SISTEM PAKAR BIMBINGAN KONSELING SISWA

163
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi dan Informasi yang berkembang pesat saat ini mempengaruhi perilaku dan kebiasaan manusia. Komputer tidak lagi berfungsi sebagai alat hitung saja, namun juga sebagai penganalisis dan mengambil kesimpulan dari suatu informasi yang diinputkan oleh pengguna. Hal ini membuat pekerjaan manusia menjadi semakin ringan dan mudah. Cabang ilmu yang mempelajari bagaimana membuat mesin (komputer) agar dapat mengerti bahasa manusia adalah kecerdasan buatan (artificial intelligence). Sub disiplin ilmu dalam kecerdasan buatan adalah sistem pakar. Sistem pakar adalah suatu sistem yang dirancang untuk dapat menirukan keahlian seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan suatu masalah. Sistem pakar akan memberikan pemecahan suatu masalah yang didapat dari dialog dengan pengguna. Melalui 1

Transcript of SISTEM PAKAR BIMBINGAN KONSELING SISWA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi dan Informasi yang berkembang pesat saat

ini mempengaruhi perilaku dan kebiasaan manusia.

Komputer tidak lagi berfungsi sebagai alat hitung saja,

namun juga sebagai penganalisis dan mengambil

kesimpulan dari suatu informasi yang diinputkan oleh

pengguna. Hal ini membuat pekerjaan manusia menjadi

semakin ringan dan mudah. Cabang ilmu yang mempelajari

bagaimana membuat mesin (komputer) agar dapat mengerti

bahasa manusia adalah kecerdasan buatan (artificial

intelligence).

Sub disiplin ilmu dalam kecerdasan buatan adalah

sistem pakar. Sistem pakar adalah suatu sistem yang

dirancang untuk dapat menirukan keahlian seorang pakar

dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan suatu masalah.

Sistem pakar akan memberikan pemecahan suatu masalah

yang didapat dari dialog dengan pengguna. Melalui

1

2

bantuan sistem pakar, seorang yang bukan ahli atau

pakar dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah

serta mengambil keputusan yang biasanya dilakukan oleh

seorang pakar.

Salah satu implementasi yang dapat diterapkan dalam

sistem pakar adalah dalam bidang pendidikan. Pada zaman

sekarang ini, telah banyak sarana berbasis teknologi

informasi yang digunakan untuk membantu proses

pembelajaran. Salah satunya adalah untuk membantu guru

bimbingan konseling.

Hal yang utama dalam pengembangan pendidikan adalah

kualitas pendidikan. Kualitas akan menentukan sebaik

apa cara siswa dalam belajar dan manfaat apa yang akan

mereka peroleh dari pendidikan. Untuk menentukan

kualitas tersebut, bimbingan konseling menjadi faktor

penentunya. Guru bimbingan konseling bertugas untuk

mengawasi dan mengarahkan siswa. Setiap harinya guru

menghadapi beragam karakter siswa yang berbeda-beda.

Bimbingan konseling merupakan mata pelajaran yang

menunjang tujuan dan proses pembelajaran di setiap

3

satuan pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga ke

sekolah menengah. Terutama siswa-siswi SMP yang

memasuki fase masa remaja tahap awal.

Pada SMP Islam YLPI Pekanbaru, banyak siswa yang

merasa takut untuk berkonsultasi karena ada kalanya

guru BK harus bertindak tegas terhadap siswa yang

dibimbingnya sehingga bimbingan menjadi hal yang

dihindari oleh siswa. Guru lebih fokus kepada poin

pelanggaran dan hukuman yang diberikan karena siswa

telah melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan

oleh sekolah. Selain itu, guru tidak bertanya secara

detail mengenai lingkungan keluarga dan pergaulan siswa

sehari-hari.

Oleh karena itulah diperlukan sebuah sistem yang

dapat membantu mencarikan solusi atas permasalahan yang

dialami siswa di sekolah, serta bagaimana solusinya

agar siswa tersebut mampu mengatasi masalah yang

dihadapinya di masa yang akan datang.

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah yaitu :

a. Aktivitas bimbingan menjadi hal yang ditakuti dan

dijauhi siswa, hal ini disebabkan oleh pola pikir

siswa pada saat guru bertindak tegas.

b. Dalam melakukan aktivitas bimbingan, guru tidak

menanyakan secara detail mengenai latar belakang

keluarga siswa, bagaimana pergaulan siswa sehari-

hari dan bagaimana pola pikir siswa tersebut

terhadap dirinya sendiri.

c. Solusi atas permasalahan juga perlu disarankan agar

siswa tidak merasa jenuh dengan hukuman yang

diberikan sehingga siswa tidak mengulangi kesalahan

yang sama di kemudian hari.

1.3 Rumusan Masalah

5

Berdasarkan latar belakang diatas dapat

dirumuskan beberapa masalah yaitu :

a. Bagaimana merancang sistem pakar yang dapat

mengadaptasi metode guru bimbingan konseling dalam

membantu siswa mengatasi masalah psikologis yang

dihadapinya.

b. Bagaimana proses algoritma forward chaining yang

merupakan mesin inferensi dari sistem pakar untuk

mengetahui penyebab dan menghasilkan solusi

permasalahan pada siswa di lingkungan sekolah.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terfokus dan terarah, maka

dapat dibuat batasan penelitian sebagai berikut :

a. Studi kasus perancangan sistem pakar ini dilakukan

di SMP Islam YLPI Pekanbaru.

b. Bahasa pemrograman yang dipakai adalah PHP dengan

framework Code Igniter dan database MySQL. Metode yang

6

digunakan dalam perancangan aplikasi sistem pakar

ini adalah metode Forward Chaining.

c. Sistem ini digunakan untuk membantu siswa sebagai

user dan guru bimbingan konseling sebagai

administrator.

d. Input yang diberikan berupa pernyataan penyebab yang

harus dijawab siswa sesuai dengan penyebab

permasalahan yang dihadapinya.

e. Hasil akhir (output) dari sistem pakar yang dibuat

ini adalah permasalahan ringan yang seringkali

dilakukan atau dialami oleh siswa dan bagaimana

solusi untuk mengatasinya dari sudut pandang siswa.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan

“Penerapan Sistem Pakar Bimbingan Konseling Pada Siswa

SMP dengan Metode Forward Chaining“ ini adalah sebagai

berikut :

7

a. Membangun sebuah sistem pakar yang membantu siswa

mengetahui solusi yang tepat bagi permasalahan yang

dihadapinya.

b. Membantu guru untuk mengontrol dan membimbing siswa

tersebut, bahkan saat guru bimbingan konseling

sedang tidak ada di tempat.

c. Membantu siswa menemukan solusi yang tepat untuk

permasalahannya dan menumbuhkan kesadaran pada

pentingnya berperilaku yang baik.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

memberikan kemudahan baik bagi siswa maupun guru untuk

mengetahui persoalan yang dihadapi siswa selama belajar

di sekolah serta membantu guru dalam mengontrol siswa

dan mencarikan solusinya.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Studi Kepustakaan

Penelitian yang telah dilakukan oleh Arip

Munawir dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung

Djati, Bandung berupa skripsi pada tahun 2010 dengan

judul Sistem Pakar Konsultasi Siswa Bermasalah

menjabarkan tingkat kejenuhan belajar yang dialami oleh

siswa Madrasah Aliyah. Perangkat lunak dirancang

menggunakan metode Backward Chaining dan Depth First Search.

Skripsi tersebut membahas apakah siswa tersebut

mengalami permasalahan dalam poses pembelajaran di

sekolah atau tidak. Siswa akan ditanyakan seputar

permasalahan yang dialaminya dan hasil yang diperoleh

adalah rekomendasi berupa pembinaan diri melalui

pengetahuan dan ayat Al-Qur’an atau hadis yang dapat

dirujuk untuk membantu membina siswa lebih lanjut.

Sementara itu, Agnes Nurina, Juniawan, Raymond

Bahana dan Sri Mulyanti melalui jurnal elektro,

8

9

Fakultas Teknik Elektro Unika Atmajaya pada tahun 2008

dengan judul Aplikasi Bimbingan Konseling Berbasis Web

menjabarkan aplikasi bimbingan yang berupa fasilitas

chatting yang telah dijadwalkan sebelumnya. Pengguna

dapat melakukan login ke sistem setelah sebelumnya

mendaftar terlebih dahulu di buku tamu. Setelah itu,

barulah pengguna dapat menggunakan fasilitas yang

tersedia pada sistem.

Widodo Bintiharto melalui penelitian dalam

bentuk skripsi tahun 2010 dengan judul penelitian

Sistem Pakar Konseling dan Psikoterapi Masalah Perilaku

Anak Berbasis Web Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

dan Komputer AMIKOM, Yogyakarta) mengemukakan perilaku

anak saat mengalami masalah perkembangan diri. Input

dalam sistem ini adalah gejala yang ditunjukkan anak

mengindikasikan gangguan perkembangan perilaku pada

anak tersebut. Hasil dari sistem pakar ini adalah

jenis gangguan perilaku yang dialami oleh anak.

2.2 Dasar Teori

10

2.2.1 Bimbingan Konseling2.2.1.1 Pengertian Bimbingan Konseling

Menurut M. Surya (1988) bimbingan adalah suatu

proses pemberian atau bantuan layanan yang terus

menerus serta sistematis dari pembimbing kepada yang

dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan

penyesuaian diri terhadap lingkungan. Bimbingan

merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh

orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa individu

baik anak-anak maupun dewasa agar orang yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan

mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan

sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan

norma yang berlaku (Prayitno, 2004). Sedangkan

konseling dinyatakan sebagai kontak antara dua orang

(konselor dan konseli) untuk menangani masalah konseli

dalam suasana yang laras dan terintegrasi berdasarkan

norma yang berlaku dan berguna bagi konseli (Dewa Ketut

Sukardi, 2008).

2.2.1.2 Permasalahan Siswa

11

Ada beragam permasalahan yang terjadi pada

siswa sehingga membutuhkan bimbingan, baik itu dari

wali kelas maupun guru bimbingan konseling.

Permasalahan tersebut dikategorikan menurut

tingkatannya, yaitu masalah ringan, sedang dan berat.

Permasalahan tersebut diantaranya adalah :

a. Bolos

Membolos didefinisikan sebagai adanya ketidakhadiran

tanpa perizinan pada sebagian atau sepanjang hari

dimana siswa wajib menerima pendidikan ( Eastman,

Cooney, O’ Connor & A.Small 2007). Membolos adalah

perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan

alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan

ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas. Ada beberapa

faktor yang menyebabkan siswa bolos. Salah satu

faktor utamanya adalah pergaulan. Pada usia remaja,

siswa masih memerlukan bimbingan dan perhatian yang

lebih sehingga menyebabkan siswa tersebut mencari

cara agar diperhatikan. Selain itu, pengaruh

pergaulan dan lingkungan sekitar juga ikut

12

berpengaruh karena sehari-harinya siswa berinteraksi

dengan teman-teman dan lingkungan sekitarnya.

b. Malas

Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang

untuk melakukan sesuatu yang seharusnya ia lakukan

(Edy Zaqeus, 2008). Rasa malas dipengaruhi oleh

banyak faktor, diantaranya adalah karena siswa

mengandalkan teman yang dirasakan memiliki kemampuan

yang lebih daripada dirinya. Selain itu, siswa

merasa kurang suka pada mata pelajaran tertentu

sehingga menyebabkan rasa malas yang datang setiap

kali siswa tersebut mengikuti pelajaran.

c. Terlambat

Definisi terlambat adalah datang tidak tepat pada

waktunya. Terlambat erat kaitannya dengan pengaruh

keluarga. Bila orangtua atau lingkungan keluarga

membiasakan siswa untuk bangun pagi, maka siswa

tersebut tidak akan merasa kesulitan untuk bangun

13

pagi. Tidak hanya dari faktor keluarga, namun juga

dari faktor pergaulan atau lingkungan.

d. Kesulitan Belajar Ringan

Ada sebagian siswa yang sudah memiliki daya juang

yang tinggi, namun tetap mengalami kesulitan dalam

belajar. Hal ini dapat terjadi apabila kurang

optimalnya proses belajar-mengajar di sekolah

sehingga siswa merasa perlu untuk menambah jadwal

belajarnya.

e. Kesulitan Belajar Sedang

Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang tampak

pada peserta didik yang ditandai dengan prestasi

belajar yang rendah atau disaat tidak sesuai dengan

standar kriteria yang telah ditetapkan. Kesulitan

terjadi pada siswa yang memiliki daya juang rendah.

Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan siswa agar

tetap tangguh dalam kesulitan dan tantangan yang

terjadi terutama berkaitan dengan masalah akademik

mereka. Indikator perilaku siswa dengan daya juang

rendah, yakni: siswa tidak memiliki penilaian

14

positif akan dirinya, tidak tekun dan seringkali

memandang belajar sebagai suatu beban (Herawaty,

2013).

f. Menyontek

Menyontek adalah suatu usaha yang kebanyakan

dilakukan oleh para pelajar untuk melihat buku

catatan, buku panduan, ataupun menyalin pekerjaan

teman secara sembunyi sembunyi guna mendapatkan

jawaban dari mata pelajaran yang diujikan.

Daya juang atau motivasi diri perlu ada didalam

diri siswa untuk menguasai suatu pelajaran yang

belum dipahaminya. Namun, tidak semua siswa memiliki

daya juang atau motivasi yang sama, terutama bila

didalam kelas tersebut terdapat teman yang dirasa

memiliki kemampuan lebih. Menyontek akan menjadi

kebiasaan apabila siswa tidak memiliki rasa percaya

diri terhadap kemampuan dirinya.

15

g. Bertengkar

Pertengkaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

ialah percekcokan, perdebatan namun apabila

pertengkaran itu berlanjut menjadi perkelahian yang

bukan hanya percekcokan adu kata-kata tetapi sampai

adu tenaga. Perkelahian yang terjadi antara siswa

termasuk salah satu jenis kenakalan remaja (Willis,

2012: 91). Pada tahap remaja hal biasa jika remaja

sering terlibat perselisihan atau percekcokan dengan

teman-teman sebayanya, karena salah satu sifat khas

mereka adalah masih memiliki sisi egois yakni mau

menang sendiri dan kurang peka dengan perasaan orang

lain. Siswa harus dilatih sikap tanggung jawab,

empati, dan kepedulian sosial mereka. Hal ini dapat

diajarkan melalui pelajaran olahraga yang melibatkan

siswa, dimana penekanan dari pelajaran tersebut

bukan hanya terletak pada kekuatan fisik semata

tetapi pada sportivitas.

2.2.1.3 Penyebab Permasalahan pada Siswa

16

Penyebab siswa mengalami permasalahan di

sekolah sehingga membutuhkan bimbingan konseling

dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor

keluarga, lingkungan pergaulan dan faktor dari diri

sendiri. Dibawah ini adalah penjelasan mengenai faktor-

faktor tersebut :

1. Faktor keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama (Slameto, 2003:61). Keluarga merupakan faktor

utama yang membentuk karakter siswa. Menurut Scott

2004 (dalam Herawaty, 2013), permasalahan yang

dihadapi siswa seperti kegagalan siswa dalam belajar

serta prestasi belajar yang rendah berhubungan

dengan keberfungsian keluarga.

Sikap orangtua dapat menjadi faktor yang menyebabkan

permasalahan pada anak, contohnya malas belajar.

Tidak hanya itu, banyak di kalangan orangtua yang

menginginkan anak meraih nilai tinggi dalam belajar

dengan mengesampingkan pentingnya moral yang baik

dan tanggungjawab siswa sebagai pelajar. Hal

17

tersebut bila dibiarkan akan berdampak pada

kepribadian siswa.

2. Faktor pergaulan

Pengaruh lingkungan diawali dengan pergaulan dengan

teman. Pada usia 9-15 tahun, hubungan perkawanan

merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat

yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi

perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan

masalah bersama.

Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi

sangat menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya

minat individu dalam persahabatan serta keikut

sertaan dalam kelompok. Kelompok teman sebaya juga

menjadi suatu komunitas belajar di mana terjadi

pembentukan peran dan standar sosial yang

berhubungan dengan pekerjaan dan prestasi (Santrock,

2003). Pada masa remaja, mayoritas siswa lebih

mempercayai apa yang disarankan oleh rekan sebayanya

dibandingkan dengan apa yang disarankan oleh

18

orangtua. Oleh karena itu, pergaulan juga turut

berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian siswa

di sekolah. Bila siswa terbawa arus pergaulan yang

salah, maka kemungkinan besar siswa tersebut akan

ikut terlibat masalah.

3. Faktor diri sendiri

Faktor dari diri sendiri yang dibahas dalam tugas

akhir ini adalah motivasi dan daya juang siswa.

Faktor dominan yang berpengaruh pada diri siswa

adalah motivasi. Fungsi motivasi dalam proses

belajar-mengajar adalah sebagai pengarah dan

pendorong timbulnya suatu perbuatan. Motivasi juga

berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan

tingkah laku seseorang. Besar atau kecilnya motivasi

akan mempengaruhi suatu pekerjaan.

2.2.1.4 Solusi Permasalahan Siswa

19

Dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan

berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah serta

solusinya dari sudut pandang siswa.

Tabel 2.1 Permasalahan Siswa dan SolusinyaPermasala

hanSolusi

Malas 1. Luruskan niat berangkat dari rumah

ke sekolah dengan menjawab

pertanyaan apakah kamu ke sekolah

untuk mengejar prestasi atau hanya

untuk mengusir kebosanan.

2. Rajinlah membaca buku agar wawasan

terbuka lebar sehingga masalah yang

ditemukan menjadi pelajaran yang

berharga.Bolos 1. Mintalah guru untuk mengubah metode

pelajaran yang selama ini

diberikan. Permainan edukatif dapat

dilakukan untuk menambah motivasi

siswa.

Terlambat 1. Pergunakan alat bantu yang bisa

membangunkan kita dari tidur lelap

seperti alarm di handphone, jam

20

beker, komputer, laptop, dan lain

sebagainya. Walaupun kita

menggunakan alat pembangun tidur,

namun kita tetap bisa tidur

terlelap kembali jika tidur terlalu

malam.

Permasalahan

Solusi

Menyontek 1. Yakinkan diri dan jangan takut

dalam menghadapi tes serta jangan

merasa takut gagal. Bahkan jika

nilaimu turun, hal itu adalah

wajar dan jadikan itu sebagai

motivasi agar belajar lebih tekun

lagi.

KesulitanBelajarRingan

1. Pilih tempat yang tenang agar dapat

belajar dengan rileks. Pilih satu

21

waktu khusus untuk belajar setiap

hari. Jangan ubah waktu belajar

tersebut.

2. Tentukan gaya belajar yang sesuai

(visual, auditorial atau

kinestetik). Bila lebih mudah

mengingat apa yang dilihat, maka

cobalah untuk lebih berkonsentrasi

dan fokus pada yang dilihat. Begitu

pula bila lebih mudah mendengar,

maka gunakan sarana pendengaran

untuk memahami pelajaran.

22

Permasalahan

Solusi

KesulitanBelajarSedang

1. Mintalah bantuan kepada teman

yang agar dapat membantu

mengajari dan mengatasi kesulitan

belajar.

2. Ikuti kegiatan tambahan belajar

(bimbingan belajar).

Bertengkar 1. Beri waktu untuk menenangkan

pikiran. Tegur teman terlebih

dahulu serta jauhkan rasa ego.

Jika teman menanggapi baik, ajak

diskusi dan jangan lupa meminta

maaf.

2. Jangan libatkan orang lain karena

hal itu akan membuat teman

menjadi terpojok.

2.2.2 Kecerdasan Buatan2.2.2.1 Pengertian Kecerdasan Buatan

23

Selama bertahun-tahun para filsuf mempelajari

kecerdasan yang dimiliki manusia, dan dari pemikiran

tersebut lahirlah kecerdasan buatan sebagai ilmu yang

berusaha mempelajari dan meniru kecerdasan manusia.

Kecerdasan buatan berasal dari bahasa Inggris “ Artificial

Intelligence” atau disingkat AI, yaitu intelligent adalah kata

sifat yang berarti cerdas, sedangkan artificial artinya

buatan. Kecerdasan buatan yang dimaksud merujuk pada

mesin yang mampu

berpikir, menimbang tindakan yang akan diambil, dan

mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan

manusia.

Kecerdasan buatan juga didefinisikan sebagai

kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan.

Sistem seperti ini umumnya dianggap sebagai komputer.

Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan kedalam suatu

mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti

apa yang dilakukan manusia.

24

2.2.2.2 Kecerdasan Alami dan Kecerdasan Buatan

Jika dibandingkan dengan kecerdasan alami,

kecerdasan buatan lebih memilki keuntungan komersial,

antara lain :

1. Kecerdasan buatan lebih bersifat permanen.

Kecerdasan alami akan cepat mengalami perubahan.

Kemampuan kecerdasan buatan tidak akan pernah

berubah selama programnya tidak diubah oleh

programmer. Berbeda dengan kecerdasan alami karena

sifat manusia yang subjektif dan mudah lupa sehingga

kemampuan berpikirnya berkurang seiring waktu,

kemampuan kecerdasan alami pun cenderung tidak

permanen.

2. Kecerdasan buatan lebih mudah diduplikasi dan

disebarkan.

3. Kecerdasan buatan dapat didokumentasi. Solusi dan

keputusan yang dibuat oleh kecerdasan buatan dapat

didokumentasi dengan mudah karena disimpan di dalam

harddisk dan pencarian datanya relatif lebih mudah

25

dilacak. Sedangkan untuk kecerdasan alami, hal ini

sulit dilakukan.

4. Kecerdasan buatan dapat mengerjakan pekerjaan lebih

cepat dibanding kecerdasan alami. Tentu saja karna

kecepatan berpikir sebuah prosesor jauh lebih cepat

dibanding kecepatan berpikir otak manusia.

2.2.2.3 Kecerdasan Buatan dan Pemrograman Konvensional

Tabel dibawah ini menerangkan perbedaan antara

komputasi kecerdasan buatan dan komputasi pemrograman

konvensional.

Tabel 2.2 Kecerdasan Buatan dan Pemrograman Konvensional Dimensi Kecerdasan

Buatan

Pemrograman

KonvensionalPemrosesan Mengandung

konsep

simbolik

Algoritmik

Input Bisa tidak

lengkap

Harus lengkap

Pencarian Kebanyakan

bersifat

heuristik

Biasanya didasarkan

pada algoritma

Keterangan Disediakan Biasanya tidak

26

disediakanFokus Pengetahuan Data dan InformasiStruktur Kontrol

dipisahkan

dari

pengetahuan

Kontrol terintegrasi

dengan data

Sifat

Output

Kuantitatif Kualitatif

(Sumber : T.Sutojo, Edy Mulyanto dan Vincent

Suhartono,2011)

2.2.3 Sistem Pakar (Expert System)2.2.3.1 Definisi Sistem Pakar

Sistem pakar adalah suatu sistem yang dirancang

untuk dapat menirukan keahlian seorang pakar dalam

menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. Sistem

pakar akan memeberikan pemecahan masalah yang didapat

dari dialog dengan pengguna. Melalui bantuan sebuah

sistem pakar, seseorang yang bukan ahli atau pakar

dapat menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah serta

mengambil keputusan yang biasanya dilakujkan oleh

seorang sistem pakar. Kepakaran merupakan suatu

27

pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan, membaca, dan

pengalaman. Kepakaran inilah yang memungkinkan para

ahli dapat mengambil keputusan lebih cepat dan lebih

baik daripada seseorang yang bukan pakar. Kepakaran itu

sendiri meliputi pengetahuan tentang :

1. Fakta-fakta tentang bidang permasalahan tertentu.

2. Teori-teori tentang bidang permasalahan tertentu.

3. Aturan dan prosedur menurut bidang permasalahan

pada umumnya.

4. Aturan heuristik yang harus dikerjakan dalam

situasi tertentu.

5. Strategi global untuk memecahkan permasalahan.

6. Pengetahuan tentang pengetahuan (meta knowledge).

2.2.3.2 Manfaat Sistem Pakar

Sistem pakar menjadi popular karena banyak

kemampuan dan manfaat yang diberikannya, diantaranya :

1. Meningkatkan produktivitas, karena sistem pakar

dapat bekerja lebih cepat dibanding manusia.

28

2. Meningkatnya efisiensi dalam hal penghematan waktu

dan tenaga.

3. Membuat masyarakat awam terbantu oleh keahlian

pada bidang tertentu tanpa kehadiran langsung seorang

pakar.

4. Meningkatkan kualitas dengan mmeberi saran yang

konsisten dan mengurangi kesalahan.

5. Mampu menangkap pengetahuan kepakaran seseorang.

6. Handal, sistem pakar tidak pernah menjadi bosan

atau sakit.

7. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer.

Integrasi sistem pakar dengan sistem komputer lain

membuat sistem lebih efektif dan mencakup lebih

banyak aplikasi.

2.2.3.3 Kelemahan Sistem Pakar

Selain memiliki manfaat, sistem pakar juga

memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan

memeliharanya mahal.

29

2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat

kaitannya dengan ketersediaan pakar di bidangnya.

3. Sistem pakar tidak selalu seratus persen bernilai

benar.

2.2.3.4 Ciri-ciri dan Kategori Masalah Sistem Pakar

Sistem pakar merupakan program praktis yang

menggunakan strategi heuristik yang dikembangkan oleh

manusia untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan

yang spesifik (khusus), disebabkan oleh

keheuristikannya dan sifatnya yang berdasarkan

pengetahuan sehingga umumnya sistem pakar bersifat :

1. Memiliki informasi yang handal, baik dalam

menampilkan langkah-langkah maupun dalam menjawab

pertanyaan serta proses penyelesaian

2. Mudah dimodifikasi, yaitu dengan menambah atau

menghapus basis pengetahuannya.

3. Heuristik dalam menggunakan pengetahuan untuk

mendapatkan penyelesaiannya.

4. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.

30

5. Memiliki kemampuan untuk beradaptasi.

2.2.3.5 Klasifikasi Sistem Pakar

Berdasarkan kegunaannya, sistem pakar

diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Diagnosis

Sebuah sistem yang bertujuan untuk menangani masalah

ketidakberesan pada suatu hal. Sistem pakar diagnosis

akan menyarankan suatu tindakan sebagai solusi.

Contohnya adalah diagnosis masalah, penyakit serta

kerusakan mesin.

2. Pengajaran

Sistem pakar yang digunakan untuk mengajar siswa.

Sistem akan mendiagnosis permasalahan siswa dalam

proses pembelajaran, kemudian memberikan solusi untuk

memperbaikinya.

3. Interpretasi

Sistem pakar yang digunakan untuk menganalisis data

yang tidak lengkap, tidak teratur dan kontradiktif.

Sistem akan melakukan pemahaman akan situasi pada

31

beberapa informasi yang direkam. Misalnya pengambilan

sensor gambar dan suara kemudian dianalisis untuk

dibuatkan rekomendasi berdasarkan hasil rekaman

tersebut.

4. Prediksi

Sistem ini digunakan untuk peramalan. Sistem akan

memprediksi kejadian yang dapat terjadi di masa

mendatang. Sebagai contohnya adalah seorang ahli

meteorologi yang memprediksi cuaca keesokan hari

berdasarkan data-data yang diperoleh sebelumnya.

5. Perencanaan

Cakupan pada sistem pakar ini cukup luas. Keunggulan

sistem pakar ini terletak pada manajemen waktu, biaya

dan material yang efisien. Contoh penggunaan sistem ini

misalnya sistem konfigurasi komputer.

6. Kontrol

Sistem kontrol ini digunakan pada industri-industri

besar yang memiliki teknologi tinggi.

2.2.3.6 Struktur Sistem Pakar

32

Sistem pakar tersusun atas dua komponen utama,

yaitu : lingkungan pengembangan dan lingkungan

konsultasi (Muhammad Arhami, 2006). Lingkungan

pengembangan digunakan untuk memasukkan pengetahuan

pakar dan lingkungan konsultasi digunakan oleh pengguna

yang bukan pakar untuk memperoleh pengetahuan pakar.

Komponen-komponen dalam sistem pakar dapat dilihat

pada gambar struktur dibawah ini :

Gambar 2.1 Komponen Sistem Pakar (Muhammad

Arhami, 2006)

Komponen-komponen penyusun sistem pakar tersebut

antara lain sebagai berikut :

A. Antarmuka pengguna (User Interface)

33

Antarmuka adalah suatu penghubung antara pengguna

dengan sistem pakar untuk berkomunikasi. Informasi yang

diperoleh dari pengguna kemudian diterjemahkan kedalam

bentuk yang dapat diterima oleh sistem.

B. Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan ialah modul yang berisi pengetahuan

dalam menyelesaijkan masalah pada topik tertentu. Basis

pengetahuan bersifat dinamis dan dapat dikembangkan.

Hal ini disebabkan karena pengetahuan akan selalu

bertambah. Ada dua bentuk penalaran yang biasanya

digunakan dalam sistem berbasis pengetahuan, yaitu :

1. Penalaran Berbasis Aturan (Rule-Based Reasoning)

Pada penalaran jenis ini, pengetahuan

direpresentasikan dengan aturan if-then. Bentuk ini

digunakan jika sistem memiliki sejumlah pengetahuan

tertentu yang diinputkan oleh pakar sehingga sistem

dapat menyelesaikan masalah secara berurutan. Selain

34

itu, penalaran berbasis aturan juga digunakan untuk

menjelaskan langkah-langkah menemukan solusi.

2. Penalaran Berbasis Kasus (Case-Based Reasoning)

Pada penalaran jenis ini, basis pengetahuan

berisi solusi yang telah dicapai sebelumnya, untuk

kemudian diberikan solusi berdasarkan fakta-fakta yang

ada (keadaan yang terjadi sekarang).

Dalam penalaran berbasis kasus pada sistem

berbasis pengetahuan terdapat beberapa karakteristik

yang dibangun untuk membantu dalam membentuk

serangkaian prinsip-prinsip arsitekturnya. Prinsip

tersebut meliputi:

a. Pengetahuan merupakan kunci kekuatan sistem pakar

b. Pengetahuan sering tidak pasti dan tidak lengkap

c. Pengetahuan sering miskin spesifikasi

d. Amatir menjadi ahli secara bertahap

e. Sistem pakar harus fleksibel

f. Sistem pakar harus transparan

35

Menurut Dologite, terdapat 6 tahapan dalam

menyusun sistem berbasis pengetahuan yaitu sebagai

berikut :

1. Membuat block diagram yang berfungsi untuk

menganalisis prototype sistem berbasis aturan. Block

diagram tersebut menunjukkan faktor-faktor utama yang

diperlukan untuk menghasilkan sebuah keputusan.

Contoh block diagram terlihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Block Diagram

2. Mengubah hasil akhir block diagram menjadi dependency

diagram. Dalam merancang dan membangun sistem pakar

agar tidak mengakibatkan pengulangan rule yang sama,

diperlukan perancangan dependency diagram. Diagram ini

berfungsi untuk menunjukkan hubungan atau

36

ketergantungan antara inputan pertanyaan, aturan atau

rule, nilai-nilai dan rekomendasi yang dibuat oleh

prototype sistem berbasis pengetahuan. Melalui

perancangan dependency diagram, hubungan antar aturan

dapat terlihat jelas dan dari diagram tersebut akan

tercipta decision table yang menjadi acuan dalam proses

pembuatan rule. Contoh dependency diagram terlihat pada

gambar 2.3

Gambar 2.3 Contoh Dependency Diagram

3. Membuat decision table untuk semua segitiga yang

terdapat pada dependency diagram. Decision table adalah

alat bantu yang digunakan sebagai alat bantu dalam

penyusunan logika dalam pembuatan sebuah software.

37

Decision table mendeskripsikan persoalan menjadi

pertanyaan, jawaban dari pertanyaan, dan solusi

masalah dalam bentuk baris dan kolom. Setiap kolom

secara umum memodelkan aturan (rule) yang akan

dibangun dalam sistem. Rule terdiri dari jawaban-

jawaban dari pertanyaan yang dapat dipenuhi oleh satu

atau lebih solusi. Pertanyaan dan jawaban menunjukkan

sisi permasalahan yang selanjutnya dipecahkan dengan

solusi pada baris-baris berikutnya. Dalam beberapa

literatur, masalah dan solusi juga disebut sebagai

“kondisi” dan “aksi”. Dalam decision table, inferensi

diawali dengan mencocokkan kombinasi antara rule

dengan fakta yang ada. Selanjutnya, solusi didapatkan

jika seluruh kondisi rule terpenuhi. Tabel 2.3 dibawah

ini menunjukkan proses perancangan decision table.

Step 1 : Plan

Condition : Tes Attitude (ok, not-ok)= 2

Tes Minat (bagus, sedang, rendah)= 3

Kemampuan Finansial (ya, tidak) = 2Row: 2 x 3 x 2 = 12Step 2 : Completed Decision Table

38

Tabel 2.3 Decision TableRul

e

Tes

Attitude

Tes Minat Kemampuan

Finansial

Concluding

Recommendati

on for

Support

LevelA1 Ok Bagus Ya ProgrammingA2 Ok Bagus Tidak Ilmu

KomputerA3 Ok Sedang Ya Teknisi

KomputerA4 Ok Sedang Tidak Ilmu

KomputerA5 Ok Rendah Ya Teknisi

KomputerA6 Ok Rendah Tidak Ilmu

KomputerA7 Not-Ok Bagus Ya Bidang LainA8 Not-Ok Bagus Tidak Bidang LainA9 Not-Ok Sedang Ya Bidang LainA10 Not-Ok Sedang Tidak Bidang LainA11 Not-Ok Rendah Ya Bidang LainA12 Not-Ok Rendah Tidak Bidang Lain

Pada tabel 2.2 tepatnya pada baris A3 dan A5

kasus yang dievaluasi adalah peserta memiliki tes

39

attitude yang baik dan memiliki kemampuan finansial yang

baik. Melalui pereduksian rule A2, A4 dan A6, A3 dan A5

serta A7 hingga A12, akan dihasilkan tabel dibawah ini.

Tabel 2.4 Reduksi Tabel Decision TableRul

e

Tes

Attitude

Tes

Minat

Kemampuan

Finansial

Concluding

Recommendatio

n for Support

LevelB1 Ok Bagus Ya ProgrammingB2 Ok - Tidak Ilmu KomputerB3 Ok - Ya Teknisi

KomputerB4 Not-Ok - - Bidang Lain

4. Langkah selanjutnya adalah mengubah reduksi decision

table menjadi bentuk if-then. Kemudian akan dibuat rule-

rule yang akan digunakan, yaitu :

R1 : IF Tes attitude ok AND Tes Minat bagus AND

Kemampuan Finansial ya THEN Support level programming

40

R2 : IF Tes attitude ok AND Kemampuan Finansial tidak

THEN Support level Ilmu Komputer

R3 : IF Tes attitude ok AND Kemampuan Finansial ya THEN

Support level Teknisi Komputer

R4 : IF Tes attitude not ok THEN Support level Bidang

Lain

5. Membuat antarmuka pada sistem berbasis pengetahuan.

Dalam hal ini bertujuan agar pengguna sistem dapat

melalui proses konsultasi yang sedang berjalan untuk

kemudian melihat hasilnya.

6. Mengetik beberapa unsur yang mendasari knowledge base

kedalam file komputer.

C. Akuisisi Pengetahuan

Akuisisi pengetahuan adalah suatu transformasi

keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber

pengetahuan ke komputer. Terdapat empat metode utama

yang terdapat pada akuisisi pengetahuan, yaitu

wawancara, analisis protokol, observasi dan induksi

aturan dari contoh.

D. Mesin Inferensi

41

Inferensi adalah suatu cara pelacakan masalah dalam

kecerdasan buatan. Mesin inferensi akan mencari

solusi dari sekumpulan kemungkinan yang tersedia. Ada

dua macam mesin inferensi menurut Turban, yaitu:

1. Forward Chaining

Forward Chaining adalah teknik pencarian data yang

dimulai dengan fakta yang diketahui, kemudian

mencocokkan fakta tersebut dengan bagian if-then. Bila

ada fakta yang cocok dengan if, maka aturan tersebut

dapat dieksekusi. Bila sebuah aturan dieksekusi,

maka sebuah fakta baru ditambahkan kedalam database.

Setiap kali pencocokan dimulai dari aturan teratas.

Setiap aturan hanya boleh dieksekusi sekali saja.

Proses pencocokan akan berhenti bila tidak ada lagi

aturan yang dieksekusi.

Dalam pelacakan ini, aturan diuji satu per satu

dalam urutan tertentu. Bila kondisi telah terpenuhi,

maka aturan tersebutlah yang dijalankan dan aturan

berikutnya diuji. Bila kondisi tidak terpenuhi atau

42

aturannya tidak diketahui, maka aturan tersebut

tidak dijalankan. Digram forward chaining terlihat

dalam gambar berikut.

Gambar 2.4 Diagram Forward Chaining

2. Backward Chaining

Backward Chaining adalah metode inferensi yang bekerja

mundur kea rah kondisi awal. Proses diawali dari

tujuan, kemudian pencarian mulai dijalankan untuk

mencocokkan apakah fakta-fakta yang ada cocok dengan

premis if. Jika cocok, aturan dieksekusi dan

hipotesis dibagian then ditempatkan sebagai fakta

baru. Jika tidak cocok, simpan premis if ke dalam

stack sebagai sub Goal. Proses berakhir jika goal

43

(tujuan) ditemukan atau tidak ada aturan yang bisa

mmbuktikan kebenaran subGoal atau goal.

Dalam pelacakan ini, akan dipilih sebuah aturan

dari kesimpulan dan menganggapnya sebagai masalah yang

harus diselesaikan. Setelah terselesakan, akan dipilih

sub masalah untuk dievaluasi yang selanjutnya akan

menjadi masalah baru. Diagram untuk backward chaining

terlihat pada gambar berikut.

Gambar 2.5 Diagram Backward Chaining

Kedua metode inferensi tersebut dipengaruhi oleh

tiga jenis penelusuran, yaitu Depth First Search, Breadth First

Search dan Best First Search yang perbedaan diantara

ketiganya dijelaskan sebagai berikut :

a. Depth first search, melakukan penelusuran secara

mendalam. Node atau simpul bergerak menurun ke

44

tingkat terdalam secara berurutan dari atas ke bawah

dan kembali lagi atas. Hal ini terlihat pada gambar

berikut.

Gambar 2.6 Metode Penelusuran Depth First Search

b. Breadth first search, melakukan penelusuran pada simpul

setiap tingkat. Setiap simpul yang dimiliki akan

diuji sebelum pindah ke tingkat berikutnya, yang

terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.7 Metode penelusuran Best First Search

45

c. Best first search, yang merupakan penggabungan antara

kedua metode dalam penelusuran untuk menghasilkan

hasil yang lebih akurat. Metode ini terlihat pada

gambar berikut.

Gambar 2.8 Metode penelusuran Best First Search

E. Workplace

Workplace disebut juga sebagai sekumpulan aturan

yang disimpan didalam memori kerja yang digunakan untuk

merekam hasil dan kesimpulan yang akan dicapai.

Contohnya adalah cara bagaimana menghadapi masalah dan

aturan apa yang harus dieksekusi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan fasilitas penjelasan adalah tambahan

yang melengkapi komponen sistem pakar berupa hasil

46

penalaran dan penjelasan sistem terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan kepada pengguna.

F. Fasilitas Penjelasan

Fasilitas Penjelasan merupakan komponen yang

menggambarkan penalaran sistem kepada pemakai.

Fasilitas penjelasan dalam hal ini bersifat optional

(tambahan).

G. Perbaikan Pengetahuan

Sistem pakar memiliki pengetahuan yang dapat

diperbaiki lagi dan ditingkatkan lagi kinerjanya

melalui pembaharuan data atau aturan. Dengan demikian,

pengetahuan dan kinerja program akan dapat ditingkatkan

sesuai kebutuhan.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan

sebuah hipotesis yaitu “Melalui pengaplikasian sistem

pakar bimbingan konseling, diharapkan siswa terbantu

dalam pencarian penyebab permasalahan dan kesulitan

47

yang dialami serta diharapkan siswa akan menemukan

solusi sesuai permasalahan tersebut.”

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian yang Digunakan3.1.1 Alat Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data untuk memperoleh

data yang akurat dan meyakinkan, maka dilakukan teknik

pengambilan data sebagai berikut :

A. Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan secara langsung kepada pakar

psikologi pendidikan dan guru bimbingan konseling untuk

memperoleh informasi tentang permasalahan yang dialami

siswa, penyebab yang merupakan alasan terjadinya

permasalahan tersebut beserta penanganan terhadap

masalah siswa yang terjadi di sekolah.

B. Dokumentasi

Dalam melakukan dokumentasi, dilakukan studi

literatur dengan membaca buku dan artikel yang

berkaitan dengan perilaku siswa. Teknik ini digunakan

48

49

untuk mengetahui solusi yang sebaiknya diberikan

terhadap siswa tersebut.

3.1.2 Jenis Data

A. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan

langsung melalui wawancara dengan pakar dan studi

literatur pada tugas akhir pakar pada bidang psikologi

pendidikan. Data yang dikumpulkan meliputi pengaruh

keberfungsian keluarga, motivasi diri dan daya juang

terhadap perilaku siswa.

B. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagai artikel yang

menjelaskan tentang permasalahan yang dihadapi siswa

beserta solusi bagi siswa itu sendiri agar ia mampu

menghadapi masalah dan permasalahan tersebut dapat

dicegah.

3.1.3 Alat Penelitian

50

Aplikasi ini membutuhkan beberapa alat atau

komponen untuk menunjang proses pengerjaannya, yaitu

antara lain:

2.1.3.1 Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat keras (hardware) yang digunakan adalah

laptop dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Processor Intel Core 2 Duo

2. Harddisk 110 GB

3. RAM 3 GB

2.1.3.2 Spesifikasi Perangkat Lunak (Software)

Sementara itu, perangkat lunak yang digunakan

dalam pembuatan aplikasi ini adalah :

1.Sistem operasi Windows XP 32 bit.

2.PHP 5.3.1 yang digunakan sebagai bahasa

pemrograman.

3.Database Management System menggunakan MySQL dengan

tools bantuan XAMPP 1.7.3.

4. Code Igniter 2.1.3

5. DomPDF untuk mencetak laporan.

51

3.2 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan

Sebelum sistem pakar untuk konsultasi bimbingan

konseling bagi siswa ini dirancang, secara manual

sistem yang akan dirancang terlihat seperti gambar 3.1

Gambar 3.1 Use Case Diagram Konsultasi BimbinganKonseling Siswa

SMP Islam YLPI Pekanbaru

Pada gambar 3.1, terdapat tiga aktor yaitu :

siswa, wali kelas dan guru bimbingan konseling. Siswa

yang bermasalah melakukan konsultasi kepada wali kelas

terlebih dahulu. Wali kelas kemudian memberi teguran

52

kepada siswa yang bersangkutan. Bila permasalahan

tersebut masih belum tuntas, maka siswa akan dipanggil

oleh guru bimbingan konseling. Selanjutnya guru

bimbingan konseling akan mengambil tindakan apakah

siswa tersebut diberi sanksi, diberi surat panggilan ke

orangtua atau dikeluarkan.

3.3 Pengembangan dan Perancangan Sistem2.3.1 Gambaran Pengembangan Sistem3.3.1.1 Desain Arsitektur

Elemen utama serta keterkaitannya dengan

sistem dapat digambarkan pada gambar 3.2 berikut ini.

53

Gambar 3.2 Desain Arsitektur Sistem pakarBimbingan Konseling

Pada Siswa

A. User interface

User interface adalah penghubung antara pengguna (user)

dengan sistem untuk berkomunikasi. Pada sistem pakar

ini, terdapat dua macam user interface, yaitu :

a. Untuk pemakai (user), interface dirancang untuk

memudahkan pengguna yaitu siswa dalam melakukan

konsultasi mengenai permasalahan yang dihadapinya di

sekolah.

b. Untuk pakar (expert), dalam hal ini adalah guru BK,

interface dirancang untuk menginputkan sejumlah aturan

dan data-data yang diberikan hak aksesnya kepada

guru.

B. Verifikasi

Proses ini dilakukan untuk memastikan tidak adanya

rule yang menyalahi aturan.

C. Basis Pengetahuan

54

Basis pengetahuan mengandung pengetahuan atas

penyelesaian masalah dalam bimbingan konseling siswa.

Dibawah ini merupakan proses perancangan aturan pada

basis pengetahuan mulai dari block diagram, dependency

diagram, dan aturan decision table pada sistem pakar

bimbingan konseling siswa.

Level 0 Level 1

Orangtua memberi apapun yang diinginkanKesulitan

mencari angkutan umumOrangtua terlalu sibuk

bekerjaMembantu orangtua mencari nafkah sehari-

hariMerasa kakak-adik lebih disayangSering bersikap

cuekJarang berkumpul dengan keluargaBoleh pulang

hingga larut malamTidak ada anggota keluarga yang

membantu ketika ada PRKeluarga jarang menghibur saat

sedihTidak ada yang memberi solusi saat ada

masalahSering tidak nyambung berbicara dengan

keluargaTidak bermusyawarah sebelum mengambil

keputusanTidak bisa mengungkapkan hal yang tidak

menyenangkanJarang meminta maaf ketika tersakitiAyah

dan Ibu membiarkan ketika ada masalahTidak

seberuntung teman-teman lainTeman-teman seringkali

mencelaMudah tersinggungSenang menghabiskan waktu

dengan temanSuka mengganggu temanBelajar merupakan

hal yang membosankanSering putus asa bila menemui

kegagalanTidak bisa memahami mata pelajaran yang

sulitMerasa belum memiliki kemampuan apa-apaTidak

mungkin suksesSuka menunda pekerjaanKonsentrasi

mudah buyar jika ada masalahKesempatan untuk maju

sudah tidak ada lagiJarang membaca bukuSuka menonton

televisiSuka mengganggu temanTidak suka mengerjakan

PR sendirian

55

Permasalahan yang

Dihadapi Siswa

56

Gambar 3.3 Block Diagram Sistem Pakar Bimbingan Konseling

57

Gambar 3.4 Dependency Diagram

Permasalahan

yang dihadapi

siswa dan

solusinya-Malas-Bolos-Terlambat-Menyontek-KesulitanBelajar Ringan-KesulitanBelajar Sedang-Bertengkar

58

Dari dependency diagram yang tergambar pada gambar

3.4, set 1 menunjukkan kesimpulan masalah yang dialami

siswa yang dikelompokkan menjadi delapan masalah yaitu

malas, bolos, terlambat, menyontek, kesulitan belajar

ringan, Kesulitan Belajar Sedang, bertengkar dan

pencurian.

Data yang menjadi input dalam sistem pakar ini

adalah data penyebab serta data masalah yang dialami

siswa yang didapatkan dari pakar. Data tersebut

digunakan untuk menentukan permasalahan yang

kemungkinan dialami siswa beserta solusinya dari sudut

pandang guru maupun siswa.

Sementara itu, decision table untuk sistem pakar

konsultasi bimbingan konseling dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

59

Tabel 3.1 Keputusan Masalah Berdasarkan Penyebabnya

No Penyebab MasalahA B C D E F G

1 Orangtua saya selalu memberi apapun yang sayainginkan

2 Saya kesulitan mencari angkutan umum menuju sekolah

3 Orangtua saya selalu sibuk bekerja hingga jarangmeluangkan waktu untuk keluarga

4 Saya membantu orangtua mencari nafkah sehari-hari

5 Saya merasa kakak dan adik lebih disayang dibandingsaya

6 Saya dan anggota keluarga lainnya sering bersikapcuek

7 Saya dan anggota keluarga lainnya jarang berkumpulbersama di rumah

8 Saya boleh pulang hingga larut malam

9 Ketika ada PR yang tidak saya mengerti, saya harusberusaha sendiri mengerjakannya

10 Keluarga jarang menghibur bila saya sedih

60

61

11 Tidak ada yang memberi solusi disaat saya ada masalah

12 Saya merasa tidak nyambung membicarakan suatu haldengan keluarga

13 Ketika hendak mengambil keputusan, tidak adamusyawarah terlebih dahulu

14 Saya kurang bisa mengungkapkan hal-hal yang kurangmenyenangkan

No Penyebab MasalahA B C D E F G

15 Saya jarang meminta maaf ketika ada anggota keluargayang tersakiti oleh saya

16 Ayah dan Ibu membiarkan saja ketika saya dan kakak-adik terlibat masalah

17 Saya tidak seberuntung teman-teman yang bisamendapatkan apa saja

18 Teman-teman seringkali mencela saya

19 Saya mudah tersinggung

20 Saya senang menghabiskan waktu bersama teman-teman

21 Saya sering diganggu teman-teman

22 Belajar adalah hal yang membosankan bagi saya

62

23 Saya mudah putus asa bila mengalami kegagalan

24 Terkadang saya tidak bisa memahami mata pelajaranyang sulit

25 Saya merasa belum memiliki kemampuan apa-apa

26 Tidak mungkin bagi saya untuk sukses seperti teman-teman lain

27 Saya suka menunda-nunda pekerjaan

28 Konsentrasi saya mudah buyar jika ada suatu masalahyang sedang saya hadapi

No Penyebab MasalahA B C D E F G

29 Kesempatan saya untuk maju sudah tidak ada lagikarena saya sudah pernah gagal

30 Saya jarang membaca buku

31 Saya suka menonton televisi sambil belajar pada saatdi rumah

63

32 Saya senang mengganggu teman ketika belajar

33 Saya tidak suka mengerjakan PR sendirian

Keterangan :

A = Malas C = Terlambat E = Kesulitan Belajar Ringan G = Bertengkar

B = Bolos D = Menyontek F = Kesulitan Belajar Sedang

Dari decision table diatas, dapat dibuatkan himpunan

basis aturan (rule base) dengan aturan IF-THEN. IF adalah

bagian premis sedangkan THEN adalah bagian konklusi.

Himpunan basis aturan untuk sistem pakar

konsultasi bimbingan konseling siswa ini adalah :

1. Rule Base Masalah Malas

R1 : IF Orangtua selalu memberi apapun=’Ya’

THEN Malas

R2 : IF Orangtua sibuk bekerja=’Ya’

THEN Malas

R3 : IF Boleh pulang hingga larut malam=’Ya’

THEN Malas

R4 : IF Tidak ada yang membantu mengerjakan

PR=’Ya’

THEN Malas

R5 : IF Keluarga jarang menghibur bila

sedih=’Ya’

THEN Malas

R6 : IF Tidak ada yang memberi solusi=’Ya’

THEN Malas

64

65

R7 : IF Sering tidak nyambung membicarakan

suatu hal=’Ya’

THEN Malas

R8 : IF Tidak bermusyawarah mengambil

keputusan=’Ya’

THEN Malas

R9 : IF Jarang meminta maaf=’Ya’

THEN Malas

R10 : IF Tidak seberuntung teman-teman=’Ya’

THEN Malas

R11 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’

THEN Malas

R12 : IF Mudah tersinggung=’Ya’

THEN Malas

R13 : IF Sering diganggu teman-teman=’Ya’

THEN Malas

R14 : IF Belajar adalah hal membosankan=’Ya’

THEN Malas

R15 : IF Mudah putus asa=’Ya’

THEN Malas

66

R16 : IF Belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’

THEN Malas

R17 : IF Tidak mungkin sukses=’Ya’

THEN Malas

R18 : IF Suka menunda pekerjaan=’Ya’

THEN Malas

R19 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’

THEN Malas

R20 : IF Kesempatan untuk maju tidak ada

lagi=’Ya’

THEN Malas

R21 : IF Jarang membaca buku=’Ya’

THEN Malas

R22 : IF Tidak suka mengerjakan PR

sendirian=’Ya’

THEN Malas

2. Rule Base Masalah Bolos

R23 : IF Orangtua sibuk bekerja=’Ya’

THEN Bolos

R24 : IF Boleh pulang hingga larut malam=’Ya’

THEN Bolos

67

R25 : IF Tidak ada yang membantu mengerjakan

PR=’Ya’

THEN Bolos

R26 : IF Tidak ada yang memberi solusi=’Ya’

THEN Bolos

R27 : IF Tidak bermusyawarah mengambil

keputusan=’Ya’

THEN Bolos

R28: IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang

menyenangkan=’Ya’

THEN Bolos

R29 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’

THEN Bolos

R30 : IF Mudah tersinggung=’Ya’

THEN Bolos

R31 : IF Senang menghabiskan waktu dengan

teman-teman=’Ya’

THEN Bolos

68

R32 : IF Sering diganggu teman-teman=’Ya’

THEN Bolos

R33 : IF Belajar adalah hal membosankan=’Ya’

THEN Bolos

R34 : IF Mudah putus asa=’Ya’

THEN Bolos

R35 : IF Belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’

THEN Bolos

R36 : IF Tidak mungkin sukses=’Ya’

THEN Bolos

R37 : IF Suka menunda-nunda pekerjaan=’Ya’

THEN Bolos

R38 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’

THEN Bolos

R39 : IF Kesempatan untuk maju sudah tidak ada

lagi=’Ya’

THEN Bolos

3. Rule Base Masalah Terlambat

R40 : IF Kesulitan mencari angkutan umum=’Ya’

69

THEN Terlambat

R41 : IF Orangtua sibuk bekerja=’Ya’

THEN Terlambat

R42 : IF Membantu orangtua mencari nafkah=’Ya’

THEN Terlambat

R43 : IF Boleh pulang hingga larut malam=’Ya’

THEN Terlambat

R44 : IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang

menyenangkan=’Ya’

THEN Terlambat

R45 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’

THEN Terlambat

R46 : IF Mudah tersinggung=’Ya’

THEN Terlambat

R47 : IF Senang menghabiskan waktu dengan

teman-teman=’Ya’

THEN Terlambat

R48 : IF Sering diganggu teman-teman=’Ya’

THEN Terlambat

70

R49 : IF Belajar merupakan hal

membosankan=’Ya’

THEN Terlambat

R50 : IF Mudah putus asa=’Ya’

THEN Terlambat

R51 : IF Tidak mungkin untuk sukses=’Ya’

THEN Terlambat

R52 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’

THEN Terlambat

R53 : IF Tidak suka mengerjakan PR

sendirian=’Ya’

THEN Terlambat

4. Rule Base Masalah Menyontek

R54 : IF Jarang berkumpul bersama=’Ya’

THEN Menyontek

R55 : IF Boleh pulang hingga larut malam=’Ya’

THEN Menyontek

R56 : IF Tidak ada yang membantu mengerjakan

PR=’Ya’

THEN Menyontek

71

R57 : IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang

menyenangkan=’Ya’

THEN Menyontek

R58 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’

THEN Menyontek

R59 : IF Mudah tersinggung=’Ya’

THEN Menyontek

R60 : IF Belajar merupakan hal

membosankan=’Ya’

THEN Menyontek

R61 : IF Mudah putus asa=’Ya’

THEN Menyontek

R62 : IF Tidak bisa memahami mata pelajaran

sulit=’Ya’

THEN Menyontek

R63 : IF Belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’

THEN Menyontek

R64 : IF Tidak mungkin untuk sukses=’Ya’

THEN Menyontek

R65 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’

72

THEN Menyontek

R66 : IF Kesempatan untuk maju sudah tidak ada

lagi=’Ya’

THEN Menyontek

R67 : IF Jarang membaca buku=’Ya’

THEN Menyontek

R68 : IF Senang mengganggu teman ketika

belajar=’Ya’

THEN Menyontek

5. Rule Base Kesulitan Belajar Ringan

R69 : IF Jarang berkumpul bersama=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R70 : IF Keluarga jarang menghibur bila

sedih=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R71 : IF Tidak ada yang memberi solusi=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R72 : IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang

menyenangkan=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

73

R73 : IF Belajar merupakan hal yang

membosankan=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R74 : IF Mudah putus asa=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R75 : IF Belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R76 : IF Tidak mungkin untuk sukses=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R77 : IF Suka menunda-nunda pekerjaan=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R78 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R79 : IF Jarang membaca buku=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R80 : IF Suka menonton televisi=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

R81 : IF Senang mengganggu teman=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

74

R82 : IF Tidak suka mengerjakan PR

sendirian=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Ringan

6. Rule Base Kesulitan Belajar Sedang

R83 : IF Orangtua sibuk bekerja=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R84 : IF Boleh pulang hingga larut malam

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R85 : IF Tidak ada yang membantu mengerjakan

PR=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R86 : IF Keluarga jarang menghibur bila

sedih=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R87 : IF Tidak ada yang memberi solusi saat

ada masalah=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R88 : IF Kurang bisa mengungkapkan hal kurang

menyenangkan=’Ya’

75

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R89 : IF Belajar adalah hal membosankan=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R90 : IF Mudah putus asa=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R91 : IF Tidak bisa memahami mata pelajaran

sulit=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R92 : IF belum memiliki kemampuan apa-apa=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R93 : IF Tidak mungkin untuk sukses=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R94 : IF Suka menunda-nunda pekerjaan=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R95 : IF Konsentrasi mudah buyar=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R96 : IF Kesempatan untuk maju tidak ada

lagi=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

76

R97 : IF Jarang membaca buku=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R98 : IF Suka menonton televisi=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R99 : IF Senang mengganggu teman=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

R100 : IF Tidak suka mengerjakan PR

sendirian=’Ya’

THEN Kesulitan Belajar Sedang

7. Rule Base Masalah Bertengkar

R101 : IF Kakak-adik lebih disayang=’Ya’

THEN Bertengkar

R102 : IF Sering bersikap cuek=’Ya’

THEN Bertengkar

R103 : IF Jarang berkumpul bersama=’Ya’

THEN Bertengkar

R104 : IF Keluarga jarang menghibur bila

sedih=’Ya’

THEN Bertengkar

77

R105 : IF Sering tidak nyambung membicarakan suatu

hal=’Ya’

THEN Bertengkar

R106 : IF Tidak bermusyawarah mengambil

keputusan=’Ya’

THEN Bertengkar

R107 : IF Jarang meminta maaf=’Ya’

THEN Bertengkar

R108 : IF Ayah Ibu membiarkan ketika ada

masalah=’Ya’

THEN Bertengkar

R109 : IF Teman-teman sering mencela=’Ya’

THEN Bertengkar

R110 : IF Mudah tersinggung=’Ya’

THEN Bertengkar

R111 : IF Sering diganggu teman=’Ya’

THEN Bertengkar

D. Mesin inferensi

78

Mesin inferensi yang digunakan pada sistem ini

adalah menggunakan metode forward chaining, karena

fakta-fakta dikelompokkan menjadi bagian fakta yang

lebih spesifik, yang kemudian akan membentuk sebuah

kaidah yang memiliki kesimpulan tertentu.

E. Output

Output yang dihasilkan oleh sistem ini adalah

permasalahan yang dialami siswa sesuai dengan fakta

yang diinputkan untuk mendapatkan solusi yang ditujukan

kepada guru dan siswa terhadap permasalahan yang

dialami.

2.3.2 Perancangan Sistem2.3.2.1 Hierarchy Chart

79

Gambar 3.5 Desain Hierarchy Chart

Terdapat tiga buah proses yang dapat

digambarkan pada perancangan sistem pakar bimbingan

konseling ini. Pada proses level pertama yang terdiri

dari proses merekam data penyebab, data knowledge, data

masalah serta data solusi. Pada proses level kedua

terdiri dari proses merekam siswa, merekam data

konsultasi serta menampilkan hasil konsultasi.

2.3.2.2 Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram adalah representasi grafik dari

sebuah sistem. DFD menggambarkan komponen-komponen

80

sebuah sistem, aliran-aliran data di mana komponen-

komponen tersebut, dan asal, tujuan, dan penyimpanan

dari data tersebut.

Data Flow Diagram dibawah ini akan menjelaskan proses

pada sistem pakar bimbingan konseling dari diagram

konteks, DFD level 0 dan DFD level 1.

1. Diagram Konteks (Context Diagram)

Gambar 3.6 Desain Context Diagram

Proses awal yang terlihat pada gambar diagram

konteks diatas adalah guru sebagai pakar dapat

menginputkan basis pengetahuan yang terdiri dari data

masalah, data penyebab, data knowledge dan data solusi.

Setelah itu, pengambilan keputusan hasil konsultasi

akan dapat dilakukan. Sementara itu, siswa yang telah

81

mendaftar akan dapat masuk ke sistem dan melakukan

konsultasi dengan menjawab pertanyaan seputar penyebab

yang dialami siswa. Sistem kemudian akan memberikan

keputusan hasil konsultasi berupa kemungkinan masalah

yang dihadapi siswa, serta bagaimana solusinya. Setelah

itu, pakar akan mendapatkan hasil laporan data siswa

dan data hasil konsultasi siswa yang berdasarkan

harian, bulanan serta jenis kelamin siswa.

82

Gambar 3.7 DFD Level 0 Sistem Pakar Bimbingan

Konseling Pada Siswa

Gambar 3.7 menunjukkan proses DFD level 0.

Pada proses pertama, guru sebagai pakar akan melakukan

penginputan data penyebab, data masalah, data knowledge

dan data solusi. Proses selanjutnya yaitu siswa

83

mendaftar dan melakukan konsultasi bimbingan konseling

untuk mendapatkan hasil konsultasi berdasarkan database

siswa, penyebab, dan knowledge serta data solusi. Pada

proses ketiga, guru akan menerima laporan data siswa

serta data laporan hasil konsultasi berdasarkan periode

waktu harian, bulanan, dan laporan hasil konsultasi

berdasarkan jenis kelamin siswa.

2. DFD Level 1 Proses 1

Gambar 3.8 DFD Level 1 Proses 1 Sistem Pakar Bimbingan

Konseling

84

DFD Level 1 Proses 1 ini merupakan penjabaran

dari DFD Level 0. Pada proses 1, guru sebagai pakar

menginputkan data-data penyebab, knowledge, masalah serta

solusi yang diberikan untuk masing-masing masalah.

Data-data tersebut kemudian akan disimpan ke dalam

tabel penyebab, tabel knowledge, tabel masalah dan tabel

solusi.

3. DFD Level 1 Proses 2

85

Gambar 3.9 DFD Level 1 Proses 2 Sistem Pakar Bimbingan

Konseling

Pada DFD level 1 proses 2 ini, siswa yang telah

mendaftar akan melakukan konsultasi dengan menjawab

pertanyaan yang ditampilkan oleh sistem pakar yang

kemudian disimpan dalam file konsultasi. Setelah siswa

86

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditampilkan, sistem

kemudian akan menampilkan hasil konsultasi.

4. DFD Level 1 Proses 3

Gambar 3.10 DFD Level 1 Proses 3 Sistem Pakar BimbinganKonseling

87

Pada gambar 3.10, terlihat bahwa guru bimbingan

konseling menerima laporan data siswa yang melakukan

konsultasi berdasarkan harian, bulanan, jenis kelamin

serta laporan data seluruh siswa yang melakukan

konsultasi.

2.3.2.3 Spesifikasi Kebutuhan Hardware dan Software

Sistem pakar yang dirancang ini membutuhkan

spesifikasi perangkat keras yaitu sebagai berikut:

1. Processor Intel Core 2 Duo

2. Memory RAM 1 GB

Adapun spesifikasi perangkat lunak yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut :

1. Sistem operasi Windows XP Service Pack 2

2. Xampp 1.7.3

2.3.2.4 Desain Output

Desain output merupakan rancangan laporan dari

hasil pemrosesan oleh sistem pakar bimbingan konseling

pada siswa. Output yang ditampilkan oleh sistem kepada

siswa terlihat pada gambar dibawah ini :

88

Gambar 3.11 Desain Output Hasil Konsultasi Siswa

Sistem akan memberikan hasil berupa data-data

siswa yang telah melakukan konsultasi, tanggal dan

waktu saat siswa melakukan konsultasi, kemungkinan

masalah yang sedang dihadapi siswa serta solusi yang

diberikan sistem kepada siswa.

89

Gambar 3.12 Desain Output Laporan Data Siswa

Gambar 3.11 diatas adalah desain output hasil

laporan seluruh data siswa setelah melakukan konsultasi

bimbingan konseling dengan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang ditampilkan. Output pada form ini meliputi

id konsultasi, NISN, nama siswa, kelas, jenis kelamin,

tanggal terakhir konsultasi serta hasil terakhir

konsultasi.

90

Gambar 3.13 Desain Output Laporan Data Hasil KonsultasiHarian

Output hasil konsultasi siswa berdasarkan harian

tampak pada gambar 3.12 diatas. Informasi yang

ditampilkan adalah id konsultasi, NISN, nama siswa,

kelas, jenis kelamin, tanggal konsultasi serta hasil

konsultasi berupa masalah yang dialami.

Gambar 3.14 Desain Output Laporan Data Hasil KonsultasiBulanan

91

Pada gambar 3.14 tampak desain output laporan

data hasil konsultasi berdasarkan bulanan. Informasi

yang dihasilkan berupa id konsultasi, NISN, nama siswa,

kelas jenis, kelamin dan hasil konsultasi yang

diurutkan berdasarkan bulan dan tahun.

Gambar 3.15 Laporan Hasil Konsultasi Siswa BerdasarJenis Kelamin

Gambar 3.15 diatas adalah output hasil konsultasi

siswa yang telah melakukan konsultasi berdasarkan jenis

kelamin.

2.3.2.5 Desain Input

Input yang terdapat pada sistem ini ada beberapa

buah, diantaranya :

1. Rancangan Input Login Siswa

92

Gambar 3.16 Form Input Login

Fungsi : Memverifikasi kebenaran data yang

telah diinputkan

Tabel yang terlibat : tabel siswa

Pengguna : siswa

Navigasi :

Tombol Login : Tombol ini berfungsi

untuk memverifikasi proses masuk ke sistem

Tombol Cancel : Tombol ini digunakan untuk

membatalkan proses penginputan data login yang terjadi.

2. Rancangan Pendaftaran Data Siswa

Fungsi : Mendaftarkan data-data siswa ke

dalam sistem. Tidak boleh ada field yang masih kosong.

Tabel yang terlibat : tabel siswa

Navigasi :

93

Tombol Daftar : Untuk menyimpan data-data

siswa ke dalam sistem

Tombol Kembali : Untuk membatalkan proses yang

hendak disimpan

Gambar 3.17 Form Pendaftaran Siswa

3. Rancangan Konsultasi Siswa

Gambar 3.18 Form Konsultasi

94

Fungsi : Menampilkan daftar pertanyaan

yang harus dijawab siswa didalam sistem. Jawaban yang

disediakan yaitu pernyataan ‘Ya’ dan ‘Tidak’

Tabel yang terlibat : tabel siswa, tabel konsul

penyebab, tabel knowledge, tabel konsultasi

Navigasi :

Tombol Ya : Untuk menginputkan jawaban

konsultasi siswa

Tombol Tidak : Untuk menginputkan jawaban

konsultasi siswa

Tombol Proses : Untuk memproses hasil konsultasi

siswa

4. Rancangan Hasil Konsultasi Siswa

95

Gambar 3.19 Form Hasil Konsultasi

Fungsi : Menampilkan hasil konsultasi

siswa berdasarkan pertanyaan yang telah dijawab

Tabel yang terlibat : tabel siswa, tabel

konsultasi, tabel knowledge, tabel solusi

5. Rancangan Tambah Data Penyebab

Fungsi : Untuk menginputkan data-data penyebab

permasalahan siswa

96

Tabel yang terlibat : tabel penyebab

Pengguna : guru bimbingan konseling

Navigasi :

Tombol Simpan : Tombol ini berfungsi untuk

menyimpan data.

Tombol Simpan dan Kembali : Tombol ini berfungsi

untuk menyimpan data dan kembali ke menu input

penyebab.

Tombol Batal : Tombol yang berfungsi untuk

membatalkan proses yang terjadi.

Gambar 3.20 Form Input Penyebab

Setelah data-data penyebab dimasukkan, kemudian

sistem akan menyimpannya kedalam basis data dan

97

menampilkan sejumlah data yang telah ditambahkan

seperti yang terlihat pada gambar 3.21 dibawah ini.

Gambar 3.21 Hasil Tampilan Input Penyebab

Fungsi : Untuk melihat hasil pembaruan

data setelah data penyebab ditambah.

Tabel yang terlibat : tabel penyebab

Link Tambah Penyebab: Untuk menambah penyebab

permasalahan siswa

Link Export : Untuk melihat laporan dengan bantuan

Microsoft Excel

98

Link Print : Untuk mencetak hasil laporan dengan

Excel .

Tombol Edit : Untuk mengedit data yang telah

ditambahkan

Tombol Hapus : Untuk menghapus data yang telah

ditambahkan.

Halaman :Menampilkan halaman yang sedang aktif

serta menunjukkan jumlah halaman.

6. Rancangan Tambah Data Masalah

Fungsi : Untuk menginputkan data-data

permasalahan yang terjadi pada siswa

Tabel yang terlibat : tabel masalah

Pengguna : guru bimbingan konseling

Navigasi :

Tombol Simpan : Tombol ini berfungsi untuk menyimpan

data.

Tombol Simpan dan Kembali : Tombol ini berfungsi

untuk menyimpan data dan kembali ke menu input masalah.

99

Tombol Batal : Tombol ini berfungsi untuk menghapus

data yang telah disimpan.

Gambar 3.22 Form Input Data Masalah

Setelah data permasalahan siswa dimasukkan,

selanjutnya sistem akan menampilkan keseluruhan data

masalah yang telah diperbarui. Tampilan seperti pada

gambar berikut.

100

Gambar 3.23 Hasil Tampilan Input Data Masalah

Fungsi : Untuk melihat hasil pembaruan

data setelah data permasalahan ditambah.

Tabel yang terlibat : tabel penyebab

Link Tambah Penyebab : Untuk menambah penyebab

permasalahan siswa

Link Export : Untuk melihat laporan dengan bantuan

Microsoft Excel

Link Print : Untuk mencetak hasil laporan dengan

Excel .

101

Tombol Edit : Untuk mengedit data yang telah

ditambahkan

Tombol Hapus : Untuk menghapus data yang telah

ditambahkan.

Halaman : Menampilkan halaman yang sedang aktif

serta menunjukkan jumlah halaman.

7. Rancangan Input Solusi

Gambar 3.24 Form Input Solusi

102

Selanjutnya sistem akan memberikan solusi

berdasarkan permasalahan yang ada. Selanjutnya,

keseluruhan solusi akan ditampilkan sebagai berikut.

Gambar 3.25 Hasil Tampilan Input Solusi

Fungsi : Untuk melihat hasil pembaruan

data setelah data solusi ditambah.

Tabel yang terlibat : tabel solusi, tabel masalah

Link Tambah Penyebab : Untuk menambah solusi

permasalahan siswa

Link Export : Untuk melihat laporan dengan bantuan

Microsoft Excel

Link Print : Untuk mencetak hasil laporan dengan

Excel .

103

Tombol Edit : Untuk mengedit data yang telah

ditambahkan

Tombol Hapus : Untuk menghapus data yang telah

ditambahkan.

Halaman : Menampilkan halaman yang sedang aktif

serta menunjukkan jumlah halaman.

2.3.2.6 Desain Database2.3.2.6.1 Entity Relationship Diagram

Entity Relationship diagram (ER Diagram)

digunakan untuk menggambarkan hubungan antara entitas

dan atribut. Terdapat entitas yaitu : siswa,

konsultasi, konsultasi penyebab, penyebab, knowledge,

masalah,dan solusi. Selain itu terdapat pula entitas

eksternal yaitu : pakar. Hubungan antara entitas

konsultasi dengan penyebab bersifat many to many yang

menghasilkan tabel konsultasi penyebab. Sedangkan

entitas penyebab dengan masalah bersifat many to many

yang menghasilkan tabel knowledge.

Atribut yang terdapat pada entitas siswa adalah

username, password, nisn, nama, kelas dan jenis kelamin.

104

Entitas konsultasi memiliki atribut id konsultasi, nisn

sebagai foreign key, serta tanggal konsultasi. Entitas

penyebab memiliki atribut id penyebab, dan nama

penyebab. Entitas masalah memiliki atribut id masalah

dan nama masalah. Tabel knowledge yang dihasilkan dari

hubungan antara entitas penyebab dan masalah memiliki

atribut yaitu id knowledge, id masalah serta nama

penyebab. Entitas solusi mempunyai atribut id solusi

dan nama solusi. Hal tersebut terlihat pada gambar 3.13

dibawah ini.

105

Gambar 3.26 Entity Relationship Diagram

3.3.6.2 Schema Data

Dari ER Diagram dapat dibentuk skema data yang

digambarkan dalam tabel siswa, tabel masalah, tabel

penyebab, tabel solusi dan tabel konsultasi. Tabel-

tabel tersebut dijabarkan kedalam bentuk seperti di

tabel 3.2.

106

Tabel 3.2 Tabel SiswaNo Field Name Type Size Description1 Username Varchar 10 Username Siswa2 Password Varchar 8 Password Siswa1 Nisn Varchar 10 Nomor Induk Siswa

Nasional (Primary key)2 nama_siswa Varchar 20 Nama Siswa3 jenis_kelamin Enum 2 Jenis Kelamin4 Kelas Varchar 5 Kelas

Tabel siswa ini merupakan tabel yang berfungsi

untuk menyimpan data-data siswa dengan NISN (Nomor

Induk Siswa Nasional) sebagai primary key. Setiap

penambahan dan pengurangan data akan mempengaruhi tabel

ini.

Tabel 3.3 Tabel KonsultasiNo Field Name Type Size Description1 id_konsultasi Integer 10 ID Konsultasi (Primary

key)2 Nisn Varchar 10 Nomor Induk Siswa

Nasional3 tgl_konsul Datetime Tanggal

107

Atribut dari tabel konsultasi yang merupakan

hubungan many to many antara entitas siswa dengan

entitas penyebab adalah id_konsultasi, nisn, id

penyebab dan tanggal konsultasi.

Tabel 3.4 Tabel Konsultasi PenyebabNo Field Name Type Size Description1 id_konsultasi Integer 10 ID Konsultasi (Foreign

Key)2 id_penyebab Varchar 5 ID Penyebab (Foreign

Key)3 Jawaban Enum 2 Jawaban

Tabel konsultasi penyebab berfungsi untuk

menghubungkan antara tabel konsultasi dengan tabel

penyebab. Atribut dalam tabel ini terdiri dari id

konsultasi, id penyebab serta jawaban. Id konsultasi

dan id penyebab merupakan foreign key dari tabel

konsultasi dan tabel penyebab.

Tabel 3.5 Tabel PenyebabNo Field Name Type Size Description1 id_penyebab Varchar 5 ID Penyebab (Primary

key)2 nama_penyebab Varchar 100 Nama Penyebab

108

Tabel 3.5 merupakan tabel yang berfungsi untuk

menyimpan penyebab yang kemungkinan terjadi pada siswa,

dengan primary key adalah id penyebab.

Tabel 3.6 Tabel MasalahNo Field Name Type Size Description1 id_masalah Varchar 5 ID Penyebab(Primary key)2 nama_masalah Varchar 30 Penyebab

Tabel masalah berfungsi sebagai penyimpan data-

data masalah yang menjadi output dari sistem pakar yang

terdiri dari id masalah serta nama masalah. Primary key

pada tabel ini adalah id masalah.

Tabel 3.7 Tabel knowledgeNo Field Name Type Size Description1 id_knowledge Integer 5 ID Knowledge (Primary

Key)1 id_masalah Varchar 5 ID Masalah (Foreign Key)2 id_penyebab Varchar 100 ID Penyebab

Tabel knowledge adalah tabel yang berfungsi untuk

menyimpan pengetahuan sistem pakar yang terdiri dari id

knowledge, id masalah dan nama penyebab. Id knowledge

109

menjadi primary key, sedangkan id masalah serta id

penyebab menjadi foreign key.

Tabel 3.8 Tabel solusiNo Field Name Type Siz

e

Description

1 id_solusi Varchar 5 ID Solusi (Primary Key)2 nama_solusi Longtext Nama Solusi3 id_masalah Varchar 5 ID Masalah (Foreign Key)

Tabel solusi berfungsi untuk menyimpan data-data

solusi yang menjadi output sistem pakar.

Tabel 3.9 Tabel pakarNo Field Name Type Siz

e

Description

1 Username Varchar 5 Username Pakar2 Password Varchar 5 Password Pakar

2.3.2.7 Desain Antarmuka

Desain antarmuka pada sistem pakar untuk

bimbingan konseling pada siswa dijelaskan pada diagram

dibawah ini.

110

Gambar 3.27 Struktur Menu Program

Dalam struktur menu program pada gambar

3.26, sistem pakar ini terdiri dari menu pakar dan menu

siswa. Menu yang dapat dilihat oleh pakar berbeda

dengan menu yang dapat dilihat oleh siswa. Pakar dapat

melihat menu file pakar dan laporan, sedangkan siswa

hanya dapat mengakses menu untuk siswa saja.

111

Gambar 3.28 Antarmuka Menu Sistem Pakar BimbinganKonseling

Untuk memulai pertama kalinya, siswa mengklik

menu siswa. Kemudian bagi yang belum mendaftar, dapat

mendaftar terlebih dahulu untuk mulai menggunakan

sistem dengan mengklik tombol ‘Daftar’ melengkapi form

dibawah ini. Field seluruhnya harus diisi dan tidak boleh

ada yang kosong. Bila masih ada yang kosong, sistem

112

akan meminta siswa kembali melengkapi data dirinya

seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 3.29 Form Pendaftaran Siswa

Bila siswa sudah mendaftar, siswa dapat memasuki

sistem dan mulai melakukan konsultasi. Kemudian, siswa

akan diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan sistem dengan menekan tombol ‘Ya’ atau

‘Tidak’. Siswa diminta untuk menjawab pilihan yang

sesuai.

113

Gambar 3.30 Form Konsultasi Siswa

Gambar 3.31 Hasil Konsultasi Siswa

Menu bantuan diberikan kepada siswa yang ingin

menjadi anggota dan ingin memperoleh informasi mengenai

tata cara penggunaan sistem.

114

Gambar 3.32 Form Menu Bantuan

Antarmuka untuk guru sebagai pakar dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

115

Gambar 3.33 Antarmuka Pakar

Guru sebagai pakar dapat melakukan pembaruan

data serta mencetak laporan dengan melakukan login

terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat pada gambar

3.33.

Gambar 3.34 Menu login Pakar (Guru)

Guru dapat melakukan penambahan dan pembaruan

data penyebab dengan mengklik menu input penyebab.

116

Pada menu ini akan ditampilkan id penyebab, nama

penyebab serta link menuju form tambah penyebab atau edit

penyebab. Bila guru akan menghapus data, guru mengklik

tombol hapus yang ada pada bagian ‘Pilihan’.

Gambar 3.35 Form Data Penyebab

Form ini hanya dapat digunakan oleh pakar. Setiap

penambahan dan pengurangan data knowledge akan

mempengaruhi database. Pada sistem pakar ini, knowledge

adalah penghubung antara penyebab dengan masalah. Guru

dapat melakukan pembaruan atau penambahan data pada

menu ini seperti terlihat pada gambar berikut.

117

Gambar 3.36 Form Data Knowledge

Permasalahan yang dialami siswa beragam

dan oleh karena itu, guru dapat melakukan pembaruan

data permasalahan di sekolah seperti terlihat pada menu

‘Data Masalah’ dibawah ini.

Gambar 3.37 Form Data Masalah

Guru dapat pula menambahkan solusi dari permasalahan

yang ada dengan mengklik menu ‘Tambah Solusi’.

118

Setiap permasalahan akan diberikan solusi.

Solusi diberikan langsung oleh guru bimbingan konseling

atau psikolog pendidikan. Guru dapat menambah serta

memperbarui data pada menu ini.

Gambar 3.38 Form Data Solusi Untuk menu laporan, terdapat beberapa menu,

yaitu laporan seluruh data siswa yang melakukan

konsultasi, laporan hasil konsultasi berdasarkan harian

siswa, laporan hasil konsultasi berdasarkan bulanan

serta laporan hasil konsultasi berdasarkan jenis

kelamin siswa.

Gambar 3.39 Form Laporan Seluruh Data Siswa

119

Gambar 3.39 diatas adalah form laporan seluruh

data siswa yang melakukan konsultasi. Untuk

menampilkannya, pakar mengklik menu laporan dan memilih

menu ‘Data Siswa’, kemudian data-data seluruh siswa

yang melakukan konsultasi beserta tanggal terakhir dan

hasil terakhir konsultasi akan muncul. Klik link ‘Cetak

Laporan’ untuk mencetak laporan dan laporan akan

ditampilkan seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.40 Laporan Seluruh Data Siswa

Selain data seluruh siswa, pakar juga dapat

melihat dan mencetak laporan konsultasi harian seperti

terlihat pada gambar berikut ini.

120

Gambar 3.41 Form Laporan Data Konsultasi Harian Siswa

Gambar 3.41 merupakan antarmuka laporan data

hasil konsultasi harian siswa. Untuk menampilkannya,

pakar memilih menu laporan dan menginputkan tanggal,

bulan dan tahun kemudian klik ‘submit’ dan sistem akan

mengurutkan hasilnya berdasarkan tanggal konsultasi

yang dipilih. Untuk mencetaknya, pakar dapat mengklik

link ‘Cetak Laporan’ dan laporan akan ditampilkan dalam

bentuk file pdf seperti terlihat pada gambar 3.41 dibawah

ini.

121

Gambar 3.42 Laporan Hasil Konsultasi Harian

Siswa

Untuk menampilkan laporan data hasil konsultasi

bulanan, pilih bulan dan tahun yang ingin ditampilkan.

kemudian klik submit dan link ‘Cetak Laporan’. Kemudian,

laporan akan ditampilkan dalam bentu file pdf seperti

dibawah ini.

Gambar 3.43 Form Laporan Data Bulanan Siswa

Gambar 3.44 Laporan Hasil Konsultasi Bulanan Siswa

122

Untuk menampilkan laporan data hasil konsultasi

berdasarkan jenis kelamin siswa, pakar dapat memilih

menu laporan dan sub menu‘Data Konsultasi Jenis

Kelamin’. Kemudian, sistem akan menampilkan form laporan

hasil konsultasi siswa. Pakar diminta untuk

menginputkan jenis kelamin dan mengklik tombol ‘submit’.

Setelah itu, pakar dapat mencetaknya dengan mengklik

link ‘Cetak Laporan’ seperti terlihat pada gambar dibawah

ini.

Gambar 3.45 Form Laporan Hasil Konsultasi Berdasarkan

Jenis Kelamin Siswa

123

Gambar 3.46 Laporan Hasil Konsultasi Berdasarkan Jenis

Kelamin Siswa

2.3.2.8 Desain Logika Program

Gambaran mengenai alur logika sistem pakar

bimbingan konseling siswa ini dapat dideskripsikan

melalui flowchart-flowchart dibawah ini.

1. Program Flowchart Menu Utama

124

Gambar 3.47 Program Flowchart Menu Utama

Pertama kali sistem akan menampilkan menu utama

yang terdiri dari menu pakar dan menu siswa. Bila yang

menggunakan sistem adalah pakar, maka dapat mengklik

pakar dan sistem akan mengarahkan ke form login pakar.

Bila yang menggunakan sistem adalah siswa, maka dapat

mengklik menu siswa untuk kemudian siswa dapat

melakukan pendaftaran dan konsultasi permasalahan.

2. Program Flowchart Menu Pakar

125

Gambar 3.48 Program Flowchart Menu Pakar

126

Gambar 3.49 Program Flowchart Menu File Pakar

Pakar dapat menginputkan data-data apabila telah

melakukan login sistem. Apabila pakar mengklik sub menu file

pakar, maka sistem akan menampilkan form data penyebab,

data knowledge, data masalah serta data solusi dari

masing-masing masalah.

127

3. Pogram Flowchart Sub Menu Data Penyebab

Gambar 3.50 Program Flowchart Sub Menu DataPenyebab

Pada program flowchart gambar 3.50, guru bimbingan

konseling dapat melakukan penginputan dan pembaruan

128

penyebab. Bila guru akan menambah data, sistem akan

menuju ke form tambah data penyebab. Bila akan mengedit

data, sistem akan menuju ke form edit data penyebab

setelah sebelumnya menentukan data yang akan diedit.

Bila akan menghapus data, pakar cukup memilih data yang

akan dihapus dan mengklik tombol hapus serta mengklik

tombol konfirmasi untuk memastikan data akan dihapus.

Setelah itu, data secara otomatis akan dihapus.

4. Program Flowchart Sub Menu Data Knowledge

129

Gambar 3.51 Program Flowchart Knowledge

Pada gambar 3.51, akan ditampilkan menu untuk

menambah serta memperbarui data knowledge. Bila guru

hendak menambahkan data permasalahan, dapat dengan

mengklik link yang tersedia menuju form tambah data

masalah. Proses edit jika guru ingin mengedit data yang

ada. Proses delete dipilih jika ingin menghapus data.

Jika tombol ‘Batal’ yang dipilih, maka akan langsung

diarahkan kembali ke menu data knowledge.

5. Program Flowchart Sub Menu Data Masalah

130

Gambar 3.52 Program Flowchart Menu Data Masalah

Pada gambar 3.52, akan ditampilkan menu untuk

menambah serta memperbarui data masalah. Bila guru

hendak menambahkan data permasalahan, dapat denagn

mengklik link yang tersedia menuju form tambah data

masalah. Proses edit jika guru ingin mengedit data

permasalahan yang ada. Proses delete dipilih jika ingin

menghapus data. Jika tombol ‘Batal’ yang dipilih, maka

akan langsung diarahkan kembali ke form data masalah.

131

6. Program Flowchart Sub Menu Data Solusi

Gambar 3.53 Program Flowchart Solusi

Pada gambar 3.53, akan ditampilkan menu untuk

menambah serta memperbarui data solusi. Bila guru

hendak menambahkan data permasalahan, dapat dengan

mengklik link yang tersedia menuju form tambah data

132

masalah. Proses edit jika guru ingin mengedit data yang

ada. Proses delete dipilih jika ingin menghapus data.

Jika tombol ‘Batal’ yang dipilih, maka akan langsung

diarahkan kembali ke menu data solusi.

7. Program Flowchart Menu Laporan

133

Gambar 3.54 Flowchart Laporan

Laporan pada sistem pakar ini terdiri dari empat

laporan, yaitu laporan seluruh data siswa, laporan

berdasarkan harian, laporan berdasarkan bulanan, serta

laporan berdasarkan jenis kelamin.

134

Pada menu tampilkan seluruh laporan data siswa,

sistem akan menampilkan seluruh data siswa yang telah

mendaftar menjadi anggota. Pada menu tampilkan laporan

berdasarkan harian, sistem akan menampilkan laporan

data berdasarkan harian. Pada menu tampilkan laporan

berdasarkan bulanan, maka sistem akan menampilkan

laporan yang disusun berdasarkan bulan yang dipilih,

begitu pula pada menu tampilkan laporan data

berdasarkan jenis kelamin.

8. Program Flowchart Menu Siswa

135

Gambar 3.55 Program Flowchart Menu Siswa

Pada gambar 3.53, bila siswa akan menggunakan

sistem maka diharuskan melakukan verifikasi data login

terlebih dahulu. Bila siswa masih belum terdaftar

sebagai anggota, siswa dapat memilih menu daftar dan

akan langsung menuju form pendaftaran siswa.

Setelah diarahkan ke form pendaftaran,

selanjutnya siswa akan diminta untuk mengisi seluruh

136

field yang ada dan kemudian mengklik tombol ‘Daftar’.

Setelah itu, siswa akan diarahkan kembali menuju menu

utama untuk mengklik menu login. Bila siswa ingin

membatalkan proses yang terjadi, dapat mengklik tombol

‘Kembali’ sehingga data yang telah diisi akan dihapus

kembali.

9. Program Flowchart Konsultasi Siswa

Gambar 3.56 Program Flowchart Konsultasi Siswa

137

Pada program flowchart konsultasi pada gambar 3.56

diatas, proses yang pertama kali terjadi adalah siswa

diminta untuk menginputkan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan seputar penyebab yang muncul. Jawaban

tersebut berupa ‘ya’ dan ‘tidak’. Selanjutnya, sistem

akan menyimpan seluruh jawaban siswa. Jawaban yang

dijawab ‘ya’ oleh siswa akan menjadi penyebab

permasalahan untuk kemudian dicari kesesuaian antara

penyebab dengan masalah di tabel knowledge. Pengambilan

keputusan masalah yang dihasilkan didapat dari

persentase antara penghitungan jumlah penyebab yang

dijawab siswa dan penghitungan knowledge. Setelah itu,

sistem akan menampilkan hasil kemungkinan masalah yang

dihadapi beserta solusinya. Hasil konsultasi kemudian

akan disimpan ke dalam database.

138

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui

kesamaan output berupa kemungkinan permasalahan yang

dialami siswa menurut pakar dengan kemungkinan

permasalahan yang dialami siswa menurut sistem.

Untuk mengetahui hasil output dari sistem, siswa

sebagai pengguna harus melakukan konsultasi dengan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

sistem. Setelah proses konsultasi selesai, maka akan

muncul halaman lihat hasil yang akan menampilkan

kemungkinan permasalahan yang dialami siswa beserta

solusinya. Pengujian yang dilakukan diantaranya :

1. Satu penyebab pada satu masalah

2. Satu penyebab pada beberapa jenis masalah

3. Beberapa penyebab pada beberapa jenis masalah

4.1.1 Pengujian Satu Penyebab dengan Satu Masalah

Pada pengujian satu penyebab dengan satu masalah,

sistem akan mencoba menguji menggunakan contoh siswa

139

140

yang menginputkan satu gejala saja yaitu “Orangtua saya

sering memberikan apapun yang saya inginkan”. Menurut

pakar psikologi pendidikan dan guru bimbingan

konseling, hal ini mengindikasikan bahwa siswa tersebut

mengalami masalah Malas.

Jika menggunakan sistem pakar, langkah pertama

yang harus dilakukan setelah login adalah memilih menu

Konsultasi. Setelah form Konsultasi muncul, siswa

diminta untuk menginputkan satu atau sejumlah penyebab

yang sesuai dengan dirinya, kemudian klik tombol

Proses. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada gambar

dibawah ini.

141

Gambar 4.1 Konsultasi Siswa Satu Penyebab pada Satu

Masalah

142

Setelah siswa menjawab seluruh pernyataan yang

diajukan oleh sistem, siswa kemudian mengklik tombol

‘Proses’. Sistem kemudian akan menyimpan seluruh

jawaban siswa di tabel konsul penyebab. Hasil jawaban

siswa yang dijawab ‘Ya’ akan dicocokkan dengan tabel

penyebab dan dicari data masalahnya pada tabel

knowledge. Hasil keputusan masalah berdasarkan

persentase antara jumlah pernyataan penyebab yang

dijawab ‘Ya’ oleh siswa dengan jumlah knowledge pada

masing-masing masalah. Nilai hasil persentase yang

paling besar kemudian akan menjadi kesimpulan

kemungkinan masalah yang dihadapi. Dibawah ini adalah

tabel view konsul untuk melihat kesesuaian antara

inputan penyebab dengan masalah yang dihasilkan.

Gambar 4.2 Tabel Query Konsultasi untuk Pengujian SatuPenyebab pada Satu Masalah

Setelah tombol Proses diklik, maka sistem akan

menampilkan hasil konsultasi seperti gambar dibawah

ini.

143

Gambar 4.3 Hasil Konsultasi Siswa Satu Penyebab padaSatu Masalah

4.1.2 Pengujian Satu Penyebab dengan Beberapa Masalah

Pada pengujian satu penyebab dengan yang

memiliki beberapa jenis masalah, pengujian menggunakan

contoh seorang siswa yang menginputkan penyebab ‘Saya

boleh pulang hingga larut malam’ yang menurut hasil

pakar merupakan penyebab dari masalah malas, bolos,

terlambat, menyontek dan kesulitan belajar ringan dan

kesulitan belajar sedang

Melalui penggunaan sistem pakar, langkah pertama

yang harus dilakukan adalah memilih menu konsultasi dan

menjawab pertanyaan seperti dibawah ini.

144

Gambar 4.4 Hasil Konsultasi Siswa Satu Penyebab padaBanyak Masalah

Gambar 4.5 Konsultasi Siswa Satu Penyebab pada Beberapa

Masalah (Lanjutan)

145

Dibawah ini adalah tabel view_konsul untuk

melihat kesesuaian antara penyebab dengan masalah yang

ditimbulkan.

Gambar 4.6 Tabel Query Konsultasi untuk Pengujian SatuPenyebab pada Beberapa Masalah

Setelah tombol proses diklik, maka akan

memunculkan hasil seperti dibawah ini.

146

Gambar 4.7 Hasil Konsultasi Satu Penyebab pada BeberapaMasalah

4.1.3 Pengujian Beberapa Penyebab dengan Beberapa

Masalah

Pengujian pada beberapa penyebab yang menghasilkan

beberapa jenis masalah menggunakan contoh seorang siswa

yang menginputkan data penyebab yang menurut pakar

merupakan penyebab dari masalah malas, kesulitan

belajar ringan dan kesulitan belajar sedang. Melalui

penggunaan sistem pakar, langkah pertama yang dilakukan

adalah dengan memilih menu konsultasi dan menjawab

pertanyaan seperti dibawah ini.

147

Gambar 4.8 Konsultasi Siswa Beberapa Penyebab pada

Beberapa Masalah

Setelah siswa menginputkan jawaban berdasarkan

pernyataan-pernyataan yang ada, siswa lalu mengklik

tombol ‘Proses’ dan sistem kemudian akan menyimpan

jawaban siswa pada tabel konsul_penyebab. Hasil jawaban

148

siswa yang dijawab ‘Ya’ akan dicocokkan dengan tabel

penyebab dan dicari data masalahnya pada tabel

knowledge. Hasil keputusan masalah berdasarkan

persentase antara jumlah pernyataan penyebab yang

dijawab ‘Ya’ oleh siswa dengan jumlah knowledge pada

masing-masing masalah.

Sementara itu, tabel query yang menunjukkan

hubungan antara penyebab dan masalah yang ditimbulkan

terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.9 Tabel Query Konsultasi untuk PengujianBeberapa Penyebab pada Beberapa Masalah

149

Pada tabel query yang diberi nama ‘view_konsul’

dalam gambar 4.9, muncul kesesuaian antara beberapa

penyebab dengan masalah yang kemungkinan dialami yang

didapat dari tabel knowledge.

Setelah tombol ‘Proses’ di klik, akan tampil

hasil konsultasi seperti terlihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10 Hasil Konsultasi Siswa Beberapa Penyebabpada

Beberapa Masalah

4.2 Perbandingan Hasil Pengujian

150

Perbandingan hasil pengujian bertujuan untuk

membandingkan hasil konsultasi menurut pakar dengan

hasil pengujian sistem pakar bimbingan konseling pada

siswa.

a. Kasus I, seorang siswa berkonsultasi dengan

pernyataan penyebab yang dijawab sama dengan ‘Ya’

yaitu :

- Orangtua saya selalu memberikan apapun yang

saya inginkan

Tabel 4.1 Hasil Perbandingan Pengujian SatuPenyebab

dengan Satu Masalah

No

Kemungkinan

Masalah yang

Dihadapi

Menurut

Hasil Pakar

Menurut

Hasil

Sistem

Pakar1 Malas Malas Malas[4,5%

]

151

b. Kasus II, dengan inputan pernyataan penyebab yang

dijawab sama dengan ‘Ya’sebagai berikut :

- Saya boleh pulang hingga larut malam

Tabel 4.2 Hasil Perbandingan Pengujian SatuPenyebab dengan Beberapa Masalah

No

KemungkinanMasalah yang

Dihadapi

MenurutHasil Pakar

MenurutHasilSistemPakar

1 Malas Malas

Terlambat[7%]

2 Bolos Bolos3 Terlambat Terlambat4 Menyontek Menyontek

5 Kesulitan BelajarRingan

KesulitanBelajarRingan

6 Kesulitan BelajarSedang

KesulitanBelajarSedang

c. Kasus III dengan inputan pernyataan penyebab sama

dengan ‘Ya’ adalah :

-Saya kurang bisa mengungkapkan hal yang kurang

menyenangkan

-Terkadang saya tidak bisa memahami mata pelajaran

yang sulit

-Saya merasa belum memiliki kemampuan apa-apa

152

-Konsentrasi saya mudah buyar

Tabel 4.3 Hasil Perbandingan Pengujian BeberapaPenyebab dengan Beberapa Masalah

No

KemungkinanMasalah yangDihadapi

Menurut HasilPakar

MenurutHasilSistemPakar

1 Malas MalasKesulitanBelajarRingan[57%]

2 Bolos Bolos3 Terlambat Terlambat4 Menyontek Menyontek5 Kesulitan Belajar

RinganKesulitan Belajar

Ringan6 Kesulitan Belajar

SedangKesulitan Belajar

Sedang

4.3 Kesimpulan Hasil Pengujian

Berdasarkan seluruh hasil perbandingan yang

telah dilakukan, maka dapat ditarik hasil kesimpulan

seperti pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil Kesimpulan PengujianKasus Hasil Pakar Hasil Sistem

PakarErrorRatio

KasusI

Malas Malas 0

153

KasusII

Malas, Bolos,Terlambat,Menyontek,KesulitanBelajar

Terlambat 0

KasusIII

Malas, Bolos,Terlambat,Menyontek,KesulitanBelajar

Terlambat 0

4.4 Implementasi Sistem

Sistem pakar ini telah melalui serangkaian uji

coba yaitu dengan menjalankan aplikasi yang diujikan

kepada 20 orang siswa. Pada pengujian sistem, siswa

diberikan kuesioner mengenai komposisi warna dan

tulisan aplikasi, tata bahasa yang digunakan sistem,

solusi yang dihasilkan, kemudahan penggunaan sistem dan

tampilan aplikasi secara keseluruhan. Hal ini terlihat

pada diagram berikut.

1. Komposisi Warna dan Tulisan Aplikasi

Siswa yang memberikan penilaian terhadap komposisi

warna dan tulisan aplikasi sistem pakar ini 50%

menyatakan sangat bagus, 30% siswa menyatakan

154

bagus dan 20% siswa menyatakan cukup bagus seperti

terlihat pada diagram dibawah ini.

Gambar 4.11 Diagram Persentase Komposisi Warna danTulisan Aplikasi

2. Bahasa yang Digunakan Sistem

Siswa yang memberikan penilaian terhadap tata

bahasa yang digunakan yaitu 70% menyatakan sangat

baik seperti terlihat pada diagram berikut.

Gambar 4.12 Diagram Persentase Bahasa yang

Digunakan

155

3. Solusi yang Dihasilkan

Siswa memberikan penilaian terhadap solusi yang

dihasilkan 50% menyatakan sangat baik seperti

terlihat pada diagram berikut.

Gambar 4.13 Diagram Solusi yang Dihasilkan Sistem

4. Kemudahan Penggunaan Sistem

Siswa menilai kemudahan dalam penggunaan sistem

ini yaitu 80% menyatakan sangat mudah. Adapun

diagram persentase penilaian siswa terhadap

penggunaan sistem terlihat pada gambar 4.14.

156

Gambar 4.14 Diagram Kemudahan Penggunaan Sistem

5. Tampilan Keseluruhan

Siswa memberi penilaian terhadap tampilan aplikasi

secara keseluruhan 90% diantaranya menilai sangat

baik. Adapun grafik tampilan sistem secara

keseluruhan terlihat pada gambar 4.15 dibawah ini.

157

Gambar 4.15 Diagram Tampilan Aplikasi Secara

Keseluruhan

Dengan demikian, performa sistem pakar bimbingan

konseling ini berdasarkan total persentase kuesioner

siswa yang memilih jawaban terbaik adalah (50%+70%+50%

+80%+90%) = 68%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, perancangan serta

implementasi terhadap Sistem Pakar Bimbingan

Konseling Pada SMP Islam YLPI Pekanbaru, didapat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem pakar ini dapat menganalisis jenis masalah

yang dialami siswa berdasarkan penyebab yang

berasal dari faktor keberfungsian keluarga,

lingkungan pergaulan maupun siswa itu sendiri

berdasarkan faktor motivasi dan daya juang siswa.

2. Sistem ini dapat memberikan solusi untuk

mencegah siswa melakukan kesalahan yang sama di

kemudian hari.

3. Guru dapat mengetahui penyebab siswa yang

bermasalah.

4. Sistem pakar ini dapat diperbarui informasinya

(up-to-date).

158

159

5.2 Saran

Hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan untuk

pengembangan sistem ini lebih lanjut yaitu :

1. Sistem ini dapat dikembangkan lagi menjadi sistem

pakar case based reasoning.

2. Perlu dipertimbangkan untuk membuat penyajian

pilihan penyebab dari berbagai faktor, karena

semakin lengkap dan kompleks, maka hasil yang

didapat akan semakin akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Apdian, Alfred, 2013, Aplikasi Sistem Pakar untukMendiagnosa Obesitas pada Anak Menggunakan MetodeBackward Chaining, Skripsi, Universitas IslamRiau, Pekanbaru

Bintiharto, Widodo, 2010, Sistem Pakar Konseling danPsikoterapi Masalah Perilaku Anak Berbasis Web, NaskahPublikasi, Sekolah Tinggi ManajemenInformatika dan Komputer AMIKOM, Yogyakarta

Desiani, Anita dan Muhammad Arhami, 2006, KonsepKecerdasan Buatan, Andi Offset, Yogyakarta

Dina Mayadiana Suwarna, 2009, Suatu AlternatifPembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematika,Cakrawala Maha Karya, Jakarta

160

Eastman, Gay. Cooney, Siobhan M. O’Connor, Callin &Stephen A.Small 2007, Finding Effective Solutions toTruancy, What Works, Wisconsin-Research ToPractice Series, Vol 5 : 1-25

Herawaty, Yulia, 2013, Hubungan Antara KeberfungsianKeluarga dan Daya Juang dengan Belajar Berdasar RegulasiDiri Pada Remaja, Thesis, Universitas GadjahMada, Yogyakarta

Juniawan. Nurina, Agnes. Bahana, Raymond & SriMulyanti, 2008, Aplikasi Bimbingan Konseling BerbasisWeb, Jurnal Elektro Voi 1 : 49-60

Makmun, Abin Syamsuddin, 2007, Psikologi Kependidikan,Remaja Rosdakarya, Bandung

Munawir, Arip, 2010, Sistem Pakar Konsultasi SiswaBermasalah, Skripsi, Universitas Islam NegeriSunan Gunung Djati, Bandung

Muldani, Asep, 2013, Sistem Pakar Diagnosa Penyakit SaluranPernafasan Pada Anak, Skripsi, Universitas IslamRiau, Pekanbaru

Prayitno dan Erman Amti, 2004, Dasar-dasar Bimbingan danKonseling, Rineka Cipta, Jakarta

Santrock, John W, 2003, Adolescence : Perkembangan Remaja,Erlangga, Jakarta

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Bandung

Sofyan, Willis, 2012, Remaja dan Masalahnya, Alfabeta, Bandung

161

Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Nila Kusumawati, 2008,Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, 2008, Rineka Cipta, Jakarta

Sutojo, T., Edi Mulyanto dan Vincent Suhartono,2011, Kecerdasan Buatan, Andi Offset, Yogyakarta

http://edukasi.kompas.com/read/2012/01/24/0841316/

Sulit.Belajar.Ini.Solusinya (diakses 10 September

2013)

http://psikologi.umk.ac.id/2012/02/mengatasi-sulit-

konsentrasi-belajar.html (diakses 10 September 2013)

http://www.kabar24.com/inspirasi/read/

20120627/27/49652/cara-berbaikan-dengan-teman-

setelah-bertengkar (diakses 10 September 2013)

162

163