Makalah lembaga kemasyarakatan

24
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bermasyarakat. Untuk membentuk suatu masyarakat yang terarah, tidak menyimpang dan sesuai dengan tatanan hidup yang sesuai dengan adat dan aturan yang berlaku, maka dalam beraktivitas manusia membutuhkan suatu aturan yang berisi nilai dan norma. Aturan, nilai dan norma-norma yang berada dalam masyarakat dan mengatur segala aktivitasnya disebut dengan lembaga kemasyarakatan (sosial). Selain itu, salah satu unsur penting dari kajian tentang struktur sosial adalah lembaga kemasyarakatan, namun pembahasan tentang lembaga kemasyarakatan dalam bagian ini sifatnya tidak menyeluruh, tetapi hanya sekedar pengantar yang menyangkut hal-hal pokok saja, mengingat pada bagian berikutnya, kajian tentang lembaga kemasyarakatan ini akan dibahas secara terperinci; maksud penulisannya yaitu untuk menggambarkan satu bagian dari struktur sosial sehingga kajiannya menjadi utuh. Unsur penting lain dari struktur sosial adalah apa yang disebut sebagai lembaga sosial atau lembaga kemasyarakatan juga biasa disebut dengan institusi sosial sebagai pengertian dari konsep awal social institutions, yaitu sebagai himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat; Koentjaraningrat (1996) mengartikan social institutions ini sebagai pranata sosial, yaitu sebagai suatu system norma Lembaga Kemasyarakatan Page 1

Transcript of Makalah lembaga kemasyarakatan

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

          Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidupbermasyarakat. Untuk membentuk suatu masyarakat yang

terarah, tidak menyimpang dan sesuai dengan tatanan hidup

yang sesuai dengan adat dan aturan yang berlaku, maka dalam

beraktivitas manusia membutuhkan suatu aturan yang berisi

nilai dan norma. Aturan, nilai dan norma-norma yang berada

dalam masyarakat dan mengatur segala aktivitasnya disebut

dengan lembaga kemasyarakatan (sosial).

Selain itu, salah satu unsur penting dari kajian

tentang struktur sosial adalah lembaga kemasyarakatan,

namun pembahasan tentang lembaga kemasyarakatan dalam

bagian ini sifatnya tidak menyeluruh, tetapi  hanya sekedar

pengantar yang menyangkut hal-hal pokok saja, mengingat

pada bagian berikutnya, kajian tentang lembaga

kemasyarakatan ini akan dibahas secara terperinci; maksud

penulisannya yaitu untuk menggambarkan satu bagian dari

struktur sosial sehingga kajiannya menjadi utuh. Unsur

penting lain dari struktur sosial adalah apa yang disebut

sebagai lembaga sosial atau  lembaga kemasyarakatan  juga

biasa disebut dengan  institusi sosial  sebagai pengertian

dari konsep awal  social institutions, yaitu sebagai

himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada

suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat;

Koentjaraningrat (1996) mengartikan social institutions ini

sebagai  pranata sosial, yaitu sebagai suatu system norma

Lembaga Kemasyarakatan Page 1

khusus yang menata serangkaian tindakan berpola mantap guna

memenuhi suatu keperluan yang khusus dalam kehidupan

masyarakat. Dalam bahasa sehari-hari istilah institution

sering dikacaukan dengan institute, dalam pengertian

Koentjaraningrat di atas institution diartikannya sebagai

pranata, sedangkan institute diartikan sebagai lembaga;

namun dalam  sosiologi, pengertian konsep itu tidak

demikian walaupun substansinya sebenarnya sama. Soerjono

Soekanto (1998) mengartikan institution sebagai lembaga dan

institute sebagai  asosiasi,  untuk selanjutnya buku ini

lebih mengacu terhadap apa yang dikemukakan oleh Soekanto

di atas.  

           Lembaga  kemasyarakatan ini selalu melekat dalam

kehidupan masyarakat, tidak dipersoalkan apakah bentuk

masyarakat itu masih sederhana ataupun telah maju; setiap

masyarakat sudah tentu tidak akan terlepas dengan kompleks

kebutuhan atau kepentingan pokok yang apabila dikelompok-

kelompokkan, terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan, dan 

wujud konkrit dari lembaga sosial disebut  asosiasi. 

Sebagai contoh, Universitas merupakan lembaga

kemasyarakatan, sedangkan Universitas Indonesia, Institut

Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, atau Universitas

Airlangga adalah contoh asosiasi. Selain kegunaan seperti

di atas, lembaga kemasyarakatan memuat arti penting dalam

masyarakat, yaitu mengkondisikan keteraturan dan menjaga 

integrasi  dalam masyarakat.

Lembaga Kemasyarakatan Page 2

B. Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud lembaga masyarakat?

2.      Bagaimana tujuan lembaga kemasyarakatan?

3.      Bagaimana proses pertumbuhan lembaga

kemasyarakatan?

4.      Bagaimana social control dalam masyarakat?

5.      Apa ciri-ciri umum lembaga kemasyarakatan?

6.      Apa tipe lembaga kemasyarakatan ?

7.      Apa bentuk-bentuk umum lembaga kemasyarakatan ?

C. Tujuan Penulisan

1.      Menjelaskan pengertian lembaga masyarakat.

2.      Menjelaskan tujuan lembaga kemasyarakatan.

3.      Menjelaskan proses pertumbuhan lembaga

kemasyarakatan.

4.      Menjelaskan social control.

5.      Menjelaskan ciri-ciri umum lembaga kemasyarakatan.

6.      Menjelaskan tipe lembaga kemasyarakatan.

7.      Menjelaskan bentuk-bentuk umum lembaga

kemasyarakatan.

Lembaga Kemasyarakatan Page 3

PEMBAHASAN

A. Lembaga Masyarakat

Istilah lembaga kemasyarakatan dalam bahasa Inggris

adalah social institution. Namun social institution juga

diartikan sebagai pranata sosial. Hal ini dikarenakan

mengatur perilaku para anggota masyarakat.

Menurut Koentjoroningrat, lembaga kemasyarakatan

adalah suatu norma khusus yang menata suatu tindakan yang

berpola untuk keperluan bagi manusia dalam kehidupan

bermasyarakat. Dengan kata lain lembaga adalah proses yang

terstruktur (tersusun) untuk melaksanakan berbagai kegiatan

dengan  norma tertentu. Serta menekankan pada sistem tata

kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut Paul Horton dan Chester L. Hunt, lembaga

kemasyarakatan adalah sistem norma-norma sosial dan

hubungan-hubungan yang menyatukan nilai-nilai dan prosedur-

prosedur tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

masyarakat.

Menurut Peter L. Berger, lembaga kemasyarakatan adalah

suatu prosedur yang menyebabkan perbuatan manusia ditekan

oleh pola tertentu dan dipaksa bergerak melalui jalan yang

dianggap sesuai dengan keinginan masyarakat.

Sehingga kesimpulannya, lembaga masyarakat adalah

lembaga yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warga Negara

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan visi, misi,

Lembaga Kemasyarakatan Page 4

profesi, fungsi dan kegiatan untuk berperanserta dalam

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan

Pancasila, yang terdiri dari organisasi keagamaan, lembaga

swadaya masyarakat, organisasi profesi, organisasi swasta,

organisasi sosial, organisasi politik, media massa, dan

bentuk organisasi lainnya.

B. Tujuan Lembaga Kemasyarakatan

Tujuan lembaga kemasyarakatan adalah sebagai berikut.

1) Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana

mereka harus 

bertingkahlaku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-

masalah dalam 

masyarakat, yang terutama menyangkut kebutuhan pokok.

2) Menjaga kebutuhan masyarakat yang bersangkutan

3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan

sistem 

pengendalian sosial (social control), artinya, sistem

pengawasan dari masyarakat 

terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

C. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan

Supaya hubungan antarmanusia di dalam suatu

masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, dirumuskan

norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut

terbentuk secara tidak disengaja. Namun lama kelamaan

Lembaga Kemasyarakatan Page 5

norma-norma tersebut dibuat secara sadar. Misalnya, dahulu

didalam jual-beli, seorang perantara tidak harus diberi

bagian keuntungan. Akan tetapi, lama kelamaan terjadi

kebiasaan bahwa perantara harus mendapat bagiannya, di

mana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu

pembeli ataukah penjual. Norma-norma yang ada didalam

masyarakat, mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda.

Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat daya

ikatnya.

Menurut Maclver dan Page, kebiasaan merupakan

perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat.

Selanjutnya, dikatakan bahwa apabila kebiasaan tersebut

tidak semata-mata dianggap sebagai cara perilaku saja.

Akan tetapi, bahkan diterima sebagai norma-norma pengatur,

maka kebiasaan tadi disebutkan sebagai mores atau tata

kelakuan.

Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup

dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagi alat

pengawas, secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat

terhadap anggota-anggotnya. Tata kelakuan disuatu pihak

memaksakan suatu perbuatan dan di lain pihak melarangnya

sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota

masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata

kelakuan tersebut. Tata kelakuan sangat penting karena

alasan-alasan berikut.

a. Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku

individu. Tata kelakuan juga merupakan alat yang

Lembaga Kemasyarakatan Page 6

memerintahkan dan sekaligus melarang seorang anggota

masyarakat melakukan suatu perbuatan.

b. Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan

kelompoknya. Di satu pihak tata kelakuan memaksa orang

agar menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan tata

kelakuan kemasyarakatan yang berlaku. Di lain pihak

mengusahakan agar masyarakat menerima seseorang karena

kesanggupannya untuk menyesuaikan diri.

c. Tata kelakuan menjaga solidaritas antaranggota

masyarakat. Seperti telah diuraikan di atas, setiap

masyarakat mempunyai tata kelakuan, misalnya perihal

hubungan antara pria dengan wanita, yang berlaku bagi

semua orang, dengan semua usia, untuk segala golongan

masyarakat, dan selanjutnya. Tata kelakuan menjaga

keutuhan dan kerja sama antara anggota-anggota masyarakat

itu.

Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya

dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat meningkat

kekuatan mengikatnya menjadi custom atau adat istiadat.

Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat, akan

menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang secara

tidak langsung diperlakukan. Norma-norma tersebut di atas,

setelah mengalami suatu proses pada akhirnya akan menjadi

bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses

tersebut dinamakan proses pelembagaan

(institutionalization), yaitu suatu proses yang dilewatkan

oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah

Lembaga Kemasyarakatan Page 7

satu lembaga kemasyarakatan. Maksudnya ialah sampai norma

itu oleh masyarakat dikenal, diakui, dihargai, kemudian

ditaati dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat adanya

proses termaksud di atas, dibedakan antara lembaga

kemasyarakatn sebagai peraturan (operative social

institutions) dan yang sunguh-sungguh berlaku (operative

social institutions).

Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai peraturan

apabila norma-norma tersebut membatasi serta mengatur

perilaku orang-orang, misalnya lembaga perkawinan mengatur

hubungan antara wanita dengan pria. Lembaga kemasyarakatan

dianggap sungguh-sungguh berlaku apabila norma-normanya

sepenuhnya membantu pelaksanaan pola-pola kemasyarakatan.

Perilaku perseorangan yang dianggap sebagai peraturan

merupakan hal sekunder bagi lembaga kemasyarakatan.

Norma-norma tertentu sudah mulai melembaga apabila

diketahui, namun taraf pelembagaan rendah. Misalnya,

apabila seorang pasien sudah mengetahui mengenai norma-

norma yang merupakan patokan perilaku di dalam hubungannya

dengan seorang dokter, norma tersebut sudah mulai

melembaga pada taraf terendah. Taraf pelembagaan akan

meningkat apabila suatu norma dimengerti oleh manusia yang

perilakunya diatur oleh norma tersebut. Dengan sendirinya

di samping mengetahui, maka seharusnya manusia juga

memahami mengapa ada norma-norma tertentu yang mengatur

kehidupan bersamanya dengan orang lain.

Lembaga Kemasyarakatan Page 8

Apabila manusia memahami norma-norma yang mengatur

kehidupan bersamanya, maka akan timbul kecenderungan untuk

menaati norma-norma tersebut. pentataan tersebut merupakan

perkembangan selanjutnya dari proses pelembagaan norma-

norma yang bersangkutan. Apabila norma tersebut diketahui,

dimengerti, dan ditaati, maka tidak mustahil bahwa norma

tersebut kemudian dihargai. Penghargaan tersebut merupakan

kelanjutan proses pelembagaan pada taraf yang lebih tinggi

lagi.

Proses pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian

saja, tetapi dapat berlangsung lebih jauh lagi hingga

suatu norma kemasyarakatan tidak hanya menjadi

institutionalized dalam masyarakat, tetapi menjadi

internalized. Maksudnya adalah suatu taraf perkembangan di

mana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin

berperilaku sejalan dengan perilaku yang memang sebenarnya

mematuhi kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, norma-

norma tadi telah mendarah daging (internalized). Kadang-

kadang dibedakan antara norma atau kaidah-kaidah yang

mengatur pribadi manusia dan hubungan antar pribadi.

Kaidah-kaidah pribadi mencakup norma kepercayaan yang

bertujuan agar manusia beriman, dan norma kesusilaan

bertujuan agar manusia mempunyai hati nurani yang bersih.

Kaidah antar pribadi mencakup kaidah kesopanan dan kaidah

hukum. Kaidah kesopanan bertujuan agar manusia bertingkah

laku dengan baik di dalam pergaulan hidup. Norma hukum

pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup

Lembaga Kemasyarakatan Page 9

bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban

dengan ketentraman.

D. Sistem Penengendalian Sosial (Sosial Control)

Pengendalian sosial dapat dilakukan oleh individu

terhadap individu lainnya (misalnya seorang ibu medidik

anak-anaknya untuk menyesuaikan diri pada kaidah-kaidah dan

nilai-nilai yang berlaku) atau mungkin dilakukan oleh

individu terhadap suatu kelompok sosial (umpamanya, seorang

dosen pada perguruan tinggi memimpin beberapa orang

mahasiswa di dalam kuliah-kuliah kerja). Seterusnya

pengendalian sosial dapat dilakukan oleh suatu kelompok

terhadap kelompoklainnya, atau oleh suatu kelompok terhadap

individu. Itu semuanya merupakan proses pengendalian sosial

yang dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, walau

sering kali manusia tidak menyadari.

Dengan demikian, pengendalian sosial terutama

bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas

dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Atau, suatu

sistem pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai keadaan

damai melalui keserasian antara kepastian dengan

keadilan/kesebandingan.

Dari sudut sifatnya dapatlah dikatakan bahwa

pengendalian sosial dapat bersifat preventif atau represif,

atau bahkan kedua-duanya. Prevensi merupakan suatu usaha

pencegahan terhadap terjadinya gangguan-gangguan pada

keserasian antara kepastian dengan keadilan. Sementara itu,

Lembaga Kemasyarakatan Page 10

usaha-usaha yang represif bertujuan untuk mengembalikan

keserasian yang pernah mengalami gangguan. Usaha-usaha

preventif, misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi,

pendidikan formal, dan informal. Sementara itu, represif

berwujud penjatuhan sanksi terhadap para warga masyarakat

yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang

berlaku.

Cara yang sebaiknya diterapkan di dalam suatu

masyarakat yang secara relatif berbeda dalam keadaan

tentram, cara-cara persuasive mungkin akan lebih efektif

daripada penggunaan paksaan karena di dalam masyarakat yang

tentram, sebagian kaidah-kaidah dan nilai-nilai telah

melembaga atau bahkan mendarah daging di dalam diri para

warga masyarakat. Keadaan demikian bukanlah dengan

sendirinya berarti bahwa paksaan sama sekali tidak

diperlukan.

Paksaan lebih sering diperlukan di dalam masyarakat

yang berubah karena di dalam keadaan seperti itu

pengendalian sosial juga berfungsi untuk membentuk kaidah-

kaidah baru yang menggantikan kaidah-kaidah lama yang telah

goyah. Namun demikian, cara-cara kekerasan ada pula batas-

batasnya dan tidak selalu dapat diterapkan karena biasanya

kekerasan atau paksaan akan melahirkan reaksi negatif,

setidak-tidaknya secara potensial. Reaksi yang negatif

selalu akan mencari kesempatan dan menunggu saat di mana

agent of social control berada di dalam keadaan lengah.

Bila setiap kali paksaan diterapkan, hasilnya bukan

Lembaga Kemasyarakatan Page 11

pengendalian sosial yang akan melembaga, tetapi cara

paksaanlah yang akan mendarah daging serta berakar kuat.

Di samping cara-cara tersebut di atas, dikenal pula

teknik-teknik seperti complution dan pervation. Di dalam

compultion, diciptakan situasi sedemikian rupa sehingga

seseorang terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang

menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung. Pada

pervasion, penyampaian norma atau nilai yang ada diulang-

ulang sedemikian rupa dengan harapan hal tersebut masuk

dalam aspek bawah sadar seseorang. Dengan demikian, orang

tadi akan mengubah sikapnya sehingga serasi dengan hal-hal

yang diulang-ulang penyampaiannya itu.

Pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah,

merupakan salah satu alat pengendalian sosial yang telah

melembaga baik pada masyarakat bersahaja maupun yang sudah

kompleks. Hukum di dalam arti luas juga merupakan

pengendalian sosial yang biasanya dianggap paling ampuh

karena lazimnya disertai dengan sanksi tegas yang berwujud

penderitaan dan dianggap sebagai sarana formal.

Perwujudan pengendalian sosial mungkin adalah

pemidanaan, kompensasi, terapi ataupun konsiliasi. Standar

atau patokan pemidanaan adalah suatu larangan yang apabila

dilanggar akan mengakibatkan penderitaan (sanksi negatif)

bagi pelanggarnya. Dalam hal ini kepentingan-kepentingan

seluruh kelompok masyarakat dilanggar sehingga inisiatif

datang dari seluruh warga kelompok (yang mungkin dikuasakan

kepada pihak-pihak tertentu).

Lembaga Kemasyarakatan Page 12

Pada kompensasi, standar atau patokannya adalah

kewajiban, di mana inisiatif untuk memprosesnya ada pada

pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan akan meminta

ganti rugi karena pihak lawan melakukan cedera janji. Di

sini ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang

sehingga halnya dengan pemidanaan, sifatnya adalah

akusator.

Berbeda dengan kedua hal tersebut di atas, terapi

maupun konsiliasi sifatnya remedial, artinya bertujuan

mengembalikan situasi pada keadaan semula (yakni sebelum

terjadinya perkara atau sengketa). Hal yang pokok bukanlah

siapa yang menang atau siapa yang kalah, tetapi yang

penting adalah menghilangkan keadaan yang tidak

menyenangkan bagi para pihak (yang berarti adanya

gangguan). Dengan demikian, pada terapi dan konsiliasi,

standarnya adalah normalitas dan keserasian atau harmoni.

Pada terapi, korban mengambil inisiatif sendiri untuk

memperbaiki dirinya dengan bantuan pihak-pihak tertentu,

misalnya, pada kasus penyalahgunaan obat bius, di mana

korban kemudian sadar dengan sendirinya. Pada konsiliasi,

masing-masing pihak yang bersengketa mencari upaya untuk

menyelesaikannya, baik secara kompromistis ataupun dengan

mengundang pihak ketiga.

Dengan adanya norma-norma tersebut, di dalam setiap

masyarakat diselenggarakan pengendalian sosial atau social

control. Lazimnya yang diterapkan terlebih dahulu adalah

pengendalian sosial yang dianggap paling lunak, misalnya,

Lembaga Kemasyarakatan Page 13

nasihat-nasihat yang tidak mengikat. Taraf selanjutnya

adalah menerapkan pengendalian sosial yang keras. Di dalam

proses tersebut, norma hukum sebaiknya diterapkan pada

tahap terakhir apabila sarana-sarana lain tidak

menghasilkan tujuan yang ingin dicapai. Sudah tentu bahwa

di dalam penerapannya senantiasa harus diadakan telaah

terhadap masyarakat atau bagian masyarakat yang dihadapi.

E. Ciri-ciri Umum Lembaga Kemasyarakatan

Gillin di dalam karyanya yang berhudul General

Features of Social Institution, telah menguraikan beberapa

ciri umum lembaga kemasyarakatan yaitu sebagai berikut :

1.Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-

pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang terwujud

melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-

hasilnya. Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat

istiadatnya, tata kelakuan, kebiasaan, serta unsur-unsur

kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak

langsung tergabung dalam satu unit yang fungsional.

2.Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari

semua lembaga kemasyarakatan. Sistem-sistem kepercayaan

dan aneka macam tindakan baru akan menjadi bagian lembaga

kemasyarakatan setelah melewati waktu relatif lama.

Misalnya, suatu sistem pendidikan tertentu baru akan dapat

diterapkan seluruhnya setelah mengalami suatu masa

percobaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan biasanya juga

berumur lama karena pada umumnya orang menganggapnya

Lembaga Kemasyarakatan Page 14

sebagai himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan

pokok masyarakat yang sudah sewajarnya harus dipelihara.

3.Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa

tujuan tertentu. Mungkin tujuan-tujuan tersebut tidak

sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang

bersangkutan apabila dipandang dari sudut kebudayaan

secara keseluruhan. Pembedaan antara tujuan dengan fungsi

sangat penting karena tujuan suatu lembaga merupakan

tujuan pula bagi golongan masyarakat tertentu dan golongan

masyarakat bersangkutan pasti akan berpegang teguh

padanya. Sebaliknya, fungsi solsial lembaga tersebut,

yaitu peranan lembaga tadi dalam sistem sosial dan

kebudayaan masyarakat mungkin tak diketahui atau disadari

setelah diwujudkan, yang kemudian ternyata berbeda dengan

tujuannya. Umpamanya lembaga perbudakan, yang bertujuan

untuk mendapatkan tenaga buruh yang semurah-murahnya,

tetapi di dalam pelaksanaan ternyata sangat mahal.

4.Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan

yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga

bersangkutan, seperti bangunan, peralatan, mesin, dan lain

sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat-alat tersebut

biasanya berlainan antara satu masyarakat dengan

masyarakat lain. Misalnya, gergaji jepang dibuat

sedemikian rupa sehingga alat tersebut akan memotong

apabila ditarik. Sebaliknya gerjagi Indonesia baru

memotong apabila didorong.

Lembaga Kemasyarakatan Page 15

5.Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas

lembaga kemasyarakatan. Lambang-lambang tersebut secara

simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga yang

bersangkutan. Sebagai contoh, masing-masing kesatuan-

kesatuan angkatan bersenjata, mempunyai panji-panji;

perguruan-perguruan tinggi seperti universitas, institut,

dan lain-lainnya mempunyai lambang-lambangnya dan lain-

lain lagi. Kadang-kadang lambang tersebut berwujud

tulisan-tulisan atau slogan-slogan.

6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis

ataupun yang tak tertulis, yang merumuskan tujuannya, tata

tertib yang berlaku, dan lain-lain. Tradisi tersebut

merupakan dasar bagi lembaga itu di dalam pekerjaannya

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat, di mana

lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi bagiannya.

E. Tipe Lembaga Kemasyarakatan

Tipe-tipe lembaga kemasyarakatan dapat

diklasifikasikan dari pelbagai sudut. 

Menurut Gillin dan Gillin :

1) Dari sudut perkembangannya : 

a. Crescive Institutions Bahan Ajar Pengantar Sosiologi 

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si./ Program Studi Ilmu

Komunikasi Unikom Lembaga-lembaga yang secara tidak sengaja

tumbuh dari adat-istiadat masyarakat. Contoh : hak milik,

perkawinan, agama, dsb. 

b. Enacted Institution 

Lembaga Kemasyarakatan Page 16

Dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu,

misalnya lembaga utang-piutang, lembaga perdagangan, dan

lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar pada

kebiasaan-kebiasaan masyarakat.

2) Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat: 

a. Basic Institutions 

Lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara

dan 

mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Dalam

masyarakat Indonesia, 

misalnya keluarga, sekolah-sekolah, segara, dsb. 

b. Subsidiary Institutions 

Dianggap kurang penting. Misalnya kegiatan-kegiatan untuk

rekreasi.

3) Dari sudut penerimaan masyarakat: 

a. Approved-Socially Sanctioned Institutions 

Lembaga-lembaga yang diterima masyarakat, seperti sekolah,

lembaga 

perdagangan, dsb. 

b. Unsanctioned Institutions 

Lembaga-lembaga yang ditolak masyarakat, walau masyarakat

kadang-kadang tidak berhasil memberantasnya. Misalnya

kelompok penjahat, pemeras pencoleng, dsb.

4) Dari sudut penyebarannya : 

a. General Institutions 

Contoh : Agama merupakan suatu General Institutions, karena

dikenal oleh hampir semua masyarakat dunia. 

Lembaga Kemasyarakatan Page 17

b. Restricted Institutions 

Agama Islam, Katolik, Protestan, Budha, dan Hindu,

merupakan Restricted Institutions, karena dianut oleh

masyarakat tertentu di dunia ini. 

5) Dari sudut fungsinya : 

a. Operative Institutions Bahan Ajar Pengantar Sosiologi 

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si./ Program Studi Ilmu

Komunikasi Unikom Berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun

pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai

tujuan lembaga yang bersangkutan. 

b. Restricted Regulative 

Bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat atau tata kelakukan

yang tidak menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri

G. Bentuk-bentuk Umum Lembaga Kemasyarakatan

             Dari sudut pandang kompleks atau  sederhananya

suatu lembaga kemasyarakat atau menentukan berapa banyak

atau besar lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada dalam

satu masyarakat, sebenarnya sukar untuk diukur, karena hal

ini tergantung dari sifat kompleks atau sederhananya

kebudayaan suatu masyarakat. Makin besar dan kompleks

perkembangan suatu masyarakat, makin banyak  pula jumlah

lembaga kemasyarakatan yang ada. Namun untuk menentukan

lembaga–lembaga kemasyarakatan yang pokok, sekurangnya

setiap masyarakat memiliki delapan buah lembaga

kemasyakatan berdasarkan fungsi untuk memenuhi keperluan

hidupnya,  yaitu yang menyangkut lembaga :

Lembaga Kemasyarakatan Page 18

1. kekerabatan yang disebut juga sebagai kinship

institutions, antara lain mencakup lembaga perkawinan,

tolong menolong antar kerabat, pengasuhan anak, sopan

santun pergaulan antar kerabat, dan lain-lain,

2.   ekonomi  (produksi, mengumpulkan dan mendistribusikan

hasil produksi, dan lain-lain), antara lain mencakup

pertanian, peternakan, berburu, industri, perbankan,

koperasi, dan sebagainya,

3.   pendidikan, yaitu yang menyangkut pengasuhan anak,

berbagai jenjang pendidikan,

pemberantasan buta huruf, perpustakaan umum, pers, dan

sebagainya,

4.   Ilmu pengetahuan, meliputi pendidikan, penelitian,

metodologi ilmiah, dan 

Sebagainya,

5. Keindahan dan  rekreasi, menyangkut berbagai cabang

kesenian, olah raga, kesusateraan, dan sebagainya,

6. Agama, menyangkut peribadatan, upacara, semedi,

penyiaran agama, doa,  kenduri, ilmu gaib, ilmu dukun, dan

sebagainya,

7.  Kekuasaan, menyangkut pemerintahan, kepartaian,

demokrasi, ketentaraan dan sebagainya,

8.  Kesehatan  atau  kenyamanan,  menyangkut kecantikan dan

kesehatan, kedokteran,

pengobatan tradisional, dan sebagainya.

Penggolongan tersebut di atas tentu belum lengkap,

karena di dalamnya belum

Lembaga Kemasyarakatan Page 19

tercakup semua jenis lembaga kemasyarakatan yang mungkin

terdapat dalam suatu

masyarakat. Hal-hal seperti kejahatan, prostitusi,

banditisme, dan lain-lain, juga merupakan lembaga

kemasyarakatan. Disamping itu juga ada lembaga

kemasyarakatan yang memiliki sangat banyak aspek, sehingga

mereka juga dapat ditempatkan di dalam lebih dari satu

golongan . Feodalisme, yang menciptakan suatu sistem

hubungan antara pemilik tanah dan penggarap, yang

sebenarnya menyebabkan terjadinya  produksi dari hasil

bumi, dapat dianggap sebagai lembaga ekonomi; tetapi

sebagai suatu sistem hubungan antara pihak yang berkuasa

dengan fihak yang dikuasai, feodalisme dapat diangga

sebagai lembaga politik. Selain itu dalam suatu masyarakat

terdapat banyak lembaga yang tidak secara khusus tumbuh

dari dalam adat-istiadat masyarakat yang bersangkutan,

melainkan yang secara tidak disadari ataupun secara

terencana diambil dari masyarakat lain, seperti misalnya

demokrasi parlementer, sistem kepartaian, koperasi,

perguruan tinggi, dan lainnya. Lembaga asing itu pada

umumnya anya dapat bertahan apabila lembaga-lembaga itu

dapat diselaraskan dengan lembaga-lembaga yang ada, kecuali

apabila kegunaannya dapat disadari  dan difahami

sepenuhnya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

Lembaga Kemasyarakatan Page 20

PENUTUP

A. Simpulan

Lembaga masyarakat adalah lembaga yang dibentuk oleh

anggota masyarakat Warga Negara Indonesia secara sukarela

atas dasar kesamaan visi, misi, profesi, fungsi dan

kegiatan untuk berperanserta dalam pembangunan dalam rangka

Lembaga Kemasyarakatan Page 21

mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yang terdiri

dari organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat,

organisasi profesi, organisasi swasta, organisasi sosial,

organisasi politik, media massa, dan bentuk organisasi

lainnya.

Lembaga kemasyarakatan berasal dari istilah asing

“social-institution” atau pranata-sosial yaitu suatu sistem

tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-

aktivitas untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam suatu

masyarakat.

B. Saran

            Untuk tercapainya tujuan lembaga

kemasyarakatan, masyarakat harus saling bekerja sama dan

saling mengawasi terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

Social control memang sangat diperlukan dalam hal ini.

Lembaga Kemasyarakatan Page 22

DAFTAR PUSTAKA

Haviland, William A. 1988. Antropologi, terj. Jakarta:Erlangga.

Horton, Paul dan Hunt, Chester L. 1992. Sosiologi. Jakarta:Erlangga.

Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern,terj. Jilid 1 – 2. Jakarta:PT Gramedia Indonesia.

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi. Jakarta: RinekaCipta. 

Merton, Robert K. 1967. Social Theory and Social Structure. NewYork: The Free Press.

Nasikun. 1993. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sanderson. 2000. Sosiologi Macro, Sebuah Pendekatan Terhadap RealitasSosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. 1998.  Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono.  1983. Beberapa Teori Sosiologi Tentang SturkturSosial. Jakarta: CV Rajawali.

Soemardjan. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: LembagaPenerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Sosiologi (edisi terbaru).Jakarta: Rajawali Press.

Lembaga Kemasyarakatan Page 23

Zaka. 2014. Pengertian Lembaga Sosial Menurut Para Ahli. (online),(http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-lembaga-sosial-menurut-ahli.html. Diakses tanggal 28Maret 2014).

Lembaga Kemasyarakatan Page 24