Tugas Pedagogik kelompok 6

31
MAKALAH PEDAGOGIK PENDIDIKAN DASAR “TUGAS PERKEMBANGAN” DOSEN PEMBIMBING: Prof. Dr. Aliasar M.Ed Oleh : KELOMPOK VI Opper Antoni / 1203964 Dina Askan Reza Putri / 1309356 Rahmatul Husna / 1309344

Transcript of Tugas Pedagogik kelompok 6

MAKALAHPEDAGOGIK PENDIDIKAN DASAR

“TUGAS PERKEMBANGAN”

DOSEN PEMBIMBING: Prof. Dr. Aliasar M.Ed

Oleh :KELOMPOK VI

Opper Antoni / 1203964Dina Askan Reza Putri / 1309356

Rahmatul Husna / 1309344

2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASARPROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG2014

3

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal

merupakan sarana yang disiapkan masyarakat untuk

membantu anak melaksanakan dan menyelesaikan tugas-

tugas perkembangan pada periode masa anak akhir (6-12

tahun). Oleh karena itu, sekolah dasar tidak hanya

memfasilitasi anak untuk mempelajari kemampuan dasar

membaca, menulis, dan menghitung (calistung) tetapi

juga memfasilitasi anak  agar dapat menyelesaikan

tugas-tugas perkembangan lainnya. Misalnya, guru

mengajarkan cara-cara yang dapat digunakan dalam

pergaulan sehari-hari yang berhubungan dengan nilai-

nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat

sekitarnya.

Tugas – tugas perkembangan itu merupakan suatu hal

yang muncul pada periode tertentu dalam rentang

kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan

akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas

perkembangan selanjutnya tapi jika gagal akan

menyebabkan ketidakbahagiaan pada individu yang

bersangkutan dan kesulitan – kesulitan dalam

menuntaskan tugas berikutnya.

Berdasarkan latar belakang diatas maka kelompok

tertarik untuk membahas tentang tugas-tugas

perkembangan anak dengan mempedomani contoh teladan

4

nabi/rasul sebagai “Uswatun Hasanah (sebagai suri

tauladan yang baik)”.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah

ini yaitu :

1. Apa pengertian tugas-tugas perkembangan menurut

para ahli ?

2. Apa fase-fase perkembangan anak ?

3. Apa tugas-tugas perkembangan anak pada masa

sekolah ?

4. Apa tugas-tugas perkembangan anak pada masa

remaja ?

5. Bagaimana cara rasul mendidik anak ?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ini adalah membahas

tentang

1. Pengertian tugas-tugas perkembangan menurut para

ahli.

2. Fase-fase perkembangan anak.

3. Tugas-tugas perkembangan anak pada masa sekolah.

4. Tugas-tugas perkembangan anak pada masa remaja.

5

5. Cara rasul mendidik anak.

II. Pembahasan

6

2.1 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah

tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-

fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila

berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi

sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela

orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya

juga akan mengalami kesulitan.

Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas

perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah:

Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan

nilai-nilai dan aspirasi individu. Pembagian tugas-

tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak

masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh

Havighurst sebagai berikut:

1. Masa bayi dan anak-anak

Belajar berjalan

Belajar mekan makanan padat

Belajar berbicara

Belajar mengendalikan pembuangan kotoran

tubuh

Mencapai stabilitas fisiologik

Membentuk pengertian sederhana tentang

realitas fisik dan social

Belajar kontak perasaan dengan orang tua,

keluarga, dan orang lain

7

Belajar mengetahui mana yang benar dan yang

salah serta mengembangkan kata hati

2. Masa Anak Sekolah

Belajar ketangkasan fisik untuk bermain

Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri

sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh

Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-

anak sebaya

Belajar peranan jenis kelamin

Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca,

menulis, dan berhitung

Mengembangkan pengertian-pengertian yang

diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-

hari

Mengembangkan kata hati moralitas dan skala

nilai-nilai

Belajar membebaskan ketergantungan diri

Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok

dan lembga-lembaga

3. Masa Remaja

Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya

secara efektif

Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai

pria/wanita

Menginginkan dan mencapai perilaku social

yang bertanggung jawab social

8

Mencapai kemandirian emosional dari orang tua

dan orang dewasa lainnya

Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak

wanita dan anak-anak laki-laki

Perkembangan skala nilai

Secara sadar mengembangkan gambaran dunia

yang lebih adekwat

Persiapan mandiri secara ekonomi

Pemilihan dan latihan jabatan

Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

4. Masa Dewasa Awal

Mulai bekerja

Memilih pasangan hidup

Belajar hidup dengan suami/istri

Mulai membentuk keluarga

Mengasuh anak

Mengelola/mengemudikan rumah tangga

Menerima/mengambil tanggung jawab warga

Negara

Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan

5. Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya

Menerima dan menyesuaikan diri terhadap

perubahan fisik dan fisiologis

Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan

hidup sebagai individu

9

Membantu anak-anak remaja belajar menjadi

orang dewasa yang bertanggung jawab dan

berbahagia

Mencapai dan mempertahankan prestasi yang

memuaskan dalam karir pekerjaan

Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu

senggang yang dewasa

Mencapai tanggung jawab sosial dan warga

Negara secara penuh.

Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas –

tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul

pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu

yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa

kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan

selanjutnya tapi jika gagal akan menyebabkan

ketidakbahagiaan pada individu yang bersangkutan dan

kesulitan – kesulitan dalam menuntaskan tugas

berikutnya.

Hurlock (1981) menyebut tugas – tugas perkembangan

ini sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok

budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan

tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang

disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang

kehidupan.

Faktor sumber munculnya tugas – tugas perkembangan :

10

a. Adanya kematangan fisik tertentu pada fase

perkembangan tertentu

b. Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca,

menulis, berhitung, dan organisasi

c. Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu

sendiri (psikologis) yang sedang berkembang itu

sendiri : memilih teman dan pekerjaan

d. Tuntutan norma agama

Adapun tugas – tugas perkembangan pada setiap fase

perkembangan (Robert J. Havighurst (Monks, et al.,

1984, syah, 1995; Andrissen, 1974; Havighurst, 1976) )

sebagai berikut :

1. Tugas – tugas perkembangan pada usia bayi dan

kanak – kanak (0 – 6 tahun)

Belajar berjalan.

Belajar memakan makanan padat.

Belajar berbicara.

Belajar buang air kecil dan buang air besar.

Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.

Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.

Membentuk konsep – konsep (pengertian) sederhana

kenyataan sosial dan alam.

Belajar mengadakan hubungan emosional dengan

orang – orang disekitarnya.

11

Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang

berarti mengembangkan kata hati.

Menurut beberapa ahli psikologi lainnya tentang tugas

perkembangan disetiap fase – fase perkembangan

A. 0 – 6 tahun :

1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang

berjudul The first tear of life :

a) Fase pertama (0 – 1 tahun)

Belajar menghayati berbagai objek diluar diri

sendiri, melatih fungsi – fungsi motorik.

b) Fase kedua (2 – 4 tahun)

Belajar mengenal dunia objektif diluar diri

sendiri, disertai dengan penghayatan yang

bersifat subjektif. Misalnya anak bercakap –

cakap dengan bonekanya atau berbincang –

bincang dan bergurau dengan binatang

kesayangannya.

c) Fase ketiga ( > 5 tahun)

Belajar bersosialisasi. Anak mulai memasuki

masyarakat luas (pergaulan dengan teman

sepermainan (TK) dan sekolah dasar. Menurut

Soe’oed (dalam Ihromi, ed., 1999 : 30) syarat

penting untuk berlangsungnya proses

sosialisasi adalah interaksi sosial. A. Gosin

(Soe’oed, dalam Ihromi, ed., 1999 : 30) :

12

sosialisasi adalah proses belajar yang

dialami oleh seseorang untuk memperoleh

pengetahuan, keterampilan, nilai – nilai dan

norma – norma agar dia bisa berpartisipasi

sebagai anggota dalam masyarakatnya.

2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya

Developmental Psychology :

a) Prenatal, yaitu masa konsepsi anak sampai

umur 9 bulan dikandungan ibu.

b) Masa natal :

- Infancy atau neonatus (dari lahir sampi

usia 14 hari), penyesuaian terhadap

lingkungan

- Masa bayi (2 minggu sampai 2 tahun), bayi

tidak berdaya dan sangat tergantung pada

lingkungan dan kemudian (karena

perkembangan) anak mulai berusaha menjadi

lebih independen.

- Masa anak ( > 2 tahun) Anak belajar

menyesuaikan diri dengan lingkungan,

sehingga dia merasa bahwa dirinya

merupakan bagian dari lingkungan yang ada.

3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and

Society :

13

a. Masa bayi (0 – 1,5 tahun), anak belajar

bahwa dunia merupakan tempat yang baik

baginya, dan ia belajar menjadi optimis

mengenai kemungkinan – kemungkinan mencapai

kepuasan.

b. Masa Toddler (1,5 – 3 tahun) Anak belajar

menggunakan kemampuan bergerak sendiri

untuk melaksanakan dua tugas penting, yakni

pemisahan diri dari ibu dan mulai menguasai

diri, lingkungan, dan keterampilan dasar

untuk hidup.

c. Awal masa kanak – kanak ( > 4 tahun) Anak

belajar mencontoh orang tuanya, pusat

perhatian anak berubah dari benda ke orang.

B. Tugas – tugas perkembangan pada masa sekolah (6 –

12 tahun)

Menurut Robert J. Havighurst (Monks, et al., 1984,

syah, 1995; Andrissen, 1974; Havighurst, 1976)

tugas – tugas perkembangan masa ini adalah :

1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk

melakukan permainan : bermain sepak bola,

loncat tali, berenang.

2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap

dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.

3. Belajar bergaul dengan teman – teman sebaya.

14

4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis

kelaminnya.

5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca,

menulis, dan berhitung

6. Belajar mengembangkan konsep sehari – hari.

7. Mengembangkan kata hati

8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat

pribadi

9. Mengembangkan sikap yang positif terhadap

kelompok sosial dan lembaga – lembaga.

Menurut ahli psikologi lain tentang tugas – tugas

perkembangan fase anak 6 – 12 tahun :

1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang

berjudul The first tear of life :

a) Fase ketiga (6 – 8 tahun)

Anak belajar bersosialisasi dengan

lingkungannya.

b) Fase keempat (9 – 12 tahun)

Anak belajar mencoba,

bereksperimen,bereksplorasi, yang

distimulasi oleh dorongan – dorongan

menyelidik dan rasa ingin tahu yang

besar

2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya

Developmental Psychology :

15

a) Masa anak (6 – 11 tahun). Anak belajar

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

b) Masa praremaja (11 – 12 tahun). Anak

belajar memberontak yang ditunjukkan

dengan tingkah laku negatif.

3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and

Society :

a) Awal masa kanak – kanak (6 – 7 tahun)

Anak belajar menyesuaikan diri dengan

teman sepermainannya, ia mulai bias

melakukan hal – hal kecil (berpakaian,

makan) secara mandiri.

b) Akhir masa kanak – kanak (8 – 11 tahun)

Anak belajar untuk membuat kelompok dan

berorganisasi.

c) Awal masa remaja (12 tahun)

Anak belajar membuang masa kanak –

kanaknya dan belajar memusatkan

perhatian pada diri sendiri.

C. Tugas – tugas perkembangan remaja (adolescence) dan

dewasa

Masa ini merupakan masa transisi yang dapat

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang

sehat (Konopka, dalam Pikunas, 1976 ; Kaczman &

Riva, 1996). Remaja merupakan masa berkembangnya

16

identity (identitas) (Erik Erickson (Adams & Gullota,

1983 : 36 – 37; Conger, 1977 : 92 – 93)).

Identity adalah suatu pengorganisasian dorongan –

dorongan (drives), kemampuan – kemampuan (abilities),

keyakinan – keyakinan (beliefs), dan pengalaman –

pengalaman individu kedalam citra diri (images of

self) yang konsisten (Anita E. Woolfolk). Lustin

Pikunas (1976 : 257 – 259), masa remaja akhir

ditandai oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh dan

berkembang secara matang agar dapat diterima oleh

teman sebaya, orang dewasa, dan budaya.

Menurut beberapa ahli tugas – tugas perkembangan

pada masa ini adalah :

1. William Kay

a. Menerima fisiknya sendiri beriku

keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari

orangtua atau figur – figur yang menjadi

otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi

interpersonal dan belajar bergaul dengan

teman sebaya atau orang lain baik secara

individual maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model untuk dijadikan

identitasnya.

17

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki

kepercayaan terhadap kemampuannya

sendiri.

f. Memperkuat kemampuan mengendalikan diri

atas dasar prinsip atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan masa kanak –

kanaknya.

2. Robert J. Havighurst (1961)

a. Mencapai hubungan yang lebih matang

dengan teman sebaya.

b. Mencapai peranan sosial sebagai pria

atau wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan

menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemadirian emosional dari orang

tua dan orang dewasa lainnya.

e. Mancapai jaminan kemandirian ekonomi.

f. Memilih dan mempersiapkan karir

(pekerjaan).

g. Belajar merencanakan hidup berkeluarga.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual.

i. Mencapai tingkah laku yang bertanggung

jawab secara sosial.

j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem

etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam

bertingkah laku.

18

k. Mengamalkan nilai – nilai keimanan dan

ketakwaan kepada tuhan dalam kehidupan

sehari – hari, baik pribadi maupun

sosial.

3. Charlotte Buhler (1930)

Belajar melepaskan diri dari persoalan

tentang diri sendiri dan lebih mengarahkan

minatnya pada lapangan hidup konkret, yang

dahulu dikenalnya secara subjektif belaka.

4. Elizabeth B. Hurlock (1978)

Belajar menyesuaikan diri terhadap pola –

pola hidup baru, belajar untuk memiliki cita

– cita yang tinggi, mencari identitas diri

dan pada usia kematangannya mulai belajar

memantapkan identitas diri

5. Erik Erikson (1963)

Anak mulai memusatkan perhatian pada diri

sendiri, mulai menentukan pemilihan tujuan

hidup, belajar berdikari, belajar bijaksana.

D. Cara Rasul Mendidik Anak

Setiap Rasul/ Nabi terpelihara dari sifat-sifat

tercela (ma’shum).Nabi Muhammad saw. Sebagai Rasul

terakhir sejak di masa kanak-kanaknya sudah memiliki

sifat terpuji, walaupun beliau tidak sempurna dalam

asuhan ibunya dan tidak berkesempatan menuntut ilmu

19

selayaknya anak-anak waktu itu. Gelar Al Amin justru

diperoleh beliau ketika belum diangkat menjadi Rasul.

Sebagai seorang Rasul, Beliau menjadi suritauladan

dalam segala aspek kehidupannya, sejak dari masa

kanak-kanak sampai wafatnya. Allah SWT menegaskan dalam

firmanNya :

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah

itu suritauladan yang baik bagi orang yang

mengharap (rahmat ) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak menyebut Al lah

(dzikir)” . (QS. Al Ahzab : 21)

1. Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin keluarga

Di dalam kehidupan keluarganya, beliau merupakan

suami dan bapak yang penuh perhatian dan kasih sayang

serta penuh tanggung jawab terhadap istri dan putera-

puterinya. Beliau juga berperan sebagai teman yang

mengasyikkan bila diajak bicara dan bercengkerama

tanpa mengurangi kehalusan budi dan tutur sapanya.

20

Lebih dari itu beliau merupakan guru yang sangat

tepat untuk digugut dan ditiru.

Oleh karena itu ketika ibu ‘Aisyah ditanya perihal

kepribadian Nabi SAW., beliau cuma menjawab dengan

bahasa yang sangat singkat tapi padat :

Artinya : Kepribadian (Nabi saw.) merupakankepribadian Al Qur’an”

Jawaban yang sangat singkat tapi padat ini, sungguh

mencerminkan bahwa betapa sulit menggambarkan

kepribadian Nabi saw., sulit merangkai kata-kata yang

betul-betul menggambarkan kepribadian Nabi saw. sebab

kepribadian Nabi saw. merupakan proyeksi dari

kandungan Al Qur’an yang 30 juz, oleh karenanya bila

ingin menteladani Nabi SAW jalan satu-satunya

hanyalah mempedomani kandungan Al Qur’ an dan hadits

secara utuh.

2. Nabi SAW. sebagai pemimpin umat

Salah satu faktor utama penyebab pesatnya

perkembangan dan dakwah Islam serta keberhasilan

beliau di dalam memimpin umatnya adalah keluhuran

budi pekerti/ kepribadian beliau, seperti difirmankan

oleh Allah

21

swt . :

Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi

pekerti yang luhur” (QS. Al Qalam : 4)

Dalam perannya sebagai pemimpin umat, pribadi Nabi

saw. Dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi,

dirasa berat penderitan umatnya, amat kasih sayang

dan selalu menginginkan kesejahteraan umatnya. At

Taubah : 128

2. Tidak pernah memaksakan kehendak pribadinya,

ataupun hanya mengekor pendapat pengikutnya,

selalu mendahulukan musyawarah di dalam

menyelesaikan suatu permasalahan umat .

3. Tidak membeda-bedakan status sosial, suku, ras,

dan golongan. Memiliki toleransi yang tinggi

terhadap pemeluk agama lain, ketika Nabi saw.

memerintah Madinah, pemeluk agama Yahudi dan

Kristen justru mendapat perlindungan dan kebebasan

menjalankan agamanya.

3. Nabi saw. sebagai pribadi muslim

22

Sebagai seorang muslim, anugerah kema’shumannya tidak

menghalangi beliau untuk lebih tekun beribadah,

selalu shalat malam sampai bengkak kedua kakinya,

beristighfar, dzikir dan membaca Al Qur’ an. Yang

prinsip bahwa, beliau konsis dengan Al Qur’ an dan

Haditsnya.

Orangtua harus mendidik anak dengan sebaik-baiknya.

Jika tidak, anak akan tumbuh menjadi seorang yang

berkepribadian rusak dan hancur yang pada gilirannya

akan merugikan orangtua itu sendiri. Sesungguhnya

memang tidak mudah memikul beban untuk membesarkan anak

hingga menjadi pribadi yang kita harapkan dapat meraih

sukses dunia dan akhirat. Semua butuh kesabaran, kerja

keras, keikhlasan, dan masih banyak lagi. Tanpa

bermaksud menyederhanakan, berikut 10 tips yang

diaplikasikan oleh orangtua yang disarikan dari tata

cara mendidik anak ala Rasulullah Saw.

1. Menanamkan Nilai-nilai Ketauhidan

Mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah

dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya

lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak

ada yang ditakutinya kecuali Allah. Selain itu,

orangtua harus menekankan bahwa setiap langkah

manusia selalu dalam pengawasan Allah Swt. dan

penerapan konsep tersebut adalah dengan berusaha

23

menaati peraturan dan menjauhi larangan-Nya.

Terlebih dahulu, orangtua selaku guru (pertama)

bagi anak-anaknya harus mampu menyesuaikan tingkah

lakunya dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam

Islam. Ini adalah pendidikan yang paling urgen di

atas hal-hal penting lainnya.

2. Menjadi Sahabat dan Mendidik dengan Keteladanan

Setiap anak akan belajar dari lingkungannya dan

dalam hal ini lingkungan keluarga akan sangat

berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya.

Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model

dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah

orangtua memberi keteladanan kepada anak-anaknya.

Para orangtua sebaiknya memberikan contoh yang

baik sesuai dengan nasihat dan ucapannya kepada

para anaknya. Akan sangat lucu jika yang

disampaikan orangtua kepada anak-anaknya ternyata

tidak dilakukan oleh orangtua itu sendiri. Dalam

Islam, keteladanan dari orangtua sangat menentukan

terlebih di zaman sekarang media tontonan tidak

dapat diharapkan menjadi contoh yang baik bagi

pembentukan akhlak anak-anak muslim.

3. Mendidik dengan Kebiasaan

24

Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan.

Anak harus dibiasakan bangun pagi agar mereka

gemar melaksanakan shalat Subuh. Anak harus

dibiasakan ke masjid agar mereka gemar melakukan

berbagai ritual ibadah di masjid. Pembiasaan itu

harus dimulai sejak dini, bahkan pembiasaan

membaca Al-Quran pun bisa dimulai sejak dalam

kandungan. Pembiasaan shalat pada anak harus sudah

dimulai sejak anak berumur tujuh tahun.

4. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri anak,

Rasulullah Saw. menggunakan beberapa cara berikut.

Saat sedang berpuasa, Rasulullah mengajak anak-

anak bermain sehingga siang yang panjang terasa

cepat. Anak-anak akan menyongsong waktu berbuka

dengan gembira. Hal ini juga membuat anak memiliki

kepercayaan diri sehingga sanggup berpuasa sehari

penuh. Sering membawa anak-anak ke majelis orang

dewasa, resepsi, atau bersilaturahim ke rumah

saudara sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan diri

sosialnya. Mengajari Al-Quran dan As-Sunnah serta

menceritakan sirah nabi untuk meningkatkan

kepercayaan diri ilmiahnya. Menanamkan kebiasaan

berjual-beli untuk meningkatkan kepercayaan diri

anak terkait ekonomi dan bisnis. Di samping itu,

25

sejak dini anak akan terlatih mandiri secara

ekonomi.

5. Memotivasinya Anak Berbuat Baik

Seorang anak, meski kecil, juga terdiri dari jasad

dan hati. Mereka dilahirkan dalam keadaan bersih

dan suci sehingga hatinya yang putih dan lembut

itu pun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang

hikmah. Anak-anak, terutama pada usia emas (golden

age), cenderung lebih mudah tersentuh oleh

motivasi ketimbang ancaman. Karenanya, hendaknya

orangtua tidak mengandalkan ancaman untuk mendidik

buah hati. Ketimbang mengancam, lebih baik

orangtua memotivasi anak dengan mengatakan bahwa

kebaikan akan mendapat balasan surga dengan segala

kenikmatannya. Itu pulalah yang dicontohkan oleh

Rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para

sahabat.

6. Sediakan Waktu untuk Makan Bersama Anak

Rasulullah Saw. senantiasa menyempatkan untuk

makan bersama anak-anak. Cara tersebut akan

mempererat keterikatan batin antara orangtua dan

anaknya. Dengan begitu kita dapat meluruskan

kembali berbagai kekeliruan yang mereka lakukan

melalui dialog terbuka dan diskusi. Alangkah

26

baiknya jika ibu dan bapak berkumpul dengan anak-

anak ketika makan bersama sehingga mereka

merasakan pentingnya peran kedua orangtuanya. Hal

ini juga dapat mempermudah meresapnya segala

nasihat tentang perilaku, keimanan, atau

pendidikan.

7. Mendidik dengan Reward/Hadiah

Memberi hadiah adalah salah satu penghargaan yang

dapat melunakkan hati anak sehingga mereka akan

bersimpati kepada kita dan akhirnya mau

melaksanakan nasihat yang kita berikan. Namun

perlu diingat, tidak semua perbuatan baik anak

harus dihargai dengan materi. Lakukan reward yang

bervariasi, bisa dengan pujian, ciuman, belaian,

uang, dan lain-lain.

8. Memilih Sekolah yang Islami

Saat anak menginjak usia sekolah, orangtua

berperan dalam memilihkan sekolah, mengajarkan Al-

Quran, mengembangkan pola pikir anak, memberikan

data dan ilmu semaksimal mungkin. Meski anak sudah

mulai sekolah (mendapatkan ilmu di sekolah),

orangtua hendaklah selalu belajar tentang

pendidikan anak karena semakin bertambah usia

27

anak, maka akan semakin kompleks pula problem

(pendidikan anak) yang harus kita hadapi.

9. Mendidik dengan Hukuman

Cara ini boleh dilakukan jika cara-cara di atas

tidak berhasil. Memang di dalam Islam, menghukum

diperbolehkan selama tidak berlebihan seperti

sampai menyebabkan luka. Hukuman tersebut usahakan

menimbulkan efek jera kepada anak agar ia tidak

mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus

diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai

berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi

dendam.

10. Memahami Keadaan Anak Secara Baik dan

Menggunakan Metode yang Tepat

Setiap anak memiliki karakter dan pribadi yang

berbeda walaupun berasal dari orangtua yang sama.

Cari metode yang tepat dan jitu sehingga anak

dapat diarahkan dengan lebih mudah

28

III. Penutup

A. Simpulan

Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah

tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-

fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila

berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi

sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela

orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya

juga akan mengalami kesulitan.

Tugas perkembangan masa anak menurut Munandar

adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang

29

padat, belajar berbicara, toilet training, belajar

membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif,

belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan

konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial

dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri

secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan

orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk.

Tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada

tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau

tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai

aspirasi-aspirasinya. Faktor sumber munculnya tugas –

tugas perkembangan :

Adanya kematangan fisik tertentu pada fase

perkembangan tertentu (biologis).

Tuntutan masyarakat secara kultural : membaca,

menulis, berhitung, dan organisasi(sosiologis).

Tuntutan dari dorongan dan cita – cita individu

sendiri yang sedang berkembang (psikologis).

Tuntutan norma agama.

Tugas-tugas perkembangan siswa SD mencakup dalam

bidang keimanan/agama, keterampilan fisik, hidup sehat,

adaptasi, sadar gender, keterampilan dasar, konsep

hidup, moral, sosialisasi dan freedom.

Fase tugas-tugas perkembangan siswa pada dasarnya

diawali dengan adaptasi dan bersosialisasi, lalu

diikuti dengan kemunculan rasa ingin tahu yang besar

30

sehingga mendorong anak untuk bereksplorasi lalu

berangsur pada fase dimana anak sudah mulai membuang

masa kanak-kanaknya dan memusatkan perhatian pada diri

sendiri.

B. Saran

Mengawali tugas perkembangan anak haruslah diikuti

dengan norma agama yang berlaku. Oleh sebab itu, anak

ibarat kertas putih apapun coretan yang ada dalam

kertas putih tergantung pada pihak yang mencoretnya.

Jadi dalam tugas perkembangan anak semua pihak

diharapkan berperan serta baik itu keluarga, guru dll.

31

Daftar Rujukan

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html

Yusuf LN, Syamsu, H., Dr., M.pd. 2006. Psikologi

perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Sobur, Alex, Drs., M.si. 2003. Psikologi umum. Bandung :

Pustaka Setia.