pengaruh kreativitas belajar, motivasi belajar, persepsi siswa
Makalah Teori Belajar Sosial
-
Upload
universitasnegerimalang -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Makalah Teori Belajar Sosial
MAKALAH
TEORI BELAJAR SOSIALuntuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang dibina oleh
Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd
Oleh :
Achmad Muzakki 140151604810
Amelia Astari 140151603845
Bryansa Billina 140151603691
Figo Yudistira 140151603750
Ruruh Muryaningtyas 140151603203
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
TAHUN AJARAN 2014/ 2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah melimahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah di
tentukan.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, sampai akhir zaman.
Makalah Mata Kuliah Psikologi Pendidikan yang berjudul
“Teori Belajar Sosial” dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan
selesainya makalah ini tak lupa penyusun menyampaikan
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu,
menyumbangkan pikirannya, memberi kritik dan saran yang
membangun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Akhirnya penyusun harapkan agar hasil dari makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.
Malang, 24 September 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................iDAFTAR ISI..................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN...........................................11.1 Latar Belakang.........................................1
1.2 Tujuan.................................................11.3 Manfaat................................................1
1.4 Rumusan Masalah........................................2BAB II. PEMBAHASAN...........................................3
2.1 Pengertian Belajar Sosial..............................32.2 Teori Belajar Sosial...................................4
2.3 Eksperimen Albert Bandura..............................72.4 Jenis-jenis Permodelan.................................8
2.5 Karakteristik Model yang Efektif......................102.6 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sosial Bandura. .11
2.7 Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pendidikan.......12BAB III. PENUTUP............................................14
3.1 Kesimpulan............................................143.2 Saran.................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................16
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini
sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, khususnya
gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat
dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama menjadi nilai-
nilai baru. Menghadapi tantangan ini, sebagian masyarakat
yang sangat peduli terhadap perubahan tersebut tidak ingin
ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi perubahan
tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
belajar. Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia agar dapat mengaplikasikan dirinya
dengan baik di dalam kehidupan. Belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dan kemampuan lainnya. Salah satu psikolog yang
terkenal dengan teori pembelajaran adalah Albert Bandura.
Teori Bandura yang sangat terkenal adalah Teori
Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) yang
menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman,
dan evaluasi. Dan berdasarkan teori inilah, kami membuat
makalah ini sebagai pembelajaran bagaimana teori belajar
sosial itu dan pengimplikasiaannya dalam pendidikan.
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami pengertian belajar sosial.
1.2.2 Memahami teori belajar sosial.
1.2.3 Mengetahui eksperimen Albert Bandura.
1.2.4 Memahami jenis-jenis dari permodelan.
1.2.5 Memahami karektistik-karektistik model yang efektif.
1.2.6 Memahami kelebihan dan kelemahan teori belajar social
Bandura.
1.2.7 Memahami implikasi teori belajar sosial dalam
pendidikan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Dapat memahami pengertian belajar sosial.
1.3.2 Dapat memahami teori belajar sosial.
1.3.3 Dapat mengetahui eksperimen Albert Bandura.
1.3.4 Dapat memahami jenis-jenis dari permodelan.
1.3.5 Dapat memahami karektistik-karektistik model yang
efektif.
1.3.6 Dapat memahami kelebihan dan kelemahan teori belajar
social Bandura.
1.3.7 Dapat memahami implikasi teori belajar sosial dalam
pendidikan.
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Apakah yang dimaksud dengan Belajar sosial?
1.4.2 Bagaimanakah teori belajar sosial itu?
1.4.3 Bagaimana eksperimen Albert Bandura?
2
1.4.4 Apa jenis-jenis dari permodelan?
1.4.5 Bagaimana karektistik-karektistik model yang efektif?
1.4.6 Apa kelemahan dan Kelebihan teori belajar sosial
Bandura?
1.4.7 Bagaimana implikasinya dalam pendidikan dari teori
belajar sosial?
3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar Sosial
2.1.1 Belajar
Hamalik berpendapat bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku berkat pelatihan dan
pengalaman. Belajar merupakan suatu proses dan bukan
semata-mata hasil yang hendak dicapai.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia ditulis bahwa “
belajar: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” Dari
arti atau defenisi maka belajar merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas.
Menurut Wikipedia bahwa belajar adalah suatu aktivitas
yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa
menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan definisi diatas maka belajar adalah suatu
proses tingkah laku yang dari awalnya tidak tahu menjadi
tahu.
2.1.2 Sosial
Menurut Lewis sosial adalah sesuatu yang dicapai,
dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi sehari-hari
antara warga negara dan pemerintahannya.
Menurut Peter Herman Sosial adalah sesuatu yang
dipahami sebagai suatu perbedaan namun tetap merupakan
sebagai satu kesatuan.
4
Jadi sosial arti sempitnya berarti kemasyarakatan,
dimana sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran
orang lain. Kehadiran itu bisa nyata anda lihat dan anda
rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi.
Setiap anda bertemu orang meskipun hanya melihat atau
mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga
ketika anda sedang menelpon, atau chatting (ngobrol)
melalui internet.
2.1.3 Belajar Sosial
Berdasarkan kedua kesimpulan diatas maka belajar sosial
adalah suatu proses tingkah laku dimana kita mengamati,
bahkan meniru suatu pola perilaku orang lain (masyarakat)
yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Alex Sobur (2003) sendiri Belajar sosial adalah
belajar yang bertujuan memperoleh ketrampilan dan pemahaman
terhadap masalah-masalah sosial, penyesuaian terhadap
nilai-nilai sosial dan sebagainya. Termasuk belajar jenis
ini misalnya belajar memahami masalah keluarga, masalah
penyelesaian konflik antar etnis atau antar kelompok, dan
masalah-masalah lain yang bersifat sosial.
2.2 Teori Belajar Sosial
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran
social ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran
behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari
pikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang
terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social
5
serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah
eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru
seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang
dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial
dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam
pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan
siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup
pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert
Bandura merupakan salah satu peracang teori kognitif social.
Meourut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat
merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara
kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang
terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif
dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam
proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku,
perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif
mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya
kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan
temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan,
strategi pemikiran dan kecerdasan.
6
Gambar 2.1: Hubungan antara tingkah laku (behavioristic), person/kognitif, dan
Lingkungan belajar (Learning environment) menurut Bandura.
Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura
menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan
memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi
dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku
individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas
tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain
yang menjadi model.
Bandura menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku
melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement)
sekalipun yang diterima. Kita bisa meniru beberapa perilaku
hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat
yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar
semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran
melalui pengamatan.
Selama jalannya Observational Learning, seseorang mencoba
melakukan tingkah laku yang dilihatnya dan reinforcement/
punishment berfungsi sebagai sumber informasi bagi seseorang
mengenai tingkah laku mereka.
Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian
seseorang berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang
belajar melalui observasi atau pengamatan terhadap perilaku
orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap
mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang
terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling
(peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau
7
mengulangi perilaku model tetapi modeling melibatkan
penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan
proses kognitif.
Menurut Bandura (1986) mengemukakan empat komponen dalam
proses belajar meniru (modeling) melalui pengamatan, yaitu:
1. Atensi/ Memperhatikan
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang
menaruh perhatian terhadap model yang akan ditiru.
Keinginan untuk meniru model karena model tersebut
memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas yang
hebat, yang berhasilk, anggun, berkuasa dan sifat-sifat
lain.
Dalam hubungan ini Bandura memberikan contoh mengenai
pengaruh televisi dengan model-modelnya terhadap kehidupan
dalam masyarakat, terutama dalam dunia anak-anak.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-
kebutuhan dan minat-minat pribadi. Semakin ada hubungannya
dengan kebutuhan dan minatnya, semakin mudah tertarik
perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan minat,
menyebabkan seseorang tidak tertarik perhatiannya.
2. Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka
pada saat lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama
dengan model tersebut. Anak melakukan proses retensi atau
mengingat dengan menyimpan memori mengenai model yang dia
lihat dalam bentuk simbol-simbol. Bandura mengemukakan
8
kedekatan dalam rangsang sebagai faktor terjadinya asosiasi
antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain
bersama-sama. Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang
yang menarik ingatan lain untuk disadari karena kualitas
rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau hampir sama
dan ada hubungan yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat ini tidak hanya
diperoleh berdasarkan pengamatan visual, melainkan juga
melalui verbalisasi. Ada simbol-simbol verbal yang nantinya
bisa dtampilkan dalam tingkah laku yang berwujud. Pada
anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka
kemampuan meniru hanya terbatas pada kemampuan
mensimbolisasikan melalui pengamatan visual.
3. Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat,
seseorang harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan –
kemampuan motorik. Kemampuan motorik ini juga meliputi
kekuatan fisik. Misalnya seorang anak mengamati ayahnya
mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa yang
dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk
mengangkat cangkul dan melakukan gerak terarah seperti
ayahnya.
4. Ulangan – penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu
model, ia akan mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya
hasil pengamatan dalam tingkah laku yang nyata, bergantung
pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi kuat
9
untuk memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau
keuntungan, maka ia akan melakukan hal itu, begitu juga
sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan untuk memperkuat
perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut
ulangan – penguatan.Dalam tumbuh kembang anak, teori ini
sangat berguna sebagai bentuk acuan pembelajaran yang tepat
untuk anak. Orang tua, guru, atau pihak-pihak lain dapat
mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan menerapkan teori
ini. mereka dapat lebih memahami tindakan apa yang pantas
atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak sebagai bentuk
pembelajaran dan pembentukan pola tingkah laku diri.
2.3 Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif
dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini
menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “.
Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap
apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek
peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum
kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
KUMPULAN A = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa
memukul, menumbuk, menendang dan menjerit ke arah patung besar
Bobo.
10
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan
lebih agresif.
KUMPULAN B = Disuruh memerhati sekumpulan orang dewasa
bermesra dengan patung besar Bobo.
Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif
seperti kumpulan
Rumusan:
Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/
permodelan.
Hasil keseluruhan eksperimen:
Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari
orang dewasa. B dan C tidak menunjukkan tingkah laku agresif.
RUMUSAN:
Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari peneguhan.
Gambar 2.3 : GAMBAR PEMODELAN ALBERT BANDURA
11
Subjek terdiri daripada kanak-kanak pra sekolah. Subjek dalam kumpulan
eksperimental didedahkan kepada model manusia sebenar, kartun atau model
dalam filem yang terlibat dengan tingkahlaku agresif terhadap patung (doll) plastik
yang besar. Subjek-subjek itu mungkin memukul dengan kayu, menendang atau
menumbuk patung plasktik itu. manakala dalam kumpulan kawalan, subjek melihat
model-model yang sama tidak melakukan apa-apa pun terhadap patung plastik.
Hasil kajian menunjukkan bahawa kanak-kanak dalam kumpulan eksperimen
mempamerkan tingakahlaku agresif apabila dibiarkan bersama patung plastik
berkenaan.
2.4 Jenis-jenis Permodelan
Jenis – jenis permodelan:
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori
pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran
ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana
seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui
demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui
proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang
disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau
perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang
dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan
rekannya.
12
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan
tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan
tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya
melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi
tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh
dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi
apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau
teladan mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh
dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi
perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses
mengingat akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru
dituangkan dalam kata – kata, tanda atau gambar daripada hanya
melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari
pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu
cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang
sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari
tadi juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau
kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
13
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai
dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model
tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai
nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan
antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan
psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku.
Proses belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi
secara langsung dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam iklan
sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang
yang popular dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong
konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti
para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara
karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya.
Ciri – cirri model seperti usia, status social, seks,
keramahan, dan kemampuan, penting dalam menentukan tingkat
imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model seusianya
daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model
yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang
sangat dependen cenderung imitasi model yang dependennya lebih
ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri
model dengan observernya.
14
2.5 Karakteristik Model yang Efektif
Menurut Jeanne Ellis ormrod (2008) ada 4 karakteristik dari
beberapa model yaitu:
1. Kompetensi: pembelajar biasanya meniru orang-orang yang
melakukan sesuatu dengan baik, bukan sebaliknya. Mereka akan
mencoba meniru keterampilan bermain bola dari seorang pemain
bola professional yang sudah punya skill. Pembelajar
mendapatkan manfaat tidak hanya dari mengamati apa yang
dilakukan oleh model kompeten, melainkan juga dari melihat
hasil dari hasil akhir yang telah diciptakan oleh model yang
kompeten tersebut.
2. Prestise dan kekuasaan: Anak-anak remaja sering meniru
orang yang terkenal atau orang yang berkuasa. Beberapa model
yang efektif, pemimpin dunia, atlet terkenal, bintang rock
popular adalah orang-orang yang terkenal di tingkat nasional
maupun internasional. Jadi, selain sendiri mencontohkan
perilaku yang diharapkan sebaiknya memajan (expose) siswa
dengan berbagai model yang mungkin mereka anggap kompeten dan
berprestise.
3. Perilaku “Sesuai-Jender”: Pembelajar paling mungkin
mengadopsi perilaku yang mereka anggap sesuai dengan jender
mereka. Individu yang berbeda, tentu saja, bias mendefinisikan
yang sesuai jender dengan agak berbeda. Sebagai contoh,
beberapa anak perempuan mungkin menjauhkan diri dari berkarir
di bidang matematika, yang mereka rasa terlalu maskulin.
4. Perilaku yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri:
pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka
15
yakini akan membantu mereka dalam situasi mereka. Sebagai
contoh, seseorag siswa sekolah menengah lebih mungkin meniru
cara berpakaian teman-teman sekelasnya yang popular jika dia
berpikir dia dapat menjadi popular dengan mengenakan pakaian
semacam itu.
Banyak penelitian telah dilakukan mengenai dampak model
pada tiga area: keterampilan akademis (academic skilss), agresi
(aggression), dan perilaku intrapersonal (interpersonal behaviors).
1. Keterampilan Akademis (academic skills): siswa mempelajari
banyak keterampilan akademis, setidaknya sebagian, dengan
mengamati apa yang dilakukan orang lain. Misalnya, mereka
mungkin belajar bagaimana memecahkan soal pembagian yang
panjang atau menulis karangan yang kohesif sebagian dengan
mengamati bagaimana guru dan teman mereka melakukan hal
tersebut. Pemodelan keterampilan akademik secara khusus dapat
efektif ketika model memperagakan tidak hanya bagaimana
melakukan suatu tugas, tapi juga bagaimana memikirkan tugas
tersebut.
2. Agresi (aggression): banyak kajian penelitian telah
menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih agresif ketika
mereka mengamati model yang agresif atau berperilaku kasar.
Anak-anak mempelajari agresi tidak hanya dari model hidup (live
models), tapi juga dari model simbolik (symbolic models) yang mereka
lihat di film, televise, atau video game.
3. Perilaku Interpersonal: dengan mengamati dan meniru
orang lain, pembelajar mendapatkan banyak keterampilan
interpersonal. Sebagai contoh, dalam kelompok kecil dengan
16
teman-teman kelas, anak-anak bias mengadopsi strategi satu
sama lain untuk melakukan diskusi mengenai kesusasteraan,
mungkin belajar bagaimana meminta pendapat satu sama lain
(“Bagaimana menurutmu, Jalisha?”), mengepresikan persetujuan
atau ketidaksetujuan (“aku setuju dengan kordel karena …… “),
dan membenarkan suatu sudut pandang (“aku pikir hal itu
sebaiknya tidak diperbolehkan, karena ……”).
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sosial Bandura
2.6.1 Kelebihan
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori
belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan
dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif
orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan
semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga
akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar
social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan
merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan
belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus
pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor
social dan kognitif.
2.6.2 Kelemahan
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik
pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku
17
dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan
dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika
manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya
melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian
individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru
tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak
diterima dalam masyarakat.
2.7 Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pendidikan
Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial yang dipelopori oleh
Albert Bandura, pemerhati akan meniru setiap tingkah laku
'model' sekiranya tingkah laku model tersebut mempunyai ciri-
ciri seperti bakat, kecerdasan, kuasa, kecantikan atau pun
populariti yang diminati oleh pemerhati.
Sudah tentu, sebagai seorang guru, kita sewajarnya turut
mempunyai sedikit/sebanyak mengenai ciri-ciri yang disebutkan
di atas. Ia secara tidak langsung amat berkait rapat terhadap
proses pengajaran dan pembelajaran.
Antara implikasi yang berkait rapat dengan Teori
Pembelajaran Sosial terhadap pengajaran dan pembelajaran yang
pertama ialah sebagai seorang guru, amat penting bagi kita
memberi setiap orang murid peluang untuk memerhati dan
mencontohi berbagai jenis model yang menunjukkan tingkah laku
yang diingini.
Oleh yang demikian, kita hendaklah memastikan bahawa kita
sendiri boleh menunjukkan tingkahlaku yang boleh diteladani
serta memaklumkan kepada anak murid berkenaan kesan sesuatu
18
tingkah laku yang tidak bermoral, melanggar norma-norma
masyarakat dan undang-undang, bersifat eksploitasi dan
manipulasi dan sebagainya.
Kedua, kita sebagai guru perlu memastikan dan berusaha
menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar modeling
boleh berlaku. Perkara seperti memberi insentif, pengukuhan
dan sokongan moral seharusnya diberi kepada murid-murid secara
terus menerus bagi menggalakkan berlakunya tingkahlaku yang
baik dalam kalangan murid-murid pada masa kini.
Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru
seharusnya tersusun dan dapat menarik minat dan perhatian
murid-murid serta seharusnya dapat dijadikan model untuk
diikuti oleh mereka.
Guru mestilah senantiasa mahir dalam komunikasi agar
setiap kali sesi demonstrasi pembelajaran di dalam kelas
jelas,dapat dipahami dan dapat diikuti oleh murid dengan mudah
dan tepat. Contohnya, jika guru mengajar cara-cara untuk
menghasilkan lukisan, guru mestilah menerangkan dahulu
langkah-langkahnya agar ia dapat diikuti oleh murid secara
mudah.
Menurut Jeanne Ellis Ormrod (2008) yang membagi-bagi
implikasi teori belajar sosial ke dalam 5 bagian berdasarkan
asumsi-asumsi dasar teori kognitif sosial yaitu:
19
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dipetik dari Makalah ini adalah:
1. Belajar sosial adalah suatu proses tingkah laku dimana
kita mengamati, bahkan meniru suatu pola perilaku orang lain
(masyarakat) yang awalnya tidak tahu menjadi tahu.
2. Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang
dikemukakan oleh Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial
dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran penting dalam
pembelajaran. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral
yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku,
person/kognitif dan lingkungan.
3. Ada lima jenis-jenis teori permodelan alber bandura
yaitu Peniruan Langsung Peniruan Tak Langsung, Peniruan
Gabungan, Peniruan Sesaat / seketika. Dan Peniruan
Berkelanjutan.
4. Beberapa karakteristik dari model yang efektif untuk
ditiru adalah Kompetensi, Prestise dan kekuasaan, Perilaku
“Sesuai-Jender”, dan Perilaku yang relevan dengan situasi
pembelajar sendiri. Mungkin dari orang yang anda tiru, ada
ciri-ciri seperti diatas.
5. Kekurangan dari teori pembelajaran sosial yaitu
adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam
mendalami sesuatu yang ditiru. Sedangkan kelebihan dari teori
ini adalah lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya
, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut.
21
6. Implikasi Teori belajar sosial dalam pendidikan adalah
hendaklah memastikan bahwa kita sendiri boleh menunjukkan
tingkahlaku yang boleh diteladani serta memaklumkan kepada
anak murid berkenaan kesan sesuatu tingkah laku yang tidak
bermoral, sebagai guru perlu memastikan dan berusaha
menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar modeling
boleh berlaku, dan Selain itu, persembahan pengajaran
seseorang guru seharusnya tersusun dan dapat menarik minat dan
perhatian murid-murid serta seharusnya dapatdijadikan model
untuk diikuti oleh mereka.
3.2 Saran
Saran yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kita sebagai
pembelajar maupun yang nantinya akan menjadi model (contoh),
hendaknya bersikap mengikuti sikap dan perilaku orang lain
yang baik. Kita harus selektif dalam menirukan karena kita
akan ditiru oleh peserta didik kita, sehingga apabila kita
salah bertindak akan berpengaruh buruk pula pada peserta
didik.
22
DAFTAR PUSTAKA
1) Ormrod, Jeanne. E. 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa
Tumbuh Berkembang. Jakarta: Erlangga
2) Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada
3) http://mayakabbaro.wordpress.com/2012/03/09/teori-
pembelajaran-sosial-bandura/
4) (http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/yang-perlu-
diketahui-tentang.html )
5) (http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-
sosial-albert-bandura/)
6) (http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar)
7) http://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-belajar-
sosial-albert-bandura/
23