Jurnal Translate

6
Tabel 1. Klasifikasi Kekuatan dan Kualitas dari Hasil Penelitian Hasil Penelitian Deskripsi Kualitas Level I Level II Level III Kekuatan A B C Hasil penelitian merupakan hasil dari setidaknya satu penelitian dengan kontrol dan pemilihan random. Hasil penelitian merupakan hasil dari setidaknya satu uji klinis yang dirancang dengan baik tanpa randomisasi, dari penelitian kohort atau studi analitik case control, dari beberapa studi serial, atau dari hasil yang bermakna dalam percobaan tanpa kontrol. Hasil penelitian berasal dari pendapat para ahli yang diakui, berdasarkan pengalaman klinis, studi deskriptif, atau laporan dari kumpulan para ahli. Bukti yang baik untuk mendukung digunakan sebagai rekomendasi; dokter "harus melakukan ini

description

jurnal

Transcript of Jurnal Translate

Page 1: Jurnal Translate

Tabel 1. Klasifikasi Kekuatan dan Kualitas dari Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Deskripsi

Kualitas

Level I

Level II

Level III

Kekuatan

A

B

C

D

E

Hasil penelitian merupakan hasil dari

setidaknya satu penelitian dengan kontrol dan

pemilihan random.

Hasil penelitian merupakan hasil dari

setidaknya satu uji klinis yang dirancang

dengan baik tanpa randomisasi, dari penelitian

kohort atau studi analitik case control, dari

beberapa studi serial, atau dari hasil yang

bermakna dalam percobaan tanpa kontrol.

Hasil penelitian berasal dari pendapat para ahli

yang diakui, berdasarkan pengalaman klinis,

studi deskriptif, atau laporan dari kumpulan

para ahli.

Bukti yang baik untuk mendukung digunakan

sebagai rekomendasi; dokter "harus melakukan

ini

sepanjang waktu"

Bukti yang cukup baik untuk mendukung

digunakan sebagai

rekomendasi; dokter "harus melakukan ini

sebagian besar waktu "

Bukti yang buruk untuk mendukung atau

ditolak

dari rekomendasi; dokter "mungkin atau

mungkin

tidak mengikuti rekomendasi "

Page 2: Jurnal Translate

Bukti yang cukup dan ditentang

penggunaannya dalam rekomendasi; dokter

"tidak harus melakukan ini"

Bukti yang baik ditentang penggunaannya

dalam rekomendasi; dokter "tidak harus

melakukan ini"

Terdapat bukti baru bahwa program kolaborasi pada dokter pada layanan primer yang bekerja

sama dengan spesialis kejiwaan, lebih efektif secara signifikan dibandingkan pengobatan oleh

spesialisasi.

Polifarmasi

1. Lansia dengan DM harus disarankan untuk menggunakan daftar obat yang terbaru untuk

ditinjau kembali oleh dokter. (IIA)

Dalam pengaturan rawat jalan, direkomendasikan bahwa peninjauan kembali obat secara

komprehensif dilakukan setiap tahun. Ketersediaan daftar obat terbaru yang didata termasuk

jumlah obat yang berlebihan, vitamin, dan suplemen herbal yang dapat dievaluasi oleh penyedia

layanan kesehatan mengenai kebutuhan obat itu, potensi obat-obat dan interaksi obat dengan

penyakit, dan cara-cara untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan. Direkomendasikan pula

bahwa individu menerima rekonsiliasi pengobatan setelah pulang dari rumah sakit.

2. Obat- obat lansia dengan DM dengan depresi, jatuh, gangguan kognitif, atau inkontiensia urin

harus ditinjau ulang. (IIA)

Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa obat dapat berkontribusi memperburuk sindrom

geriatric, baik obat itu sendiri atau melalui interaksi antar obat atau interaksi obat dan penyakit

tersebut. Penggunaan obat terutama yang dengan efek penenang, sering disebutkan sebagai

faktor risiko untuk jatuh. Kriteria AGS Beers menyediakan informasi bagi dokter tentang obat

yang berpotensi tidak cocok pada lansia.

Gangguan kognitif

Page 3: Jurnal Translate

1. Dokter harus menilai lansia dengan DM dan gangguan kognitif menggunakan alat skrining

terstandarisasi selama periode evaluasi awal dan dengan setiap penurunan yang signifikan dalam

status klinis. Peningkatan kesulitan dalam perawatan diri harus dianggap sebagai perubahan

status klinis. (IIIA)

Tinjauan sistematis dan meta-analisis dari 15 studi hingga menemukan bahwa demensia lebih

mungkin pada orang dengan DM dan DM berhubungan dengan penurunan kognitif yang lebih

cepat pada lansia.

2. Jika ada bukti gangguan kognitif pada lansia dengan DM dan delirium telah diekslusikan

sebagai penyebab, maka evaluasi awal dirancang untuk mengidentifikasi kondisi reversibel yang

dapat menyebabkan atau memperburuk kognitif. Evaluasi harus dilakukan dalam 3 bulan

pertama setelah diagnosis dan dengan perubahan status klinis yang signifikan. (IIIA)

American Academy of Neurology merekomendasikan pedoman skrining dewasa yang lebih tua

dengan bukti gangguan kognitif, depresi, defisiensi B12, dan hipotiroidisme; neuroimaging

struktural untuk mengidentifikasi lesi juga direkomendasikan bagi mereka yang baru didiagnosis.

Jika kognitif ganggguan kognitif ini disebabkan delirium, penilaian segera untuk etiologi dan

manajemen diperlukan.

Inkontinensia urin

1. Lansia dengan DM harus dievaluasi untuk gejala inkontinensia urin selama skrining tahunan.

(IIIA)

Individu biasanya tidak melaporkan inkontinensia urin, dan penyedia layanan kesehatan sering

tidak mendeteksi hal itu, tapi efeknya mungkin besar, dan itu mungkin terkait dengan isolasi

sosial, depresi, jatuh, dan patah tulang.

Meskipun bukti yang mendukung rekomendasi ini tingkat III (pendapat ahli), karena efek negatif

yang besar dari diagnosis dan pengobatan kondisi tersebut terhadap kualitas hidup, maka

diberikan klasifikasi level A.

2. Jika ada bukti inkontinensia urin pada evaluasi lansia dengan DM, maka sebuah evaluasi

Page 4: Jurnal Translate

dirancang untuk mengidentifikasi penyebab dari inkontinensia urin yang dapat diobati dan harus

dikejar penyebab tersebut (IIIB)

Jatuh

1. Lansia dengan DM harus ditanya tentang jatuh setiap 12 bulan atau lebih sering jika

diperlukan. (IIIB)

2. Jika lansia dengan bukti jatuh, yang dokter harus mendokumentasikan evaluasi dasar jatuh,

termasuk penilaian cedera dan pemeriksaan dari hal-hal yang berpotensi menjadi penyebab yang

reversibel dari jatuh (misalnya, obat-obatan, faktor lingkungan). (IIIB)

Jatuh sering tidak dilaporkan dan tidak terdeteksi dan mungkin berhubungan dengan faktor-

faktor reversibel. Faktor risiko umum untuk jatuh termasuk gangguan keseimbangan, penurunan

fungsional, defisit visual, gangguan kognitif, dan jenis obat tertentu.

Komponen umum pada intervensi multifaktorial meliputi tinjauan pengobatan dan manajemen,

olahraga, penilaian aktivitas hidup utama sehari-hari, pengukuran tekanan darah ortostatik,

penilaian visual, gait dan evaluasi keseimbangan, evaluasi kognitif, dan penilaian bahaya

lingkungan. Indikator kualitas untuk jatuh dan masalah mobilitas lansia telah tersedia, dan AGS

menetapkan dalam Pedoman Pencegahan Jatuh pada Lansia (2010) juga memberikan

rekomendasi rinci tentang intervensi yang efektif untuk mengurangi kejadian jatuh.

Nyeri

1. Lansia dengan DM harus dinilai selama periode evaluasi awal untuk bukti nyeri persisten.

(IIIA)

Nyeri neuropatik dapat terjadi pada sebanyak 50% dari individu dengan DM, tetapi sering tidak

dilaporkan dan terobati pada populasi ini. Terapi farmakologi dan nonfarmakologi tersedia dan

harus diberikan individual berdasarkan biaya, pilihan pasien, tujuan dari pengobatan, potensi

interaksi antar obat, komorbiditas, efek samping utama.

dan efek samping yang umum.