MAKALAH ASURANSI

32
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional, dalam pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 1 Keseriusan dan perhatian pemerintah terhadap pembangunan dalam sistem kesehatan ini menguat dengan menempatkan jaminan kesehatan perlindungan sosial pada perubahan UUD 1945 Pasal 34 ayat 2, yaitu menyebutkan bahwa: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” 2 . Sistem Jaminan Sosial sebagaimana dalam perubahan UUD 1945 ditindaklanjuti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disebut UU SJSN, sebagai bukti bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan 1 Sundoyo, Jurnal Hukum Kesehatan, Biro hukum dan Organisasi Setjen Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2009, hlm. 1 2 UUD RI 1945 1

Transcript of MAKALAH ASURANSI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari

pembangunan nasional, dalam pembangunan kesehatan

tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal.1 Keseriusan dan

perhatian pemerintah terhadap pembangunan dalam sistem

kesehatan ini menguat dengan menempatkan jaminan

kesehatan perlindungan sosial pada perubahan UUD 1945

Pasal 34 ayat 2, yaitu menyebutkan bahwa: “Negara

mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia”2. Sistem Jaminan Sosial sebagaimana dalam

perubahan UUD 1945 ditindaklanjuti dengan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional yang selanjutnya disebut UU SJSN, sebagai

bukti bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait

memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan

1 Sundoyo, Jurnal Hukum Kesehatan, Biro hukum dan Organisasi Setjen Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2009, hlm. 1 2 UUD RI 1945

1

kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya3. Penguatan

regulasi bagi sistem jaminan sosial nasional serta

untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan

sosial nasional bagi seluruh rakyat Indonesia maka

dipandang perlu membentuk suatu Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

yang bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya

pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup

yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia.4

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang

selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial

5. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk

untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan6.

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan

kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan

3 Sundoyo, op. cit h.3 4 Lihat konsideran UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 5 UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial6 Ibid

2

dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh

pemerintah.7

Masyarakat sebagai peseerta BPJS sekaligus

pengguna jasa pelayanan persalinan tentu saja mempunyai

hak untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan apa

yang mereka harapkan8. Dalam pelaksanaannya peraturan

yang ditetapkan oleh BPJS kesehatan seringkali

menimbulkan permasalahan maupun medis. Dewan Jaminan

Sosial Nasional (DJSN) menemukan 86 permasalahan dari

hasil monitoring dalam program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan9

diantaranya ketidak puasan pasien yang melakukan

persalinan dimana mereka tidak mempunyai hak untuk

memilih tempat dan layanan persalinan yang mereka

inginkan, sehingga kadang permasalahan ini menjadi

salah satu kelemahan penerapan system BPJS.10 7 http://dudung1010.blogspot.com/, diakses tanggal 23 Agustus 2015,jam 11.30 8 http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/berita/1494-djsn-temukan-86-masalah-dalam-program-jkn, diakses tanggal 23 Agustus 2015, jam 11.459 Ibid10 Ibid, h.2

3

Hal ini dapat kita lihat pada kasus Bapak Luki

Arya dimana dia dan istrinya mengaku yang awalnya

peserta ASKES yg sekarang sudah lebur jadi satu dengan

BPJS, dimana Prosedur dan fasilitas ASKES (dulu) untuk

pelayanan persalinan sangat mudah dan baik. Ibu yg mau

bersalin tinggal datang ke RS, kemudian klaim bisa

dilakukan setelah persalinan, mengenai biaya bisa tanpa

bayar sepeserpun (utk persalinan normal, kelas kamar

sesuai ketentuan Golongan)

2 kakak saya memakai fasilitas ASKES cuma nombok

sedikit, itu pun karena minta kamar diatas jatah

standar golongan (standarnya kelas 1 kakak saya minta

paviliun)di RS Negeri. Dalam waktu dekat ini semula

saya juga ingin memanfaatkan ASKES/BPJS untuk

persalinan istri saya nanti. Saat mengumpulkan

informasi dari kantor pelayanan BPJS di daerah saya

ternyata prosedurnya sekarang berbeda, sekarang peserta

BPJS untuk persalinan normal dapat ditanggung/diklaim

bila bersalin di Puskesmas atau klinik bersalin yg

bekerja sama dgn BPJS atau disarankan ke RS negeri tipe

4

C Sedangkan rencana saya semula akan bersalin di RSUP

tipe A di kota kami Ternyata bila tetap bersalin di

sana tidak ditanggung, kecuali persalinan dengan

komplikasi, SC pun bila kasusnya ringan (terbelit usus

atau sungsang) tidak ditanggung/tdk bisa diklaim. Saya

di sarankan ke puskesmas daerah atau RS tipe C, sedikit

kecewa saya dengan prosedur BPJS sekarang ini, kenapa

pelayanannya diturunkan standarnya padahal kami

memperolehnya juga tidak gratis alias rela potong gaji

untuk iuran kesehatan ini. Akhirnya dengan terpaksa

kami putuskan untuk tidak jadi menggunakan hak

pelayanan kesehatan kami, karena berfikir daripada

nanti dipersulit dalam pengurusannya maupun dalam

pelayanannya Akhirnya biaya bukan prioritas kami tetapi

demi keselamatan dan kenyamanan ibu dan baby nanti11

Pasien sebagai konsumen jasa pelayanan persalinan

dalam kasus diatas tidak mempunyai kebebasan

mendapatkan haknya untuk menentukan tempat persalinan

yang mereka inginkan, padahal pasien secara umum11 http://ibuhamil.com/diskusi-umum/57855-ruwetnya-bpjs-untuk-pelayanan-persalinan.html

5

dilindungi dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen dan secara khusus dilindungi

dalam Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan12.

Hak warga negara adalah apa saja yang diperoleh

dari negara, misalnya: memperoleh pekerjaan, memperoleh

pendidikan, memperoleh pelayanan kesehatan, dan

sebagainya13 Pasien pengguna BPJS Kesehatan, selain

diberikan perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undang

Kesehatan dan juga Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

pasien dalam hal ini selaku konsumen, yaitu diartikan

“setiap pemakai atau pengguna barang dan/atau jasa baik

untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”

haruslah diperhatikan hak-haknya oleh para pihak

penyelenggara kesehatan dalam hal ini pemerintah.14

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis

tertarik untuk menulis makalah tentang “Perlindungan

12 Sudikno Martokusumo, Mengenai Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty.1999. Hlm 2413 . Ibid, h. 1714 http//ibumil.com, op. cit

6

Hukum Terhadap Peserta BPJS Kesehatan Dalam Jasa

Pelayanan Persalinan Dihubungkan Dengan Hukum

Perlindungan Konsumen (Studi tentang Aspek hukum

perlindungan konsumen sebagai peserta BPJS Kesehatan

pengguna layanan persalinan)”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana perlindungan hukum peserta BPJS

Kesehatan sebagai jasa pelayanan persalinan?

2. Bagamana hubungan peserta BPJS kesehatan sebagai

jasa pelananan persalinan dengan Hukum

Perlindungan Konsumen?

7

BAB IIPEMBAHASAN

A. PERLINDUNGAN HUKUM

Kata perlindungan menurut kamus umum bahasa

Indonesia berarti tempat

berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi,

misalnya member perlindungan pada orang yang lemah.15

Menurut Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan hukum

adalah kumpulan peraturan atau kaedah yang yang

mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif, umum

karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena

menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang15 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Cetakan IX, BalaiPustaka:Jakarta, 1986, hlm.600

8

tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta

menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan

kepada kaedah-kaedah.16 Dengan demikian, perlindungan

hukum dapat diartikan sebagai suatu perbuatan hal

melindungi subjek-subjek hukum dengan peraturan

Perundang-undangan yang berlaku dan pelaksanaannya

dapat dipaksakan dengan suau sanksi.17

Perlindunganhukum dapat pula diartikan dengan segala

upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum,

untuk memberi perlindungan kepada warganya agar hak-

haknya sebagai seorang warga negara tidak dilanggar,

dan bagi yang melanggarnya akan dapat dikenakan sanksi

sesuai peraturan yang berlaku.18

Pemaknaan kata perlindungan konsumen secara

kebahasaan mencakup unsur-unsur, yaitu: 1) unsur

tindakan melindungi; 2) unsur pihak-pihak yang

melindungi; dan 3) unsur cara-cara melindungi, dengan

16 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty:Yogyakarta,1991, hlm.38 17 Khrisine Agustine, Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum Konsumendalam Karcis Parkir, Universitas Indonesia: Depok, 2010, hlm.13, 18 DH Simandjuntak, Tinjauan UmumTentang Perlindungan Hukum dan KontrakFranchise, Universitas Sumatra Utara: Medan

9

demikian, kata perlindungan mengandung makna, yaitu

suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi

pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak

tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.19

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai

perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan

menggunakan pranata dan sarana hukum20. Hukum dalam

memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara

tertentu, yaitu dengan:

a. Membuat Peraturan (by giving regulation), bertujuan

untuk:

1. Memberikan hak dan kewajiban.

2. Menjamin hak-hak para subyek hukum.

b. Menegakkan peraturan (by law enforcement), melalui:

1. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk

mencegah (preventif) terjadinya pelanggaran hak-hak

konsumen dengan perjanjian dan pengawasan.

19 Wahyu Sasongko, 2007, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum PerlindunganKonsumen, Penerbit UNILA, Bandar Lampung, Hlm. 30 20 DH Simanjuntak, op. cit, h. 23

10

2. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi

(repressive) pelanggaran hak-hak konsumen listrik,

dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman.

3. Hukum perdata berfungsi untuk memulihkan hak

(curative; recovery; remedy), dengan membayar kompensasi

atau ganti kerugian.21

B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan

oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-

resiko atau peristiwa-peristiwa tertentu dengan tujuan,

sejauh mungkin, untuk menghindari peristiwa-peristiwa

tersebut yang dapat mengakibatkan hilangnya atau turunya

sebagian besar penghasilan, dan untuk memberikan

pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan terhadap

konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa tersebut,

serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan anak.22 Secara

singkat jaminan sosial diartikan sebagai bentuk

21 Ibid, hlm 3522 Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Rajawali Pers, Mataram. 2007. Hlm. 33.

11

perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat agar

dapat mendapatkan kebutuhan dasar yang layak23.

Di dalam program BPJS jaminan sosial dibagi kedalam

5 jenis program jaminan sosial dan penyelenggaraan yang

dibuat dalam 2 program penyelengaraan, yaitu :

1. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,

dengan programnya adalah Jaminan Kesehatan yang

berlaku mulai 1 Januari 2014.

2. Program yang diselenggarakan oleh BPJS

Ketenagakerjaan, dengan programnya adalah Jaminan

Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun,

dan Jaminan Kematian yang direncanakan dapat dimulai

mulai 1 Juli 2015. 24

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial adalah peleburan 4 (empat)

badan usaha milik negara menjadi satu badan hukum, 4

(empat) badan usaha yang dimaksud adalah PT TASPEN, PT

23 Ibid, hlm 3524 Ibid, h 30

12

JAMSOSTEK, PT ASABRI, dan PT ASKES. Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya

semua warga indonesia diwajibkan untuk mengikuti

program ini. Dalam mengikuti program ini peserta BPJS

di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu untuk mayarakat yang

mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu25.

Peserta kelompok BPJS di bagi 2 kelompok yaitu:

a. PBI (yang selanjutnya disebut Penerima Bantuan

Iuran) jaminan kesehatan, yaitu PBI adalah peserta

Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak

mampu sebagaimana diamanatkan Undang-undang SJSN

yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai

peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI

adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah

dan diatur melalui Peraturan Pemerintah

b. Bukan PBI jaminan kesehatan.26

Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional

berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip

25 Ibid, h. 3726 http://www.antaranews.com/berita/376166/tanya-jawab-bpjs-kesehatan di akses tanggal 30 maret 2014 pukul 14:53 wib

13

ekuitas, serta diselenggarakan dengan tujuan menjamin

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan27. Maksud dari prinsip asuransi sosial disini

meliputi :

1. kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang

sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang

berisiko tinggi dan rendah;

2. kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif;

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai berlaku di

Indonesia pada tanggal 1 Januari 2014 serta mengacu

pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) berikut28:

a. Prinsif Kegotongroyongan

b. Prinsif Nirlaba

c. Prinsif Portabilitas

d. Prinsif Kepesertaan bersifat wajib

e. Prinsif dana amanat

27 Tim Penyusun Bahan Advokasi dan Sosialisasi JKN, Buku Pegangan Sosialisasi JKN, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:Jakarta,2014,hlm.1728 . Ibid

14

f. Prinsif Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial29

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat

komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin

meliputi30:

a) Tidak sesuai prosedur;

b) Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang

bekerja sama dengan BPJS;

c) Pelayanan bertujuan kosmetik;

d) General checkup, pengobatan alternatif;

e) Pengobatan untuk mendapatkan keturunan,

pengobatan impotensi;

f) Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan

g) Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat

kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh

Diri/Narkoba.

29 Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalamSistem Jaminan Sosial Nasional, Hlm.17. 30 Ibid, hlm. 31

15

C. Pelayanan Persalinan Menurut Peraturan BPJS

Kesehatan

Menurut peraturan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial Kesehatan No. 1 tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan pasa 51, mengatakan

bahwa :

(1) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama

mencakup :

a. rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang

dapat diselesaikan secara tuntas di pelayanan

kesehatan tingkat pertama;

b. pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko

tinggi;

c. pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau

penyulit pervaginam bagi puskesmas Pelayanan

Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED);

d. pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan

e. pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi

fasilitas kesehatan dan/atau kebutuhan medis.

16

(2) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama

meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang

mencakup :

a. Administrasi pelayanan terdiri atas biaya

pendaftaran pasien dan biaya administrasi lain

yang terjadi selama proses perawatan atau

pelayanan kesehatan pasien

b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

c. perawatan dan akomodasi di ruang perawatan;

tindakan medis kecil/sederhana oleh Dokter ataupun

paramedis;

d. persalinan per vaginam tanpa penyulit maupun

dengan penyulit;

e. pemeriksaan penunjang diagnostik selama masa

perawatan;

f. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai selama

masa perawatan; dan

g. pelayanan transfusi darah sesuai indikasi medis.31

D. Pasien Sebagai Konsumen

31 PP No 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

17

Menurut Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Republik

Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,

menyatakan:”Pasien adalah setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara

langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau

dokter gigi”.32

Secara harafiah arti kata consumer adalah (lawan

dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang.

Tujuan penggunaan barang atau jasa ini nanti menentukan

termasuk konsumen kelompok mana pengguna

tersebut .33Menurut Pasal 1 angka (2) Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, dijelaskan bahwa Konsumen adalah

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, ntaupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan pengertian

32 Undang-Undang RI No. 24 Tahun2004 tentang Praktik Kedokteran33 A.Z Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, DiaditMedia, Jakarta, 2001, hlm 3

18

tersebut, maka yang dimaksud konsumen adalah konsumen

akhir34.

Pasien dalam hal ini adalah sebagai peserta dan

konsumen jasa pelayanan yang mempunyai hak untuk

menentukan atau memilih tempat dan layanan yang mereka

inginkan.

E. Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen (UUPK), UU No. 8 Tahun 1999 Pasal

1 angka 1 adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada

konsumen. Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang

terdapat dalam Pasal 1 angka 1 UUPK telah memberikan

cukup kejelasan. Kalimat yang menyatakan “segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan

sebagai benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-

34 Ibid, h.5

19

wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk

kepentingan perlindungan konsumen.35

Perlindungan konsumen berasaskan manfaat,

keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan

konsumen, serta kepastian hukum. Dan menurut Janus

Sidabalok dalam bukunya Hukum Perlindungan Konsumen di

Indonesia, hukum perlindungan konsumen adalah hukum

yang mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya

perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen36.

Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari

hukum konsumen dan menemukan kaidah hukum konsumen

dalam berbagai peraturan perundangan yang berlaku di

Indonesia tidaklah mudah, hal ini dikarenakan tidak

dipakainya istilah konsumen dalam peraturan perundang-

undangangan tersebut walaupun ditemukan sebagian dari

subyek-subyek hukum yang memenuhi kriteria konsumen.

Terdapat berbagai pengertian mengenai konsumen walaupun

tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara satu

35 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Hal. 1 36 Ibid, h.3

20

pendapat dengan pendapat lainnya Konsumen sebagai peng-

Indonesia-an istilah asing (Inggris) yaitu consumer,

secara harfiah dalam kamus-kamus diartikan sebagai

"seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang

tertentu atau menggunakan jasa tertentu"; atau "sesuatu

atau seseorang yang mengunakan suatu persediaan atau

sejumlah barang". ada juga yang mengartikan " setiap

orang yang menggunakan barang atau jasa".37

Hubungan hukum menimbulkan akibat hukum berupa hak

dan kewajiban. Demikian juga dengan hubungan antara

pasien peserta BPJS dan pemerintah. Hak-hak konsumen

yang diatur dalam UUPK bersifat terbuka, artinya selain

ada hak-hak konsumen yang diatur dalam UUPK tetapi di

atur dalam peraturan perundangundangan lain di sektor

tertentu . Hal ini merupakan konsekuensi logis dari

stasus UUPK sebagai ketentuan payung hukum (umbrella

rule).38

37 Erman Rajagukguk, dkk, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung: CV.Mandar Maju, 2000), hal 82 38 Wahyu Sasongko,Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar Lampung, Penerbit Universitas Lampung, 2007, hlm 58

21

Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen,

yaitu :

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to Safety);

2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be

informed);

3. Hak untuk memilih (the right to choose);

4. Hak untuk didengar the right to be heard.39

Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam

perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang

tergabung dalam The International Organization of Consumer

Union ( IOCU ) menambahkan lagi beberapa hak,seperti hak

mendapatkan pendidikan konsumen,hak mendapatkan ganti

kerugian,dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat40.

Hak konsumen sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 UU No.

8 Tahun 1999 adalah

sebagai berikut :

a. Hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa;39 Ibid, hlm 5940 Ibid, h.60

22

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta

mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar,jelas dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan yang dijanjikan;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas

baran/atau jasa yang digunakan;

e. Hak untuk dapat mendapatkan advokasi perlindungan

dan upaya penyelesaian sengketa ;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan

konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan

jujur serta tidak diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang

diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

sebagaimana mestinya;

23

i. Hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.41

F. Hubungan Pasien BPJS kesehatan sebagai jasa

pelananan persalinan dengan Hukum Perlindungan

Konsumen

Perlindungan hukum dikaitkan dengan pasien BPJS

sebagai konsumen, maka perlindungan hukum dapat

diartikan sebagai perlindungan terhadap konsumen jasa

pelayanan persalinan. Berdasarkan Pasal 1 angka 2

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang

dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan42.

Peserta JKN selaku konsumen jasa pelayanan persalinan

dalam memperoleh pelayanan kesehatan, memiliki hak dan

kewajiban berdasarkan Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang

41 Miru Ahmadi,Hukum Perlindungan Konsumen,(Jakarta: RajaGrafindoPersada,2004),hlm 3742 Undangg-undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen

24

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen43. Hak

konsumen sebagai jasa pelayanan persalinan adalah :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta

mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai

dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas

barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan

upaya penyelesaiansengketa perlindungan konsumen

secara patut; ak untuk mendapat pembinaan dan

pendidikan konsumen;

f. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar

dan jujur serta tidak diskriminatif;

43 Miru Ahmadi, h. 42

25

g. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi

dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa

yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau

tidak sebagaimana mestinya;

h. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundangundangan lainnya44.

Kewajiban konsumen adalah :

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan

prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau

jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian

barang dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa

perlindungan konsumen secara patut.45

Pasien sebagai konsumen jasa pelayanan persalinan

memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya

pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab

seperti penelantaran. Pasien juga berhak atas44 Ibid, h. 17 45 idem

26

keselamatan, keamanan, dan kenyamanan terhadap

pelayanan jasa kesehatan yang diterimanya. Oleh karena

hak tersebut maka konsumen akan terlindungi dari

praktik profesi yang mengancam keselamatan dan

kesehatan.46

Dari pernyataan di atas apabila dalam pelayanan

penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

peserta JKN mengalami ketidakpuasan. Maka dapat

mengajukan keluhan ke fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan atau BPJS

Kesehatan. Dapat dilihat disini bahwa peserta JKN telah

mendapat perlindungan hukum dengan adanya peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta adanya sarana

untuk mengajukan keluhan.

G. Perlindungan hukum peserta BPJS Kesehatan sebagai

jasa pelayanan persalinan

46 Darsono, Soerarjo. 1991. Aspek Hukum Pelayanan  Kesehatan. Makalah. Yangdiajukan d alam Pelatihan Berjenjang Anaphilaktik Syok  BagiPetugas Kesehatan Dati II Diselenggarakan Oleh kanwil Depkes Prop.Jateng 4 September di Semarang.

27

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai

perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan

menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum dalam

memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara

tertentu, yaitu dengan:

a. Membuat Peraturan (by giving regulation), bertujuan

untuk:

1. Memberikan hak dan kewajiban.

2. Menjamin hak-hak para subyek hukum.

b. Menegakkan peraturan (by law enforcement), melalui:

1. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk

mencegah (preventif) terjadinya pelanggaran hak-hak

konsumen dengan perjanjian dan pengawasan.

2. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi

(repressive) pelanggaran hak-hak konsumen listrik,

dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman.

3. Hukum perdata berfungsi untuk memulihkan hak

(curative; recovery; remedy), dengan membayar kompensasi

atau ganti kerugian47

47 Op cit, wahyu saongko hlm 20

28

Pasien sebagai peserta jaminan sosial saligus

sebagai pengguna jasa pelayanan persalinan mempunyai

hak untuk di lindungi. Jaminan sosial adalah

perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-

anggotanya untuk resiko-resiko atau peristiwa-peristiwa

tertentu dengan tujuan, sejauh mungkin, untuk menghindari

peristiwa-peristiwa yang dapat mengakibatkan hilangnya

atau turunya sebagian besar penghasilan, dan untuk

memberikan pelayanan medis dan/atau jaminan keuangan

terhadap konsekuensi ekonomi dari terjadinya peristiwa

tersebut, serta jaminan untuk tunjangan keluarga dan

anak.48 Secara singkat jaminan sosial diartikan sebagai

bentuk perlindungan sosial yang menjamin seluruh rakyat

agar dapat mendapatkan kebutuhan dasar yang layak.

48 Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Rajawali Pers, Mataram. 2007. Hlm. 33.

29

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pelaksanaan JKN pada dasarnya merupakan amanat UU

SJSN dan UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), dimana jaminan

kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Secara sederhana JKN yang dikembangkan oleh pemerintah

merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan dengan

menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang

bersifat wajib (mandatory)49. Pasien dalam hal ini

mempunyai posisi sebagai peserta Jaminan Sosial bukan

berati haknya harus di batasi oleh pemerintah terkait

system yang berlaku dalam peraturan BPJS Kesehatan.49 Ibid, h 28

30

Pasien juga disini berlaku sebagai jasa konsumen

layanan persalinan yang secara hukum perlindungan

konsumen mempunyai hak untuk memilih pelayanan yang dia

inginkan, sehingga hak dan kebutuhannya sebadai manusia

yang ingin mendapatkan kenyamannan dapat dipenuhi

sesuai dengan teori Maslow dimana setiap orang

mempunyai kebutuhan akan rasa aman dan nyaman.50

B. SARAN

Pemerintah dalam ini sebagai penyelenggara Jaminan

Sosial bidang kesehatan kiranya perlu memperbaiki

system yang dapat mengakomodir hak-hak dan kewajiban

peserta untuk mendapatkan kenyamamnan sehingga

masyarakat Indonesia benar benar merasakan manfaat

Jaminan Sosial sebagai amanat dari UUD 1945.

50 Ibid, h. 25

31

32