Askep Hipospadia Edit Zaa

37
TUGAS KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASKEP HIPOSADIA DISUSUN OLEH BQ.YAYUK SUSANTI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) QAMARUL HUDA BAGU~PRINGGARATA~LOTENG~NTB

Transcript of Askep Hipospadia Edit Zaa

Page 1: Askep Hipospadia Edit Zaa

TUGAS KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASKEP

HIPOSADIA

DISUSUN OLEH

BQ.YAYUK SUSANTI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

QAMARUL HUDA

BAGU~PRINGGARATA~LOTENG~NTB

Page 2: Askep Hipospadia Edit Zaa

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan

karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Hemetologi &

Imunologi yang berjudul ” Askep Anemia Aplastik” tepat pada waktunya.

   Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam pengrjaan makalah ini.

   Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada

makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun

agar penulis dapat berbuat lebih banyak di kemudian hari. Semoga makalah

ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

                                                                                    Bagu, 5 April 2012

                                                                                                Penulis

Page 3: Askep Hipospadia Edit Zaa

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

LAMPIRAN ................................................................................................      i

KATA PENGANTAR ...............................................................................     ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................    iii

BAB I PENDAHULUAN                                                                           

1.1    Latar Belakang ...............................................................................     1

1.2    Rumusan Masalah ..........................................................................     2

1.3    Tujuan ............................................................................................     2

BAB II KONSEP DASAR TEORI

2.1        Pengertian hipospadia...................................................................     3

2.2        Etiologi...........................................................................................     3

2.3        Klasifikasi ...................................................................................     4

2.4        Manifestasi klinis..............................................................................     7

2.5        Patofisiologi.................................................................................     7

2.6        Komplikasi......................................................................................     9

2.7        Pemeriksaan penunjang......................................................................     9

2.8 Penatalaksaan

BAB III PEMBAHASAN KASUS .........................................................22

BAB IV PENUTUP

3.1        Kesimpulan ....................................................................................   29

3.2        Saran ..............................................................................................   29

DAFTAR PUSTAKA

 

Page 4: Askep Hipospadia Edit Zaa

BAB !

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.

Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3

diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan

lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada glans penis.

Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra

terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada

skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali

berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang,

yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.

Pada abad pertama, ahli bedah dari Yunani Heliodorus dan

Antilius, pertama-tama yang melakukan penanggulangan untuk

hipospadia. Dilakukan amputasi dari bagian penis distal dari meatus.

Selanjutnya cara ini diikuti oleh Galen dan Paulus dari Agentia pada tahun

200 dan tahun 400.12 Duplay memulai era modern pada bidang ini pada

tahun 1874 dengan memperkenalkan secara detail rekonstruksi uretra.

Sekarang, lebih dari 200 teknik telah dibuat dan sebagian besar merupakan

multi-stage reconstruction; yang terdiri dari first emergency stage untuk

mengoreksi stenotic meatus jika diperlukan dan second stage untuk

menghilangkan chordee dan recurvatum, kemudian pada third stage yaitu

urehtroplasty.1,8,11 Beberapa masalah yang berhubungan dengan teknik

multi-stage yaitu; membutuhkan operasi yang multiple; sering terjadi

meatus tidak mencapai ujung glands penis; sering terjadi striktur atau fistel

uretra; dan dari segi estetika dianggap kurang baik.8 Pada tahun 1960,

Hinderer memperkenalkan teknik one-stage repair untuk mengurangi

Page 5: Askep Hipospadia Edit Zaa

komplikasi dari teknik multi-stage repair. Cara ini dianggap sebagai

rekonstruksi uretra yang ideal dari segi anatomi dan fungsionalnya, dari

segi estetik dianggap lebih baik, komplikasi minimal, dan mengurangi

social cost.8

Dalam makalah ini penulis membahasa tentang konsep teori serta Asuhan

keperawatan pada hipospadia.

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan

masalah yaitu sebagai berikut :

         1.   Apa Pengertian dari hipospadia ?

         2.   Apa Etiologi dari hipospadia ?

         3.  Ada berapa klasifikasi hipospadia ?

         4.   Apa saja manifestasi dari hipospadia?

         5.   Bagaimankah patofisiologis dari hipospadia ?

         6.   Apa saja komplikasi nya ?

7. sebutkan pemeriksaan penunjangnya?

8. Bagaiamana penatalaksanaan dari hipospadia

1.3    Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas

keperawatan anak ” dengan ASKEP HIPOSPADIA”. Tujuan khusus

penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan

pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep

skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.

Page 6: Askep Hipospadia Edit Zaa

BAB !!

KONSEP DASAR TEORI

2.1 Pengertian

1. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus

uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke

proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif

Mansjoer, 2000 : 374).

2. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan

uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang

mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian

ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 :

257).

3. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa lubang uretra yang

terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. (Ngastiyah, 2005 : 288).

4. Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain

pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum (daerah

antara kemaluan dan anus). (Davis Hull, 1994)

5. Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang

sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya

pengelolaannya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli

supayamendapatkan hasil yang memuaskan.

(http://photos1.blogger.com/blogger/4603/1833/1600/op.jpg).

2.2 ETIOLOGI

1. Embriologi.

2. Maskulinisasi inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari

sel intersitisial testis.

2.3 KLASIFIKASI

Page 7: Askep Hipospadia Edit Zaa

Hipospadia dibagi menjadi beberapa tipe menurut letak orifisium uretra

eksternum yaitu :

1. Tipe sederhana adalah tipe grandular, disini meatus terletak pada pangkal

glands penis. Pada kelainan ini secara klinis umumnya bersifat

asimtomatik.

2. Tipe penil, meatus terletak antara glands penis dan skortum.

3. Tipe penoskrotal dan tipe perineal, kelainan cukup besar, umumnya

pertumbuhan penis akan terganggu.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Pancaran air kencing pada saat BAK tidak lurus, biasanya kebawah,

menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok

pada saat BAK.

2. Pada Hipospadia grandular/ koronal anak dapat BAK dengan berdiri

dengan mengangkat penis keatas.

3. Pada Hipospadia peniscrotal/ perineal anak berkemih dengan jongkok.

4. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.

2.5 PATOFISIOLOGI

Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga

meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat

kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans,

kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum.

Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang

menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai

chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari

penis.

Page 8: Askep Hipospadia Edit Zaa

PATHWAY

(Sumber : Price Sylvia Anderson; 1995, NANDA; 2005-2006)

2.6 KOMPLIKASI

1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat

kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual

tertentu).

2. Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK.

3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat

dewasa.

Page 9: Askep Hipospadia Edit Zaa

Komplikasi paska operasi yang terjadi :

1. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat

bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit,

yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama

2 sampai 3 hari paska operasi.

2. Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan

oleh angulasi dari anastomosis.

3. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing

berulang atau pembentukan batu saat pubertas.

4. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan

sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur

satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.

5. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak

sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau

pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat

jarang.

6. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar,

atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.

Derajat Keparahan :

1. Ditentukan oleh satu posisi meatus uretra : glands, korona, batang penis

sambungan dari batang penis dan skrotum dan perineum.

2. Lokasinya.

3. Derajat chordee.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Rontgen

2. USG sistem kemih kelamin.

3. BNO-IVP

Karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan kongenital

ginjal.

Page 10: Askep Hipospadia Edit Zaa

2.8 PENATALAKSANAAN

1. Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah

merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat

yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke

depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.

2. Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi

atau anak tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan

untuk pembedahan nanti.

3. Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari

beberapa tahap yaitu :

a. Operasi Hipospadia satu tahap (ONE STAGE URETHROPLASTY)

“Adalah tekhnik operasi sederhana yang sering digunakan, terutama untuk

hipospadia tipe distal. Tipe distal ini meatusnya letak anterior atau yang

middle. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan

yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2

tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan

yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris dapat

dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-

kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yan bengkok

kearah ventral (bawah) dengan dorsal; skin hood dan propenil bifid

scrotum. Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya lebih

kearah proksimal (jauh dari tempat semestinya) biasanya diikuti dengan

penis yang bengkok dan kelainan lain di scrotum atau sisa kulit yang

sulit di tarik pada saat dilakukan operasi pembuatan uretra (saluran

kencing). Kelainan yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap.

b. Operasi Hipospadia 2 tahap

“Tahappertama operasi pelepasan chordee dan tunelling dilakukan untuk

meluruskan penis supaya posisi meatus (lubang tempat keluar kencing)

nantinya letaknya lebih proksimal (lebih mendekati letak yang normal),

memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian ventral/bawah

penis. Tahap selanjutnya (tahap kedua) dilakukan uretroplasty

(pembuatan saluran kencing buatan/uretra) sesudah 6 bulan. Dokter akan

Page 11: Askep Hipospadia Edit Zaa

menentukan tekhnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap

dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.

BAB !!!

PEMBAHASAN KASUS

A.PENGKAJIAN

1. Kaji biodata pasien

2. Kaji riwayat masa lalu: Antenatal, natal,

3. Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil

4. Kaji keluhan utama

5. Kaji skala nyeri (post operasi)

4. PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi kelainan letak meatus uretra

2. Palpasi adanya distensi kandung kemih.

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pasien pre operasi

1. Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola

perawatan keluarga.

2. Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi mekanik

3. Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi baik

keluarga dan klien.

Pasien post operasi

1. Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik berhubungan

dengan petunjuk aktivitas adekuat.

2. Nyeri berhubungan dengan post prosedur operasi

3. Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter

4. Perubahan eliminasi urine berhibingan dengan trauma operasi

Page 12: Askep Hipospadia Edit Zaa

6. INTERVENSI

Diagnosa pre operasi

1. Diagnosa : Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan

dengan pola perawatan keluarga.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan manajemen regimen terapeutik kembali efektif.

NOC : Family health status

Indikator :

a. Status imunisasi anggota kelurga

b. Kesehatan fisik anggota keluarga

c. Asupan makanan yang adekuat

d. Tidak adanya kekerasan anggota kelurga

e. Penggunaan perawatan kesehatan

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah dilakukan

2 = Jarang dilakukan

3 = Kadang dilakukan

4 = Sering dilakukan

5 = Selalu dilakukan

NIC : Family mobilization

Intervensi :

a. Jadilah pendengar yang baik untuk anggota keluarga

b. Diskusikan kekuatan kelurga sebagai pendukung

c. Kaji pengaruh budaya keluarga

d. Monitor situasi kelurga

e. Ajarkan perawatan di rumah tentang terapi pasien

f. Kaji efek kebiasaan pasien untuk keluarga

g. Dukung kelurga dalam merencanakan dan melakukan terapi

pasien dan perubahan gaya hidup

h. Identifikasi perlindungan yang dapat digunakan kelurga

dalam menjaga status kesehatan.

Page 13: Askep Hipospadia Edit Zaa

2. Diagnosa : Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan

obstruksi mekanik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan retensi urin berkurang.

NOC : Pengawasan urin

Indikator :

a. Mengatakan keinginan untuk BAK

b. Menentukan pola BAK

c. Mengatakan dapat BAK dengan teratur

d. Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan

mengeluarkan BAK ke toilet

e. Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK

f. Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK

g. Mengesankan kandung kemih secara komplet

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC : Perawatan retensi urin

Intervensi :

a. Melakukan pencapaian secara komperhensif jalan urin

berfokus kepada inkontinensia (ex: urin output, keinginan BAK

yang paten, fungsi kognitif dan masalah urin)

b. Menjaga privasi untuk eliminasi

c. Menggunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK di toilet

d. Menyediakan waktu yang cukup untuk mengosongkan blader

(10 menit)

e. Menyediakan perlak di kasur

f. Menggunakan manuver crede, jika dibutuhkan

Page 14: Askep Hipospadia Edit Zaa

g. Menganjurkan untuk mencegah konstipasi

h. Monitor intake dan output

i. Monitor kandung kemih dengan papilasi dan perkusi

j. Berikan waktu berkemih dengan interval reguler, jika

diperlukan.

3. Diagnosa : Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan

operasi baik keluarga dan klien.

Tujuan : Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan kecemasan pasien berkurang.

NOC : Kontrol ansietas

Indikator :

a. Tingkat kecemasan di batas normal

b. Mengetahui penyebab cemas

c. Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas

d. Informasi untuk mengurangi kecemasan

e. Strategi koping untuk situasi penuh stress

f. Hubungan sosial

g. Tidur adekuat

h. Respon cemas

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC : Pengurangan cemas

Intervensi :

a. Ciptakan suasana yang tenang

b. Sediakan informasi dengan memperhatikan diagnosa, tindakan

dan prognosa, dampingi pasien untuk meciptakan suasana

aman dan mengurangi ketakutan.

c. Dengarkan dengan penuh perhatian

Page 15: Askep Hipospadia Edit Zaa

d. Kuatkan kebiasaan yang mendukung

e. Ciptakan hubungan saling percaya

f. Identifikasi perubahan tingkatan kecemasan

g. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan

kecemasan.

Diagnosa post operasi

a. Diagnosa : Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik

berhubungan dengan petunjuk aktivitas adekuat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan kesiapan peningkatan regimen terapeutik baik.

NOC : Family participation in profesioal care

Indikator :

a. Ikut serta dalam perencanaan perawatan

b. Ikut serta dalam menyediakan perawatan

c. Menyediakan informasi yang relefan

d. Kolaborasi dalam melakukan latihan

e. Evaluasi keefektifan perawatan

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC : Family process maintenance

Intervensi :

a. Anjurkan kunjungan anggota keluarga jika perlu

b. Bantu keluarga dalam melakukan strategi menormalkan situasi

c. Bantu keluarga menemukan perawatan anak yang tepat

d. Identifikasi kebutuhan perawatan pasien di rumah dan

bagaimana pengaruh pada keluarga

Page 16: Askep Hipospadia Edit Zaa

e. Buat jadwal aktivitas perawatan pasien di rumah sesuai

kondisi

f. Ajarkan keluarga untuk menjaga dan selalu mengawasi

perkembangan status kesehatan keluarga.

b. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan post prosedur operasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan nyeri berkurang.

NOC 1 : Level nyeri

Indikator :

a. Melaporkan nyeri (frekuensi & lama)

b. Perubahan vital sign dalam batas normal

c. Memposisikan tubuh untuk melindungi nyeri

NOC 2 : Tingkat kenyamanan

Indikator :

a. Melaporkan kondisi fisik yang nyeman

b. Menunjukan ekspresi puas terhadap manajemen nyeri

NOC 3 : Kontrol nyeri

Indikator :

a. Mengungkap faktor pencetus nyeri

b. Menggunakan tetapi non farmakologi

c. Dapat menggunakan berbagai sumber untuk mengontrol nyeri

d. Melaporkan nyeri terkontrol

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

Page 17: Askep Hipospadia Edit Zaa

NIC 1 : Manajemen nyeri

Intervensi :

a. Kaji secara komperhensif mengenai lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus nyeri

b. Observasi keluhan nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Ajarkan teknik nonfarmakologi (ralaksasi)

d. Bantu pasien & keluarga untuk mengontrol nyeri

e. Beri informasi tentang nyeri (penyebab, durasi, prosedur

antisipasi nyeri)

NIC 2 : Monitor tanda vital

Intervensi :

a. Monitor TD, RR, nadi, suhu pasien

b. Monitor keabnormalan pola napas pasien

c. Identifikasi kemungkinan perubahan TTV

d. Monitor toleransi aktivitas pasien

e. Anjurkan untuk menurunkan stress dan banyak istirahat

NIC 3 : Manajemen lingkungan

Intervensi :

a. Cegah tindakan yang tidak dibutuhkan

b. Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman

c. Diagnosa : Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi infeksi.

NOC 1 : Deteksi resiko

Indikator :

a. Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan resiko

b. Menjelaskan kembali tanda & gejala yang mengidentifikasi

faktor resiko

c. Menggunakan sumber & pelayanan kesehatan untuk mendapat

sumber informasi

Page 18: Askep Hipospadia Edit Zaa

NOC 2 : Kontrol resiko

Indikator :

a. Membenarkan faktor resiko

b. Memonitor faktor resiko dari lingkungan

c. Memonitorperilaku yang dapat meningkatkan faktor resiko

d. Memonitor & mengungkapkan status kesehatan

NOC 3 : Status imun

Indikator :

a. Tidak menunjukan infeksi berulang

b. Suhu tubuh dalam batas normal

c. Sel darah putih tidak meningkat

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC 1 : Kontrol infeksi

Intervensi :

a. Ajarkan pasien & kelurga cara mencucitangan yang benar

b. Ajarkan pada pasien & keluarga tanda gejala infeksi & kapan

harus melaporkan kepada petugas

c. Batasi pengunjung

d. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah digunakan pasien

NIC 2 : Perawatan luka

Intervensi :

a. Catat karakteristik luka, drainase

b. Bersihkan luka dan ganti balutan dengan teknik steril

c. Cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah tindakan

d. Ajarkan pada pasien dan kelurga cara prosedur perawatan luka

Page 19: Askep Hipospadia Edit Zaa

NIC 3 : Perlindungan infeksi

Intervensi :

a. Monitor peningkatan granulossi, sel darah putih

b. Kaji faktor yang dapat meningkatkan infeksi.

d. Diagnosa : Perubahan eliminasi urine (retensi urin) berhubungan dengan

trauma operasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan retensi urin berkurang.

NOC : Pengawasan urin

Indikator :

a. Mengatakan keinginan untuk BAK

b. Menentukan pola BAK

c. Mengatakan dapat BAK dengan teratur

d. Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan mengeluarkan

BAK ke toilet

e. Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK

f. Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK

g. Mengosongkan kandung kemih secara komplet

Keterangan skala :

1 = Tidak pernah menunjukan

2 = Jarang menunjukan

3 = Kadang menunjukan

4 = Sering menunjukan

5 = Selalu menunjukan

NIC : Perawatan retensi urin

Intervensi :

a. Melakukan pencapaian secara komperhensif jalan urin

berfokus kepada inkontinensia (ex: urin output, keinginan BAK

yang paten, fungsi kognitif dan masalah urin)

b. Menjaga privasi untuk eliminasi

Page 20: Askep Hipospadia Edit Zaa

c. Menggunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK di toilet

d. Menyediakan waktu yang cukup untuk mengosongkan blader

(10 menit)

e. Menyediakan perlak di kasur

f. Menggunakan manuver crede, jika dibutuhkan

g. Menganjurkan untuk mencegah konstipasi

h. Monitor intake dan output

i. Monitor distensi kandung kemih dengan papilasi dan perkusi

j. Berikan waktu berkemih dengan interval reguler, jika

diperlukan.

7. EVALUASI

Pre operasi skala

1. Diagnosa : Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan

dengan pola perawatan keluarga.

Indikator :

a. Status imunisasi anggota kelurga 5

b. Kesehatan fisik anggota keluarga 4

c. Asupan makanan yang adekuat 5

d. Tidak adanya kekerasan anggota kelurga 5

e. Penggunaan perawatan kesehatan 4

2. Diagnosa : Perubahan eliminasi (retensi urin) berhubungan dengan obstruksi

mekanik

Indikator :

a. Mengatakan keinginan untuk BAK 4

b. Menentukan pola BAK 4

c. Mengatakan dapat BAK dengan teratur 4

d. Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan 4

mengeluarkan BAK ke toilet

e. Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK 4

f. Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK 4

g. Mengesankan kandung kemih secara komplet 4

Page 21: Askep Hipospadia Edit Zaa

3. Diagnosa : Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan

operasi baik keluarga dan klien.

Indikator :

a. Tingkat kecemasan di batas normal 4

b. Mengetahui penyebab cemas 4

c. Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas 4

d. Informasi untuk mengurangi kecemasan 4

e. Strategi koping untuk situasi penuh stress 4

f. Hubungan sosial 4

g. Tidur adekuat 4

h. Respon cemas 4

Post operasi

1. Diagnosa : Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik

berhubungan dengan petunjuk aktivitas adekuat.

Indikator :

a. Ikut serta dalam perencanaan perawatan 5

b. Ikut serta dalam menyediakan perawatan 5

c. Menyediakan informasi yang relefan 5

d. Kolaborasi dalam melakukan latihan 5

e. Evaluasi keefektifan perawatan 5

2. Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan post prosedur operasi

Indikator :

a. Melaporkan nyeri (frekuensi & lama) 5

b. Perubahan vital sign dalam batas normal 5

(TD 120/80 mmHg; RR 22 x/mt; N 75x/mt; S 36,8ºC)

c. Memposisikan tubuh untuk melindungi nyeri 5

d. Melaporkan kondisi fisik yang nyeman 4

e. Menunjukan ekspresi puas terhadap manajemen nyeri 4

f. Mengungkap faktor pencetus nyeri 4

g. Menggunakan tetapi non farmakologi 4

Page 22: Askep Hipospadia Edit Zaa

h. Dapat menggunakan berbagai sumber untuk 4

mengontrol nyeri

i. Melaporkan nyeri terkontrol 4

3. Diagnosa : Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter

Indikator :

a. Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan resiko 4

b. Menjelaskan kembali tanda & gejala yang mengidentifikasi

faktor resiko 4

c. Menggunakan sumber & pelayanan kesehatan untuk

mendapat sumber informasi 4

d. Membenarkan faktor resiko 4

e. Memonitor faktor resiko dari lingkungan 4

f. Memonitor perilaku yang dapat meningkatkan faktor

resiko

4

g. Memonitor & mengungkapkan status kesehatan 4

h. Tidak menunjukan infeksi berulang 4

i. Suhu tubuh dalam batas normal 4

j. Sel darah putih tidak meningkat 4

4. Diagnosa : Perubahan eliminasi urine berhibingan dengan trauma operasi

Indikator :

a. Mengatakan keinginan untuk BAK 4

b. Menentukan pola BAK 4

c. Mengatakan dapat BAK dengan teratur 4

d. Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan 4

mengeluarkan BAK ke toilet

e. Bebas dari kebocoran urin sebelum BAK 4

f. Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK 4

g. Mengosongkan kandung kemih secara komplet 4

Page 23: Askep Hipospadia Edit Zaa

BAB 1V

PENUTUP

3.1 Kesimpualan

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.

Yang disebabkan oleh embriologi dan Maskulinisasi

inkomplit dari genetalia karena involusi yang prematur dari sel intersitisial

testis. Dimana hipospadia memiliki beberapa tipe menurut letak orifisium

uretra eksternum yaitu :

1. Tipe sederhana adalah tipe grandular, disini meatus terletak pada

pangkal glands penis. Pada kelainan ini secara klinis umumnya

bersifat asimtomatik.

2. Tipe penil, meatus terletak antara glands penis dan skortum.

3. Tipe penoskrotal dan tipe perineal, kelainan cukup besar,

umumnya pertumbuhan penis akan terganggu.

3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi

makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Page 24: Askep Hipospadia Edit Zaa

DAFTAR PUSTAKA

http://photos1.blogger.com/blogger/4603/1833/1600/op.jpg

Page 25: Askep Hipospadia Edit Zaa

http://www.medicastore.com

Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby

Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar Interpratama

Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius.

McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). Mosby

Price, Sylvia Anderson. (1995). Pathofisiologi. Jakarta: EGC

Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar – dasar urologi. Jakarta : Infomedika

Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :EGC.