TUGAS AKHIR
OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI
LEMBAGA INTERMEDIASI (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)
Oleh:
ZELLIN PRATIWI
NPM. 13111378
Jurusan Diploma III Perbankan Syari’ah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439 H / 2018 M
ii
OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI
LEMBAGA INTERMEDIASI (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md)
Oleh:
ZELLIN PRATIWI
NPM. 13111378
Pembimbing I : Nety Hermawati, SH, MA, MH
Pembimbing II : Suraya Murcitaningrum, M.SI
Program Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1439 H / 2018 M
v
OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI
LEMBAGA INTERMEDIASI (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)
ABSTRAK
Oleh:
ZELLIN PRATIWI
Perbankan memiliki peran aktif sebagai lembaga intermediasi antara pihak
investor dengan pihak lain yang membutuhkan pendanaan. Sebagai lembaga
intermediasi keuangan, bank memiliki peran sebagai penghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Indonesia merupakan
salah satu negara yang menerapkan sistem perbankan ganda yaitu, sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Adanya lembaga
keuangan syariah banyak memberi manfaat bagi bangsa Indonesia, terutama
lembaga jasa keuangan mikro syariah, salah satunya adalah BMT yang mampu
melayani usaha kecil dan mikro di masyarakat dengan baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui optimalisasi peran BMT
Artha Buana sebagai lembaga intermediasi. Jenis penelitian ini adalah field
research, atau penelitian lapangan dan bersifat deskriptif. Sumber data yang
digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara dan dokumentasi. Setelah data-data terkumpul dan
dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa optimalisasi Peran
BMT Artha Buana sebagai lembaga intermediasi sudah dilakukan dengan sangat
baik, yaitu melalui beberapa cara sebagai berikut: 2) Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui pelatihan dan
pengembangan yang diberikan kepada karyawan BMT dan anggota (pengusaha).
2) Membina Hubungan yang Baik dengan Anggota. Hubungan BMT Artha Buana
dan anggota (pengusaha) didasarkan pada prinsip kepercayaan. 3) Mendirikan
Unit Usaha Khusus. Tugas utama dari Unit Usaha Khusus intermediasi BMT
Artha Buana ini ialah bergerak pada proses pembentukan SDM anggota
(pengusaha) untuk membina anggota menuju pengusaha yang memilki wawasan
bisnis yang baik. 4) Optimalisasi pendanaan Mudharabah dan Musyarakah
sebagai Bisnis Inti. Produk mudharabah dan musyarakah adalah dua produk
pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam menciptakan keseimbangan
antara sektor moneter dan sektor ril, yang akhirnya dapat menjalankan sistem
perekonomian di BMT Artha Buana ini menjadi lancar.
vii
MOTTO
... ...
Artinya: harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu. (Q.S. Al-Hasyr: 7)1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989),
h. 906
viii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, tugas Akhir ini
kupersembahkan kepada:
1. Ayah ku Purwanto dan Ibu ku Siti Zubaidah yang tersayang, yang dengan
kasih sayangnya telah mendidik, membimbing, membina, memberikan
dorongan baik moril maupun materil dan senantiasa mendo’akan dan
menantikan keberhasilan dengan penuh kesabaran.
2. Kakakku Arif Pratama yang selalu memberi semangat demi keberhasilanku.
3. Adikku Aswin Fauzi yang selalu memberikan dorongan semangat kepadaku
selama aku menempu studi.
4. Sahabat-sahabatku Basitah, Nina, dan Bunga, dan Adetya Yusuf yang telah
memberikan motivasi agar tetap semangat dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
5. Almamater DIII Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Program D-III Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar A.Md
Dalam upaya penyelesaian tugas akhir ini, peneliti telah menerima banyak
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Metro,
2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam
3. Ibu Zumaroh, M.E.Sy, selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan Syariah
4. Ibu Nety Hermawati, SH, MA, MH, yang telah memberikan bimbingan yang
sangat berharga kepada peneliti.
5. Ibu Suraya Murcitaningrum, M.SI, selaku pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan yang sangat berharga kepada peneliti.
6. Manager dan Segenap Karyawan BMT Artha Buana Metro yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa mendo’akan dan memberikan
dukungan dalam menyelesaikan pendidikan.
x
Kritik dan saran demi perbaikan selanjutnya sangat diharapkan dan
diterima dengan sepenuh hati. Dan akhirnya semoga hasil penelitian yang telah
dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Perbankan Syariah.
Metro, Juli 2018
Penulis
Zellin Pratiwi
NPM. 13111378
xi
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................ vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 5
D. Metode Penelitian ..................................................................... 6
1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian ................................... 6
2. Sumber Data ....................................................................... 7
3. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 8
4. Teknik Analisis Data ......................................................... 10
E. Sistematika Pembhasan ........................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 13
A. Baitul Mal Wa Tamwil ............................................................. 13
1. Pengertian dan Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil ................... 13
2. Badan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil ................................ 16
3. Peran dan Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil ........................... 17
4. Strategi Pengembangan Baitul Mal Wa Tamwil ................. 18
xii
B. Lembaga Intermediasi ............................................................. 19
1. Pengerian Lembaga Intermediasi ....................................... 19
2. Jenis-jenis Lembaga Intermediasi ....................................... 21
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 23
A. Gambaran Umum BMT Artha Buana Metro............................ 23
1. Sejarah Berdirinya BMT Artha Buana Metro .................... 23
2. Visi dan Misi BMT Artha Buana Metro ............................ 26
3. Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro ................... 27
B. Optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro sebagai
Lembaga Intermediasi ............................................................. 28
C. Analisis Optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro
sebagai Lembaga Intermediasi ................................................ 35
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 40
A. Kesimpulan .............................................................................. 40
B. Saran ........................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pendiri BMT Artha Buana Metro ................................................ 23
Tabel 3.2 Perangkat Organisasi BMT Artha Buana Metro .......................... 28
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro ............................. 27
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pembimbing Tugas Akhir
Lampiran 2 Surat Persetujuan Perubahan Redaksi Judul
Lampiran 3 Outline
Lampiran 4 Surat Tugas
Lampiran 5 Surat Izin Research
Lampiran 6 Alat Pengumpul Data
Lampiran 7 Formulir Konsultasi Bimbingan Tugas Akhir
Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 9 Foto-foto Dokumentasi
Lampiran 10 Brosur BMT Artha Buana Metro
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas perekonomian suatu negara tidak dapat dilepaskan dari lalu
lintas uang dan modal dalam pasar keuangan. Mengenai hal ini, bank sebagai
lembaga keuangan memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi suatu
negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara.
Oleh akrena itu, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan
ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara,
maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut.
Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan
masyarakatnya.1
Perbankan memiliki peran aktif sebagai lembaga intermediasi antara
pihak investor dengan pihak lain yang membutuhkan pendanaan. Sebagai
lembaga intermediasi keuangan, bank memiliki peran sebagai penghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Bank
merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan
dana dengan masyarakat yang kekurangn dana. Masyarakat kelebihan dana
maksudnya adalah masyarakat yang memiliki dna yang disimpan di bank atau
masyarakat yang memiliki dana dan akan digunakan untuk investasi di bank.2
1 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 2
2 Ibid., h. 5
2
Seiring dengan perkembangan era modern saat ini, berbagai lembaga
keuangan bank muncul di tengah kehidupan masyarakat, baik lembaga
keuangan bank yang berbasis konvensional maupun syariah, yang bertujuan
untuk memperlancar kegiatan ekonomi maupun transaksi lainnya.3
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem
perbankan ganda yaitu, sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan
syariah yang tertuang dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang
sistem perbankan ganda sebagai landasan hukum bagi Bank Indonesia untuk
menjalankan tugasnya sesuai dengan prinsip syariah. Kehadiran Perbankan
syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat pada tahun
1991 dan sejak itu, perbankan syariah mulai mendapatkan pasar di Indonesia.4
Lembaga Keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, atau dengan kata lain
yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan
Islam (Al-Qur’an dan Hadis). Bank berdasarkan prinsip syariah diatur dalam
UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun
1998, dengan latar belakang adanya suatu keyakinan dalam agama Islam yang
merupakan suatu alternatif atas perbankan dengan kekhususannya pada prinsip
syariah. Prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
3 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet. II (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), h. 45 4 M. Putra Rizki dan Fakhruddin, “Intermediasi Perbankan Syariah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, dalam Jurnal ekonomi dan Kebijakan Publik, (Aceh:
Universitas Syiah Kuala), Volume 2 Nomor 1, Mei 2015, h. 43
3
penyimpanan dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah.5
Adanya lembaga keuangan syariah banyak memberi manfaat bagi
bangsa Indonesia, terutama lembaga jasa keuangan mikro syariah, salah
satunya adalah BMT yang mampu melayani usaha kecil dan mikro di
masyarakat dengan baik. Kemanfaatan ini sangat dirasakan oleh pedagang
mikro untuk berkembang dan maju, karena tidak adanya riba yang dilarang
syariah. Sehingga dapat mengoptimalkan kesejahteraan dalam kehidupan
sehari-hari.
Baitul Maal Wa Tamwil merupakan Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS) beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang fokus
pada pengembangan bisnis usaha kecil atau mikro dalam rangka mengangkat
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.6 BMT
juga dapat menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya
sesuai dengan peraturan dan amanatnya. BMT merupakan lembaga ekonomi
atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang bersifat informal karena
lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).7
Salah satu BMT yang ada di Kota Metro adalah BMT Artha Buana.
Sama halnya dengan perbankan lainnya, BMT Artha Buana juga menjalankan
fungsi sebagai lembaga intermediasi (penyaluran), dari nasabah pemilik dana
(shahibul mal) dengan nasabah yang membutuhkan dana. Berdasarkan
5 Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 39-40
6 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga., h.453
7 A. Djazuli, dkk., Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 2002), h.183
4
prasurvey yang peneliti lakukan didapatkan informasi bahwa untuk
mendukung peran BMT Artha Buana sebaga lembaga intermediasi, BMT
Artha Buana membutuhkan sumber dana. Ada tiga jenis sumber dana yang
diperoleh oleh BMT Artha Buana, yaitu modal disetor (dana pihak pertama),
pinjaman (dana pihak kedua) dan dana dari masyarakat yang dihimpun
melalui produk simpanan (dana pihak ketiga). Produk penghimpunan dana
merupakan salah satu produk penting bagi BMT Artha Buana dalam
memperoleh sumber dana untuk mendukung fungsinya sebagai lembaga
intermediasi.8
Banyak faktor yang mempengaruhi BMT Artha Buana dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Faktor yang paling
utama adalah berupa tidak lancarnya pembayaran pembiayaan atau disebut
dengan pembiayaan bermasalah, sehingga akan mempengaruhi perkembangan
fungsi intermediasi dan berdampak pada kinerja BMT.9
Untuk meningkatkan peran BMT Artha Buana sebaga lembaga
intermediasi, salah satu langkah yang ditempuh adalah melakukan
peningkatan permodalan bank. Selain itu, langkah yang dilakukan yaitu
dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat menjadi perangsang bagi
peningkatan sumber dana yang didapat.10
8 Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada tanggal 16
November 2017 9 Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada tanggal 16
November 2017 10
Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada tanggal 16
November 2017
5
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tugas akhir yang berjudul: “Optimalisasi Peran BMT Sebagai
Lembaga Intermediasi (Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)”
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah pokok dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro
Sebagai Lembaga Intermediasi”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk optimalisasi Peran BMT Artha
Buana Metro Sebagai Lembaga Intermediasi.
2. Manfaat Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
a. Secara Teoris, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
keilmuan serta wawasan yang berkaitan dengan sistem operasional
Baitul Maal wa Tamwil secara menyeluruh.
b. .Secara Praktis. penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi kepada pembaca dan peneliti sendiri mengenai proses untuk
optimalisasi peran BMT sebagai lembaga intermediasi.
6
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
field research atau penelitian lapangan. Menurut Abdurrahmat
Fathoni, penelitian lapangan yaitu “suatu penelitian yang dilakukan di
lapangan atau di lokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai
lokasi untuk menyelidiki gejala objektif sebagai terjadi di lokasi
tersebut, yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah”.11
Penelitian lapangan (field research) dianggap sebagai pendekatan luas
dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan
data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke
lapangan untuk mengadakan penelitian tentang sesuatu fenomena
dalam suatu keadaan ilmiah. Dalam hal demikian, maka pendekatan ini
terkait erat dengan pengamatan-berperan serta. Peneliti lapangan
biasanya membuat catatan secara ekstensif.12
Pada penelitian ini peneliti akan memaparkan data hasil
penelitian yang diperoleh di lapangan yaitu untuk optimalisasi peran
BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga intermediasi.
11
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), h. 96 12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), h. 26.
7
b. Sifat Penelitian
Sesuai dengan judul dari tugas akhir ini, yaitu untuk
optimalisasi peran BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga
intermediasi, maka penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian
deskriptif yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan
pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu.13
Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi penelitian deskriptif yaitu
“penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang
ada sekarang berdasarkan data, jadi ia juga menyajikan data,
menganalisis, dan menginterpretasi”.14
Penelitian ini bersifat deskriptif, karena penelitian ini berupaya
mengumpulkan fakta yang ada, penelitian ini terfokus pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya,
yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Penelitian
deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan tentang untuk optimalisasi peran BMT Artha Buana
Metro sebagai lembaga intermediasi.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat
diperoleh.15
Sumber data pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
13
Ibid., h. 97 14
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 44 15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), h. 172.
8
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data pada pengumpulan data.16
Pada penelitian ini,
data primer digunakan untuk memperoleh informasi tentang untuk
optimalisasi peran BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga
intermediasi. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini yaitu pimpinan dan karyawan di BMT Artha Buana
Metro.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen.17
Sumber data ini digunakan untuk mendukung
infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara,
maupun dari observasi langsung ke lapangan. Data sekunder pada
penelitian ini meliputi buku-buku, majalah, dan internet, yang
berkaitan dengan optimalisasi peran BMT sebagai lembaga
intermediasi.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), h. 137. 17
Ibid., h. 137
9
a. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses
tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan
datang dari pihak yang mewancarai dan jawaban yang diberikan oleh
yang diwawancarai.18
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.19
Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara bebas
terpimpin, yakni metode interview yang dilakukan dengan membawa
pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan
ditanyakan.20
Mengenai hal ini, peneliti mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada Ibu Tri Setyorini, selaku Manager BMT Artha
Buana Metro serta karyawan di BMT Artha Buana Metro.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, ledger, agenda dan
sebagainya.21
Metode dokumentasi ialah teknik pengumpulan data
dengan mempelajari catatan-catatan.22
Pada penelitian ini, metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai profil
18
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian., h. 105 19
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian., h. 83 20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 199. 21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 199 22
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian., h. 112
10
BMT Artha Buana Metro serta data-data lain yang menunjang dalam
penelitian ini.
4. Teknis Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain.23
Analisis data yang digunakan
adalah analisa data kualitatif dengan cara berfikir induktif, karena data
yang diperoleh berupa keterangan-keterangan dalam bentuk uraian.
Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
yaitu sumber dari tertulis atau ungkapan tingkah laku yang diobservasikan
dari manusia.24
Cara berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari
fakta-fakta yang khusus dan konkrit, peristiwa konkrit, kemudian dari
fakta atau peristiwa yang khusus dan konkrit tersebut ditarik secara
generalisasi yang mempunyai sifat umum.25
Berdasarkan keterangan di atas, maka dalam menganalisis data,
peneliti menggunakan data yang telah diperoleh kemudian data tersebut
dianalisis dengan menggunakan cara berfikir induktif yang berangkat dari
informasi tentang optimalisasi peran BMT sebagai lembaga intermediasi.
23
Sugiyono, Metode Penelitian., h. 244 24
Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 16. 25
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi UGM,
1984), h. 40.
11
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dapat diartikan sebagai susunan atau urutan
dalam penulisan karya ilmiah supaya mudah untuk dipahami oleh
pembacanya. Pembahasan tugas akhir ini, dibagi kedalam empat bab dan pada
setiap bab terdapat sub-sub bab. Oleh sebab itu, dalam penulisan tugas akhir
ini peneliti menggunakna sistematika sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini peneliti menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika pembahasan.
2. Bab II Landasan Teori
Pada bab ini, peneliti menguraikan dan menjelaskan teori-teori
mengenai Baitul Mal Wa Tamwil yang meliputi pengertian dan tujuan
BMT, badan hukum BMT, peran dan fungsi BMT, dan strategi
pengembangan BMT. Selain itu, juga dijelaskan mengenai lembaga
intermediasi yang meliputi pengertian lembaga intermediasi dan jenis-
jenis lembaga intermediasi.
3. Bab III Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan, mulai dari gambaran umum
BMT Artha Buana Metro, meliputi: sejarah singkat, visi dan misi, struktur
organisasi, dan produk-produk BMT Artha Buana Metro, serta mengenai
tentang optimalisasi peran BMT sebagai lembaga intermediasi.
12
4. Bab IV Penutup
Pada bab penutup mencakup kesimpulan dari keseluruhan
pembahasan dan saran-saran yang dapat disampaikan oleh peneliti dalam
penulisan tugas akhir ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Baitul Mal Wa Tamwil
1. Pengertian dan Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil
a. Pengertian Baitul Mal Wa Tamwil
BMT merupakan singkatan dari Baitul mal wattamwil. BMT
terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitul tamwil. Apabila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti rumah uang dan rumah
pembiayaan. Baitul mal lebih mengarah pada usaha-usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat,
infaq, dan shodaqoh serta menjalankan sesuai dengan peraturan dan
amanahnya. Sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan
dan penyaluran dana komersial.1
BMT merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)
yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang fokus pada
pengembangan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum
fakir miskin.2
Secara istilah pengertian baitul mal adalah lembaga keuangan
yang berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya
1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 96 2Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet. II (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), h. 453
14
menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infak,
shodaqoh (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Al-
Qur’an dan sunnah Rasul Nya, dan pengertian dari baitul tamwil
adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan) maupun deposito dan
menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam
dunia perbankan.3
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa BMT
merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sosial. Peran sosial
BMT akan terlihat pada definisi baitul maal, sedangkan peran bisnis
BMT terlihat dari definisi baitul tamwil. Sebagai lembaga sosial,
baitul maal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan lembaga
Amil Zakat (LAZ).
b. Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil
Didirikannya BMT bertujuan untuk meningkatkan kualitas
usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut di atas dapat
dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya peningkatan
kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan
(empowering) supaya dapat mandiri. Dengan sendirinya, tidak dapat
3 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta:UII
Press, 2002), h. 64
15
dibenarkan jika para anggota dan masyarakat menjadi sangat
tergantung kepada BMT. Dengan menjadi anggota BMT, masyarakat
dapat meningkatkan taraf hidup melalui peningkatan usahanya.4
Pemberian modal pinjaman sedapat mungkin dapat
memandirikan ekonomi para peminjam. Oleh sebab itu, sangat perlu
dilakukan pendampingan. Dalam pelemparan pembiayaan, BMT
harus dapat menciptakan suasana keterbukaan, sehingga dapat
mendeteksi berbagai kemungkinan yang timbul dari pembiayaan.
Untuk mempermudah pendampingan, pendekatan pola kelompok
menjadi sangat penting. Anggota dikelompokkan berdasarkan usaha
yang sejenis atau kedekatan tempat tinggal, sehingga BMT dapat
dengan mudah melakukan pendampingan.5
Menurut pendapat lain, tujuan BMT yaitu terciptanya sistem,
lembaga, dan kondisi kehidupan ekonomi rakyat yang dilandasi oleh
nilai-nilai dasar salam (keselamatan) berintikan keadilan, kedamaian,
kesejahteraan, melandasi tumbuh dan berkembangnya tiga perempat
usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesia.6
Berdasarkan uraian di atas, tujuan BMT adalah mewujudkan
kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
di sekitar BMT yang mandiri, selamat, damai dan sejahterah.
4 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press,
2004) h. 128. 5 Ibid
6 Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal wa Tamwil, (Bandung: Pustaka Setia,
2013), h. 26
16
2. Badan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil
Dalam diskursus ekonomi Islam, BMT dapat pula dikategorikan
dengan koperasi syariah, yaitu lembaga ekonomi yang berfungsi untuk
menarik, mengelola, dan menyalurkan dana dari, oleh, dan untuk
masyarakat. Oleh sebab itu, BMT dapat disebut sebagai lembaga swadaya
ekonomi umat yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat.7
BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) atau koperasi.
a. KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan
mendapat Surat Keterangan Operasional dan PINBUK (Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil).
b. Koperasi serbausaha atau koperasi syariah.
c. Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-P).8
Sebelum menjalankan usahanya, Kelompok Swadaya Masyarakat
harus mendapatkan sertifikat operasi dari PINBUK, sedangkan PINBUK
harus mendapat pengakuan dari Bank Indonesia (BI) sebagai Lembaga
Pengembang Swadaya Masyarakat (LPSM) yang mendukung program
Proyek Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat yang
dikelola oleh Bank Indonesia (PHBK-BI). Selain dengan badan hukum
Kelompok Swadaya Masyarakat, BMT juga dapat didirikan dengan
menggunakan badan hukum koperasi.9
Penggunaan badan Hukum KSM dan Koperasi untuk BMT
disebabkan BMT tidak termasuk dalam lembaga keuangan formal yang
7 Ibid
8 Ibid
9 A. Djazuli, dkk., Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), h.185-186
17
dijelaskan UU Nomor 7 Tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan.
3. Peran dan Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil
Keberadaan BMT setidaknya harus memiliki beberapa peran,
yaitu sebagai berikut:
a. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi non-syariah.
Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti
pentingnya sistem ekonomi islam. Hal ini biasa dilakukan
dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara transaksi yang
islami, misalnya: bukti transaksi, dilarang mencurangi
timbangan, jujur terhadap konsumen, dan sebagainya.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus
bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan
mikro, misalnya dengan jalan pendamping, pembinaan,
penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha anggota
atau masyarakat umum.
c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang
masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu
memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana
dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat
lebih baik, misalnya tersedia dana setiap saat, birokrasi yang
sederhana, dan lain sebagainya.
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang
merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat
yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu
langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka
pemerataan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya
dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan
kelayakan anggota dalam hal golongan anggota dan jenis
pembiayaan.10
Untuk mencapai tujuannya, BMT memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong
dan mengembangkan potensi serta kemampuan potensi
ekonomi anggota dan daerah kerjanya.
10
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: Era Adicitra Intermedia,
2011), h. 379-380.
18
b. Mempertinggi kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional
dan islami, sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi
tantangan global.
c. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.
d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara
agniya sebagai shohibul maal dengan dhuafa sebagai
mudharib, terurama untuk dana-dana social seperti zakat infaq,
sedekah, wakaf, hibah, dan lain-lain.
e. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara
pemilik dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun
penyimpan dengan pengguna dana (mudharib) untuk
pengembangan produktif.11
Berdasarkan uraian di atas, peran dan fungsi Baitul Mal Wa
Tamwil adalah Meningkatkan kualitas SDI (Sumber Daya Insani) anggota
menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh
dalam menghadapi persaingan global.
4. Strategi Pengembangan Baitul Mal Wa Tamwil
Strategi yang diperlukan untuk mengantisipasi kendala-kendala
pengembangan BMT antara lain sebagai berikut:
a. Menjadikan BMT sebagai lembaga keuangan mikro rakyat
yang profesional dan amanah sehingga BMT dapat dijadikan
tempat bagi proses akumulasi modal dari kalangan
masyarakat bawah. Dalam hal ini jargon small but
professional penting untuk dijadikan sebagai dasar pijakan.
b. Menjadikan BMT sebagai fasilitator dan ujung tombak
penggerak ekonomi sektor real dengan
menumbuhkembangkan usaha kecil masyarakat bawah
melalui perannya sebagai sumber permodalan yang mudah
dan murah.
c. Membangun jaringan (networking), baik secara vertikal
maupun horizontal dengan sesama lembaga BMT dan
lembaga-lembaga perekonomian lainnya, untuk menjamin
pola hubungan kemitraan (partnership)yang lebih kuat.
11
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul., h. 131.
19
d. Membangun kerjasama yang lebih kuat dengan Lembaga
Keuangan Syariah yang lebih besar dan lebih mapan, bagi
pembinaan permodalan, manajemen dan SDM sekaligus
berdasarkan prinsip kerjasama saling menguntungkan.12
Secara umum dan cakupan yang lebih luas, fokus utama strategi
pembangunan sistem perbankan syariah atau Lembaga Keuangan Syariah,
yaitu:
a. Penyempurnaan ketentuan dalam Undang-Undang No. 10
tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 tahun
1992 tentang perbankan telah ditetapkan ketentuan yang
membuka peluang perngembangan yang luas bagi Lembaga
Keuangan Syariah;
b. Pengembangan jaringan perbankan;
c. Pengembangan piranti moneter;
d. Sosialisasi bisnis perbankan syariah.13
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami strategi pengembangan
BMT yaitu mengoptimalisasikan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada
di BMT dan menggalakkan fungsi partner BMT pada lembaga-lembaga
perekonomian lainnya.
B. Lembaga Intermediasi
1. Lembaga Pengerian Intermediasi
Intermediasi adalah penghubung, sedangkan intermediator yaitu
pialang yang memudahkan perdagangan barang dan jasa yang bertindak
sebagai seorang “perantara” untuk para pelaku transaksi. Intermediasi
keuangan, yakni proses pembelian surplus dana dari sektor usaha,
12
Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul., h. 30-31 13
Ibid
20
pemerintah maupun rumah tangga, untuk disalurkan kepada unit ekonomi
yang defisit.14
Menurut Veithzal Riva’i, lembaga intermediasi adalah perantara
dalam bidang keuangan yang memberikan pelayanan dan jasa.
Intermediasi keuangan adalah proses pembelian surplus dana dari unit
ekonomi, yaitu sektor usaha, lembaga pemerintah, dan individu (rumah
tangga) untuk tujuan penyediaan dana bagi unit ekonomi surplus ke unit
ekonomi defisit.15
Lembaga intermediasi keuangan yaitu lembaga yang menjembatani
(intermediasi) antara masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan
masyarakat yang membutuhkan dana. Masyarakat yang memiliki
kelebihan dana namun tidak menginvestasikannya sendiri ke dunia usaha
karena berbagai alasan menaruh dananya di bank, sedangkan masyarakat
yang melakukan kegiatan usaha dan membutuhkan bantuan keuangan akan
meminta bantuan keuangan tersebut.16
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa lembaga
intermediasi adalah lembaga keuangan yang menjadi penghubung antara
pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, dengan
menghimpun dana pihak ketiga, lalu menyalurkannya kepada pihak yang
membutuhkan.
14
Renniwaty Siringoringo, “Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di
Indonesia”, dalam Jurnal Ekonomi Moneter dan Perbankan, (Batam: Universitas Batam), Juli
2012, h. 64 15
Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 20. 16
Ahmad Gozali, Halal, Berkah, Bertambah: Mengenal dan Memilih Produk Invetasi
Syariah (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), h. 35.
21
2. Jenis-jenis Lembaga Intermediasi
Menurut Veithzal Riva’i, pada prinsipnya intermediasi keuangan
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu berikut:
a. Depository Intermediaries
Karena sebagian besar sekuritas sekundernya yang
merupakan sumber dana terdiri dari berbaga i bentuk simpanan
antara lain giro, deposito berjangka, sertifikat deposito dan
tabungan yang diterima dari sektor usaha, rumah tangga, dan
lembaga pemerintah. Lembaga intermediasi keuangan ini dapat
pula disebut sebagai lembaga penghimpun termasuk bank
umum, BPR, Lemabaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP).
b. Contractual Intermediaries
Lembaga ini melakukan kontrak dengan nasabahnya
dalam usahanya untuk menarik tabungan atau memberikan
perlindungan finansial terhadap timbulnya kerugian baik jiwa
maupun harta. Lembaga intermediasi yang memberi jasa
kontraktual semacam ini yang paling dikenal adalah
perusahaan asuransi kerugian dan dana pensiun.
c. Investment Intermediaries
Lembaga intermediasi ini menawarkan surat-surat
berharga yang dapat dimiliki sebagai investasi jangka panjang
atau dapat segera dijual apabila investor membutuhkan
dananya kembali. Investment Intermediaries antara lain trust
funds, mutual stock funds, money market funds, trust and
investment companies. 17
Sedangkan menurut Andri Soemitra, lembaga intermediasi
berdasarkan kemampuannya menghimpun dana dari masyarakat dapat
dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu sebagai berikut:
a. Lembaga Keuangan Depositori
Lembaga keuangan depositori menghimpun dan secara
langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (deposits)
misalnya giro, tabungan atau deposito berjangka yang diterima
dari penabung atau unit surplus. Unit surplus memiliki
kelebihan pendapatan, setelah dikurangi kebutuhan untuk
konsumsi. Lembaga keuangan yang menawarkan jasa-jasa
seperti ini adalah bank-bank.
17
Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial ., h. 21
22
b. Lembaga Keuangan Non Depositori
Lembaga Keuangan Non Depositori atau disebut juga Lembaga
Keuangan Non Bank (LKNB) adalah lembaga keuangan yang
lebih terfokus kepada bidang penyaluran dana dan masing-
masing lembaga keuangan mempunyai ciri-ciri usahanya
sendiri. Adapun jenis lembaga keuangan non bank yang berada
di indoneisa saat ini adalah, lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya bersifat kontektual, lembaga keuangan investasi dan
perusahaan modal dan perusahaan pembiayaan yang
menawarkan jasa pembiayaan sewaa guna usaha, anjak
piutang, pembiayaan konsumen, dan kredit.18
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa jenis-jenis
lembaga intermediasi dikategorikan ke dalam dua jenis utama, yaitu
lembaga keuangan depositori dan lembaga keuangan non depositori.
Lembaga keuangan depositori menghimpun dan secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, sedangkan Lembaga Keuangan
adalah lembaga keuangan yang lebih terfokus kepada bidang penyaluran
dana.
18
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga., h. 31
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT Artha Buana Metro
1. Sejarah Berdirinya BMT Artha Buana Metro
BMT Artha Buana Metro didirikan melalui rapat resmi pada
tanggal 05 Desember 2012 di Kantor Lembaga Pendidikan Ma’arif yang
beralamatkan di Jl. Gele Harun dengan 25 anggota di bawah naungan
Lembaga Pendidikan Ma’arif. BMT Artha Buana Metro diresmikan pada
tanggal 31 Januari 2013 yang bertempat di JL. RA Kartini Purwosari 28
Metro Utara Kota Metro, yang diresmikan oleh kepala dinas Koperasi
UMKM kota Metro bapak Drs. Mustahal.
Pendirian BMT Artha Buana Metro sudah direncanakan sejak 5
(lima) tahun yang lalu oleh Lembaga Pendidikan Ma’arif, lantaran adanya
jurusan Syariah di Institut Agama Islam Ma’arif (IAIM) NU Metro
Lampung. Adapun yang menjadi anggota pendirinya sebagai berikut:1
Tabel 3.1
Pendiri BMT Artha Buana Metro
No. Nama Jabatan
1. Drs. KH. Ali Qomarudin, M.M Pengawas Syariah
2. KH. MS. Zamroni Aly Pengawas Syariah
3. KH. Sugito Zainal Abidin Pengawas Syariah
4. Ismail, S.Ag, M.M Pengawas Managemen
5. Drs. Hi. Rahmad Dahlan, M.M Pengawas Managemen
6. Drs. H. Abdul Manaf, M.Pd Pengawas Managemen
7. Dr. Hi. Subandi, M.M Ketua
1 Dokumentasi, BMT Artha Buana pada tanggal 24 Januari 2018.
24
No. Nama Jabatan
8. Mispani Ramli, M.Pd.I Wakil Ketua
9. Ir. Hi. Agusrina Syaka, M.M Sekretaris
10. Saiful Hadi, S.S.I Wakil Sekretaris
11. Agus Setiawan, M.H.I Bendahara
12. Tri Setyorini Manager
13. Muslan Staff BMT
14. Zaini Staff BMT
15. Sukiman Staff BMT
16. Karsoyo Staff BMT
17. Nizarrudin Staff BMT
18. Khoirul Muslim Staff BMT
19. Syaiful Hadi Staff BMT
20. Nilawati Staff BMT
21. Khotimatul Khasanah Staff BMT
22. Maryanto Staff BMT
23. M. Baihaqi Staff BMT
24. Ismail Staff BMT
25. Haikal Staff BMT
26. Asep Gunawan Staff BMT
Dengan kerja keras dan kerjasama antara pengelola dan pengurus
dengan segenap kemampuan yang dimiliki BMT Artha Buana Metro telah
membuahkan pertumbuhan dan perkembangan yang menggembirakan
dalam mewujudkan harapan bahwa BMT Artha Buana Metro dapat
memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian dan kesejahteraan
umat pada umumnya, dan khususnya bagi Nahdlatul Ulama (NU) Kota
Metro sebagai penggerak dan pendorong utama berdirinya KJKS BMT
Artha Buana Metro. BMT Artha Buana Metro telah terdaftar pada:
Badan Hukum Nomor : 518/01/D6.02/BH/X.10/1/2013
Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor : 254/LL-3/PK/2013
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) : 03.252.243.5-321.000
Surat Tanda Daftar Nomor : 07.09.3.65.00.261
25
Surat Izin Gangguan Nomor : SIG-250/LL-3/2013
Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Baitul Maal wat Tamwil
(BMT) Artha Buana Metro berlambangkan bola dunia berwarna hijau
dengan gambar pulau Indonesia yang disamping kanan kirinya terdapat
lambang padi dan kapas, serta di bagian dalam bola dunia terdapat huruf
AB yang merupakan inisial dari Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS)
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Artha Buana Metro. Di bagian atas
terdapat satu bintang dan pada bagian bawah terdapat tulisan Koperasi
Jasa Keuangan Syari’ah BMT Artha Buana.2
Berdasarkan perubahan anggaran dasar KJKS BMT Artha Buana
METRO beralih nama menjadi Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
Syari’ah (KSP-PS) BMT Artha Buana Metro Badan Hukum Nomor
846/PAD/III.11/Klb.1/IX/2015 Tanggal 03 September 2015 yang telah
disahkan oleh pemerintah propinsi Lampung (Dinas Koperasi UMKM
Propinsi Lampung) tentang perubahan anggaran dasar, dengan akta
perubahan nomor 08. Tanggal 13 Juli 2015. BMT Artha BUANA Metro
telah terdaftar:
Badan Hukum Nomor : 846/PAD/III/11/Klb.1/IX/2015
Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor : 254/11-3/PK/2013
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) : 03.252.243.5-321.000
Surat Tanda Daftar Nomor : 07.09.3.65.00.261
Surat Izin Gangguan Nomor : SIG-250.LL-3/2013
2. Ibid
26
Kantor Pusat : JL. RA Kartini 28 Purwosari
Kec. Metro Utara Kota Metro
Kantor Cabang : JL. Soekarno Hatta No. 166A16 C
Mulyojati Kecamatan Metro Barat
Kantor Cabang : JL. Raya Gadingrejo Wonokarto
Kec. Gading Rejo Kab. Pringsewu
2. Visi dan Misi BMT Artha Buana Metro
a. Visi:
Visi Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) Baitul maal wat
Tamwil (BMT) Artha Buana Metro adalah “Menjadi lembaga
keuangan mikro syariah yang mandiri, professional dan terpercaya”
b. Misi
Misi Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) Baitul maal wat
Tamwil (BMT) Artha Buana Metro adalah:
1) Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di
kalangan usaha mikro, kecil menengah dan koperasi melalui system
syariah.
2) Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha
mikro, kecil dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada
umumnya.
3) Meningkatkan semangat dan peran anggota masyarakat dalam
kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah.3
3 Ibid
27
3. Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro
Secara lengkap struktur organisasi BMT Artha Buana Metro dapat
di lihat pada gambar di bawah ini.4
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Kantor Pusat
KSP PS BMT Artha Buana Metro5
4. Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24
Januari 2018. 5. Dokumentasi, BMT Artha Buana Metro, Rabu, 24 Januari 2018
RAPAT ANGGOTA
DEWAN PENGAWAS
SYARIAH
DEWAN PENGAWAS
MANAGEMEN
BADAN PENGURUS
MANAGER
KABAG OPERASIONAL KABAG PEMBIAYAAN KABAG MARKETING
FUNDING
MARKETING
FUNDING
UMUM ACCOUNTING CS TELLER
COLLECTOR ADM PEMBIAYAAN SURVEYE
R
28
Berikut perangkat organisasi BMT Artha Buana Metro sesuai
dengan struktur organisasi di atas6
Tabel 3.2.
Perangkat Organisasi BMT Artha Buana Metro
No. Jabatan Nama
1. Pengawas
a. Pengawas Syari’ah
b. Pengawas Managemen
Drs. KH. Ali Qomarudin, M.M
KH. MS. Zamroni Aly
KH. Sugito Zainal Abidin
Ismail, S.Ag, M.M
Drs. Hi. Rahmad dahlan, M.M
Drs. H. Abdul Manaf, M.Pd
2. Pengurus
a. Ketua
b. Wakil ketua
c. Sekertaris
d. Wakil sekertaris
e. Bendahara
Dr. Hi. Subandi, M.M
Mispani ramli, M. Pd. I
Ir. Hi. Agustina Syaka, M.M
Saiful Hadi, S.S.I
Agus Setiawan, M.H.I
3. Manager Tri Setyorini
4. Kepala Cabang Jomiyanto Muzzaki
Ma’ruf
5. Kabag Operasional Nani Aisah
6. Kabag Pembiayaan Saipul Bahri
7. Kabag Marketing Funding Ageng Pribadi
8. Bagian Pembiayaan Saipul Bahri
Ageng Pribadi
Eko Sulistiono
Imam Bukhori
Mufid Ansori
9. Bagian Marketing Funding Ageng Pribadi
Eko Sulistiono
Imam Bukhori
Mufid Ansori
10. Teller Nia Kurniawati
11. Administrasi Pembiayaan Ari Wibowo
Purwati
12. Customer Service Purwati
Ari Wibowo
13. Bagian Umum Endang Yosiana Syahfitri
14. Accounting Endang Yosiana Syahfitri
6. Dokumentasi, BMT Artha Buana Metro, Rabu, 24 Januari 2018
29
B. Optimalisasi Peran BMT Artha Buana sebagai Lembaga Intermediasi
Lembaga keuangan, sebagai lembaga yang mendominasi sektor
finansial dalam aktivitas perekonomian, diisyaratkan mampu menyumbangkan
peran yang lebih besar dalam dalam proses penciptaan pertumbuhan tersebut
melalui fungsi utamanya yakni intermediasi, tidak terkecuali BMT Artha
Buana.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan informasi mengenai
optimalisasi Peran BMT Artha Buana sebagai lembaga intermediasi dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Salah satu cara optimalisasi peran BMT Artha Buana sebagai
lembaga intermediasi adalah pengembangan sumber daya manusia.
Mengenai hal tersebut, Ibu Tri Setyorini, selaku manager BMT Artha
Buana menyatakan sebagai berikut:
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan kepada karyawan
dan anggota (pengusaha) dengan memberikan pelatihan dan
pengembangan. Pelatihan dan pengembangan yang diberikan
kepada karyawan BMT yaitu dalam bentuk pelatihan keahlian tim.
Pelatihan tim dilakukan agar para karyawan BMT Artha Buana
kompak dalam bekerja sama dan membangun team work yang
baik, sehingga hasil kerja BMT Artha Buana dalam fungsinya
sebagai lembaga intermediasi dalam berjalan dengan baik.7
Senada dengan hal tersebut, Ibu Nani Aisah, selaku Kepala Bagian
Operasional menambahkan sebagai berikut:
Pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu cara untuk
mengoptimalisasikan peran BMT Artha Buana sebagai lembaga
intermediasi tidak hanya dilakukan kepada karyawan saja, tetapi
7 Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24
Januari 2018.
30
juga kepada anggota yang membutuhkan dana, dalam hal ini
adalah pengusaha. Peran BMT Artha Buana dalam pengembangan
SDM anggota (pengusaha) adalah untuk menimbulkan kesadaran
inovasi, entrepreneurship, manajemen melalui pelatihan,
pendampingan, diskusi, dan seminar.8
Selanjutnya, Ibu Tri Setyorini menambahkan sebagai berikut:
Banyak cara untuk meningkatkan kualitas SDM pengusaha, antara
lain dengan peningkatan pelatihan para anggota (pengusaha), serta
pengembangan SDM dan faktor kepemimpinan akan menjadikan
usaha yang digeluti lebih kuat dalam persaingan di dunia usaha.
Salah satu hal yang paling utama yang diberikan kepada anggota
(pengusaha) adalah wawasan bisnis. Wawasan pengusaha yang
luas sangat penting bagi inovasi, dan inovasi merupakan kunci
utama daya saing.9
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa salah satu salah
satu cara optimalisasi peran BMT Artha Buana sebagai lembaga
intermediasi adalah pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan
sumber daya manusia tidak hanya diberikan kepada karyawan BMT saja,
tetapi juga kepada anggota (pengusaha). Pengembangan sumber daya
manusia dilakukan kepada karyawan dan pemilik usaha dengan
memberikan pelatihan dan pengembangan. Pelatihan dan pengembangan
yang diberikan kepada karyawan BMT yaitu dalam bentuk pelatihan
keahlian tim. Sedangkan pengembangan sumber daya manusia yang
diberikan kepada anggota (pengusaha) adalah untuk menimbulkan
kesadaran inovasi, entrepreneurship, manajemen melalui pelatihan,
pendampingan, diskusi, dan seminar.
8 Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,
pada Rabu, 24 Januari 2018. 9 Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24
Januari 2018.
31
2. Membina Hubungan yang Baik dengan Anggota
Mengenai pembinaan hubungan yang baik dengan anggota, Ibu Tri
Setyorini menjelaskan sebagai berikut:
Hubungan BMT Artha Buana dan anggota didasarkan pada prinsip
kepercayaan, sehingga perlu adanya hubungan saling percaya
antara anggota dengan BMT. Dalam rangka mendapatkan rasa
saling percaya maka BMT harus mengenal dengan baik karakter
dan segala sesuatu yang berkaitan dengan anggota.10
Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah selaku Kepala Bagian Operasional
menjelaskan sebagai berikut:
BMT mengenal dengan baik karakter dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan anggota dengan cara melalui studi kelayakan,
misalnya dengan menganalisis anggota yang dalam hal ini adalah
pengusaha pada aspek watak, modal, kemampuan dalam melunasi
kewajiban, dan kondisi ekonomi.11
Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah menambahkan sebagai berikut:
Dengan melakukan studi kelayakan dengan cermat, maka berarti
pihak BMT Artha Buana telah melaksanakan prinsip kehati-hatian
sehingga dalam menyalurkan pembiayaan, khususnya pembiayaan
produktif yang dalam hal ini ditujukan bagi pengusaha adalah tepat
sasaran dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan nyata dari usaha
yang dijalankan. Melalui studi kelayakan ini juga dapat
meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah, sehingga proses
pelaksanaan pembiayaan dapat berjalan optimal.12
Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah menambahkan mengenai hal tersebut
sebagai berikut:
Mengenai hal ini, baik anggota (pengusaha) maupun BMT Artha
Buana masing-masing mendapatkan manfaat dan keuntungan
sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Pada akhirnya dengan
10
Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24
Januari 2018. 11
Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,
pada Rabu, 24 Januari 2018. 12
Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24
Januari 2018.
32
suksesnya pembiayaan anggota (pengusaha), berarti juga
merupakan kontribusi BMT Artha Buana terhadap proses
pembangunan di Indonesia menuju masyarakat yang adil dan
makmur.13
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa salah
satu cara optimalisasi peran BMT Artha Buana sebagai lembaga
intermediasi yaitu dengan membina hubungan yang baik dengan anggota
(pengusaha). Hubungan BMT Artha Buana dan anggota didasarkan pada
prinsip kepercayaan. Untuk mendapatkan rasa saling percaya BMT Artha
Buana harus mengenal dengan baik karakter dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan anggota. BMT mengenal dengan baik karakter dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan anggota dengan cara melalui studi
kelayakan, misalnya dengan menganalisis anggota pada aspek watak,
modal, kemampuan dalam melunasi kewajiban, dan kondisi ekonomi.
Melalui studi kelayakan yang dilakukan dengan cermat, maka berarti
pihak BMT Artha Buana telah melaksanakan prinsip kehati-hatian
sehingga dalam menyalurkan pembiayaan, yang dalam hal ini ditujukan
bagi pengusaha adalah tepat sasaran dan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan nyata dari usaha yang dijalankan. Melalui studi kelayakan ini
juga dapat meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah, sehingga
proses pelaksanaan pembiayaan dapat berjalan optimal.
13
Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,
pada Rabu, 24 Januari 2018.
33
3. Mendirikan Unit Usaha Khusus
Mengenai pendirian unit usaha khusus, Ibu Tri Setyorini
menjelaskan sebagai berikut:
Pendirian unit usaha khusus (UUK) di BMT Artha Buana
merupakan salah satu strategi dalam mengoptimalkan peran
intermediasi. Pelaksanaan peran intermediasi merupakan kegiatan
yang berbeda dari kegiatan utama bank lainnya, sehingga
dibutuhkan keseriusan dan konsentrasi yang tinggi dalam
mengelola dalam pelaksanaan programnya. Unit Usaha Khusus ini
saya serahkan kepada Nani Aisyah selaku Kepala Bagian
Operasional.14
Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah selaku Kepala Bagian Operasional
menambahkan sebagai berikut:
Tugas utama dari Unit Usaha Khusus intermediasi BMT Artha
Buana ini ialah bergerak pada proses pembentukan SDM anggota
(pengusaha) terlebih dahulu sebagai permulaan untuk membina
anggota (pengusaha) menuju pengusaha yang memilki wawasan
bisnis yang baik.15
Selanjutnya, Ibu Tri Setyorini selaku manajer BMT Artha Buana
menambahkan sebagai berikut:
Sumber pemodalan dalam melakukan peran intermediasi ini, BMT
Artha Buana menggunakan dana-dana sosial yaitu zakat, infaq,
shadaqah, wakaf, dan hibah. Jadi, pelaksanaan peran intermediasi
ini tidak akan mengganggu terhadap sirkulasi keuangan jalannya
kegiatan utama BMT Artha Buana. Justru sebaliknya, peran ini jika
dijalankan dengan baik akan meningkatkan peranan BMT Artha
Buana sebagai lembaga intermediasi keuangan dikarenakan
anggota (pengusaha) yang telah dibina, akhirnya akan
mendapatkan wawasan bisnis yang luas, yang nantinya dapat
dijadikan sebagai acuan anggota (pengusaha) dalam menjalankan
usahanya.16
14
Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24
Januari 2018. 15
Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,
pada Rabu, 24 Januari 2018. 16
Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24
Januari 2018.
34
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa
pendirian unit usaha khusus (UUK) di BMT Artha Buana merupakan salah
satu strategi dalam mengoptimalkan peran intermediasi. Pelaksanaan peran
intermediasi merupakan kegiatan yang berbeda dari kegiatan utama bank
lainnya, sehingga dibutuhkan keseriusan dan konsentrasi yang tinggi
dalam mengelola dalam pelaksanaan programnya. Tugas utama dari Unit
Usaha Khusus intermediasi BMT Artha Buana ini ialah bergerak pada
proses pembentukan SDM anggota (pengusaha) terlebih dahulu sebagai
permulaan untuk membina anggota (pengusaha) menuju pengusaha yang
memilki wawasan bisnis yang baik.
4. Optimalisasi pendanaan Mudharahah dan Musyarakah sebagai Bisnis
Inti
Mengenai optimalisasi pendanaan Mudharahah dan Musyarakah
sebagai bisnis inti, Ibu Tri Setyorini menjelaskan sebagai berikut:
Produk mudharahah dan musyarakah adalah dua produk
pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam menciptakan
keseimbangan antara sektor moneter dan sektor ril, yang akhirnya
dapat menjalankan sistem perekonomian di BMT Artha Buana ini
dengan lancar, karena baik mudharahah maupun musyarakah
betul-betul melibatkan dua pihak yakni BMT dan anggota, dimana
keduanya sama-sama bergerak mengelola sektor usaha.17
Selanjutnya, Ibu Nani Aisyah, selaku Kepala Bagian Operasional
menjelaskan sebagai berikut:
Mengenai pendanaan mudharah, kedua belah pihak berbagi
keuntungan sesuai nisbah yang sudah ditentukan di awal namun
bilamana terjadi kerugian maka kerugian finansial ditanggung oleh
BMT Artha Buana dan kerugian lain yang bersifat non finansial
17
Ibu Tri Setyorini, Manager BMT Artha Buana Metro, Wawancara, pada Rabu, 24
Januari 2018.
35
akan ditanggung oleh anggota (pengusaha). Kecuali jika kerugian
yang terjadi akibat kelalaian anggota (pengusaha) maka kerugian
tersebut menjadi tanggung jawab pihak anggota (pengusaha)
sepenuhnya. Sedangkan, pada pembiayaan musyarakah masing-
masing pihak menyertakan modal, baik finansial maupun keahlian.
Sehingga keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh kedua
belah pihak dengan besaran yang sudah disepakati.18
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa salah
satu cara optimalisasi peran BMT Artha Buana sebagai lembaga
intermediasi yaitu dengan pengoptimalisasian pendanaan mudharahah dan
musyarakah sebagai bisnis inti. Produk mudharahah dan musyarakah
adalah dua produk pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam
menciptakan keseimbangan antara sektor moneter dan sektor ril, yang
akhirnya dapat menjalankan sistem perekonomian di BMT Artha Buana
ini menjadi lancar, karena baik mudharahah maupun musyarakah betul-
betul melibatkan dua pihak yakni BMT dan anggota, dimana keduanya
sama-sama bergerak mengelola sektor usaha.
C. Analisis
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai optimalisasi Peran BMT Artha
Buana sebagai lembaga intermediasi dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut:
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia tidak hanya diberikan kepada
karyawan BMT saja, tetapi juga kepada anggota (pengusaha).
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan kepada karyawan dan
18
Ibu Nani Aisyah, Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro, Wawancara,
pada Rabu, 24 Januari 2018.
36
pemilik usaha dengan memberikan pelatihan dan pengembangan.
Pelatihan dan pengembangan yang diberikan kepada karyawan BMT yaitu
dalam bentuk pelatihan keahlian tim. Sedangkan pengembangan sumber
daya manusia yang diberikan kepada anggota (pengusaha) adalah untuk
menimbulkan kesadaran inovasi, entrepreneurship, manajemen melalui
pelatihan, pendampingan, diskusi, dan seminar.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Malayu S.P.
Hasibuan yang menyatakan bahwa pelatihan dan pengembangan
merupakan hal yang terpenting yang harus dilakukan oleh sebuah
organisasi dalam meningkatkan produktivitas pegawai. Pengembangan
adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,
konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau
jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.19
2. Membina Hubungan yang Baik dengan Anggota
Hubungan BMT Artha Buana dan anggota (pengusaha) didasarkan
pada prinsip kepercayaan. Untuk mendapatkan rasa saling percaya BMT
Artha Buana harus mengenal dengan baik karakter dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan anggota. BMT mengenal dengan baik karakter dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan anggota dengan cara melalui studi
kelayakan, misalnya dengan menganalisis anggota pada aspek watak,
modal, kemampuan dalam melunasi kewajiban, dan kondisi ekonomi.
Melalui studi kelayakan yang dilakukan dengan cermat, maka berarti
19
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara
2017), h. 69
37
pihak BMT Artha Buana telah melaksanakan prinsip kehati-hatian
sehingga dalam menyalurkan pembiayaan, yang dalam hal ini ditujukan
bagi pengusaha adalah tepat sasaran dan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan nyata dari usaha yang dijalankan. Melalui studi kelayakan ini
juga dapat meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah, sehingga
proses pelaksanaan pembiayaan dapat berjalan optimal.
Hasil penelitian tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip
pemberian pembiayan. Menurut Ismail, untuk dapat memberikan
pembiayaan kepada calon debitur harus dipertimbangkan terlebih dahulu
dengan terpenuhinya persyaratan yang dikenal dengan prinsip 5C
sebagaimana menurut buku yang dikemukakan oleh Ismail dalam bukunya
yang berjudul “Perbankan Syari‟ah” bahwa prinsip 5C adalah: 1)
Character, menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur dengan
tujuan untuk mengetahui bahwa calon debitur mempunyai keinginan untuk
memenuhi kewajiban membayar pinjaman sampai dengan lunas. 2),
Capacity, mengetahui kemampuan calon debitur dalam memenuhi
kewajibanya sesuai jangka waktu kredit. 3), Capital, modal merupakan
jumlah modal yang dimiliki oleh calon debitur atau jumlah dana, yang
akan disertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitur, 4),
Collateral, merupakan jaminan atau agunan yang diberikan oleh calon
debitur atas kredit yang diajukan. 5), merupakan analisis terhadap kondisi
perekonomian.20
20
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2010),
h. 112
38
3. Mendirikan Unit Usaha Khusus
Pelaksanaan peran intermediasi merupakan kegiatan yang berbeda
dari kegiatan utama bank lainnya, sehingga dibutuhkan keseriusan dan
konsentrasi yang tinggi dalam mengelola dalam pelaksanaan programnya.
Tugas utama dari Unit Usaha Khusus intermediasi BMT Artha Buana ini
ialah bergerak pada proses pembentukan SDM anggota (pengusaha)
terlebih dahulu sebagai permulaan untuk membina anggota (pengusaha)
menuju pengusaha yang memilki wawasan bisnis yang baik.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat menurut M.
Syafi’i Antonio dan Hilman F Nugraha yang menyatakan bahwa pendirian
unit usaha khusus merupakan tawaran strategi pertama dalam
mengoptimalkan peran intermediasi sosial perbankan syariah. Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa pelaksanaan peran intermediasi sosial
merupakan kegiatan yang berbeda dari kegiatan utama bank lainnya. Di
mana proses ini diartikan sebagai pengantar bagi nasabah untuk dapat
beralih menuju segmentasi pasar yang dapat dilibatkan dalam kegiatan
utama perbankan tersebut. Sehingga dibutuhkan keseriusan dan
konsentrasi yang tinggi dalam mengelola dalam pelaksanaan
programnya.21
21
M. Syafi’i Antonio dan Hilman F. Nugraha, “Peran Intermediasi Sosial Perbankan
Syariah bagi Masyarakat Miskin”, dalam Jurnal Tsaqafah, (Jakarta: STIE Tazkia), Vol. 9, No. 1,
April 2013, h. 139-140
39
4. Optimalisasi pendanaan Mudharahah dan Musyarakah sebagai Bisnis
Inti
Produk mudharahah dan musyarakah adalah dua produk
pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam menciptakan
keseimbangan antara sektor moneter dan sektor ril, yang akhirnya dapat
menjalankan sistem perekonomian di BMT Artha Buana ini menjadi
lancar, karena baik mudharahah maupun musyarakah betul-betul
melibatkan dua pihak yakni BMT dan anggota, dimana keduanya sama-
sama bergerak mengelola sektor usaha.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi
Peran BMT Artha Buana sebagai lembaga intermediasi sudah dilakukan
dengan sangat baik, yaitu melalui beberapa cara sebagai berikut:
5. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia dilakukan melalui pelatihan
dan pengembangan yang diberikan kepada karyawan BMT yaitu dalam
bentuk pelatihan keahlian tim. Sedangkan pengembangan sumber daya
manusia yang diberikan kepada anggota (pengusaha) adalah untuk
menimbulkan kesadaran inovasi, entrepreneurship, manajemen melalui
pelatihan, pendampingan, diskusi, dan seminar.
6. Membina Hubungan yang Baik dengan Anggota
Hubungan BMT Artha Buana dan anggota (pengusaha) didasarkan
pada prinsip kepercayaan. Untuk mendapatkan rasa saling percaya BMT
Artha Buana harus mengenal dengan baik karakter dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan anggota. BMT mengenal dengan baik karakter dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan anggota dengan cara melalui studi
kelayakan.
7. Mendirikan Unit Usaha Khusus
Pelaksanaan peran intermediasi merupakan kegiatan yang berbeda
dari kegiatan utama bank lainnya, sehingga dibutuhkan keseriusan dan
41
konsentrasi yang tinggi dalam mengelola dalam pelaksanaan programnya.
Tugas utama dari Unit Usaha Khusus intermediasi BMT Artha Buana ini
ialah bergerak pada proses pembentukan SDM anggota (pengusaha)
terlebih dahulu sebagai permulaan untuk membina anggota (pengusaha)
menuju pengusaha yang memilki wawasan bisnis yang baik.
8. Optimalisasi pendanaan Mudharabah dan Musyarakah sebagai Bisnis Inti
Produk mudharabah dan musyarakah adalah dua produk
pendanaan syariah yang berpotensi besar dalam menciptakan
keseimbangan antara sektor moneter dan sektor ril, yang akhirnya dapat
menjalankan sistem perekonomian di BMT Artha Buana ini menjadi
lancar, karena baik mudharabah maupun musyarakah betul-betul
melibatkan dua pihak yakni BMT dan anggota, dimana keduanya sama-
sama bergerak mengelola sektor usaha.
B. Saran
Merujuk pada kesimpulan di atas maka penulis ingin memberikan
masukan atau saran bagi BMT Artha Buana yang kiranya dapat menjadi bahan
pertimbangan yaitu sebagai berikut:
1. Kepada Manager BMT Artha Buana Metro hendaknya pelatihan dan
pengembangan SDM dalam satu tahun dilakukan beberapa kali untuk
lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi karyawan maupun
anggota (pengusaha).
42
2. Bagi karyawan BMT Artha Buana, hendaknya selalu memberikan
meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan kualitas BMT
Artha Buana dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
3. Bagi anggota (pengusaha), agar lebih baik lagi dalam mengikuti semua
persyaratan perihal mendapatkan pembiayaan di BMT Artha Buana Metro
agar usaha yang dijalankan bertambah lancar.
43
DAFTAR PUSTAKA
A. Djazuli. dkk.. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002.
Abdurrahmat Fathoni. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Ahmad Gozali. Halal. Berkah. Bertambah: Mengenal dan Memilih Produk
Invetasi Syariah Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004.
Ahmad Hasan Ridwan. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cet. II Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010.
Burhan Ashafa. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,
2013.
Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia, 2004.
Ismail. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana,
2010.
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012.
M. Nur Rianto Al-Arif. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra
Intermedia, 2011.
M. Putra Rizki dan Fakhruddin. “Intermediasi Perbankan Syariah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. dalam Jurnal ekonomi dan Kebijakan
Publik. Aceh: Universitas Syiah Kuala. Volume 2 Nomor 1. Mei 2015.
M. Syafi’i Antonio dan Hilman F. Nugraha. “Peran Intermediasi Sosial Perbankan
Syariah bagi Masyarakat Miskin”. dalam Jurnal Tsaqafah. Jakarta: STIE
Tazkia. Vol. 9. No. 1. April 2013.
Makhalul Ilmi. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah.
Yogyakarta:UII Press, 2002.
44
Malayu S.P. Hasibuan. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara, 2002.
-------. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara 2017.
Muhammad Ridwan. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Press,
2004
Renniwaty Siringoringo. “Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di
Indonesia”. dalam Jurnal Ekonomi Moneter dan Perbankan. Batam:
Universitas Batam. Juli 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif. R &
D. Bandung: Alfabeta, 2016.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Sutrisno Hadi. Metodologi Reseach I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi
UGM, 1984.
Veithzal Rivai. dkk. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007.
48
OUTLINE
OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI LEMBAGA INTERMEDIASI
(Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
HALAMAN KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
F. Latar Belakang Masalah
G. Pertanyaan Penelitian
H. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I. Metode Penelitian
J. Sistematika Pembahasan
BAB II LANDASAN TEORI
C. Baitul Mal Wa Tamwil
5. Pengertian dan Tujuan Baitul Mal Wa Tamwil
6. Badan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil
7. Peran dan Fungsi Baitul Mal Wa Tamwil
8. Strategi Pengembangan Baitul Mal Wa Tamwil
49
D. Lembaga Intermediasi
3. Pengerian Lembaga Intermediasi
4. Jenis-jenis Lembaga Intermediasi
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
D. Gambaran Umum BMT Artha Buana Metro
1. Sejarah Berdirinya BMT Artha Buana Metro
2. Visi dan Misi BMT Artha Buana Metro
3. Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro
E. Optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro sebagai Lembaga
Intermediasi
F. Analisis Optimalisasi Peran BMT Artha Buana Metro sebagai
Lembaga Intermediasi
BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan
D. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
54
ALAT PENGUMPULAN DATA
OPTIMALISASI PERAN BMT SEBAGAI LEMBAGA INTERMEDIASI
(Studi Kasus di BMT Artha Buana Metro)
A. Wawancara
1. Manager BMT Artha Buana Metro
a. Bagaimana Sejarah Singkat BMT Artha Buana Metro
b. Apa Visi Misi BMT Artha Buana Metro
c. Bagaimana Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro dan
bagaimana hubungan tata kerjanya ?
d. Bagaimana peran BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga
intermediasi?
e. Bagaimana optimalisasi peran BMT Artha Buana Metro sebagai
lembaga intermediasi?
2. Kepala Bagian Operasional BMT Artha Buana Metro
a. Bagaimana peran BMT Artha Buana Metro sebagai lembaga
intermediasi?
b. Bagaimana optimalisasi peran BMT Artha Buana Metro sebagai
lembaga intermediasi?
c. Apa saja hambatan yang dihadapi BMT Artha Buana Metro dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi?
d. Apa saja solusi yang diterapkan guna mengatasi hambatan yang
dihadapi BMT Artha Buana Metro dalam menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi?
B. Dokumentasi
1. Sejarah BMT Artha Buana Metro
2. Visi & Misi BMT Artha Buana Metro
3. Struktur Organisasi BMT Artha Buana Metro.
76
RIWAYAT HIDUP
Zellin Pratiwi dilahirkan di Metro pada tanggal
14 Mei 1995, merupakan anak kedua dari pasangan
Bapak Purwanto dan Ibu Siti Zubaidah.
Pendidikan dasar penulis di tempuh di SD
Negeri 1 Metro Utara dan selesai pada tahun 2007,
kemudian melanjutkan di SMPN 01 Trimurjo, dan
selesai pada tahuun 2010, sedangkan sekolah Menengah Atas di SMAN 01
Punggur, dan selesai pada tahun 2013. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
pada Prodi D3 Perbankan Syariah, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro dimulai pada Semester I
Tahun Ajaran 2013/2014, yang kemudian pada Tahun 2017 STAIN Jurai Siwo
Metro beralih status menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro
Lampung.
Top Related