OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI LEMBAGA ...

91
TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI LEMBAGA INTERMEDIASI (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro) Oleh: ZELLIN PRATIWI NPM. 13111378 Jurusan Diploma III Perbankan Syari’ah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1439 H / 2018 M

Transcript of OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI LEMBAGA ...

TUGAS AKHIR

OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI

LEMBAGA INTERMEDIASI (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)

Oleh:

ZELLIN PRATIWI

NPM. 13111378

Jurusan Diploma III Perbankan Syari’ah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1439 H / 2018 M

ii

OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI

LEMBAGA INTERMEDIASI (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)

Oleh:

ZELLIN PRATIWI

NPM. 13111378

Pembimbing I : Nety Hermawati, SH, MA, MH

Pembimbing II : Suraya Murcitaningrum, M.SI

Program Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1439 H / 2018 M

iii

iv

v

OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI

LEMBAGA INTERMEDIASI (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)

ABSTRAK

Oleh:

ZELLIN PRATIWI

Perbankan memiliki peran aktif sebagai lembaga intermediasi antara pihak

investor dengan pihak lain yang membutuhkan pendanaan. Sebagai lembaga

intermediasi keuangan, bank memiliki peran sebagai penghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Indonesia merupakan

salah satu negara yang menerapkan sistem perbankan ganda yaitu, sistem

perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Adanya lembaga

keuangan syariah banyak memberi manfaat bagi bangsa Indonesia, terutama

lembaga jasa keuangan mikro syariah, salah satunya adalah BMT yang mampu

melayani usaha kecil dan mikro di masyarakat dengan baik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui optimalisasi peran BMT

Artha Buana sebagai lembaga intermediasi. Jenis penelitian ini adalah field

research, atau penelitian lapangan dan bersifat deskriptif. Sumber data yang

digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara wawancara dan dokumentasi. Setelah data-data terkumpul dan

dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa optimalisasi Peran

BMT Artha Buana sebagai lembaga intermediasi sudah dilakukan dengan sangat

baik, yaitu melalui beberapa cara sebagai berikut: 2) Pengembangan Sumber Daya

Manusia. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui pelatihan dan

pengembangan yang diberikan kepada karyawan BMT dan anggota (pengusaha).

2) Membina Hubungan yang Baik dengan Anggota. Hubungan BMT Artha Buana

dan anggota (pengusaha) didasarkan pada prinsip kepercayaan. 3) Mendirikan

Unit Usaha Khusus. Tugas utama dari Unit Usaha Khusus intermediasi BMT

Artha Buana ini ialah bergerak pada proses pembentukan SDM anggota

(pengusaha) untuk membina anggota menuju pengusaha yang memilki wawasan

bisnis yang baik. 4) Optimalisasi pendanaan Mudharabah dan Musyarakah

sebagai Bisnis Inti. Produk mudharabah dan musyarakah adalah dua produk

pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam menciptakan keseimbangan

antara sektor moneter dan sektor ril, yang akhirnya dapat menjalankan sistem

perekonomian di BMT Artha Buana ini menjadi lancar.

vi

vii

MOTTO

... ...

Artinya: harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di

antara kamu. (Q.S. Al-Hasyr: 7)1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989),

h. 906

viii

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, tugas Akhir ini

kupersembahkan kepada:

1. Ayah ku Purwanto dan Ibu ku Siti Zubaidah yang tersayang, yang dengan

kasih sayangnya telah mendidik, membimbing, membina, memberikan

dorongan baik moril maupun materil dan senantiasa mendo’akan dan

menantikan keberhasilan dengan penuh kesabaran.

2. Kakakku Arif Pratama yang selalu memberi semangat demi keberhasilanku.

3. Adikku Aswin Fauzi yang selalu memberikan dorongan semangat kepadaku

selama aku menempu studi.

4. Sahabat-sahabatku Basitah, Nina, dan Bunga, dan Adetya Yusuf yang telah

memberikan motivasi agar tetap semangat dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

5. Almamater DIII Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Program D-III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar A.Md

Dalam upaya penyelesaian tugas akhir ini, peneliti telah menerima banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Metro,

2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam

3. Ibu Zumaroh, M.E.Sy, selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan Syariah

4. Ibu Nety Hermawati, SH, MA, MH, yang telah memberikan bimbingan yang

sangat berharga kepada peneliti.

5. Ibu Suraya Murcitaningrum, M.SI, selaku pembimbing II, yang telah

memberikan bimbingan yang sangat berharga kepada peneliti.

6. Manager dan Segenap Karyawan BMT Artha Buana Metro yang telah

memberikan sarana dan prasarana kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

7. Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa mendo’akan dan memberikan

dukungan dalam menyelesaikan pendidikan.

x

Kritik dan saran demi perbaikan selanjutnya sangat diharapkan dan

diterima dengan sepenuh hati. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah

dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Perbankan Syariah.

Metro, Juli 2018

Penulis

Zellin Pratiwi

NPM. 13111378

xi

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................ vi

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5

D. Metode Penelitian ..................................................................... 6

1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian ................................... 6

2. Sumber Data ....................................................................... 7

3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 8

4. Teknik Analisis Data ......................................................... 10

E. Sistematika Pembhasan ........................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 13

A. Baitul Mal Wa Tamwil ............................................................. 13

1. Pengertian dan Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil ................... 13

2. Badan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil ................................ 16

3. Peran dan Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil ........................... 17

4. Strategi Pengembangan Baitul Mal Wa Tamwil ................. 18

xii

B. Lembaga Intermediasi ............................................................. 19

1. Pengerian Lembaga Intermediasi ....................................... 19

2. Jenis-jenis Lembaga Intermediasi ....................................... 21

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 23

A. Gambaran Umum BMT Artha Buana Metro............................ 23

1. Sejarah Berdirinya BMT Artha Buana Metro .................... 23

2. Visi dan Misi BMT Artha Buana Metro ............................ 26

3. Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro ................... 27

B. Optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro sebagai

Lembaga Intermediasi ............................................................. 28

C. Analisis Optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro

sebagai Lembaga Intermediasi ................................................ 35

BAB IV PENUTUP .................................................................................... 40

A. Kesimpulan .............................................................................. 40

B. Saran ........................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pendiri BMT Artha Buana Metro ................................................ 23

Tabel 3.2 Perangkat Organisasi BMT Artha Buana Metro .......................... 28

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro ............................. 27

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pembimbing Tugas Akhir

Lampiran 2 Surat Persetujuan Perubahan Redaksi Judul

Lampiran 3 Outline

Lampiran 4 Surat Tugas

Lampiran 5 Surat Izin Research

Lampiran 6 Alat Pengumpul Data

Lampiran 7 Formulir Konsultasi Bimbingan Tugas Akhir

Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Pustaka

Lampiran 9 Foto-foto Dokumentasi

Lampiran 10 Brosur BMT Artha Buana Metro

Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktivitas perekonomian suatu negara tidak dapat dilepaskan dari lalu

lintas uang dan modal dalam pasar keuangan. Mengenai hal ini, bank sebagai

lembaga keuangan memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi suatu

negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara.

Oleh akrena itu, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan

ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara,

maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut.

Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan

masyarakatnya.1

Perbankan memiliki peran aktif sebagai lembaga intermediasi antara

pihak investor dengan pihak lain yang membutuhkan pendanaan. Sebagai

lembaga intermediasi keuangan, bank memiliki peran sebagai penghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Bank

merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan

dana dengan masyarakat yang kekurangn dana. Masyarakat kelebihan dana

maksudnya adalah masyarakat yang memiliki dna yang disimpan di bank atau

masyarakat yang memiliki dana dan akan digunakan untuk investasi di bank.2

1 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 2

2 Ibid., h. 5

2

Seiring dengan perkembangan era modern saat ini, berbagai lembaga

keuangan bank muncul di tengah kehidupan masyarakat, baik lembaga

keuangan bank yang berbasis konvensional maupun syariah, yang bertujuan

untuk memperlancar kegiatan ekonomi maupun transaksi lainnya.3

Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem

perbankan ganda yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan

syariah yang tertuang dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang

sistem perbankan ganda sebagai landasan hukum bagi Bank Indonesia untuk

menjalankan tugasnya sesuai dengan prinsip syariah. Kehadiran Perbankan

syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat pada tahun

1991 dan sejak itu, perbankan syariah mulai mendapatkan pasar di Indonesia.4

Lembaga Keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang

beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, atau dengan kata lain

yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Bank berdasarkan prinsip syariah diatur dalam

UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun

1998, dengan latar belakang adanya suatu keyakinan dalam agama Islam yang

merupakan suatu alternatif atas perbankan dengan kekhususannya pada prinsip

syariah. Prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank syariah adalah aturan

perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk

3 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet. II (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010), h. 45 4 M. Putra Rizki dan Fakhruddin, “Intermediasi Perbankan Syariah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, dalam Jurnal ekonomi dan Kebijakan Publik, (Aceh:

Universitas Syiah Kuala), Volume 2 Nomor 1, Mei 2015, h. 43

3

penyimpanan dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

dinyatakan sesuai dengan syariah.5

Adanya lembaga keuangan syariah banyak memberi manfaat bagi

bangsa Indonesia, terutama lembaga jasa keuangan mikro syariah, salah

satunya adalah BMT yang mampu melayani usaha kecil dan mikro di

masyarakat dengan baik. Kemanfaatan ini sangat dirasakan oleh pedagang

mikro untuk berkembang dan maju, karena tidak adanya riba yang dilarang

syariah. Sehingga dapat mengoptimalkan kesejahteraan dalam kehidupan

sehari-hari.

Baitul Maal Wa Tamwil merupakan Lembaga Keuangan Mikro

Syariah (LKMS) beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang fokus

pada pengembangan bisnis usaha kecil atau mikro dalam rangka mengangkat

derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.6 BMT

juga dapat menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya

sesuai dengan peraturan dan amanatnya. BMT merupakan lembaga ekonomi

atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang bersifat informal karena

lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).7

Salah satu BMT yang ada di Kota Metro adalah BMT Artha Buana.

Sama halnya dengan perbankan lainnya, BMT Artha Buana juga menjalankan

fungsi sebagai lembaga intermediasi (penyaluran), dari nasabah pemilik dana

(shahibul mal) dengan nasabah yang membutuhkan dana. Berdasarkan

5 Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 39-40

6 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga., h.453

7 A. Djazuli, dkk., Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta:Raja Grafindo

Persada, 2002), h.183

4

prasurvey yang peneliti lakukan didapatkan informasi bahwa untuk

mendukung peran BMT Artha Buana sebaga lembaga intermediasi, BMT

Artha Buana membutuhkan sumber dana. Ada tiga jenis sumber dana yang

diperoleh oleh BMT Artha Buana, yaitu modal disetor (dana pihak pertama),

pinjaman (dana pihak kedua) dan dana dari masyarakat yang dihimpun

melalui produk simpanan (dana pihak ketiga). Produk penghimpunan dana

merupakan salah satu produk penting bagi BMT Artha Buana dalam

memperoleh sumber dana untuk mendukung fungsinya sebagai lembaga

intermediasi.8

Banyak faktor yang mempengaruhi BMT Artha Buana dalam

menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Faktor yang paling

utama adalah berupa tidak lancarnya pembayaran pembiayaan atau disebut

dengan pembiayaan bermasalah, sehingga akan mempengaruhi perkembangan

fungsi intermediasi dan berdampak pada kinerja BMT.9

Untuk meningkatkan peran BMT Artha Buana sebaga lembaga

intermediasi, salah satu langkah yang ditempuh adalah melakukan

peningkatan permodalan bank. Selain itu, langkah yang dilakukan yaitu

dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat menjadi perangsang bagi

peningkatan sumber dana yang didapat.10

8 Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada tanggal 16

November 2017 9 Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada tanggal 16

November 2017 10

Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada tanggal 16

November 2017

5

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tugas akhir yang berjudul: “Optimalisasi Peran BMT Sebagai

Lembaga Intermediasi (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)”

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro

Sebagai Lembaga Intermediasi”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk optimalisasi Peran BMT Artha

Buana Metro Sebagai Lembaga Intermediasi.

2. Manfaat Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

a. Secara Teoris, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

keilmuan serta wawasan yang berkaitan dengan sistem operasional

Baitul Maal wa Tamwil secara menyeluruh.

b. .Secara Praktis. penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

informasi kepada pembaca dan peneliti sendiri mengenai proses untuk

optimalisasi peran BMT sebagai lembaga intermediasi.

6

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

field research atau penelitian lapangan. Menurut Abdurrahmat

Fathoni, penelitian lapangan yaitu “suatu penelitian yang dilakukan di

lapangan atau di lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai

lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi di lokasi

tersebut, yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah”.11

Penelitian lapangan (field research) dianggap sebagai pendekatan luas

dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan

data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan penelitian tentang sesuatu fenomena

dalam suatu keadaan ilmiah. Dalam hal demikian, maka pendekatan ini

terkait erat dengan pengamatan-berperan serta. Peneliti lapangan

biasanya membuat catatan secara ekstensif.12

Pada penelitian ini peneliti akan memaparkan data hasil

penelitian yang diperoleh di lapangan yaitu untuk optimalisasi peran

BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga intermediasi.

11

Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2011), h. 96 12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2012), h. 26.

7

b. Sifat Penelitian

Sesuai dengan judul dari tugas akhir ini, yaitu untuk

optimalisasi peran BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga

intermediasi, maka penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian

deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan

pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu.13

Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi penelitian deskriptif yaitu

“penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang

ada sekarang berdasarkan data, jadi ia juga menyajikan data,

menganalisis, dan menginterpretasi”.14

Penelitian ini bersifat deskriptif, karena penelitian ini berupaya

mengumpulkan fakta yang ada, penelitian ini terfokus pada usaha

mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya,

yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Penelitian

deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan tentang untuk optimalisasi peran BMT Artha Buana

Metro sebagai lembaga intermediasi.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat

diperoleh.15

Sumber data pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

13

Ibid., h. 97 14

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), h. 44 15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2013), h. 172.

8

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data pada pengumpulan data.16

Pada penelitian ini,

data primer digunakan untuk memperoleh informasi tentang untuk

optimalisasi peran BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga

intermediasi. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini yaitu pimpinan dan karyawan di BMT Artha Buana

Metro.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen.17

Sumber data ini digunakan untuk mendukung

infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara,

maupun dari observasi langsung ke lapangan. Data sekunder pada

penelitian ini meliputi buku-buku, majalah, dan internet, yang

berkaitan dengan optimalisasi peran BMT sebagai lembaga

intermediasi.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

antara lain sebagai berikut:

16

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D,

(Bandung: Alfabeta, 2016), h. 137. 17

Ibid., h. 137

9

a. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses

tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan

datang dari pihak yang mewancarai dan jawaban yang diberikan oleh

yang diwawancarai.18

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang

berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keterangan.19

Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara bebas

terpimpin, yakni metode interview yang dilakukan dengan membawa

pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan

ditanyakan.20

Mengenai hal ini, peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kepada Ibu Tri Setyorini, selaku Manager BMT Artha

Buana Metro serta karyawan di BMT Artha Buana Metro.

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, ledger, agenda dan

sebagainya.21

Metode dokumentasi ialah teknik pengumpulan data

dengan mempelajari catatan-catatan.22

Pada penelitian ini, metode

dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai profil

18

Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian., h. 105 19

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian., h. 83 20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 199. 21

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 199 22

Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian., h. 112

10

BMT Artha Buana Metro serta data-data lain yang menunjang dalam

penelitian ini.

4. Teknis Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain.23

Analisis data yang digunakan

adalah analisa data kualitatif dengan cara berfikir induktif, karena data

yang diperoleh berupa keterangan-keterangan dalam bentuk uraian.

Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

yaitu sumber dari tertulis atau ungkapan tingkah laku yang diobservasikan

dari manusia.24

Cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari

fakta-fakta yang khusus dan konkrit, peristiwa konkrit, kemudian dari

fakta atau peristiwa yang khusus dan konkrit tersebut ditarik secara

generalisasi yang mempunyai sifat umum.25

Berdasarkan keterangan di atas, maka dalam menganalisis data,

peneliti menggunakan data yang telah diperoleh kemudian data tersebut

dianalisis dengan menggunakan cara berfikir induktif yang berangkat dari

informasi tentang optimalisasi peran BMT sebagai lembaga intermediasi.

23

Sugiyono, Metode Penelitian., h. 244 24

Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 16. 25

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi UGM,

1984), h. 40.

11

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dapat diartikan sebagai susunan atau urutan

dalam penulisan karya ilmiah supaya mudah untuk dipahami oleh

pembacanya. Pembahasan tugas akhir ini, dibagi kedalam empat bab dan pada

setiap bab terdapat sub-sub bab. Oleh sebab itu, dalam penulisan tugas akhir

ini peneliti menggunakna sistematika sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab ini peneliti menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan

latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika pembahasan.

2. Bab II Landasan Teori

Pada bab ini, peneliti menguraikan dan menjelaskan teori-teori

mengenai Baitul Mal Wa Tamwil yang meliputi pengertian dan tujuan

BMT, badan hukum BMT, peran dan fungsi BMT, dan strategi

pengembangan BMT. Selain itu, juga dijelaskan mengenai lembaga

intermediasi yang meliputi pengertian lembaga intermediasi dan jenis-

jenis lembaga intermediasi.

3. Bab III Pembahasan

Bab ini berisi tentang pembahasan, mulai dari gambaran umum

BMT Artha Buana Metro, meliputi: sejarah singkat, visi dan misi, struktur

organisasi, dan produk-produk BMT Artha Buana Metro, serta mengenai

tentang optimalisasi peran BMT sebagai lembaga intermediasi.

12

4. Bab IV Penutup

Pada bab penutup mencakup kesimpulan dari keseluruhan

pembahasan dan saran-saran yang dapat disampaikan oleh peneliti dalam

penulisan tugas akhir ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Baitul Mal Wa Tamwil

1. Pengertian dan Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil

a. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil

BMT merupakan singkatan dari Baitul mal wattamwil. BMT

terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitul tamwil. Apabila

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti rumah uang dan rumah

pembiayaan. Baitul mal lebih mengarah pada usaha-usaha

pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat,

infaq, dan shodaqoh serta menjalankan sesuai dengan peraturan dan

amanahnya. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan

dan penyaluran dana komersial.1

BMT merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang fokus pada

pengembangan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka

mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum

fakir miskin.2

Secara istilah pengertian baitul mal adalah lembaga keuangan

yang berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya

1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 96 2Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet. II (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010), h. 453

14

menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infak,

shodaqoh (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al-

Qur’an dan sunnah Rasul Nya, dan pengertian dari baitul tamwil

adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana

masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan

menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam

dunia perbankan.3

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa BMT

merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial

BMT akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran bisnis

BMT terlihat dari definisi baitul tamwil. Sebagai lembaga sosial,

baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan lembaga

Amil Zakat (LAZ).

b. Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil

Didirikannya BMT bertujuan untuk meningkatkan kualitas

usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut di atas dapat

dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan

kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan

(empowering) supaya dapat mandiri. Dengan sendirinya, tidak dapat

3 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta:UII

Press, 2002), h. 64

15

dibenarkan jika para anggota dan masyarakat menjadi sangat

tergantung kepada BMT. Dengan menjadi anggota BMT, masyarakat

dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya.4

Pemberian modal pinjaman sedapat mungkin dapat

memandirikan ekonomi para peminjam. Oleh sebab itu, sangat perlu

dilakukan pendampingan. Dalam pelemparan pembiayaan, BMT

harus dapat menciptakan suasana keterbukaan, sehingga dapat

mendeteksi berbagai kemungkinan yang timbul dari pembiayaan.

Untuk mempermudah pendampingan, pendekatan pola kelompok

menjadi sangat penting. Anggota dikelompokkan berdasarkan usaha

yang sejenis atau kedekatan tempat tinggal, sehingga BMT dapat

dengan mudah melakukan pendampingan.5

Menurut pendapat lain, tujuan BMT yaitu terciptanya sistem,

lembaga, dan kondisi kehidupan ekonomi rakyat yang dilandasi oleh

nilai-nilai dasar salam (keselamatan) berintikan keadilan, kedamaian,

kesejahteraan, melandasi tumbuh dan berkembangnya tiga perempat

usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia.6

Berdasarkan uraian di atas, tujuan BMT adalah mewujudkan

kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya

di sekitar BMT yang mandiri, selamat, damai dan sejahterah.

4 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press,

2004) h. 128. 5 Ibid

6 Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal wa Tamwil, (Bandung: Pustaka Setia,

2013), h. 26

16

2. Badan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil

Dalam diskursus ekonomi Islam, BMT dapat pula dikategorikan

dengan koperasi syariah, yaitu lembaga ekonomi yang berfungsi untuk

menarik, mengelola, dan menyalurkan dana dari, oleh, dan untuk

masyarakat. Oleh sebab itu, BMT dapat disebut sebagai lembaga swadaya

ekonomi umat yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat.7

BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) atau koperasi.

a. KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan

mendapat Surat Keterangan Operasional dan PINBUK (Pusat

Inkubasi Bisnis Usaha Kecil).

b. Koperasi serbausaha atau koperasi syariah.

c. Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-P).8

Sebelum menjalankan usahanya, Kelompok Swadaya Masyarakat

harus mendapatkan sertifikat operasi dari PINBUK, sedangkan PINBUK

harus mendapat pengakuan dari Bank Indonesia (BI) sebagai Lembaga

Pengembang Swadaya Masyarakat (LPSM) yang mendukung program

Proyek Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat yang

dikelola oleh Bank Indonesia (PHBK-BI). Selain dengan badan hukum

Kelompok Swadaya Masyarakat, BMT juga dapat didirikan dengan

menggunakan badan hukum koperasi.9

Penggunaan badan Hukum KSM dan Koperasi untuk BMT

disebabkan BMT tidak termasuk dalam lembaga keuangan formal yang

7 Ibid

8 Ibid

9 A. Djazuli, dkk., Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), h.185-186

17

dijelaskan UU Nomor 7 Tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan.

3. Peran dan Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil

Keberadaan BMT setidaknya harus memiliki beberapa peran,

yaitu sebagai berikut:

a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non-syariah.

Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti

pentingnya sistem ekonomi islam. Hal ini biasa dilakukan

dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara transaksi yang

islami, misalnya: bukti transaksi, dilarang mencurangi

timbangan, jujur terhadap konsumen, dan sebagainya.

b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus

bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan

mikro, misalnya dengan jalan pendamping, pembinaan,

penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha anggota

atau masyarakat umum.

c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang

masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu

memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana

dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat

lebih baik, misalnya tersedia dana setiap saat, birokrasi yang

sederhana, dan lain sebagainya.

d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang

merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat

yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu

langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka

pemerataan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya

dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan

kelayakan anggota dalam hal golongan anggota dan jenis

pembiayaan.10

Untuk mencapai tujuannya, BMT memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong

dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi

ekonomi anggota dan daerah kerjanya.

10

M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: Era Adicitra Intermedia,

2011), h. 379-380.

18

b. Mempertinggi kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional

dan islami, sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi

tantangan global.

c. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.

d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara

agniya sebagai shohibul maal dengan dhuafa sebagai

mudharib, terurama untuk dana-dana social seperti zakat infaq,

sedekah, wakaf, hibah, dan lain-lain.

e. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara

pemilik dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun

penyimpan dengan pengguna dana (mudharib) untuk

pengembangan produktif.11

Berdasarkan uraian di atas, peran dan fungsi Baitul Mal Wa

Tamwil adalah Meningkatkan kualitas SDI (Sumber Daya Insani) anggota

menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh

dalam menghadapi persaingan global.

4. Strategi Pengembangan Baitul Mal Wa Tamwil

Strategi yang diperlukan untuk mengantisipasi kendala-kendala

pengembangan BMT antara lain sebagai berikut:

a. Menjadikan BMT sebagai lembaga keuangan mikro rakyat

yang profesional dan amanah sehingga BMT dapat dijadikan

tempat bagi proses akumulasi modal dari kalangan

masyarakat bawah. Dalam hal ini jargon small but

professional penting untuk dijadikan sebagai dasar pijakan.

b. Menjadikan BMT sebagai fasilitator dan ujung tombak

penggerak ekonomi sektor real dengan

menumbuhkembangkan usaha kecil masyarakat bawah

melalui perannya sebagai sumber permodalan yang mudah

dan murah.

c. Membangun jaringan (networking), baik secara vertikal

maupun horizontal dengan sesama lembaga BMT dan

lembaga-lembaga perekonomian lainnya, untuk menjamin

pola hubungan kemitraan (partnership)yang lebih kuat.

11

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul., h. 131.

19

d. Membangun kerjasama yang lebih kuat dengan Lembaga

Keuangan Syariah yang lebih besar dan lebih mapan, bagi

pembinaan permodalan, manajemen dan SDM sekaligus

berdasarkan prinsip kerjasama saling menguntungkan.12

Secara umum dan cakupan yang lebih luas, fokus utama strategi

pembangunan sistem perbankan syariah atau Lembaga Keuangan Syariah,

yaitu:

a. Penyempurnaan ketentuan dalam Undang-Undang No. 10

tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 tahun

1992 tentang perbankan telah ditetapkan ketentuan yang

membuka peluang perngembangan yang luas bagi Lembaga

Keuangan Syariah;

b. Pengembangan jaringan perbankan;

c. Pengembangan piranti moneter;

d. Sosialisasi bisnis perbankan syariah.13

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami strategi pengembangan

BMT yaitu mengoptimalisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada

di BMT dan menggalakkan fungsi partner BMT pada lembaga-lembaga

perekonomian lainnya.

B. Lembaga Intermediasi

1. Lembaga Pengerian Intermediasi

Intermediasi adalah penghubung, sedangkan intermediator yaitu

pialang yang memudahkan perdagangan barang dan jasa yang bertindak

sebagai seorang “perantara” untuk para pelaku transaksi. Intermediasi

keuangan, yakni proses pembelian surplus dana dari sektor usaha,

12

Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul., h. 30-31 13

Ibid

20

pemerintah maupun rumah tangga, untuk disalurkan kepada unit ekonomi

yang defisit.14

Menurut Veithzal Riva’i, lembaga intermediasi adalah perantara

dalam bidang keuangan yang memberikan pelayanan dan jasa.

Intermediasi keuangan adalah proses pembelian surplus dana dari unit

ekonomi, yaitu sektor usaha, lembaga pemerintah, dan individu (rumah

tangga) untuk tujuan penyediaan dana bagi unit ekonomi surplus ke unit

ekonomi defisit.15

Lembaga intermediasi keuangan yaitu lembaga yang menjembatani

(intermediasi) antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan

masyarakat yang membutuhkan dana. Masyarakat yang memiliki

kelebihan dana namun tidak menginvestasikannya sendiri ke dunia usaha

karena berbagai alasan menaruh dananya di bank, sedangkan masyarakat

yang melakukan kegiatan usaha dan membutuhkan bantuan keuangan akan

meminta bantuan keuangan tersebut.16

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa lembaga

intermediasi adalah lembaga keuangan yang menjadi penghubung antara

pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, dengan

menghimpun dana pihak ketiga, lalu menyalurkannya kepada pihak yang

membutuhkan.

14

Renniwaty Siringoringo, “Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di

Indonesia”, dalam Jurnal Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Batam: Universitas Batam), Juli

2012, h. 64 15

Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007), h. 20. 16

Ahmad Gozali, Halal, Berkah, Bertambah: Mengenal dan Memilih Produk Invetasi

Syariah (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), h. 35.

21

2. Jenis-jenis Lembaga Intermediasi

Menurut Veithzal Riva’i, pada prinsipnya intermediasi keuangan

dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu berikut:

a. Depository Intermediaries

Karena sebagian besar sekuritas sekundernya yang

merupakan sumber dana terdiri dari berbaga i bentuk simpanan

antara lain giro, deposito berjangka, sertifikat deposito dan

tabungan yang diterima dari sektor usaha, rumah tangga, dan

lembaga pemerintah. Lembaga intermediasi keuangan ini dapat

pula disebut sebagai lembaga penghimpun termasuk bank

umum, BPR, Lemabaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP).

b. Contractual Intermediaries

Lembaga ini melakukan kontrak dengan nasabahnya

dalam usahanya untuk menarik tabungan atau memberikan

perlindungan finansial terhadap timbulnya kerugian baik jiwa

maupun harta. Lembaga intermediasi yang memberi jasa

kontraktual semacam ini yang paling dikenal adalah

perusahaan asuransi kerugian dan dana pensiun.

c. Investment Intermediaries

Lembaga intermediasi ini menawarkan surat-surat

berharga yang dapat dimiliki sebagai investasi jangka panjang

atau dapat segera dijual apabila investor membutuhkan

dananya kembali. Investment Intermediaries antara lain trust

funds, mutual stock funds, money market funds, trust and

investment companies. 17

Sedangkan menurut Andri Soemitra, lembaga intermediasi

berdasarkan kemampuannya menghimpun dana dari masyarakat dapat

dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu sebagai berikut:

a. Lembaga Keuangan Depositori

Lembaga keuangan depositori menghimpun dan secara

langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (deposits)

misalnya giro, tabungan atau deposito berjangka yang diterima

dari penabung atau unit surplus. Unit surplus memiliki

kelebihan pendapatan, setelah dikurangi kebutuhan untuk

konsumsi. Lembaga keuangan yang menawarkan jasa-jasa

seperti ini adalah bank-bank.

17

Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial ., h. 21

22

b. Lembaga Keuangan Non Depositori

Lembaga Keuangan Non Depositori atau disebut juga Lembaga

Keuangan Non Bank (LKNB) adalah lembaga keuangan yang

lebih terfokus kepada bidang penyaluran dana dan masing-

masing lembaga keuangan mempunyai ciri-ciri usahanya

sendiri. Adapun jenis lembaga keuangan non bank yang berada

di indoneisa saat ini adalah, lembaga keuangan yang kegiatan

usahanya bersifat kontektual, lembaga keuangan investasi dan

perusahaan modal dan perusahaan pembiayaan yang

menawarkan jasa pembiayaan sewaa guna usaha, anjak

piutang, pembiayaan konsumen, dan kredit.18

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa jenis-jenis

lembaga intermediasi dikategorikan ke dalam dua jenis utama, yaitu

lembaga keuangan depositori dan lembaga keuangan non depositori.

Lembaga keuangan depositori menghimpun dan secara langsung dari

masyarakat dalam bentuk simpanan, sedangkan Lembaga Keuangan

adalah lembaga keuangan yang lebih terfokus kepada bidang penyaluran

dana.

18

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga., h. 31

BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BMT Artha Buana Metro

1. Sejarah Berdirinya BMT Artha Buana Metro

BMT Artha Buana Metro didirikan melalui rapat resmi pada

tanggal 05 Desember 2012 di Kantor Lembaga Pendidikan Ma’arif yang

beralamatkan di Jl. Gele Harun dengan 25 anggota di bawah naungan

Lembaga Pendidikan Ma’arif. BMT Artha Buana Metro diresmikan pada

tanggal 31 Januari 2013 yang bertempat di JL. RA Kartini Purwosari 28

Metro Utara Kota Metro, yang diresmikan oleh kepala dinas Koperasi

UMKM kota Metro bapak Drs. Mustahal.

Pendirian BMT Artha Buana Metro sudah direncanakan sejak 5

(lima) tahun yang lalu oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif, lantaran adanya

jurusan Syariah di Institut Agama Islam Ma’arif (IAIM) NU Metro

Lampung. Adapun yang menjadi anggota pendirinya sebagai berikut:1

Tabel 3.1

Pendiri BMT Artha Buana Metro

No. Nama Jabatan

1. Drs. KH. Ali Qomarudin, M.M Pengawas Syariah

2. KH. MS. Zamroni Aly Pengawas Syariah

3. KH. Sugito Zainal Abidin Pengawas Syariah

4. Ismail, S.Ag, M.M Pengawas Managemen

5. Drs. Hi. Rahmad Dahlan, M.M Pengawas Managemen

6. Drs. H. Abdul Manaf, M.Pd Pengawas Managemen

7. Dr. Hi. Subandi, M.M Ketua

1 Dokumentasi, BMT Artha Buana pada tanggal 24 Januari 2018.

24

No. Nama Jabatan

8. Mispani Ramli, M.Pd.I Wakil Ketua

9. Ir. Hi. Agusrina Syaka, M.M Sekretaris

10. Saiful Hadi, S.S.I Wakil Sekretaris

11. Agus Setiawan, M.H.I Bendahara

12. Tri Setyorini Manager

13. Muslan Staff BMT

14. Zaini Staff BMT

15. Sukiman Staff BMT

16. Karsoyo Staff BMT

17. Nizarrudin Staff BMT

18. Khoirul Muslim Staff BMT

19. Syaiful Hadi Staff BMT

20. Nilawati Staff BMT

21. Khotimatul Khasanah Staff BMT

22. Maryanto Staff BMT

23. M. Baihaqi Staff BMT

24. Ismail Staff BMT

25. Haikal Staff BMT

26. Asep Gunawan Staff BMT

Dengan kerja keras dan kerjasama antara pengelola dan pengurus

dengan segenap kemampuan yang dimiliki BMT Artha Buana Metro telah

membuahkan pertumbuhan dan perkembangan yang menggembirakan

dalam mewujudkan harapan bahwa BMT Artha Buana Metro dapat

memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian dan kesejahteraan

umat pada umumnya, dan khususnya bagi Nahdlatul Ulama (NU) Kota

Metro sebagai penggerak dan pendorong utama berdirinya KJKS BMT

Artha Buana Metro. BMT Artha Buana Metro telah terdaftar pada:

Badan Hukum Nomor : 518/01/D6.02/BH/X.10/1/2013

Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor : 254/LL-3/PK/2013

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) : 03.252.243.5-321.000

Surat Tanda Daftar Nomor : 07.09.3.65.00.261

25

Surat Izin Gangguan Nomor : SIG-250/LL-3/2013

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Maal wat Tamwil

(BMT) Artha Buana Metro berlambangkan bola dunia berwarna hijau

dengan gambar pulau Indonesia yang disamping kanan kirinya terdapat

lambang padi dan kapas, serta di bagian dalam bola dunia terdapat huruf

AB yang merupakan inisial dari Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Artha Buana Metro. Di bagian atas

terdapat satu bintang dan pada bagian bawah terdapat tulisan Koperasi

Jasa Keuangan Syari’ah BMT Artha Buana.2

Berdasarkan perubahan anggaran dasar KJKS BMT Artha Buana

METRO beralih nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

Syari’ah (KSP-PS) BMT Artha Buana Metro Badan Hukum Nomor

846/PAD/III.11/Klb.1/IX/2015 Tanggal 03 September 2015 yang telah

disahkan oleh pemerintah propinsi Lampung (Dinas Koperasi UMKM

Propinsi Lampung) tentang perubahan anggaran dasar, dengan akta

perubahan nomor 08. Tanggal 13 Juli 2015. BMT Artha BUANA Metro

telah terdaftar:

Badan Hukum Nomor : 846/PAD/III/11/Klb.1/IX/2015

Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor : 254/11-3/PK/2013

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) : 03.252.243.5-321.000

Surat Tanda Daftar Nomor : 07.09.3.65.00.261

Surat Izin Gangguan Nomor : SIG-250.LL-3/2013

2. Ibid

26

Kantor Pusat : JL. RA Kartini 28 Purwosari

Kec. Metro Utara Kota Metro

Kantor Cabang : JL. Soekarno Hatta No. 166A16 C

Mulyojati Kecamatan Metro Barat

Kantor Cabang : JL. Raya Gadingrejo Wonokarto

Kec. Gading Rejo Kab. Pringsewu

2. Visi dan Misi BMT Artha Buana Metro

a. Visi:

Visi Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) Baitul maal wat

Tamwil (BMT) Artha Buana Metro adalah “Menjadi lembaga

keuangan mikro syariah yang mandiri, professional dan terpercaya”

b. Misi

Misi Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) Baitul maal wat

Tamwil (BMT) Artha Buana Metro adalah:

1) Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di

kalangan usaha mikro, kecil menengah dan koperasi melalui system

syariah.

2) Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha

mikro, kecil dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada

umumnya.

3) Meningkatkan semangat dan peran anggota masyarakat dalam

kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah.3

3 Ibid

27

3. Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro

Secara lengkap struktur organisasi BMT Artha Buana Metro dapat

di lihat pada gambar di bawah ini.4

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Kantor Pusat

KSP PS BMT Artha Buana Metro5

4. Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24

Januari 2018. 5. Dokumentasi, BMT Artha Buana Metro, Rabu, 24 Januari 2018

RAPAT ANGGOTA

DEWAN PENGAWAS

SYARIAH

DEWAN PENGAWAS

MANAGEMEN

BADAN PENGURUS

MANAGER

KABAG OPERASIONAL KABAG PEMBIAYAAN KABAG MARKETING

FUNDING

MARKETING

FUNDING

UMUM ACCOUNTING CS TELLER

COLLECTOR ADM PEMBIAYAAN SURVEYE

R

28

Berikut perangkat organisasi BMT Artha Buana Metro sesuai

dengan struktur organisasi di atas6

Tabel 3.2.

Perangkat Organisasi BMT Artha Buana Metro

No. Jabatan Nama

1. Pengawas

a. Pengawas Syari’ah

b. Pengawas Managemen

Drs. KH. Ali Qomarudin, M.M

KH. MS. Zamroni Aly

KH. Sugito Zainal Abidin

Ismail, S.Ag, M.M

Drs. Hi. Rahmad dahlan, M.M

Drs. H. Abdul Manaf, M.Pd

2. Pengurus

a. Ketua

b. Wakil ketua

c. Sekertaris

d. Wakil sekertaris

e. Bendahara

Dr. Hi. Subandi, M.M

Mispani ramli, M. Pd. I

Ir. Hi. Agustina Syaka, M.M

Saiful Hadi, S.S.I

Agus Setiawan, M.H.I

3. Manager Tri Setyorini

4. Kepala Cabang Jomiyanto Muzzaki

Ma’ruf

5. Kabag Operasional Nani Aisah

6. Kabag Pembiayaan Saipul Bahri

7. Kabag Marketing Funding Ageng Pribadi

8. Bagian Pembiayaan Saipul Bahri

Ageng Pribadi

Eko Sulistiono

Imam Bukhori

Mufid Ansori

9. Bagian Marketing Funding Ageng Pribadi

Eko Sulistiono

Imam Bukhori

Mufid Ansori

10. Teller Nia Kurniawati

11. Administrasi Pembiayaan Ari Wibowo

Purwati

12. Customer Service Purwati

Ari Wibowo

13. Bagian Umum Endang Yosiana Syahfitri

14. Accounting Endang Yosiana Syahfitri

6. Dokumentasi, BMT Artha Buana Metro, Rabu, 24 Januari 2018

29

B. Optimalisasi Peran BMT Artha Buana sebagai Lembaga Intermediasi

Lembaga keuangan, sebagai lembaga yang mendominasi sektor

finansial dalam aktivitas perekonomian, diisyaratkan mampu menyumbangkan

peran yang lebih besar dalam dalam proses penciptaan pertumbuhan tersebut

melalui fungsi utamanya yakni intermediasi, tidak terkecuali BMT Artha

Buana.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan informasi mengenai

optimalisasi Peran BMT Artha Buana sebagai lembaga intermediasi dilakukan

dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Salah satu cara optimalisasi peran BMT Artha Buana sebagai

lembaga intermediasi adalah pengembangan sumber daya manusia.

Mengenai hal tersebut, Ibu Tri Setyorini, selaku manager BMT Artha

Buana menyatakan sebagai berikut:

Pengembangan sumber daya manusia dilakukan kepada karyawan

dan anggota (pengusaha) dengan memberikan pelatihan dan

pengembangan. Pelatihan dan pengembangan yang diberikan

kepada karyawan BMT yaitu dalam bentuk pelatihan keahlian tim.

Pelatihan tim dilakukan agar para karyawan BMT Artha Buana

kompak dalam bekerja sama dan membangun team work yang

baik, sehingga hasil kerja BMT Artha Buana dalam fungsinya

sebagai lembaga intermediasi dalam berjalan dengan baik.7

Senada dengan hal tersebut, Ibu Nani Aisah, selaku Kepala Bagian

Operasional menambahkan sebagai berikut:

Pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu cara untuk

mengoptimalisasikan peran BMT Artha Buana sebagai lembaga

intermediasi tidak hanya dilakukan kepada karyawan saja, tetapi

7 Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24

Januari 2018.

30

juga kepada anggota yang membutuhkan dana, dalam hal ini

adalah pengusaha. Peran BMT Artha Buana dalam pengembangan

SDM anggota (pengusaha) adalah untuk menimbulkan kesadaran

inovasi, entrepreneurship, manajemen melalui pelatihan,

pendampingan, diskusi, dan seminar.8

Selanjutnya, Ibu Tri Setyorini menambahkan sebagai berikut:

Banyak cara untuk meningkatkan kualitas SDM pengusaha, antara

lain dengan peningkatan pelatihan para anggota (pengusaha), serta

pengembangan SDM dan faktor kepemimpinan akan menjadikan

usaha yang digeluti lebih kuat dalam persaingan di dunia usaha.

Salah satu hal yang paling utama yang diberikan kepada anggota

(pengusaha) adalah wawasan bisnis. Wawasan pengusaha yang

luas sangat penting bagi inovasi, dan inovasi merupakan kunci

utama daya saing.9

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa salah satu salah

satu cara optimalisasi peran BMT Artha Buana sebagai lembaga

intermediasi adalah pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan

sumber daya manusia tidak hanya diberikan kepada karyawan BMT saja,

tetapi juga kepada anggota (pengusaha). Pengembangan sumber daya

manusia dilakukan kepada karyawan dan pemilik usaha dengan

memberikan pelatihan dan pengembangan. Pelatihan dan pengembangan

yang diberikan kepada karyawan BMT yaitu dalam bentuk pelatihan

keahlian tim. Sedangkan pengembangan sumber daya manusia yang

diberikan kepada anggota (pengusaha) adalah untuk menimbulkan

kesadaran inovasi, entrepreneurship, manajemen melalui pelatihan,

pendampingan, diskusi, dan seminar.

8 Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,

pada Rabu, 24 Januari 2018. 9 Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24

Januari 2018.

31

2. Membina Hubungan yang Baik dengan Anggota

Mengenai pembinaan hubungan yang baik dengan anggota, Ibu Tri

Setyorini menjelaskan sebagai berikut:

Hubungan BMT Artha Buana dan anggota didasarkan pada prinsip

kepercayaan, sehingga perlu adanya hubungan saling percaya

antara anggota dengan BMT. Dalam rangka mendapatkan rasa

saling percaya maka BMT harus mengenal dengan baik karakter

dan segala sesuatu yang berkaitan dengan anggota.10

Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah selaku Kepala Bagian Operasional

menjelaskan sebagai berikut:

BMT mengenal dengan baik karakter dan segala sesuatu yang

berkaitan dengan anggota dengan cara melalui studi kelayakan,

misalnya dengan menganalisis anggota yang dalam hal ini adalah

pengusaha pada aspek watak, modal, kemampuan dalam melunasi

kewajiban, dan kondisi ekonomi.11

Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah menambahkan sebagai berikut:

Dengan melakukan studi kelayakan dengan cermat, maka berarti

pihak BMT Artha Buana telah melaksanakan prinsip kehati-hatian

sehingga dalam menyalurkan pembiayaan, khususnya pembiayaan

produktif yang dalam hal ini ditujukan bagi pengusaha adalah tepat

sasaran dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan nyata dari usaha

yang dijalankan. Melalui studi kelayakan ini juga dapat

meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah, sehingga proses

pelaksanaan pembiayaan dapat berjalan optimal.12

Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah menambahkan mengenai hal tersebut

sebagai berikut:

Mengenai hal ini, baik anggota (pengusaha) maupun BMT Artha

Buana masing-masing mendapatkan manfaat dan keuntungan

sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Pada akhirnya dengan

10

Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24

Januari 2018. 11

Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,

pada Rabu, 24 Januari 2018. 12

Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24

Januari 2018.

32

suksesnya pembiayaan anggota (pengusaha), berarti juga

merupakan kontribusi BMT Artha Buana terhadap proses

pembangunan di Indonesia menuju masyarakat yang adil dan

makmur.13

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa salah

satu cara optimalisasi peran BMT Artha Buana sebagai lembaga

intermediasi yaitu dengan membina hubungan yang baik dengan anggota

(pengusaha). Hubungan BMT Artha Buana dan anggota didasarkan pada

prinsip kepercayaan. Untuk mendapatkan rasa saling percaya BMT Artha

Buana harus mengenal dengan baik karakter dan segala sesuatu yang

berkaitan dengan anggota. BMT mengenal dengan baik karakter dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan anggota dengan cara melalui studi

kelayakan, misalnya dengan menganalisis anggota pada aspek watak,

modal, kemampuan dalam melunasi kewajiban, dan kondisi ekonomi.

Melalui studi kelayakan yang dilakukan dengan cermat, maka berarti

pihak BMT Artha Buana telah melaksanakan prinsip kehati-hatian

sehingga dalam menyalurkan pembiayaan, yang dalam hal ini ditujukan

bagi pengusaha adalah tepat sasaran dan benar-benar sesuai dengan

kebutuhan nyata dari usaha yang dijalankan. Melalui studi kelayakan ini

juga dapat meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah, sehingga

proses pelaksanaan pembiayaan dapat berjalan optimal.

13

Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,

pada Rabu, 24 Januari 2018.

33

3. Mendirikan Unit Usaha Khusus

Mengenai pendirian unit usaha khusus, Ibu Tri Setyorini

menjelaskan sebagai berikut:

Pendirian unit usaha khusus (UUK) di BMT Artha Buana

merupakan salah satu strategi dalam mengoptimalkan peran

intermediasi. Pelaksanaan peran intermediasi merupakan kegiatan

yang berbeda dari kegiatan utama bank lainnya, sehingga

dibutuhkan keseriusan dan konsentrasi yang tinggi dalam

mengelola dalam pelaksanaan programnya. Unit Usaha Khusus ini

saya serahkan kepada Nani Aisyah selaku Kepala Bagian

Operasional.14

Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah selaku Kepala Bagian Operasional

menambahkan sebagai berikut:

Tugas utama dari Unit Usaha Khusus intermediasi BMT Artha

Buana ini ialah bergerak pada proses pembentukan SDM anggota

(pengusaha) terlebih dahulu sebagai permulaan untuk membina

anggota (pengusaha) menuju pengusaha yang memilki wawasan

bisnis yang baik.15

Selanjutnya, Ibu Tri Setyorini selaku manajer BMT Artha Buana

menambahkan sebagai berikut:

Sumber pemodalan dalam melakukan peran intermediasi ini, BMT

Artha Buana menggunakan dana-dana sosial yaitu zakat, infaq,

shadaqah, wakaf, dan hibah. Jadi, pelaksanaan peran intermediasi

ini tidak akan mengganggu terhadap sirkulasi keuangan jalannya

kegiatan utama BMT Artha Buana. Justru sebaliknya, peran ini jika

dijalankan dengan baik akan meningkatkan peranan BMT Artha

Buana sebagai lembaga intermediasi keuangan dikarenakan

anggota (pengusaha) yang telah dibina, akhirnya akan

mendapatkan wawasan bisnis yang luas, yang nantinya dapat

dijadikan sebagai acuan anggota (pengusaha) dalam menjalankan

usahanya.16

14

Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24

Januari 2018. 15

Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,

pada Rabu, 24 Januari 2018. 16

Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24

Januari 2018.

34

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa

pendirian unit usaha khusus (UUK) di BMT Artha Buana merupakan salah

satu strategi dalam mengoptimalkan peran intermediasi. Pelaksanaan peran

intermediasi merupakan kegiatan yang berbeda dari kegiatan utama bank

lainnya, sehingga dibutuhkan keseriusan dan konsentrasi yang tinggi

dalam mengelola dalam pelaksanaan programnya. Tugas utama dari Unit

Usaha Khusus intermediasi BMT Artha Buana ini ialah bergerak pada

proses pembentukan SDM anggota (pengusaha) terlebih dahulu sebagai

permulaan untuk membina anggota (pengusaha) menuju pengusaha yang

memilki wawasan bisnis yang baik.

4. Optimalisasi pendanaan Mudharahah dan Musyarakah sebagai Bisnis

Inti

Mengenai optimalisasi pendanaan Mudharahah dan Musyarakah

sebagai bisnis inti, Ibu Tri Setyorini menjelaskan sebagai berikut:

Produk mudharahah dan musyarakah adalah dua produk

pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam menciptakan

keseimbangan antara sektor moneter dan sektor ril, yang akhirnya

dapat menjalankan sistem perekonomian di BMT Artha Buana ini

dengan lancar, karena baik mudharahah maupun musyarakah

betul-betul melibatkan dua pihak yakni BMT dan anggota, dimana

keduanya sama-sama bergerak mengelola sektor usaha.17

Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah, selaku Kepala Bagian Operasional

menjelaskan sebagai berikut:

Mengenai pendanaan mudharah, kedua belah pihak berbagi

keuntungan sesuai nisbah yang sudah ditentukan di awal namun

bilamana terjadi kerugian maka kerugian finansial ditanggung oleh

BMT Artha Buana dan kerugian lain yang bersifat non finansial

17

Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24

Januari 2018.

35

akan ditanggung oleh anggota (pengusaha). Kecuali jika kerugian

yang terjadi akibat kelalaian anggota (pengusaha) maka kerugian

tersebut menjadi tanggung jawab pihak anggota (pengusaha)

sepenuhnya. Sedangkan, pada pembiayaan musyarakah masing-

masing pihak menyertakan modal, baik finansial maupun keahlian.

Sehingga keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh kedua

belah pihak dengan besaran yang sudah disepakati.18

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa salah

satu cara optimalisasi peran BMT Artha Buana sebagai lembaga

intermediasi yaitu dengan pengoptimalisasian pendanaan mudharahah dan

musyarakah sebagai bisnis inti. Produk mudharahah dan musyarakah

adalah dua produk pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam

menciptakan keseimbangan antara sektor moneter dan sektor ril, yang

akhirnya dapat menjalankan sistem perekonomian di BMT Artha Buana

ini menjadi lancar, karena baik mudharahah maupun musyarakah betul-

betul melibatkan dua pihak yakni BMT dan anggota, dimana keduanya

sama-sama bergerak mengelola sektor usaha.

C. Analisis

Berdasarkan hasil penelitian, mengenai optimalisasi Peran BMT Artha

Buana sebagai lembaga intermediasi dilakukan dengan beberapa cara sebagai

berikut:

1. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia tidak hanya diberikan kepada

karyawan BMT saja, tetapi juga kepada anggota (pengusaha).

Pengembangan sumber daya manusia dilakukan kepada karyawan dan

18

Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,

pada Rabu, 24 Januari 2018.

36

pemilik usaha dengan memberikan pelatihan dan pengembangan.

Pelatihan dan pengembangan yang diberikan kepada karyawan BMT yaitu

dalam bentuk pelatihan keahlian tim. Sedangkan pengembangan sumber

daya manusia yang diberikan kepada anggota (pengusaha) adalah untuk

menimbulkan kesadaran inovasi, entrepreneurship, manajemen melalui

pelatihan, pendampingan, diskusi, dan seminar.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Malayu S.P.

Hasibuan yang menyatakan bahwa pelatihan dan pengembangan

merupakan hal yang terpenting yang harus dilakukan oleh sebuah

organisasi dalam meningkatkan produktivitas pegawai. Pengembangan

adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,

konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau

jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.19

2. Membina Hubungan yang Baik dengan Anggota

Hubungan BMT Artha Buana dan anggota (pengusaha) didasarkan

pada prinsip kepercayaan. Untuk mendapatkan rasa saling percaya BMT

Artha Buana harus mengenal dengan baik karakter dan segala sesuatu

yang berkaitan dengan anggota. BMT mengenal dengan baik karakter dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan anggota dengan cara melalui studi

kelayakan, misalnya dengan menganalisis anggota pada aspek watak,

modal, kemampuan dalam melunasi kewajiban, dan kondisi ekonomi.

Melalui studi kelayakan yang dilakukan dengan cermat, maka berarti

19

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara

2017), h. 69

37

pihak BMT Artha Buana telah melaksanakan prinsip kehati-hatian

sehingga dalam menyalurkan pembiayaan, yang dalam hal ini ditujukan

bagi pengusaha adalah tepat sasaran dan benar-benar sesuai dengan

kebutuhan nyata dari usaha yang dijalankan. Melalui studi kelayakan ini

juga dapat meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah, sehingga

proses pelaksanaan pembiayaan dapat berjalan optimal.

Hasil penelitian tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip

pemberian pembiayan. Menurut Ismail, untuk dapat memberikan

pembiayaan kepada calon debitur harus dipertimbangkan terlebih dahulu

dengan terpenuhinya persyaratan yang dikenal dengan prinsip 5C

sebagaimana menurut buku yang dikemukakan oleh Ismail dalam bukunya

yang berjudul “Perbankan Syari‟ah” bahwa prinsip 5C adalah: 1)

Character, menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur dengan

tujuan untuk mengetahui bahwa calon debitur mempunyai keinginan untuk

memenuhi kewajiban membayar pinjaman sampai dengan lunas. 2),

Capacity, mengetahui kemampuan calon debitur dalam memenuhi

kewajibanya sesuai jangka waktu kredit. 3), Capital, modal merupakan

jumlah modal yang dimiliki oleh calon debitur atau jumlah dana, yang

akan disertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitur, 4),

Collateral, merupakan jaminan atau agunan yang diberikan oleh calon

debitur atas kredit yang diajukan. 5), merupakan analisis terhadap kondisi

perekonomian.20

20

Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),

h. 112

38

3. Mendirikan Unit Usaha Khusus

Pelaksanaan peran intermediasi merupakan kegiatan yang berbeda

dari kegiatan utama bank lainnya, sehingga dibutuhkan keseriusan dan

konsentrasi yang tinggi dalam mengelola dalam pelaksanaan programnya.

Tugas utama dari Unit Usaha Khusus intermediasi BMT Artha Buana ini

ialah bergerak pada proses pembentukan SDM anggota (pengusaha)

terlebih dahulu sebagai permulaan untuk membina anggota (pengusaha)

menuju pengusaha yang memilki wawasan bisnis yang baik.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat menurut M.

Syafi’i Antonio dan Hilman F Nugraha yang menyatakan bahwa pendirian

unit usaha khusus merupakan tawaran strategi pertama dalam

mengoptimalkan peran intermediasi sosial perbankan syariah. Hal ini

didasarkan pada asumsi bahwa pelaksanaan peran intermediasi sosial

merupakan kegiatan yang berbeda dari kegiatan utama bank lainnya. Di

mana proses ini diartikan sebagai pengantar bagi nasabah untuk dapat

beralih menuju segmentasi pasar yang dapat dilibatkan dalam kegiatan

utama perbankan tersebut. Sehingga dibutuhkan keseriusan dan

konsentrasi yang tinggi dalam mengelola dalam pelaksanaan

programnya.21

21

M. Syafi’i Antonio dan Hilman F. Nugraha, “Peran Intermediasi Sosial Perbankan

Syariah bagi Masyarakat Miskin”, dalam Jurnal Tsaqafah, (Jakarta: STIE Tazkia), Vol. 9, No. 1,

April 2013, h. 139-140

39

4. Optimalisasi pendanaan Mudharahah dan Musyarakah sebagai Bisnis

Inti

Produk mudharahah dan musyarakah adalah dua produk

pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam menciptakan

keseimbangan antara sektor moneter dan sektor ril, yang akhirnya dapat

menjalankan sistem perekonomian di BMT Artha Buana ini menjadi

lancar, karena baik mudharahah maupun musyarakah betul-betul

melibatkan dua pihak yakni BMT dan anggota, dimana keduanya sama-

sama bergerak mengelola sektor usaha.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi

Peran BMT Artha Buana sebagai lembaga intermediasi sudah dilakukan

dengan sangat baik, yaitu melalui beberapa cara sebagai berikut:

5. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui pelatihan

dan pengembangan yang diberikan kepada karyawan BMT yaitu dalam

bentuk pelatihan keahlian tim. Sedangkan pengembangan sumber daya

manusia yang diberikan kepada anggota (pengusaha) adalah untuk

menimbulkan kesadaran inovasi, entrepreneurship, manajemen melalui

pelatihan, pendampingan, diskusi, dan seminar.

6. Membina Hubungan yang Baik dengan Anggota

Hubungan BMT Artha Buana dan anggota (pengusaha) didasarkan

pada prinsip kepercayaan. Untuk mendapatkan rasa saling percaya BMT

Artha Buana harus mengenal dengan baik karakter dan segala sesuatu

yang berkaitan dengan anggota. BMT mengenal dengan baik karakter dan

segala sesuatu yang berkaitan dengan anggota dengan cara melalui studi

kelayakan.

7. Mendirikan Unit Usaha Khusus

Pelaksanaan peran intermediasi merupakan kegiatan yang berbeda

dari kegiatan utama bank lainnya, sehingga dibutuhkan keseriusan dan

41

konsentrasi yang tinggi dalam mengelola dalam pelaksanaan programnya.

Tugas utama dari Unit Usaha Khusus intermediasi BMT Artha Buana ini

ialah bergerak pada proses pembentukan SDM anggota (pengusaha)

terlebih dahulu sebagai permulaan untuk membina anggota (pengusaha)

menuju pengusaha yang memilki wawasan bisnis yang baik.

8. Optimalisasi pendanaan Mudharabah dan Musyarakah sebagai Bisnis Inti

Produk mudharabah dan musyarakah adalah dua produk

pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam menciptakan

keseimbangan antara sektor moneter dan sektor ril, yang akhirnya dapat

menjalankan sistem perekonomian di BMT Artha Buana ini menjadi

lancar, karena baik mudharabah maupun musyarakah betul-betul

melibatkan dua pihak yakni BMT dan anggota, dimana keduanya sama-

sama bergerak mengelola sektor usaha.

B. Saran

Merujuk pada kesimpulan di atas maka penulis ingin memberikan

masukan atau saran bagi BMT Artha Buana yang kiranya dapat menjadi bahan

pertimbangan yaitu sebagai berikut:

1. Kepada Manager BMT Artha Buana Metro hendaknya pelatihan dan

pengembangan SDM dalam satu tahun dilakukan beberapa kali untuk

lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi karyawan maupun

anggota (pengusaha).

42

2. Bagi karyawan BMT Artha Buana, hendaknya selalu memberikan

meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan kualitas BMT

Artha Buana dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

3. Bagi anggota (pengusaha), agar lebih baik lagi dalam mengikuti semua

persyaratan perihal mendapatkan pembiayaan di BMT Artha Buana Metro

agar usaha yang dijalankan bertambah lancar.

43

DAFTAR PUSTAKA

A. Djazuli. dkk.. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002.

Abdurrahmat Fathoni. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: Rineka Cipta, 2011.

Ahmad Gozali. Halal. Berkah. Bertambah: Mengenal dan Memilih Produk

Invetasi Syariah Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004.

Ahmad Hasan Ridwan. Bandung: Pustaka Setia, 2013.

Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cet. II Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2010.

Burhan Ashafa. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,

2013.

Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.

Yogyakarta: Ekonisia, 2004.

Ismail. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana,

2010.

Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2012.

M. Nur Rianto Al-Arif. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra

Intermedia, 2011.

M. Putra Rizki dan Fakhruddin. “Intermediasi Perbankan Syariah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. dalam Jurnal ekonomi dan Kebijakan

Publik. Aceh: Universitas Syiah Kuala. Volume 2 Nomor 1. Mei 2015.

M. Syafi’i Antonio dan Hilman F. Nugraha. “Peran Intermediasi Sosial Perbankan

Syariah bagi Masyarakat Miskin”. dalam Jurnal Tsaqafah. Jakarta: STIE

Tazkia. Vol. 9. No. 1. April 2013.

Makhalul Ilmi. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah.

Yogyakarta:UII Press, 2002.

44

Malayu S.P. Hasibuan. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.

-------. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara 2017.

Muhammad Ridwan. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Press,

2004

Renniwaty Siringoringo. “Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di

Indonesia”. dalam Jurnal Ekonomi Moneter dan Perbankan. Batam:

Universitas Batam. Juli 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif. R &

D. Bandung: Alfabeta, 2016.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2013.

Sutrisno Hadi. Metodologi Reseach I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi

UGM, 1984.

Veithzal Rivai. dkk. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

46

47

48

OUTLINE

OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI LEMBAGA INTERMEDIASI

(Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN

HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

F. Latar Belakang Masalah

G. Pertanyaan Penelitian

H. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I. Metode Penelitian

J. Sistematika Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Baitul Mal Wa Tamwil

5. Pengertian dan Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil

6. Badan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil

7. Peran dan Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil

8. Strategi Pengembangan Baitul Mal Wa Tamwil

49

D. Lembaga Intermediasi

3. Pengerian Lembaga Intermediasi

4. Jenis-jenis Lembaga Intermediasi

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Gambaran Umum BMT Artha Buana Metro

1. Sejarah Berdirinya BMT Artha Buana Metro

2. Visi dan Misi BMT Artha Buana Metro

3. Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro

E. Optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro sebagai Lembaga

Intermediasi

F. Analisis Optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro sebagai

Lembaga Intermediasi

BAB IV PENUTUP

C. Kesimpulan

D. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

50

51

52

53

54

ALAT PENGUMPULAN DATA

OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI LEMBAGA INTERMEDIASI

(Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)

A. Wawancara

1. Manager BMT Artha Buana Metro

a. Bagaimana Sejarah Singkat BMT Artha Buana Metro

b. Apa Visi Misi BMT Artha Buana Metro

c. Bagaimana Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro dan

bagaimana hubungan tata kerjanya ?

d. Bagaimana peran BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga

intermediasi?

e. Bagaimana optimalisasi peran BMT Artha Buana Metro sebagai

lembaga intermediasi?

2. Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro

a. Bagaimana peran BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga

intermediasi?

b. Bagaimana optimalisasi peran BMT Artha Buana Metro sebagai

lembaga intermediasi?

c. Apa saja hambatan yang dihadapi BMT Artha Buana Metro dalam

menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi?

d. Apa saja solusi yang diterapkan guna mengatasi hambatan yang

dihadapi BMT Artha Buana Metro dalam menjalankan fungsinya

sebagai lembaga intermediasi?

B. Dokumentasi

1. Sejarah BMT Artha Buana Metro

2. Visi & Misi BMT Artha Buana Metro

3. Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro.

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

RIWAYAT HIDUP

Zellin Pratiwi dilahirkan di Metro pada tanggal

14 Mei 1995, merupakan anak kedua dari pasangan

Bapak Purwanto dan Ibu Siti Zubaidah.

Pendidikan dasar penulis di tempuh di SD

Negeri 1 Metro Utara dan selesai pada tahun 2007,

kemudian melanjutkan di SMPN 01 Trimurjo, dan

selesai pada tahuun 2010, sedangkan sekolah Menengah Atas di SMAN 01

Punggur, dan selesai pada tahun 2013. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan

pada Prodi D3 Perbankan Syariah, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro dimulai pada Semester I

Tahun Ajaran 2013/2014, yang kemudian pada Tahun 2017 STAIN Jurai Siwo

Metro beralih status menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro

Lampung.