Makalah Teori Penetrasi Sosial

23
MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI “ Teori Penetrasi Sosial ” Dosen Pengampu : Hj. Nia Kurniati Syam Disusun Oleh : Azhar Arifin (10020213019) Desi Ayu Cahyani (10020213030) Endang Saripudin (10020213045) Lisna Rizki Aprianita (10020213004) Siti Rohimah (10020213011) Yusni Zaidaturrohimah (10020213038) Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Bandung

Transcript of Makalah Teori Penetrasi Sosial

MAKALAH

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

“ Teori Penetrasi Sosial ”

Dosen Pengampu :

Hj. Nia Kurniati Syam

Disusun Oleh :

Azhar Arifin (10020213019)

Desi Ayu Cahyani (10020213030)

Endang Saripudin (10020213045)

Lisna Rizki Aprianita (10020213004)

Siti Rohimah (10020213011)

Yusni Zaidaturrohimah (10020213038)

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah

Universitas Islam Bandung

1435 H / 2015 M

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb.

Puji syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah

Swt, karena berkat dan rahmat, dan inayah-Nya, kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI

PENETRASI SOSIAL”. Makalah ini ditujukan guna memenuhi

tugas komunikasi Antarpribadi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu, sehingga makalah ini dapat

terselesaikan sesuai dengan waktunya. Mengingat makalah

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dari Bapak/Ibu Dosen dan para

pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan

makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi yang

bermanfaat bagi masyarakat dan bermanfaat untuk ilmu

pengetahuan kita semua.

Wassalamu`alaikum wr,wb.

Bandung, 04 Mei 2015

Teori Penetrasi Sosial | 1

Penulis

Kelompok II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................1

DAFTAR ISI............................................2

BAB 1.................................................3

PENDAHULUAN...........................................3

1.1 Latar Belakang..................................3

1.2 Rumusan Masalah.................................5

1.3 Tujuan Penulisan................................5

BAB II................................................6

PEMBAHASAN............................................6

2.1 Pengertian Teori Penetrasi Sosial...............6

2.2 Asumsi Teori Penetrasi Sosial...................7

2.3 Model Teori Sosial Penetrasi....................7

2.4 Tahapan Proses Penetrasi Sosial................11

2.5 Contoh Kasus Teori Sosial Penetrasi............12

Teori Penetrasi Sosial | 2

2.6 Kelemahan dan Kekuatan Teori Penetrasi Sosial. .12

2.7 Kritik terhadap Teori Penetrasi Sosial.........13

BAB III..............................................14

PENUTUP..............................................14

3.1 Kesimpulan.....................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu dari sekian banyak ilmu sosial,

maka ilmu komunikasi mengkhususkan kajiannya pada

fenomena human communication. Fenomena tersebut, dalam

telaah aspek ontologis pada filsafat ilmu komunikasi

disebut sebagai obyek forma ilmu, yakni obyek formanya

ilmu komunikasi.

Fenomena human communication sendiri menurut

Littlejohn terjadi pada beberapa level (konteks).

Konteks tersebut terdiri dari : (1) interpersonal, (2)

group, (3) public or rhetoric, (4) organizational dan

Teori Penetrasi Sosial | 3

(5) mass. Interpersonal communication deals with

communication between people, usually in face to face,

private settings. Group communication relates to the

interaction of people in small groups, ususally in

decision-making settings. Group communication

necessarily involves interpersonal interaction, and

most of the theories of interpersonal communication

apply also at the group level. Public communication,

traditionally focuses on the public presentation of

discourse. Organizational communication occurs in large

cooperative networks and includes virtually all aspects

of both interpersonal and group communication. It

encompasses topics such as the structure and function

of organizations, human relations, communication and

the process of organizing and organizational culture.

Mass communication deals with public communication,

usually mediated. Many aspects of interpersonal, group,

public and organizational communication are involved in

the process of mass communication (Littlejohn, 2005 :

11).

Terhadap sejumlah konteks terjadinya fenomena

human communication itu, menurut catatan Gayatri (2006)

para akademisi komunikasi telah berhasil merumuskan

ratusan teori komunikasi. Dari jumlah tersebut, maka

rumusan teori lebih banyak berasal dari hasil studi

terhadap fenomena human communication pada level mass,

Teori Penetrasi Sosial | 4

dengan mana satu di antaranya yang sangat populer yaitu

agenda setting theory. Sementara yang paling sedikit

yaitu rumusan teori dari hasil studi terhadap fenomena

pada level interpersonal. Salah satu teori komunikasi

yang tergolong sebagai teori yang berupaya menjelaskan

fenomena human communication pada level interpersonal,

yaitu teori penetrasi sosial atau Social Penetration

Theory. Teori ini dikemukakan oleh Irwin Altman dan

Dalmas Taylor (Lihat, Griffin, 2003).

Keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam

suatu arena mengenai ikatan sosial pada berbagai macam

tipe pasangan. Teori mereka menggambarkan suatu pola

pengembangan hubungan, sebuah proses yang mereka

identifikasi sebagai penetrasi soial. Penetrasi sosial

merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana

individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial

menuju ke komunikasi yang lebih intim. Keintiman

tersebut ialah lebih dari sekedar keintiman fisik,

dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan

emosional, dan hingga pada batasan-batasan dimana

pasangan melakukan aktivitas bersama (West & Turner,

2006). Proses penetrasi sosial karenanya mencakup

didalamnya perilaku verbal (kata-kata yang kita

gunakan), perilaku non verbal (postur tubuh kita,

sejauh mana kita tersenyum, dan sebagainya), dan

perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang

Teori Penetrasi Sosial | 5

antara komunikator, objek fisik yang ada didalam

lingkungan, dan sebagainya).

Irwin Altman dan Dalmas Taylor menyatakan bahwa

hubungan mengikuti suatu trayek (trajectory) atau jalan

setapak menuju pendekatan. Selanjutnya mereka

mengatakan bahwa hubungan bersifat teratur dan dapat

diduga dalam perkembangannya. Karena hubungan adalah

sesuatu yang penting dan “sudah ada dalam hati

kemanusiaan kita” (Rogers & Escudero, 2004, hal, 3).

Diskusi awal mengenai Teori Penetrasi Sosial

dimulai pada tahun 1960-an dan 1970-an, era dimana

membuka diri dan berbicara terus terang dianggap

sebagai strategi hubungan yang penting.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini

adalah :

1. Apa arti dari teori penetrasi sosial?

2. Apa saja asumsi dari teori penetrasi sosial?

3. Bagaimana model teori penetrasi sosial?

4. Bagaimana tahapan teori penetrasi sosial?

5. Apa contoh kasus dari teori penetrasi sosial?

6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori

penetrasi sosial?

Teori Penetrasi Sosial | 6

7. Bagaimana kritik terhadap teori penetrasi sosial?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian dari teori penetrasi sosial.

2. Untuk memahami asumsi atau isi dari teori

penetrasi sosial.

3. Untuk mengetahui model dari teori penetrasi

sosial.

4. Untuk memahami tahapan – tahapan dari teori

penetrasi sosial.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis contoh kasus

dari teori penetrasi sosial.

6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari

teori penetrasi sosial.

7. Untuk mengetahui kritik terhadap teori penetrasi

sosial.

Teori Penetrasi Sosial | 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Penetrasi Sosial

Teori Penetrasi sosial adalah teori yang

membahas bagaimana perkembangan kedekatan dalam sebuah

hubungan. Sebelum mengupas proses ini, kita harus

terlebih dahulu memahami kompleksitas manusia. Teori

Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman &

Dalmas Taylor (1973). Teori penetrasi sosial secara

umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi

interpersonal. Teori yang menjelaskan proses terjadinya

pembangunan hubungan interpersonal secara bertahap

dalam pertukaran sosial. Terdapat 3 level, yaitu

artificial level (awal hubungan), intimate level

(hubungan dalam proses), very intimate level (hubungan

yg lebih intim). Di sini dijelaskan bagaimana dalam

proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai

proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi

di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan

Taylor: penetrasi sosial.

The social penetration theory menyatakan bahwa

berkembangnya hubungan-hubungan itu, bergerak mulai

dari tingkatan yang paling dangkal, mulai dari

Teori Penetrasi Sosial | 8

tingkatan yang bukan bersifat inti menuju ke tingkatan

yang terdalam, atau ke tingkatan yang lebih bersifat

pribadi. Dengan penjelasan ini, maka teori penetrasi

sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang

menunjukkan perkembangan hubungan, yaitu proses di mana

orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap

pengungkapan informasi.

Altman dan Taylor (1973) membahas tentang

bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan.

Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk

berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita mampu

melalui proses “gradual and orderly fashion from superficial to

intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast

outcomes.”

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti

bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia

memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian,

bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi

lapisan-lapisan informasi mengenai diri masing-masing.

Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan

menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula

kepribadian manusia.

2.2 Asumsi Teori Penetrasi Sosial

Teori Penetrasi Sosial | 9

1. Hubungan-hubungan memiliki kemajuan dari tidak

intim menjadi intim.

2. Secara umum, perkembangan hubungan sistematis dan

dapat diprediksi.

3. Perkembangan hubungan mencakup depenetrasi

(penarikan diri) dan disolusi.

4. Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan

hubungan.

2.3 Model Teori Sosial Penetrasi

(Altman & Taylor, 1973)

1. Tahap Pertama (Lapisan Pertama Atau Terluar Kulit

Bawang)

Teori Penetrasi Sosial | 10

Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia

adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, apa yang biasa

kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak

ditutup-tutupi. Dan jika kita mampu melihat lapisan

yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada lapisan

yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan

kepribadian yang lebih bersifat semiprivate. Lapisan ini

biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja,

orang terdekat misalnya. maka informasinya bersifat

superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain

seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya.

Biasanya informasi demikian kerap mengalir saat kita

berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal.

Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi.

2. Tahap Kedua (Lapisan Kulit Bawang Kedua)

Tahap kedua (lapisan kulit bawang kedua) disebut

dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini

merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan

perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam

dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di antara dua

orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak

mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya

menjajagi apa kesenangan masing-masing. Misalnya

kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan

lain sejenisnya.

Teori Penetrasi Sosial | 11

3. Tahap Ketiga (Lapisan Kulit Bawang Ketiga)

Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni

tahap pertukaran afektif. Pada tahap ini terjadi

peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi,

misalnya tentang informasi menyangkut pengalaman-

pengalaman privacy masing-masing. Jadi, di sini masing-

masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri

yang sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti kesediaan

menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata lain,

pada tahap ini sudah mulai berani “curhat”.

4. Tahap Ke empat (Lapisan Kulit Bawang Kee mpat)

Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau

lapisan inti, disebut juga dengan tahap pertukaran yang

stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim

dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan

tindakan-tindakan dan respon mereka masing-masing

dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat

dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing

pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau

perasaan emosi terdalam.

Kedekatan kita terhadap orang lain, menurut Altman

dan Taylor, dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi

Teori Penetrasi Sosial | 12

kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian tadi. Dengan

membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap

lapisan kepribadian yang kita miliki artinya kita

membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat dengan

kita. Taraf kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat

dari sini.

Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman

dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai

berikut:

Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab

dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri

kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol

tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita

kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-

hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin

ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka

lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin

tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba

akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan

semakin sulit pula.

Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat

resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal

dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal

suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling

antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini

bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau

Teori Penetrasi Sosial | 13

semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya

keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak

secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga

semakin tidak bersifat timbal balik.

Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi

akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam

lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung

akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses

yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan

interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai

tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak

faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan

tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika

ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya

hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna,

dan lebih bertahan lama.

Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap

dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu

hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan

berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak

bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi

lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin

memudar.

Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu

hubungan adalah penting. Tapi, keluasan ternyata juga

sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam

Teori Penetrasi Sosial | 14

beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa

sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita.

Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri

dalam hal pribadi yang lainnya. Mungkin kita bisa

terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat

terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang

lainnya.

Karena hanya ada satu area saja yang terbuka bagi

orang lain (misalkan urusan asmara tadi), maka hal ini

menggambarkan situasi di mana hubungan mungkin bersifat

mendalam akan tetapi tidak meluas (depth without breadth).

Dan kebalikannya, luas tapi tidak mendalam (breadth

without depth) mungkin ibarat hubungan “halo, apakabar?”,

suatu hubungan yang biasa-biasa saja. Hubungan yang

intim adalah di mana meliputi keduanya, dalam dan juga

luas.

Keputusan tentang seberapa dekat dalam suatu

hubungan menurut teori penetrasi sosial ditentukan oleh

prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah

perkenalan dengan seseorang pada prinsipnya kita

menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan kita

dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks

kepuasan dalam hubungan (index of relational satisfaction).

Begitu juga yang orang lain tersebut terapkan ketika

berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-

sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut

Teori Penetrasi Sosial | 15

akan lebih besar, dan proses penetrasi sosial akan

terus berkelanjutan.

Altman dan Taylor merujuk kepada pemikiran John

Thibaut dan Harold Kelley (1952) tentang konsep

pertukaran sosial (social exchange). Menurut mereka dalam

konsep pertukaran sosial, sejumlah hal yang penting

antara lain adalah soal relational outcomes, relational

satisfaction, dan relational stability.

Thibaut dan Kelley menyatakan bahwa kita cenderung

memperkirakan keuntungan apa yang akan kita dapatkan

dalam suatu hubungan atau relasi dengan orang lain

sebelum kita melakukan interaksi. Kita cenderung

menghitung untung-rugi. Jika kita memperkirakan bahwa

kita akan banyak mendapatkan keuntungan jika kita

berhubungan dengan seseorang tersebut maka kita lebih

mungkin untuk membina relasi lebih lanjut.

2.4 Tahapan Proses Penetrasi Sosial

Orientasi: membuka sedikit demi sedikit

Merupakan tahapan awal dalam interaksi dan terjadi

pada tingkat publik. Disini hanya sedikit dari kita

yang terbuka untuk orang lain.

Pertukaran penjajakan afektif: munculnya diri

Teori Penetrasi Sosial | 16

Dalam tahap ini, merupakan perluasan area publik

dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari

kepribadian seorang individu mulai muncul.

Pertukaran afektif: komitmen dan kenyamanan

Ditandai dengan persahabatan yang dekat dan pasangan

yang intim. Dalam tahap ini, termasuk interaksi yang

lebih “tanpa beban dan santai”.

Pertukaran stabil: kejujuran total dan keintiman

Tahap terakhir ini merupakan tahapan dimana

berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan

perilaku secara terbuka yangmengakibatkan munculnya

spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.

2.5 Contoh Kasus Teori Sosial Penetrasi

Mawar dan marwan awalnya tidak mengenali satu sama

lain . Mawar sudah lama melajang sedangkan marwan baru

saja putus dengan kekasihnya , marwan merasa sedih dan

kesepian melajang seorang diri dan membutuhkan wanita

sebagai pengganti kekasihnya , lalu suci sebagai

temannya marwan dan mawar mengenali mereka satu sama

lain.

Tidak beberapa lama mereka bertemu untuk saling

mengenal satu sama lain. Mereka bertemu dan mengobrol

Teori Penetrasi Sosial | 17

secara umum untuk pertama kalinya , lalu mereka bertemu

kembali karena merasa nyaman dan memiliki kecocokan.

Setelah berkali – kali bertemu Mawar, marwan

membicarakan masalah hubungan mereka yang berawal dari

komunikasi superficial menjadi komunikasi yang lebih

intim.

2.6 Kelemahan dan Kekuatan Teori Penetrasi Sosial

Kekuatan Teori Penetrasi Sosial

Salah satu kekuatan dalam teori ini adalah fakta

bahwa ia dapat digunakan untuk melihat wajah kedua

untuk menghadapi interaksi interpersonal serta

interaksi online antara individu. kekuatan lain

melibatkan kegunaan dari teori ini dalam memandang dan

menilai risiko dalam suatu hubungan interpersonal

tergantung pada jenis hubungan serta tingkat saat

pengungkapan diri dan keintiman di dalamnya.

Kelemahan Teori Penetrasi Sosial

Kelemahan dari teori ini termasuk fakta bahwa

faktor-faktor lain yang mempunyai kemampuan untuk

mempengaruhi pengungkapan diri tidak dinilai. Budaya

dan karakteristik demografi seperti jenis kelamin, ras,

usia, dan banyak lagi, akhirnya mungkin memiliki efek

pada bagaimana seseorang memilih untuk mengungkapkan

informasi. Selain itu, juga mungkin sulit untuk

Teori Penetrasi Sosial | 18

menggeneralisasi informasi yang dinilai menggunakan

teori ini karena fakta bahwa pengalaman tertentu,

nilai-nilai, dan keyakinan dari seorang individu juga

mungkin memiliki efek pada cara di mana ia memilih

untuk mengungkapkan informasi.

2.7 Kritik terhadap Teori Penetrasi Sosial

Kritik terhadap teori penetrasi sosial adalah

bahwa prediksi teori ini gagal dibuktikan dengan data

di lapangan. Misalnya, menurut teori penetrasi sosial,

proses timbal balik self-disclosure terjadi pada awal

hubungan. Van Lear melihat bahwa self-disclosure sering

terjadi justru pada kawasan pertengahan pembicaraan

semiprivat dari proses penetrasi. Teori ini juga

menysebutkan bahwa ketidakcocokan muncul sesuai dengan

kecepatan dari self-revelation (pembukaan rahasia) yang

tidak terduga.

Namun John Berg menemukan bahwa teman sekamar di

kampus dapat memutuskan apakah mereka akan terus

sekamar atau tidak, hanya dalam beberapa minggu. Selain

itu, teori ini menjelaskan bahwa suatu hubungan

berakhir karena terjadi kemunduran proses penetrasi di

mana kedua belah pihak tidak lagi membagi hal-hal yang

bersifat pribadi dengan lawan bicaranya. Penemuan Betsy

Teori Penetrasi Sosial | 19

Tolstedt menunjukkan bahwa self-disclosure seringkali

meningkat secara dramatis justru di tahap final dari

kemerosotan hubungan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial) telah

muncul sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.Altman dan

Taylor telah mengemukakan sebuah model menggugah rasa

ingin tahu, untuk melihat perkembangan suatu hubungan.

Karena kelahiran teori ini pada masa dimanaketerbukaan

adalah suatu budaya, SPT tidak lepas dari evaluasi para

ahli

  Teori ini mengambarkan suatu pola pengembangan

hubungan, sebuah proses yang diidentifikasi sebagai

penetrasi social. Penetrasi social merujuk pada sebuah

proses ikatan hubungan dimana individu-individu

Teori Penetrasi Sosial | 20

bergerak dari komuikasi superficial menuju ke

komunikasi yang lebih intim.

DAFTAR PUSTAKA

Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory,

5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003, page 132—

141

Littlejohn, Stephen W, 2005, Theories of Human

Communication, eighth edition, Thomson Learning

Inc., Wadsworth, Belmont, USA.

Teori Penetrasi Sosial | 21

Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial (alih

bahasa oleh Alimandan), Prenada Media, Jakarta:

2005

West, Richard; Turner, Lynn H; Introducing

Communication Theory : Analysis and Application (alih bahasa

oleh Maria Natalia Damayanti Maer), Salemba

Humanika, Jakarta: 2008

http://ardhyanaandmediastudies.blogspot.com/

2010/07/teori-penetrasi-sosial-irwin-altman-

dan.html

http://imran2001.multiply.com/journal/item/3?

&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://yearrypanji.wordpress.com/2008/03/29/teori-

penetrasi-sosial/

Teori Penetrasi Sosial | 22