Makalah B IX IS 3
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Makalah B IX IS 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangPromosi Kesehatan adalah suatu proses membantu
individu dan masyarakat meningkatkan kemampuan dan
ketrampilannya guna mengontrol berbagai faktor yang
berpengaruh pada kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatannya (WHO).pemberdayaan
kesehatan ( health empowerment), sadar kesehatan
( health literacy ) dan promosi kesehatan (health
promotion) diletakkan dalam kerangka pendekatan yang
komprehensif. Hubley ( 2002 ).Sehubungan dengan
implementasi konsep pemberdayaan masyarakat, maka
konsep promosi kesehatan berkembang menjadi dua
dimensi,yaitu : pertama Bersifat
konvensional :Masih diletakkan/diutamakan pada upaya
pencegahan penyakit melalui pengelolaan gaya hidup
atau pengendalian vector.Kedua Bersifat
radikal:Promosi kesehatan dilakukan melalui upaya
pemberdayaan dan advokasi, sehingga pendekatan promkes
bukan hanya pendekatan dari atas kebawah, namun dari
bawah ke atas ( bottom up).
Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan
di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses
kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi
diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa
terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi.
1
Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai
"pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok komunitas
atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau
dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan
motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek
saja.
advokasi”begitu populerdan menjadi kata yang
sering diucapakan maupaun dimuat dalam surat kabar.
Bahkan dengan peran masyarakat yang lebih besar dalam
perumusan kebijakan public,kata ini menjadi jargon
yang selalu muncul dimedia massa.Selain itu akan
disinggung mengenai penegertian dan tujuan advokasi
dengan minat khusus advokasi dalam promosi kesehatan.
Dalam konteks ini keduatopik tersebut dikaji dan
dijelaskan kaitanya serta lebih jauh diuraikan lebih
dalam mengenai advokasi dalam promosi kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah Apakah promosi kesehatan dalam pemberdayaan masyarakatdapat berpengaruh pada penanggulangan masalah kesehatan
1.3 TujuanYang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah
untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi
mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan.
2
1.4 Hipotesa
promosi kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat dapat
berpengaruh pada penanggulangan masalah kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Promosi Kesehatan
2.1.1 Definisi Promosi KesehatanPromosi kesehatan merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikanfaktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari,
3
oleh, untuk dan bersama m.asyarakat, agar mereka dapatmenolong dirinya sendiri, serta mengembangkankegiatanyang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budayasetempat dan didukung oleh kebijakan public yangberwawasan kesehatan.” Definisi yang dirumuskanDepartemen Kesehatan, lebih menggambarkan bahwapromosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikankesehatan yang dudukung oleh kebijakan public yangberwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini akanmemberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontroldeterminan-determinan kesehatan. Promosi Kesehatan,bertujuan untuk meningkatnya kemampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk hidup sehatdan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumbermasyarakat, serta terciptanya lingkungan yang kondusifuntuk mendorong terbentuknya kemampuan masyarakat.( Rineka 2010).
2.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup
4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi
menjadi dua aspek, yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang
sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif
(penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang
memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan
kelompok yang sakit.
Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan
di kelompok menjadi dua yaitu :
4
a.Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b.Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan
penyembuhan.
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan
Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan
menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga
(rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas
pelayanan kesehatan.
3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan
promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five level of prevention) dari
Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early
diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).( Rineka2010)
2.1.3 Sasaran Promosi KesehatanBerdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan,
maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu
:
5
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat
dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak
untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta
anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain
sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah
tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
serta orang-orang yang memiliki kaitan serta
berpengaruh penting dalam kegiatan promosi
kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat
kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat
sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi
kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model
dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosikesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran
6
primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). (Rineka 2010)
2. 1.4 Tujuan Promosi Kesehatan.Budiarto, 2003 tujuan promosi kesehatan terdiri dari
tiga tingkatan yaitu:
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa
pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan
jangka panjang, contohnya mortalitas akibat
kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah
promosi kesehatan berjalan lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai
perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan
tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka
kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75%
setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan(Rineka 2010)
2.1.5 Visi dan Misi Promosi Kesehatan 1. Visi.
7
Visi Promosi Kesehatan, merupakan bagian integral
dari Visi Indonesia Sehat 2010, maka Visi Promosi
Kesehatan ditetapkan “ Perilaku Hidup Bersih &
Sehat 2010” atau “ PHBS 2010”. Artinya adalah bahwa
keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga
(keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka :
a. mencegah timbulnya penyakit dan masalah-
masalah kesehatan lain
b. menanggulangi penyakit dan masalah-masalah
kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan,
c. memanfaatkan pelayanan kesehatan
d. mengembangkan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan bersumber masyarakat.
2. Misi
Misi Promosi Kesehatan, adalah :
a. memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-
kelompok dalam masyarakat, baik melalui
pendekatan individu dan keluarga, maupun
pengorganisasian dan penggerakan masyarakat
b. membina suasana atau lingkungan yang kondusif
bagi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat
c. mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stekeholders) dalam rangka :
8
1) mendorong diberlakukannya kebijakan dan
peraturan perudang-undangan yang berwawasan
kesehatan.
2) mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya
pemberdayaan masyarakat dalam program-program
kesehatan.
3) meningkatkan kemitraan sinergis antara
pemerintah pusat dan daerah serta antara
pemerintah dengan masyarakat (termasuk LSM).
4) meningkatkan investasi dalam bidang promosi
kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan
pada umumnya.
2.1.6 Strategi Promosi KesehatanAda 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan,
yaitu Gerakan Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang
didukung oleh Bina Suasana dan Advokasi. Ke dalam
masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat
dan dukungan Kemitraan dengan berbagai stakeholders.
Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu
mempraktikkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya.
1. Pemberdayaan Masyarakat
Gerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah
proses pemberian informasi secara bertahap untuk
mengawal proses perubahan pada diri sasaran, dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau,
dan dari mau menjadi mampu mempraktikkan PHBS.
Setiap fase perubahan memerlukan informasi yang
berbeda. Tetapi yang paling menentukan adalah
9
fase pertama, di mana kita harus dapat
menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah
kesehatan adalah masalah bagi yang bersangkutan.
(Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di desa bahwa
perut buncit anak-anaknya adalah masalah).
Sebelum ini berhasil dilakukan, maka informasi
selanjutnya tidak akan ada artinya (tidak akan
digubris). Kalau ini sudah berhasil dilakukan,
maka batu sandungan kedua akan dijumpai pada fase
perubahan dari mau ke mampu. Banyak orang yang
sudah mau berperilaku tertentu (misalnya
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi
tidak mampu melakukan karena tidak adanya
dukungan sarana (misalnya tidak punya uang untuk
transpor). Nah, di sinilah perlu hadirnya
Advokasi untuk mengupayakan subsidi dari
pemerintah dan atau bantuan dana dari penyandang
dana. Selain itu, banyak juga dijumpai orang-
orang yang “bandel” – yang katanya mau, tetapi
tidak kunjung melakukan. Nah, bagi mereka perlu
dibuat dan diterapkan peraturan perundang-
undangan. Untuk itu, Advokasi kepada pengambil
keputusan (bupati /walikota, DPRD, dll)
diperlukan.
2. Bina Suasana
Strategi dasar ke-2 adalah Bina Suasana. Yaitu
upaya untuk menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong perubahan perilaku si sasaran. Menurut
teori, perubahan perilaku seseorang akan lebih
10
cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya berperan
sebagai pendorong, atau penekan (pressure).
3. Advokasi
Strategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana
disebutkan di muka, Advokasi diperlukan untuk
mendapatkan dukungan baik berupa peraturan
perundang-undangan, dana maupun sumber daya lain.
Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya,
karena Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses
strategis dan terencana, menggunakan informasi
yang akurat dan teknik yang tepat.
4. Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formalantara individuindividu, kelompok-kelompok atauorganisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugasatau tujuan tertentu. Dalam kerjasama adakesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadapkesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, danberbagi baik dalam risiko maupun keuntungan.Kemitraan inilah yang mendukung dan menyemangatipenerapan 3 (tiga) strategi dasar. Penerapan 3(tiga) strategi dasar tersebut perlu metode danteknik masing, yaitu dengan pendekatan-pendekatanindivual, kelompok, maupun masyarakat. Pendekatanindividu biasa berupa pemberian Pelatihan BagiTenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas 13 informasidan edukasi, konseling, mencari faktor resiko (riskassessment) terutama untuk pencegahan penyakit.Pendekatan individu lebih cocok dilaksanakan dirumah sakit, praktik dokter, dan bidan, sertaposyandu dan puskesmas. Pendekatan kelompok,biasanya lebih efisien dan efektif serta lebih luasjangkauannya. Metode bermacammacam seperti ceramah,
11
seminar, lokakarya, konferensi. Pendekatan massaatau populasi, untuk menjangkau masyarakat luas,metodenya : pemakaian media massa, pengembanganmasyarakat, kebijakan public dan legislasi,pengembangan organisasi. (Rineka 2010)
2.2 Pemberdayaan Masyarakat
2.2.1 Pengertian Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari,
oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri. (Wahit
Iqbal .2012).
2.2.2 Tujuan Pemberdayaan MasyarakatTujuan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
adalah :
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan
kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai
bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman
terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan
berarti masyarakat, baik seara individu maupun
12
kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat
kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau
perilaku sehat. (Wahit Iqbal .2012).
2.2.3 Prinsip Pemberdayaan MasyarakatPrinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan :
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang
dapat mendukung keberhasilan program – program
kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia
dan potensi dalam bentuk sumber daya alam /
kondisi geografis.
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik tanpa adanya gotong royong
dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas
kesehatan atau provider dalam gotong royong
masyarakat adalah memotivasi dan
memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para
tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan
dalam masyarakatnya.
3. Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing –
masing anggota masyarakat agar dapat
berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap
program atau kegiatan yang direncanakan bersama.
Kontribusi masyarakat merupakan bentuk
partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga,
13
pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan
fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha
kesehatan
4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan,
baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya
masyarakat, serta individu dalam rangka untuk
mencapai tujuan bersama yang disepakati.
Membangun kemandirian atau pemberdayaan
masyarakat, kemitraan adalah sangat penting
peranannya.
5. Desentralisasi
Memberikan pada masyarakat lokal untuk
mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya.
(Wahit Iqbal .2012).
2.2.4 Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat1. Community Leader: Petugas kesehatan melakukan
pendekatan kepada tokoh masyarakat agar pemimpin
terlebih dahulu.Misalnya camat,lurah,kepala
adata,ustad dsb
2. Communty Organization: Organisasi seperti
PKK,karang taruna,majlis taklim,dan lainnya
merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja
dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
3. Community Fund: Dana sehat atau jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) yang
dikemangkan dengan prinsip gotong royong sebagai
salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.
14
4. Communty Material: Setiap daerah memiliki potensi
tersendiri yang dapat digunakan untuk
memfasilitasi layanan kesehatan.Misalnya desa
dekat kali penghasil pasir memiliki potensi untuk
melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses
ke puskesmas.
5. Communty Knowledge: Pemberdayaan bertujuan
meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan
berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan
pendekatan community based healt education.
6. Community Technology: Tekhnologi sederhana di
komunitas di gunakan untuk pengembangan program
ksehatan misalnya penyaringan air dengan memakai
pasir atau arang. (Wahit Iqbal .2012).
2.2.5 Urutan langkah-langkah pemecahan masalah pemberdayaan masyarakat (DBD) secara umum
a. Pembinaan kepada seluruh masyarakat yang ada di
daerah itu
b. Perluasan berupa pemikiran kepada desa
lain supaya melakukan upaya yang sama agar
masyarakat terhindar dari masalah DBD
c. Menyusun tata laksana penyelenggaraan yang
disepakati pada berbagai tingkat administrasi
PSN memberi pelatihan kepada kader desa,
mengkampanyekan lewat rapat desa serta
menggiatakan program bersama (gotong royong)
15
d. Menyusun alokasi sumber daya masyarakat RAB yang
dibutuhkan sekitar 2 juta untuk pembangunan
sarana t4 sampah. (Wahit Iqbal .2012).
2.2.5.1 DBDDBD (demam berdarah dengue) masih menjadi masalah
nasional. Tidak ada cara lebih ampuh untuk
mengakselerasi upaya pemberantasan penyakit DBD selain
dengan cara memberdayakan masyarakat.
Permasalahan kesehatan (DBD) masih terus menjadi
hal yang mengancam, di tengah-tengah perubahan
lingkungan yang tidak menentu.Untuk itu, sudah
sewajarnya setiap individu dituntut kesadaran penuh
untuk berdaya hidup secara sehat.Apalagi saat ini,
penyebaran penyakit menular masih merupakan problem
tersendiri yang tidak boleh diremehkan.
Strategi utama yang ditetapkan untuk mencapai
visi dan misi tersebut adalah menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat,
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, meningkatkan sistem
surveilans, monitoring dan informasi kesehatan serta
meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan
kunci keberhasilan upaya pemeberantasan penyakit DBD.
Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat,
16
maka upaya-upaya KIE, social marketing, advokasi dan
berbagai penyuluhan dilaksanakan secara intensif dan
berkesinambungan melalui berbagai media massa dan
sarana.
Berikut ini merupakan pokok-pokok kegiatan yang
mestinya dilakukan dalam kelompok pemberdayaan
masyarakat tersebut.
1. Pertama, melakukan tata laksana kasus, yang
meliputi penemuan kasus, pengobatan penderita, dan
sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi
dengan baik.
2. melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama
terhadap daerah yang terdapat kasus penderita
DBD.Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk
melakukan penanggulangan fokus terhadap kasus DBD.
3. adanya penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat,
melakukan pemantauan jentik secara berkala,
melakukan pemetaan penyebaran kasus, dan melakukan
pertemuan kelompok kerja DBD secara lintas sektor
dan program.
4. melakukan gerakan bulan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk) yang dilaksanakan sebelum bulan-bulan musim
penularan penyakit DBD (data ini dapat kita peroleh
dari data tahun sebelumnya).Artinya, bulan musim
penularan penyakit DBD dapat diketahui, bila
pencatatan dan pendataan dilakukan secara benar
terhadap terjadinya kasus DBD di suatu daerah.
17
5. dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan seputar
penyakit DBD, mulai dari gejala penyakit DBD, cara
pengobatan penderita yang terkena DBD, cara
pencegahan penyakit DBD, dan lainnya. (Wahit
Iqbal .2012).
1. kelebihan
meningkatkan dan mewujudakan kemitraan baik
dengan tenaga kesehatan maupun masyarakat.
2. kekurangan
tidak efektif untuk masyarakat kalangan atas
pelaksanaan dari metode tergolong rumit.
2.2.6 Stategi Pemberdayaan MasyarakatStrategi 1 : Menciptakan iklim, memperkuat daya,
dan melindungi.
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat
dilihat dari tiga sisi, yaitu ;
pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan
bahwa setiap manusia,setiap masyarakat, memiliki
potensi yang dapat dikembangkan.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki
masyarakat (empowering).
Dalam rangka pemberdayaan ini, upaya yang amat
pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan
derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-
18
sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,
informasi, lapangan kerja, dan pasar.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti
melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh
karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang
kuat. (Wahit Iqbal .2012).
Strategi 2 : Program Pembangunan Pedesaan
Pemerintah di Negara-negara berkembang termasuk
Indonesia telah mencanangkan
berbagai macam program pedesaan, yaitu
(1) pembangunan pertanian
(2) industrialisasi Pedesaan
(3) pembangunan masyarakat desa terpadu
(4) strategi pusat pertumbuhan Sunyoto Usman,
2004).
Senada dengan program pembangunan pedesaan, J.
Nasikun (dalam Jefta Leibo,1995), mengajukan
strategi yang meliputi :
(1) Startegi pembangunan gotong royong,
(2)Strategi pembangunan Teknikal – Profesional,
(3) Strategi Konflik,
(4) Strategi pembelotan kultural.
2.2.7 Indikator Pemberdayaan Masyarakat1. Input: Meliputi SDM,dana,bahan-bahan,dan alat-
alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
19
2. Proses: Meliputi jumlah penyuluhan yang
dilaksanakan,frekuensi pelatihan yang
dilaksanakan,jumlah tokoh masyarakat yang terlibat,
dan pertemuan-pertemuan yang di lakasanakn.
3.Output: Meliputi jumlah jenis usaha kesehatan
yang bersumberdaya masyarakat,jumlah masyarakat
yang telah meningkatkan pengetahuan dan
perilakuanya tentang kesehatan,jumlah anggota
keluarga yang memiliki usaha yang meningkatkan
pendapatan keluarga dan meningkatkan fasilitas umum
di masyarakat
4. Outcome: Dari pemberdayaan masyarakat mempunyai
kontribusi dalam menurunkan angka
kesakitan,kematian,kelahiaran dan status gizi
masyarakat. (Wahit Iqbal .2012).
2.3 Advokasi
2.3.1 PengertianAdvokasi adalah upaya pendekatan erhadap otang
lain yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan suatu kegiatan yang dilaksanakan.
Istilah advocacy (adpokasi) mulai digunakan dalam
program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO
pada tahun 1984, sebagai salah satu strategi global
pendidikan atau promosi kesehatan. WHO merumuskan,
bahwa dalam mewujudkan visi dan misi
20
pendidikan/promosi kesehatan secara efektif
menggunakan 3 strategi pokok, yaitu:
a. Advocacy (advokasi)
b. Social support (dukungan social)
c. Empowerment (pemberdayaan masyarakat).
(Notoatmodjo, 2007).
2.3.2 Tujuan Advokasia. Komitmen politik ( Political commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan sangat penting untuk mendukung atau
mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat,misalnya untuk
pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh
konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh
presiden.Untuk meningkatkan komitmen ini sangat
dibutuhkan advokasi yang baik.
b. Dukungan kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para
eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan
advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk
mendukung program yang telah memperoleh komitmen
politik tersebut.
c. Penerimaan sosial ( Social acceptance )
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu
program oleh masyarakat.Suatu program kesehatan
yang telah memperoleh komitmen dan dukungan
kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah
mensosialisasikan program tersebut untuk
memperoleh dukungan masyarakat.
21
d. Dukungan sistem ( System support )
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka
perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas
mendukung. Mengingat bahwa masalah kesehatan
merupakan dampak dari berbagai sektor, maka program
untuk pemecahanya atau penangulanganya harus
bersama-sama dengan sektor lain. (Notoatmodjo,
2007).
2.3.3 Kegiatan Advokasia. Lobi Politik (political lobbying)
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal
kepada para pejabat untuk menginformasikan dan
membahas masalah dari program kesehatan yang akan
dilaksanakan.
b. Seminar atau presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para
pejabat lintas program dan lintas sektor. Petugas
kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah
kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang
menarik, serta rencana program pemecahannya,
diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program
yang akan dilaksanakan.
c. Media advokasi (media advocacy)
Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi
dengan menggunakan media khususnya media massa.
Melalui media cetak maupun media elektronik
permasalahan kesehatan disajikan baik dalam
bentuk lisan, artikel, berita, diskusi,
penyampain pendapat, dan sebagainya.
22
d. Perkumpulan (asosiasi) peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang
mempunyai minat atau keterkaitan terhadap masalah
terntu atau perkumpulan profesi adalah juaga
merupakan bentuk advokasi. (Notoatmodjo, 2007).
2.3.4 Komunikasi AdvokasiKomunikasi advokasi adalah berkomunikasi
dengan para pengmbil keputusan atau penentu
kebijakkan. Oleh sebab itu advovokasi disektor
kesehatan adalah komunikasi antara para pejabat
atau petugas kesehatan disemua tingkat dan
tatanan dengan para penentu kebijakkan ditingkat
atau tatanan tersebut. Untuk menghasilkan
komunikasi yang efektif diperlukan prakondisi
antara lain sebagai berikut :
1. Atraksi Interpersonal
Atraksi intrapersonal adalah daya tarik
seseorang atau sikap positif pada seseorang yang
memudahkan orang lain untuk berhubungan atau
berkomunikasi dengannya. Atraksi interpersonal
ditentukan oleh factor sebagai berikut:
a. Daya tarik
Daya tarik ini sangat ditentukan sikap dan
perilaku orang terhadap orang lain. Oleh sebab
itu daya tarik pun dapat dipelajari misalnya,
dengan membiasakan senyum terhadap setiap orang,
berpikir positif terhadap orang lain, dengan
sebagai berikut.
b. Percaya diri.
23
Percaya diri bukan berarti menyombongkan diri,
melainkan suatu perasaan bahwa ia mempunyai
kemampuan atau menguasi ilmu atau pengalaman
dibidangnya. Oleh sebab itu agar percaya diri
harus mendalami pengetahuan teoritis lapangan
tentang bidangnya, terutama program yang akan
dikomunikasikannya.
c. Kemampuan
Hal ini berkaitan dengan percaya diri. Orang yang
mau melakukan tugas-tugasnya,ia akan lebih
percaya diri.
d. Familiarity.
Artinya petugas kesehatan yang sering muncul atau
hadir dalam event tertentu, misalnya rapat,
pertemuan informal,seminar, dansebagainya, akan
lebih pamiliar, termasuk dalam kalangan pemuda
setempat atau bupati.
e. Kedekatan (proximity)
Artinya menjalin hubungan baik atau kekeluargaan
dengan para pejabat atau keluarga pejabat
setempat adalah factor yang penting untuk
melakukan advokasi.
2. Perhatian.
Berdas arkan teori psikologis ada dua factor
yang mempengaruhi perhatian seseorang, yaitu
factor internal dan factor eksternal. Factor
internal adalah factor yang berasal dalam diri
orang itu sendiri. Factor internal terdiri dari,
faktor biologis (biologis,seks), dan factor
24
psikologis (pengetahuan, sikap, motivasi,
kebiasaan, kemauan, kebutuhan, dan sebagainya).
3. Intesitas komunikasi.
Artinya pesan atau imformasi yang akan
disampaikan melalui peruses komunikasi advokasi
adalah program-program kesehatan yang akan
dimintakan kometmen atau dukungan nya dari pada
para pembuat keputusan tersebut.
4. Visualisasi.
Seperti telah disebutkan di atas, untuk
memperileh perhatian dari para pembuat atau
penentu kebijakan, maka pesan-pesan atau program-
program kesehtan yang kita tawarkan harus
mempunyai intestas tinggi. (Notoatmodjo, 2007).
2.3.5 Indikator AdvokasiAdvokasi sebagai suatu kegiatan , sudah
barang tentu mempunyai masukan (input) ---
proses---keluaran (output). Dibawah ini akan
diuraikan tentang evaluasi advokasi serta
indikator-indikator evaluasi tentang 3 komponen
tersebut yaitu:
1. Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama
adalah orang (man) yang akan melakukan advokasi
(advocator) yakni data atau informasi yang
membantu atau mendukung argumen dalam advokasi.
2. Proses
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan
advokasi, oleh sebab itu evaluasi proses advokasi
25
harus sesuai dengan bentuk kegiatan advokasi
tersebut.
3. Output
Keluaran atau output advokasi sektor
kesehatan, dapat diklasifikasikan dalam dua
bentuk, yakni: output dalam bentuk perangkat
lunak (soft ware) dan output dalam bentuk
perngkat keras (hard ware). (Notoatmodjo, 2007).
2.4 DASAR-DASAR PERILAKU KESEHATAN DI MASYARAKAT
2.4.1 Konsep PerilakuPerilaku adalah bentuk respon atau reaksi
terhadap stimulus dan rangsangan dari luar organisme
(orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain
dari orang yang bersangkutan, baik faktor internal
maupun faktor eksternal (Notoatmodjo, 2007).
2.4.2 Teori Perubahan Perilakua. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab
terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada
kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme.
b. Teori Festinger (dissonance Theory)
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam
psikologi social. Teori ini sebenarnya sama
dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang). Hal
ini berarti bahwa keadaan “cognitive dissonance”
adalah merupakan keadaan ketidak seimbangan
26
psikologis yang diliputi oleh letegangan diri
yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali.
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan
perilaku individu I tergantung kepada keutuhan.
Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang
apabila stimulus tersebut dapat dimngerti dalam
konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz
(1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan
individu yang bersangkutan.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku
manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang
antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan
(reinstraining forces). Perilaku itu dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara
kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.
(Hamidah.2009)
BAB III KONSEP MAPPING
27
28
PROMOSI KESEHATAN
STRATEGI POKOK
ADVOKASI DUKUNANSOSIAL
PEMBERDAYAANMASYARAKAT
KEBIJAKAN
KEMITRAAN
BERHASIL TIDAKBERHASIL
PHBS TERCAPAI
INDIKATORKEBERHASILAN
PROMOSI
BAB IV
PEMBAHASAN
Promosi kesehatan program kesehatan yang dirancang
untuk membawa perubahan baik di dalam masyarakat sendiri,
maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Promosi
kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan
pengetahuan, sikap, dan praktik kesehatan saja, tetapi juga
meningkatkan atau memperbaiki lingkungan dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk membawa perubahan
baik tersebut antara lain melalui komunikasi yang dilakukan
oleh para petugas kesehatan dengan masyarakat yang
bertujuan untuk memberikan informasi agar masyarakat
mendapat pengetahuan yang awalnya tidak tahu menjadi tahu,
yang tahu menjadi mau, dan yang mau menjadi mampu melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat yang dicontohkan oleh para
petugas kesehatan. Selain itu langkah yang dilakukan untuk
membawa perubahan baik yaiu dengan melakukan pemberdayaan
masyrakat. Dimana pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesehatan. Dengan adanya ketersediaan sumber
daya manusia serta fasilitas yag memadai, dapat menunjang
terlaksananya pemberdayaan masyarakat. Upaya promosi
kesehatan, tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa
adanya komitmen serta dukungan kebijakan dari para pejabat
serta para pemegang keputusan, dimana upaya pendekatan yang
29
dilakukan berupa advokasi. Hasil dari advokasi sendir
berupa keputusan, peraturan, serta undang-undang yang
dikeluarkan oleh para pemegang keputusan.
Promosi kesehatan yang dilakukan diharapkan dapat
merubah perilaku seseorang menjadi lebih paham tentang
pentingnya kesehatan, yang nantinya dapat meningkatkan
status kesehatan masyarakat.
Gerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses
pemberian informasi secara bertahap untuk mengawal proses
perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu
mempraktikkan PHBS. Setiap fase perubahan memerlukan
informasi yang berbeda. Tetapi yang paling menentukan
adalah fase pertama, di mana kita harus dapat menyadarkan
si sasaran bahwa suatu masalah kesehatan adalah masalah
bagi yang bersangkutan. (Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di
desa bahwa perut buncit anak-anaknya adalah masalah. Jika
ini berhasil dilakukan, maka batu sandungan kedua akan
dijumpai pada fase perubahan dari mau ke mampu. Banyak
orang yang sudah mau berperilaku tertentu (misalnya
memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi tidak mampu
melakukan karena tidak adanya dukungan sarana (misalnya
tidak punya uang untuk transpor). Di sinilah perlu
hadirnya Advokasi untuk mengupayakan subsidi dari
pemerintah dan atau bantuan dana dari penyandang dana.
Selain itu, banyak juga dijumpai orang-orang yang yang
katanya mau, tetapi tidak kunjung melakukan. Bagi mereka
perlu dibuat dan diterapkan peraturan perundang-undangan.
30
Untuk itu, Advokasi kepada pengambil keputusan (bupati
/walikota, DPRD, dll) diperlukan.
Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik
berupa peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber
daya lain. Advokasi tidak boleh dilakukan ala-kadarnya,
karena Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses strategis
dan terencana, menggunakan informasi yang akurat dan teknik
yang tepat.
Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara
individuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Dalam kerjasama ada kesepakatan tentang komitmen dan
harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap
kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan berbagi baik
dalam risiko maupun keuntungan. Kemitraan inilah yang
mendukung dan menyemangati penerapan 3 (tiga) strategi
dasar. Penerapan 3 (tiga) strategi dasar tersebut perlu
metode dan teknik masing, yaitu dengan pendekatan-
pendekatan indivual, kelompok, maupun masyarakat.
Pendekatan individu biasa berupa pemberian Pelatihan Bagi
Tenaga Promosi Kesehatan di Puskesmas 13 informasi dan
edukasi, konseling, mencari faktor resiko (risk assessment)
terutama untuk pencegahan penyakit. Pendekatan individu
lebih cocok dilaksanakan di rumah sakit, praktik dokter,
dan bidan, serta posyandu dan puskesmas.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat diperlukan advokasi
kemitraan dan pemberdayaan masyarakat yang tepat. Dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat saja yang berperan, juga
tidak tenaga kesehatan saja.Di butuhkan kesadaran dari
masyarakat sendiri akan pentingnya kesehatan. Dalam upaya
meningkat kan kesadaran banyak factor yang mempengaruhi
salah satu nya pengetahuan, lingkungan, dan budaya
setempat.
5.2 saran
Hendaknya dalam melakukan upaya meningkatkan upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat dapat dilakukan secara
tepat dengan advokasi yang telah di jelaskan. Dalam upaya
meningkatkan upaya kesehatan masyarakat, sebelumnya
sesuaikan dengan lingkungan, ekonomi, adat kebiasaan, dan
pemahaman masyarakat.Pemberdayaan masyarakat akan sangat
bermanfaat apabila masyarakat sadar akan pentingnya
kesehatan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Maulana,Heri D. J.Promosi Kesehatan
Mubarak, Wahit Iqbal .2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsep dan Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
Soekidko Notoadmojo, Promosi Kesehatan, penenrbit Rineka Cipta, Jakarta, 2010.Syafrudin , dkk.2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk
Mahasiswa
Syafrudin, dan Hamidah.2009.Kebidanan Komunitas.Jakarta EGCWahyuningsih, Heni puji, dkk.2009.Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat dalam
Departemen Kesehatan RI. 1991.Sistem Kesehatan Nasional,
Jakarta. Hal: 56-66.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas: Teori dan Praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika. Hal: 56-60
33
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Edisi: 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal: 153 – 156.
Friedland, Daniel J. 1998. Evidence-based medicine: a framework for
clinical practice. USA: appleton and Lange. Page: 147.
Kumala, Poppy. 1995. Manajemen pelayanan kesehatan primer.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 8-9; 52-
53.
Maryani, Lidya dan M. Rizki. 2010. Epidemiologi Kesehatan,
Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal: 12; 25-30; 47-50; 89-95;
178-180; 250.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
No.128/MENKES/SK/II/2004. Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas.
Jakarta. Hal: 116.
Perdiguero E, Bernabeu J, Huertas R, Rodriguez-Ocana E.
2001. History of health, a valuable tool in public health. J Epidemiolo
Community Health. Page: 55.
Slamet, Juli. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Erlangga.
Hal: 66; 71.
Susser M, Ezra Susser. 1996. Choosing a future for epidemiology: II.
F. USA. Page: 80. Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi
Suatu Pengantar. Edisi: 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 23-24.
34
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................iDAFTAR ISI ...................................................iiBAB I PENDAHULUAN.............................................11.1 LatarBelakang............................................11.2 Rumusan Masalah..........................................21.3 TUJUAN..................................................2 1.4 HIPOTESA.................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................32.1 Promosi Kesehatan........................................32.1.1 Definisi Promosi Kesehatan............................32.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan.......................32.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan.............................42. 1.4 Tujuan Promosi Kesehatan............................52.1.5 Visi dan Misi Promosi Kesehatan.......................52.1.6 Strategi Promosi Kesehatan............................6
2.2 Pemberdayaan Masyarakat..................................82.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat....................82.2.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat........................82.2.3 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat.......................92.2.4 Ciri-ciri Pemberdayaan Masyarakat....................102.2.5Urutan langkah-langkah pemecahan masalah pemberdayaan masyarakat (DBD) secara umum...............................102.2.6 Stategi Pemberdayaan Masyarakat.....................122.2.7 Indikator Pemberdayaan Masyarakat....................13
2.3 Advokasi................................................142.3.1 Pengertian...........................................142.3.2 Tujuan Advokasi......................................142.3.3 Kegiatan Advokasi....................................152.3.4 Komunikasi Advokasi..................................152.3.5 Indikator Advokasi...................................17
2.4 DASAR-DASAR PERILAKU KESEHATAN DI MASYARAKAT............172.4.1 Konsep Perilaku......................................172.4.2 Teori Perubahan Perilaku.............................18
35
BAB III KONSEP MAPPING........................................19BAB IV PEMBAHASAN.............................................20BAB VPENUTUP..................................................225.1 kesimpulan.............................................225.2 saran...................................................22
36