Laporan Penilaian Status Gizi

28
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gizi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan seorang anak untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya, terutama pada masa usia sekolah. Upaya Peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Anak sekolah pada umumnya berada dalam masa pertumbuhan yang sangat cepat dan aktif, pengaturan makanan yang bergizi baik, seimbang dan beraneka ragam jenis akan memastikan kecukupan gizinya. Diusia sekolah dasar, anak-anak sudah mulai mendapatkan uang aku yang dapat digunakan untuk membeli makanan jajanannya sendiri. Anak-anak sudah dapat melakukan pemilihan terhadap makanan yang mereka konsumsi. Apabila anak tidak dibekali dengan pemahaman yang baik mengenai pangan jajanan sehat dapat menyebabkan anak mengalami “foodborne disease” karena banyaknya makanan jajanan sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan salah satu upaya yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Kualitas 1

Transcript of Laporan Penilaian Status Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gizi merupakan komponen yang sangat dibutuhkan seorang anak

untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangannya, terutama

pada masa usia sekolah. Upaya Peningkatan kualitas sumber daya

manusia harus dilakukan sejak dini. Tumbuh dan berkembangnya

anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi

dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Anak

sekolah pada umumnya berada dalam masa pertumbuhan yang sangat

cepat dan aktif, pengaturan makanan yang bergizi baik, seimbang

dan beraneka ragam jenis akan memastikan kecukupan gizinya.

Diusia sekolah dasar, anak-anak sudah mulai mendapatkan uang

aku yang dapat digunakan untuk membeli makanan jajanannya

sendiri. Anak-anak sudah dapat melakukan pemilihan terhadap

makanan yang mereka konsumsi. Apabila anak tidak dibekali

dengan pemahaman yang baik mengenai pangan jajanan sehat dapat

menyebabkan anak mengalami “foodborne disease” karena

banyaknya makanan jajanan sekolah yang tidak memenuhi syarat

kesehatan.

Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa

depan yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan

dan perbaikan kualitas hidup anak merupakan salah satu upaya

yang penting bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Kualitas1

hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui keadaan status

gizi yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan.

Status gizi anak merupakan satu dari delapan tujuan yang akan

dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yang di

adopsi dari PBB Tahun 2000 (Todaro,2005).

Indikator pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan menurut

umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan

tinggi badan menurut umur (TB/U) sebagai alat untuk penilaian

status gizi anak serta indeks massa tubuh (IMT/U). Indikator

status gizi dapat menyebabkan keadaan kekurangan gizi pada anak

yaitu berat badan kurang (underweight), pendek (stunting), dan

kurus (wasting). (WHO, 2005).

Berdasarkan penelitian, di provinsi Jawa Tengah prevalensi

status gizi umur 6-12 tahun (TB/U) adalah 14,9% termasuk

kategori sangat pendek, 19,2% termasuk kategori pendek dan

65,95 termasuk kategori normal. Menurut jenis kelamin,

prevalensi kependekan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu

36,5% dari pada anak perempuan yaitu 34,5%. Sedangkan menurut

tempat tinggal, prevalensi anak kependekan di daerah perkotaan

sebesar 29,3% lebih rendah pada anak pedesaan yaitu 41,5%.

(Riskesdas 2010). Kelompok anak sekolah merupakan salah satu

segmen penting di masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman

dan kesadaran gizi sejak dini. Anak sekolah merupakan sasaran

strategi dalam perbaikan gizi masyarakat dan merupakan generasi

2

penerus tumpuan bangsa sehingga perlu disiapkan dengan baik

kualitasnya. (Depkes RI, 2001).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

1.1. Mengetahui status gizi anak usia sekolah dasar di MI

Muhammadiyah Gonilan.

2. Tujuan Khusus

2.1. Mengetahui berat badan anak usia sekolah dasar di MI

Muhammadiyah Gonilan.

2.2. Mengetahui tinggi badan anak usia sekolah dasar di MI

Muhammadiyah Gonilan.

2.3. Mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) anak usia sekolah

dasar di MI Muhammadiyah Gonilan.

C. MANFAAT

Laporan ini kami harapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai

berikut:

1. Mahasiswa

Bagi mahasiswa, laporan ini bisa menjadi bahan masukan

bahwa materi gizi untuk anak usia sekolah sangat dibutuhkan

untuk menjadi seorang ahli gizi yang memiliki wawasan luas.

2. Masyarakat

Bagi masyarakat, khususnya untuk para ibu atau

orangtua, lebih memperhatikan gizi anaknya, terutama yang

3

masih berusia sekolah yang sangat membutuhkan asupan gizi

yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN ANAK SEKOLAH

Menurut Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia

6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak.

Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas

perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka,

teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa

anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan

penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu.

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12

tahun,memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual

serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya

pertumbuhan anakputri lebihcepat dari pada putra. Kebutuhan

gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan

dan pemeliharaan jaringan. Anak sekolah biasanya banyak

memiliki aktivitas bermain yang menguras banyak tenaga, dengan

terjadi ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar,

akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus

mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu

istirahat cukup (Moehji, 2003)

4

Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada

beberapa segi kesejahteraan perorangan dan atau masyarakat yang

disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi

yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi berkaiatan erat

dengan masalah pangan. Masalah pangan antara lain menyangkut

ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi pangan yang

dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan dan

adat/kepercayaan yang terkait dengan tabumakanan. Sementara,

permasalahan gizi tidak hanya terbatas pada kondisi kekurangan

gizi saja melainkan tercakup pula kondisi kelebihan gizi.

Di beberapa daerah pada sekelompok masyarakat Indonesia

terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama

justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi, meledaknya kejadian

obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan

masalah baru yang mempunyai konsekuensi yang serius bagi

pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan.

Dengan kata lain, masih tingginya prevalensi kurang gizi di

beberapa daerah dan meningkatnya prevalensi obesitas yang

dramatis di beberapa daerah yang lain akan menambah beban yang

lebih komplek dan harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia

dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia

dan ekonomi (Hadi, 2005).5

B. KARAKTERISTIK ANAK SEKOLAH

Anak sekolah biasanya banyak memiliki aktivitas bermain

yang menguras banyak tenaga, dengan terjadi ketidakseimbangan

antara energy yang masuk dan keluar. Akibatnya tubuh anak

menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus mengontrol waktu

bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat cukup

(Moehji,2003).

Karakteristik anak sekolah meliputi :

1)      Pertumbuhan tidak secepat bayi

2)      Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen

3)      Lebih aktif memilih makanan yang disukai

4)      Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat

5)      Pertumbuhan lambat

6)      Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja

C. STATUS GIZI

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan

nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan

tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai

status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara

kebutuhan dan masukan nutrien.

Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan

pada data antropometri serta biokimia dan riwatat diit (Beck,

2000).

6

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan

oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan.

Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan,

yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala,

lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson,1990).

Didalam tubuh, zat gizi memiliki fungsi sebagai:

a. Memberi energi

Zat- zat gizi yang dapat memberikan energi adalah

karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat- zat gizi ini

menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan

kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah

paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat

pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat

pembakar.

b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh

Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan

tubuh. Oleh karena itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel

baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam

fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.

c. Mengatur Proses Tubuh

Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk

mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air di

dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara

netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal

organisme yang bersifat infektif. (Almatsier, 2009).

7

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI ANAK SEKOLAH

1. Faktor Langsung

a. Konsumsi Makanan

Keadaan keseimbangan gizi tergantung dari tingkat

konsumsi kualitas hidangan yang menunjukan quantum suatu

zat gizi terhadap kebutuhan hidup. Bila susunan hidangan

kebutuhan tubuh baik dari sudut kuantitas, maka tubuh akan

mendapatkan kesehatan gizi sebaik – baiknya.

Sebaliknya, konsumsi yang kurang baik dalam kualitas maupun

kuantitas akan memberi dampak kesehatan pangan dan gizi

yang baik ditentukan oleh terciptanya keseimbangan antara

banyaknya jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan banyaknya

zat yang dibutuhkan tubuh.

b. Infeksi

Infeksi biasa berhubungan deangan gangguan gizi.

Infeksi sendiri mengakibatkan si penderita kehilangan bahan

makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu juga

penghancuran jaringan tubuh akan mengikat karena dipakai

untuk pembentukan protein atau enzim- enzim yang diperlukan

dalam usaha pertahanan tubuh. Gangguan gizi dan infeksi

sering bekerja secara sinergis, infeksi akan memperburuk

kemampuan seseorang untuk mengatasi penyakit infeksi. Zat

gizi dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh kembang guna

mencapai hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan.

8

2. Faktor tidak langsung

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah konsep didalam pikiran manusia

sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda

sekali dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan –

penerangan yang keliru. Pengetahuan bertujuan untuk

mendapatkan kepastian serta menghilangkan ketidakpastian

dan adanya kepercayaan – kepercayaan yang tidak dapat

dibuktikan kebenaranya.

Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan

dan konsumsi sehari – hari dengan baik dan memberikan semua

zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.

Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap

status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi

optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi

yang dibutuhkan tubuh.

Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami

kekurangan satu atau lebih zat gizi essential. Sedangkan

status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi

dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek

yang membahayakan. (Almatsier, 1989). Dalam hal ini

pengetahuan orangtualah yang berperan dalam status gizi

anak.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha yang dilakaukan secara sadar,

sengaja, sistematis, dan terencana oleh orang dewasa kepada9

anak yang belum dewasa yang merupakan bimbingan,

pertolongan, dan kepemimpinan dengan tujuan agar anak dapat

mencapai tingkat kedewasaan jasmani dan rohani.

E. PENILAIAN STATUS GIZI

Penilaian status gizi dapat dinilai secara langsung dan

tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat

dibagi menjadi empat yaitu (Supariasa, 2001) :

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein energi. Ketidakseimbangan

ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam

tubuh (Supariasa, 2001).

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:

(1). Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat

sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak.

Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat

labil. Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status

gizi seseorang saat ini.

Kelebihan indeks BB/U adalah :10

a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat

umum

b) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

c) Berat badan dapat berfluktuasi

d) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

e) Dapat mendeteksi kegemukan

Kelemahan indeks BB/U adalah :

a). Dapat mengakibatkan intrepretasi status gizi yang

keliru bila terdapat edema

maupun acites.

b). Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan

tradisional, umur sering sulit untuk

ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang

belum baik.

c). Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak

dibawah usia lima tahun.

d). Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti

pengaruh pakaian atau gerakan

anak pada saat penimbangan.

e). Secara operasional sering mengalami hambatan karena

masalah sosial budaya

setempat.11

(2). Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi

badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan

tinggi badan tidak seperti berat badan, relative kurang

sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi

badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka

indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan

Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U di samping

memberikan gambaran status gizi masa lampau, juga lebih

erat kaitannya dengan status social ekonomi.

Keuntungan indeks TB/U adalah :

a). Baik untuk menilai status gizi masa lampau.

b). Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah

dibawa.

Kelemahan indeks TB/U adalah :

a). Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin

turun.

12

b). Pengukuran relative sulit dilakukan karena anak harus

berdiri tegak, sehingga

diperlukan dua orang untuk melakukannya.

c). Ketepatan umur sulit didapat.

(3). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

tertentu. Jeliffe pada tahun 1966 telah memperkenalkan

indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks

BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status

gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan

indeks yang independen terhadap umur.

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB mempunyai

beberapa keuntungan dan kelemahan, seperti yang diuraikan

di bawah ini :

Keuntungan indeks BB/TB adalah :

a). Tidak memerlukan data umur

b). Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan

kurus)

Kelemahan indeks BB/TB adalah :

a). Tidak dapat menggambarkan apakah anak tersebut pendek,

cukup tinggi badan atau

kelebihan tinggi badan menurut umurnya.

13

b). Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam

melakukan pengukuran panjang,

tinggi badan pada kelompok balita.

c). Membutuhkan dua macam alat ukur.

d). Pengukuran relative lebih lama.

e). Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

f). Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil

pengukuran, terutama bila

dilakukan oleh kelompok non-profesional.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada

organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar

tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara

cepat.survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-

tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat

gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status

gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda

dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).

c. Biokimia 14

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001). Metode ini

digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi

keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis

yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih

banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik

(Supariasa, 2001).

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi

(khususnya jaringan) dan melihat perubahan stuktur dari

jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu

seperti kejadian buta senja epidemik.

Penilaian Status Gizi secara tidak langsung dibagi menjadi

tiga, yaitu (Supariasa, 2001):

1) Survei Konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis

zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan

dapat membetrikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi

pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat

mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

15

2) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah

dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur. Angka kesakitan dan kematian

akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan

dengan gizi.

3) Faktor Ekologi.

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,

biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,

irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang

sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu

masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi

gizi.

F. JENIS DAN PARAMETER PENILAIAN STATUS GIZI

Parameter status gizi adalah ukuran yang menjadi patokan

dalam menentukan status gizi seseorang. Ada beberapa parameter

yang dapat digunakan dalam menilai status gizi seseorang, salah

satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal

dengan antropometri.

a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,

kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi

yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan16

yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah

adanyakecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1

tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak

perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah1 tahun adalah

12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah

dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak

diperhitungkan. ( Depkes, 1994)

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan

gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan

merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan

hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal

atau tidak (Supariasa, 2002). Berat badan merupakan hasil

peningkatan / penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh

antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh.

Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang

terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi

kesehatan (Soetjiningsih, 1998).

c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan bagian dari ukuran antropometri kedua

yang cukup penting. Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan

akan meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai

tinggi yang optimal. Di samping itu tinggi badan dapat dihitung

dengan dibandingkan berat badan dan dapat mengesampingkan umur.

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang17

dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi

badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama

yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan

kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam

bentuk indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga

indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang

dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan

biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini

pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak

baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes

RI, 1994)

18

BAB III

METODE PENILAIAN STATUS GIZI

A. PENGUKURAN BERAT BADAN (BB)

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan

gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan

sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena

penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat

badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan

menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan

berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam

penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan

paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu

pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi

kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi

dari waktu ke waktu (Djumadias, Abunain, 1990). Berat badan

mencerminkan jumlah protein, lemak, air, dan massa mineral

tulang dalam tubuh. Pada pengukuran antropometri di sekolah

dasar, berat badan ditimbang menggunakan timbangan injak

(bathroom scale).

Nama Alat : Timbangan Injak (bathroom scale)

Kapasitas : 120 kg

Ketelitian : 0,1 kg

Cara penggunaan timbangan injak (bathroom scale):

19

1. Meletakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak

mudah bergerak

2. Melihat posisi jarum atau angka menunjuk angka nol/

menerakan timbangan

3. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan jaket,

sepatu, topi, dan aksesoris

yang digunakan oleh anak)

4. Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi

5. Melihat jarum timbangan sampai berhenti.

6. Membaca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau

angka timbangan

B. PENGUKURAN TINGGI BADAN (TB)

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang

dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi

badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu

terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir

rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan

dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U (tinggi badan menurut

umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi

Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang

lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan

indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan20

yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun

(Depkes RI, 2004). Tinggi badan pada prinsipnya adalah mengukur

jaringan tulang skeletal yang terdiri dari kaki, punggung,

tulang belakang dan tulang tengkorak. Pada pengukuran

antropometri di sekolah dasar, tinggi badan diukur menggunakan

alat yang disebut microtoice.

Nama Alat : Microtoice

Kapasitas : 200 cm

Ketelitian : 0,1 cm

Cara menggunakan microtoice adalah:

1. Memilih tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90

derajat) dan permukaan

lantai yang horizontal (180 derajat).

2. Meletakan microtoice di lantai dan menarik pita centimeter

ke atas sepanjang dinding

sampai angka “0” muncul dan persis pada penunjuk angka

microtoice.

3. Memasang ujung microtoice pada dinding dengan lakban.

4. Memeriksa kembali alat penunjuk angka pada microtoice di

lantai apakah masih

menunjukan angka “0”.

5. Meminimalkan pakaian yang dipakai anak (melepaskan sepatu,

sandal, topi)

6. Menggeser mikrotoice sampai menyentuh tepat pada bagian atas

kepala dan memastikan

sisi mikrotoice tetap menempel rapat ke dinding.21

7. Membaca penunjukan mikrotoice dengan pembacaan dilakukan

dari arah depan tegak

lurus  dengan mikrotoice .

8. Mencatat hasil pengukuran tinggi badan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

No NamaJenisKelamin Tanggal

Lahir Umur BB(kg)

TB(cm) IMT

KategoriStatusGizi

1 Abdhul Aziz

Laki-laki

19/01/2005

8 th 10bln

33 124,9

21,1

Gemuk

2 Arrizal P A

Laki-laki

23/03/2005

8 th 8 bln

20 116,5

14,7

Normal

3 Ahlam A M Laki-laki

04/06/2004

9 th 5 bln

33 119,8

22,9

Gemuk

4 Bagas YogaP

Laki-laki

09/10/2004

9 th 1 bln

28 125,6

17,7

Normal

5 Bima Arya S

Laki-laki

07/04/2005

8 th 7 bln

24 125 15,3

Normal

6 Daffa F R Laki-laki

15/05/2005

8 th 6 bln

25 126 15,7

Normal

7 Desliza Ayu A

Perempuan

08/03/2005

8 th 8 bln

17 115,2

12,8

Kurus

8 Dobbi A S Laki-laki

10/07/2005

8 th 4 bln

16 115,3

12,0

Kurus

9 Ega P N H Laki-laki

28/02/2005

8 th 8 bln

24 129,9

14,2

Normal

10 Hanifatul J

Perempuan

27/11/2004

8 th 11bln

40 127,7

24,5

Gemuk

11 Haris R T Laki- 05/04/20 8 th 7 22 124, 14, Normal22

laki 05 bln 4 212 M Lastiko

PLaki-laki

10/11/2005

8 th 0 bln

20 113,4

15,5

Normal

13 Rafa A A Laki-laki

13/01/2005

8 th 10bln

25 127,4

15,4

Normal

14 Sarah A A Perempuan

22/06/2005

8 th 5 bln

20 117,4

14,5

Normal

15 M Ilham A F

Laki-laki

19/06/2005

8 th 5 bln

20 114,8

15,1

Normal

16 Habib M F N

Laki-laki

17/07/2005

8 th 4 bln

25 119,2

17,6

Normal

17 Fatimah A Perempuan

26/12/2007

5 th 11bln

23 125,1

14,7

Normal

18 Nevin Shera A

Laki-laki

18/05/2005

8 th 6 bln

25 122,5

16,7

Normal

19 Alvin Rifki H

Laki-laki

22/04/2005

8 th 7 bln

23 122,8

15,3

Normal

20 Af’Idah F A

Perempuan

10/07/2004

9 th 4 bln

22 126,9

13,7

Kurus

21 Agsel Darma S

Laki-laki

04/02/2005

8 th 9 bln

21 120,2

14,5

Normal

22 Annisa N UF

Perempuan

28/07/2005

8 th 3 bln

31 124,8

19,9

Gemuk

23 Arum SekarL

Perempuan

04/05/2005

8 th 6 bln

25 125,5

15,8

Normal

24 Bima A R Laki-laki

10/09/2005

8 th 2 bln

22,5 120,6

15,4

Normal

25 Daffa F F Laki-laki

17/07/2005

8 th 4 bln

19 113 14,8

Normal

26 Destiva N A

Perempuan

12/07/2004

9 th 4 bln

19,5 116 14,4

Normal

27 Faris J Laki-laki

09/04/2005

8 th 7 bln

39 126,3

24,4

Gemuk

28 Fauzan A G Laki-laki

05/05/2004

9 th 6 bln

21 126,7

13,0

Kurus

29 Lathifah RN

Perempuan

26/08/2005

8 thn 3bln

18,5 118 13,2

Kurus

23

30 M Eka P Laki-laki

17/05/2005

8 th 6 bln

38 131,4

22,0

Gemuk

31 M Rafi M Laki-laki

19/07/2005

8 th 4 bln

24 128,7

14,5

Normal

32 Nana A H M Perempuan

19/09/2005

8 th 2 bln

23,5 123,6

15,3

Normal

33 Qoimah I B Perempuan

02/02/2005

8 th 9 bln

21 124 13,6

Normal

34 M Anwar Laki-laki

28/06/2006

7 th 4 bln

30,5 140,5

15,5

Normal

35 Uswatun K Perempuan

04/05/2005

8 th 6 bln

20,5 122,7

13,6

Normal

36 Zakia Ayu A

Perempuan

10/12/2004

8 th 11bln

29 133,5

16,2

Normal

37 Zahrina W Perempuan

06/11/2004

9 th 0 bln

24,5 128,1

14,9

Normal

38 Zuhriah M R

Perempuan

31/10/2005

8 th 0 bln

22 118,6

15,6

Normal

39 M Izzudin A F

Laki-laki

16/01/2005

8 th 10bln

22,5 129 13,5

Kurus

B. PEMBAHASAN

Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang diakibatkan

oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan makanan. Status gizi

seseorang dapat diukur menggunakan metode antropometri, dimana

metode ini dapat mengetahui adanya gangguan pertumbuhan fisik

dan proporsi jaringan tubuh seseorang. Pengukuran antropometri

yang sering digunakan adalah pengukuran berat badan dan tinggi

badan.

Pada tanggal 22 November 2013, kami melakukan pengukuran

antropometri di MI Muhammadiyah Gonilan dengan sampel siswa

kelas 3A dan 3B sebanyak 39 siswa. Pengukuran antropometri yang

24

kami lakukan meliputi penimbangan berat badan menggunakan

timbangan injak (bathroom scale) dan pengukuran tinggi badan

menggunakan microtoice. Dari data hasil pengukuran tersebut,

kami mendapatkan hasil bahwa

a. 69,23% anak memiliki IMT antara 14,2 -17,7 yang termasuk

dalam kategori status gizi normal.

b. 15,38 % anak memiliki IMT antara 19,9 - 24,5 yang termasuk

dalam kategori status gizi gemuk.

c. 15,38% anak memiliki IMT antara 12,0 - 13,7 yang termasuk

dalam status gizi kurus.

Gizi kurus pada anak sekolah dapat disebabkan oleh pola

makan yang tidak teratur ataupun konsumsi makanan yang tidak

baik. Jika konsumsi makanan yang diberikan pada anak sedikit

atau kurang baik dalam kualitas ataupun kuantitas akan

memberikan dampak yang tidak baik pula pada kesehatan anak.

Faktor lain yang menyebabkan anak kekurangan gizi adalah adanya

infeksi dan penyakit yang ditularkan. Anak-anak biasanya mudah

tertular penyakit serta sering mengalami infeksi yang umumnya

dikarenakan kegiatan yang sangat aktif dan di tempat yang

sembarangan.

Gizi lebih yang dimiliki siswa-siswi MI Muhammadiyah, dapat

disebabkan karena konsumsi makanan yang berlebihan dan zat gizi

yang lebih sehingga berdampak pada postur tubuh yang lebih atau

gemuk.

25

Untuk mengatasi anak yang mengalami gizi lebih ini bisa

dilakukan dengan mengurangi konsumsi makanan pada anak, agar

memiliki berat badan yang ideal. Peran orangtua juga sangat

diperlukan dalam mengatur pola makan pada anak agar mendapat

gizi seimbang, tidak memberikan uang jajan berlebih, karena

makanan/jajanan yang di konsumsi anak-anak sekolah belum tentu

sehat dan bergizi untuk tubuh anak itu sendiri. Selain itu

orangtua sebaiknya memberikan penjelasan kepada anak mengenai

makanan apa saja yang boleh untuk mereka konsumsi selama anak

berada di sekolah.

Kesulitan yang kami alami pada pengukuran antropometri di MI

Muhammadiyah Gonilan ini adalah adanya beberapa siswa yang

sulit untuk diatur saat akan pengukuran dan penimbangan,

seperti susah diminta untuk berdiri tegap. Hal seperti ini yang

kemungkinan akan menimbulkan data yang kurang valid.

26

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dari hasil pengukuran antropometri pada 39 siswa/siswi di MI

Muhammadiyah Gonilan, kami mendapatkan hasil bahwa persentase

siswa/siswi yang tergolong dalam gizi normal sebanyak 69,23%,

15,38% tergolong dalam gizi kurus, dan 15,38% tergolong dalam

gizi lebih.

2. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan

rata-rata berat badan sebesar 24,54 kg.

3. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan

rata-rata tinggi badan sebesar 123,36 cm.

4. Dari hasil pengukuran pada 39 siswa/siswi, kami mendapatkan

rata-rata IMT sebesar 16,00.

B. SARAN

27

1. Kepada pihak sekolah, hendaknya memperhatikan jenis makanan

yang dijual di lingkungan sekolah. Selain itu, sebaiknya

memberikan penjelasan kepada para penjual yang terindikasi

menjual makanan yang berbahaya bagi kesehatan anak, seperti

makanan yang mengandung pewarna dan pemanis buatan agar tidak

menjual lagi makanan tersebut.

2. Kepada pihak orangtua siswa, hendaknya memberikan makanan

yang bergizi kepada anak, memberikan penjelasan kepada anak

mengenai makanan yang menyehatkan, dan lebih baik orangtua

membawakan bekal makanan dari rumah, sehingga anak tidak

jajan sembarangan di sekolah.

28