Translate Jurnal Kulit

18
EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN METHOTREXATE PADA ALOPECIA AREATA Mariana Hammerschmidt, Fabiane Mulinari Brenner An Bras Dermatol. 2014;89(5):729-34 Abstrak: LATAR BELAKANG: Alopecia areata adalah penyakit kronik pada folikel rambut dan kuku, dari etiologi yang tidak diketahui, dengan komponen autoimun dan faktor genetik yang jelas. Beberapa pilihan terapi telah dianjurkan; namun, tidak ada terapi yang mampu memodifikasi penyakit tersebut. Methotrexate merupakan imunosupresan yang digunakan untuk berbagai penyakit kulit dan baru- baru ini diperkenalkan sebagai pilihan terapi untuk alopecia areata. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas dan keamanan dari methotrexate pada alopecia areata. Metode: Pada penelitian retrospektif, non kontrol, kami mengevaluasi 31 pasien alopecia areata yang sedang dalam pengobatan maupun telah menggunakan methotrexate untuk menilai respon terapi sehubungan dengan jenis kelamin, usia, pola alopecia areata, durasi penyakit, dosis akumulasi methotrexate, penggunaan kortikosteroid sistemik atau pengobatan lain, dan keam Hasil: Pertumbuhan kembali lebih dari 50% ditemukan pada 67.7% pasien, dengan respon terbaik didapatkan pada pasien dengan progresifitas penyakit <5 tahun (79%), berusia lebih dari 40 tahun (73.3%), pasien laki- laki (72.8%), dosis akumulasi methotrexate 1000-1500 mg, dan alopecia areata multifokal

description

JURNAL

Transcript of Translate Jurnal Kulit

Page 1: Translate Jurnal Kulit

EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN METHOTREXATE PADA ALOPECIA AREATA

Mariana Hammerschmidt, Fabiane Mulinari Brenner

An Bras Dermatol. 2014;89(5):729-34

Abstrak: LATAR BELAKANG: Alopecia areata adalah penyakit kronik pada folikel rambut

dan kuku, dari etiologi yang tidak diketahui, dengan komponen autoimun dan faktor genetik

yang jelas. Beberapa pilihan terapi telah dianjurkan; namun, tidak ada terapi yang mampu

memodifikasi penyakit tersebut. Methotrexate merupakan imunosupresan yang digunakan

untuk berbagai penyakit kulit dan baru- baru ini diperkenalkan sebagai pilihan terapi untuk

alopecia areata.

Tujuan: Mengevaluasi efektivitas dan keamanan dari methotrexate pada alopecia areata.

Metode: Pada penelitian retrospektif, non kontrol, kami mengevaluasi 31 pasien alopecia

areata yang sedang dalam pengobatan maupun telah menggunakan methotrexate untuk

menilai respon terapi sehubungan dengan jenis kelamin, usia, pola alopecia areata, durasi

penyakit, dosis akumulasi methotrexate, penggunaan kortikosteroid sistemik atau

pengobatan lain, dan keam

Hasil: Pertumbuhan kembali lebih dari 50% ditemukan pada 67.7% pasien, dengan respon

terbaik didapatkan pada pasien dengan progresifitas penyakit <5 tahun (79%), berusia lebih

dari 40 tahun (73.3%), pasien laki- laki (72.8%), dosis akumulasi methotrexate 1000-1500

mg, dan alopecia areata multifokal (93%). Di antara pasien yang menerima terapi

kortikosteroid sistemik yang dikombinasi dengan methotrexate, 77.3% mengalami

pertumbuhan kembali lebih dari 50%, dibandingkan dengan 44.4% yang hanya memakai

methotrexate. Dosis terapi berkisar antara 10-25 mg/minggu. Tidak terdapat pasien yang

mengalami efek samping serius. Kekambuhan terjadi pada 33.3% pasien yang mengalami

lebih dari 50% pertumbuhan kembali.

Kesimpulan: Methotrexate tampak menjanjikan dan merupakan pengobatan yang aman untuk

alopecia areata berat jika digunakan sendiri maupun dikombinasi dengan kortikosteroid

sistemik.

Kata kunci: Alopecia Areata; Efektivitas; Methotrexate

Page 2: Translate Jurnal Kulit

PENDAHULUAN

Alopecia areata adalah penyakit kronik pada folikel rambut dan kuku, dari etiologi

yang tidak diketahui, dengan komponen autoimun dan faktor genetik yang jelas. Kondisi ini

sering dikeluhkan kepada dermatologis, sekitar 0.7 sampai 3.8% dari jumlah pasien.

Berdasarkan jumlah dan distribusi lesi serta jangkauan keterlibatan, alopecia areata secara

klinis diklasifikasikan dalam beberapa bentuk: unifokal, multifokal, ophiasis, totalis,

universalis, sisaipho (atau ophiasis inversus), retikular dan difus.

Menurut riwayat penyakit, pertumbuhan rambut kembali terdapat pada 34% sampai

50% pasien dalam 1 tahun, dimana 15% sampai 25% akan berkembang menjadi AA totalis

(kehilangan seluruh rambut kulit kepala). Terdapat hubungan langsung antara tingkat

keparahan AA dan prognosis jangka panjang. Perawatan yang tersedia memungkinkn

pertumbuhan kembali, namun tidak mengubah perjalanan penyakit.

Mekanisme autoimun kemungkinan terdapat dalam patogenesis AA termasuk

sensitisasi limfosit T, terutama sel T CD8+, hingga antigen folikular. Aktivasi limfosit yang

membentuk sifat- sifat infiltrat perifolikular merangsang pelepasan beberapa sitokin Th1 –

interleukin (IL)-1 alpha, IL-1 beta dan tumor necrosis factor (TNF) alpha- mampu

menghambat pertumbuhan folikel rambut dan menahan sintesis rambut, dengan terminasi

dini anagen.

Beberapa pilihan pengobatan telah dianjurkan untuk AA, namun terdapat kekurangan

dari pengacakan, percobaan plasebo terkontrol, dan seperti yang dibahas di atas, tidak ada

terapi yang mampu mengubah perjalanan penyakit.

Methotrexate (MTX) merupakan imunosupresan golongan antagonis asam folat yang

telah digunakan dalam pengobatan beberapa penyakit kulit. Kebanyakan dermatologis

terbiasa meresepkan dan memantau, terutama pada pengobatan psoriasis. MTX baru- baru ini

diperkenalkan sebagai pilihan terapi bagi AA.

TUJUAN

Untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan dari MTX pada AA, baik sebagai

monoterapi atau dikombinasikan denga modalitas terapi lain, seperti kortikosteroid sistemik

atau intralesional; dan untuk mengevaluasi respon terapi menurut jenis kelamin, usia, pola

AA, durasi penyakit, dosis akumulasi MTX, dan durasi terapi.

Page 3: Translate Jurnal Kulit

METODE

Penelitian retrospektif ini mengevaluasi 31 pasien dengan AA di poliklinik gangguan

rambut di Hospital de Clinicas de Curitiba (kota Parana, Brazil) dan di praktik pribadi

dermatologis di Curitiba yang sedang atau pernah menerima terapi MTX. Sampel terdiri dari

pasien yang mengalami AA luas (multifokal, universalis, totalis dan difus), sulit sembuh

dengan percobaan pengobatan yang lalu, yang lebih dari 15 tahun.

Karakteristik berikut dianggap sebagai kriteria untuk pengobatan MTX: tidak ada

kelainan hepar (dikonfirmasi melalui uji laboratorium), tidak ada infeksi tuberculosis aktif

(dikonfirmasi melalui pemeriksaan fisik dan x-ray toraks), tidak sedang hamil, dan

penggunaan COCP (Combine Oral Contraceptive). Selanjutnya, pasien diinformasikan

tentang kemungkinan efek samping dan MTX hanya diresepkan setelah didapatkan

persetujuan pasien.

Kami mengevaluasi parameter- parameter berikut: durasi penyakit, terapi yang

bersamaan (termasuk terapi kortikosteroid sistemik), pola alopecia, dosis mingguan MTX,

akumulasi dosis MTX dalam mg (dikelompokkan ke dalam rentang yang telah ditentukan:

<500 mg; 501-1000 mg; 1001-1500 mg; 1501-2000 mg; dan >2500 mg), efek samping

hematologi dan atau hepatik, dan respon terapi. Pertumbuhan kembali dibagi dalam lima

kategori: 0-25%; 26-50%; 51-75%; 76-99% dan 100%. Seluruh pasien menjalani

pemeriksaan yang komprehensif, termasuk hitung darah lengkap dan pengukuran kadar

transaminase, kreatinin, bilirubin dan gamma-glutamyl transpeptidase, di awal, bulan pertama

dan setiap 3 bulan setelahnya selama masa evaluasi. Pada beberapa pasien, x-ray toraks, tes

kulit PPD dan pemeriksaan serologi hepatitis juga dilakukan sebelum pengobatan. Pasien

yang menerima MTX dengan total akumulasi dosis >2 g menjalani pemeriksaan ultrasound

abdomen dan biopsi liver.

HASIL

Median usia pasien adalah 40 tahun (rentang, 15-72 tahun), dan median durasi

penyakit adalah 4 tahun (rentang, 0.17-32 tahun). 66.6% pasien adalah wanita dan 33.3%

adalah laki- laki (Tabel 1). Pola AA yang paling umum adalah multifokal (48.39%), diikuti

oleh universalis (35.48%), difus (9.67%) dan totalis (6.45%).

Page 4: Translate Jurnal Kulit

Tabel 1. Karakteristik klinis dan pengobatan terkait dari sampel

Case Sex AA type Systemic cortico-steroid

therapy

Total CD %

improvement

1 Female Multifocal No 1-499 26-50%

2 Male Universalis Yes 500-999 51-75%

3 Female Universalis No 3000-3499 26-50%

4 Female Multifocal No 1000-1499 100%

5 Female Universalis Yes 2500-2999 0%

6 Male Multifocal No 1000-1499 76-99%

7 Female Multifocal Yes 2000-2499 100%

8 Male Multifocal Yes 1000-1499 100%

9 Male Universalis Yes 1000-1499 0%

10 Female Multifocal No 1500-1999 76-99%

11 Female Multifocal Yes 1500-1999 100%

12 Female Universalis Yes 2000-2499 76-99%

13 Male Multifocal Yes 500-999 100%

14 Male Universalis Yes 1500-1999 0%

15 Male Multifocal Yes 500-999 76-99%

16 Female Totalis Yes 1000-1499 51-75%

17 Female Multifocal No 500-999 76-99%

18 Male Multifocal Yes 500-999 51-75%

19 Female Universalis No 500-999 26-50%

20 Female Diffuse No 1-499 0%

21 Male Universalis Yes 1-499 51-75%

Page 5: Translate Jurnal Kulit

22 Female Universalis Yes 1-499 76-99%

23 Female Diffuse Yes 500-999 26-50%

24 Female Multifocal Yes 1-499 51-75%

25 Female Multifocal Yes 1-499 100%

26 Female Totalis No 1-499 26-50%

27 Female Diffuse Yes 1500-1999 76-99%

28 Male Multifocal Yes 1000-1499 76-99%

29 Female Multifocal Yes 500-999 76-99%

30 Female Universalis Yes 1-499 51-75%

31 Male Universalis Yes 1-499 26-50%

Sebagian besar pasien telah mendapatkan terapi percobaan sebelumnya, seperti

sensitizer topikal (58%) dan kortikosteroid topikal (51.6%), baik yang gagal maupun dengan

kekambuhan setelah penghentian pengobatan.

Dosis permulaan dari MTX berkisar antara 10 sampai 25 mg (±15 mg), dengan dosis

terapi median (± 20 mg). Dosis kumulatif untuk timbulnya respon berkisar antara 30-630 mg

(±180 mg). Distribusi dosis kumulatif dalam sampel adalah sebagai berikut: : <500 mg,

25.8%; 501-1000 mg, 29%; 1001-1500 mg, 19.3%; 1501-2000 mg, 12.9%; and >2000 mg,

12.9%.

Sebuah respon terapi dengan pertumbuhan kembali > 50% dari kulit kepala (Gambar 1,

2, dan 3), dianggap dapat diterima secara kosmetik, didapatkan pada 67,7% (n = 21) dari

seluruh pasien, dengan 29% (n = 9) mencapai 76-99% pertumbuhan kembali dan 19.3% (n

= 6) mencapai 100% pertumbuhan kembali. Frekuensi pertumbuhan kembali secara

signifikan lebih besar pada laki-laki (72.8%, p> 0.05), pasien berusia 40 tahun atau lebih tua

(73.3%, p> 0.05), dan mereka yang mendapatkan dosis kumulatif MTX sebesar 1001-1500

mg (83.3%, p> 0.05) (Tabel 2).

Selain itu, respon yang lebih besar ditemui pada pasien dengan durasi penyakit <5

tahun (79% pertumbuhan kembali), dengan keseluruhan tingkat pertumbuhan kembali yang

Page 6: Translate Jurnal Kulit

hanya mencapai 50% pada pasien dengan durasi penyakit> 5 tahun. Ada hubungan terbalik

yang signifikan antara durasi penyakit dan persentase perbaikan (p = 0.02); semakin pendek

durasi penyakit, semakin besar perbaikan yang dialami. Sehubungan dengan pola AA,> 50%

pertumbuhan kembali ditemukan pada 93.3% (n = 14) dengan AA multifokal, 45.4% (n = 5)

dengan AA universalis, 50% (n = 1) dengan AA totalis, dan 33.3% (n = 1) dengan AA difus.

Perbedaan antara dua bentuk yang paling umum, universalis dan multifokal, adalah signifikan

(p = 0.018) (Tabel 3).

Tabel 2: Persentase pertumbuhan kembali yang dicapai dengan dosis metotreksat kumulatif

CUMULATIVE METHOTREXATE DOSE

% REGROWTH <500 501 -

1000

1001 - 1500 1501 - 2000 > 2000 TOTAL

0% 1 0 1 1 1 4

0–25% 0 0 0 0 0 0

25–50% 2 3 0 0 1 6

50–75% 3 2 1 0 0 6

75–100% 1 3 2 2 1 9

100% 1 1 2 1 1 6

Total 8 9 6 4 4 31

Tabel 3: Distribusi pertumbuhan kembali dalam berbagai jenis alopecia areata dalam sampel,

dikelompokkan berdasarkan prevalensi

AA type Sample-wide prevalence >50% regrowth

Page 7: Translate Jurnal Kulit

(%)

% N % N

Multifocal 48.3 15 93 14

Universalis 35.4 11 45 5

Diffuse 9.6 3 33 1

Totalis 6 2 50 1

Gambar 1: AA Multifocal. Kiri, sebelum pengobatan; kanan, setelah pemberian metotreksat

dengan dosis kumulatif 180 mg dan kombinasi denan kortikosteroid (80% pertumbuhan

kembali)

Gambar 2: AA totalis. Kiri, sebelum pengobatan; kanan, setelah pemberian metotreksat

dengan dosis kumulatif 320 mg dalam kombinasi dengan kortikosteroid (90% pertumbuhan

kembali).

Page 8: Translate Jurnal Kulit

Gambar 3: AA difus, tampak atas. Kiri, sebelum pengobatan; kanan, setelah pemberian

metotreksat dengan dosis kumulatif 930 mg dalam kombinasi dengan kortikosteroid selama 4

bulan pertama terapi (60% pertumbuhan kembali).

Pengobatan yang dikombinasikan dengan MTX termasuk minoxidil topikal,

kortikosteroid intralesi, dan kortikosteroid sistemik (prednisone). Hanya satu pasien yang

tidak menggunakan terapi kombinasi. Terapi kombinasi yang paling umum ditambahkan ke

MTX adalah minoxidil topikal + kortikosteroid sistemik (29%).

Di antara pasien yang menggunakan kortikosteroid sistemik dalam kombinasi dengan

MTX (70%), 77,3% mengalami> 50% pertumbuhan kembali. Kebanyakan hanya

menggunakan steroid pada bulan pertama pengobatan. Di antara mereka yang tidak

menggunakan kortikosteroid sistemik dalam kombinasi dengan MTX (30%), hanya 44,4%

yang mengalami> 50% pertumbuhan kembali. Tidak ada hubungan yang signifikan antara

terapi kortikosteroid dan respon pengobatan. Durasi kombinasi terapi kortikosteroid berkisar

antara 1 sampai 12 bulan (± 4 bulan), dan dengan dosis dari 20 sampai 30 mg / hari (± 30

mg).

Semua pasien menjalani hitung darah lengkap dan tes fungsi hati dan ginjal di awal.

Sembilan orang juga menjalani tes serologi hepatitis (semua non-reagen) dan sembilan orang

menjalani pengujian PPD, tiga orang di antaranya sangat reaktif, meskipun X-ray dada

normal.

Semua pasien mendapat suplemen asam folat (5 mg) setidaknya satu minggu, sehari

setelah pemberian MTX. Pemberian asam folat meningkat menjadi dosis tiga mingguan pada

pasien dengan intoleransi MTX atau efek samping lambung atau hematologi.

Mengenai toleransi pengobatan, hanya tiga pasien (9,3%) melaporkan efek samping

gastrointestinal (mual, nyeri epigastrium, dan diare), yang dikelola dengan meningkatkan

suplemen asam folat dan membagi dosis MTX, dengan perbaikan gejala pada dua pasien;

hanya satu yang memerlukan penghentian pengobatan.

Efek samping hematologi (leukopenia ringan sampai sedang, tanpa gejala klinis yang

signifikan) ditemukan pada 9,7% (n = 3) pasien, dan membaik setelah peningkatan

suplementasi asam folat.

Efek samping hati (ringan, peningkatan sementara transaminase) ditemukan pada

6,5% (n = 2) pasien, salah satunya merupakan alkoholisme. USG perut dan biopsi hati,

Page 9: Translate Jurnal Kulit

dilakukan pada tiga pasien dengan dosis kumulatif MTX > 2 g (9,6% pasien), berada dalam

batas normal.

Durasi follow-up berkisar 3-51 bulan (± 13). Relaps terjadi pada 33,3% (n = 7) dari

pasien dengan > 50% pertumbuhan kembali (n = 21) dan 40% (n = 6) pasien dengan> 75%

pertumbuhan kembali (n = 15). Satu pasien mengalami kekambuhan selama pengobatan, tiga

saat pasien saat penghentian pengobatan (setelah pengurangan dosis hingga <7,5 mg /

minggu), dan tiga pasien setelah rata-rata 6,3 bulan setelah penghentian MTX. Pola alopecia

saat kambuh adalah multifokal (plak kecil) pada enam pasien dan AA totalis pada satu

pasien. Pilihan pengobatan kekambuhan termasuk inisiasi prednison, peningkatan dosis

MTX, kortikosteroid intralesi, atau ditranol topikal.

PEMBAHASAN

Beberapa pilihan terapi tersedia untuk pengobatan AA luas atau refrakter. Termasuk

intralesi, topikal, atau kortikosteroid sistemik;minoxidil; ditranol; sensitizer topikal (DNCB,

DPCP); dan PUVA. Namun, tidak ada yang terbukti dapat menyembuhkan ataupun

mencegah.

Methotrexate (4-amino-N-methylpteroylglutamic asam, MTX) merupakan antagonis

asam folat dan turunan dari aminopterin. Dikenal sebagai agen antineoplastik pada tahun

1953 dan digunakan huntuk pengobatan psoriasis pada 1971, MTX bertindak sebagai

imunosupresan dan digunakan dalam pengobatan beberapa kondisi kulit, seperti psoriasis,

penyakit kulit bulosa, gangguan penyimpanan kolagen, vaskulitis, dermatosis neutrophilic,

dan dermatitis atopik. Baru-baru ini, telah digunakan dalam pengobatan AA, dengan hasil

yang memuaskan.

Dalam sirkulasi, 50% dari MTX adalah proteinbound. Ini menunjukkan afinitas

tertentu untuk hepatosit, prekursor myeloid, sel-sel darah merah, dan fibroblas. Hal tersebut

dikonversi menjadi metabolit poliglutamat yang aktif, yang berlangsung selama berbulan-

bulan dan memungkinkan dosis mingguan. Ekskresi sebagian besar di ginjal dan, pada

tingkat lebih rendah, empedu.

Meskipun mekanisme MTX tidak sepenuhnya dipahami, diketahui menghambat

enzim dihidrofolat reduktase, yang mengarah ke penurunan konsentrasi folat intraseluler.

Penurunan ini menghambat metabolisme purin dan pirimidin dan, akibatnya, sintesis asam

Page 10: Translate Jurnal Kulit

nukleat, sehingga mengakibatkan efek antineoplastik bila diberikan dalam dosis tinggi.

Polyglutamates MTX juga menghambat Aicar (ribonucleotide 5-aminoimidazole-4-

karboksamida formyltransferase), enzim yang terlibat dalam sintesis purin, yang akhirnya

mengarah ke penumpukan adenosin, mediator dari banyak efek anti-inflamasi MTX.

Adenosine dilepaskan ke dalam ruang ekstraselular dan, di antara beberapa anti-inflamasi,

menghambat akumulasi sel darah putih, menyebabkan penurunan sintesis TNF-α dan IFN-γ,

dan menghambat berbagai monosit, makrofag, dan aktivitas T-sel. Keadaan ini mungkin

dapat menjelaskan efek MTX pada AA.

Dalam penelitian ini, MTX digunakan untuk bentuk parah AA (multifokal,

universalis, totalis, dan difus) ke efek yang baik (> 50% pertumbuhan kembali pada 67,7%

kasus), dengan beberapa efek samping. Hasil ini sama dengan yang dilaporkan dalam

penelitian sebelumnya: Joly (2010) dan Droitcourt (2012) melaporkan pertumbuhan kembali

yang memuaskan dalam 64% dan 70% pasien. Sebuah studi yang dilakukan pada anak-anak

juga tidak menemukan efek samping yang serius, dengan> 50% pertumbuhan kembali dalam

lima dari 13 pasien yang diperiksa.

Faktor yang terkait dengan insidensi respon yang lebih tinggi (meskipun tidak

signifikan) adalah jenis kelamin laki-laki, usia> 40 tahun, terapi kortikosteroid sistemik, dan

MTX dosis kumulatif 1001-1500 mg. Faktor-faktor lain, seperti AA multifokal dan durasi

penyakit <5 tahun, secara signifikan berhubungan dengan respon, dan mungkin dapat

digunakan sebagai indikator prognosis yang lebih baik. Sebuah hubungan langsung antara

keparahan AA dan prognosis jangka panjang telah ditunjukkan sebelumnya.

Penggunaan kortikosteroid sistemik dalam kombinasi dengan MTX pada bulan-bulan

awal pengobatan dapat menutupi respon terapi. Namun demikian, hal itu terkait dengan

peningkatan respon, seperti pada penelitian sebelumnya, meskipun perbedaannya tidak

signifikan pada sampel saat ini.

Efek samping jangka pendek utama berkaitan dengan hematologi, khususnya

pansitopenia. Efek merugikan lainnya termasuk mucositis, ulkus oral dan / atau ulkus

gastrointestinal, ruam, fotosensitivitas, jerawat, alopecia, anoreksia, diare, mual, dan

pneumonitis interstitial, terutama pada pasien dengan hipoalbuminemia. Efek samping jangka

panjang sebagian besar berkaitan dengan hati, dan berkisar pada peningkatan transaminase

hingga steatosis dan sirosis. Efek jangka panjang lainnya termasuk fibrosis paru, keganasan

Page 11: Translate Jurnal Kulit

(peningkatan risiko limfoma pada pasien dengan psoriasis atau rheumatoid arthritis), dan

peningkatan risiko penyakit vaskular oklusif (akibat peningkatan kadar homosistein).

Berdasarkan mekanisme folat-depleting dari kinerja (terapi dan beracun) dari MTX,

telah dilakukan studi untuk menilai efek dari asam folat atau suplemen asam folinic yang

diberikan setelah MTX; semua menunjukkan penurunan efek buruk tanpa menghilangkan

efektifitas. Dalam penelitian ini, asam folat diberikan dengan dosis 5 mg sekali untuk tiga

kali seminggu.

Mielosupresi adalah salah satu efek samping MTX yang paling menakutkan, karena

keparahan dan ketidakpastiannya. Leukopenia ringan sampai sedang (manifestasi yang paling

umum), trombositopenia, dan anemia megaloblastik terjadi pada 3-24% dari pasien. Dalam

sampel kami, tiga pasien (9,7%) mengalami leukopenia ringan sampai sedang, dengan

perbaikan setelah peningkatan suplemen asam folat.

Risiko hepatotoksisitas meningkat jika terdapat asupan alkohol berlebih, bersamaan

dengan terapi retinoid, diabetes mellitus, atau obesitas. Dalam penelitian ini, dua pasien

mengalami peningkatan transaminase: satu dengan riwayat alkoholisme (faktor risiko yang

telah diketahui) dan satu yang bersamaan dengan terapi anti-inflamasi nonsteroidal, yang

mungkin meningkatkan kadar plasma MTX.

Mengenai dosis kumulatif aman MTX, kebanyakan studi tidak menemukan tanda-

tanda fibrosis pada dosis kumulatif yang berkisar antara 1 sampai 1.5 g. Oleh karena itu,

pasien dengan laboratorium dasar yang normal dan tidak ada faktor risiko tidak perlu

menjalani biopsi hati sampai dosis ini tercapai. Risiko rupanya masih tetap rendah (<2,6%)

sampai dengan dosis kumulatif 4 g. Oleh karena itu, dosis rendah (<20 g / minggu)

berhubungan dengan risiko yang lebih sedikit. Dalam literatur, kejadian fibrosis hati berkisar

dari 5,7% menjadi 71,8%. Variabilitas ekstrim ini membuat risiko fibrosis mustahil untuk

diukur.

Penilaian fibrosis hati dapat dilakukan dengan cara invasif (biopsi) dan non-invasif

(USG, Fibroscan, dan serum marker). Dalam penelitian ini, tiga pasien dengan kumulatif

dosis> 2 g menjalani biopsi hati, yang menyatakan tidak ada perubahan.

Dalam sampel kami, dosis terapeutik MTX adalah sekitar 20 mg dan dosis yang

dibutuhkan untuk timbulnya pertumbuhan kembali adalah 180 mg, yaitu, hingga timbul

respon butuh sekitar 9 minggu (2,1 bulan). Joly (2010) dan Droitcourt (2012) melaporkan

Page 12: Translate Jurnal Kulit

jumlah waktu yang sama yang diperlukan untuk permulaan timbulnya respon: 2,5 dan 3 bulan

berturut-turut. Kebanyakan pasien dengan > 50% pertumbuhan kembali menerima dosis

kumulatif di kisaran 1000-1500 mg (87%), hal ini menunjukkan bahwa tingkatan dosis ini

harus dicapai sebelum respon dapat dinilai.

Penelitian sebelumnya menemukan tingkat kekambuhan 80% pada pasien yang

menerima pengobatan dengan MTX, yang sudah pernah mengalami pertumbuhan rambut

kembali. Dalam sampel kami, kekambuhan terjadi pada 33,3% (n = 7) dari pasien dengan>

50% pertumbuhan kembali (n = 21), dan 20% dari pasien dengan> 75% pertumbuhan

kembali. Satu pasien mengalami kekambuhan selama pengobatan, tiga pada saat penghentian

pengobatan (setelah pengurangan dosis hingga <7,5 mg / minggu), dan tiga orang pada

sekitar 6,3 bulan setelah penghentian MTX, yang menunjukkan bahwa dosis MTX 7,5 mg /

minggu adalah tingkat yang baik untuk menentukan waktu penghentian obat atau dosis

efektif minimum untuk pemeliharaan saat remisi.

KESIMPULAN

MTX dengan dosis rata-rata 20 mg / minggu tampaknya menjadi pilihan yang aman

dan menjanjikan untuk pengobatan AA yang parah. Dosis kumulatif rata-rata 180 mg

diperlukan untuk memulai respon, dan jumlah dosis kumulatif 1000-1500 mg berkaitan

dengan respon terbaik.

Keterbatasan penelitian ini meliputi heterogenitas sampel (pasien direkrut dari rumah

sakit umum dan dari praktek pribadi), sebagaimana penelitian retrospektif, non-komparatif.

Sampel lebih besar yang diteliti secara buta dan acak, diperlukan untuk menegakkan MTX

sebagai terapi lini pertama untuk AA. Penggunaan biomarker yang saat ini dalam

pengembangan untuk pemantauan pasien dapat mendorong penggunaan MTX jangka panjang

tanpa mengharuskan pasien untuk menjalani pengujian invasif.