tubuh mencoba untuk melawan kerusakan yang dilakukan oleh agen-agen yang dilahirkan darah ini.

Sepsis bisa disebabkan oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri aerobik, anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus (Linda D.U, 2006)

Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli, Klebsiella Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp.

Bakteri gram negative mengandung liposakarida pada dinding selnya yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah, endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang merugikan dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang timbulnya shock sepsis.

Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah staphilococus, streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator imun dengan cara yang sama dengan endotoksin.

1. Tanda dan Gejala

Gejala klinis sepsis biasanya tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda tanda sepsis non spesifik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah, atau kebingungan.

Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:

Perubahan sirkulasi

Penurunan perfusi perifer

Tachycardia

Tachypnea

Pyresia atau temperature <36oc

Hypotensi

Pasien harus mempunyai sumber infeksi yang terbukti atau yang dicurigai (biasanya bakteri) dan mempunyai paling sedikit dua dari persoalan-persoalan berikut: denyut jantung yang meningkat (tachycardia), temperatur yang tinggi (demam) atau temperatur yang rendah (hypothermia), pernapasan yang cepat (>20 napas per menit atau tingkat PaCO2 yang berkurang), atau jumlah sel darah putih yang tinggi, rendah, atau terdiri dari >10% sel-sel band. Pada kebanyakan kasus-kasus, adalah agak mudah untuk memastikan denyut jantung (menghitung nadi per menit), demam atau hypothermia dengan thermometer, dan untuk menghitung napa-napas per menit bahkan di rumah. Adalah mungkin lebih sulit untuk membuktikan sumber infeksi, namun jika orangnya mempunyai gejala-gejala infeksi seperti batuk yang produktif, atau dysuria, atau demam-demam, atau luka dengan nanah, adalah agak mudah untuk mencurigai bahwa seseorang dengan infeksi mungkin mempunyai sepsis. Bagaimanapun, penentuan dari jumlah sel darah putih dan PaCO2 biasanya dilakukan oleh laboratorium. Pada kebanyakan kasus-kasus, diagnosis yang definitif dari sepsis dibuat oleh dokter dalam hubungan dengan tes-tes laboratorium.

Page 13: Askep Sepsis Neonatorum

Beberapa pengarang-pengarang mempertimbangkan garis-garis merah atau alur-alur merah pada kulit sebagai tanda-tanda dari sepsis. Bagaimanapun, alur-alur ini disebabkan oleh perubahan-perubahan peradangan lokal pada pembuluh-pembuluh darah lokal atau pembuluh-pembuluh limfa (lymphangitis). Alur-alur atau garis-garis merah adalah mengkhawatirkan karena mereka biasanya mengindikasikan penyebaran infeksi yang dapat berakibat pada sepsis.Gejala khas sepsis  Dikatakan sepsis jika mengalami dua atau lebih gejala di bawah ini:

Suhu badan> 380 C atau <360 C

Heart Rate >9O;/menit

RR >20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg

WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

Kriteria Diagnostik sepsis menurut ACCP/SCCM th 2001 dan International Sepsis Definitions Conference, Critical Care Medicine, th 2003 :

Variabel Umum

Suhu badan inti > 380 C atau <360 C

Heart Rate >9O;/menit

Tachipnea

Penurunan status mental

Edema atau balance cairan yang positif > 20ml/kg/24 jam

Hiperglikemia > 120 mg/dl pada pasien yang tidak diabetes.

Variable Inflamasi

WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

Peningkatan plasma C-reactive protein

Peningkatan plasma procalcitonin

Variabel Hemodinamik

Sistolik < 90mmHg atau penurunan sistolik . 40>mmHg dari sebelumnya.

MAP <70mmHg

SvO2 >70%

Cardiak Indeks >3,5 L/m/m3

Variable Perfusi Jaringan

Serum laktat > 1mmol/L

Penurunan kapiler refil

Variable Disfungsi Organ

PaO2 / Fi O2 <300

Urine output < 0,5 ml/kg/jam

Peningkatan creatinin > 0,5 mg/dl

INR >1,5 atau APTT > 60 detik

Ileus

Trombosit < 100.000mm3

Hiperbilirubinemia (plasma total bilirubin > 4mg/dl)

Tanda Klinis Syok Septik Fase dini: terjadi deplesi volume, selaput lendir kering, kulit lembab dan kering.

Post resusitasi cairan: gambaran klinis syok hiperdinamik: takikardia, nadi keras dengan tekanan nadi melebar, precordium hiperdinamik pada palpasi, dan ekstremitas hangat.

Disertai tanda-tanda sepsis.

Tanda hipoperfusi: takipnea, oliguria, sianosis, mottling, iskemia jari, perubahan status mental.

Tanda – tanda Syok Spesis ( Linda D.U, 2006) : Peningkatan HR

Page 14: Askep Sepsis Neonatorum

Penurunan TD

Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat vasodilatasi)

Peningkatan RR kemudian kelamaan menjadi penurunan RR

Crakles

Perubahan sensori

Penurunan urine output

Peningkatan temperature

Peningkatan cardiac output dan cardiac index

Penurunan SVR

Penurunan tekanan atrium kanan

Penurunan tekanan arteri pulmonalis

Penurunan curah ventrikel kiri

Penurunan PaO2

Penurunan PaCO2 kemudian lama kelamaan berubah menjadi peningkatan PaCO2

Penurunan HCO3

Gambaran Hasil laborat : WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

Hiperglikemia > 120 mg/dl

Peningkatan Plasma C-reaktif protein

Peningkatan plasma procalcitonin.

Serum laktat > 1 mMol/L

Creatinin > 0,5 mg/dl

INR > 1,5

APTT > 60

Trombosit < 100.000/mm3

Total bilirubin > 4 mg/dl

Biakan darah, urine, sputum hasil positif.

1. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencakup eliminasi patogen penyebab infeksi, mengontrol sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai, resusitasi bila terjadi kegagalan organ atau renjatan. Vasopresor dan inotropik,  terapi suportif terhadap kegagalan organ, gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi respons imun maladaptifhost terhadap infeksi.

1. Resusitasi

Mencakup tindakan airway (A), breathing (B), circulation (C) dengan oksigenasi, terapi cairan (kristaloid dan/atau koloid), vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Tujuan resusitasi pasien dengan sepsis berat atau yang mengalami hipoperfusi dalam 6 jam pertama adalah CVP 8-12 mmHg, MAP >65 mmHg, urine >0.5 ml/kg/jam dan saturasi oksigen >70%. Bila dalam 6 jam resusitasi, saturasi oksigen tidak mencapai 70% dengan resusitasi cairan dengan CVP 8-12 mmHg, maka dilakukan transfusi PRC untuk mencapai hematokrit >30% dan/atau pemberian dobutamin (sampai maksimal 20 μg/kg/menit).     

2. Eliminasi sumber infeksi

Tujuan: menghilangkan patogen penyebab, oleh karena antibiotik pada umumnya tidak mencapai sumber infeksi seperti abses, viskus yang mengalami obstruksi dan

Page 15: Askep Sepsis Neonatorum

implan prostesis yang terinfeksi. Tindakan ini dilakukan secepat mungkin mengikuti resusitasi yang adekuat.

3. Terapi antimikroba

Merupakan modalitas yang sangat penting dalam pengobatan sepsis. Terapi antibiotik intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama sejak diketahui sepsis berat, setelah kultur diambil. Terapi inisial berupa satu atau lebih obat yang memiliki aktivitas melawan patogen bakteri atau jamur dan dapat penetrasi ke tempat yang diduga sumber sepsis. Oleh karena pada sepsis umumnya disebabkan oleh gram negatif, penggunaan antibiotik yang dapat mencegah pelepasan endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan, terutama pada keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat pelepasan endotoksin, misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ

Pemberian antimikrobial dinilai kembali setelah 48-72 jam berdasarkan data mikrobiologi dan klinis. Sekali patogen penyebab teridentifikasi, tidak ada bukti bahwa terapi kombinasi lebih baik daripada monoterapi.

4. Terapi suportif

Oksigenasi

Pada keadaan hipoksemia berat dan gagal napas bila disertai dengan penurunan kesadaran atau kerja ventilasi yang berat, ventilasi mekanik segera dilakukan.

Terapi cairan

Hipovolemia harus segera diatasi dengan cairan kristaloid (NaCl 0.9% atau ringer laktat) maupun koloid.

Pada keadaan albumin rendah (<2 g/dL) disertai tekanan hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan.

Transfusi PRC diperlukan pada keadaan perdarahan aktif atau bila kadar Hb rendah pada kondisi tertentu, seperti pada iskemia miokard dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis masih kontroversi antara 8-10 g/dL.

Vasopresor dan inotropik

Sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi dengan pemberian cairan adekuat, akan tetapi pasien masih hipotensi. Vasopresor diberikan mulai dosis rendah dan dinaikkan (titrasi) untuk mencapai MAP 60 mmHg atau tekanan darah sistolik 90mmHg. Dapat dipakai dopamin >8μg/kg.menit,norepinefrin 0.03-1.5μg/kg.menit, phenylepherine 0.5-8μg/kg/menit atau epinefrin 0.1-0.5μg/kg/menit. Inotropik dapat digunakan: dobutamine 2-28 μg/kg/menit, dopamine 3-8 μg/kg/menit, epinefrin 0.1-0.5 μg/kg/menit atau fosfodiesterase inhibitor (amrinone dan milrinone).

Bikarbonat

Secara empirik bikarbonat diberikan bila pH <7.2 atau serum bikarbonat <9 mEq/L dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan hemodinamik.

Disfungsi renal

Akibat gangguan perfusi organ. Bila pasien hipovolemik/hipotensi, segera diperbaiki dengan pemberian cairan adekuat, vasopresor dan inotropik bila diperlukan. Dopamin dosis renal (1-3 μg/kg/menit) seringkali diberikan untuk mengatasi gangguan fungsi ginjal pada sepsis, namun secara evidence based belum terbukti. Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan hemodialisis maupun hemofiltrasi kontinu.

Nutrisi

Pada metabolisme glukosa terjadi peningkatan produksi (glikolisis, glukoneogenesis), ambilan dan oksidasinya pada sel, peningkatan produksi dan penumpukan laktat dan kecenderungan hiperglikemia akibat resistensi insulin. Selain itu terjadi lipolisis, hipertrigliseridemia dan proses katabolisme protein.

Page 16: Askep Sepsis Neonatorum

Pada sepsis, kecukupan nutrisi: kalori (asam amino), asam lemak, vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin

Kontrol gula darah

Terdapat penelitian pada pasien ICU, menunjukkan terdapat penurunan mortalitas sebesar 10.6-20.2% pada kelompok pasien yang diberikan insulin untuk mencapai kadar gula darah antara 80-110 mg/dL dibandingkan pada kelompok dimana insulin baru diberikan bila kadar gula darah >115 mg/dL. Namun apakah pengontrolan gula darah tersebut dapat diaplikasikan dalam praktek ICU, masih perlu dievaluasi, karena ada risiko hipoglikemia.

Gangguan koagulasi

Proses inflamasi pada sepsis menyebabkan terjadinya gangguan koagulasi dan DIC (konsumsi faktor pembekuan dan pembentukan mikrotrombus di sirkulasi). Pada sepsis berat dan renjatan, terjadi penurunan aktivitas antikoagulan dan supresi proses fibrinolisis sehingga mikrotrombus menumpuk di sirkulasi mengakibatkan kegagalan organ. Terapi antikoagulan, berupa heparin, antitrombin dan substitusi faktor pembekuan bila diperlukan dapat diberikan, tetapi tidak terbukti menurunkan mortalitas.

Kortikosteroid

Hanya diberikan dengan indikasi insufisiensi adrenal. Hidrokortison dengan dosis 50 mg bolus IV 4x/hari selama 7 hari pada pasien dengan renjatan septik menunjukkan penurunan mortalitas dibandingkan kontrol. Keadaan tanpa syok, kortikosteroid sebaiknya tidak diberikan dalam terapi sepsis.

1. Modifikasi respons inflamasi

Anti endotoksin (imunoglobulin poliklonal dan monoklonal, analog lipopolisakarida); antimediator spesifik (anti-TNF, antikoagulan-antitrombin, APC, TFPI; antagonis PAF; metabolit asam arakidonat (PGE1), antagonis bradikinin, antioksidan (N-asetilsistein, selenium), inhibitor sintesis NO (L-NMMA); imunostimulator (imunoglobulin, IFN-γ, G-CSF, imunonutrisi); nonspesifik (kortikosteroid, pentoksifilin, dan hemofiltrasi). Endogenous activated protein C memainkan peranan penting dalam sepsis: inflamasi, koagulasi dan fibrinolisis. Drotrecogin alfa (activated) adalah nama generik dari bentuk rekombinan dari human activated protein C yang diindikasikan untuk menurunkan mortalitas pada pasien dengan sepsis berat dengan risiko kematian yang tinggi.

 Komplikasi Sepsis ARDS

Koagulasi intravaskular diseminata

Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)

Perdarahan usus

Gagal hati

Disfungsi sistem saraf pusat

Gagal jantung

Kematian

1. Gambaran Hasil Laborat

Sepsis awal

Leukositosis dengan shift kiri, trombositopenia, hiperbilirubinemia, dan proteinuria. Dapat terjadi leukopenia. Neutrofil mengandung granulasi toksik, badan dohle, atau vakuola sitoplasma. Hiperventilasi menimbulkan alkalosis repiratorik. Hipoksemia. Penderita diabetes dapat mengalami hiperglikemia. Lipida serum meningkat

Kelanjutan

Trombositopenia memburuk disertai perpanjangan waktu trombin, penurunan fibrinogen, dan keberadaan D-dimer yang menunjukkan DIC. Azotemia dan hiperbilirubinemia lebih dominan. Aminotransferase (enzim liver) meningkat. Bila otot pernafasan lelah, terjadi akumulasi laktat serum. Asidosis metabolik (peningkatan gap anion) terjadi setelah

Page 17: Askep Sepsis Neonatorum

alkalosis respiratorik. Hipoksemia yang bahkan tidak bisa dikoreksi dengan O2100%. Hiperglikemia diabetik dapat menimbulkan ketoasidosis yang memperburuk hipotensi.

1. Pengkajian

Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.

Airway

yakinkan kepatenan jalan napas

berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)

jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU

Breathing

kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan

kaji saturasi oksigen

periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis

berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask

auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada

periksa foto thorak

Circulation kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan

monitoring tekanan darah, tekanan darah <>

periksa waktu pengisian kapiler

pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar

berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel

pasang kateter

lakukan pemeriksaan darah lengkap

siapkan untuk pemeriksaan kultur

catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oC

siapkan pemeriksaan urin dan sputum

berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

DisabilityBingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.ExposureJika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.Tanda ancaman terhadap kehidupanSepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut: Penurunan fungsi ginjal

Penurunan fungsi jantung

Hyposia

Asidosis

Gangguan pembekuan

Acute respiratory distress syndrome (ards) – tanda cardinal oedema pulmonal.

1. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL

Penurunan kardiak output berhubungan dengan penurunan afterlod, penurunan preload, ketidak efektifan kontraktilitas otot jantung, deficit volume cairan.

Page 18: Askep Sepsis Neonatorum

Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan kardiak output yang tidak mencukupi.

Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakefektifan ventilasi, edema pulmonal.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan.

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolism.

Risiko ketidakseimabangan temperature tubuh behubungan dengan proses infeksi.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kardiak output yang rendah, ketidak mampuan mencukupi metabolism otot rangka, kongesti pulmonal yang menyebabkan hipoksia, dan status nutrisi yang buruk.

Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan dan adanya edema.

Page 19: Askep Sepsis Neonatorum

ASKEP SEPSIS

TINJAUAN TEORI

A.    PENGERTIANSepsis neonatorum adalah infeksi berat yang di derita neonatus dengan gejala sistemik

dan terdapat bakteri di dalam darah (perawatan bayi resiko tinggi, penerbit buku kedokteran, Jakarta : EGC)

Sepsis adalah mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darahh ( Dorland, 1998)

Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan (Muscari, Mary E. 2005)

B.     PATOFISIOLOGIPenyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti

bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:     

1. Ketuban pecah sebelum waktunya    

2. Perdarahan atau infeksi pada ibu.

3. Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu:   1. Streptococus group B (SGB)       2. Bakteri enterik dari saluran kelamin ibu  3. Virus herpes simplek        4. Enterovirus5. E. Coli      6. Candida   7. Stafilokokus.   

4. Proses persalinan yang lama dan sulit

5. Kelahiran kurang bulan

6. trauma lahir, asfiksia neonatus.

Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005)  Patogenesis juga dapat terjadi antenatal, intranatal, dan paskanatal yaitu;

1.        AntenatalTerjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah melewati

Page 20: Askep Sepsis Neonatorum

plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menembus plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.          

2.       Intranatal Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.

3.      Pascanatal          Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melalui alat-alat, penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.         

Selain dari faktor patofisiologi ada beberapa faktor yang menyebabkan

yaitu :   

4.      Faktor predisposisi         Terdapar berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis.

 Faktor tersebut adalah :

a.      Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan

b. Perawatan antenatal yang tidak memadai     

c. Ibu menderita eklampsia, diabetes mellitus   

d. Pertolongan persalina yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan.

e. Kelahiran kurang bulan, BBLR, dan cacat bawaan.  

f. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus.    

g. Tidak menerapakan rawat gabung     

h. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak

i. Ketuban pecah dini,    

MANIFESTASI KLINIS     1. Umum : panas, hipotermi, malas minum, letargi, sklerema    

2. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali   

3. Saluran nafas: apnu, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis

Page 21: Askep Sepsis Neonatorum

4. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi          

5. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol 

6. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan. (Arif, 2000)    

Jika tidak segera di tangani dapat mengakibatkan adanya komplikasi yaitu:a.       Dehidrasib.      Asidosis metabolikc.       Hipoglikemiad.      Anemia,e.       Hiperbilirubinf.       Meningitis

C.     PENATALAKSANAAN MEDISPrinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metobolisme

tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi.

Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, tidak toksis, dapat menembus sawar darah otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi.Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum.- Ampisilin 200 mg/kg BB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian.- Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian.- Sefalosporin 100 mg/kg BB/hari, dibagai dalam 2 kali pemberian.- Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian.- Eritromisin 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis.- Berikan lingkungan dengan temperatur netral.- Pertahankan kepatenen jalan napas- Observasi tanda-tanda syok septik- Antisipasi masalah potensial seperti dehidrasi/hipoksia

D.    TUMBUH KEMBANGPenilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh

kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun

Page 22: Askep Sepsis Neonatorum

statistik. Anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang optimal, apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat. Proses tumbuh kembang merupakan proses yang ber-kesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta rumit antara faktor genetik dan faktor lingkungan bio-fisiko-psikososial tersebut.

Perkembangan mental, gerakan kasar dan halus, emosi, sosial, perilaku dan bicara pada anak balita sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni prasekolah, sekolah, akil balik dan remaja. Untuk perkembangan yang baik dibutuhkan:

1.      Kesehatan dan gizi yang baik daripada ibu hamil, bayi dan anak prasekolah.2.      Simulasi/ rangsangan yang cukup dalam kualitas dan kuantitas.3.      Keluarga dan KIA-KB mempunyai peran yang penting dalam pembinaan fisik, mental sosial

anak balita.

Perkembangan anak dari lahir sampai dengan 3 bulan, menurutSKALA YAUMIL-MIMI, yaitu:

1.      Belajar mengangkat kepala.2.      Belajar mengikuti obyek dengan matanya.3.      Melihat ke muka orang dengan senyum.4.      Bereaksi terhadap suara/ bunyi.5.      Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak.6.      Menahan barang yang dipegangnya.7.      Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

E.     PENGKAJIANa.       Pengakajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data yang perlu dikaji adalah :

- Sosial ekonomi- Riwayat perawatan antenatal- Ada/tidaknya ketuban pecah dini- Partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)- Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain- Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll)- Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi (mis, taksoplasmosis, rubeola, toksemia gravidarum dan amnionitis)

b.      Pada pengkajian fisik ada yang akan ditemukan meliputi :- Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)- Tidak mau minum/reflek menghisap lemah- Regurgitasi- Peka rangsang

Page 23: Askep Sepsis Neonatorum

- Pucat- Hipotoni- Hiporefleksi- Gerakan putar mata- BB berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis- Sianosis- Gejala traktus gastro intestinal (muntah, distensi abdomen atau diare)- Hipotermi- Pernapasan mendengkur bardipnea atau apneu- Kulit lembab dan dingin- Pucat- Pengisian kembali kapiler lambat- Hipotensi- Dehidrasi- Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes.

c.       Riwayat tumbuh kembang         Anamnesis riwayat inkontipabilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi

sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang di berikan ibu seelama hamil/ persalinan.

         Riwayat neonatal ada ikterik yang tampak, bayi menderita sindrom gawat nafas, hepatitis neonatal, sianosis, infeksi pasca natal.

         Riwayat imunisasid.      Riwayat  Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah :

- Bilirubin- Kadar gular darah serum- Protein aktif C- Imunogloblin IgM- Hasil kultur cairan serebrospinal, darah asupan hidung, umbilikus, telinga, pus dari lesi, feces dan urine.- Juga dilakukan analisis cairan serebrospinal dan pemeriksaan darah tepi dan jumlah leukosit.

F.      DIAGNOSA KEPERAWATAN1.      Hipertermi b.d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dehidrasi, peningkatan

metabolisme.2.      Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia.3.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kebocoran cairan ke dalam intersisial.4.      Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b.d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam

jaringan.5.      Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau intoleran terhadap minuman6.      Gangguan pola nafas b.d apnea

Page 24: Askep Sepsis Neonatorum

7.      Koping individu tidak efektif b.d kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi.

G.    RENCANA KEPERAWATAN1.      Hipertermi b.d efek endotoksin, perubahan regulasi temperatur, dehidrasi, peningkatan

metabolisme.Tujuan/ kriteria hasil : Suhu tubuh dalam keadaan normal ( 36,5-37 )      Intervensi :

         Pantau suhu pasien         R : suhu 38,9 -41,1 derajad celcius menunjukkkan proses penyakit infeksius akut

         Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen sesuai indikasiR : suhu ruangan harus di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

         Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alcohol   R : membantu mengurangi demam

         Kolaborasi dalam pemberian antipiretik, misalnya aspirin, asetaminofenR : mengurangi demem dengan aksi sentral pada hipotalamus 

2.      Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b.d hipovolemia.Tujuan/ kriteria hasil : mempertahankan perfusi jaringanIntervensi : 

         Pertahankan tirah baring

R: menurunkan beban kerja mikard dan konsumsi oksigen

         Pantau perubahan pada tekanan darah   R: hipotensi akan berkembang bersamaan dengan mikroorganisme menyerang aliran darah

         Pantau frekuensi dan irama jantung, perhatikan disritmia         R: disritmia jantung dapat terjadi sebagai akibat dari hipoksia

         Kaji ferkuensi nafas, kedalaman, dan kualitas    R: peningkatan pernapasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung endotoksin pada pusat pernapasan didalam otak

         Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya         R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal

         Kaji perubahan warna kulit,suhu, kelembapan   R: mengetahui status syok yang berlanjut

         Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral   R: mempertahankan perfusi jaringan

Page 25: Askep Sepsis Neonatorum

         Kolaborasi dalam pemberian obatR: mempercepat proses penyembuhan     

3.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kebocoran cairan ke dalam intersisial.Tujuan/ kriteria hasil : terpenuhinya kebutuhan cairan di dalam tubuh.Intervensi  :

         Catat haluaran urine setiap jam dan berat jenisnya         R: penurunan urine mengindikasikan penurunan perfungsi ginjal serta menyebabkan hipovolemia

         Pantau tekanan darah dan denyut jantung         R: pengurangan dalam sirkulasi volum cairan dapat mengurangi tekanan darah

         Kaji membrane mukosa   R: hipovolemia akan memperkuat tanda-tanda dehidrasi

         Kolaborasi dalam pemberian cairan IV misalnya kristaloid        R: cairan dapat mengatasi hipovolemia 

4.      Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b.d terganggunya pengiriman oksigen ke dalam jaringan.Tujuan /Kriteria hasil : terpenuhinya oksigen dalam tubuh

Intervensi :

         Pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler R: meningkatkan ekspansi paru-paru

         Pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas     R: pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan sirkulasi endotoksin

         Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengi         R: kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti pulmona/ edema intersisial

         Catat adanya sianosis sirkumoralR: menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate

         Selidiki perubahan pada sensorium        R: fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi

         Sering ubah posisiR: mengurangi ketidakseimbangan ventilasi        

Page 26: Askep Sepsis Neonatorum

5.      Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d minum sedikit atau intoleran terhadap minumanTujuan/ kriteria hasil : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan.Intervensi :

         Kaji intoleran terhadap minuman          Hitung kebutuhan minum bayi          Ukur masukan dan keluaran          Timbang berat badan setiap hari          Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat          Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan         Ukur berat jenis urine         Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi         Pantai distensi abdomen (residu lambung)

6.      Gangguan pola nafas b.d apneaTujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen.Kriteria Hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu.Intervensi Keperawatan :

         Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik.

         Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah.

         Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.

         Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik.         Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati.         Amati gas darah yang ada atau pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan.         Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan.

7.      Koping individu tidak efektif b.d kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi.Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis.Kriteria hasil : koping individu adekuat.Intervensi keperawatan :

         Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping         Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama

perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.         Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan

selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.         Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.

H.    PELAKSANAAN KEPERAWATAN1. Mempertahankan tirah baring, membantu aktivitas perawatan.

Page 27: Askep Sepsis Neonatorum

2. Memantau kecenderungan pada tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi,dan perubahan pada tekanan denyut.3. Memantau frekuensi dan irama jantung.4. Mengkaji frekuensi pernafasan, kedalaman, dan kualitas.5. Memantau suhu anak.6. Mencatat pemasukan dan pengeluaran urin.7. Memantau pemeriksaan laboratorium.8. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan steril untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.

I.       EVALUASI KEPERAWATAN1. Suhu kembali normal.2. Berat badan meningkat.3. Perfusi jaringan normal, tidak mengalami dispnea dan sianosis.4. Tidak terjadi infeksi nosokomial.

DAFTAR PUSTAKA

Perawatan bayi resiko tinggi, Jakarta : EGC 2000Wong L, Donna, Buku Ajar Keperawatan Peditrik. Jakarta: EGC, 2009Carpenito, Lynda Jual, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC