Isi Hidrokel n Hipospadia
-
Upload
samira-mira -
Category
Documents
-
view
56 -
download
4
Transcript of Isi Hidrokel n Hipospadia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan karunia-Nya maka tugas referat yang berjudul HIDROKEL dan
HIPOSPADIA ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan tugas referat ini merupakan salah satu tugas selama mengikuti
kepaniteraan di SMF Bedah di RSU Haji Surabaya.
Penulis mengucapkan rasa terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah
membantu penyusunan tugas referat ini, terutama kepada dr. Samsul Islam, Sp.U
yang telah bersedia memberi bimbingan agar tugas referat ini tersusun baik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan
penulis semoga tugas referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
serta penyusun pada khususnya.
Surabaya, April 2012
Penyusun
Mas Ulil Albab
1
BAB I
HIDROKEL
1.1 Pendahuluan
Hidrokel merupakan penyakit yang sangat sering dijumpai pada anak laki-
laki, dimana terdapat penimbunan cairan pada kantong di bagian dalam skrotum,
yang membuat buah zakar tampak besar/bengkak. Kelainan tersebut tidak nyeri
dan terasa seperti balon yang terisi air. Salah satu atau kedua skrotum dapat
terkena. Saat janin tumbuh dalam rahim, testis berkembang di dalam perut. Di
saat akhir kehamilan, testis berjalan melalui suatu saluran menuju skrotum.
Hidrokel dapat berkembang ketika saluran ini gagal menutup, sehingga
memungkinkan cairan dari perut mengalir ke dalam skrotum. Ini yang
menyebabkan kantong skrotum bengkak. Sebagian besar hidrokel menghilang
dalam beberapa bulan, namun beberapa juga ada yang membutuhkan tindakan
operasi. Operasi ini termasuk operasi minor dan jaringan sikatrik dapat
menghilang sampai hampir tidak kelihatan. (1)
Hidrokel merupakan kelainan yang sering dijumpai berupa pembengkakan
pada skrotum dan diperkirakan angka kejadiannya sebanyak 1 persen dari
populasi laki-laki dewasa. Kurang lebih satu dari sepuluh bayi laki-laki
mempunyai hidrokel saat lahir, tetapi kebanyakan hidrokel menghilang tanpa
tindakan dalam tahun pertama kehidupan. (2)
1.2 Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik disekitarnya. (3)
1.3 Anatomi
1.3.1 Skrotum
Skrotum adalah sebuah kantong kulit yang terdiri dari dua lapis, kulit dan
fasia superfisialis. Fasia superfisialis tidak mengandung jaringan lemak, tetapi
pada fasia superfisialis terdapat selembar otot polos yang tipis, dikenal sebagai
2
tunika dartos, yang berkontraksi sebagai reaksi terhadap dingin dan dengan
demikian mempersempit luas permukaan kulit. Ke arah ventral fasia
superfisialis dilanjutkan menjadi lapis dalamnya yang berupa selaput pada
dinding abdomen ventrolateral, dan ke arah kaudal dilanjutkan menjadi fasia
superfisialis perineum. Arteri untuk skrotum ialah:
- Ramus perinealis dari A. Pudenda interna.
- A. Pudenda externa dari A. Femoralis.
- A. Kremasterika dari A. Epigastrika inferior.
Vena scrotalis mengiringi arteri-arteri tersebut. Pembuluh limfe
ditampung oleh limfonodi inguinalis superfisialis. Saraf skrotum antara lain
sebagai berikut :
- Ramus genitalis dari N. genitofemoralis (L1,L2) yang bercabang menjadi
cabang sensoris pada permukaan skrotum ventral dan lateral.
- Cabang N. ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan skrotum ventral.
- Ramus perinealis dari N. pudendalis (S2-S4) untuk permukaan skrotum
dorsal.
- Ramus perinealis dari N. Cutaneus Femoris Posterior (S2,S3) untuk
permukaan skrotum kaudal.
1.3.2 Testis
Kedua testis terletak dalam skrotum dan menghasilkan spermatozoon dan
hormon, terutama testosteron. Permukaan masing-masing testis tertutup oleh
lamina visceralis tunicae vaginalis, kecuali pada tempat perlekatan epididymis
dan funiculus spermaticus. Tunica vaginalis ialah sebuah kantong peritoneal
yang membungkus testis dan berasal dari processus vaginalis embrional.
Lamina parietalis tunica vaginalis berbatasan langsung pada fascia spermatica
interna dan lamina visceralis tunica vaginalis melekat pada testis dan
epididymis. Sedikit cairan dalam rongga tunica vaginalis memisahkan lamina
visceralis terhadap lamina parietalis dan memungkinkan testis bergerak secara
bebas dalam scrotum.
Epididymis adalah gulungan pipa yang berbelit-belit dan terletak pada
permukaan kranial dan permukaan dorsolateral testis.
3
Bagian kranial yang melebar, yakni caput epididymis, terdiri dari lobul-
lobul yang dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes.
Ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididymis untuk
ditimbun.
Corpus epididymis terdiri dari ductus epididymis yang berbelit-belit.
Cauda epididymis bersinambung dengan ductus deferens yang
mengangkut spermatozoon dari epididymis ke ductus ejaculatorius untuk
dicurahkan ke dalam pars prostatica urethrae.
Arteri testicularis berasal dari pars abdominalis aorta, tepat kaudal arteri
renalis. Vena-vena meninggalkan testis dan berhubungan dengan plexus
pampiniformis yang melepaskan vena testicularis dalam kanalis inguinalis.
Limfe dari testis disalurkan ke limfonodi lumbalis dan limfonodi pre-aortici.
Saraf autonom testis berasal dari plexus testicularis sekeliling arteria
testicularis. Saraf ini mengandung serabut parasimpatis dari nervus vagus dan
serabut simpatis dari segmen medula spinalis T7.(4)
1.4 Etiologi
Lapisan viseral dan parietal tunika vaginalis adalah membran yang
memproduksi sekret (cairan) secara kontinu berupa plasma transudat. Cairan ini
kemudian akan diserap melalui saluran limfatik. Hidrokel terjadi akibat adanya
obstruksi (penyumbatan) limfatik yang menyebabkan berkurangnya penyerapan.(5)
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena:
4
(1) Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran
cairan peritoneum ke prosesus vaginalis.
(2) Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan
di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau
trauma pada testis/epididimis. (3)
1.5 Klasifikasi
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan
beberapa macam hidrokel, yaitu:
1. Hidrokel testis
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis
sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel
tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu
terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba
dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel komunikan
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah
yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong
hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan
dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel. (3)
Menurut etiologinya hidrokel dibagi menjadi 2 tipe yaitu: (2)
5
1. Primer, jika akumulasi cairan oleh karena kelainan kongenital.
Testis biasanya turun ke dalam skrotum dari abdomen. Awalnya pada bayi
kemungkinan terdapat beberapa komunikasi dengan abdomen yang segera
menutup. Jika komunikasi ini besar, hernia dapat terjadi tetapi jika komunikasi
ini kecil, cairan dari cavum abdomen dapat masuk dan berakumulasi sebagai
hidrokel pada bayi. Kebanyakan komunikasi yang kecil ini dapat menghilang
atau menutup sampai umur satu tahun. Jika komunikasi dengan cavum
abdomen tersebut persisten dan tetap membuka dinamakan communicating
hydrocele. Jika menutup tetapi cairan tidak diabsorbsi disebut
noncommunicating hydrocele.
2. Sekunder
Disebabkan oleh karena iritasi Tunika Vaginalis. Hidrokel dapat terjadi
pada salah satu atau kedua skrotum. Hidrokel pada orang dewasa biasanya
onsetnya lambat dan secara tidak langsung oleh karena trauma, infeksi, dan
radioterapi. Kelahiran prematur mungkin dihubungkan dengan hidrokel.
6
1.6 Diagnosis
Pada anamnesa biasanya pasien atau keluarganya mengeluhkan adanya
benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.(3) Pada pemeriksaan palpasi pada
skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak
tergantung pada tegangan di dalam hidrokel. Palpasi hidrokel seperti balon yang
berisi air. Bila jumlah cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Sedangkan
bila cairan yang terkumpul banyak, testis akan sulit diraba. Permukaan biasanya
halus. Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa
hidrokel dengan cahaya di dalam ruang gelap. Hidrokel berisi cairan jernih dan
mentransiluminasi (meneruskan) berkas cahaya. Kegagalan transiluminasi dapat
terjadi akibat penebalan tunika vaginalis karena infeksi kronik, massa di skrotum
tersebut bukan hidrokel,(5) atau kulit skrotum yang sangat tebal, sehingga harus
dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.(3)
Juga penting dilakukan palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika
vaginalis. Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang
membedakannya dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya
juga positif. Pada hernia skrotal yang besar dapat dikonfirmasi dengan
terdengarnya bising usus dalam skrotum, terdapat sedikit udara usus pada foto
Rontgen (sinar-X), dan massa dapat berkurang dengan mendorong ke dalam
rongga perut pasien pada posisi tidur dengan kepala lebih rendah daripada kaki. (5)
1.7 Diagnosis banding
Hernia scrotalis
Tumor, radang testis/epididimis
7
Elephantiasis scroti
1.8 Penataksanaan
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan
untuk dilakukan koreksi.(3)
Pada kelompok usia yang lebih tua, hidrokel dapat diserap secara spontan bila
timbul akibat overproduksi cairan seperti yang ditemukan sekunder karena
epididimitis akut pada penderita dewasa di mana hidrokel terjadi karena
ketidakseimbangan antara produksi cairan dan resorbsinya hidrokel tidak dapat
hilang spontan.(5)
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya
tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah hidrokel
yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah, indikasi kosmetik, dan
hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan
skrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel
funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.(3)
8
1.8 Komplikasi
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.(3)
BAB II
HIPOSPADIA
2.1 Pendahuluan
Istilah hipospadia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Hypo (below) dan spaden
(opening). Hipospadia adalah cacat bawaan berupa muara ureta (lubang kencing)
yang tidak terletak di ujung penis akibat kegagalan dalam proses
pembentukannya. Beberapa variasi lokasi meatus aretra dapat terjadi, dari glans
penis sampai ke perineum. Lokasi meatus uretra tersebut menunjukan waktu
terjadinya gangguan pembentukan.
Kejadian hipospadia saat ini cenderung muncul pada 1 diantara 300 kelahiran
bayi laki-laki. Di Amerika Serikat angka kejadian sekitar 3-8 diantara 1000
kelahiran bayi laki-laki dan angkanya meningkat 2 kali lipat dari tahun 1970
hingga tahun 1993. Sedangkan sejak tahun 1998-2004 jumlah pasien yang telah di
tangani Profesor Chaula sebanyak 350 orang. Umumnya di Indonesia banyak
terjadi kasus hipospadia karena kurangnya pengetahuan para bidan saat
menangani kelahiran karena seharusnya anak yang lahir itu laki-laki namun
karena melihat lubang kencingnya di bawah maka di bilang anak itu perempuan.
9
Masalah yang di timbulkan akibat hipospadia dapat berupa masalah fungsi
reproduksi, psikologis maupun sosial. Tatalaksana pasien dengan hipospadia
adalah dengan operasi, yang bertujuan untuk memperbaiki baik fungsi maupun
kosmetik.(6)
2.1 Definisi
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di
sebelah ventral penis dan sebelah proximal ujung penis. Letak meatus uretra bisa
terletak pada glandular hingga perineal. (3)
2.2 Anatomi
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli
melalui proses miksi. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan
sperma.
Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan
buli-buli dan uretra, dan sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan
uretra anterior dan posterior. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
Uretra pars anterior, yaitu uretra yang dibungkus oleh korpus spongiosum
penis, terdiri dari pars bulbosa, pars pendularis, fossa naviculare, dan meatus
uretra eksterna.
Uretra pars posterior, terdiri dari uretra pars prostatika, yaitu bagian uretra
yang dilengkapi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranacea.(7)
10
2.3 Embriologi
Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm
dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu
mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan
endoderm, sedangkan di bagian kaudalnya tetap bersatu membentuk membran
kloaka. Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord
dan tail yang disebut genital tubercle. Di bawahnya pada garis tengah terbenuk
lekukan dimana di bagian lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital
fold. Selama minggu ke-7, genital tubercle akan memanjang dan membentuk
glans. Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah laki-laki, bila
wanita akan menjadi klitoris. Bila terjadi agenesis dari mesoderm, maka genital
tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk.
Bagian anterior dari membrana kloaka, yaitu membrana urogenitalia akan
ruptur dan membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi
dari sinus urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia,
maka akan terjadi hipospadia.(7)
2.4 Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum
diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh
para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormone
androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga
walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi
apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek
yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone
androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
11
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena
mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga
ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat
yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi (8)
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Browne
(1936) membagi hipospadia dalam tiga bagian besar, yaitu hipospadia anterior
terdiri dari tipe glanular (muara penis terletak pada daerah proksimal glands
penis), subkoronal (muara penis terletak pada daerah sulkus coronalia), dan penis
distal, hipospadia medius terdiri atas midshaft dan penis proximal, dan hipospadi
posterior terdiri dari penoscrotal, scrotal, dan perineal.(3)
12
Hipospadia glanular Hipospadia subcoronal
Hipospadia mediopeneana Hipospadia penoscrotal Hipospadia perineal
2.6 Diagnosis
Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi. Kadang-
kadang hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika
tidak teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada
pemeriksaan setelah bayi lahir. Pada orang dewasa yang menderita hipospadia
dapat mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine. Chordee dapat
menyebabkan batang penis melengkung ke ventral yang dapat mengganggu
hubungan seksual. Hipospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan
penderita harus miksi dalam posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat
menyebabkan infertilitas. Diagnosis bisa juga ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu
dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya.
Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis
dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Rangkaian pembedahan biasanya
telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan
hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak
diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan
pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan
hubungan seksual. (8)
2.7 Pemeriksaan penunjang
Jarang dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis
hipospadi. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu
urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal
13
terbentuk secara normal. Dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG dan
BNO-IVP mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal dan ureter.(9)
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan pembedahan. Tujuan
fungsional operasi hipospadia adalah kosmetik penis sehingga fungsi miksi dan
fungsi seksual normal (ereksi lurus dan pancaran ejakulasi kuat) dan penis dapat
tumbuh dengan normal. Tahapan-tahapan rekonstruksi adalah koreksi korde
(orthoplasti), membuat neouretra dari kulit penis (uretroplasti), dan membuat
glans. Berbagai metode rekonstruksi telah diperkenalkan mulai metode satu tahap
hingga dua tahap. Pilihan metode tergantung pengalaman operator. (3)
Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula,
Thiersch-Duplay, Dennis Brown, Cecil Culp.
2.8.1 Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap.
1. Tahap pertama, eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan
terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1
½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat
yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium
bagian dorsal dan kulit penis
2. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat
parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra
(saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit
dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap
dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan
dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap
pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.
2.8.2 Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak
lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan
hipospadi jenis distal (yang letaknya lebig ke ujung penis). Uretra
dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis
dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah.
14
Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan hipospadia,
maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan
operasi hipospadi. (9)
Reparasi hipospadia dianjurkan pada usia pra sekolah agar tidak mengganggu
kegiatan belajar saat operasi. Perlu diingat bahwa seringkali rekonstruksi
hipospadia membutuhkan lebih dari sekali operasi, koreksi ulangan jika terjadi
komplikasi.
Pada hipospadia posterior dengan disertai testis maldesensus dianjurkan
untuk melakukan uretroskopi praoperatif guna melihat kemungkinan adanya
pembesaran utrikulus prostatikus yang mungkin terdapat keraguan jenis kelamin
(sexual ambiquity).(3)
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi hipospadia dibagi menjadi dua
yaitu komplikasi awal dan komplikasi lanjut.
2.9.1 Komplikasi awal antara lain perdarahan, infeksi, jahitan yang terlepas,
nekrosis flap, dan edema.
2.9.2 Komplikasi lanjut antara lain:
a. Stenosis meatus uretra sementara karena edema atau hipertropi
scar pada tempat anastomosis.
b. Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama.
c. Fistula uretrocutaneus
d. Striktur uretra
e. Adanya rambut dalam uretra (8)
2.10 Prognosis
Secara umum hasil fungsional dari one-stage procedure lebih baik
dibandingkan dengan multi-stage procedures karena insidens terjadinya fistula
atau stenosis lebih sedikit, dan lamanya perawatan di rumah sakit lebih singkat,
dan prognosisnya baik.(7)
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous. 2008. Hydrocele. http://www.ich_ucl_ac_uk-
gosh_families-information.mht. Diakses tanggal 9 April 2009 jam 15.34
wib.
2. Anonymous. 2009. Hydrocele. http://www.medindia_net-
patientchildren.mht. Diakses tanggal 9 April 2009 jam 16.10 wib.
3. Purnomo, Basuki B. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua. Malang :
CV. Infomedika. Hal : 140 – 142, 152-153
4. Moore, Keith, dkk. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
Hal : 93-94
16
5. Arianto, S. 2000. Penyakit - penyakit Intraskrotal.
http://[email protected]. Diakses tanggal 9 April 2009 jam
15.00 wib.
6. Anonymous. 2008. HIPOSPADIA Masalah yang ditimbulkan dan
penanganannya. http://www.sentrajakarta.com. Diakses tanggal 9 April
2009 jam 16.00 wib.
7. Oktovianus. 2008. Hipospadia. http://[email protected].
Diakses tanggal 9 April 2009 jam 16.13 wib.
8. Anonymous. 2008. Hipospadia. http://www .blogspot.com . Diakses
tanggal 9 April 2009 jam 16.30 wib.
9. Anonymous. 2008. Hipospadia. http://www.klikdokter.com. Diakses
tanggal 9 April 2009 jam 16.40 wib.
17