makalah Semen kedokteran gigi Kel.4 - baixardoc

10
MAKALAH DKK BLOK 1. IMTKG I MODUL 1. SEMEN KEDOKTERAN GIGI SEMESTER II DISUSUN OLEH: Kelompok 4 Audita Kharismawati 12.07.0.0051 Tiffany Agusta P. 12.07.0.0015 Rizta Riztia B 12.07.0.0017 Vanya Natasha G. 12.07.0.0052 Agustinus Kenny W 12.07.0.0055 Anindya Putri Bellia 12.07.0.0070 M. Bagus Fadila 12.07.0.0061 Noer Avila F. 12.07.0.0083 Dyah Lestarining R. 12.07.0.0068 Abigail Goenawan 12.07.0.0086 Rangga Kambodia S. 12.07.0.0048 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA 2013 1

Transcript of makalah Semen kedokteran gigi Kel.4 - baixardoc

MAKALAH DKK BLOK 1. IMTKG I

MODUL 1. SEMEN KEDOKTERAN GIGI

SEMESTER II

DISUSUN OLEH:

Kelompok 4

Audita Kharismawati 12.07.0.0051

Tiffany Agusta P. 12.07.0.0015

Rizta Riztia B 12.07.0.0017

Vanya Natasha G. 12.07.0.0052

Agustinus Kenny W 12.07.0.0055

Anindya Putri Bellia 12.07.0.0070

M. Bagus Fadila 12.07.0.0061

Noer Avila F. 12.07.0.0083

Dyah Lestarining R. 12.07.0.0068

Abigail Goenawan 12.07.0.0086

Rangga Kambodia S. 12.07.0.0048

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HANG TUAH

SURABAYA

2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Semen kedokteran gigi merupakan suatu bahan yang sering digunakan dalam praktek

sehari-hari kedokteran gigi. Setiap semen memiliki komposisi, sifat, cara manipulasi, dan

setting time yang beragam, digunakan sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai pada

akhir perawatan.

Di dalam modul, diberikan permasalahan yaitu Budi yang berumur 30 tahun datang ke

dokter gigi. Ia ingin merawat gigi kiri belakang rahang bawahnya yang lubang. Setelah

dilakukan pemeriksaan klinis didapatkan karies media pada gigi 36. Rencana perawatan

restorasi yang akan dilakukan adalah tumpatan komposit, dengan memberi basis bahan

semen pada permukaan kavitas sebelum dilakukan penumpatan.

Berdasarkan jabaran pemicu diatas, pertanyaan yang dikemukakan adalah bahan

semen apakah yang sesuai digunakan sebagai basis bagi kasus tersebut.

I.2 BATASAN TOPIK

I.2.1 Definisi Semen

I.2.2 Fungsi Semen

I.2.2.1 Luting Agent (Perekatan)

I.2.2.2 Basis

I.2.2.3 Liner dan Varnish

I.2.2.4 Pelindung pulpa

I.2.2.5 Bahan restorasi

I.2.3 Persyaratan Bahan Semen Kedokteran Gigi

I.2.4 Sifat dan Karakteristik Semen

I.2.4.1 Ketebalan dan Konsistensi

I.2.4.2 Kekentalan

2

I.2.4.3 Setting Time

I.2.4.4 Kekuatan

I.2.4.5 Kelarutan

I.2.5 Semen Sebagai Basis

I.2.5.1 Pengertian

I.2.5.2 Persyaratan

I.2.6 Klasifikasi Bahan Semen

I.2.6.1 Berdasar Penggunaan

I.2.6.2 Berdasar Komponen Utama

I.2.7 Sifat dan Karakteristik, Cara Manipulasi, Komposisi, Reaksi Setting, Setting Time Masing-

Masing Bahan

I.2.7.1 Water Based Cement

I.2.7.1.1 Semen Glass Ionomer

I.2.7.1.2 Resin Modified Glass Ionomer Cement

I.2.7.1.3 Zinc Polycarboxylate Cement

I.2.7.1.4 Zinc Phosphat Cement

I.2.7.2 Oil Based Cement

I.2.7.2.1 Zinc Oxide Eugenol

I.2.7.3 Resin Based Product

I.2.7.3.1 Esthetic Resin Based Cement

I.2.7.3.2 Adhesive Resin Cement

I.2.7.3.3 Self Adhesive Resin Cement

I.2.7.3.4 Temporary Resin Cement

I.2.7.3.5 Compomer Cement

I.2.8 Bahan Tumpatan Komposit

3

I.2.9 Peran dari Semen GIC Sebagai Basis Pada Tumpatan Komposit

1.3 PETA KONSEP

4

Restorasi

Persyaratan

Semen

DefinisiLuting

(Perekatan)

Fungsi

5

Sifat dan

Karakteristik

Tumpatan Komposit

Cara Manipulasi

Basis

-Tidak mengiritasi pulpas-Melepas ion fluor-Sebagai ikatan kimia dengan enamel dan dentin-Ikatan mekanik dengan tumpatan komposit

GIC

Klasifikasi

-Komposisi

-Reaksi Setting

-Setting Time

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Definisi Semen

Semen kedokteran gigi adalah campuran powder dan liquid yang merupakan reaksi

kimia antara asam dan basa. Powder yang bersifat basa dan liquid yang bersifat asam

membentuk konsistensi berupa pasta kental yang kemudian akan mengeras menjadi massa

yang padat.

II.2 Fungsi Semen

II.2.1 Luting Agent ( Bahan Perekat)

Pada awal abad 20, material kedokteran gigi yang digunakan sebagai retensi

dan marginal seal pada protesa-protesa seperti inlays, onlays, crowns dan bridges

hanyalah semen Zinc Oxide Eugenol dan semen Zinc Phosphate. Pada abad ke 20,

material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya semen,

oleh karena itu Zinc Oxide Eugenols memperbaiki protesa dengan menempelkan

protesa pada gigi disebut sementasi (Anusavice dalam Nugroho, A.2011)

Namun menjelang akhir abad ke 20, mulai bermunculan variasi-variasi

material kedokteran gigi yang bersifat adhesif. Pada akhir abad ke 20 juga mulai

bermunculan variasi-variasi semen kedokteran gigi seperti Zinc Polycarboxylate, Glass

Ionomer, dan Resin Modified Glass Ionomer Cements. Dalam perkembangannya,

semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan dalam menempelkan protesa dengan

gigi, oleh karena itu proses menempelkan protesa pada gigi disebut sebagai luting

bukan lagi sementasi. (Craig dalam Nugroho, A. 2011)

Semen sebagai luting agent berfungsi untuk melekatkan restorasi yang

dilakukan diluar mulut dimana diharapkan perlekatan tersebut kuat dan bertahan untuk

waktu yang lama.

6

Syarat Semen sebagai luting

1. Biocompatibility

Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam pemasangan

mahkota gigi dan inlays, semen yang digunakan akan menutupi dentin pada gigi.

Bahan luting tersebut nantinya juga akan menjalankan peran yang sama dengan

dentin, yakni melindungi pulpa, maka dari itu bahan semen sebagai luting haruslah

material yang biocompatibel dan tidak toksik terhadap pulpa sementasi (Craig

dalam Nugroho, A. 2011). Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh

permukaan dentin dan protesa dengan baik, namun juga perlu material yang

bersifat anti bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri yang merugkan (Mc Cabe

dalam Nugroho, A. 2011).

2. Retensi

Peran utama semen sebagai luting adalah menghasilkan retensi pada restorasi.

Pada semen dengan bahan dasar air seperti semen zinc phosphate, retensinya

diatur oleh geometri dari gigi yang telah dipreparasi, kontrol pada saat insersi, dan

kemampuan dalam memberikan mechanical keying pada permukaan yang tidak

rata. Kurangnya retensi merupakan penyebab utama kegagalan dalam luting.

Pada proses adisi, bahan adhesif bisa ditambahkan untuk meningkatkan retensi

secara signifikan dan resin adhesif technologies (Power, J dalam Nugroho,

A.2011)

Sifat semen sebagai luting:

1. Marginal seal

2. Ketebalan (Film thickness)

3. Mudah digunakan

4. Radiopacity

7

5. Estetik baik

(Van Noort dalam Nugroho, A. 2011)

Prosedur penggunaan semen sebagai luting

1. Pemberian semen

Pada taha ini, adonan semen dituan ke dalam mahkota kurang lebih ½ dari

volume mahkota. Pemberian semen pada mahkota lebih baik ½ mahkota agar

resiko terjebaknya udara berkurang mengurangi waktu pemasangan, mengurangi

tekanan yang berlebih saat pemasangan, dan mengurangi waktu dalam

membersihkan sisa semen yang tidak terpakai. (Van Noort dalam Nugroho,

A.2011).

2. Pemasangan/ insersi

Setelah semen dituangkan ke dalam mahkota, mahkota dipasang pada gigi

preparasi. Pada saat pemasangan, perlu tekanan yang cukup kuat dengan jari

agar semen yang berlebih dapat keluar. Ada beberapa cara yang dapat

mempermudah proses pemasangan atau insersi yakni dengan menurunkan

viskositas semen, mengurangi tinggi preparasi mahkota, dan dengan bantuan

vibrasi saat pemasangan. Bantuan vibrasi saat pemasangan berfungsi agar

semen dapat mengalir dengan baik. (Power, J dalam Nugroho, A.2011)

3. Pengambilan kelebihan semen

Semen yang berlebih setelah pemasangan harus diangkat agar tidak mengganggu

pasien. Pada semen ionomer kaca, semen zinc phosphate dan resin dapat

digunakan petroleum jelly sebagai media separasi karenan pada ketiga semen

tersebut, perlekatannya terjadi secara kimiawi dan fisik sehingga dibutuhkan

media separasi sebagai media yang membantu dalam pengangkatan kelebihan

semen (Wahyudi, T.2005)

4. Mekanisme Retensi

Setelah semen yang digunakan sebagai luting seittng, protesa dan preparasi gigi

8

akan menempel dengan menimbulkan retensi. Retensi yang terjadi pada luting

bisa terjadi secara mekanis, kimia, maupun kombinasi semen. Pada prinsipnya

retensi kimia perlu didukung dengan retensi mekanis, dengan kombinasi kimia-

mekanis, lapisan semen dapat menahan aksi kekuatan geser sepanjang interfasial

(Rochyani L, et al. 2007). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi retensi

protesa, yakni film thickness, kekuatan semen, perubahan dimensi selama setting,

dan semen yang digunakan. Retensi protesa yang baik dapat diperoleh dengan

memperhatikan film thickness, semen yang digunakan tidak boleh terlalu tebal

karena lapisan semen yang tebal memiliki resiko kerusakan bagian dalam yang

lebih besar (Simanjuntak, E.R 2000)

II.2.2 Basis

Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi permanen

untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan melindunginya dari kerusakan.

Kerusakan itu bisa dari thermal shock bila gigi direstorasi dengan bahan logam dan

kerusakan karena iritasi kimia. Basis berfungsi menahan tekanan selama proses

kondensasi serta dapat bentuk yang structural bagi kavitas (Ricardo, R. 2004)

Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal shock

tidak dilakukan pada semua restorasi logam, hal ini tergantung pada kedalaman

kavitas atau ketebalan dentin yang tersisa (Clark J dalam Kadariani. 2001).

Kavitas yang dalam yaitu ketebalan yang tersisa kurang dari 1 mm merupakan

indikasi penggunaan basis, karena dentin yang tersisa tidak dapat bertindak sebagai

insulator panas. Kavitas yang sedang ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 2 mm

tetapi lebih dari 1 mm memerlukan basis sebagai insulator terhadap thermal shock.

Kavitas yang dangkal yaitu ketebalan yang tersisa 2 mm atau lebih di antara lantai

kavitas dan pulpa, tidak diperlukan bahan basis karea dentin yang tersisa dapat

memberikan insulator terhadap thermal shock (Clark J dalam Kadariani. 2001)

II.2.3 Liner dan Varnish

Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan fungsi

9

utamanya adlaah untuk memberikan penghalang bagi iritasi kimia,liner tidak berfungsi

untuk memberikan penghalan bagi iritasi kimia, liner tidak berfungsi sebagai insulator

terhadap thermal shock (Combe dalam Kadariani,2001). Varnish adalah rosin alami

atau rosin sintetik yang dilarutkan dalam pelarut seperti eter atau kloroform yang

dioleskan disekeliling kavitas. Pelarut menguap meninggalkan selapis tipis yang

berfungsi untuk mengurangi mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish

yang ditempatkan di bawah restorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas

meskipun bahan varnish merupakan penghantar panas yang rendah (Craig dalam

Kadariani.2001)

II.2.4 Pelindung Pulpa

Semen berfungsi untuk penempatan restorasi, cavity liner dengan low strength

base yang tidak mengiritasi pulpa.

II.2.5 Bahan Restorasi

Semen berfungsi sebagai bahan restorasi permanen maupun restorasi

sementara.

II.3 Persyaratan Bahan Semen Kedokteran Gigi

1. Harus tidak berisfat racun serta tidak mengiritasi pulpa dan jaringan lainnya.

2. Tidak larut dalam saliva dan cairan lain yang dimasukkan ke dalam mulut.

3. Sifat- sifat mekanis harus memenuhi persyaratan untuk tujuan penggunaan bahan

tersebut, misalnya semen untuk cavity lining haruslah menghasilkan kekuatan yang

cukup dalam waktu cepat untuk memungkinkan bahan tambal dimasukkan ke dalam

kavitet.

4. Perlindungan jaringan pulpa terhadap pengaruh bahan restorasi lainnya:

a. Penghambat panas, lapisan semen diberi di bawah suatu restorasi besar yang

terbuat dari bahan logam (misal amalgam) untuk melindungi pulpa terhadap

perubahan suhu.

b. Pelindung kimia, suatu semen haruslah dapat mencegah penetrasi zat kimia yang

bersifat merusak dari bahan restorasi ke dalam pulpa.

c. Penghambat arus listrik antara restorasi logam untuk mengurangi pengaruh

10