Laporan Penilaian Status Gizi
-
Upload
ums-indonesia -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Laporan Penilaian Status Gizi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gizi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan seorang anak
untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya, terutama
pada masa usia sekolah. Upaya Peningkatan kualitas sumber daya
manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan berkembangnya
anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi
dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Anak
sekolah pada umumnya berada dalam masa pertumbuhan yang sangat
cepat dan aktif, pengaturan makanan yang bergizi baik, seimbang
dan beraneka ragam jenis akan memastikan kecukupan gizinya.
Diusia sekolah dasar, anak-anak sudah mulai mendapatkan uang
aku yang dapat digunakan untuk membeli makanan jajanannya
sendiri. Anak-anak sudah dapat melakukan pemilihan terhadap
makanan yang mereka konsumsi. Apabila anak tidak dibekali
dengan pemahaman yang baik mengenai pangan jajanan sehat dapat
menyebabkan anak mengalami “foodborne disease” karena
banyaknya makanan jajanan sekolah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa
depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan
dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan salah satu upaya
yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Kualitas1
hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status
gizi yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan.
Status gizi anak merupakan satu dari delapan tujuan yang akan
dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yang di
adopsi dari PBB Tahun 2000 (Todaro,2005).
Indikator pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan menurut
umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan
tinggi badan menurut umur (TB/U) sebagai alat untuk penilaian
status gizi anak serta indeks massa tubuh (IMT/U). Indikator
status gizi dapat menyebabkan keadaan kekurangan gizi pada anak
yaitu berat badan kurang (underweight), pendek (stunting), dan
kurus (wasting). (WHO, 2005).
Berdasarkan penelitian, di provinsi Jawa Tengah prevalensi
status gizi umur 6-12 tahun (TB/U) adalah 14,9% termasuk
kategori sangat pendek, 19,2% termasuk kategori pendek dan
65,95 termasuk kategori normal. Menurut jenis kelamin,
prevalensi kependekan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu
36,5% dari pada anak perempuan yaitu 34,5%. Sedangkan menurut
tempat tinggal, prevalensi anak kependekan di daerah perkotaan
sebesar 29,3% lebih rendah pada anak pedesaan yaitu 41,5%.
(Riskesdas 2010). Kelompok anak sekolah merupakan salah satu
segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman
dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran
strategi dalam perbaikan gizi masyarakat dan merupakan generasi
2
penerus tumpuan bangsa sehingga perlu disiapkan dengan baik
kualitasnya. (Depkes RI, 2001).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1.1. Mengetahui status gizi anak usia sekolah dasar di MI
Muhammadiyah Gonilan.
2. Tujuan Khusus
2.1. Mengetahui berat badan anak usia sekolah dasar di MI
Muhammadiyah Gonilan.
2.2. Mengetahui tinggi badan anak usia sekolah dasar di MI
Muhammadiyah Gonilan.
2.3. Mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) anak usia sekolah
dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.
C. MANFAAT
Laporan ini kami harapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Mahasiswa
Bagi mahasiswa, laporan ini bisa menjadi bahan masukan
bahwa materi gizi untuk anak usia sekolah sangat dibutuhkan
untuk menjadi seorang ahli gizi yang memiliki wawasan luas.
2. Masyarakat
Bagi masyarakat, khususnya untuk para ibu atau
orangtua, lebih memperhatikan gizi anaknya, terutama yang
3
masih berusia sekolah yang sangat membutuhkan asupan gizi
yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN ANAK SEKOLAH
Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia
6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak.
Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka,
teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa
anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu.
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12
tahun,memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual
serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya
pertumbuhan anakputri lebihcepat dari pada putra. Kebutuhan
gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan
dan pemeliharaan jaringan. Anak sekolah biasanya banyak
memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan
terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar,
akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus
mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu
istirahat cukup (Moehji, 2003)
4
Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada
beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi
yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaiatan erat
dengan masalah pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut
ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang
dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan
adat/kepercayaan yang terkait dengan tabumakanan. Sementara,
permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan
gizi saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.
Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia
terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama
justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian
obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan
masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi
pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan.
Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di
beberapa daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang
dramatis di beberapa daerah yang lain akan menambah beban yang
lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia
dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia
dan ekonomi (Hadi, 2005).5
B. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH
Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain
yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan
antara energy yang masuk dan keluar. Akibatnya tubuh anak
menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu
bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup
(Moehji,2003).
Karakteristik anak sekolah meliputi :
1) Pertumbuhan tidak secepat bayi
2) Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen
3) Lebih aktif memilih makanan yang disukai
4) Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat
5) Pertumbuhan lambat
6) Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja
C. STATUS GIZI
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan
tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan
pada data antropometri serta biokimia dan riwatat diit (Beck,
2000).
6
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan
oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan.
Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan,
yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala,
lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson,1990).
Didalam tubuh, zat gizi memiliki fungsi sebagai:
a. Memberi energi
Zat- zat gizi yang dapat memberikan energi adalah
karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat- zat gizi ini
menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan
kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah
paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat
pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat
pembakar.
b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan
tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel
baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam
fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.
c. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk
mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di
dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara
netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal
organisme yang bersifat infektif. (Almatsier, 2009).
7
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK SEKOLAH
1. Faktor Langsung
a. Konsumsi Makanan
Keadaan keseimbangan gizi tergantung dari tingkat
konsumsi kualitas hidangan yang menunjukan quantum suatu
zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Bila susunan hidangan
kebutuhan tubuh baik dari sudut kuantitas, maka tubuh akan
mendapatkan kesehatan gizi sebaik – baiknya.
Sebaliknya, konsumsi yang kurang baik dalam kualitas maupun
kuantitas akan memberi dampak kesehatan pangan dan gizi
yang baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan antara
banyaknya jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya
zat yang dibutuhkan tubuh.
b. Infeksi
Infeksi biasa berhubungan deangan gangguan gizi.
Infeksi sendiri mengakibatkan si penderita kehilangan bahan
makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu juga
penghancuran jaringan tubuh akan mengikat karena dipakai
untuk pembentukan protein atau enzim- enzim yang diperlukan
dalam usaha pertahanan tubuh. Gangguan gizi dan infeksi
sering bekerja secara sinergis, infeksi akan memperburuk
kemampuan seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi. Zat
gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh kembang guna
mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan.
8
2. Faktor tidak langsung
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah konsep didalam pikiran manusia
sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda
sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan –
penerangan yang keliru. Pengetahuan bertujuan untuk
mendapatkan kepastian serta menghilangkan ketidakpastian
dan adanya kepercayaan – kepercayaan yang tidak dapat
dibuktikan kebenaranya.
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan
dan konsumsi sehari – hari dengan baik dan memberikan semua
zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.
Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap
status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi
optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi
yang dibutuhkan tubuh.
Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan
status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi
dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek
yang membahayakan. (Almatsier, 1989). Dalam hal ini
pengetahuan orangtualah yang berperan dalam status gizi
anak.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha yang dilakaukan secara sadar,
sengaja, sistematis, dan terencana oleh orang dewasa kepada9
anak yang belum dewasa yang merupakan bimbingan,
pertolongan, dan kepemimpinan dengan tujuan agar anak dapat
mencapai tingkat kedewasaan jasmani dan rohani.
E. PENILAIAN STATUS GIZI
Penilaian status gizi dapat dinilai secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat
dibagi menjadi empat yaitu (Supariasa, 2001) :
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein energi. Ketidakseimbangan
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam
tubuh (Supariasa, 2001).
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
(1). Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang
memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat
sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak.
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat
labil. Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status
gizi seseorang saat ini.
Kelebihan indeks BB/U adalah :10
a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat
umum
b) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
c) Berat badan dapat berfluktuasi
d) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e) Dapat mendeteksi kegemukan
Kelemahan indeks BB/U adalah :
a). Dapat mengakibatkan intrepretasi status gizi yang
keliru bila terdapat edema
maupun acites.
b). Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan
tradisional, umur sering sulit untuk
ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang
belum baik.
c). Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak
dibawah usia lima tahun.
d). Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti
pengaruh pakaian atau gerakan
anak pada saat penimbangan.
e). Secara operasional sering mengalami hambatan karena
masalah sosial budaya
setempat.11
(2). Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi
badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang
sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka
indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan
Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U di samping
memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih
erat kaitannya dengan status social ekonomi.
Keuntungan indeks TB/U adalah :
a). Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
b). Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah
dibawa.
Kelemahan indeks TB/U adalah :
a). Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin
turun.
12
b). Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus
berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang untuk melakukannya.
c). Ketepatan umur sulit didapat.
(3). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu. Jeliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan
indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks
BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status
gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan
indeks yang independen terhadap umur.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB mempunyai
beberapa keuntungan dan kelemahan, seperti yang diuraikan
di bawah ini :
Keuntungan indeks BB/TB adalah :
a). Tidak memerlukan data umur
b). Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan
kurus)
Kelemahan indeks BB/TB adalah :
a). Tidak dapat menggambarkan apakah anak tersebut pendek,
cukup tinggi badan atau
kelebihan tinggi badan menurut umurnya.
13
b). Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam
melakukan pengukuran panjang,
tinggi badan pada kelompok balita.
c). Membutuhkan dua macam alat ukur.
d). Pengukuran relative lebih lama.
e). Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.
f). Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil
pengukuran, terutama bila
dilakukan oleh kelompok non-profesional.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara
cepat.survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda
dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).
c. Biokimia 14
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001). Metode ini
digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik
(Supariasa, 2001).
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan stuktur dari
jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu
seperti kejadian buta senja epidemik.
Penilaian Status Gizi secara tidak langsung dibagi menjadi
tiga, yaitu (Supariasa, 2001):
1) Survei Konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis
zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan
dapat membetrikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
15
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah
dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur. Angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi.
3) Faktor Ekologi.
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang
sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi
gizi.
F. JENIS DAN PARAMETER PENILAIAN STATUS GIZI
Parameter status gizi adalah ukuran yang menjadi patokan
dalam menentukan status gizi seseorang. Ada beberapa parameter
yang dapat digunakan dalam menilai status gizi seseorang, salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan antropometri.
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi
yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan16
yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah
adanyakecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1
tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak
perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah1 tahun adalah
12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan. ( Depkes, 1994)
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan
merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan
hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal
atau tidak (Supariasa, 2002). Berat badan merupakan hasil
peningkatan / penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh
antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh.
Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang
terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi
kesehatan (Soetjiningsih, 1998).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan bagian dari ukuran antropometri kedua
yang cukup penting. Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan
akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai
tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung
dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang17
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama
yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam
bentuk indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga
indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang
dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan
biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini
pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak
baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes
RI, 1994)
18
BAB III
METODE PENILAIAN STATUS GIZI
A. PENGUKURAN BERAT BADAN (BB)
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan
gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan
sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat
badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan
berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan
paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi
dari waktu ke waktu (Djumadias, Abunain, 1990). Berat badan
mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral
tulang dalam tubuh. Pada pengukuran antropometri di sekolah
dasar, berat badan ditimbang menggunakan timbangan injak
(bathroom scale).
Nama Alat : Timbangan Injak (bathroom scale)
Kapasitas : 120 kg
Ketelitian : 0,1 kg
Cara penggunaan timbangan injak (bathroom scale):
19
1. Meletakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak
mudah bergerak
2. Melihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol/
menerakan timbangan
3. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan jaket,
sepatu, topi, dan aksesoris
yang digunakan oleh anak)
4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
5. Melihat jarum timbangan sampai berhenti.
6. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan
B. PENGUKURAN TINGGI BADAN (TB)
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang
dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi
badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan20
yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun
(Depkes RI, 2004). Tinggi badan pada prinsipnya adalah mengukur
jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, punggung,
tulang belakang dan tulang tengkorak. Pada pengukuran
antropometri di sekolah dasar, tinggi badan diukur menggunakan
alat yang disebut microtoice.
Nama Alat : Microtoice
Kapasitas : 200 cm
Ketelitian : 0,1 cm
Cara menggunakan microtoice adalah:
1. Memilih tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90
derajat) dan permukaan
lantai yang horizontal (180 derajat).
2. Meletakan microtoice di lantai dan menarik pita centimeter
ke atas sepanjang dinding
sampai angka “0” muncul dan persis pada penunjuk angka
microtoice.
3. Memasang ujung microtoice pada dinding dengan lakban.
4. Memeriksa kembali alat penunjuk angka pada microtoice di
lantai apakah masih
menunjukan angka “0”.
5. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan sepatu,
sandal, topi)
6. Menggeser mikrotoice sampai menyentuh tepat pada bagian atas
kepala dan memastikan
sisi mikrotoice tetap menempel rapat ke dinding.21
7. Membaca penunjukan mikrotoice dengan pembacaan dilakukan
dari arah depan tegak
lurus dengan mikrotoice .
8. Mencatat hasil pengukuran tinggi badan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No NamaJenisKelamin Tanggal
Lahir Umur BB(kg)
TB(cm) IMT
KategoriStatusGizi
1 Abdhul Aziz
Laki-laki
19/01/2005
8 th 10bln
33 124,9
21,1
Gemuk
2 Arrizal P A
Laki-laki
23/03/2005
8 th 8 bln
20 116,5
14,7
Normal
3 Ahlam A M Laki-laki
04/06/2004
9 th 5 bln
33 119,8
22,9
Gemuk
4 Bagas YogaP
Laki-laki
09/10/2004
9 th 1 bln
28 125,6
17,7
Normal
5 Bima Arya S
Laki-laki
07/04/2005
8 th 7 bln
24 125 15,3
Normal
6 Daffa F R Laki-laki
15/05/2005
8 th 6 bln
25 126 15,7
Normal
7 Desliza Ayu A
Perempuan
08/03/2005
8 th 8 bln
17 115,2
12,8
Kurus
8 Dobbi A S Laki-laki
10/07/2005
8 th 4 bln
16 115,3
12,0
Kurus
9 Ega P N H Laki-laki
28/02/2005
8 th 8 bln
24 129,9
14,2
Normal
10 Hanifatul J
Perempuan
27/11/2004
8 th 11bln
40 127,7
24,5
Gemuk
11 Haris R T Laki- 05/04/20 8 th 7 22 124, 14, Normal22
laki 05 bln 4 212 M Lastiko
PLaki-laki
10/11/2005
8 th 0 bln
20 113,4
15,5
Normal
13 Rafa A A Laki-laki
13/01/2005
8 th 10bln
25 127,4
15,4
Normal
14 Sarah A A Perempuan
22/06/2005
8 th 5 bln
20 117,4
14,5
Normal
15 M Ilham A F
Laki-laki
19/06/2005
8 th 5 bln
20 114,8
15,1
Normal
16 Habib M F N
Laki-laki
17/07/2005
8 th 4 bln
25 119,2
17,6
Normal
17 Fatimah A Perempuan
26/12/2007
5 th 11bln
23 125,1
14,7
Normal
18 Nevin Shera A
Laki-laki
18/05/2005
8 th 6 bln
25 122,5
16,7
Normal
19 Alvin Rifki H
Laki-laki
22/04/2005
8 th 7 bln
23 122,8
15,3
Normal
20 Af’Idah F A
Perempuan
10/07/2004
9 th 4 bln
22 126,9
13,7
Kurus
21 Agsel Darma S
Laki-laki
04/02/2005
8 th 9 bln
21 120,2
14,5
Normal
22 Annisa N UF
Perempuan
28/07/2005
8 th 3 bln
31 124,8
19,9
Gemuk
23 Arum SekarL
Perempuan
04/05/2005
8 th 6 bln
25 125,5
15,8
Normal
24 Bima A R Laki-laki
10/09/2005
8 th 2 bln
22,5 120,6
15,4
Normal
25 Daffa F F Laki-laki
17/07/2005
8 th 4 bln
19 113 14,8
Normal
26 Destiva N A
Perempuan
12/07/2004
9 th 4 bln
19,5 116 14,4
Normal
27 Faris J Laki-laki
09/04/2005
8 th 7 bln
39 126,3
24,4
Gemuk
28 Fauzan A G Laki-laki
05/05/2004
9 th 6 bln
21 126,7
13,0
Kurus
29 Lathifah RN
Perempuan
26/08/2005
8 thn 3bln
18,5 118 13,2
Kurus
23
30 M Eka P Laki-laki
17/05/2005
8 th 6 bln
38 131,4
22,0
Gemuk
31 M Rafi M Laki-laki
19/07/2005
8 th 4 bln
24 128,7
14,5
Normal
32 Nana A H M Perempuan
19/09/2005
8 th 2 bln
23,5 123,6
15,3
Normal
33 Qoimah I B Perempuan
02/02/2005
8 th 9 bln
21 124 13,6
Normal
34 M Anwar Laki-laki
28/06/2006
7 th 4 bln
30,5 140,5
15,5
Normal
35 Uswatun K Perempuan
04/05/2005
8 th 6 bln
20,5 122,7
13,6
Normal
36 Zakia Ayu A
Perempuan
10/12/2004
8 th 11bln
29 133,5
16,2
Normal
37 Zahrina W Perempuan
06/11/2004
9 th 0 bln
24,5 128,1
14,9
Normal
38 Zuhriah M R
Perempuan
31/10/2005
8 th 0 bln
22 118,6
15,6
Normal
39 M Izzudin A F
Laki-laki
16/01/2005
8 th 10bln
22,5 129 13,5
Kurus
B. PEMBAHASAN
Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang diakibatkan
oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan makanan. Status gizi
seseorang dapat diukur menggunakan metode antropometri, dimana
metode ini dapat mengetahui adanya gangguan pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seseorang. Pengukuran antropometri
yang sering digunakan adalah pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
Pada tanggal 22 November 2013, kami melakukan pengukuran
antropometri di MI Muhammadiyah Gonilan dengan sampel siswa
kelas 3A dan 3B sebanyak 39 siswa. Pengukuran antropometri yang
24
kami lakukan meliputi penimbangan berat badan menggunakan
timbangan injak (bathroom scale) dan pengukuran tinggi badan
menggunakan microtoice. Dari data hasil pengukuran tersebut,
kami mendapatkan hasil bahwa
a. 69,23% anak memiliki IMT antara 14,2 -17,7 yang termasuk
dalam kategori status gizi normal.
b. 15,38 % anak memiliki IMT antara 19,9 - 24,5 yang termasuk
dalam kategori status gizi gemuk.
c. 15,38% anak memiliki IMT antara 12,0 - 13,7 yang termasuk
dalam status gizi kurus.
Gizi kurus pada anak sekolah dapat disebabkan oleh pola
makan yang tidak teratur ataupun konsumsi makanan yang tidak
baik. Jika konsumsi makanan yang diberikan pada anak sedikit
atau kurang baik dalam kualitas ataupun kuantitas akan
memberikan dampak yang tidak baik pula pada kesehatan anak.
Faktor lain yang menyebabkan anak kekurangan gizi adalah adanya
infeksi dan penyakit yang ditularkan. Anak-anak biasanya mudah
tertular penyakit serta sering mengalami infeksi yang umumnya
dikarenakan kegiatan yang sangat aktif dan di tempat yang
sembarangan.
Gizi lebih yang dimiliki siswa-siswi MI Muhammadiyah, dapat
disebabkan karena konsumsi makanan yang berlebihan dan zat gizi
yang lebih sehingga berdampak pada postur tubuh yang lebih atau
gemuk.
25
Untuk mengatasi anak yang mengalami gizi lebih ini bisa
dilakukan dengan mengurangi konsumsi makanan pada anak, agar
memiliki berat badan yang ideal. Peran orangtua juga sangat
diperlukan dalam mengatur pola makan pada anak agar mendapat
gizi seimbang, tidak memberikan uang jajan berlebih, karena
makanan/jajanan yang di konsumsi anak-anak sekolah belum tentu
sehat dan bergizi untuk tubuh anak itu sendiri. Selain itu
orangtua sebaiknya memberikan penjelasan kepada anak mengenai
makanan apa saja yang boleh untuk mereka konsumsi selama anak
berada di sekolah.
Kesulitan yang kami alami pada pengukuran antropometri di MI
Muhammadiyah Gonilan ini adalah adanya beberapa siswa yang
sulit untuk diatur saat akan pengukuran dan penimbangan,
seperti susah diminta untuk berdiri tegap. Hal seperti ini yang
kemungkinan akan menimbulkan data yang kurang valid.
26
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengukuran antropometri pada 39 siswa/siswi di MI
Muhammadiyah Gonilan, kami mendapatkan hasil bahwa persentase
siswa/siswi yang tergolong dalam gizi normal sebanyak 69,23%,
15,38% tergolong dalam gizi kurus, dan 15,38% tergolong dalam
gizi lebih.
2. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan
rata-rata berat badan sebesar 24,54 kg.
3. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan
rata-rata tinggi badan sebesar 123,36 cm.
4. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan
rata-rata IMT sebesar 16,00.
B. SARAN
27
1. Kepada pihak sekolah, hendaknya memperhatikan jenis makanan
yang dijual di lingkungan sekolah. Selain itu, sebaiknya
memberikan penjelasan kepada para penjual yang terindikasi
menjual makanan yang berbahaya bagi kesehatan anak, seperti
makanan yang mengandung pewarna dan pemanis buatan agar tidak
menjual lagi makanan tersebut.
2. Kepada pihak orangtua siswa, hendaknya memberikan makanan
yang bergizi kepada anak, memberikan penjelasan kepada anak
mengenai makanan yang menyehatkan, dan lebih baik orangtua
membawakan bekal makanan dari rumah, sehingga anak tidak
jajan sembarangan di sekolah.
28