Makalah B IX IS 3

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Promosi Kesehatan adalah suatu proses membantu individu dan masyarakat meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya guna mengontrol berbagai faktor yang berpengaruh pada kesehatan, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya (WHO).pemberdayaan kesehatan ( health empowerment), sadar kesehatan ( health literacy ) dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan dalam kerangka pendekatan yang komprehensif. Hubley ( 2002 ).Sehubungan dengan implementasi konsep pemberdayaan masyarakat, maka konsep promosi kesehatan berkembang menjadi dua dimensi,yaitu : pertama Bersifat konvensional :Masih diletakkan/diutamakan pada upaya pencegahan penyakit melalui pengelolaan gaya hidup atau pengendalian vector.Kedua Bersifat radikal:Promosi kesehatan dilakukan melalui upaya pemberdayaan dan advokasi, sehingga pendekatan promkes bukan hanya pendekatan dari atas kebawah, namun dari bawah ke atas ( bottom up). Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. 1

Transcript of Makalah B IX IS 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangPromosi Kesehatan adalah suatu proses membantu

individu dan masyarakat meningkatkan kemampuan dan

ketrampilannya guna mengontrol berbagai faktor yang

berpengaruh  pada kesehatan, sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatannya (WHO).pemberdayaan

kesehatan ( health empowerment), sadar kesehatan

( health literacy ) dan promosi kesehatan (health

promotion) diletakkan dalam kerangka pendekatan yang

komprehensif. Hubley ( 2002 ).Sehubungan dengan

implementasi konsep pemberdayaan masyarakat, maka

konsep promosi kesehatan berkembang menjadi dua

dimensi,yaitu :   pertama Bersifat

konvensional :Masih diletakkan/diutamakan pada upaya

pencegahan penyakit melalui pengelolaan gaya hidup

atau pengendalian vector.Kedua Bersifat

radikal:Promosi kesehatan dilakukan melalui upaya

pemberdayaan dan advokasi, sehingga pendekatan promkes

bukan hanya pendekatan dari atas kebawah, namun dari

bawah ke atas ( bottom up).

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan

di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses

kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi

diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa

terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.

1

Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai

"pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok komunitas

atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau

dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan

motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek

saja.

advokasi”begitu populerdan menjadi kata yang

sering diucapakan maupaun dimuat dalam surat kabar.

Bahkan dengan peran masyarakat  yang lebih besar dalam

perumusan kebijakan public,kata ini menjadi jargon

yang selalu muncul dimedia massa.Selain itu akan

disinggung mengenai penegertian dan tujuan advokasi

dengan minat khusus  advokasi dalam promosi kesehatan.

Dalam konteks ini keduatopik tersebut dikaji dan

dijelaskan kaitanya serta lebih jauh diuraikan lebih

dalam mengenai advokasi dalam promosi kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah Apakah promosi kesehatan dalam pemberdayaan masyarakatdapat berpengaruh pada penanggulangan masalah kesehatan

1.3 TujuanYang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah

untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi

mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian

berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka

lakukan.

2

1.4 Hipotesa

promosi kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat dapat

berpengaruh pada penanggulangan masalah kesehatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan

2.1.1 Definisi Promosi KesehatanPromosi kesehatan merupakan upaya untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikanfaktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari,

3

oleh, untuk dan bersama m.asyarakat, agar mereka dapatmenolong dirinya sendiri, serta mengembangkankegiatanyang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budayasetempat dan didukung oleh kebijakan public yangberwawasan kesehatan.” Definisi yang dirumuskanDepartemen Kesehatan, lebih menggambarkan bahwapromosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikankesehatan yang dudukung oleh kebijakan public yangberwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini akanmemberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontroldeterminan-determinan kesehatan. Promosi Kesehatan,bertujuan untuk meningkatnya kemampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk hidup sehatdan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumbermasyarakat, serta terciptanya lingkungan yang kondusifuntuk mendorong terbentuknya kemampuan masyarakat.( Rineka 2010).

2.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup

4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi

menjadi dua aspek, yakni :

a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang

sehat, dan

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif

(penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang

memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan

kelompok yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan

di kelompok menjadi dua yaitu :

4

a.Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

b.Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan

penyembuhan.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan

Pelaksanaan

Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan

menjadi :

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga

(rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas

pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan

promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima

tingkat pencegahan (five level of prevention) dari

Leavel and Clark.

a. Promosi Kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early

diagnosis and prompt treatment).

d. Pembatasan cacat (disability limitation)

e. Rehabilitasi (rehabilitation).( Rineka2010)

2.1.3 Sasaran Promosi KesehatanBerdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan,

maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu

:

5

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat

dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk

masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak

untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta

anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain

sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan

strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah

tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,

serta orang-orang yang memiliki kaitan serta

berpengaruh penting dalam kegiatan promosi

kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi

kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat

kembali memberikan atau kembali menyampaikan

promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat

sekitarnya.

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi

kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model

dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat

sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosikesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran

6

primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). (Rineka 2010)

2. 1.4 Tujuan Promosi Kesehatan.Budiarto, 2003 tujuan promosi kesehatan terdiri dari

tiga tingkatan yaitu:

a. Tujuan Program

Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa

pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam

periode tertentu yang berhubungan dengan status

kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan

jangka panjang, contohnya mortalitas akibat

kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah

promosi kesehatan berjalan lima tahun.

b. Tujuan Pendidikan

Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai

perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan

tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka

kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75%

setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

c. Tujuan Perilaku

Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan(Rineka 2010)

2.1.5 Visi dan Misi Promosi Kesehatan 1. Visi.

7

Visi Promosi Kesehatan, merupakan bagian integral

dari Visi Indonesia Sehat 2010, maka Visi Promosi

Kesehatan ditetapkan “ Perilaku Hidup Bersih &

Sehat 2010” atau “ PHBS 2010”. Artinya adalah bahwa

keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga

(keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka :

a. mencegah timbulnya penyakit dan masalah-

masalah kesehatan lain

b. menanggulangi penyakit dan masalah-masalah

kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan,

c. memanfaatkan pelayanan kesehatan

d. mengembangkan dan menyelenggarakan upaya

kesehatan bersumber masyarakat.

2. Misi

Misi Promosi Kesehatan, adalah :

a. memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-

kelompok dalam masyarakat, baik melalui

pendekatan individu dan keluarga, maupun

pengorganisasian dan penggerakan masyarakat

b. membina suasana atau lingkungan yang kondusif

bagi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat

masyarakat

c. mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu

kebijakan serta pihak-pihak lain yang

berkepentingan (stekeholders) dalam rangka :

8

1) mendorong diberlakukannya kebijakan dan

peraturan perudang-undangan yang berwawasan

kesehatan.

2) mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya

pemberdayaan masyarakat dalam program-program

kesehatan.

3) meningkatkan kemitraan sinergis antara

pemerintah pusat dan daerah serta antara

pemerintah dengan masyarakat (termasuk LSM).

4) meningkatkan investasi dalam bidang promosi

kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan

pada umumnya.

2.1.6 Strategi Promosi KesehatanAda 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan,

yaitu Gerakan Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang

didukung oleh Bina Suasana dan Advokasi. Ke dalam

masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat

dan dukungan Kemitraan dengan berbagai stakeholders.

Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu

mempraktikkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah

kesehatannya.

1. Pemberdayaan Masyarakat

Gerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah

proses pemberian informasi secara bertahap untuk

mengawal proses perubahan pada diri sasaran, dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau,

dan dari mau menjadi mampu mempraktikkan PHBS.

Setiap fase perubahan memerlukan informasi yang

berbeda. Tetapi yang paling menentukan adalah

9

fase pertama, di mana kita harus dapat

menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah

kesehatan adalah masalah bagi yang bersangkutan.

(Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di desa bahwa

perut buncit anak-anaknya adalah masalah).

Sebelum ini berhasil dilakukan, maka informasi

selanjutnya tidak akan ada artinya (tidak akan

digubris). Kalau ini sudah berhasil dilakukan,

maka batu sandungan kedua akan dijumpai pada fase

perubahan dari mau ke mampu. Banyak orang yang

sudah mau berperilaku tertentu (misalnya

memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi

tidak mampu melakukan karena tidak adanya

dukungan sarana (misalnya tidak punya uang untuk

transpor). Nah, di sinilah perlu hadirnya

Advokasi untuk mengupayakan subsidi dari

pemerintah dan atau bantuan dana dari penyandang

dana. Selain itu, banyak juga dijumpai orang-

orang yang “bandel” – yang katanya mau, tetapi

tidak kunjung melakukan. Nah, bagi mereka perlu

dibuat dan diterapkan peraturan perundang-

undangan. Untuk itu, Advokasi kepada pengambil

keputusan (bupati /walikota, DPRD, dll)

diperlukan.

2. Bina Suasana

Strategi dasar ke-2 adalah Bina Suasana. Yaitu

upaya untuk menciptakan lingkungan sosial yang

mendorong perubahan perilaku si sasaran. Menurut

teori, perubahan perilaku seseorang akan lebih

10

cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya berperan

sebagai pendorong, atau penekan (pressure).

3. Advokasi

Strategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana

disebutkan di muka, Advokasi diperlukan untuk

mendapatkan dukungan baik berupa peraturan

perundang-undangan, dana maupun sumber daya lain.

Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya,

karena Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses

strategis dan terencana, menggunakan informasi

yang akurat dan teknik yang tepat.

4. Kemitraan

Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formalantara individuindividu, kelompok-kelompok atauorganisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugasatau tujuan tertentu. Dalam kerjasama adakesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadapkesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, danberbagi baik dalam risiko maupun keuntungan.Kemitraan inilah yang mendukung dan menyemangatipenerapan 3 (tiga) strategi dasar. Penerapan 3(tiga) strategi dasar tersebut perlu metode danteknik masing, yaitu dengan pendekatan-pendekatanindivual, kelompok, maupun masyarakat. Pendekatanindividu biasa berupa pemberian Pelatihan BagiTenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas 13 informasidan edukasi, konseling, mencari faktor resiko (riskassessment) terutama untuk pencegahan penyakit.Pendekatan individu lebih cocok dilaksanakan dirumah sakit, praktik dokter, dan bidan, sertaposyandu dan puskesmas. Pendekatan kelompok,biasanya lebih efisien dan efektif serta lebih luasjangkauannya. Metode bermacammacam seperti ceramah,

11

seminar, lokakarya, konferensi. Pendekatan massaatau populasi, untuk menjangkau masyarakat luas,metodenya : pemakaian media massa, pengembanganmasyarakat, kebijakan public dan legislasi,pengembangan organisasi. (Rineka 2010)

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau

proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,

memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan

mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang

kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan

kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari,

oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri. (Wahit

Iqbal .2012).

2.2.2 Tujuan Pemberdayaan MasyarakatTujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan

adalah :

1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan

kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat.

2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai

bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman

terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan.

3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan

berarti masyarakat, baik seara individu maupun

12

kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat

kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau

perilaku sehat. (Wahit Iqbal .2012).

2.2.3 Prinsip Pemberdayaan MasyarakatPrinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang

kesehatan :

1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.

Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang

dapat mendukung keberhasilan program – program

kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat

dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia

dan potensi dalam bentuk sumber daya alam /

kondisi geografis.

2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.

Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan

berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong

dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas

kesehatan atau provider dalam gotong royong

masyarakat adalah memotivasi dan

memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para

tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan

dalam masyarakatnya.

3. Menggali kontribusi masyarakat.

Menggali dan mengembangkan potensi masing –

masing anggota masyarakat agar dapat

berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap

program atau kegiatan yang direncanakan bersama.

Kontribusi masyarakat merupakan bentuk

partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga,

13

pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan

fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha

kesehatan

4. Menjalin kemitraan

Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan,

baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya

masyarakat, serta individu dalam rangka untuk

mencapai tujuan bersama yang disepakati.

Membangun kemandirian atau pemberdayaan

masyarakat, kemitraan adalah sangat penting

peranannya.

5. Desentralisasi

Memberikan pada masyarakat lokal untuk

mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya.

(Wahit Iqbal .2012).

2.2.4 Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat1. Community Leader: Petugas kesehatan melakukan

pendekatan kepada tokoh masyarakat agar pemimpin

terlebih dahulu.Misalnya camat,lurah,kepala

adata,ustad dsb

2. Communty Organization: Organisasi seperti

PKK,karang taruna,majlis taklim,dan lainnya

merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja

dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

3. Community Fund: Dana sehat atau jaminan

pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) yang

dikemangkan dengan prinsip gotong royong sebagai

salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.

14

4. Communty Material: Setiap daerah memiliki potensi

tersendiri yang dapat digunakan untuk

memfasilitasi layanan kesehatan.Misalnya desa

dekat kali penghasil pasir memiliki potensi untuk

melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses

ke puskesmas.

5. Communty Knowledge: Pemberdayaan bertujuan

meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan

berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan

pendekatan community based healt education.

6. Community Technology: Tekhnologi sederhana di

komunitas di gunakan untuk pengembangan program

ksehatan misalnya penyaringan air dengan memakai

pasir atau arang. (Wahit Iqbal .2012).

2.2.5 Urutan langkah-langkah pemecahan masalah pemberdayaan masyarakat (DBD) secara umum

a. Pembinaan kepada seluruh masyarakat yang ada di

daerah itu

b. Perluasan berupa pemikiran kepada desa

lain supaya melakukan upaya yang sama agar

masyarakat terhindar dari masalah DBD

c. Menyusun tata laksana penyelenggaraan yang

disepakati pada berbagai tingkat administrasi

PSN memberi pelatihan kepada kader desa,

mengkampanyekan lewat rapat desa serta

menggiatakan program bersama (gotong royong)

15

d. Menyusun alokasi sumber daya masyarakat RAB yang

dibutuhkan sekitar 2 juta untuk pembangunan

sarana t4 sampah. (Wahit Iqbal .2012).

2.2.5.1 DBDDBD (demam berdarah dengue) masih menjadi masalah

nasional. Tidak ada cara lebih ampuh untuk

mengakselerasi upaya pemberantasan penyakit DBD selain

dengan cara memberdayakan masyarakat.

Permasalahan kesehatan (DBD) masih terus menjadi

hal yang mengancam, di tengah-tengah perubahan

lingkungan yang tidak menentu.Untuk itu, sudah

sewajarnya setiap individu dituntut kesadaran penuh

untuk berdaya hidup secara sehat.Apalagi saat ini,

penyebaran penyakit menular masih merupakan problem

tersendiri yang tidak boleh diremehkan.

Strategi utama yang ditetapkan untuk mencapai

visi dan misi tersebut adalah menggerakkan dan

memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat,

meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem

surveilans, monitoring dan informasi kesehatan serta

meningkatkan pembiayaan kesehatan.

Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam

pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan

kunci keberhasilan upaya pemeberantasan penyakit DBD.

Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat,

16

maka upaya-upaya KIE, social marketing, advokasi dan

berbagai penyuluhan dilaksanakan secara intensif dan

berkesinambungan melalui berbagai media massa dan

sarana.

Berikut ini merupakan pokok-pokok kegiatan yang

mestinya dilakukan dalam kelompok pemberdayaan

masyarakat tersebut.

1. Pertama, melakukan tata laksana kasus, yang

meliputi penemuan kasus, pengobatan penderita, dan

sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi

dengan baik.

2. melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama

terhadap daerah yang terdapat kasus penderita

DBD.Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk

melakukan penanggulangan fokus terhadap kasus DBD.

3. adanya penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat,

melakukan pemantauan jentik secara berkala,

melakukan pemetaan penyebaran kasus, dan melakukan

pertemuan kelompok kerja DBD secara lintas sektor

dan program.

4. melakukan gerakan bulan PSN (pemberantasan sarang

nyamuk) yang dilaksanakan sebelum bulan-bulan musim

penularan penyakit DBD (data ini dapat kita peroleh

dari data tahun sebelumnya).Artinya, bulan musim

penularan penyakit DBD dapat diketahui, bila

pencatatan dan pendataan dilakukan secara benar

terhadap terjadinya kasus DBD di suatu daerah.

17

5. dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan seputar

penyakit DBD, mulai dari gejala penyakit DBD, cara

pengobatan penderita yang terkena DBD, cara

pencegahan penyakit DBD, dan lainnya. (Wahit

Iqbal .2012).

1. kelebihan

meningkatkan dan mewujudakan kemitraan baik

dengan tenaga kesehatan maupun masyarakat.

2. kekurangan

tidak efektif untuk masyarakat kalangan atas

pelaksanaan dari metode tergolong rumit.

2.2.6 Stategi Pemberdayaan MasyarakatStrategi 1 : Menciptakan iklim, memperkuat daya,

dan melindungi.

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat

dilihat dari tiga sisi, yaitu ;

pertama, menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan

bahwa setiap manusia,setiap masyarakat, memiliki

potensi yang dapat dikembangkan.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki

masyarakat (empowering).

Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat

pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan

derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-

18

sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,

informasi, lapangan kerja, dan pasar.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti

melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus

dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh

karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang

kuat. (Wahit Iqbal .2012).

Strategi 2 : Program Pembangunan Pedesaan

Pemerintah di Negara-negara berkembang termasuk

Indonesia telah mencanangkan

berbagai macam program pedesaan, yaitu

(1) pembangunan pertanian

(2) industrialisasi Pedesaan

(3) pembangunan masyarakat desa terpadu

(4) strategi pusat pertumbuhan Sunyoto Usman,

2004).

Senada dengan program pembangunan pedesaan, J.

Nasikun (dalam Jefta Leibo,1995), mengajukan

strategi yang meliputi :

(1) Startegi pembangunan gotong royong,

(2)Strategi pembangunan Teknikal – Profesional,

(3) Strategi Konflik,

(4) Strategi pembelotan kultural.

2.2.7 Indikator Pemberdayaan Masyarakat1. Input: Meliputi SDM,dana,bahan-bahan,dan alat-

alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan

masyarakat.

19

2. Proses: Meliputi jumlah penyuluhan yang

dilaksanakan,frekuensi pelatihan yang

dilaksanakan,jumlah tokoh masyarakat yang terlibat,

dan pertemuan-pertemuan yang di lakasanakn.

3.Output: Meliputi jumlah jenis usaha kesehatan

yang bersumberdaya masyarakat,jumlah masyarakat

yang telah meningkatkan pengetahuan dan

perilakuanya tentang kesehatan,jumlah anggota

keluarga yang memiliki usaha yang meningkatkan

pendapatan keluarga dan meningkatkan fasilitas umum

di masyarakat

4. Outcome: Dari pemberdayaan masyarakat mempunyai

kontribusi dalam menurunkan angka

kesakitan,kematian,kelahiaran dan status gizi

masyarakat. (Wahit Iqbal .2012).

2.3 Advokasi

2.3.1 PengertianAdvokasi adalah upaya pendekatan erhadap otang

lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap

keberhasilan suatu kegiatan yang dilaksanakan.

Istilah advocacy (adpokasi) mulai digunakan dalam

program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO

pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global

pendidikan atau promosi kesehatan. WHO merumuskan,

bahwa dalam mewujudkan visi dan misi

20

pendidikan/promosi kesehatan secara efektif

menggunakan 3 strategi pokok, yaitu:

a. Advocacy (advokasi)

b. Social support (dukungan social)

c. Empowerment (pemberdayaan masyarakat).

(Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Tujuan Advokasia. Komitmen politik ( Political commitment )

Komitmen para pembuat keputusan atau penentu

kebijakan sangat penting untuk mendukung atau

mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan kesehatan masyarakat,misalnya untuk

pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh

konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh

presiden.Untuk meningkatkan komitmen ini sangat

dibutuhkan advokasi yang baik.

b. Dukungan kebijakan ( Policy support )

Adanya komitmen politik dari para

eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan

advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk

mendukung program yang telah memperoleh komitmen

politik tersebut.

c. Penerimaan sosial ( Social acceptance )

Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu

program oleh masyarakat.Suatu program kesehatan

yang telah memperoleh komitmen dan dukungan

kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah

mensosialisasikan program tersebut untuk

memperoleh dukungan masyarakat.

21

d. Dukungan sistem ( System support )

Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka

perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas

mendukung. Mengingat bahwa masalah kesehatan

merupakan dampak dari berbagai sektor, maka program

untuk pemecahanya atau penangulanganya harus

bersama-sama dengan sektor lain. (Notoatmodjo,

2007).

2.3.3 Kegiatan Advokasia. Lobi Politik (political lobbying)

Lobi adalah berbincang-bincang secara informal

kepada para pejabat untuk menginformasikan dan

membahas masalah dari program kesehatan yang akan

dilaksanakan.

b. Seminar atau presentasi

Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para

pejabat lintas program dan lintas sektor. Petugas

kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah

kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang

menarik, serta rencana program pemecahannya,

diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program

yang akan dilaksanakan.

c. Media advokasi (media advocacy)

Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi

dengan menggunakan media khususnya media massa.

Melalui media cetak maupun media elektronik

permasalahan kesehatan disajikan baik dalam

bentuk lisan, artikel, berita, diskusi,

penyampain pendapat, dan sebagainya.

22

d. Perkumpulan (asosiasi) peminat

Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang

mempunyai minat atau keterkaitan terhadap masalah

terntu atau perkumpulan profesi adalah juaga

merupakan bentuk advokasi. (Notoatmodjo, 2007).

2.3.4 Komunikasi AdvokasiKomunikasi advokasi adalah berkomunikasi

dengan para pengmbil keputusan atau penentu

kebijakkan. Oleh sebab itu advovokasi disektor

kesehatan adalah komunikasi antara para pejabat

atau petugas kesehatan disemua tingkat dan

tatanan dengan para penentu kebijakkan ditingkat

atau tatanan tersebut. Untuk menghasilkan

komunikasi yang efektif diperlukan prakondisi

antara lain sebagai berikut :

1. Atraksi Interpersonal

Atraksi intrapersonal adalah daya tarik

seseorang atau sikap positif pada seseorang yang

memudahkan orang lain untuk berhubungan atau

berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal

ditentukan oleh factor sebagai berikut:

a. Daya tarik

Daya tarik ini sangat ditentukan sikap dan

perilaku orang terhadap orang lain. Oleh sebab

itu daya tarik pun dapat dipelajari misalnya,

dengan membiasakan senyum terhadap setiap orang,

berpikir positif terhadap orang lain, dengan

sebagai berikut.

b. Percaya diri.

23

Percaya diri bukan berarti menyombongkan diri,

melainkan suatu perasaan bahwa ia mempunyai

kemampuan atau menguasi ilmu atau pengalaman

dibidangnya. Oleh sebab itu agar percaya diri

harus mendalami pengetahuan teoritis lapangan

tentang bidangnya, terutama program yang akan

dikomunikasikannya.

c. Kemampuan

Hal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang

mau melakukan tugas-tugasnya,ia akan lebih

percaya diri.

d. Familiarity.

Artinya petugas kesehatan yang sering muncul atau

hadir dalam event tertentu, misalnya rapat,

pertemuan informal,seminar, dansebagainya, akan

lebih pamiliar, termasuk dalam kalangan pemuda

setempat atau bupati.

e. Kedekatan (proximity)

Artinya menjalin hubungan baik atau kekeluargaan

dengan para pejabat atau keluarga pejabat

setempat adalah factor yang penting untuk

melakukan advokasi.

2. Perhatian.

Berdas arkan teori psikologis ada dua factor

yang mempengaruhi perhatian seseorang, yaitu

factor internal dan factor eksternal. Factor

internal adalah factor yang berasal dalam diri

orang itu sendiri. Factor internal terdiri dari,

faktor biologis (biologis,seks), dan factor

24

psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi,

kebiasaan, kemauan, kebutuhan, dan sebagainya).

3. Intesitas komunikasi.

Artinya pesan atau imformasi yang akan

disampaikan melalui peruses komunikasi advokasi

adalah program-program kesehatan yang akan

dimintakan kometmen atau dukungan nya dari pada

para pembuat keputusan tersebut.

4. Visualisasi.

Seperti telah disebutkan di atas, untuk

memperileh perhatian dari para pembuat atau

penentu kebijakan, maka pesan-pesan atau program-

program kesehtan yang kita tawarkan harus

mempunyai intestas tinggi. (Notoatmodjo, 2007).

2.3.5 Indikator AdvokasiAdvokasi sebagai suatu kegiatan , sudah

barang tentu mempunyai masukan (input) ---

proses---keluaran (output). Dibawah ini akan

diuraikan tentang evaluasi advokasi serta

indikator-indikator evaluasi tentang 3 komponen

tersebut yaitu:

1. Input

Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama

adalah orang (man) yang akan melakukan advokasi

(advocator) yakni data atau informasi yang

membantu atau mendukung argumen dalam advokasi.

2. Proses

Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan

advokasi, oleh sebab itu evaluasi proses advokasi

25

harus sesuai dengan bentuk kegiatan advokasi

tersebut.

3. Output

Keluaran atau output advokasi sektor

kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam dua

bentuk, yakni: output dalam bentuk perangkat

lunak (soft ware) dan output dalam bentuk

perngkat keras (hard ware). (Notoatmodjo, 2007).

2.4 DASAR-DASAR PERILAKU KESEHATAN DI MASYARAKAT

2.4.1 Konsep PerilakuPerilaku adalah bentuk respon atau reaksi

terhadap stimulus dan rangsangan dari luar organisme

(orang), namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain

dari orang yang bersangkutan, baik faktor internal

maupun faktor eksternal (Notoatmodjo, 2007).

2.4.2 Teori Perubahan Perilakua. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab

terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada

kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme.

b. Teori Festinger (dissonance Theory)

Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam

psikologi social. Teori ini sebenarnya sama

dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang). Hal

ini berarti bahwa keadaan “cognitive dissonance”

adalah merupakan keadaan ketidak seimbangan

26

psikologis yang diliputi oleh letegangan diri

yang berusaha untuk mencapai keseimbangan

kembali.

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan

perilaku individu I tergantung kepada keutuhan.

Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang

apabila stimulus tersebut dapat dimngerti dalam

konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz

(1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan

individu yang bersangkutan.

d. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku

manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang

antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving

forces) dan kekuatan-kekuatan penahan

(reinstraining forces). Perilaku itu dapat

berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara

kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.

(Hamidah.2009)

BAB III KONSEP MAPPING

27

28

PROMOSI KESEHATAN

STRATEGI POKOK

ADVOKASI DUKUNANSOSIAL

PEMBERDAYAANMASYARAKAT

KEBIJAKAN

KEMITRAAN

BERHASIL TIDAKBERHASIL

PHBS TERCAPAI

INDIKATORKEBERHASILAN

PROMOSI

BAB IV

PEMBAHASAN

Promosi kesehatan program kesehatan yang dirancang

untuk membawa perubahan baik di dalam masyarakat sendiri,

maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Promosi

kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan

pengetahuan, sikap, dan praktik kesehatan saja, tetapi juga

meningkatkan atau memperbaiki lingkungan dalam rangka

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk membawa perubahan

baik tersebut antara lain melalui komunikasi yang dilakukan

oleh para petugas kesehatan dengan masyarakat yang

bertujuan untuk memberikan informasi agar masyarakat

mendapat pengetahuan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu,

yang tahu menjadi mau, dan yang mau menjadi mampu melakukan

perilaku hidup bersih dan sehat yang dicontohkan oleh para

petugas kesehatan. Selain itu langkah yang dilakukan untuk

membawa perubahan baik yaiu dengan melakukan pemberdayaan

masyrakat. Dimana pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat

dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan

meningkatkan kesehatan. Dengan adanya ketersediaan sumber

daya manusia serta fasilitas yag memadai, dapat menunjang

terlaksananya pemberdayaan masyarakat. Upaya promosi

kesehatan, tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa

adanya komitmen serta dukungan kebijakan dari para pejabat

serta para pemegang keputusan, dimana upaya pendekatan yang

29

dilakukan berupa advokasi. Hasil dari advokasi sendir

berupa keputusan, peraturan, serta undang-undang yang

dikeluarkan oleh para pemegang keputusan.

Promosi kesehatan yang dilakukan diharapkan dapat

merubah perilaku seseorang menjadi lebih paham tentang

pentingnya kesehatan, yang nantinya dapat meningkatkan

status kesehatan masyarakat.

Gerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses

pemberian informasi secara bertahap untuk mengawal proses

perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu

mempraktikkan PHBS. Setiap fase perubahan memerlukan

informasi yang berbeda. Tetapi yang paling menentukan

adalah fase pertama, di mana kita harus dapat menyadarkan

si sasaran bahwa suatu masalah kesehatan adalah masalah

bagi yang bersangkutan. (Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di

desa bahwa perut buncit anak-anaknya adalah masalah. Jika

ini berhasil dilakukan, maka batu sandungan kedua akan

dijumpai pada fase perubahan dari mau ke mampu. Banyak

orang yang sudah mau berperilaku tertentu (misalnya

memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi tidak mampu

melakukan karena tidak adanya dukungan sarana (misalnya

tidak punya uang untuk transpor). Di sinilah perlu

hadirnya Advokasi untuk mengupayakan subsidi dari

pemerintah dan atau bantuan dana dari penyandang dana.

Selain itu, banyak juga dijumpai orang-orang yang yang

katanya mau, tetapi tidak kunjung melakukan. Bagi mereka

perlu dibuat dan diterapkan peraturan perundang-undangan.

30

Untuk itu, Advokasi kepada pengambil keputusan (bupati

/walikota, DPRD, dll) diperlukan.

Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik

berupa peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber

daya lain. Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya,

karena Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses strategis

dan terencana, menggunakan informasi yang akurat dan teknik

yang tepat.

Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara

individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-

organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.

Dalam kerjasama ada kesepakatan tentang komitmen dan

harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap

kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan berbagi baik

dalam risiko maupun keuntungan. Kemitraan inilah yang

mendukung dan menyemangati penerapan 3 (tiga) strategi

dasar. Penerapan 3 (tiga) strategi dasar tersebut perlu

metode dan teknik masing, yaitu dengan pendekatan-

pendekatan indivual, kelompok, maupun masyarakat.

Pendekatan individu biasa berupa pemberian Pelatihan Bagi

Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas 13 informasi dan

edukasi, konseling, mencari faktor resiko (risk assessment)

terutama untuk pencegahan penyakit. Pendekatan individu

lebih cocok dilaksanakan di rumah sakit, praktik dokter,

dan bidan, serta posyandu dan puskesmas.

31

BAB V

PENUTUP

5.1 kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa upaya

meningkatkan kesehatan masyarakat diperlukan advokasi

kemitraan dan pemberdayaan masyarakat yang tepat. Dalam

meningkatkan kesehatan masyarakat saja yang berperan, juga

tidak tenaga kesehatan saja.Di butuhkan kesadaran dari

masyarakat sendiri akan pentingnya kesehatan. Dalam upaya

meningkat kan kesadaran banyak factor yang mempengaruhi

salah satu nya pengetahuan, lingkungan, dan budaya

setempat.

5.2 saran

Hendaknya dalam melakukan upaya meningkatkan upaya

meningkatkan kesehatan masyarakat dapat dilakukan secara

tepat dengan advokasi yang telah di jelaskan. Dalam upaya

meningkatkan upaya kesehatan masyarakat, sebelumnya

sesuaikan dengan lingkungan, ekonomi, adat kebiasaan, dan

pemahaman masyarakat.Pemberdayaan masyarakat akan sangat

bermanfaat apabila masyarakat sadar akan pentingnya

kesehatan.

32

DAFTAR PUSTAKA

Maulana,Heri D. J.Promosi Kesehatan

Mubarak, Wahit Iqbal .2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat

Konsep dan Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba

Medika

Soekidko Notoadmojo, Promosi Kesehatan, penenrbit Rineka Cipta, Jakarta, 2010.Syafrudin , dkk.2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk

Mahasiswa

Syafrudin, dan Hamidah.2009.Kebidanan Komunitas.Jakarta EGCWahyuningsih, Heni puji, dkk.2009.Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat dalam

Departemen Kesehatan RI. 1991.Sistem Kesehatan Nasional,

Jakarta. Hal: 56-66.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan

Komunitas: Teori dan Praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika. Hal: 56-60

33

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan

Masyarakat. Edisi: 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Hal: 153 – 156.

Friedland, Daniel J. 1998. Evidence-based medicine: a framework for

clinical practice. USA: appleton and Lange. Page: 147.

Kumala, Poppy. 1995. Manajemen pelayanan kesehatan primer.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 8-9; 52-

53.

Maryani, Lidya dan M. Rizki. 2010. Epidemiologi Kesehatan,

Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 12; 25-30; 47-50; 89-95;

178-180; 250.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

No.128/MENKES/SK/II/2004. Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas.

Jakarta. Hal: 116.

Perdiguero E, Bernabeu J, Huertas R, Rodriguez-Ocana E.

2001. History of health, a valuable tool in public health. J Epidemiolo

Community Health. Page: 55.

Slamet, Juli. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Erlangga.

Hal: 66; 71.

Susser M, Ezra Susser. 1996. Choosing a future for epidemiology: II.

F. USA. Page: 80. Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi

Suatu Pengantar. Edisi: 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 23-24.

34

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................iDAFTAR ISI ...................................................iiBAB I PENDAHULUAN.............................................11.1 LatarBelakang............................................11.2 Rumusan Masalah..........................................21.3 TUJUAN..................................................2 1.4 HIPOTESA.................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................32.1 Promosi Kesehatan........................................32.1.1 Definisi Promosi Kesehatan............................32.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan.......................32.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan.............................42. 1.4 Tujuan Promosi Kesehatan............................52.1.5 Visi dan Misi Promosi Kesehatan.......................52.1.6 Strategi Promosi Kesehatan............................6

2.2 Pemberdayaan Masyarakat..................................82.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat....................82.2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat........................82.2.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat.......................92.2.4 Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat....................102.2.5Urutan langkah-langkah pemecahan masalah pemberdayaan masyarakat (DBD) secara umum...............................102.2.6 Stategi Pemberdayaan Masyarakat.....................122.2.7 Indikator Pemberdayaan Masyarakat....................13

2.3 Advokasi................................................142.3.1 Pengertian...........................................142.3.2 Tujuan Advokasi......................................142.3.3 Kegiatan Advokasi....................................152.3.4 Komunikasi Advokasi..................................152.3.5 Indikator Advokasi...................................17

2.4 DASAR-DASAR PERILAKU KESEHATAN DI MASYARAKAT............172.4.1 Konsep Perilaku......................................172.4.2 Teori Perubahan Perilaku.............................18

35

BAB III KONSEP MAPPING........................................19BAB IV PEMBAHASAN.............................................20BAB VPENUTUP..................................................225.1 kesimpulan.............................................225.2 saran...................................................22

36