MAKALAH PENDIDIKAN DAN KONSELING GIZI

22
MAKALAH PENDIDIKAN DAN KONSELING GIZI PRINSIP DAN KONSEP DASAR PERUBAHAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA Kelompok 3 : DEBORA YUSUF FRIEDA ROSITA MAJID IVA SARININGSIH MERI LEVINA DANIRIYANTI KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA Ii

Transcript of MAKALAH PENDIDIKAN DAN KONSELING GIZI

MAKALAH PENDIDIKAN DAN KONSELING GIZI

PRINSIP DAN KONSEP DASAR PERUBAHAN PERILAKU DAN SOSIAL BUDAYA

Kelompok 3 :

DEBORA YUSUF

FRIEDA ROSITA MAJID

IVA SARININGSIH

MERI LEVINA DANIRIYANTI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

Ii

JURUSAN GIZI

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas

penyusunan makalah dari mata kuliah Pendidikan dan Konseling Gizi

(PKG) dengan judul “Prinsip dan Konsep Dasar Perubahan Perilaku

dan Sosial Budaya” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini terwujud atas bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan

kelancaran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini

tepat pada waktunya.

2. Dr.Suwono selaku dosen pengampu mata kuliah Anatomi dan

Fisiologi yang telah membantu dan menyampaikan materi

dengan baik.

3. Anggota kelompok 3 yang telah bekerja sama dengan baik

sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh

dari sempurna. Namun penyusun berharap, semoga makalah ini

bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Ii

Yogyakarta, Oktober 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dari sisi psikologis manusia, maka setiap perilaku

seseorang dipengaruhi oleh pikirannya. Menurut sudut pandang

faham psikologi kognitif, semua perilaku manusia dipengaruhi

oleh cara berpikir manusia tersebut. Hasil olah pikir

manusia itulah yang memotivasi perilaku manusia. Sedangkan

menurut faham psikoanalisis, perilaku manusia dipengaruhi

Ii

oleh mentalitas manusia tersebut. Dari sudut pandang

metafisik, dipahami bahwa tindakan manusia atau perilaku

manusia itu di pengaruhi oleh cara berpikir manusia

tersebut, dipengaruhi oleh akal manusia tersebut dan akal

manusia dipengaruhi oleh dorongan hatinya. Keinginan atau

dorongan hati itulah yang mempengaruhi akal pikir dan

kemudian menggerakkan manusia untuk berbuat atau bertindak.

Baik perspektif psikologis yang digunakan, maupun perspektif

metafisik yang digunakan, semua menuju ke satu arah, yaitu

jika ingin dilakukan sebuah perubahan di dalam perilaku

seseorang, maka ada sesuatu dalam diri orang tersebut yang

harus diubah dan dididik. Baik akal pikir atau cara

berpikirnya, maupun dari sisi motivasi hatinya.

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat turut

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Perubahan itu dapat

terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, tingkah laku

termasuk pada hidupnya. Didalam masyarakat akan terlihat

dengan jelas masyarakat yang mendapat pengaruh perubahan

sosial budaya dan masyarakat yang tidak mendapat pengaruh.

Berdasarkan hal tersebut, perlulah kiranya menguraikan

perilaku masyarakat dalam perubahan sosial budaya di era

globalisasi.

Perubahan terjadi pada setiap masyarakat selama

hidupnya pasti akan mengalami perubahan. Perubahan bagi

masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang

Ii

menilainya, dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak

menarik dalam arti yang kurang mencolok. Ada pula perubahan-

perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta

ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada

yang berjalan cepat. Perubahan-perubahan masyarakat dapat

mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola

perilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,

lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang,

interaksi sosial dan lain sebagainnya. Di dalam perubahan

sosial masyarakat terklasifikasi antara masyarakat statis

dan dinamis. Masyarakat yang statis ialah masyarakat yang

sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat,

sedangkan masyarakat dinamis ialah masyarakat yang mengalami

berbagai perubahan yang cepat. Sehingga perubahan sosial

ialah segala perubahan pada lembag-lembaga kemasyarakatan di

dalam suatu-suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem

sosialnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari perilaku?

2. Apa ciri-ciri perubahan perilaku?

3. Sebutkan bentuk-bentuk perubahan perilaku?

4. Sebutkan proses perubahan perilaku?

5. Apa hubungan antara perubahan social dengan perubahan

kebudayaan?

Ii

6. Factor apa yang menyebabakan perubahan social dan

kebudayaan?

7. Factor apa saja yang mempengaruhi jalannya proses

perubahan?

8. Proses-proses perubahan social dan kebudayaaan?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian dari perilaku

2. Mengetahui ciri dari perubahan perilaku

3. Mengetahui bentuk perubahan perilaku

4. Mengetahui proses perubahan perilaku

5. Mengetahui hubungan antara perubahan social dengan

perubahan kebudayaan

6. Mengetahui factor yang menyebabkan perubahan social dan

kebudayaan

7. Mengetaui factor yang mempengaruhi jalannya proses

perubahan

8. Mengetahui proses-proses perubahan social dan kebudayaan

BAB II

Ii

ISI

1. PERILAKU

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang

dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan

kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini.

Perilaku manusia pada dasarnya terdiri dari komponen pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) atau

tindakan. Dalam konteks ini maka setiap perbuatan seseorang dalam

merespon sesuatu pastilah terkonseptualisasikan dari ketiga ranah

ini. Perbuatan seseorang atau respon seseorang terhadap rangsang

yang datang, didasari oleh seberapa jauh pengetahuannya terhadap

rangsang tersebut, bagaimana perasaan dan penerimaannya berupa

sikap terhadap obyek rangsang tersebut, dan seberapa besar

keterampilannya dalam melaksanakan atau melakukan perbuatan yang

diharapkan.

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan

pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Dengan demikian

pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah bervariatif dengan

asumsi senantiasa manusia akan mendapatkan proses pengalaman atau

mengalami. Proses pengetahuan tersebut menurut Brunner melibatkan

tiga aspek, yaitu :

1. Proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi

baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh

sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya.

Ii

2. Proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan

agar sesuai dengan tugas-tugas baru.

3. Proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara mengolah

informasi telah memadai.

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang

yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu

dalam lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif

terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni

bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Ini berarti

sikap seseorang akan keterampilan pada kesetujuan-

ketidaksetujuan, atau suka-tidak suka terhadap sesuatu.

Keterampilan adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang

yang menggambarkan kemampuan kegiatan motorik dalam kawasan

psikomotor. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan

saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah

ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam

keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu. Dalam hal ini

terdapat kecenderungan terkoordinasikannya aktivitas fisik karena

pengenalan dan kelenturan jasmani untuk digerakkan sesuai

ketentuan gerakan yang mestinya dilakukan . Keterampilan adalah

kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan

tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk

mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi

Ii

gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang

bersifat kognitif.

Perubahan kearah perilaku yang diharapkan (expected behavior)

berupa perilaku yang lebih baik, hanya dapat dilakukan melalui

proses yang disengaja dengan grand design mencakup proses:

1. Pendidikan informal.

Diperlukan konsistensi proses belajar informal dalam keluarga,

dalam pergaulan di masyarakat, dan individu-individu kunci yang

akan dijadikan model oleh publik.

2. Pendidikan non formal.

Dalam proses ini pemerintah dan masyarakat melakukan upaya aktif

untuk meningkatkan daya upaya proses pembelajaran yang dilakukan

secara insidental atau regular, melalui pendekatan pelatihan,

kursus-kursus atau seminar-seminar.

3. Pendidikan formal.

Kebutuhan pendekatan khusus sehingga proses belajar formal ini

tidak terjebak oleh formalitas yang hanya mampu mentransfer

pengetahuan tanpa memberikan “bekas” ruh jiwa pada peserta didik.

2. CIRI-CIRI PERUBAHAN PERILAKU

Perubahan perilaku menurut, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-

ciri dari perubahan perilaku, yaitu :

1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

Ii

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan

disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga

dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari

bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya

pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya

semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu

proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar

tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang

berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu

juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari

bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan

memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang

berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki

pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan

keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga,

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh

itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap

dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa

telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat

Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar

Ii

Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya

tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat

dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar

Mengajar”.

3. Perubahan yang fungsional.

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik

untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi

pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam

psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari

dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun

mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya

kelak ketika dia menjadi guru.

4. Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan

menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa

sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap

bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu

mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau

perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun

Ii

setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia

memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip

perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan

individu jika dia kelak menjadi guru.

5. Perubahan yang bersifat aktif.

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan

aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa

ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi

pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan

membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan,

berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan

sebagainya.

6. Perubahan yang bersifat permanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar

cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam

dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan

komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan

komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri

mahasiswa tersebut.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Ii

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang

ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah

maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar

psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam

panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan,

sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang

diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A.

Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru

yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang

Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan

diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh

pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula

perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya,

mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping

memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori

Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya

seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga,

dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori

Belajar”.

Ii

Menurut Gagn perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar

dapat berbentuk : Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi

dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan,

misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan

sebagainya. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu

dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan

simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk

dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan

(discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan

dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi

pemecahan masalah.

3. BENTUK PERUBAHAN PERILAKU

a. Karena terpaksa (complience)

Perubahan perilaku dengan cara perilaku cenderung tidak baik

dan perubahan perilaku cenderung bersifat tidak tahan lama.

Pemberontakan pikiran bahkan sering terjadi pada individu

tersebut. Hal yang perlu diketahui, tidak semua individu

bisa menerima informasi-informasi yang mereka butuhkan,

apalagi suatu pemaksaan dalam perubahan perilaku. Individu

yang demikian cenderung memberontak dan bahkan mungkin

cenderung berfikir negatif terhadap pemaksaan perubahan

perilaku yang diharapkan, meskipun perubahan perilaku yang

diharapkan adalah positif. Oleh karena itu cara perubahan

perilaku ini cenderung tidak efektif.

Contoh:

Ii

·         Seorang anak yang dipaksa orang tuanya untuk

menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur,awalnya anak

tersebut tidak mau.tapi lama-lama krena paksaan dari orang

tuanya anak tersebut jadi mau sehingga terjadilah perubahan

prilaku anak tersebut, karena dipaksa oleh orang tuannya si

anak menjadi mau melakukannya.

b. Karena meniru (identification)

Perubahan perilaku dengan cara meniru merupakan suatu cara

perubahan perilaku yang paling banyak terjadi. Seseorang

cenderung meniru tindakan orang lain atau bahkan meniru apa

yang dia lihat tanpa mencerna apa yang dia lihat.

Contoh:

·               Seorang remaja yang awalnya tidak

memperhatikan kebersihan pada dirinya/personal

hyginenya,tapi setelah dberikan penyuluhan dan apa manfaat

dari menjaga kebersihan diri.dan akhirnya remaja tersebut

meniru bagaimana cara menjaga kebersihan.

c.     Karena menghayati (internalization)

Manusia adalah makhluk yang sempurna di antara makhluk

ciptaan Tuhan yang lain, karena hanya manusia yang mampu

berpikir tentang hidup, pandai memahami rahasia hidup,

menghayati kehidupan dengan arif, dan mempertajam

pengalaman-pengalaman baru. Biasanya perubahan perilaku

karena penghayatan ini cenderung dari pengalaman pribadi

individu tersebut atau bahkan mengadopsi dari pengalaman

Ii

orang lain. Seseorang yang merasa perilaku tersebut pantas

dan harus ada pada dirinya, maka dengan terbuka dia akan

melakukan perubahan perilaku dalam dirinya.

Contoh:

·               Seorang bapak yang merupakan perokok aktif

sejak usia muda menderita penyakit gangguan pernafasan dan

paru-paru. Setelah beberapa kali memeriksakan diri ke dokter

dan dokter tersebut meminta agar bapak tersebut untuk tidak

merokok lagi. Akan tetapi bapak tersebut tidak mempedulikan

nasehat dokter, dia tetap mengkonsumsi rokok. Ternyata

penyakitnya semakin parah dengan stadium lanjut. Kemudian

bapak tersebut teringat kembali dengan saran dokter untuk

berhenti merokok dan akhirnya bapak tersebut menyadari bahwa

dia memang harus berhenti merokok. Setelah itu perlahan-

lahan bapak tersebut mencoba untuk berhenti merokok dan

akhirnya berhasil dan penyakitnya mulai berkurang.

4. PROSES PERUBAHAN PERILAKU

Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari

usaha mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang

perlu diambil untuk merubah perilaku:

a. Menyadari.

Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi

tentang apa/ bagian mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa

Ii

perubahan tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa

kesadaran tersebut harus menyatakan keinginan bukan ketakutan.

Contoh:

-          Seorang mahasiswa yang belajar di bidang kesehatan

sebelumnya tidak peduli akan kebersihan diri dan perawatan

dirinya. Setelah belajar tentang pentingnya perawatan dan

kebersihan diri serta penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak

adanya personal hygiene, maka siswa tersebut mulai peduli dengan

kesehatan dirinya, kemudian dia akan mengaplikasikan bagaimana

cara merawat kesehatan dirinya.

b. Mengganti

Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka

proses selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti.

Mengganti merupakan proses melawan bentuk keyakinan, pemikiran,

dan perasan yang diyakini salah.

Contoh:

-      -          Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi

Menyusui Dini dan Bounding Attachment, ibu cenderung dipisahkan

dengan bayinya pasca kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksudkan

agar sang bayi tidak mengganggu istirahat ibu pasaca persalinan

yang melelahkan. Akan tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin

bidan atau tenaga kesehatan lain yang menolong persalinan akan

berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding Attachment. Ini

dilakukan karena sangat penting terciptanya keterikatan hubungan

Ii

emosional ibu dan bayi segera setelah persalinan dan juga

menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan bayinya.

c. Mengintrospeksi.

Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat

penilaian mengenai apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu

untuk dilakukan. Di samping itu instropeksi juga berguna untuk

mendeteksi kadar self-excusing yang bisa jadi masih tetap ada

dalam diri seseorang hanya karena lupa membuat elaborasi,

analogi, atau interpretasi dalam memahami dan melaksanakan.

Contoh:

-          Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung

mengingat pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba

memperbaiki perilakunya saat hamil agar kehamilannya kali ini

sama dengan kehamilan sebelumnya atau lebih baik dari sebelumnya.

Contoh lainnya: jika sebelumnya seorang ibu melahirkan bayi

prematur maka pada kehamilannya yang selanjutnya dia akan mencari

penyebabnya dan memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini

agar anaknya lahir dengan keadaaan aterm.

5. HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN SOSIAL DAN PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu

kesenianm ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, dan seterusnya,

bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturanaturan

organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakannnya pada logat

Ii

bahasa Asia setelah terpisah dari induknya, akan tetapi perubahan

tersebut mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Perubahan-

perubahan tersebut lebih merupakan perubahan kebudayaan ketimbang

perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas,

contoh perubahan-perubahan dalam model pakaian dan kesenian dapat

terjadi tanpa mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan atau

sistem sosial. Namun, sukar pula dibayangkan dari terjadinya

perubahan sosial tanpa didahului oleh suatu perubahan kebudayaan.

Lembaga kemasyarakatan seperti keluarga, perkawinan, hak milik,

universitas atau negara tak akan mengalami perubahan apapun bila

tidak didahului oleh suatu perubahan fundamental didalam

kebudayaan. Suatu perubahan sosial didalam bidang kehidupan

tertentu tidak mungkin berhenti berda pada satu titik karena

perubahan dibidang lain akan segera mengikuti. Disebabkan karena

struktur lembaga kemasyarakatan yang sifatnya jalin-berjalin.

Apabila suatu negara mengubah undang-undang dasarnya atau bentuk

pemeritahannya, perubahan yang kemudian terjadi tidak hanya

terbatas pada lembaga-lembaga politik saja.

6. FAKTOR YANG MENYEBABAKAN PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mungkin ada sumber sebab-

sebab tersebut yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan

ada yang terletak di luar. Sebab yang bersumber dari dalam

masyarakat itu sendiri, antara lain: Bertambah atau berkurangnya

penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan-pertentangan dalam

Ii

masyarakat, dan terjadi pemberontakan atau revolusi di dalam

masyarakat itu sendiri. Sedangkan sebab yang berseumber dari luar

masyarakat, antara lain, sebab-sebab yang berasal dari lingkungan

fisik yang ada di sekitar manusia, peperangan dengan negara lain,

dan pengaruh kebudayaan masyarakat / negara lain.

7. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JALANNYA PROSES PERUBAHAN

a. Ada 9 faktor-faktor yang mendorong jalannya proses

perubahan, antara lain kontak dengan negara lain, sistem

pendidikan yang baru, sikap menghargai karya seseorang dan

keinginan-keinginan untuk maju, toleransi terhadap

perbuatan-perbuatan yang menyimpang, sistem lapisan

masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen,

ketidakpuasan masyarakat yang terbuka, orientasi ke muka,

dan nilai meningkatkan taraf hidup.

b. Ada 9 faktor-faktor yang menghabat terjadinya suatu

perubahan, antara lain kurangnya hubungan dengan masyarakat-

masyarakat lain,perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat,

sikap masyarakat yang masih tradisionalistis, adanya

kepentingan-kepentingan yang telah tertatam dengan kuat atau

vested interest, rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada

integritas kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal yang baru

atau asing atau sikap yang tertutup, hambatan-hambatan yang

bersifat ideologis, adat atau kebiasaan, dan nilai bahwa

hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin

diperbaiki.

Ii

8. PROSES-PROSES PERUBAHAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

a. Keserasian dalam masyarakat (sosial equilibrium)

Suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang

pokok berfungsi saling mengisi.

b. Saluran-saluran dalam proses perubahan

Saluran-saluran dalam proses perubahan adalah lembaga-

lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan, ekonomi,

pendidikan, agama, rekreasi dan seterusnya.

c. Organisasi

Organisasi adalah artikulasi dari bagian-bagian yang

merupakan bagian dari suatu kebulatan yang sesuai dengan

fungsinya masing-masing.

d. Disorganisasi atau disintegrasi

Disorganisasi adalah proses pemudarannya norma-norma dan

nilai-nilai di dalm masyarakay dikarenakan adanya perubahan-

perubahan yang terjadi di dalam lembaga kemasyarakatan.

e. Reorganisasi atau reintegrasi

Reorganisasi adalah proses pembentukan norma-norma dan

nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga

lemasyarakatan yang mengalami perubahan.

f. Cultural lag

Cultural lag adalah ketidakserasian dalam perubahan-

perubahan unsur kemsyarakatan atau kebudayaan.

Ii