SISTEM PAKAR BIMBINGAN KONSELING SISWA
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of SISTEM PAKAR BIMBINGAN KONSELING SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi dan Informasi yang berkembang pesat saat
ini mempengaruhi perilaku dan kebiasaan manusia.
Komputer tidak lagi berfungsi sebagai alat hitung saja,
namun juga sebagai penganalisis dan mengambil
kesimpulan dari suatu informasi yang diinputkan oleh
pengguna. Hal ini membuat pekerjaan manusia menjadi
semakin ringan dan mudah. Cabang ilmu yang mempelajari
bagaimana membuat mesin (komputer) agar dapat mengerti
bahasa manusia adalah kecerdasan buatan (artificial
intelligence).
Sub disiplin ilmu dalam kecerdasan buatan adalah
sistem pakar. Sistem pakar adalah suatu sistem yang
dirancang untuk dapat menirukan keahlian seorang pakar
dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan suatu masalah.
Sistem pakar akan memberikan pemecahan suatu masalah
yang didapat dari dialog dengan pengguna. Melalui
1
2
bantuan sistem pakar, seorang yang bukan ahli atau
pakar dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah
serta mengambil keputusan yang biasanya dilakukan oleh
seorang pakar.
Salah satu implementasi yang dapat diterapkan dalam
sistem pakar adalah dalam bidang pendidikan. Pada zaman
sekarang ini, telah banyak sarana berbasis teknologi
informasi yang digunakan untuk membantu proses
pembelajaran. Salah satunya adalah untuk membantu guru
bimbingan konseling.
Hal yang utama dalam pengembangan pendidikan adalah
kualitas pendidikan. Kualitas akan menentukan sebaik
apa cara siswa dalam belajar dan manfaat apa yang akan
mereka peroleh dari pendidikan. Untuk menentukan
kualitas tersebut, bimbingan konseling menjadi faktor
penentunya. Guru bimbingan konseling bertugas untuk
mengawasi dan mengarahkan siswa. Setiap harinya guru
menghadapi beragam karakter siswa yang berbeda-beda.
Bimbingan konseling merupakan mata pelajaran yang
menunjang tujuan dan proses pembelajaran di setiap
3
satuan pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga ke
sekolah menengah. Terutama siswa-siswi SMP yang
memasuki fase masa remaja tahap awal.
Pada SMP Islam YLPI Pekanbaru, banyak siswa yang
merasa takut untuk berkonsultasi karena ada kalanya
guru BK harus bertindak tegas terhadap siswa yang
dibimbingnya sehingga bimbingan menjadi hal yang
dihindari oleh siswa. Guru lebih fokus kepada poin
pelanggaran dan hukuman yang diberikan karena siswa
telah melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan
oleh sekolah. Selain itu, guru tidak bertanya secara
detail mengenai lingkungan keluarga dan pergaulan siswa
sehari-hari.
Oleh karena itulah diperlukan sebuah sistem yang
dapat membantu mencarikan solusi atas permasalahan yang
dialami siswa di sekolah, serta bagaimana solusinya
agar siswa tersebut mampu mengatasi masalah yang
dihadapinya di masa yang akan datang.
4
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu :
a. Aktivitas bimbingan menjadi hal yang ditakuti dan
dijauhi siswa, hal ini disebabkan oleh pola pikir
siswa pada saat guru bertindak tegas.
b. Dalam melakukan aktivitas bimbingan, guru tidak
menanyakan secara detail mengenai latar belakang
keluarga siswa, bagaimana pergaulan siswa sehari-
hari dan bagaimana pola pikir siswa tersebut
terhadap dirinya sendiri.
c. Solusi atas permasalahan juga perlu disarankan agar
siswa tidak merasa jenuh dengan hukuman yang
diberikan sehingga siswa tidak mengulangi kesalahan
yang sama di kemudian hari.
1.3 Rumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang diatas dapat
dirumuskan beberapa masalah yaitu :
a. Bagaimana merancang sistem pakar yang dapat
mengadaptasi metode guru bimbingan konseling dalam
membantu siswa mengatasi masalah psikologis yang
dihadapinya.
b. Bagaimana proses algoritma forward chaining yang
merupakan mesin inferensi dari sistem pakar untuk
mengetahui penyebab dan menghasilkan solusi
permasalahan pada siswa di lingkungan sekolah.
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terfokus dan terarah, maka
dapat dibuat batasan penelitian sebagai berikut :
a. Studi kasus perancangan sistem pakar ini dilakukan
di SMP Islam YLPI Pekanbaru.
b. Bahasa pemrograman yang dipakai adalah PHP dengan
framework Code Igniter dan database MySQL. Metode yang
6
digunakan dalam perancangan aplikasi sistem pakar
ini adalah metode Forward Chaining.
c. Sistem ini digunakan untuk membantu siswa sebagai
user dan guru bimbingan konseling sebagai
administrator.
d. Input yang diberikan berupa pernyataan penyebab yang
harus dijawab siswa sesuai dengan penyebab
permasalahan yang dihadapinya.
e. Hasil akhir (output) dari sistem pakar yang dibuat
ini adalah permasalahan ringan yang seringkali
dilakukan atau dialami oleh siswa dan bagaimana
solusi untuk mengatasinya dari sudut pandang siswa.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan
“Penerapan Sistem Pakar Bimbingan Konseling Pada Siswa
SMP dengan Metode Forward Chaining“ ini adalah sebagai
berikut :
7
a. Membangun sebuah sistem pakar yang membantu siswa
mengetahui solusi yang tepat bagi permasalahan yang
dihadapinya.
b. Membantu guru untuk mengontrol dan membimbing siswa
tersebut, bahkan saat guru bimbingan konseling
sedang tidak ada di tempat.
c. Membantu siswa menemukan solusi yang tepat untuk
permasalahannya dan menumbuhkan kesadaran pada
pentingnya berperilaku yang baik.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
memberikan kemudahan baik bagi siswa maupun guru untuk
mengetahui persoalan yang dihadapi siswa selama belajar
di sekolah serta membantu guru dalam mengontrol siswa
dan mencarikan solusinya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Studi Kepustakaan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Arip
Munawir dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati, Bandung berupa skripsi pada tahun 2010 dengan
judul Sistem Pakar Konsultasi Siswa Bermasalah
menjabarkan tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh
siswa Madrasah Aliyah. Perangkat lunak dirancang
menggunakan metode Backward Chaining dan Depth First Search.
Skripsi tersebut membahas apakah siswa tersebut
mengalami permasalahan dalam poses pembelajaran di
sekolah atau tidak. Siswa akan ditanyakan seputar
permasalahan yang dialaminya dan hasil yang diperoleh
adalah rekomendasi berupa pembinaan diri melalui
pengetahuan dan ayat Al-Qur’an atau hadis yang dapat
dirujuk untuk membantu membina siswa lebih lanjut.
Sementara itu, Agnes Nurina, Juniawan, Raymond
Bahana dan Sri Mulyanti melalui jurnal elektro,
8
9
Fakultas Teknik Elektro Unika Atmajaya pada tahun 2008
dengan judul Aplikasi Bimbingan Konseling Berbasis Web
menjabarkan aplikasi bimbingan yang berupa fasilitas
chatting yang telah dijadwalkan sebelumnya. Pengguna
dapat melakukan login ke sistem setelah sebelumnya
mendaftar terlebih dahulu di buku tamu. Setelah itu,
barulah pengguna dapat menggunakan fasilitas yang
tersedia pada sistem.
Widodo Bintiharto melalui penelitian dalam
bentuk skripsi tahun 2010 dengan judul penelitian
Sistem Pakar Konseling dan Psikoterapi Masalah Perilaku
Anak Berbasis Web Sekolah Tinggi Manajemen Informatika
dan Komputer AMIKOM, Yogyakarta) mengemukakan perilaku
anak saat mengalami masalah perkembangan diri. Input
dalam sistem ini adalah gejala yang ditunjukkan anak
mengindikasikan gangguan perkembangan perilaku pada
anak tersebut. Hasil dari sistem pakar ini adalah
jenis gangguan perilaku yang dialami oleh anak.
2.2 Dasar Teori
10
2.2.1 Bimbingan Konseling2.2.1.1 Pengertian Bimbingan Konseling
Menurut M. Surya (1988) bimbingan adalah suatu
proses pemberian atau bantuan layanan yang terus
menerus serta sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Bimbingan
merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu
baik anak-anak maupun dewasa agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan
sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma yang berlaku (Prayitno, 2004). Sedangkan
konseling dinyatakan sebagai kontak antara dua orang
(konselor dan konseli) untuk menangani masalah konseli
dalam suasana yang laras dan terintegrasi berdasarkan
norma yang berlaku dan berguna bagi konseli (Dewa Ketut
Sukardi, 2008).
2.2.1.2 Permasalahan Siswa
11
Ada beragam permasalahan yang terjadi pada
siswa sehingga membutuhkan bimbingan, baik itu dari
wali kelas maupun guru bimbingan konseling.
Permasalahan tersebut dikategorikan menurut
tingkatannya, yaitu masalah ringan, sedang dan berat.
Permasalahan tersebut diantaranya adalah :
a. Bolos
Membolos didefinisikan sebagai adanya ketidakhadiran
tanpa perizinan pada sebagian atau sepanjang hari
dimana siswa wajib menerima pendidikan ( Eastman,
Cooney, O’ Connor & A.Small 2007). Membolos adalah
perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan
alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan
ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan siswa bolos. Salah satu
faktor utamanya adalah pergaulan. Pada usia remaja,
siswa masih memerlukan bimbingan dan perhatian yang
lebih sehingga menyebabkan siswa tersebut mencari
cara agar diperhatikan. Selain itu, pengaruh
pergaulan dan lingkungan sekitar juga ikut
12
berpengaruh karena sehari-harinya siswa berinteraksi
dengan teman-teman dan lingkungan sekitarnya.
b. Malas
Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan
(Edy Zaqeus, 2008). Rasa malas dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya adalah karena siswa
mengandalkan teman yang dirasakan memiliki kemampuan
yang lebih daripada dirinya. Selain itu, siswa
merasa kurang suka pada mata pelajaran tertentu
sehingga menyebabkan rasa malas yang datang setiap
kali siswa tersebut mengikuti pelajaran.
c. Terlambat
Definisi terlambat adalah datang tidak tepat pada
waktunya. Terlambat erat kaitannya dengan pengaruh
keluarga. Bila orangtua atau lingkungan keluarga
membiasakan siswa untuk bangun pagi, maka siswa
tersebut tidak akan merasa kesulitan untuk bangun
13
pagi. Tidak hanya dari faktor keluarga, namun juga
dari faktor pergaulan atau lingkungan.
d. Kesulitan Belajar Ringan
Ada sebagian siswa yang sudah memiliki daya juang
yang tinggi, namun tetap mengalami kesulitan dalam
belajar. Hal ini dapat terjadi apabila kurang
optimalnya proses belajar-mengajar di sekolah
sehingga siswa merasa perlu untuk menambah jadwal
belajarnya.
e. Kesulitan Belajar Sedang
Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak
pada peserta didik yang ditandai dengan prestasi
belajar yang rendah atau disaat tidak sesuai dengan
standar kriteria yang telah ditetapkan. Kesulitan
terjadi pada siswa yang memiliki daya juang rendah.
Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan siswa agar
tetap tangguh dalam kesulitan dan tantangan yang
terjadi terutama berkaitan dengan masalah akademik
mereka. Indikator perilaku siswa dengan daya juang
rendah, yakni: siswa tidak memiliki penilaian
14
positif akan dirinya, tidak tekun dan seringkali
memandang belajar sebagai suatu beban (Herawaty,
2013).
f. Menyontek
Menyontek adalah suatu usaha yang kebanyakan
dilakukan oleh para pelajar untuk melihat buku
catatan, buku panduan, ataupun menyalin pekerjaan
teman secara sembunyi sembunyi guna mendapatkan
jawaban dari mata pelajaran yang diujikan.
Daya juang atau motivasi diri perlu ada didalam
diri siswa untuk menguasai suatu pelajaran yang
belum dipahaminya. Namun, tidak semua siswa memiliki
daya juang atau motivasi yang sama, terutama bila
didalam kelas tersebut terdapat teman yang dirasa
memiliki kemampuan lebih. Menyontek akan menjadi
kebiasaan apabila siswa tidak memiliki rasa percaya
diri terhadap kemampuan dirinya.
15
g. Bertengkar
Pertengkaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
ialah percekcokan, perdebatan namun apabila
pertengkaran itu berlanjut menjadi perkelahian yang
bukan hanya percekcokan adu kata-kata tetapi sampai
adu tenaga. Perkelahian yang terjadi antara siswa
termasuk salah satu jenis kenakalan remaja (Willis,
2012: 91). Pada tahap remaja hal biasa jika remaja
sering terlibat perselisihan atau percekcokan dengan
teman-teman sebayanya, karena salah satu sifat khas
mereka adalah masih memiliki sisi egois yakni mau
menang sendiri dan kurang peka dengan perasaan orang
lain. Siswa harus dilatih sikap tanggung jawab,
empati, dan kepedulian sosial mereka. Hal ini dapat
diajarkan melalui pelajaran olahraga yang melibatkan
siswa, dimana penekanan dari pelajaran tersebut
bukan hanya terletak pada kekuatan fisik semata
tetapi pada sportivitas.
2.2.1.3 Penyebab Permasalahan pada Siswa
16
Penyebab siswa mengalami permasalahan di
sekolah sehingga membutuhkan bimbingan konseling
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
keluarga, lingkungan pergaulan dan faktor dari diri
sendiri. Dibawah ini adalah penjelasan mengenai faktor-
faktor tersebut :
1. Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama (Slameto, 2003:61). Keluarga merupakan faktor
utama yang membentuk karakter siswa. Menurut Scott
2004 (dalam Herawaty, 2013), permasalahan yang
dihadapi siswa seperti kegagalan siswa dalam belajar
serta prestasi belajar yang rendah berhubungan
dengan keberfungsian keluarga.
Sikap orangtua dapat menjadi faktor yang menyebabkan
permasalahan pada anak, contohnya malas belajar.
Tidak hanya itu, banyak di kalangan orangtua yang
menginginkan anak meraih nilai tinggi dalam belajar
dengan mengesampingkan pentingnya moral yang baik
dan tanggungjawab siswa sebagai pelajar. Hal
17
tersebut bila dibiarkan akan berdampak pada
kepribadian siswa.
2. Faktor pergaulan
Pengaruh lingkungan diawali dengan pergaulan dengan
teman. Pada usia 9-15 tahun, hubungan perkawanan
merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat
yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi
perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan
masalah bersama.
Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi
sangat menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya
minat individu dalam persahabatan serta keikut
sertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya juga
menjadi suatu komunitas belajar di mana terjadi
pembentukan peran dan standar sosial yang
berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi (Santrock,
2003). Pada masa remaja, mayoritas siswa lebih
mempercayai apa yang disarankan oleh rekan sebayanya
dibandingkan dengan apa yang disarankan oleh
18
orangtua. Oleh karena itu, pergaulan juga turut
berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian siswa
di sekolah. Bila siswa terbawa arus pergaulan yang
salah, maka kemungkinan besar siswa tersebut akan
ikut terlibat masalah.
3. Faktor diri sendiri
Faktor dari diri sendiri yang dibahas dalam tugas
akhir ini adalah motivasi dan daya juang siswa.
Faktor dominan yang berpengaruh pada diri siswa
adalah motivasi. Fungsi motivasi dalam proses
belajar-mengajar adalah sebagai pengarah dan
pendorong timbulnya suatu perbuatan. Motivasi juga
berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan
tingkah laku seseorang. Besar atau kecilnya motivasi
akan mempengaruhi suatu pekerjaan.
2.2.1.4 Solusi Permasalahan Siswa
19
Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan
berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah serta
solusinya dari sudut pandang siswa.
Tabel 2.1 Permasalahan Siswa dan SolusinyaPermasala
hanSolusi
Malas 1. Luruskan niat berangkat dari rumah
ke sekolah dengan menjawab
pertanyaan apakah kamu ke sekolah
untuk mengejar prestasi atau hanya
untuk mengusir kebosanan.
2. Rajinlah membaca buku agar wawasan
terbuka lebar sehingga masalah yang
ditemukan menjadi pelajaran yang
berharga.Bolos 1. Mintalah guru untuk mengubah metode
pelajaran yang selama ini
diberikan. Permainan edukatif dapat
dilakukan untuk menambah motivasi
siswa.
Terlambat 1. Pergunakan alat bantu yang bisa
membangunkan kita dari tidur lelap
seperti alarm di handphone, jam
20
beker, komputer, laptop, dan lain
sebagainya. Walaupun kita
menggunakan alat pembangun tidur,
namun kita tetap bisa tidur
terlelap kembali jika tidur terlalu
malam.
Permasalahan
Solusi
Menyontek 1. Yakinkan diri dan jangan takut
dalam menghadapi tes serta jangan
merasa takut gagal. Bahkan jika
nilaimu turun, hal itu adalah
wajar dan jadikan itu sebagai
motivasi agar belajar lebih tekun
lagi.
KesulitanBelajarRingan
1. Pilih tempat yang tenang agar dapat
belajar dengan rileks. Pilih satu
21
waktu khusus untuk belajar setiap
hari. Jangan ubah waktu belajar
tersebut.
2. Tentukan gaya belajar yang sesuai
(visual, auditorial atau
kinestetik). Bila lebih mudah
mengingat apa yang dilihat, maka
cobalah untuk lebih berkonsentrasi
dan fokus pada yang dilihat. Begitu
pula bila lebih mudah mendengar,
maka gunakan sarana pendengaran
untuk memahami pelajaran.
22
Permasalahan
Solusi
KesulitanBelajarSedang
1. Mintalah bantuan kepada teman
yang agar dapat membantu
mengajari dan mengatasi kesulitan
belajar.
2. Ikuti kegiatan tambahan belajar
(bimbingan belajar).
Bertengkar 1. Beri waktu untuk menenangkan
pikiran. Tegur teman terlebih
dahulu serta jauhkan rasa ego.
Jika teman menanggapi baik, ajak
diskusi dan jangan lupa meminta
maaf.
2. Jangan libatkan orang lain karena
hal itu akan membuat teman
menjadi terpojok.
2.2.2 Kecerdasan Buatan2.2.2.1 Pengertian Kecerdasan Buatan
23
Selama bertahun-tahun para filsuf mempelajari
kecerdasan yang dimiliki manusia, dan dari pemikiran
tersebut lahirlah kecerdasan buatan sebagai ilmu yang
berusaha mempelajari dan meniru kecerdasan manusia.
Kecerdasan buatan berasal dari bahasa Inggris “ Artificial
Intelligence” atau disingkat AI, yaitu intelligent adalah kata
sifat yang berarti cerdas, sedangkan artificial artinya
buatan. Kecerdasan buatan yang dimaksud merujuk pada
mesin yang mampu
berpikir, menimbang tindakan yang akan diambil, dan
mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan
manusia.
Kecerdasan buatan juga didefinisikan sebagai
kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan.
Sistem seperti ini umumnya dianggap sebagai komputer.
Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan kedalam suatu
mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti
apa yang dilakukan manusia.
24
2.2.2.2 Kecerdasan Alami dan Kecerdasan Buatan
Jika dibandingkan dengan kecerdasan alami,
kecerdasan buatan lebih memilki keuntungan komersial,
antara lain :
1. Kecerdasan buatan lebih bersifat permanen.
Kecerdasan alami akan cepat mengalami perubahan.
Kemampuan kecerdasan buatan tidak akan pernah
berubah selama programnya tidak diubah oleh
programmer. Berbeda dengan kecerdasan alami karena
sifat manusia yang subjektif dan mudah lupa sehingga
kemampuan berpikirnya berkurang seiring waktu,
kemampuan kecerdasan alami pun cenderung tidak
permanen.
2. Kecerdasan buatan lebih mudah diduplikasi dan
disebarkan.
3. Kecerdasan buatan dapat didokumentasi. Solusi dan
keputusan yang dibuat oleh kecerdasan buatan dapat
didokumentasi dengan mudah karena disimpan di dalam
harddisk dan pencarian datanya relatif lebih mudah
25
dilacak. Sedangkan untuk kecerdasan alami, hal ini
sulit dilakukan.
4. Kecerdasan buatan dapat mengerjakan pekerjaan lebih
cepat dibanding kecerdasan alami. Tentu saja karna
kecepatan berpikir sebuah prosesor jauh lebih cepat
dibanding kecepatan berpikir otak manusia.
2.2.2.3 Kecerdasan Buatan dan Pemrograman Konvensional
Tabel dibawah ini menerangkan perbedaan antara
komputasi kecerdasan buatan dan komputasi pemrograman
konvensional.
Tabel 2.2 Kecerdasan Buatan dan Pemrograman Konvensional Dimensi Kecerdasan
Buatan
Pemrograman
KonvensionalPemrosesan Mengandung
konsep
simbolik
Algoritmik
Input Bisa tidak
lengkap
Harus lengkap
Pencarian Kebanyakan
bersifat
heuristik
Biasanya didasarkan
pada algoritma
Keterangan Disediakan Biasanya tidak
26
disediakanFokus Pengetahuan Data dan InformasiStruktur Kontrol
dipisahkan
dari
pengetahuan
Kontrol terintegrasi
dengan data
Sifat
Output
Kuantitatif Kualitatif
(Sumber : T.Sutojo, Edy Mulyanto dan Vincent
Suhartono,2011)
2.2.3 Sistem Pakar (Expert System)2.2.3.1 Definisi Sistem Pakar
Sistem pakar adalah suatu sistem yang dirancang
untuk dapat menirukan keahlian seorang pakar dalam
menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. Sistem
pakar akan memeberikan pemecahan masalah yang didapat
dari dialog dengan pengguna. Melalui bantuan sebuah
sistem pakar, seseorang yang bukan ahli atau pakar
dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah serta
mengambil keputusan yang biasanya dilakujkan oleh
seorang sistem pakar. Kepakaran merupakan suatu
27
pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan, membaca, dan
pengalaman. Kepakaran inilah yang memungkinkan para
ahli dapat mengambil keputusan lebih cepat dan lebih
baik daripada seseorang yang bukan pakar. Kepakaran itu
sendiri meliputi pengetahuan tentang :
1. Fakta-fakta tentang bidang permasalahan tertentu.
2. Teori-teori tentang bidang permasalahan tertentu.
3. Aturan dan prosedur menurut bidang permasalahan
pada umumnya.
4. Aturan heuristik yang harus dikerjakan dalam
situasi tertentu.
5. Strategi global untuk memecahkan permasalahan.
6. Pengetahuan tentang pengetahuan (meta knowledge).
2.2.3.2 Manfaat Sistem Pakar
Sistem pakar menjadi popular karena banyak
kemampuan dan manfaat yang diberikannya, diantaranya :
1. Meningkatkan produktivitas, karena sistem pakar
dapat bekerja lebih cepat dibanding manusia.
28
2. Meningkatnya efisiensi dalam hal penghematan waktu
dan tenaga.
3. Membuat masyarakat awam terbantu oleh keahlian
pada bidang tertentu tanpa kehadiran langsung seorang
pakar.
4. Meningkatkan kualitas dengan mmeberi saran yang
konsisten dan mengurangi kesalahan.
5. Mampu menangkap pengetahuan kepakaran seseorang.
6. Handal, sistem pakar tidak pernah menjadi bosan
atau sakit.
7. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer.
Integrasi sistem pakar dengan sistem komputer lain
membuat sistem lebih efektif dan mencakup lebih
banyak aplikasi.
2.2.3.3 Kelemahan Sistem Pakar
Selain memiliki manfaat, sistem pakar juga
memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan
memeliharanya mahal.
29
2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat
kaitannya dengan ketersediaan pakar di bidangnya.
3. Sistem pakar tidak selalu seratus persen bernilai
benar.
2.2.3.4 Ciri-ciri dan Kategori Masalah Sistem Pakar
Sistem pakar merupakan program praktis yang
menggunakan strategi heuristik yang dikembangkan oleh
manusia untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang spesifik (khusus), disebabkan oleh
keheuristikannya dan sifatnya yang berdasarkan
pengetahuan sehingga umumnya sistem pakar bersifat :
1. Memiliki informasi yang handal, baik dalam
menampilkan langkah-langkah maupun dalam menjawab
pertanyaan serta proses penyelesaian
2. Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau
menghapus basis pengetahuannya.
3. Heuristik dalam menggunakan pengetahuan untuk
mendapatkan penyelesaiannya.
4. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.
30
5. Memiliki kemampuan untuk beradaptasi.
2.2.3.5 Klasifikasi Sistem Pakar
Berdasarkan kegunaannya, sistem pakar
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Diagnosis
Sebuah sistem yang bertujuan untuk menangani masalah
ketidakberesan pada suatu hal. Sistem pakar diagnosis
akan menyarankan suatu tindakan sebagai solusi.
Contohnya adalah diagnosis masalah, penyakit serta
kerusakan mesin.
2. Pengajaran
Sistem pakar yang digunakan untuk mengajar siswa.
Sistem akan mendiagnosis permasalahan siswa dalam
proses pembelajaran, kemudian memberikan solusi untuk
memperbaikinya.
3. Interpretasi
Sistem pakar yang digunakan untuk menganalisis data
yang tidak lengkap, tidak teratur dan kontradiktif.
Sistem akan melakukan pemahaman akan situasi pada
31
beberapa informasi yang direkam. Misalnya pengambilan
sensor gambar dan suara kemudian dianalisis untuk
dibuatkan rekomendasi berdasarkan hasil rekaman
tersebut.
4. Prediksi
Sistem ini digunakan untuk peramalan. Sistem akan
memprediksi kejadian yang dapat terjadi di masa
mendatang. Sebagai contohnya adalah seorang ahli
meteorologi yang memprediksi cuaca keesokan hari
berdasarkan data-data yang diperoleh sebelumnya.
5. Perencanaan
Cakupan pada sistem pakar ini cukup luas. Keunggulan
sistem pakar ini terletak pada manajemen waktu, biaya
dan material yang efisien. Contoh penggunaan sistem ini
misalnya sistem konfigurasi komputer.
6. Kontrol
Sistem kontrol ini digunakan pada industri-industri
besar yang memiliki teknologi tinggi.
2.2.3.6 Struktur Sistem Pakar
32
Sistem pakar tersusun atas dua komponen utama,
yaitu : lingkungan pengembangan dan lingkungan
konsultasi (Muhammad Arhami, 2006). Lingkungan
pengembangan digunakan untuk memasukkan pengetahuan
pakar dan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna
yang bukan pakar untuk memperoleh pengetahuan pakar.
Komponen-komponen dalam sistem pakar dapat dilihat
pada gambar struktur dibawah ini :
Gambar 2.1 Komponen Sistem Pakar (Muhammad
Arhami, 2006)
Komponen-komponen penyusun sistem pakar tersebut
antara lain sebagai berikut :
A. Antarmuka pengguna (User Interface)
33
Antarmuka adalah suatu penghubung antara pengguna
dengan sistem pakar untuk berkomunikasi. Informasi yang
diperoleh dari pengguna kemudian diterjemahkan kedalam
bentuk yang dapat diterima oleh sistem.
B. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan ialah modul yang berisi pengetahuan
dalam menyelesaijkan masalah pada topik tertentu. Basis
pengetahuan bersifat dinamis dan dapat dikembangkan.
Hal ini disebabkan karena pengetahuan akan selalu
bertambah. Ada dua bentuk penalaran yang biasanya
digunakan dalam sistem berbasis pengetahuan, yaitu :
1. Penalaran Berbasis Aturan (Rule-Based Reasoning)
Pada penalaran jenis ini, pengetahuan
direpresentasikan dengan aturan if-then. Bentuk ini
digunakan jika sistem memiliki sejumlah pengetahuan
tertentu yang diinputkan oleh pakar sehingga sistem
dapat menyelesaikan masalah secara berurutan. Selain
34
itu, penalaran berbasis aturan juga digunakan untuk
menjelaskan langkah-langkah menemukan solusi.
2. Penalaran Berbasis Kasus (Case-Based Reasoning)
Pada penalaran jenis ini, basis pengetahuan
berisi solusi yang telah dicapai sebelumnya, untuk
kemudian diberikan solusi berdasarkan fakta-fakta yang
ada (keadaan yang terjadi sekarang).
Dalam penalaran berbasis kasus pada sistem
berbasis pengetahuan terdapat beberapa karakteristik
yang dibangun untuk membantu dalam membentuk
serangkaian prinsip-prinsip arsitekturnya. Prinsip
tersebut meliputi:
a. Pengetahuan merupakan kunci kekuatan sistem pakar
b. Pengetahuan sering tidak pasti dan tidak lengkap
c. Pengetahuan sering miskin spesifikasi
d. Amatir menjadi ahli secara bertahap
e. Sistem pakar harus fleksibel
f. Sistem pakar harus transparan
35
Menurut Dologite, terdapat 6 tahapan dalam
menyusun sistem berbasis pengetahuan yaitu sebagai
berikut :
1. Membuat block diagram yang berfungsi untuk
menganalisis prototype sistem berbasis aturan. Block
diagram tersebut menunjukkan faktor-faktor utama yang
diperlukan untuk menghasilkan sebuah keputusan.
Contoh block diagram terlihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Block Diagram
2. Mengubah hasil akhir block diagram menjadi dependency
diagram. Dalam merancang dan membangun sistem pakar
agar tidak mengakibatkan pengulangan rule yang sama,
diperlukan perancangan dependency diagram. Diagram ini
berfungsi untuk menunjukkan hubungan atau
36
ketergantungan antara inputan pertanyaan, aturan atau
rule, nilai-nilai dan rekomendasi yang dibuat oleh
prototype sistem berbasis pengetahuan. Melalui
perancangan dependency diagram, hubungan antar aturan
dapat terlihat jelas dan dari diagram tersebut akan
tercipta decision table yang menjadi acuan dalam proses
pembuatan rule. Contoh dependency diagram terlihat pada
gambar 2.3
Gambar 2.3 Contoh Dependency Diagram
3. Membuat decision table untuk semua segitiga yang
terdapat pada dependency diagram. Decision table adalah
alat bantu yang digunakan sebagai alat bantu dalam
penyusunan logika dalam pembuatan sebuah software.
37
Decision table mendeskripsikan persoalan menjadi
pertanyaan, jawaban dari pertanyaan, dan solusi
masalah dalam bentuk baris dan kolom. Setiap kolom
secara umum memodelkan aturan (rule) yang akan
dibangun dalam sistem. Rule terdiri dari jawaban-
jawaban dari pertanyaan yang dapat dipenuhi oleh satu
atau lebih solusi. Pertanyaan dan jawaban menunjukkan
sisi permasalahan yang selanjutnya dipecahkan dengan
solusi pada baris-baris berikutnya. Dalam beberapa
literatur, masalah dan solusi juga disebut sebagai
“kondisi” dan “aksi”. Dalam decision table, inferensi
diawali dengan mencocokkan kombinasi antara rule
dengan fakta yang ada. Selanjutnya, solusi didapatkan
jika seluruh kondisi rule terpenuhi. Tabel 2.3 dibawah
ini menunjukkan proses perancangan decision table.
Step 1 : Plan
Condition : Tes Attitude (ok, not-ok)= 2
Tes Minat (bagus, sedang, rendah)= 3
Kemampuan Finansial (ya, tidak) = 2Row: 2 x 3 x 2 = 12Step 2 : Completed Decision Table
38
Tabel 2.3 Decision TableRul
e
Tes
Attitude
Tes Minat Kemampuan
Finansial
Concluding
Recommendati
on for
Support
LevelA1 Ok Bagus Ya ProgrammingA2 Ok Bagus Tidak Ilmu
KomputerA3 Ok Sedang Ya Teknisi
KomputerA4 Ok Sedang Tidak Ilmu
KomputerA5 Ok Rendah Ya Teknisi
KomputerA6 Ok Rendah Tidak Ilmu
KomputerA7 Not-Ok Bagus Ya Bidang LainA8 Not-Ok Bagus Tidak Bidang LainA9 Not-Ok Sedang Ya Bidang LainA10 Not-Ok Sedang Tidak Bidang LainA11 Not-Ok Rendah Ya Bidang LainA12 Not-Ok Rendah Tidak Bidang Lain
Pada tabel 2.2 tepatnya pada baris A3 dan A5
kasus yang dievaluasi adalah peserta memiliki tes
39
attitude yang baik dan memiliki kemampuan finansial yang
baik. Melalui pereduksian rule A2, A4 dan A6, A3 dan A5
serta A7 hingga A12, akan dihasilkan tabel dibawah ini.
Tabel 2.4 Reduksi Tabel Decision TableRul
e
Tes
Attitude
Tes
Minat
Kemampuan
Finansial
Concluding
Recommendatio
n for Support
LevelB1 Ok Bagus Ya ProgrammingB2 Ok - Tidak Ilmu KomputerB3 Ok - Ya Teknisi
KomputerB4 Not-Ok - - Bidang Lain
4. Langkah selanjutnya adalah mengubah reduksi decision
table menjadi bentuk if-then. Kemudian akan dibuat rule-
rule yang akan digunakan, yaitu :
R1 : IF Tes attitude ok AND Tes Minat bagus AND
Kemampuan Finansial ya THEN Support level programming
40
R2 : IF Tes attitude ok AND Kemampuan Finansial tidak
THEN Support level Ilmu Komputer
R3 : IF Tes attitude ok AND Kemampuan Finansial ya THEN
Support level Teknisi Komputer
R4 : IF Tes attitude not ok THEN Support level Bidang
Lain
5. Membuat antarmuka pada sistem berbasis pengetahuan.
Dalam hal ini bertujuan agar pengguna sistem dapat
melalui proses konsultasi yang sedang berjalan untuk
kemudian melihat hasilnya.
6. Mengetik beberapa unsur yang mendasari knowledge base
kedalam file komputer.
C. Akuisisi Pengetahuan
Akuisisi pengetahuan adalah suatu transformasi
keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber
pengetahuan ke komputer. Terdapat empat metode utama
yang terdapat pada akuisisi pengetahuan, yaitu
wawancara, analisis protokol, observasi dan induksi
aturan dari contoh.
D. Mesin Inferensi
41
Inferensi adalah suatu cara pelacakan masalah dalam
kecerdasan buatan. Mesin inferensi akan mencari
solusi dari sekumpulan kemungkinan yang tersedia. Ada
dua macam mesin inferensi menurut Turban, yaitu:
1. Forward Chaining
Forward Chaining adalah teknik pencarian data yang
dimulai dengan fakta yang diketahui, kemudian
mencocokkan fakta tersebut dengan bagian if-then. Bila
ada fakta yang cocok dengan if, maka aturan tersebut
dapat dieksekusi. Bila sebuah aturan dieksekusi,
maka sebuah fakta baru ditambahkan kedalam database.
Setiap kali pencocokan dimulai dari aturan teratas.
Setiap aturan hanya boleh dieksekusi sekali saja.
Proses pencocokan akan berhenti bila tidak ada lagi
aturan yang dieksekusi.
Dalam pelacakan ini, aturan diuji satu per satu
dalam urutan tertentu. Bila kondisi telah terpenuhi,
maka aturan tersebutlah yang dijalankan dan aturan
berikutnya diuji. Bila kondisi tidak terpenuhi atau
42
aturannya tidak diketahui, maka aturan tersebut
tidak dijalankan. Digram forward chaining terlihat
dalam gambar berikut.
Gambar 2.4 Diagram Forward Chaining
2. Backward Chaining
Backward Chaining adalah metode inferensi yang bekerja
mundur kea rah kondisi awal. Proses diawali dari
tujuan, kemudian pencarian mulai dijalankan untuk
mencocokkan apakah fakta-fakta yang ada cocok dengan
premis if. Jika cocok, aturan dieksekusi dan
hipotesis dibagian then ditempatkan sebagai fakta
baru. Jika tidak cocok, simpan premis if ke dalam
stack sebagai sub Goal. Proses berakhir jika goal
43
(tujuan) ditemukan atau tidak ada aturan yang bisa
mmbuktikan kebenaran subGoal atau goal.
Dalam pelacakan ini, akan dipilih sebuah aturan
dari kesimpulan dan menganggapnya sebagai masalah yang
harus diselesaikan. Setelah terselesakan, akan dipilih
sub masalah untuk dievaluasi yang selanjutnya akan
menjadi masalah baru. Diagram untuk backward chaining
terlihat pada gambar berikut.
Gambar 2.5 Diagram Backward Chaining
Kedua metode inferensi tersebut dipengaruhi oleh
tiga jenis penelusuran, yaitu Depth First Search, Breadth First
Search dan Best First Search yang perbedaan diantara
ketiganya dijelaskan sebagai berikut :
a. Depth first search, melakukan penelusuran secara
mendalam. Node atau simpul bergerak menurun ke
44
tingkat terdalam secara berurutan dari atas ke bawah
dan kembali lagi atas. Hal ini terlihat pada gambar
berikut.
Gambar 2.6 Metode Penelusuran Depth First Search
b. Breadth first search, melakukan penelusuran pada simpul
setiap tingkat. Setiap simpul yang dimiliki akan
diuji sebelum pindah ke tingkat berikutnya, yang
terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.7 Metode penelusuran Best First Search
45
c. Best first search, yang merupakan penggabungan antara
kedua metode dalam penelusuran untuk menghasilkan
hasil yang lebih akurat. Metode ini terlihat pada
gambar berikut.
Gambar 2.8 Metode penelusuran Best First Search
E. Workplace
Workplace disebut juga sebagai sekumpulan aturan
yang disimpan didalam memori kerja yang digunakan untuk
merekam hasil dan kesimpulan yang akan dicapai.
Contohnya adalah cara bagaimana menghadapi masalah dan
aturan apa yang harus dieksekusi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan fasilitas penjelasan adalah tambahan
yang melengkapi komponen sistem pakar berupa hasil
46
penalaran dan penjelasan sistem terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan kepada pengguna.
F. Fasilitas Penjelasan
Fasilitas Penjelasan merupakan komponen yang
menggambarkan penalaran sistem kepada pemakai.
Fasilitas penjelasan dalam hal ini bersifat optional
(tambahan).
G. Perbaikan Pengetahuan
Sistem pakar memiliki pengetahuan yang dapat
diperbaiki lagi dan ditingkatkan lagi kinerjanya
melalui pembaharuan data atau aturan. Dengan demikian,
pengetahuan dan kinerja program akan dapat ditingkatkan
sesuai kebutuhan.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan
sebuah hipotesis yaitu “Melalui pengaplikasian sistem
pakar bimbingan konseling, diharapkan siswa terbantu
dalam pencarian penyebab permasalahan dan kesulitan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan Penelitian yang Digunakan3.1.1 Alat Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data untuk memperoleh
data yang akurat dan meyakinkan, maka dilakukan teknik
pengambilan data sebagai berikut :
A. Wawancara (interview)
Wawancara dilakukan secara langsung kepada pakar
psikologi pendidikan dan guru bimbingan konseling untuk
memperoleh informasi tentang permasalahan yang dialami
siswa, penyebab yang merupakan alasan terjadinya
permasalahan tersebut beserta penanganan terhadap
masalah siswa yang terjadi di sekolah.
B. Dokumentasi
Dalam melakukan dokumentasi, dilakukan studi
literatur dengan membaca buku dan artikel yang
berkaitan dengan perilaku siswa. Teknik ini digunakan
48
49
untuk mengetahui solusi yang sebaiknya diberikan
terhadap siswa tersebut.
3.1.2 Jenis Data
A. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan
langsung melalui wawancara dengan pakar dan studi
literatur pada tugas akhir pakar pada bidang psikologi
pendidikan. Data yang dikumpulkan meliputi pengaruh
keberfungsian keluarga, motivasi diri dan daya juang
terhadap perilaku siswa.
B. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari berbagai artikel yang
menjelaskan tentang permasalahan yang dihadapi siswa
beserta solusi bagi siswa itu sendiri agar ia mampu
menghadapi masalah dan permasalahan tersebut dapat
dicegah.
3.1.3 Alat Penelitian
50
Aplikasi ini membutuhkan beberapa alat atau
komponen untuk menunjang proses pengerjaannya, yaitu
antara lain:
2.1.3.1 Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras (hardware) yang digunakan adalah
laptop dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Processor Intel Core 2 Duo
2. Harddisk 110 GB
3. RAM 3 GB
2.1.3.2 Spesifikasi Perangkat Lunak (Software)
Sementara itu, perangkat lunak yang digunakan
dalam pembuatan aplikasi ini adalah :
1.Sistem operasi Windows XP 32 bit.
2.PHP 5.3.1 yang digunakan sebagai bahasa
pemrograman.
3.Database Management System menggunakan MySQL dengan
tools bantuan XAMPP 1.7.3.
4. Code Igniter 2.1.3
5. DomPDF untuk mencetak laporan.
51
3.2 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan
Sebelum sistem pakar untuk konsultasi bimbingan
konseling bagi siswa ini dirancang, secara manual
sistem yang akan dirancang terlihat seperti gambar 3.1
Gambar 3.1 Use Case Diagram Konsultasi BimbinganKonseling Siswa
SMP Islam YLPI Pekanbaru
Pada gambar 3.1, terdapat tiga aktor yaitu :
siswa, wali kelas dan guru bimbingan konseling. Siswa
yang bermasalah melakukan konsultasi kepada wali kelas
terlebih dahulu. Wali kelas kemudian memberi teguran
52
kepada siswa yang bersangkutan. Bila permasalahan
tersebut masih belum tuntas, maka siswa akan dipanggil
oleh guru bimbingan konseling. Selanjutnya guru
bimbingan konseling akan mengambil tindakan apakah
siswa tersebut diberi sanksi, diberi surat panggilan ke
orangtua atau dikeluarkan.
3.3 Pengembangan dan Perancangan Sistem2.3.1 Gambaran Pengembangan Sistem3.3.1.1 Desain Arsitektur
Elemen utama serta keterkaitannya dengan
sistem dapat digambarkan pada gambar 3.2 berikut ini.
53
Gambar 3.2 Desain Arsitektur Sistem pakarBimbingan Konseling
Pada Siswa
A. User interface
User interface adalah penghubung antara pengguna (user)
dengan sistem untuk berkomunikasi. Pada sistem pakar
ini, terdapat dua macam user interface, yaitu :
a. Untuk pemakai (user), interface dirancang untuk
memudahkan pengguna yaitu siswa dalam melakukan
konsultasi mengenai permasalahan yang dihadapinya di
sekolah.
b. Untuk pakar (expert), dalam hal ini adalah guru BK,
interface dirancang untuk menginputkan sejumlah aturan
dan data-data yang diberikan hak aksesnya kepada
guru.
B. Verifikasi
Proses ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya
rule yang menyalahi aturan.
C. Basis Pengetahuan
54
Basis pengetahuan mengandung pengetahuan atas
penyelesaian masalah dalam bimbingan konseling siswa.
Dibawah ini merupakan proses perancangan aturan pada
basis pengetahuan mulai dari block diagram, dependency
diagram, dan aturan decision table pada sistem pakar
bimbingan konseling siswa.
Level 0 Level 1
Orangtua memberi apapun yang diinginkanKesulitan
mencari angkutan umumOrangtua terlalu sibuk
bekerjaMembantu orangtua mencari nafkah sehari-
hariMerasa kakak-adik lebih disayangSering bersikap
cuekJarang berkumpul dengan keluargaBoleh pulang
hingga larut malamTidak ada anggota keluarga yang
membantu ketika ada PRKeluarga jarang menghibur saat
sedihTidak ada yang memberi solusi saat ada
masalahSering tidak nyambung berbicara dengan
keluargaTidak bermusyawarah sebelum mengambil
keputusanTidak bisa mengungkapkan hal yang tidak
menyenangkanJarang meminta maaf ketika tersakitiAyah
dan Ibu membiarkan ketika ada masalahTidak
seberuntung teman-teman lainTeman-teman seringkali
mencelaMudah tersinggungSenang menghabiskan waktu
dengan temanSuka mengganggu temanBelajar merupakan
hal yang membosankanSering putus asa bila menemui
kegagalanTidak bisa memahami mata pelajaran yang
sulitMerasa belum memiliki kemampuan apa-apaTidak
mungkin suksesSuka menunda pekerjaanKonsentrasi
mudah buyar jika ada masalahKesempatan untuk maju
sudah tidak ada lagiJarang membaca bukuSuka menonton
televisiSuka mengganggu temanTidak suka mengerjakan
PR sendirian
57
Gambar 3.4 Dependency Diagram
Permasalahan
yang dihadapi
siswa dan
solusinya-Malas-Bolos-Terlambat-Menyontek-KesulitanBelajar Ringan-KesulitanBelajar Sedang-Bertengkar
58
Dari dependency diagram yang tergambar pada gambar
3.4, set 1 menunjukkan kesimpulan masalah yang dialami
siswa yang dikelompokkan menjadi delapan masalah yaitu
malas, bolos, terlambat, menyontek, kesulitan belajar
ringan, Kesulitan Belajar Sedang, bertengkar dan
pencurian.
Data yang menjadi input dalam sistem pakar ini
adalah data penyebab serta data masalah yang dialami
siswa yang didapatkan dari pakar. Data tersebut
digunakan untuk menentukan permasalahan yang
kemungkinan dialami siswa beserta solusinya dari sudut
pandang guru maupun siswa.
Sementara itu, decision table untuk sistem pakar
konsultasi bimbingan konseling dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.1 Keputusan Masalah Berdasarkan Penyebabnya
No Penyebab MasalahA B C D E F G
1 Orangtua saya selalu memberi apapun yang sayainginkan
2 Saya kesulitan mencari angkutan umum menuju sekolah
3 Orangtua saya selalu sibuk bekerja hingga jarangmeluangkan waktu untuk keluarga
4 Saya membantu orangtua mencari nafkah sehari-hari
5 Saya merasa kakak dan adik lebih disayang dibandingsaya
6 Saya dan anggota keluarga lainnya sering bersikapcuek
7 Saya dan anggota keluarga lainnya jarang berkumpulbersama di rumah
8 Saya boleh pulang hingga larut malam
9 Ketika ada PR yang tidak saya mengerti, saya harusberusaha sendiri mengerjakannya
10 Keluarga jarang menghibur bila saya sedih
60
61
11 Tidak ada yang memberi solusi disaat saya ada masalah
12 Saya merasa tidak nyambung membicarakan suatu haldengan keluarga
13 Ketika hendak mengambil keputusan, tidak adamusyawarah terlebih dahulu
14 Saya kurang bisa mengungkapkan hal-hal yang kurangmenyenangkan
No Penyebab MasalahA B C D E F G
15 Saya jarang meminta maaf ketika ada anggota keluargayang tersakiti oleh saya
16 Ayah dan Ibu membiarkan saja ketika saya dan kakak-adik terlibat masalah
17 Saya tidak seberuntung teman-teman yang bisamendapatkan apa saja
18 Teman-teman seringkali mencela saya
19 Saya mudah tersinggung
20 Saya senang menghabiskan waktu bersama teman-teman
21 Saya sering diganggu teman-teman
22 Belajar adalah hal yang membosankan bagi saya
62
23 Saya mudah putus asa bila mengalami kegagalan
24 Terkadang saya tidak bisa memahami mata pelajaranyang sulit
25 Saya merasa belum memiliki kemampuan apa-apa
26 Tidak mungkin bagi saya untuk sukses seperti teman-teman lain
27 Saya suka menunda-nunda pekerjaan
28 Konsentrasi saya mudah buyar jika ada suatu masalahyang sedang saya hadapi
No Penyebab MasalahA B C D E F G
29 Kesempatan saya untuk maju sudah tidak ada lagikarena saya sudah pernah gagal
30 Saya jarang membaca buku
31 Saya suka menonton televisi sambil belajar pada saatdi rumah
63
32 Saya senang mengganggu teman ketika belajar
33 Saya tidak suka mengerjakan PR sendirian
Keterangan :
A = Malas C = Terlambat E = Kesulitan Belajar Ringan G = Bertengkar
B = Bolos D = Menyontek F = Kesulitan Belajar Sedang
Dari decision table diatas, dapat dibuatkan himpunan
basis aturan (rule base) dengan aturan IF-THEN. IF adalah
bagian premis sedangkan THEN adalah bagian konklusi.
Himpunan basis aturan untuk sistem pakar
konsultasi bimbingan konseling siswa ini adalah :
1. Rule Base Masalah Malas
R1 : IF Orangtua selalu memberi apapun=’Ya’
THEN Malas
R2 : IF Orangtua sibuk bekerja=’Ya’
THEN Malas
R3 : IF Boleh pulang hingga larut malam=’Ya’
THEN Malas
R4 : IF Tidak ada yang membantu mengerjakan
PR=’Ya’
THEN Malas
R5 : IF Keluarga jarang menghibur bila
sedih=’Ya’
THEN Malas
R6 : IF Tidak ada yang memberi solusi=’Ya’
THEN Malas
64
65
R7 : IF Sering tidak nyambung membicarakan
suatu hal=’Ya’
THEN Malas
R8 : IF Tidak bermusyawarah mengambil
keputusan=’Ya’
THEN Malas
R9 : IF Jarang meminta maaf=’Ya’
THEN Malas
R10 : IF Tidak seberuntung teman-teman=’Ya’
THEN Malas
R11 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’
THEN Malas
R12 : IF Mudah tersinggung=’Ya’
THEN Malas
R13 : IF Sering diganggu teman-teman=’Ya’
THEN Malas
R14 : IF Belajar adalah hal membosankan=’Ya’
THEN Malas
R15 : IF Mudah putus asa=’Ya’
THEN Malas
66
R16 : IF Belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’
THEN Malas
R17 : IF Tidak mungkin sukses=’Ya’
THEN Malas
R18 : IF Suka menunda pekerjaan=’Ya’
THEN Malas
R19 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’
THEN Malas
R20 : IF Kesempatan untuk maju tidak ada
lagi=’Ya’
THEN Malas
R21 : IF Jarang membaca buku=’Ya’
THEN Malas
R22 : IF Tidak suka mengerjakan PR
sendirian=’Ya’
THEN Malas
2. Rule Base Masalah Bolos
R23 : IF Orangtua sibuk bekerja=’Ya’
THEN Bolos
R24 : IF Boleh pulang hingga larut malam=’Ya’
THEN Bolos
67
R25 : IF Tidak ada yang membantu mengerjakan
PR=’Ya’
THEN Bolos
R26 : IF Tidak ada yang memberi solusi=’Ya’
THEN Bolos
R27 : IF Tidak bermusyawarah mengambil
keputusan=’Ya’
THEN Bolos
R28: IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang
menyenangkan=’Ya’
THEN Bolos
R29 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’
THEN Bolos
R30 : IF Mudah tersinggung=’Ya’
THEN Bolos
R31 : IF Senang menghabiskan waktu dengan
teman-teman=’Ya’
THEN Bolos
68
R32 : IF Sering diganggu teman-teman=’Ya’
THEN Bolos
R33 : IF Belajar adalah hal membosankan=’Ya’
THEN Bolos
R34 : IF Mudah putus asa=’Ya’
THEN Bolos
R35 : IF Belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’
THEN Bolos
R36 : IF Tidak mungkin sukses=’Ya’
THEN Bolos
R37 : IF Suka menunda-nunda pekerjaan=’Ya’
THEN Bolos
R38 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’
THEN Bolos
R39 : IF Kesempatan untuk maju sudah tidak ada
lagi=’Ya’
THEN Bolos
3. Rule Base Masalah Terlambat
R40 : IF Kesulitan mencari angkutan umum=’Ya’
69
THEN Terlambat
R41 : IF Orangtua sibuk bekerja=’Ya’
THEN Terlambat
R42 : IF Membantu orangtua mencari nafkah=’Ya’
THEN Terlambat
R43 : IF Boleh pulang hingga larut malam=’Ya’
THEN Terlambat
R44 : IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang
menyenangkan=’Ya’
THEN Terlambat
R45 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’
THEN Terlambat
R46 : IF Mudah tersinggung=’Ya’
THEN Terlambat
R47 : IF Senang menghabiskan waktu dengan
teman-teman=’Ya’
THEN Terlambat
R48 : IF Sering diganggu teman-teman=’Ya’
THEN Terlambat
70
R49 : IF Belajar merupakan hal
membosankan=’Ya’
THEN Terlambat
R50 : IF Mudah putus asa=’Ya’
THEN Terlambat
R51 : IF Tidak mungkin untuk sukses=’Ya’
THEN Terlambat
R52 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’
THEN Terlambat
R53 : IF Tidak suka mengerjakan PR
sendirian=’Ya’
THEN Terlambat
4. Rule Base Masalah Menyontek
R54 : IF Jarang berkumpul bersama=’Ya’
THEN Menyontek
R55 : IF Boleh pulang hingga larut malam=’Ya’
THEN Menyontek
R56 : IF Tidak ada yang membantu mengerjakan
PR=’Ya’
THEN Menyontek
71
R57 : IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang
menyenangkan=’Ya’
THEN Menyontek
R58 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’
THEN Menyontek
R59 : IF Mudah tersinggung=’Ya’
THEN Menyontek
R60 : IF Belajar merupakan hal
membosankan=’Ya’
THEN Menyontek
R61 : IF Mudah putus asa=’Ya’
THEN Menyontek
R62 : IF Tidak bisa memahami mata pelajaran
sulit=’Ya’
THEN Menyontek
R63 : IF Belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’
THEN Menyontek
R64 : IF Tidak mungkin untuk sukses=’Ya’
THEN Menyontek
R65 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’
72
THEN Menyontek
R66 : IF Kesempatan untuk maju sudah tidak ada
lagi=’Ya’
THEN Menyontek
R67 : IF Jarang membaca buku=’Ya’
THEN Menyontek
R68 : IF Senang mengganggu teman ketika
belajar=’Ya’
THEN Menyontek
5. Rule Base Kesulitan Belajar Ringan
R69 : IF Jarang berkumpul bersama=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R70 : IF Keluarga jarang menghibur bila
sedih=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R71 : IF Tidak ada yang memberi solusi=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R72 : IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang
menyenangkan=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
73
R73 : IF Belajar merupakan hal yang
membosankan=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R74 : IF Mudah putus asa=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R75 : IF Belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R76 : IF Tidak mungkin untuk sukses=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R77 : IF Suka menunda-nunda pekerjaan=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R78 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R79 : IF Jarang membaca buku=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R80 : IF Suka menonton televisi=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
R81 : IF Senang mengganggu teman=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
74
R82 : IF Tidak suka mengerjakan PR
sendirian=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Ringan
6. Rule Base Kesulitan Belajar Sedang
R83 : IF Orangtua sibuk bekerja=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R84 : IF Boleh pulang hingga larut malam
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R85 : IF Tidak ada yang membantu mengerjakan
PR=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R86 : IF Keluarga jarang menghibur bila
sedih=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R87 : IF Tidak ada yang memberi solusi saat
ada masalah=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R88 : IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang
menyenangkan=’Ya’
75
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R89 : IF Belajar adalah hal membosankan=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R90 : IF Mudah putus asa=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R91 : IF Tidak bisa memahami mata pelajaran
sulit=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R92 : IF belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R93 : IF Tidak mungkin untuk sukses=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R94 : IF Suka menunda-nunda pekerjaan=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R95 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R96 : IF Kesempatan untuk maju tidak ada
lagi=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
76
R97 : IF Jarang membaca buku=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R98 : IF Suka menonton televisi=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R99 : IF Senang mengganggu teman=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
R100 : IF Tidak suka mengerjakan PR
sendirian=’Ya’
THEN Kesulitan Belajar Sedang
7. Rule Base Masalah Bertengkar
R101 : IF Kakak-adik lebih disayang=’Ya’
THEN Bertengkar
R102 : IF Sering bersikap cuek=’Ya’
THEN Bertengkar
R103 : IF Jarang berkumpul bersama=’Ya’
THEN Bertengkar
R104 : IF Keluarga jarang menghibur bila
sedih=’Ya’
THEN Bertengkar
77
R105 : IF Sering tidak nyambung membicarakan suatu
hal=’Ya’
THEN Bertengkar
R106 : IF Tidak bermusyawarah mengambil
keputusan=’Ya’
THEN Bertengkar
R107 : IF Jarang meminta maaf=’Ya’
THEN Bertengkar
R108 : IF Ayah Ibu membiarkan ketika ada
masalah=’Ya’
THEN Bertengkar
R109 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’
THEN Bertengkar
R110 : IF Mudah tersinggung=’Ya’
THEN Bertengkar
R111 : IF Sering diganggu teman=’Ya’
THEN Bertengkar
D. Mesin inferensi
78
Mesin inferensi yang digunakan pada sistem ini
adalah menggunakan metode forward chaining, karena
fakta-fakta dikelompokkan menjadi bagian fakta yang
lebih spesifik, yang kemudian akan membentuk sebuah
kaidah yang memiliki kesimpulan tertentu.
E. Output
Output yang dihasilkan oleh sistem ini adalah
permasalahan yang dialami siswa sesuai dengan fakta
yang diinputkan untuk mendapatkan solusi yang ditujukan
kepada guru dan siswa terhadap permasalahan yang
dialami.
2.3.2 Perancangan Sistem2.3.2.1 Hierarchy Chart
79
Gambar 3.5 Desain Hierarchy Chart
Terdapat tiga buah proses yang dapat
digambarkan pada perancangan sistem pakar bimbingan
konseling ini. Pada proses level pertama yang terdiri
dari proses merekam data penyebab, data knowledge, data
masalah serta data solusi. Pada proses level kedua
terdiri dari proses merekam siswa, merekam data
konsultasi serta menampilkan hasil konsultasi.
2.3.2.2 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram adalah representasi grafik dari
sebuah sistem. DFD menggambarkan komponen-komponen
80
sebuah sistem, aliran-aliran data di mana komponen-
komponen tersebut, dan asal, tujuan, dan penyimpanan
dari data tersebut.
Data Flow Diagram dibawah ini akan menjelaskan proses
pada sistem pakar bimbingan konseling dari diagram
konteks, DFD level 0 dan DFD level 1.
1. Diagram Konteks (Context Diagram)
Gambar 3.6 Desain Context Diagram
Proses awal yang terlihat pada gambar diagram
konteks diatas adalah guru sebagai pakar dapat
menginputkan basis pengetahuan yang terdiri dari data
masalah, data penyebab, data knowledge dan data solusi.
Setelah itu, pengambilan keputusan hasil konsultasi
akan dapat dilakukan. Sementara itu, siswa yang telah
81
mendaftar akan dapat masuk ke sistem dan melakukan
konsultasi dengan menjawab pertanyaan seputar penyebab
yang dialami siswa. Sistem kemudian akan memberikan
keputusan hasil konsultasi berupa kemungkinan masalah
yang dihadapi siswa, serta bagaimana solusinya. Setelah
itu, pakar akan mendapatkan hasil laporan data siswa
dan data hasil konsultasi siswa yang berdasarkan
harian, bulanan serta jenis kelamin siswa.
82
Gambar 3.7 DFD Level 0 Sistem Pakar Bimbingan
Konseling Pada Siswa
Gambar 3.7 menunjukkan proses DFD level 0.
Pada proses pertama, guru sebagai pakar akan melakukan
penginputan data penyebab, data masalah, data knowledge
dan data solusi. Proses selanjutnya yaitu siswa
83
mendaftar dan melakukan konsultasi bimbingan konseling
untuk mendapatkan hasil konsultasi berdasarkan database
siswa, penyebab, dan knowledge serta data solusi. Pada
proses ketiga, guru akan menerima laporan data siswa
serta data laporan hasil konsultasi berdasarkan periode
waktu harian, bulanan, dan laporan hasil konsultasi
berdasarkan jenis kelamin siswa.
2. DFD Level 1 Proses 1
Gambar 3.8 DFD Level 1 Proses 1 Sistem Pakar Bimbingan
Konseling
84
DFD Level 1 Proses 1 ini merupakan penjabaran
dari DFD Level 0. Pada proses 1, guru sebagai pakar
menginputkan data-data penyebab, knowledge, masalah serta
solusi yang diberikan untuk masing-masing masalah.
Data-data tersebut kemudian akan disimpan ke dalam
tabel penyebab, tabel knowledge, tabel masalah dan tabel
solusi.
3. DFD Level 1 Proses 2
85
Gambar 3.9 DFD Level 1 Proses 2 Sistem Pakar Bimbingan
Konseling
Pada DFD level 1 proses 2 ini, siswa yang telah
mendaftar akan melakukan konsultasi dengan menjawab
pertanyaan yang ditampilkan oleh sistem pakar yang
kemudian disimpan dalam file konsultasi. Setelah siswa
86
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditampilkan, sistem
kemudian akan menampilkan hasil konsultasi.
4. DFD Level 1 Proses 3
Gambar 3.10 DFD Level 1 Proses 3 Sistem Pakar BimbinganKonseling
87
Pada gambar 3.10, terlihat bahwa guru bimbingan
konseling menerima laporan data siswa yang melakukan
konsultasi berdasarkan harian, bulanan, jenis kelamin
serta laporan data seluruh siswa yang melakukan
konsultasi.
2.3.2.3 Spesifikasi Kebutuhan Hardware dan Software
Sistem pakar yang dirancang ini membutuhkan
spesifikasi perangkat keras yaitu sebagai berikut:
1. Processor Intel Core 2 Duo
2. Memory RAM 1 GB
Adapun spesifikasi perangkat lunak yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Sistem operasi Windows XP Service Pack 2
2. Xampp 1.7.3
2.3.2.4 Desain Output
Desain output merupakan rancangan laporan dari
hasil pemrosesan oleh sistem pakar bimbingan konseling
pada siswa. Output yang ditampilkan oleh sistem kepada
siswa terlihat pada gambar dibawah ini :
88
Gambar 3.11 Desain Output Hasil Konsultasi Siswa
Sistem akan memberikan hasil berupa data-data
siswa yang telah melakukan konsultasi, tanggal dan
waktu saat siswa melakukan konsultasi, kemungkinan
masalah yang sedang dihadapi siswa serta solusi yang
diberikan sistem kepada siswa.
89
Gambar 3.12 Desain Output Laporan Data Siswa
Gambar 3.11 diatas adalah desain output hasil
laporan seluruh data siswa setelah melakukan konsultasi
bimbingan konseling dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang ditampilkan. Output pada form ini meliputi
id konsultasi, NISN, nama siswa, kelas, jenis kelamin,
tanggal terakhir konsultasi serta hasil terakhir
konsultasi.
90
Gambar 3.13 Desain Output Laporan Data Hasil KonsultasiHarian
Output hasil konsultasi siswa berdasarkan harian
tampak pada gambar 3.12 diatas. Informasi yang
ditampilkan adalah id konsultasi, NISN, nama siswa,
kelas, jenis kelamin, tanggal konsultasi serta hasil
konsultasi berupa masalah yang dialami.
Gambar 3.14 Desain Output Laporan Data Hasil KonsultasiBulanan
91
Pada gambar 3.14 tampak desain output laporan
data hasil konsultasi berdasarkan bulanan. Informasi
yang dihasilkan berupa id konsultasi, NISN, nama siswa,
kelas jenis, kelamin dan hasil konsultasi yang
diurutkan berdasarkan bulan dan tahun.
Gambar 3.15 Laporan Hasil Konsultasi Siswa BerdasarJenis Kelamin
Gambar 3.15 diatas adalah output hasil konsultasi
siswa yang telah melakukan konsultasi berdasarkan jenis
kelamin.
2.3.2.5 Desain Input
Input yang terdapat pada sistem ini ada beberapa
buah, diantaranya :
1. Rancangan Input Login Siswa
92
Gambar 3.16 Form Input Login
Fungsi : Memverifikasi kebenaran data yang
telah diinputkan
Tabel yang terlibat : tabel siswa
Pengguna : siswa
Navigasi :
Tombol Login : Tombol ini berfungsi
untuk memverifikasi proses masuk ke sistem
Tombol Cancel : Tombol ini digunakan untuk
membatalkan proses penginputan data login yang terjadi.
2. Rancangan Pendaftaran Data Siswa
Fungsi : Mendaftarkan data-data siswa ke
dalam sistem. Tidak boleh ada field yang masih kosong.
Tabel yang terlibat : tabel siswa
Navigasi :
93
Tombol Daftar : Untuk menyimpan data-data
siswa ke dalam sistem
Tombol Kembali : Untuk membatalkan proses yang
hendak disimpan
Gambar 3.17 Form Pendaftaran Siswa
3. Rancangan Konsultasi Siswa
Gambar 3.18 Form Konsultasi
94
Fungsi : Menampilkan daftar pertanyaan
yang harus dijawab siswa didalam sistem. Jawaban yang
disediakan yaitu pernyataan ‘Ya’ dan ‘Tidak’
Tabel yang terlibat : tabel siswa, tabel konsul
penyebab, tabel knowledge, tabel konsultasi
Navigasi :
Tombol Ya : Untuk menginputkan jawaban
konsultasi siswa
Tombol Tidak : Untuk menginputkan jawaban
konsultasi siswa
Tombol Proses : Untuk memproses hasil konsultasi
siswa
4. Rancangan Hasil Konsultasi Siswa
95
Gambar 3.19 Form Hasil Konsultasi
Fungsi : Menampilkan hasil konsultasi
siswa berdasarkan pertanyaan yang telah dijawab
Tabel yang terlibat : tabel siswa, tabel
konsultasi, tabel knowledge, tabel solusi
5. Rancangan Tambah Data Penyebab
Fungsi : Untuk menginputkan data-data penyebab
permasalahan siswa
96
Tabel yang terlibat : tabel penyebab
Pengguna : guru bimbingan konseling
Navigasi :
Tombol Simpan : Tombol ini berfungsi untuk
menyimpan data.
Tombol Simpan dan Kembali : Tombol ini berfungsi
untuk menyimpan data dan kembali ke menu input
penyebab.
Tombol Batal : Tombol yang berfungsi untuk
membatalkan proses yang terjadi.
Gambar 3.20 Form Input Penyebab
Setelah data-data penyebab dimasukkan, kemudian
sistem akan menyimpannya kedalam basis data dan
97
menampilkan sejumlah data yang telah ditambahkan
seperti yang terlihat pada gambar 3.21 dibawah ini.
Gambar 3.21 Hasil Tampilan Input Penyebab
Fungsi : Untuk melihat hasil pembaruan
data setelah data penyebab ditambah.
Tabel yang terlibat : tabel penyebab
Link Tambah Penyebab: Untuk menambah penyebab
permasalahan siswa
Link Export : Untuk melihat laporan dengan bantuan
Microsoft Excel
98
Link Print : Untuk mencetak hasil laporan dengan
Excel .
Tombol Edit : Untuk mengedit data yang telah
ditambahkan
Tombol Hapus : Untuk menghapus data yang telah
ditambahkan.
Halaman :Menampilkan halaman yang sedang aktif
serta menunjukkan jumlah halaman.
6. Rancangan Tambah Data Masalah
Fungsi : Untuk menginputkan data-data
permasalahan yang terjadi pada siswa
Tabel yang terlibat : tabel masalah
Pengguna : guru bimbingan konseling
Navigasi :
Tombol Simpan : Tombol ini berfungsi untuk menyimpan
data.
Tombol Simpan dan Kembali : Tombol ini berfungsi
untuk menyimpan data dan kembali ke menu input masalah.
99
Tombol Batal : Tombol ini berfungsi untuk menghapus
data yang telah disimpan.
Gambar 3.22 Form Input Data Masalah
Setelah data permasalahan siswa dimasukkan,
selanjutnya sistem akan menampilkan keseluruhan data
masalah yang telah diperbarui. Tampilan seperti pada
gambar berikut.
100
Gambar 3.23 Hasil Tampilan Input Data Masalah
Fungsi : Untuk melihat hasil pembaruan
data setelah data permasalahan ditambah.
Tabel yang terlibat : tabel penyebab
Link Tambah Penyebab : Untuk menambah penyebab
permasalahan siswa
Link Export : Untuk melihat laporan dengan bantuan
Microsoft Excel
Link Print : Untuk mencetak hasil laporan dengan
Excel .
101
Tombol Edit : Untuk mengedit data yang telah
ditambahkan
Tombol Hapus : Untuk menghapus data yang telah
ditambahkan.
Halaman : Menampilkan halaman yang sedang aktif
serta menunjukkan jumlah halaman.
7. Rancangan Input Solusi
Gambar 3.24 Form Input Solusi
102
Selanjutnya sistem akan memberikan solusi
berdasarkan permasalahan yang ada. Selanjutnya,
keseluruhan solusi akan ditampilkan sebagai berikut.
Gambar 3.25 Hasil Tampilan Input Solusi
Fungsi : Untuk melihat hasil pembaruan
data setelah data solusi ditambah.
Tabel yang terlibat : tabel solusi, tabel masalah
Link Tambah Penyebab : Untuk menambah solusi
permasalahan siswa
Link Export : Untuk melihat laporan dengan bantuan
Microsoft Excel
Link Print : Untuk mencetak hasil laporan dengan
Excel .
103
Tombol Edit : Untuk mengedit data yang telah
ditambahkan
Tombol Hapus : Untuk menghapus data yang telah
ditambahkan.
Halaman : Menampilkan halaman yang sedang aktif
serta menunjukkan jumlah halaman.
2.3.2.6 Desain Database2.3.2.6.1 Entity Relationship Diagram
Entity Relationship diagram (ER Diagram)
digunakan untuk menggambarkan hubungan antara entitas
dan atribut. Terdapat entitas yaitu : siswa,
konsultasi, konsultasi penyebab, penyebab, knowledge,
masalah,dan solusi. Selain itu terdapat pula entitas
eksternal yaitu : pakar. Hubungan antara entitas
konsultasi dengan penyebab bersifat many to many yang
menghasilkan tabel konsultasi penyebab. Sedangkan
entitas penyebab dengan masalah bersifat many to many
yang menghasilkan tabel knowledge.
Atribut yang terdapat pada entitas siswa adalah
username, password, nisn, nama, kelas dan jenis kelamin.
104
Entitas konsultasi memiliki atribut id konsultasi, nisn
sebagai foreign key, serta tanggal konsultasi. Entitas
penyebab memiliki atribut id penyebab, dan nama
penyebab. Entitas masalah memiliki atribut id masalah
dan nama masalah. Tabel knowledge yang dihasilkan dari
hubungan antara entitas penyebab dan masalah memiliki
atribut yaitu id knowledge, id masalah serta nama
penyebab. Entitas solusi mempunyai atribut id solusi
dan nama solusi. Hal tersebut terlihat pada gambar 3.13
dibawah ini.
105
Gambar 3.26 Entity Relationship Diagram
3.3.6.2 Schema Data
Dari ER Diagram dapat dibentuk skema data yang
digambarkan dalam tabel siswa, tabel masalah, tabel
penyebab, tabel solusi dan tabel konsultasi. Tabel-
tabel tersebut dijabarkan kedalam bentuk seperti di
tabel 3.2.
106
Tabel 3.2 Tabel SiswaNo Field Name Type Size Description1 Username Varchar 10 Username Siswa2 Password Varchar 8 Password Siswa1 Nisn Varchar 10 Nomor Induk Siswa
Nasional (Primary key)2 nama_siswa Varchar 20 Nama Siswa3 jenis_kelamin Enum 2 Jenis Kelamin4 Kelas Varchar 5 Kelas
Tabel siswa ini merupakan tabel yang berfungsi
untuk menyimpan data-data siswa dengan NISN (Nomor
Induk Siswa Nasional) sebagai primary key. Setiap
penambahan dan pengurangan data akan mempengaruhi tabel
ini.
Tabel 3.3 Tabel KonsultasiNo Field Name Type Size Description1 id_konsultasi Integer 10 ID Konsultasi (Primary
key)2 Nisn Varchar 10 Nomor Induk Siswa
Nasional3 tgl_konsul Datetime Tanggal
107
Atribut dari tabel konsultasi yang merupakan
hubungan many to many antara entitas siswa dengan
entitas penyebab adalah id_konsultasi, nisn, id
penyebab dan tanggal konsultasi.
Tabel 3.4 Tabel Konsultasi PenyebabNo Field Name Type Size Description1 id_konsultasi Integer 10 ID Konsultasi (Foreign
Key)2 id_penyebab Varchar 5 ID Penyebab (Foreign
Key)3 Jawaban Enum 2 Jawaban
Tabel konsultasi penyebab berfungsi untuk
menghubungkan antara tabel konsultasi dengan tabel
penyebab. Atribut dalam tabel ini terdiri dari id
konsultasi, id penyebab serta jawaban. Id konsultasi
dan id penyebab merupakan foreign key dari tabel
konsultasi dan tabel penyebab.
Tabel 3.5 Tabel PenyebabNo Field Name Type Size Description1 id_penyebab Varchar 5 ID Penyebab (Primary
key)2 nama_penyebab Varchar 100 Nama Penyebab
108
Tabel 3.5 merupakan tabel yang berfungsi untuk
menyimpan penyebab yang kemungkinan terjadi pada siswa,
dengan primary key adalah id penyebab.
Tabel 3.6 Tabel MasalahNo Field Name Type Size Description1 id_masalah Varchar 5 ID Penyebab(Primary key)2 nama_masalah Varchar 30 Penyebab
Tabel masalah berfungsi sebagai penyimpan data-
data masalah yang menjadi output dari sistem pakar yang
terdiri dari id masalah serta nama masalah. Primary key
pada tabel ini adalah id masalah.
Tabel 3.7 Tabel knowledgeNo Field Name Type Size Description1 id_knowledge Integer 5 ID Knowledge (Primary
Key)1 id_masalah Varchar 5 ID Masalah (Foreign Key)2 id_penyebab Varchar 100 ID Penyebab
Tabel knowledge adalah tabel yang berfungsi untuk
menyimpan pengetahuan sistem pakar yang terdiri dari id
knowledge, id masalah dan nama penyebab. Id knowledge
109
menjadi primary key, sedangkan id masalah serta id
penyebab menjadi foreign key.
Tabel 3.8 Tabel solusiNo Field Name Type Siz
e
Description
1 id_solusi Varchar 5 ID Solusi (Primary Key)2 nama_solusi Longtext Nama Solusi3 id_masalah Varchar 5 ID Masalah (Foreign Key)
Tabel solusi berfungsi untuk menyimpan data-data
solusi yang menjadi output sistem pakar.
Tabel 3.9 Tabel pakarNo Field Name Type Siz
e
Description
1 Username Varchar 5 Username Pakar2 Password Varchar 5 Password Pakar
2.3.2.7 Desain Antarmuka
Desain antarmuka pada sistem pakar untuk
bimbingan konseling pada siswa dijelaskan pada diagram
dibawah ini.
110
Gambar 3.27 Struktur Menu Program
Dalam struktur menu program pada gambar
3.26, sistem pakar ini terdiri dari menu pakar dan menu
siswa. Menu yang dapat dilihat oleh pakar berbeda
dengan menu yang dapat dilihat oleh siswa. Pakar dapat
melihat menu file pakar dan laporan, sedangkan siswa
hanya dapat mengakses menu untuk siswa saja.
111
Gambar 3.28 Antarmuka Menu Sistem Pakar BimbinganKonseling
Untuk memulai pertama kalinya, siswa mengklik
menu siswa. Kemudian bagi yang belum mendaftar, dapat
mendaftar terlebih dahulu untuk mulai menggunakan
sistem dengan mengklik tombol ‘Daftar’ melengkapi form
dibawah ini. Field seluruhnya harus diisi dan tidak boleh
ada yang kosong. Bila masih ada yang kosong, sistem
112
akan meminta siswa kembali melengkapi data dirinya
seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.29 Form Pendaftaran Siswa
Bila siswa sudah mendaftar, siswa dapat memasuki
sistem dan mulai melakukan konsultasi. Kemudian, siswa
akan diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan sistem dengan menekan tombol ‘Ya’ atau
‘Tidak’. Siswa diminta untuk menjawab pilihan yang
sesuai.
113
Gambar 3.30 Form Konsultasi Siswa
Gambar 3.31 Hasil Konsultasi Siswa
Menu bantuan diberikan kepada siswa yang ingin
menjadi anggota dan ingin memperoleh informasi mengenai
tata cara penggunaan sistem.
114
Gambar 3.32 Form Menu Bantuan
Antarmuka untuk guru sebagai pakar dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
115
Gambar 3.33 Antarmuka Pakar
Guru sebagai pakar dapat melakukan pembaruan
data serta mencetak laporan dengan melakukan login
terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat pada gambar
3.33.
Gambar 3.34 Menu login Pakar (Guru)
Guru dapat melakukan penambahan dan pembaruan
data penyebab dengan mengklik menu input penyebab.
116
Pada menu ini akan ditampilkan id penyebab, nama
penyebab serta link menuju form tambah penyebab atau edit
penyebab. Bila guru akan menghapus data, guru mengklik
tombol hapus yang ada pada bagian ‘Pilihan’.
Gambar 3.35 Form Data Penyebab
Form ini hanya dapat digunakan oleh pakar. Setiap
penambahan dan pengurangan data knowledge akan
mempengaruhi database. Pada sistem pakar ini, knowledge
adalah penghubung antara penyebab dengan masalah. Guru
dapat melakukan pembaruan atau penambahan data pada
menu ini seperti terlihat pada gambar berikut.
117
Gambar 3.36 Form Data Knowledge
Permasalahan yang dialami siswa beragam
dan oleh karena itu, guru dapat melakukan pembaruan
data permasalahan di sekolah seperti terlihat pada menu
‘Data Masalah’ dibawah ini.
Gambar 3.37 Form Data Masalah
Guru dapat pula menambahkan solusi dari permasalahan
yang ada dengan mengklik menu ‘Tambah Solusi’.
118
Setiap permasalahan akan diberikan solusi.
Solusi diberikan langsung oleh guru bimbingan konseling
atau psikolog pendidikan. Guru dapat menambah serta
memperbarui data pada menu ini.
Gambar 3.38 Form Data Solusi Untuk menu laporan, terdapat beberapa menu,
yaitu laporan seluruh data siswa yang melakukan
konsultasi, laporan hasil konsultasi berdasarkan harian
siswa, laporan hasil konsultasi berdasarkan bulanan
serta laporan hasil konsultasi berdasarkan jenis
kelamin siswa.
Gambar 3.39 Form Laporan Seluruh Data Siswa
119
Gambar 3.39 diatas adalah form laporan seluruh
data siswa yang melakukan konsultasi. Untuk
menampilkannya, pakar mengklik menu laporan dan memilih
menu ‘Data Siswa’, kemudian data-data seluruh siswa
yang melakukan konsultasi beserta tanggal terakhir dan
hasil terakhir konsultasi akan muncul. Klik link ‘Cetak
Laporan’ untuk mencetak laporan dan laporan akan
ditampilkan seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.40 Laporan Seluruh Data Siswa
Selain data seluruh siswa, pakar juga dapat
melihat dan mencetak laporan konsultasi harian seperti
terlihat pada gambar berikut ini.
120
Gambar 3.41 Form Laporan Data Konsultasi Harian Siswa
Gambar 3.41 merupakan antarmuka laporan data
hasil konsultasi harian siswa. Untuk menampilkannya,
pakar memilih menu laporan dan menginputkan tanggal,
bulan dan tahun kemudian klik ‘submit’ dan sistem akan
mengurutkan hasilnya berdasarkan tanggal konsultasi
yang dipilih. Untuk mencetaknya, pakar dapat mengklik
link ‘Cetak Laporan’ dan laporan akan ditampilkan dalam
bentuk file pdf seperti terlihat pada gambar 3.41 dibawah
ini.
121
Gambar 3.42 Laporan Hasil Konsultasi Harian
Siswa
Untuk menampilkan laporan data hasil konsultasi
bulanan, pilih bulan dan tahun yang ingin ditampilkan.
kemudian klik submit dan link ‘Cetak Laporan’. Kemudian,
laporan akan ditampilkan dalam bentu file pdf seperti
dibawah ini.
Gambar 3.43 Form Laporan Data Bulanan Siswa
Gambar 3.44 Laporan Hasil Konsultasi Bulanan Siswa
122
Untuk menampilkan laporan data hasil konsultasi
berdasarkan jenis kelamin siswa, pakar dapat memilih
menu laporan dan sub menu‘Data Konsultasi Jenis
Kelamin’. Kemudian, sistem akan menampilkan form laporan
hasil konsultasi siswa. Pakar diminta untuk
menginputkan jenis kelamin dan mengklik tombol ‘submit’.
Setelah itu, pakar dapat mencetaknya dengan mengklik
link ‘Cetak Laporan’ seperti terlihat pada gambar dibawah
ini.
Gambar 3.45 Form Laporan Hasil Konsultasi Berdasarkan
Jenis Kelamin Siswa
123
Gambar 3.46 Laporan Hasil Konsultasi Berdasarkan Jenis
Kelamin Siswa
2.3.2.8 Desain Logika Program
Gambaran mengenai alur logika sistem pakar
bimbingan konseling siswa ini dapat dideskripsikan
melalui flowchart-flowchart dibawah ini.
1. Program Flowchart Menu Utama
124
Gambar 3.47 Program Flowchart Menu Utama
Pertama kali sistem akan menampilkan menu utama
yang terdiri dari menu pakar dan menu siswa. Bila yang
menggunakan sistem adalah pakar, maka dapat mengklik
pakar dan sistem akan mengarahkan ke form login pakar.
Bila yang menggunakan sistem adalah siswa, maka dapat
mengklik menu siswa untuk kemudian siswa dapat
melakukan pendaftaran dan konsultasi permasalahan.
2. Program Flowchart Menu Pakar
126
Gambar 3.49 Program Flowchart Menu File Pakar
Pakar dapat menginputkan data-data apabila telah
melakukan login sistem. Apabila pakar mengklik sub menu file
pakar, maka sistem akan menampilkan form data penyebab,
data knowledge, data masalah serta data solusi dari
masing-masing masalah.
127
3. Pogram Flowchart Sub Menu Data Penyebab
Gambar 3.50 Program Flowchart Sub Menu DataPenyebab
Pada program flowchart gambar 3.50, guru bimbingan
konseling dapat melakukan penginputan dan pembaruan
128
penyebab. Bila guru akan menambah data, sistem akan
menuju ke form tambah data penyebab. Bila akan mengedit
data, sistem akan menuju ke form edit data penyebab
setelah sebelumnya menentukan data yang akan diedit.
Bila akan menghapus data, pakar cukup memilih data yang
akan dihapus dan mengklik tombol hapus serta mengklik
tombol konfirmasi untuk memastikan data akan dihapus.
Setelah itu, data secara otomatis akan dihapus.
4. Program Flowchart Sub Menu Data Knowledge
129
Gambar 3.51 Program Flowchart Knowledge
Pada gambar 3.51, akan ditampilkan menu untuk
menambah serta memperbarui data knowledge. Bila guru
hendak menambahkan data permasalahan, dapat dengan
mengklik link yang tersedia menuju form tambah data
masalah. Proses edit jika guru ingin mengedit data yang
ada. Proses delete dipilih jika ingin menghapus data.
Jika tombol ‘Batal’ yang dipilih, maka akan langsung
diarahkan kembali ke menu data knowledge.
5. Program Flowchart Sub Menu Data Masalah
130
Gambar 3.52 Program Flowchart Menu Data Masalah
Pada gambar 3.52, akan ditampilkan menu untuk
menambah serta memperbarui data masalah. Bila guru
hendak menambahkan data permasalahan, dapat denagn
mengklik link yang tersedia menuju form tambah data
masalah. Proses edit jika guru ingin mengedit data
permasalahan yang ada. Proses delete dipilih jika ingin
menghapus data. Jika tombol ‘Batal’ yang dipilih, maka
akan langsung diarahkan kembali ke form data masalah.
131
6. Program Flowchart Sub Menu Data Solusi
Gambar 3.53 Program Flowchart Solusi
Pada gambar 3.53, akan ditampilkan menu untuk
menambah serta memperbarui data solusi. Bila guru
hendak menambahkan data permasalahan, dapat dengan
mengklik link yang tersedia menuju form tambah data
132
masalah. Proses edit jika guru ingin mengedit data yang
ada. Proses delete dipilih jika ingin menghapus data.
Jika tombol ‘Batal’ yang dipilih, maka akan langsung
diarahkan kembali ke menu data solusi.
7. Program Flowchart Menu Laporan
133
Gambar 3.54 Flowchart Laporan
Laporan pada sistem pakar ini terdiri dari empat
laporan, yaitu laporan seluruh data siswa, laporan
berdasarkan harian, laporan berdasarkan bulanan, serta
laporan berdasarkan jenis kelamin.
134
Pada menu tampilkan seluruh laporan data siswa,
sistem akan menampilkan seluruh data siswa yang telah
mendaftar menjadi anggota. Pada menu tampilkan laporan
berdasarkan harian, sistem akan menampilkan laporan
data berdasarkan harian. Pada menu tampilkan laporan
berdasarkan bulanan, maka sistem akan menampilkan
laporan yang disusun berdasarkan bulan yang dipilih,
begitu pula pada menu tampilkan laporan data
berdasarkan jenis kelamin.
8. Program Flowchart Menu Siswa
135
Gambar 3.55 Program Flowchart Menu Siswa
Pada gambar 3.53, bila siswa akan menggunakan
sistem maka diharuskan melakukan verifikasi data login
terlebih dahulu. Bila siswa masih belum terdaftar
sebagai anggota, siswa dapat memilih menu daftar dan
akan langsung menuju form pendaftaran siswa.
Setelah diarahkan ke form pendaftaran,
selanjutnya siswa akan diminta untuk mengisi seluruh
136
field yang ada dan kemudian mengklik tombol ‘Daftar’.
Setelah itu, siswa akan diarahkan kembali menuju menu
utama untuk mengklik menu login. Bila siswa ingin
membatalkan proses yang terjadi, dapat mengklik tombol
‘Kembali’ sehingga data yang telah diisi akan dihapus
kembali.
9. Program Flowchart Konsultasi Siswa
Gambar 3.56 Program Flowchart Konsultasi Siswa
137
Pada program flowchart konsultasi pada gambar 3.56
diatas, proses yang pertama kali terjadi adalah siswa
diminta untuk menginputkan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan seputar penyebab yang muncul. Jawaban
tersebut berupa ‘ya’ dan ‘tidak’. Selanjutnya, sistem
akan menyimpan seluruh jawaban siswa. Jawaban yang
dijawab ‘ya’ oleh siswa akan menjadi penyebab
permasalahan untuk kemudian dicari kesesuaian antara
penyebab dengan masalah di tabel knowledge. Pengambilan
keputusan masalah yang dihasilkan didapat dari
persentase antara penghitungan jumlah penyebab yang
dijawab siswa dan penghitungan knowledge. Setelah itu,
sistem akan menampilkan hasil kemungkinan masalah yang
dihadapi beserta solusinya. Hasil konsultasi kemudian
akan disimpan ke dalam database.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui
kesamaan output berupa kemungkinan permasalahan yang
dialami siswa menurut pakar dengan kemungkinan
permasalahan yang dialami siswa menurut sistem.
Untuk mengetahui hasil output dari sistem, siswa
sebagai pengguna harus melakukan konsultasi dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
sistem. Setelah proses konsultasi selesai, maka akan
muncul halaman lihat hasil yang akan menampilkan
kemungkinan permasalahan yang dialami siswa beserta
solusinya. Pengujian yang dilakukan diantaranya :
1. Satu penyebab pada satu masalah
2. Satu penyebab pada beberapa jenis masalah
3. Beberapa penyebab pada beberapa jenis masalah
4.1.1 Pengujian Satu Penyebab dengan Satu Masalah
Pada pengujian satu penyebab dengan satu masalah,
sistem akan mencoba menguji menggunakan contoh siswa
139
140
yang menginputkan satu gejala saja yaitu “Orangtua saya
sering memberikan apapun yang saya inginkan”. Menurut
pakar psikologi pendidikan dan guru bimbingan
konseling, hal ini mengindikasikan bahwa siswa tersebut
mengalami masalah Malas.
Jika menggunakan sistem pakar, langkah pertama
yang harus dilakukan setelah login adalah memilih menu
Konsultasi. Setelah form Konsultasi muncul, siswa
diminta untuk menginputkan satu atau sejumlah penyebab
yang sesuai dengan dirinya, kemudian klik tombol
Proses. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada gambar
dibawah ini.
142
Setelah siswa menjawab seluruh pernyataan yang
diajukan oleh sistem, siswa kemudian mengklik tombol
‘Proses’. Sistem kemudian akan menyimpan seluruh
jawaban siswa di tabel konsul penyebab. Hasil jawaban
siswa yang dijawab ‘Ya’ akan dicocokkan dengan tabel
penyebab dan dicari data masalahnya pada tabel
knowledge. Hasil keputusan masalah berdasarkan
persentase antara jumlah pernyataan penyebab yang
dijawab ‘Ya’ oleh siswa dengan jumlah knowledge pada
masing-masing masalah. Nilai hasil persentase yang
paling besar kemudian akan menjadi kesimpulan
kemungkinan masalah yang dihadapi. Dibawah ini adalah
tabel view konsul untuk melihat kesesuaian antara
inputan penyebab dengan masalah yang dihasilkan.
Gambar 4.2 Tabel Query Konsultasi untuk Pengujian SatuPenyebab pada Satu Masalah
Setelah tombol Proses diklik, maka sistem akan
menampilkan hasil konsultasi seperti gambar dibawah
ini.
143
Gambar 4.3 Hasil Konsultasi Siswa Satu Penyebab padaSatu Masalah
4.1.2 Pengujian Satu Penyebab dengan Beberapa Masalah
Pada pengujian satu penyebab dengan yang
memiliki beberapa jenis masalah, pengujian menggunakan
contoh seorang siswa yang menginputkan penyebab ‘Saya
boleh pulang hingga larut malam’ yang menurut hasil
pakar merupakan penyebab dari masalah malas, bolos,
terlambat, menyontek dan kesulitan belajar ringan dan
kesulitan belajar sedang
Melalui penggunaan sistem pakar, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah memilih menu konsultasi dan
menjawab pertanyaan seperti dibawah ini.
144
Gambar 4.4 Hasil Konsultasi Siswa Satu Penyebab padaBanyak Masalah
Gambar 4.5 Konsultasi Siswa Satu Penyebab pada Beberapa
Masalah (Lanjutan)
145
Dibawah ini adalah tabel view_konsul untuk
melihat kesesuaian antara penyebab dengan masalah yang
ditimbulkan.
Gambar 4.6 Tabel Query Konsultasi untuk Pengujian SatuPenyebab pada Beberapa Masalah
Setelah tombol proses diklik, maka akan
memunculkan hasil seperti dibawah ini.
146
Gambar 4.7 Hasil Konsultasi Satu Penyebab pada BeberapaMasalah
4.1.3 Pengujian Beberapa Penyebab dengan Beberapa
Masalah
Pengujian pada beberapa penyebab yang menghasilkan
beberapa jenis masalah menggunakan contoh seorang siswa
yang menginputkan data penyebab yang menurut pakar
merupakan penyebab dari masalah malas, kesulitan
belajar ringan dan kesulitan belajar sedang. Melalui
penggunaan sistem pakar, langkah pertama yang dilakukan
adalah dengan memilih menu konsultasi dan menjawab
pertanyaan seperti dibawah ini.
147
Gambar 4.8 Konsultasi Siswa Beberapa Penyebab pada
Beberapa Masalah
Setelah siswa menginputkan jawaban berdasarkan
pernyataan-pernyataan yang ada, siswa lalu mengklik
tombol ‘Proses’ dan sistem kemudian akan menyimpan
jawaban siswa pada tabel konsul_penyebab. Hasil jawaban
148
siswa yang dijawab ‘Ya’ akan dicocokkan dengan tabel
penyebab dan dicari data masalahnya pada tabel
knowledge. Hasil keputusan masalah berdasarkan
persentase antara jumlah pernyataan penyebab yang
dijawab ‘Ya’ oleh siswa dengan jumlah knowledge pada
masing-masing masalah.
Sementara itu, tabel query yang menunjukkan
hubungan antara penyebab dan masalah yang ditimbulkan
terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.9 Tabel Query Konsultasi untuk PengujianBeberapa Penyebab pada Beberapa Masalah
149
Pada tabel query yang diberi nama ‘view_konsul’
dalam gambar 4.9, muncul kesesuaian antara beberapa
penyebab dengan masalah yang kemungkinan dialami yang
didapat dari tabel knowledge.
Setelah tombol ‘Proses’ di klik, akan tampil
hasil konsultasi seperti terlihat pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Hasil Konsultasi Siswa Beberapa Penyebabpada
Beberapa Masalah
4.2 Perbandingan Hasil Pengujian
150
Perbandingan hasil pengujian bertujuan untuk
membandingkan hasil konsultasi menurut pakar dengan
hasil pengujian sistem pakar bimbingan konseling pada
siswa.
a. Kasus I, seorang siswa berkonsultasi dengan
pernyataan penyebab yang dijawab sama dengan ‘Ya’
yaitu :
- Orangtua saya selalu memberikan apapun yang
saya inginkan
Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Pengujian SatuPenyebab
dengan Satu Masalah
No
Kemungkinan
Masalah yang
Dihadapi
Menurut
Hasil Pakar
Menurut
Hasil
Sistem
Pakar1 Malas Malas Malas[4,5%
]
151
b. Kasus II, dengan inputan pernyataan penyebab yang
dijawab sama dengan ‘Ya’sebagai berikut :
- Saya boleh pulang hingga larut malam
Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Pengujian SatuPenyebab dengan Beberapa Masalah
No
KemungkinanMasalah yang
Dihadapi
MenurutHasil Pakar
MenurutHasilSistemPakar
1 Malas Malas
Terlambat[7%]
2 Bolos Bolos3 Terlambat Terlambat4 Menyontek Menyontek
5 Kesulitan BelajarRingan
KesulitanBelajarRingan
6 Kesulitan BelajarSedang
KesulitanBelajarSedang
c. Kasus III dengan inputan pernyataan penyebab sama
dengan ‘Ya’ adalah :
-Saya kurang bisa mengungkapkan hal yang kurang
menyenangkan
-Terkadang saya tidak bisa memahami mata pelajaran
yang sulit
-Saya merasa belum memiliki kemampuan apa-apa
152
-Konsentrasi saya mudah buyar
Tabel 4.3 Hasil Perbandingan Pengujian BeberapaPenyebab dengan Beberapa Masalah
No
KemungkinanMasalah yangDihadapi
Menurut HasilPakar
MenurutHasilSistemPakar
1 Malas MalasKesulitanBelajarRingan[57%]
2 Bolos Bolos3 Terlambat Terlambat4 Menyontek Menyontek5 Kesulitan Belajar
RinganKesulitan Belajar
Ringan6 Kesulitan Belajar
SedangKesulitan Belajar
Sedang
4.3 Kesimpulan Hasil Pengujian
Berdasarkan seluruh hasil perbandingan yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik hasil kesimpulan
seperti pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Kesimpulan PengujianKasus Hasil Pakar Hasil Sistem
PakarErrorRatio
KasusI
Malas Malas 0
153
KasusII
Malas, Bolos,Terlambat,Menyontek,KesulitanBelajar
Terlambat 0
KasusIII
Malas, Bolos,Terlambat,Menyontek,KesulitanBelajar
Terlambat 0
4.4 Implementasi Sistem
Sistem pakar ini telah melalui serangkaian uji
coba yaitu dengan menjalankan aplikasi yang diujikan
kepada 20 orang siswa. Pada pengujian sistem, siswa
diberikan kuesioner mengenai komposisi warna dan
tulisan aplikasi, tata bahasa yang digunakan sistem,
solusi yang dihasilkan, kemudahan penggunaan sistem dan
tampilan aplikasi secara keseluruhan. Hal ini terlihat
pada diagram berikut.
1. Komposisi Warna dan Tulisan Aplikasi
Siswa yang memberikan penilaian terhadap komposisi
warna dan tulisan aplikasi sistem pakar ini 50%
menyatakan sangat bagus, 30% siswa menyatakan
154
bagus dan 20% siswa menyatakan cukup bagus seperti
terlihat pada diagram dibawah ini.
Gambar 4.11 Diagram Persentase Komposisi Warna danTulisan Aplikasi
2. Bahasa yang Digunakan Sistem
Siswa yang memberikan penilaian terhadap tata
bahasa yang digunakan yaitu 70% menyatakan sangat
baik seperti terlihat pada diagram berikut.
Gambar 4.12 Diagram Persentase Bahasa yang
Digunakan
155
3. Solusi yang Dihasilkan
Siswa memberikan penilaian terhadap solusi yang
dihasilkan 50% menyatakan sangat baik seperti
terlihat pada diagram berikut.
Gambar 4.13 Diagram Solusi yang Dihasilkan Sistem
4. Kemudahan Penggunaan Sistem
Siswa menilai kemudahan dalam penggunaan sistem
ini yaitu 80% menyatakan sangat mudah. Adapun
diagram persentase penilaian siswa terhadap
penggunaan sistem terlihat pada gambar 4.14.
156
Gambar 4.14 Diagram Kemudahan Penggunaan Sistem
5. Tampilan Keseluruhan
Siswa memberi penilaian terhadap tampilan aplikasi
secara keseluruhan 90% diantaranya menilai sangat
baik. Adapun grafik tampilan sistem secara
keseluruhan terlihat pada gambar 4.15 dibawah ini.
157
Gambar 4.15 Diagram Tampilan Aplikasi Secara
Keseluruhan
Dengan demikian, performa sistem pakar bimbingan
konseling ini berdasarkan total persentase kuesioner
siswa yang memilih jawaban terbaik adalah (50%+70%+50%
+80%+90%) = 68%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, perancangan serta
implementasi terhadap Sistem Pakar Bimbingan
Konseling Pada SMP Islam YLPI Pekanbaru, didapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem pakar ini dapat menganalisis jenis masalah
yang dialami siswa berdasarkan penyebab yang
berasal dari faktor keberfungsian keluarga,
lingkungan pergaulan maupun siswa itu sendiri
berdasarkan faktor motivasi dan daya juang siswa.
2. Sistem ini dapat memberikan solusi untuk
mencegah siswa melakukan kesalahan yang sama di
kemudian hari.
3. Guru dapat mengetahui penyebab siswa yang
bermasalah.
4. Sistem pakar ini dapat diperbarui informasinya
(up-to-date).
158
159
5.2 Saran
Hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan untuk
pengembangan sistem ini lebih lanjut yaitu :
1. Sistem ini dapat dikembangkan lagi menjadi sistem
pakar case based reasoning.
2. Perlu dipertimbangkan untuk membuat penyajian
pilihan penyebab dari berbagai faktor, karena
semakin lengkap dan kompleks, maka hasil yang
didapat akan semakin akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Apdian, Alfred, 2013, Aplikasi Sistem Pakar untukMendiagnosa Obesitas pada Anak Menggunakan MetodeBackward Chaining, Skripsi, Universitas IslamRiau, Pekanbaru
Bintiharto, Widodo, 2010, Sistem Pakar Konseling danPsikoterapi Masalah Perilaku Anak Berbasis Web, NaskahPublikasi, Sekolah Tinggi ManajemenInformatika dan Komputer AMIKOM, Yogyakarta
Desiani, Anita dan Muhammad Arhami, 2006, KonsepKecerdasan Buatan, Andi Offset, Yogyakarta
Dina Mayadiana Suwarna, 2009, Suatu AlternatifPembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematika,Cakrawala Maha Karya, Jakarta
160
Eastman, Gay. Cooney, Siobhan M. O’Connor, Callin &Stephen A.Small 2007, Finding Effective Solutions toTruancy, What Works, Wisconsin-Research ToPractice Series, Vol 5 : 1-25
Herawaty, Yulia, 2013, Hubungan Antara KeberfungsianKeluarga dan Daya Juang dengan Belajar Berdasar RegulasiDiri Pada Remaja, Thesis, Universitas GadjahMada, Yogyakarta
Juniawan. Nurina, Agnes. Bahana, Raymond & SriMulyanti, 2008, Aplikasi Bimbingan Konseling BerbasisWeb, Jurnal Elektro Voi 1 : 49-60
Makmun, Abin Syamsuddin, 2007, Psikologi Kependidikan,Remaja Rosdakarya, Bandung
Munawir, Arip, 2010, Sistem Pakar Konsultasi SiswaBermasalah, Skripsi, Universitas Islam NegeriSunan Gunung Djati, Bandung
Muldani, Asep, 2013, Sistem Pakar Diagnosa Penyakit SaluranPernafasan Pada Anak, Skripsi, Universitas IslamRiau, Pekanbaru
Prayitno dan Erman Amti, 2004, Dasar-dasar Bimbingan danKonseling, Rineka Cipta, Jakarta
Santrock, John W, 2003, Adolescence : Perkembangan Remaja,Erlangga, Jakarta
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Bandung
Sofyan, Willis, 2012, Remaja dan Masalahnya, Alfabeta, Bandung
161
Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Nila Kusumawati, 2008,Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 2008, Rineka Cipta, Jakarta
Sutojo, T., Edi Mulyanto dan Vincent Suhartono,2011, Kecerdasan Buatan, Andi Offset, Yogyakarta
http://edukasi.kompas.com/read/2012/01/24/0841316/
Sulit.Belajar.Ini.Solusinya (diakses 10 September
2013)
http://psikologi.umk.ac.id/2012/02/mengatasi-sulit-
konsentrasi-belajar.html (diakses 10 September 2013)
http://www.kabar24.com/inspirasi/read/
20120627/27/49652/cara-berbaikan-dengan-teman-
setelah-bertengkar (diakses 10 September 2013)