LP Hipospadia

28
A. Konsep Penyakit 1. Definisi Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dan sebelah prokimal ujung penis. Hipospadia merupakan salah satu dari kelainan congenital paling sering pada genitalia laki laki, terjadi pada satu dalam 350 kelahiran laki-laki, dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter. 2. Etiologi Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain : 1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek

Transcript of LP Hipospadia

Page 1: LP Hipospadia

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa muara uretra yang

terletak di sebelah ventral penis dan sebelah prokimal ujung penis.

Hipospadia merupakan salah satu dari kelainan congenital paling

sering pada genitalia laki laki, terjadi pada satu dalam 350 kelahiran

laki-laki, dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti

anomali ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma

klinefelter.

2. Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang

belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa

faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon

Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang

mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena

reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang

atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah

terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja

tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim

yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi

pun akan berdampak sama.

2. GenetikaTerjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini

biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis

androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3. LingkunganBiasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab

adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat

mengakibatkan mutasi.

Page 2: LP Hipospadia

3. Klasifikasi

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :

1) Tipe sederhana/ Tipe anterior

Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.

Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara

klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan

suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi

atau meatotomi.

2) Tipe penil/ Tipe Middle

Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-

escrotal.

Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum.

Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya

kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung

ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini,

diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat

kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada

bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat

berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.

3) Tipe Posterior

Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.

Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu,

kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar

Page 3: LP Hipospadia

dan umumnya testis tidak turun. Klasifikasi hipospadia yang

digunakan sesuai dengan letak meatus uretra yaitu tipe glandular,

distal penile, penile, penoskrotal, skrotal dan perineal.

Semakin ke proksinal letak meatus, semakin berat kelainan yang

diderita dan semakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini 90%

terletak di distal di mana meatus terletak di ujung batang penis atau

di glands penis. Sisanya yang 10% terletak lebih proksimal yaitu

ditengah batang penis, skrotum atau perineum. Berdasarkan letak

muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Brown membagi

hipospadia dalam 3 bagian :

Hipospadia anterior : tipe glanular, subkoronal, dan penis

distal. 

Hipospadia Medius : midshaft, dan penis proksimal

Hipospadia Posterior : penoskrotal, scrotal, dan perineal.

4. Manifestasi Klinis

a. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di

bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.

b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di

bagian punggung penis.

c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus

dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari

jaringan sekitar.

d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.Tunika dartos, fasia Buch

dan korpus spongiosum tidak ada.

e. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans

penis.

f. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi

bengkok.

g. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung

skrotum).

h. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

Page 4: LP Hipospadia

Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah

bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini

disebabkan oleh adanya chordee yaitu suatu jaringan fibrosa yang

menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands penis.

Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimeter dari uretra, korpus

spongiosum dan tunika dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah

satu ciri khas untuk mencurigai suatu hipospadia, perlu diingat bahwa

tidak semua hipospadia memiliki chordee.

5. Patofisiologi

Hypospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra

dalam utero. Terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis

pada kehamilan minggu ke 10 sampai minggu ke 14. Gangguan ini

terjadi apabila uretra jatuh menyatu ke midline dan meatus terbuka

pada permukaan ventral dari penis. Propusium bagian ventral kecil dan

tampak seperti kap atau menutup.

6. Penatalaksanaan

Dikenal banyak tehnik operai hipospadia, yang umumnya terdiri dari

beberapa tahap yaitu :

1) Operasi pelepasan chordee dan tunneling

Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi

eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glands penis. Setelah

eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus tetapi meatus uretra

masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan eksisi

dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikkan

NaCL 0,9% kedalan korpus kavernosum.

2) Operasi uretroplasty.

Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat

dari kulit penis bagian ventral yang di insisi secara longitudinal

pararel di kedua sisi.

Page 5: LP Hipospadia

Tujuan pembedahan :

1) Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta

2) Perbaikan untuk kosmetik pada penis.

Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-

Chaula, Teknik Horton dan Devine.

1) Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:

a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus

dibuatkan terowongan yang berepitel pada glans penis.

Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus,

tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan

luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan

kulit penis

b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi,

saat parut sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi

uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari

kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup

dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik

ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan

6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka

operasi pertama telah matang.

c. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada

anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar dan

dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke

ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian

punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian

dipindah ke bawah. Mengingat pentingnya preputium untuk

bahan dasar perbaikan hipospadia, maka sebaiknya tindakan

penyunatan ditunda dan dilakukan berbarengan dengan operasi

hipospadi.

Page 6: LP Hipospadia

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Kaji biodata pasien

b. Kaji riwayat masa lalu: Antenatal, natal,

c. Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil

d. Kaji keluhan utama

e. Kaji skala nyeri (post operasi)

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi kelainan letak meatus uretra

b. Palpasi adanya distensi kandung kemih

3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah lengkap, urine lengkap

b. Uretroskopi

4. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1) Cemas b/d krisis situasional

2) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan

pengobatan b/d keterbatasan kognitif

Pasca Bedah

1) Resiko Infeksi b/d tindakan invasif

2) Nyeri akut b/d cidera fisik akibat pembedahan

5. Rencana Asuhan Keperawatan

Pre Operasi

No

.

Diagnosa TUjuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Cemas b/d krisis

situasional

Definisi :

Perasaan gelisah yang

tak jelas dari

ketidaknyamanan atau

ketakutan yang disertai

NOC :

Anxiety control

Coping

Impulse control

Kriteria Hasil :

Klien mampu

NIC : Anxiety Reduction

(penurunan kecemasan)

Gunakan pendekatan

yang menenangkan

Nyatakan dengan jelas

harapan terhadap

Page 7: LP Hipospadia

respon autonom (sumner

tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu);

perasaan keprihatinan

disebabkan dari

antisipasi

terhadap bahaya. Sinyal

ini merupakan

peringatan adanya

ancaman yang akan

datang dan

memungkinkan individu

untuk mengambil

langkah untuk

menyetujui terhadap

tindakan.

Ditandai dengan :

- Gelisah

- Insomnia

- Resah

- Ketakutan

- Sedih

- Fokus pada diri

- Kekhawatiran

- Cemas

mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala

cemas

Mengidentifikasi,

mengungkapkan dan

menunjukkan teknik

untuk mengontol cemas

Tanda-tanda vital dalam

batas normal

Postur tubuh, ekspresi

wajah, bahasa tubuh dan

tingkat aktivitas

menunjukkan

berkurangnya kecemasan

pelaku pasien

Jelaskan semua

prosedur dan apa yang

dirasakan selama

prosedur

Pahami prespektif

pasien terhdap situasi

stres

Temani pasien untuk

memberikan

keamanan dan

mengurangi takut

Berikan informasi

faktual mengenai

diagnosis, tindakan

prognosis

Dorong keluarga

untuk menemani anak

Lakukan back / neck

rub

Dengarkan dengan

penuh perhatian

Identifikasi tingkat

kecemasan

Bantu pasien

mengenal situasi yang

menimbulkan

kecemasan

Dorong pasien untuk

mengungkapkan

perasaan, ketakutan,

persepsi

Page 8: LP Hipospadia

Instruksikan pasien

menggunakan teknik

relaksasi

Berikan obat untuk

mengurangi

kecemasan

2. Kurang pengetahuan

tentang kondisi,

prognosis, kebutuhan

pengobatan b/d

keterbatasan kognitif.

Definisi : Tidak adanya

atau kurangnya

informasi kognitif

sehubungan dengan

topic spesifik.

Batasan karakteristik :

memverbalisasikan

adanya masalah,

ketidakakuratan

mengikuti instruksi,

perilaku tidak sesuai.

Faktor yang

berhubungan :

keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap

informasi yang salah,

kurangnya keinginan

untuk mencari

informasi, tidak

NOC :

Kowlwdge : disease

process

Kowledge : health

Behavior

Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga

menyatakan pemahaman

tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan

program pengobatan

Pasien dan keluarga

mampu melaksanakan

prosedur yang dijelaskan

secara benar

Pasien dan keluarga

mampu menjelaskan

kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

NIC : Teaching : disease

Process

Berikan penilaian

tentang tingkat

pengetahuan pasien

tentang proses

penyakit yang spesifik

Jelaskan patofisiologi

dari penyakit dan

bagaimana hal ini

berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi,

dengan cara yang

tepat.

Gambarkan tanda dan

gejala yang biasa

muncul pada penyakit,

dengan cara yang tepat

Gambarkan proses

penyakit, dengan cara

yang tepat

Identifikasi

kemungkinan

penyebab, dengan cara

yang tepat

Page 9: LP Hipospadia

mengetahui sumber-

sumber informasi.

Sediakan informasi

pada pasien tentang

kondisi, dengan cara

yang tepat

Hindari harapan yang

kosong

Sediakan bagi

keluarga informasi

tentang kemajuan

pasien dengan cara

yang tepat

Diskusikan perubahan

gaya hidup yang

mungkin diperlukan

untuk mencegah

komplikasi di masa

yang akan datang dan

atau proses

pengontrolan penyakit

Diskusikan pilihan

terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan second

opinion dengan cara

yang tepat atau

diindikasikan

Eksplorasi

kemungkinan sumber

atau dukungan, dengan

cara yang tepat

Instruksikan pasien

Page 10: LP Hipospadia

mengenai tanda dan

gejala untuk

melaporkan pada

pemberi perawatan

kesehatan, dengan cara

yang tepat.

POST OPERASI

No

.

Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Nyeri akut b/d cidera

fisik akibat pembedahan

Definisi :

Sensori yang tidak

menyenangkan dan

pengalaman emosional

yang muncul secara

aktual atau potensial

kerusakan jaringan atau

menggambarkan adanya

kerusakan (Asosiasi

Studi Nyeri

Internasional): serangan

mendadak atau pelan

intensitasnya dari ringan

sampai berat yang dapat

diantisipasi dengan

akhir yang dapat

diprediksi dan dengan

durasi kurang dari 6

bulan.

NOC :

Pain Level,

Pain control,

Comfort level

Kriteria Hasil :

Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan

manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas,

frekuensi dan tanda

nyeri)

Menyatakan rasa

Pain Management

Lakukan pengkajian

nyeri secara

komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor

presipitasi

Observasi reaksi

nonverbal dari

ketidaknyamanan

Gunakan teknik

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalaman nyeri

pasien

Kaji kultur yang

mempengaruhi respon

nyeri

Evaluasi pengalaman

nyeri masa lampau

Page 11: LP Hipospadia

Batasan karakteristik :

- Laporan secara

verbal atau non

verbal

- Fakta dari observasi

- Posisi antalgic

untuk menghindari

nyeri

- Gerakan

melindungi

- Tingkah laku

berhati-hati

- Muka topeng

- Gangguan tidur

(mata sayu, tampak

capek, sulit atau

gerakan kacau,

menyeringai)

- Terfokus pada diri

sendiri

- Fokus menyempit

(penurunan persepsi

waktu, kerusakan

proses berpikir,

penurunan interaksi

dengan orang dan

lingkungan)

- Tingkah laku

distraksi, contoh :

jalan-jalan,

menemui orang lain

nyaman setelah nyeri

berkurang

Tanda vital dalam

rentang normal

Evaluasi bersama

pasien dan tim

kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol

nyeri masa lampau

Bantu pasien dan

keluarga untuk mencari

dan menemukan

dukungan

Kontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan

Kurangi faktor

presipitasi nyeri

Pilih dan lakukan

penanganan nyeri

(farmakologi, non

farmakologi dan inter

personal)

Kaji tipe dan sumber

nyeri untuk

menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik

non farmakologi

Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan

kontrol nyeri

Tingkatkan istirahat

Page 12: LP Hipospadia

dan/atau aktivitas,

aktivitas berulang-

ulang)

- Respon autonom

(seperti diaphoresis,

perubahan tekanan

darah, perubahan

nafas, nadi dan

dilatasi pupil)

- Perubahan

autonomic dalam

tonus otot (mungkin

dalam rentang dari

lemah ke kaku)

- Tingkah laku

ekspresif (contoh :

gelisah, merintih,

menangis, waspada,

iritabel, nafas

panjang/berkeluh

kesah)

- Perubahan dalam

nafsu makan dan

minum

Kolaborasikan dengan

dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri

tidak berhasil

Monitor penerimaan

pasien tentang

manajemen nyeri

Analgesic Administration

Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri

sebelum pemberian

obat

Cek instruksi dokter

tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi

Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang

diperlukan atau

kombinasi dari

analgesik ketika

pemberian lebih dari

satu

Tentukan pilihan

analgesik tergantung

tipe dan beratnya nyeri

Tentukan analgesik

pilihan, rute pemberian,

dan dosis optimal

Pilih rute pemberian

secara IV, IM untuk

Page 13: LP Hipospadia

pengobatan nyeri secara

teratur

Monitor vital sign

sebelum dan sesudah

pemberian analgesik

pertama kali

Berikan analgesik tepat

waktu terutama saat

nyeri hebat

Evaluasi efektivitas

analgesik, tanda dan

gejala (efek samping)

2. Resiko Infeksi b/d

tindakan invasive

Definisi : Peningkatan

resiko masuknya

organisme patogen

Faktor-faktor resiko :

- Prosedur Infasif

- Ketidakcukupan

pengetahuan untuk

menghindari

paparan patogen

- Trauma

- Kerusakan jaringan

dan peningkatan

paparan lingkungan

- Ruptur membran

amnion

- Agen farmasi

NOC :

Immune Status

Knowledge : Infection

control

Risk control

Kriteria Hasil :

Klien bebas dari tanda

dan gejala infeksi

Mendeskripsikan proses

penularan penyakit,

factor yang

mempengaruhi penularan

serta penatalaksanaannya,

Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah timbulnya

infeksi

Jumlah leukosit dalam

batas normal

NIC : Infection Control

(Kontrol infeksi)

Bersihkan lingkungan

setelah dipakai pasien

lain

Pertahankan teknik

isolasi

Batasi pengunjung bila

perlu

Instruksikan pada

pengunjung untuk

mencuci tangan saat

berkunjung dan setelah

berkunjung

meninggalkan pasien

Gunakan sabun

antimikrobia untuk cuci

tangan

Cuci tangan setiap

sebelum dan sesudah

Page 14: LP Hipospadia

(imunosupresan)

- Malnutrisi

- Peningkatan

paparan lingkungan

pathogen

- Imonusupresi

- Ketidakadekuatan

imum buatan

- Tidak adekuat

pertahanan

sekunder

(penurunan Hb,

Leukopenia,

penekanan respon

inflamasi)

- Tidak adekuat

pertahanan tubuh

primer (kulit tidak

utuh, trauma

jaringan, penurunan

kerja silia, cairan

tubuh statis,

perubahan sekresi

pH, perubahan

peristaltik)

- Penyakit kronik

Menunjukkan perilaku

hidup sehat

tindakan keperawatan

Gunakan baju, sarung

tangan sebagai alat

pelindung

Pertahankan

lingkungan aseptik

selama pemasangan alat

Ganti letak IV perifer

dan line central dan

dressing sesuai dengan

petunjuk umum

Gunakan kateter

intermiten untuk

menurunkan infeksi

kandung kencing

Tingkatkan intake

nutrisi

Berikan terapi

antibiotik bila perlu

Infection Protection

(proteksi terhadap

infeksi)

Monitor tanda dan

gejala infeksi sistemik

dan lokal

Monitor hitung

granulosit, WBC

Monitor kerentanan

terhadap infeksi

Batasi pengunjung

Saring pengunjung

Page 15: LP Hipospadia

terhadap penyakit

menular

Pertahankan teknik

aspesis pada pasien

yang beresiko

Pertahankan teknik

isolasi k/p

Berikan perawatan kulit

pada area epidema

Inspeksi kulit dan

membran mukosa

terhadap kemerahan,

panas, drainase

Inspeksi kondisi luka/

insisi bedah

Dorong masukkan

nutrisi yang cukup

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Instruksikan pasien

untuk minum antibiotik

sesuai resep

Ajarkan pasien dan

keluarga tanda dan

gejala infeksi

Ajarkan cara

menghindari infeksi

Laporkan kecurigaan

infeksi

Laporkan kultur positif

Page 16: LP Hipospadia

DAFTAR PUSTAKA

Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. 2nd ed.

Mosby Year Book.

Page 17: LP Hipospadia

IDAI, 2005.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Badan Pnerbit IDAI,

Jakarta.

Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second

edition. Mosby.

NANDA. 2005-2006. Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification.

Philadhelphia.

Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media

Aesculapius. Jakarta.

Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-Dasar Urologi, Jakarta.

Sagung Setoatzel, pincus dkk. 1990. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta : EGC.

Markum, A.H. 1997. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Rosenstein, Beryl J. 1997. Intisari Pediatri Panduan Praktis Pediatri Klinik

Edisi II. Jakarta : Hipokrates

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPOSPADIA

Page 18: LP Hipospadia

DISUSUN OLEH :

TANIA TRESNA DELIMA

220112110536

PROGRAM PROFESI NERS XXIII

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012