HIPOSPADIA MAKALAH

25
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral penis dan sebelah prokimal ujung penis. Hipospadia merupakan salah satu dari kelainan kongenital paling sering pada genitalia laki laki, terjadi pada satu dalam 350 kelahiran laki-laki, dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksternus terletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal pada ujung gland penis. (Duccket, 1986, Mc Aninch, 1992) Hipospadia adalah kelainan kongetinal berupa kelainan letak lubang uretra pada pria dari ujung penis ke sisi ventral (Corwin, 2009). Hipospadia adalah kegagalan meatus urinarius meluas ke ujung penis, lubang uretra terletak dibagian bawah batang penis, skrotum atau perineum (Barbara J. Gruendemann & Billie Fernsebner, 2005). Dan menurut (Muscari, 2005) Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang uretra berada di bawah

Transcript of HIPOSPADIA MAKALAH

Page 1: HIPOSPADIA MAKALAH

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa muara uretra yang

terletak di sebelah ventral penis dan sebelah prokimal ujung penis.

Hipospadia merupakan salah satu dari kelainan kongenital paling sering pada

genitalia laki laki, terjadi pada satu dalam 350 kelahiran laki-laki, dapat

dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali ginjal, undesensus

testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter.

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra

eksternus terletak dipermukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari

tempatnya yang normal pada ujung gland penis. (Duccket, 1986, Mc Aninch,

1992)

Hipospadia adalah kelainan kongetinal berupa kelainan letak lubang

uretra pada pria dari ujung penis ke sisi ventral (Corwin, 2009). Hipospadia

adalah kegagalan meatus urinarius meluas ke ujung penis, lubang uretra

terletak dibagian bawah batang penis, skrotum atau perineum (Barbara J.

Gruendemann & Billie Fernsebner, 2005).

Dan menurut (Muscari, 2005) Hipospadia adalah suatu kondisi letak

lubang uretra berada di bawah glans penis atau di bagian mana saja sepanjang

permukaan ventral batang penis. Kulit prepusium ventral sedikit, dan bagian

distal tampak terselubung.

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan

penutupan uretra penispadakehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang

mengakibatkan orifisium uretra tertinggaldisuatu tempat dibagian ventral

penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum,1991 : 257).

Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat

lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah

antara kemaluandan anus ). (Davis Hull, 1994)

Hipospadia berasal dari dua kata yaitu ‘hypo’ yang berarti di bawah dan

spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan

Page 2: HIPOSPADIA MAKALAH

bawaan dimana meatus uretra eksterna berada di bagian permukaan ventral

penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glanss

penis) (Arif Mansjoer, 2000). Hipospadia adalah kelainan bawaan berupa

urethra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis (Ngastiyah, 2005).

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

hipospadia adalah suatu kelainan bawaan sejak lahir dimana lubang uretra

terdapat di penis bagian bawah bukan diujung penis. Sebagaian besar anak

dengan kelainan hipospadia memiliki bentuk batang penis yang melengkung.

Biasanya di sekitar lubang kencing abnormal tersebut terbentuk jaringan ikat

(fibrosis) yang bersifat menarik dan mengerutkan kulit sekitarnya. Jika dilihat

dari samping, penis tampak melengkung seperti kipas (chordee, bahasa latin);

secara spesifik jaringan parut di sekitar muara saluran kencing kemudian

disebut chordee. Tidak setiap hipospadia memiliki chordee.

Seringkali anak laki-laki dengan hipospadia juga memiliki kelainan

berupa testis yang belum turun sampai kekantung kemaluannya (undescended

testis). Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang jarang ditemukan,

dengan angka kekerapan 1 kasus hipospadia pada setiap 250-400 kelahiran

bayi laki-laki hidup.

2.2. Klasifikasi

Hipospadia adalah keadaan dimana lubang kencing terletak dibawah batang

kemaluan / penis.

Ada beberapa type hipospadia :

a. Hipospadia type Perenial, lubang kencing berada di antara anus dan

buah zakar (skrotum).

b. Hipospadia type Scrotal, lubang kencing berada tepat di bagian depan

buah zakar (skrotum).

c. Hipospadia type Peno Scrotal, lubang kencing terletak di antara buah

zakar (skrotum) dan batang penis.

d. Hipospadia type Peneana Proximal, lubang kencing berada di bawah

pangkal penis.

Page 3: HIPOSPADIA MAKALAH

e. Hipospadia type Mediana, lubang kencing berada di bawah bagian

tengah dari batang penis.

f. Hipospadia type Distal Peneana, lubang kencing berada di bawah

bagian ujung batang penis.

g. Hipospadia type Sub Coronal, lubang kencing berada pada sulcus

coronarius penis (cekungan kepala penis).

h. Hipospadia type Granular, lubang kencing  sudah berada pada kepala

penis hanya letaknya masih berada di bawah kepala penisnya.

Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :

1. Tipe sederhana/ Tipe anterior

Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.

Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis,

kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan.

Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.

2. Tipe penil/ Tipe Middle

Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-

escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum.

Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit

prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah

atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan

intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian

ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan

sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan

bedah selanjutnya.

3. Tipe Posterior

Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.

Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang

disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan

umumnya testis tidak turun.

Klasifikasi hipospadia yang digunakan sesuai dengan letak meatus

uretra yaitu tipe glandular, distal penile, penile, penoskrotal, skrotal dan

Page 4: HIPOSPADIA MAKALAH

perineal. Semakin ke proksinal letak meatus, semakin berat kelainan yang

diderita dan semakin rendah frekuensinya. Pada kasus ini 90% terletak di

distal di mana meatus terletak diujung batang penis atau di glands penis.

Sisanya yang 10% terletak lebih proksimal yaitu ditengah batang penis,

skrotum atau perineum. Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan

koreksi korde, Brown membagi hipospadia dalam 3 bagian :

1)   Hipospadia anterior : tipe glanular, subkoronal, dan penis distal. 

2)   Hipospadia Medius : midshaft, dan penis proksimal.

3)   Hipospadia Posterior : penoskrotal, scrotal, dan perineal.

2.3. Etiologi

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang

belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor

yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :

1) Gangguan dan ketidakseimbangan hormone

Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang

mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor

hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada.

Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan

tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan

suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis

hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

2) Genetika

Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi

karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut

sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.

3) Lingkungan

Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan

dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

Page 5: HIPOSPADIA MAKALAH

2.4. Tanda Gejala

Manifestasi klinis pada hipospadia, antara lain:

1. Jika berkemih, anak harus duduk.

2. Pembukaan uretra di lokasi selain ujung penis

3. Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit

depan penis

4. Penis melengkung ke bawah

5. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di

dasar penis

6. Semprotan air seni yang keluar abnormal

7. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di

bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.

8. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian

punggung penis.

9. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan

membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan

sekitar.

10. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.

11. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.

12. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans

penis.

13. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.

14. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung

skrotum).

15. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah

bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh

adanya chordee yaitu suatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus

yang letaknya abnormal ke glands penis.Jaringan fibrosa ini adalah bentuk

rudimeter dari uretra, korpus spongiosum dan tunika dartos.Walaupun adanya

chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai suatu hipospadia, perlu

diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee.

Page 6: HIPOSPADIA MAKALAH

2.5. Patofisiologi

Penyebab dari Hypospadia belum diketahui secara jelas dan dapat

dihubungkan dengan faktor genetik dan pengaruh Hormonal. Pada usia gestasi

Minggu ke VI kehamilan terjadi pembentukan genital, pada Minggu ke VII

terjadi agenesis pada msoderm sehingga genital tubercel tidak terbentuk, bila

genital fold gagal bersatu diatas sinus urogenital maka akan timbul

Hypospadia.

Perkembangan urethra dalam utero dimulai sekitar usia 8 minggu dan

selesai dalam 15 minggu, urethra terbentuk dari penyatuan lipatan urethra

sepanjang permukaan ventral penis. Glandula Urethra terbentuk dari kanalisasi

furikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan

urethra yang menyatu. Hypospadia terjadi bila penyatuan digaris tengah lipatan

urethra tidak lengkap sehingga meatus urethra terbuka pada sisi ventral penis.

Derajat kelainan letak ini antara lain seperti pada glandular (letak meatus yang

salah pada glans), Korona (pada Sulkus Korona), penis (disepanjang batang

penis), penuskrotal (pada pertemuan ventral penis dan skrotum) dan perineal

(pada perinium) prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi

yang menutupi sisi darsal gland. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai

Chordee, pada sisi ventral menyebabkan kuruatura (lingkungan) ventral dari

penis. Pada orang dewasa, chordec tersebut akan menghalangi hubungan

seksual, infertilisasi (Hypospadia penoskrotal) atau (perineal) menyebabkan

stenosis meatus sehingga mengalami kesulitan dalam mengatur aliran urine dan

sering terjadi kriotorkidisme.

Klasifikasi Hypospadia adalah tipe glandulan (balantik) yaitu meatus

terletak pada pangkal penis, tipe distal penil yaitu meatus terletak pada distal

penis, tipe penil yaitu meatus terletak antara perineal dan scrotum, tipe scrotal

yaitu meatus terletak di scratum, tipe perineal yaitu meatus terletak di perineal.

Komplikasi pada Hypospadia adalah infertilisasi risiko hernia inguinalm

gangguan psikososial.

Page 7: HIPOSPADIA MAKALAH

2.6. Penatalaksaan

Dikenal banyak tehnik operai hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa

tahap yaitu:

1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling

Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi

eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glands penis. Setelah eksisi

chordee maka penis akan menjadi lurus tetapi meatus uretra masih terletak

abnormal. Untuk melihat keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi buatan

intraoperatif dengan menyuntikkan NaCL 0,9% kedalan korpus

kavernosum.

2. Operasi uretroplasty

Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat

dari kulit penis bagian ventral yang di insisi secara longitudinal pararel di

kedua sisi.

Tujuan pembedahan :

1. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial.

2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis.

Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula,

Teknik Horton dan Devine.

1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:

a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan

terowongan yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -

2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang

abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan preputium bagian

dorsal dan kulit penis.

b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut

sudah lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih)

sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah

uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian

sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah.

Page 8: HIPOSPADIA MAKALAH

Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka

operasi pertama telah matang.

2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih

besar dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi

jenis distal (yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap

mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki)

kemudian dipindah ke bawah.

Mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan

hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan

berbarengan dengan operasi hipospadi.

2.7. Komplikasi

Komplikasi yang biasa terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada

sambungan meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat)

atau fistula.

1. Komplikasi awal

a. perdarahan

b. infeksi

c. jahitan yang terlepas

d. nekrosis flap

e. edema.

2. Komplikasi lanjut

a. Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar pada tempat

anastomosis.

b. Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama.

c. Fistula uretrocutaneus

d. Striktur uretra

e. Adanya rambut dalam uretra

f. Infertility.

g. Resiko hernia inguinalis.

h. Gangguan psikososial.

Page 9: HIPOSPADIA MAKALAH

2.8. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis dilakukan dengan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

atau bayi. Karena kelainan lain dapat menyertai hipospadia, dianjurkan

pemeriksaan yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan kromososm (Corwin,

2009).

a. Rontgen

b. USG sistem kemih kelamin

c. BNO – IVP karena biasanya pada hipospadia juga disertai dengan kelainan

kongenital ginjal

d. Kultur urine (Anak-hipospadia)

e. Uteroskopi

f. Pemeriksaan Darah Lengkap

2.9. Pencegahan

1. Tidak ada metode khusus untuk mencegah hipospadia, namun perlu

diperhatikan penggunaan obat-obatan yang mengandung esterogen

(misalnya pil KB) selama kehamilan

2. Melakukan pemeriksaan rutin

3. Menghindari perkawinan sedarah yang memiliki kelainan hipospadia

2.10. Asuhan Keperawatan

2.10.1. Pengkajian

1. Identitas

Usia                 : ditemukan saat lahir

Jenis kelamin    : hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling

sering terjadi pada laki-laki dengan angka kemunculan 1:250 dari

kelahiran hidup. (Brough, 2007: 130)

2. Keluhan Utama

Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau

didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti

berkerudung karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika

berkemih anak harus duduk.(Muslihatum, 2010:163)

Page 10: HIPOSPADIA MAKALAH

3. Riwayat Kesehatan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya

lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak

diketahui dengan pasti penyebabnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang

melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya

sejak lahir.

4. Riwayat Kongenital

a. Penyebab yang jelas belum diketahui.

b. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.

c. Lingkungan polutan teratogenik.

d. (Muscari, 2005:357)

5. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran: Hipospadia terjadi karena adanya

hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke-10 sampai

minggu ke-14. (Markum, 1991: 257)

6. Activity Daily Life

a. Nutrisi            : Tidak ada gangguan

b. Eliminasi        : anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami

kesukaran dalam mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada

keparahan anomali, penderita mungkin perlu mengeluarkan urin

dalam posisi duduk. Konstriksi lubang abnormal menyebabkan

obstruksi urin parsial dan disertai oleh peningkatan insiden ISK.

(Brough, 2007: 130)

c. Hygiene Personal       : Dibantu oleh perawat dan keluarga

d. Istirahat dan Tidur     : Tidak ada gangguan

7. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem kardiovaskuler

Tidak ditemukan kelainan

b. Sistem neurologi

Tidak ditemukan kelainan

Page 11: HIPOSPADIA MAKALAH

c. Sistem pernapasan

Tidak ditemukan kelainan

d. Sistem integumen

Tidak ditemukan kelainan

e. Sistem muskuloskletal

Tidak ditemukan kelainan

f. Sistem Perkemihan

Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau

pembesaran pada ginjal.

Kaji fungsi perkemihan

Dysuria setelah operasi

g. Sistem Reproduksi

Adanya lekukan pada ujung penis

Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi

Terbukanya uretra pada ventral

Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis,

perdarahan, drinage. (Nursalam, 2008: 164)

2.10.2. Diagnosa Keperawatan

PRE OPERASI

1. Ansietas (anak dan orang tua) yang behubungan dengan proses

pembedahan (uretroplasti).

POST OPERASI

2. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.

3. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan pemasangan

kateter.

4. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak

setelah pembedahan.

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.

Page 12: HIPOSPADIA MAKALAH

2.10.3. Intervensi

PRE OPERASI

1. Ansietas (anak dan orang tua) yang behubungan dengan proses pembedahan

(uretroplasti)

Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan anak dan

orang tua mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh ungkapan

pemahaman tentang prosedur bedah

Intervensi:

a. Kaji ansietas yang dikeluhkan atau yang dirasakan pasien

R: mengetahui tingkat kecemasan yang terjadi pada pasien

b. Jelaskan pada anak dan orang tua tentang prosedur bedah dan perawatan

pasca operasi yang diharapkan. Gunakan gambar dan boneka ketika

menjelaskan prosedur kepada anak. Jelaskan bahwa pembedahan

dilakukan dengan cara memperbaiki letak muara uretra. Jelaskan juga

kateter urine menetap akan dipasang, dan bahwa anak perlu direstrein

untuk mencegah supaya anak tidak berusaha melepas kateter. Beri tahu

mereka bahwa anak mungkin dipulangkan dengan keadaan terpasang

kateter.

R: menjelaskan rencana pembedahan dan pasca operasi membantu

meredakan rasa cemas dan takut, dengan membiarkan anak dan orang tua

mengantisipasi dan mempersiapkan peristiwa yang akan terjadi. Simulasi

dengan mempergunakan gambar dan boneka untuk menjelaskan prosedur

dapat membuat anak memahami konsep yang rumit.

c. Beri kesempatan pada anak atau orang tua untuk bertanya

R: memberikan jawaban yang dapat membuat tenang, dan terhindar dari

kecemasan

d. Beri anak kesempatan untuk mengekspresikan rasa takut dan fantasinya

dengan menggunakan boneka dan wayang.

R: mengekspresikan rasa takut memungkinkan anak menghilangkan rasa

takutnya, dan memberi anda kesempatan untuk mengkaji tingkat kognitif

dan kemampuan untuk memahami kondisi, serta perlunya pembedahan.

(Speer,2007:168)

Page 13: HIPOSPADIA MAKALAH

POST OPERASI

2. Nyeri berhubungan dengan proses pembedahan

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24jam diharapkan anak

akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman yang ditandai oleh menangis,

gelisah, dan ekspresi nyeri berkurang.

Intervensi:

a. Kaji nyeri yang ada

R: mengetahui tingkat nyeri, skala dan lokasi dari nyeri yang ada

b. Memberikan terapi pengalihan perhatian atau relaksasi

R: mengalihkan perasaan pasien untuk tidak merasakan nyeri yang

dirasakan

c. Kolaborasi dalam pemberian analgesic sesuai program

R: pemberian obat analgesik untuk meredahkan nyeri

d. Pastikan kateter anak dipasang dengan benar,serta bebas dari simpul

R: penempatan kateter yang tidak tepat dapat menyebabkan nyeri akibat

drainase yang tidak adekuat,atau gesekan akibat tekanan pada balon

yang digembungkan. (Speer,2007:169)

3. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan pemasangan

kateter

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24jam diharapkan anak

tidak mengalami infeksi yang ditandai oleh hasil urinalisis normal dan suhu

tubuh kurang dari 37,8oC

Intervensi:

a. Pertahankan kantong drainase kateter dibawah garis kandung kemih dan

pastikan bahwa selang tidak terdapat simpul dan kusut.

R: mempertahankan kantong drainase tetap pada posisi ini mencegah

infeksi dengan mencegah urine yang tidak steril mengalir balik ke dalam

kandung kemih

b. Gunakan tekni aseptic ketika mengosongkan kantong kateter

R: teknik aseptic mencegah kontaminan masuk kedalam traktus urinarius

Page 14: HIPOSPADIA MAKALAH

c. Pantau urine anak untuk pendeteksian kekeruhan atau sedimentasi. Juga

periksa balutan bedah setiap 4 jam, untuk mengkaji bila tercium bau

busuk atau drainase purulen; laporkan tanda-tanda tersebut kepada dokter

dengan segera

R: tanda ini dapat mengindikasikan infeksi

d. Anjurkan anak untuk minum sekurang-kurangya 60 ml/jam

R: peningkatan asupan cairan dapat mengencerkan urine dan

mendorong untuk berkemih

e. Beri obat antibiotic profilaktik sesuai program, untuk membantu

mencegah infeksi. Pantau anak untuk efek terapeutik dan efek samping

R: pemantauan yang demikian membantu menentukan kemanjuran obat

antibiotic dan toleransi anak terhadap obat tersebut. (Speer,2007:169)

4. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak

setelah pembedahan

Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24jam diharapkan orang

tua akan mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh pengungkapan

perasaan mereka tentang kelainan anak.

Intervensi:

a. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran

mereka tentang ketidaksempurnaan fisik anak. Fokuskan pada pertanyaan

tentang seksualitas dan reproduksi.

R: membiarkan orang tua mengekspresikan perasaan serta kekhawatiran

mereka, dapat memberikan perasaan didukung dan dimengerti sehingga

mengurangi rasa cemas mereka. Mereka cenderung merasa sangat

khawatir terhadap efek kelainan, pada aspek seksualitas dan reproduksi.

b. Bantu orang tua melalui proses berduka yang normal

R: proses berduka memungkin orang tua dapat melalui kecemasan dan

perasaan distress mereka.

c. Rujuk orang tua kepada kelompok pendukung yang tepat, jika diperlukan

R: kelompok pendukung dapat membantu orang tua mengatasi

ketidaksempurnaan fisik anak.

Page 15: HIPOSPADIA MAKALAH

d. Apabila memungkinkan, jelaskan perlunya menjalani pembedahan

multiple, dan jawab setiap pertanyaan yang muncul dari orang tua

R: perbaikan yang sudah dilakukan melaui pembedahan perlu

berlangsung secara bertahap. Dengan mendiskusikan hal ini dengan

orang tua dan member kesempatan mengekspresiakan perasan mereka

dapat mengurangi kecemasan. (Speer,2007:170)

5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24jam diharapkan orang

tua mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan di rumah, dan

mendemonstrasikan prosedur perawatan dirumah

Intervensi:

a. Ajarkan orang tua tanda serta gejala infeksi saluran kemih atau infeksi

pada area insisi, termasuk peningkatan suhu, urine keruh, dan drainase

purulen dari insisi

R: mengetahui tanda dan gejala infeksi mendorong orang tua mencari

pertolongan medis ketika membutuhkannya

b. Ajarkan orang tua cara merawat kateter dan penis, termasuk

membersihkan daerah sekeliling kateter, mengosongkan kantong drainase

dan memfiksasi kateter; jelaskan pentingnya memantau warna serta

kejernihan urine

R: informasi semacam ini dapat meningkatkan kepatuhan terhadap

penatalaksanaan keperawatan di rumah dan membantu mencegah

kateter lepas serta infeksi

c. Anjurkan orang tua untuk mencegah anak untuk tidak mengambil posisi

mengangkang, saat mengendarai sepeda atau menunggang kuda

R: posisi mengangkang dapat menyebabkan kateter terlepas dan

merusak area operasi

d. Apabila dibutuhkan, ajarkan orang tua tentang tujuan dan penggunaan

obat antibiotik serta obat-obatan, untuk spasme kandung kemih

(meperidin hidroklorida [Demerol], asetaminofen[Tylenol]); jelaskan

juga perincian tentang pemberian, dosis dan efek samping

Page 16: HIPOSPADIA MAKALAH

R: obat analgesic dapat mengendalikan rasa nyeri. Spasme kandung

kemih dapat terjadi akibat iritasi kandung kemih. Dengan mengetahui

efek samping mendorong orang tua mencari pertolongan medis ketika

membutuhkan.

Page 17: HIPOSPADIA MAKALAH

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Husein dkk. 2002. Buku Ajar Nefrologi Anak. Jakarta: Penerbit Behrman

Richard E. 2010.Esensi Pediatri. Jakarta:EGC

Brough, Helen. 2007. Rujukan Cepat Pediatri Dan Kesehatan Anak. Jakarta: EGC

Lissauer,Tom.2006. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Markum, A H.1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Muslihatum, Wafi Nur .2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:

Penerbit Fitramaya

Short, J R. 2011. Sinopsis Pediatri. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher

Speer, Kathleen Morgan.2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta:

EGC