Kel 4 Penilaian Sikap

23
EVALUASI HASIL BELAJAR MAKALAH PENILAIAN SIKAP Dosen Pembimbing: Ama Noor Fikrati, M. Pd PENYUSUN: 1. SHINDY PRAMUDYA AYU N. (1251064) 2. SOFI AZARIA (1251114) 3. ROBIK ATUL KHOTIMAH (1251117) 4. RETNO KURNNIA PUTRI (1251149) 5. M. TAMAM ZAINURI (1251124) Program Pendidikan Matematika 2012-A SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

Transcript of Kel 4 Penilaian Sikap

EVALUASI HASIL BELAJAR

MAKALAH

PENILAIAN SIKAPDosen Pembimbing:

Ama Noor Fikrati, M. Pd

PENYUSUN:

1. SHINDY PRAMUDYA AYU N. (1251064)

2. SOFI AZARIA (1251114)

3. ROBIK ATUL KHOTIMAH (1251117)

4. RETNO KURNNIA PUTRI (1251149)

5. M. TAMAM ZAINURI (1251124)

Program Pendidikan Matematika 2012-A

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

ANGKATAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Dengan memunajatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah

SWT, rahmat, nikmat, hidayah serta karunia Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang

“EVALUASI HASIL BELAJAR” ini dengan baik meskipun masih banyak

kekurangan dalam penyusunannya. Dan tidak lupa pula sholawat

dan salam semoga tetap terlimpah kepada junjungan kita nabi

besar Muhammad SAW.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah geometri II

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan

dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ibu Ama Noor Fikrarti, M. Pd selaku Dosen Mata Kuliah

Evaluasi Hasil Belajar Program Pendidikan Matematika

STKIP PGRI Jombang 2012 A.

2. Teman-teman yang membantu dalam penyusunan makalah ini,

dan

3. Semua pihak yang telah membantu penulis.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan mendapt ridho dari Allah SWT. Penulis mengharap

kritik dan saran kepada pembaca demi sempurnanya makalah ini.

Jombang, Oktober 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................ i

KATA PENGANTAR....................................... ii

DAFTAR ISI........................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................... 1

A. Latar Belakang................................ 1

B. Rumusan Masalah............................... 1

C. Tujuan........................................ 1

BAB II PEMBAHASAN.................................... 2

A. Pengertian Penilaian Sikap.................... 2

B. Beberapa Teori Tentang Perubahan Sikap........ 4

C. Macam – Macam Skala Sikap..................... 7

D. Komponen – Komponen Sikap..................... 8

E. Tujuan Penilaian Sikap........................ 8

BAB II PENUTUP....................................... 12

1. Kesimpulan...................................... 12

2. Saran........................................... 12

DAFTAR PUSTAKA....................................... 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada umumnya penilaian sikap dalam berbagai mata pelajarandapat dilakukan berkaitan dengan objek sikap sebagai berikut :

Sikap terhadap mata pelajaran Sikap terhadap guru mata pelajaran Sikap terhadap proses pembelajaran Sikap terhadap materi pembelajaran

Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri siswa melalui materi tertentu

Sikap berhubungan dengan kompetensi afektifitas lintas kurikulum.

Yang mempengaruhi pembentukan sikap dalam proses pembelajaran,menurut Klausmeir (1985) ada tiga model belajar pembentukansikap yaitu : mengamati dan meniru, menerima penguatan,menerima informasi verbal.

Tujuan penilaian sikap adalah :

Untuk  mendapat  umpan  balik  (feedback) baik  bagi  gurumaupun  siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajarmengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.

Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didikyang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagiperbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepadaorang tua dan penentuan lulus tidaknya anak didik. Untukmenempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yangtepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan sertakarakteristik anak didik.

B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari penilaian sikap2. Apa saja teori tentang perubahan sikap3. Apa saja macam – macam skala sikap4. Apa saja komponen – komponen sikap5. Tujuan penilaian sikap

C. Tujuan 1. Untuk memahami makna penilaian sikap

2. Untuk dapat mengetahui beberapa teori tentang perubahan

sikap

3. Unutuk mengetahui macam – macam skala sikap

4. Untuk mengetahui dan memahami komponen – komponen sikap

5. Unutuk memahami tujuan dari penilaian sikap

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENILAIAN SIKAP

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk

berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola

tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang -

orangan maupun berupa objek - objek tertentu. Sikap mengacu

pada perbuatan dan perilaku seseorang tetapi bukan berarti

semua perbuatan identic dengan sikap.

Sikap menurut para ilmuan

a. Birrent, et al (1981) mendefinisikan sikap sebagai

kumpulan hasil evaluasi seseorang terhadap objek, orang,

atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana pribadi

seseorang di ekspresikan. Menurutnya sifat kepribadiandapat

didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi

terhadap. Sesuatu,oleh karena itu melalui sikap seseorang,

kita dapat mengenal siapa orang itu sebenarnya.

b. Menurut klausmeier (1985) ada tiga model belajar dalam

rangka pembentukan sikap, tiga model itu adalah: mengamati

dan meniru, menerima penguatan dan menerima informasi

verbal. Ketiga model ini sesuai dengan kepentingan penerapan

dalam dunia pendidikan. Pembelajaran model pertama

berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Bandura (1977)

menyebut proses pembelajaran ini dengan pembelajaran melalui

model (learning through modeling). Model kedua menerima

penguatan pembelajaran model ini berlangsung melalui

pembiasan operan, yaitu dengan menerima atau tida menerima

suatu respons yang di tunjukan. Penguatan dapat berupa

ganjaran (penguatan positif) atau hukuman (penguatan

negative). Model ketiga, menerima informasi verbal,

informasi tentang berbagai hal dapat d peroleh melalui lisan

atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang di

peroleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan

sikapnya terhadap terhadap objek yang bersangkutan.

c. Menurut muhajirin (1992:75), mengatakan bahwa sikap

merupakan kecenderungan afeksi suka tidak suka pada suatu

objek social. dst!

Dari beberapa pendapat ahli, diterapkan lima ciri yang

menjadi karateristik sikap seseorang oleh Rahmat (1998)

1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi,

berpikir. dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi.

atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan

kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu terhadap

obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda, orang, tempat,

gagasan, situasi, atau kelompok.

2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya

rekaman masa lalu tetapi juga pilihan seseorang untuk

menentukan apa yang disukai dan menghindari apa yang tidak

diinginkan.

3. Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah

terbentuk pada diri seseorang maka hal itu akan menetap

dalam waktu relative lama karena hal itu didasari pilihan

yang menguntungkan dirinya

4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan

selama obyek sikap masih menyenangkan seseorang, tetapi

kapan obyek sikap dinilainya negatif maka sikap akan

berubah.

5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak

lahir, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah melalui

proses belajar.

Sedangkan menurut para ahli sikap seseorang dapat

meramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki

penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar

afektif akan tampak pada berbagai tingkah laku peserta didik

seperti perhatiannya yang antusias dalam mengikuti proses

pembelajaran, kedisiplinan dalam belajar, memiliki motivasi

yang tinggi untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang

sedang dipelajarinya, penghargaan dan rasa hormat terhadap

guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Pengertian penilaian sikap dalam lingkungan pendidikan

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita

sering melakukan penilaian. Namun, banyak orang belum memahami

secara tepat arti penilaian. Penilaian (assessment) adalah

penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian

untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar

peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian

kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan

tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta

didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif

(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif

(berupa angka). Jadi, penilaian sikap adalah penilaian yang

dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata

pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. 

Popham (1995) mengatakan bahwa penilaian sikap menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Seorang peserta didik yang

tidak memiliki minat/karakter terhadap mata pelajaran

tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan

belajar secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki

minat/karakter terhadap mata pelajaran, maka akan sangat

membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran secara

maksimal.

David Krathwhohl dkk (1974) dalam bukunya yang berjudul

Taxonomy of educational objective:Affective Domain. Penilaian sikap adalah

penilaian yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

B. BEBERAPA TEORI TENTANG PERUBAHAN SIKAP

Para pakar psikologa juga telah mengemukakan berbagai

teori tentang perubahan sikap. Diantara teori itu adalah

teori pembelajaran (learning theory), teori fungsional

(functional theory), teori pertimbangan sosial (social

judgement theory), dan teori konsistensi (consistency

theory). Dasar dari masing – masing teori tersebut

dikemukakan sebagai berikut:

1. Teori pembelajaran (learning theory)

Teori ini melihat perubahan sikap sebagai suatu roses

pembelajaran. Teori ini tertarik pad aciri – ciri dan

hubungan antara stimulus dan respons dalam suatu proses

komunikasi.

2. Teori fungsional (functional theory)

Teori ini beranggapan bahwa manusia mempertahankan

sikap yang sesuai dengan kepentingannya. Perubahan sikap

terjadi dalam rangka mendukung sesuatu atau maksud yang

ingin dicapai. Menurut teori ini,sikap merupakan suatu

alat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk

mengubah sikap seseorang terlebih dahulu harus dipelajari

dan diketahui kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai

oleh seseorang. Katz dan statland merupakan pakar

psikologi yang pertama–tama memberikan penjelasan

berdasarkan kepada teori ini. Mereka menjelaskan bahwa

perubahan sikap pada diri seseorang terjadi

3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory)

Teori ini menganut pendekatan yang lebih bersifat

kognitif tentang perubahan sikap.Teori ini memberikan

penekanan pada persepsi dan pertimbangan individu tentang

objek, orang, atau ide yang dievaluasinya. Menurut teori

ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali

atau pendefinisian kembali terhadap objek. Sikap

dijelaskan sebagai suatu daerah posisi dalam suatu skala,

yang mencakup ruang gerak penerimaan (latitude of

acceptance), ruang gerak tidak pasti (latitude

noncommitment) dan ruang gerak penolakan(latitude of

rejection).

Sherif dan Hovland mengemukakan beberapa dalil

sebagai konsekuensi dari pengaruh pertimbangan dalam

proses perubahan sikap (Depdiknas, 2009). Dalil-dalil itu

adalah: (a) jika pandangan yang ditawarkan jatuh dalam

ruang gerak penerimaan maka pandangan dan sikap individu

akan berubah, (b) jika pandangan yang ditawarkan tersebut

jatuh dalam ruang gerak penolakan, individu tidak akan

mengubah pandangan dan sikapnya, (c) jika ketidakcocokan

antara pandangan dan penerima sendiri dengan posisi yang

ditawarkan meningkat akan lebih besar kemungkinan

pandangan dan sikap penerima berubah, sejauh pandangan

yang ditawarkan tidak jatuh dalam ruang gerak penolakan

dan (d) jika komunikasi menawarkan pada posisi yang jatuh

dalam ruang gerak penolakan, peningkatan ketidakcocokan

akan menghasilakan sedikit perubahan sikap, mendekati

batas ruang gerak penolakan.

4. Teori konsistensi

Teori ini dikembangkan berdasarkan suatu asumsi umum

bahwa manusia akan berusaha untuk mewujudkan keadaan yang

serasi dalam dirinya. Jika terjadi sesuatu keadaan yang

tidak serasi, misalnya terjadi pertentangan antara sikap

dan tingkah laku maka manusia akan berusaha untuk

menghilangkan realita tersebut dengan mengubah salah

satu: sikap atau tingkah laku.

Heider dengan teori keseimbangannya (balance theory)

merupakan orang pertama yang memberi penjelasan tentang

perubahan sikap berdasarkan teori konsistensi (Depdiknas,

2009). Heider menjelaskan tentang hubungan antara tiga

unsur dalam suatu proses komunikasi, yang terdiri dari:

O

X

P

pribadi A, pribadi yang lain O, dan objek X, dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Hubungan Antara Unsur dalam Proses Komunikasi

Menurut Teori Konsistensi

Ada empat kemungkinan hubungan yang seimbang anatara

unsur-unsur: P-O-X. Kemungkinan pertama: P memiliki sikap

positid terhadap O, selanjutnya P dan O sama-sama positif

terhadap objek X. kemungkinan kedua, P positif terhadap O,

selanjutnya P dan O sama-sama negatif terhadap X. karena P

mempunyai pandangan positif terhadap O maka keadaan

konsisten dan seimbang akan terjadi jika P dan O memiliki

pandangan yang berbeda terhadap X. jika mereka mempunyai

pandangan yang berbeda terhadap X maka keadaan menjadi

tidak sesuai dan tidak seimbang. Kemungkinan ketiga dan

keempat, P memiliki sikap negatif terhadap O, selanjutnya

kedua pribadi berbeda pandangan terhadap X. Pada

kemungkinan ketiga, P positif terhadap X, dan O negatif.

Sebaliknya pada kemungkinan keempat, P negatif terhadap

Heider keadaan ini tidak sesuai dan tidak seimbang karena P

memiliki sikap yang negatif terhadap O. oleh karena itu,

menurut teori ini, hubungan yang serasi dan seimbang antara

P-O-X haruslah semua positif, atau dua negatif. Sebaliknya,

hubungan yang tidak serasi terjadi jika semua negatif atau

hanya satu yang negatif.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Cara-cara tersebut antara lain: observasi perilaku,

pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan skala

sikap. Uraian dari masing-masing cara dikemukakan sebagai

berikut:

1. Observasi perilaku

Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan

kecendurungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya,

orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai

kecendurungan yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,

guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang

dibinanya. Hasil observasi dapat dilakukan sebagai umpan

balik dalam pembinaan.

2. Pertanyaan langsung.

Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang

sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya,

bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang baru di

sekolah tentang “peningkatan Ketertiban”

3. Laporan pribadi

Penggunaan teknik ini disekolah, misalnya siswa

diminta membuat usulan yang berisi pandangan atau

tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang

menjadi objek sikap.

4. Skala sikap

Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh

pakar untuk mengukur sikap. Dalam buku ini akan diuraikan

dua model saja, yaitu skala diferensiasi semantik

(scematic differential techniques) dan skala Likert

(Likert scales). Skala diferensiasi semantik memiliki dua

kelebihan dibandingkan dengan berbagai teknik yang lain.

Pertama, teknik ini dapat digunakan dalam berbagai

bidang. Kedua, teknik ini sederhana dan mudah

diimplementasikan dalam pengukuran dan penilaian sikap

siswa di kelas. Uraian secara rinci kedua skala tersebut

disajikan pada bab-bab berikutnya.

C. MACAM – MACAM SKALA SIKAP

Ada beberapa bentuk skala sikap, antara lain :

a) Skala likert

Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi

kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap

objek sikap,mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat

positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan

menguantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir

pernyataan yang disediakan.

Untuk likert digunakan skala dengan lima angka. Skala

1(satu) berarti sangat negative dan skala 5(lima) berarti

sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu

pernyataan dan diikuti oleh pilihan respons yang

menunjukan tingkatan.Contoh pilihan respons:

SS = sangat setuju

S = setuju

TB/R = tidak punya pendapat atau ragu – ragu

TS = tidak setuju

STS = sangat tidak setuju

b) Skala thurstone

Merupakan skala mirip descriptive graphic rating scale

karena merupakan suatu onstrumen yang responsnya dengan

memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris.

Perbedaannya terletak pada jumlah skala.pada descriptive

graphic rating, skala terdiridari 5 tingkatan, sedangkan

pada skala thurstone jumlah skala yang di gunakan berkisar

antara 7 – 11.

c) Skala guttman

Skala ini berupa sederetan pernyataan opini tentang

sesuatu objek secara berurutan. Responden di minta untuk

menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu ( setuju

atau tidak seyuju ). Bila ia setuju dengan pernyataan pada

nomor urut tertentu, maka di asumsikan juga setuju dengan

pernyataan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan

sesudahnya.

d) Semantic differential

Instrument yang disusun oleh Osgood dan kawan – kawan

ini mengukur konsep – konsep untuk tiga dimensi. Dimensi –

dimensi yang ada di ukur dalam kategori: menyenangkan –

membosankan, sulit – mudah, baik – tidak baik, kuat –

lemah, berguna – tidak berguna, dan sebagainya.

D. KOMPONEN – KOMPONEN SIKAP

Sikap pada dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu:

Komponen afektif yaitu perasaan yang dimiliki oleh

seseorang atau penilaiannya terhadap suatu obyek.

Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan

seseorang mengenai obyek.

Komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku

atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan

kehadiran obyek sikap.

E. TUJUAN PENILAIAN SIKAP

Untuk  mendapat  umpan  balik  (feedback) baik  bagi  guru

maupun  siswa sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar

mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak didiknya.

Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik

yang dicapai antara lain diperlukan sebagai bahan bagi

perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan kepada

orang tua dan penentuan lulus tidaknya anak didik. Untuk

menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang

tepat, sesuai dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta

karakteristik anak didik.

1. Pentingnya Penilaian Sikap

Secara umum, semua mata pelajaran memiliki tiga domain

tujuan. Tiga domain tujuan itu adalah: penigkatan kemampuan

kognitif; peningkatan kemampuan afektif; dan peningkatan

keterampilan berhubungan dengan berbagai pokok bahasan yang

ada dalam suatu mata pelajaran. Namun demikian, selama ini

penekanan yang sangat menonjol, baik dalam proses

pembelajaran maupun dalam pelaksanaan penilaiannya adalah

dalam domain kognitif. Domain afektif dan psikomor agak

terabaikan. Dampak yang terjadi, seperti yang menjadi

sorotan masyarakat akhir-akhir ini, lembaga-lembaga

pendidikan menghasilkan lulusan yang kurang memiliki sikap

positif yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dan

kurang terampil untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat

lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu

diperbaiki. Domain kognitif, afektif dan konatif atau

psikomotor perlu mendapat penekanan yang seimbang dalam

proses pembelajaran dan penilaian. Dengan demikian,

penilaian sikap perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,

dan hasil penilaiannya perlu ditindak lanjuti.

2. Sikap dan Objek Yang Perlu Dinilai

Penilaian sikap dalam berbagai mata pelajaran dapat,

secar umum dilakukan dalam berkaitan dengan berbagai objek

sikap sebagai berikut:

a. Sikap terhadap mata pelajaran. Sisw perlu memiliki sikap

positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif

dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat belajar,

akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah

menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu,

guru perlu menilai tentang sikap siswa terhadap mata

pelajaran yang diajarkan.

b. Sikap terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki

sikap positif terhadap guru, yang mengajar suatu mata

pelajaran. Siswa yang memiliki sikap yang tidak positif

terhadap guru, akan cenderung mengabaikan hal-hal yang

diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap

negative terhadap guru pengajar akan sukar menyerap materi

pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.

c. Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu

memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang

berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup: suasana

pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik

pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit siswa yang

merasa kecewa atau tidak puas dengan proses pembelajaran

yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian

untuk menyatakan. Akibat mereka terpaksa mengikuti proses

pembelajaran yang belangsung dengan perasaan yang kurang

nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap penyerapan

materi pelajaran.

d. Sikap terhadap meteri dari pokok-pokok bahasan yang ada.

Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap meteri

pelajaran yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan

proses pembelajaran.

e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin

ditanamkan dalam diri siswa melalui materi suatu pokok

bahasan. MIsalnya, pengajaran pokok bahasan KOPERASI dalam

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Berhubungan dengan

pokok bahasan ini, ada nilai-nilai luhur tertentu yang

relevan diajarkan dan diinternalisasikan dalam diri siswa.

Misalnya: kerjasama, kekeluargaan, hemat, dan sebagainya.

Dengan demikian, untuk mengetahui hasil dari proses

pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai tersebut dalam

diri siswa perlu dilakukan penilaian.

f. Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas

kurikulum, seperti yang diuraikan diatas. Kompetensi-

kompetensi tersebut relevan juga untuk diimplementasikan

dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 1994 yang

masih berlaku.

3. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Cara-cara tersebut antara lain: observasi perilaku,

pertanyaan langsung, laporn pribadi, dan penggunaan skala

sikap.

a. observasi perilaku

b. pertannyaan langsung

c. laporan pribadi

d. skala sikap

Cara-cara tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai

berikut.

Observasi perilaku

Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan

kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang

yang biasa minum kopi, dapat dipahami sebagai

ecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu,

guru dapat melakukan observasi terhadap siswa yang

dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan

balik dalam pembinaan.

Pertanyaan langsung

Guru juga dapat mennyakan secara lngsung tentang sikap

siswa berkaitan dengan sesuaut hal. Misalnya, bagaimana

tanggapan siswa tentang kebijakkan yang baru diberlakukan

di sekolah tentang “ Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan

jawaban dan reaksi lain dari siswa dalam memberi jawaban

dapat dipahami sikapnya terhadap objek sikap tersebut.

Guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap

dan membina siswa.

Laporan pribadi

Penggunaan teknik ini di sekolah, misalnya: siswa

diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau

tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal,

yang menjadi objek sikap. Misalnya, siswa diminta menulis

pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi

akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh

siswa tersebut dapat dapat dibaca dan dipahami

kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Teknik ini agak sukar digunakan dalam mengukur dan

menilai sikap siswa secara klasikal. Guru memerlukan waktu

lebih banyak untuk membaca dan memahami sikap seluruh

siswa.

Skala sikap

Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para

pakar untuk mengukur sikap. Dalam naskah ini akan

diuraikan dua model saja, yakni Skala Diferensiasi

Semantik (Semantic Differential Techniques) dan Skala

Likert (Likert Scales). Dua model ini dipilih karena mudah

dan bermanfaat untuk diimplementasikan oleh guru dalam

proses

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku

untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik,

dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik

berupa orang - orangan maupun berupa objek - objek

tertentu

Ada beberapa teori penilaian sikap,yaitu : teori

pembelajaran, teori fungsional, teori pertimbangan

sosial, teori konsistensi.

Macam – macam skala dalam penilaian sikap: skala

likert, skala thurstone, guttman, semantic,

differential.

Beberapa komponen sikap yaitu:

afektif,kognitif,konatif.

Tujuan penilaian sikap yaitu: Untuk  mendapat  umpan

balik  (feedback) baik  bagi  guru  maupun  siswa

sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar

mengajar dan mengadakan program perbaikan bagi anak

didiknya.

2. Saran

Demikianlah makalah ini disusun semoga Tuhan membimbing

penulis agar tidak hanya sekedar bisa menulis tetapi

dapat merealisasikannya. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis, pembaca dan khususnya Mahasiswa

STKIP PGRI Jombang.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin zainal.2011.Evaluasi Pembelajaran.Bandung: PTRemaja

Rosdakarya

Suprananto,Kusaeri.2012.Pengukuran dan Penilaian

Pendidikan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widoyoko Putro,Eko.2012.Evaluai Program

Pembelajaran.Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Hayati,mimin.2007.Teknik dan Penilaian pada tingkat satuan

pendidikan.Jakarta:Gaung persada press.

Arikuto,S & Jabar. 2004. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara