Asuransi Asuransi Syariah Syariah Umum Umum Dalam Dalam Kerangka Kerangka IGTC 2010 IGTC 2010
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Asuransi Asuransi Syariah Syariah Umum Umum Dalam Dalam Kerangka Kerangka IGTC 2010 IGTC 2010
AsuransiAsuransi SyariahSyariah UmumUmumIr. Tati F. Purnomo, M.Si, AAIK, FIISShariah Business Group Head, Asuransi Astra
Wakil Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia
Jakarta, 12 Mei 2010
2009DalamDalam KerangkaKerangka IGTC 2010IGTC 2010
1. Landasan Hukum Asuransi Syariah
2. Konsep Asuransi Syariah
3. Fatwa dan Peraturan Terkait dgn Asuransi
Syariah
4. Pengelolaan Asuransi Syariah
5. Tantangan Asuransi Syariah
Daftar Isi
1. 1. LandasanLandasan HukumHukum AsuransiAsuransi SyariahSyariah
Menyiapkan Hari Depan
• QS. Al Hasyr : 18“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa
depan) dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesunguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang engkau kerjakan“
• QS. Lukman : 34Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[*], dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
[*] Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha.
• QS. Yusuf : 46-49Mimpi raja mesir yang ditafsirkan oleh Nabi Yusuf: “Hai orang yang amat dipercaya,
terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”
“Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
“Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan
apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit). Kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.
“Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.”
• HR Ibnu Majah : “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang
lain”.
1. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Kerjasama dan saling menolong
• QS. Al Maidah : 2“Dan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan
janganlah kamu saling tolong menolong atas dosa dan permusuhan dan
bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah itu sangat dahsyat
siksaanNya”
• HR. Muslim“barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia,
Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah
senantiasa menolong hamba-hambaNya selama ia menolong
saudaranya”
Melaksanakan aqad dan amanah
• QS. Al Maidah : 1
“Wahai orang-orang beriman tunaikanlah akad akad itu”.
• QS. An-nisa’ : 58
“sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada
yang berhak menerimanya dan apabila kamu menetapkan hukum diantara
manusia, hendaklah dengan adil”.
• HR. Tirmizi“kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”.
Pengharaman maisir(judi)
• QS. Al Maidah : 90
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ( meminum) khamar,
berjudi, korban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
• HR. Muslim dan Tirmizi“rasulullah saw melarang jual beli yang mengandung gharar”.
Haramnya Riba & Tidak boleh
berlaku zolim
• QS. Al Baqarah : 275, 278“dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”…
“hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman”..
• QS. Shaad : 24“Daud berkata: “Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan
sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian
mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh; dan amt sedikitlah mereka ini”
dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya; maka ia meminta ampun
kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan beratubat.”
Transaksi dengan keridhoan
• QS. An Nisa’ : 29
“hai orang-orang yang beriman janganlah kalian memakan(mengambil
harta orang lain) secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang di
landasi atas suka rela atau keridhoan diantara kalian
• HR.Bukhari“orang-orang yang terbaik diantara kamu adalah orang yang palng baik
dalam pembayaran utangnya”
Perintah untuk Saling
Bertanggung Jawab
• HR. Bukhori Muslim:
“Kedudukan persaudaraan orang yang beriman satu dengan yang lain ibarat satu
tubuh, bilamana tubuh sakit, maka akan dirasakan sakitnya oleh seluruh anggota tubuh lainnya”.
“Setiap mukmin dengan mukmin lainnya dalam satu masyarakat ibarat seluruh
bangunan, yang mana tiap bagian dalam bangunan itu mengukuhkan bagian lainnya”.
“Setiap orang dari kamu, adalah pemikul tanggung jawab dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dibawah tanggung jawab kamu”.
• HR. Bukhori :“Seseorang tidak boleh dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya
sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri (HR. Bukhori)
Saling melindungi dalam
keadaan susah
• QS. Quraisy : 4
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan”
• HR. Ibnu Majah
“Sesungguhnya orang yang beriman ialah siapa yang memberikan keselamatan dan
perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia” .
• HR. Ahmad
“Demi diriku yang dalam kekuasaan Allah, tidaklah masuk surga orang-orang yang
tidak memberikan perlindungan tetangganya yang dalam kesusahan “
• HR Al-Bazzaar
“Tidaklah beriman seseorang, kalau ia dapat tidur nyenyak dengan perut kenyang
sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.”
“Al-ashlu filuwarhalatil ibahah illa ayyadulla daliilun ala tahrimiha.”
(Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkan).
Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak
mengandung :
� gharar - ketidakpastian
� maysir - perjudian
� riba - bunga
� zulmu - penganiayaan
� riswah - suap
� barang haram, dan perbuatan maksiat.
Kaidah Fiqih Tentang Muamalah
2. Konsep Asuransi Syariah2. Konsep Asuransi Syariah
AAB -
“ Merupakan suatu pelimpahan RISIKO dari pihak pertama
kepada pihak lain.
Dalam pelimpahan dikuasai oleh aturan-aturan hukum dan
berlakunya prinsip-prinsip serta ajaran yang secara
universal yang dianut oleh pihak pertama maupun pihak
lain”
Pengertian Asuransi
Menukar ketidakpastian biaya yang dikeluarkan pada saat terjadirisiko dengan kepastian jumlah premi yang dibayarkan
Pengertian
dan Konsekuensi
Asuransi Konvensional
Transfer Risiko
Insurance
Company
Insurance
CompanyParticipantParticipant
Bayar premi
Bayar Claim
Asuransi Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No 21/DSN-MUI/X/2001
Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan syariah.
As.Syariah –
RISK SHARING
InsuranceCompany
Pengelolaan Resiko &
Dana Tabarru’
Peserta
Risk Sharing
Mekanisme berbagi risiko atau saling menanggung antar
sesama pemilik risiko ini disebut TAKAFUL
PREMIUM
PAID
INVESMENT
INSURANCE CONTRACT
Insurance Company
Participant
DEFISIT
PAYMENT TO PARTICIPANT
SURPLUS
SALES AGENT
POOL
OF
FUND
+
Profit
POOL
OF
FUND
PROFIT
CLAIMPAYMENT
PREMIUM INCOME
Bisnis Model
Asuransi Konvensional
Management Fee(Marketing Expenses,Claim Administration,
Operational Expenses & Margin)INSURANCE COMPANY
PARTICIPANT
Takaful Fund (contribution
paid by participants
based on risk
sharingcontract) Claim Fund
Investment based on
ShariaPrinciple
Investment Income
Management Fee
InvestmentIncomePortion
Investment Income
Claim Payment
ClaimSurplusPortion
Temporaryallowance
Surplus Defisit
Profit for Shareholders
Surplus
Bisnis Model
Asuransi Syariah
Al-Qard Al Hasan
Akad - Akad Yang
DigunakanWakalah Bil Ujrah Contract
Pool of Pool of HibahHibah
FundFund
Sharing Based : Mudharabah
Policy Holders Policy Holders Investments Investments
Insurance Company
as
Marketer,
Underwriter
Insurance Company
as
Collector
Insurance Company
as
Fund Manager
Diantara Policy Holdersdigunakan akad hibah/Tabarru
Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
Transfer risiko dari tertanggung
kepada penanggung
Jual beli
Dana premi seluruhnya menjadi
milik perusahaan sehingga
perusahaan bebas menggunakan
dan menginvestasikannya
Dari rekening perusahaan sebagai
konsekuensi penanggung terhadap
tertanggung
Menjadi milik perusahaan
sepenuhnya
Tertanggung akan dikenakan denda (pengembalian premi
secara short period)
Tidak ada
Sharing risiko antara satu peserta
dengan peserta lainnya
Tolong-menolong
Dana dari peserta sebagian akan
menjadi milik peserta, sebagian lagi untuk perusahaan sebagai pemegang
amanah dalam mengelola dana
Dari rekening tabarru’ yang merupakan
dana milik peserta
Dapat dibagi antara perusahaan
dengan peserta dalam bentuk hadiah
(sesuai prinsip waad) *
Peserta memperoleh pengembalian
premi secara prorata harian
Ada untuk mengawasi manajemen,
produk dan investasi dana agar dikelola sesuai dengan prinsip syariah
konsep
akad
kepemilikan dana
sumber pembayaran
klaim
keuntungan
pembatalan asuransi*
DPS (Dewan
Pengawas Syariah)
perbedaan
* Ketentuan berlaku
Konvensional vs Syariah
3. Fatwa 3. Fatwa dandan AturanAturan PemerintahPemerintah
terkaitterkait dengandengan AsuransiAsuransi SyariahSyariah
Terkait dengan penyelenggaraan Asuransi Syariah :
1. No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah :
Penggunaan Akad Tabarru dan Tijarah (Mudharabah).
2. No. 39/DSN-MUI/X/2002 tentnag Asuransi Haji :
Kewajiban Asuransi bagi Jamaah Haji dengan berbasis syariah
3. No. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah Musytarakah Pada
Asuransi Syariah :
untuk produk Asuransi yang mengandung unsur tabungan maupun non
tabungan
4. No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi
dan Reasuransi Syariah :
akad antara Peserta dengan Pengelola/Perusahaan Asuransi Syariah
5. No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi dan
Reasuransi Syariah :
– akad antar Peserta Pemegang Polis
FATWA DSN-MUI
Fatwa DSN MUI
NO: 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARI’AH
� Pertama : Ketentuan Umum
� Kedua : Akad dalam Asuransi
� Ketiga : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru’
� Keempat : Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru’
� Kelima : Jenis Asuransi dan Akadnya
� Keenam : Premi
� Ketujuh : Klaim
� Kedelapan : Investasi
� Kesembilan : Reasuransi
� Kesepuluh : Pengelolaan
� Kesebelas : Ketentuan Tambahan
Fatwa DSN MUI
51/DSN-MUI/III/2006
Tentang AKAD MUDHARABAH MUSYTARAKAH
PADA ASURANSI SYARIAH
• Pertama : Ketentuan Umum
• Kedua : Ketentuan Hukum
• Ketiga : Ketentuan Akad
• Keempat : Kedudukan Para Pihak dalam Akad
Mudharabah Musytarakah
• Kelima : Investasi
• Keenam : Ketentuan Penutup
Fatwa DSN MUI
52/DSN-MUI/III/2006
Tentang AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA
ASURANSI DAN REASURANSI SYARIAH
• Pertama : Ketentuan Umum
• Kedua : Ketentuan Hukum
• Ketiga : Ketentuan Akad
• Keempat : Kedudukan dan Ketentuan Para Pihak dalam
Akad Wakalah bil Ujrah
• Kelima : Investasi
• Keenam : Ketentuan Penutup
Fatwa DSN MUI
53/DSN-MUI/III/2006
Tentang AKAD TABARRU’ PADA ASURANSI DAN
REASURANSI SYARIAH
• Pertama : Ketentuan Hukum
• Kedua : Ketentuan Akad
• Ketiga : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru’
• Keempat : Pengelolaan
• Kelima : Surplus Underwriting
• Keenam : Defisit Underwriting
• Ketujuh : Ketentuan Penutup
Peraturan Pemerintah
• Peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan :
Nomor: PER-02/BL/2008 tentang Pedoman Perhitungan Batas TingkatSolvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia :
Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan PemerintahNomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
Nomor 81 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan PemerintahNomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
• Peraturan Menteri Keuangan :
NOMOR 18 /PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip DasarPenyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan PrinsipSyariah.
Peraturan Bapepam LK
No : PER-02/BL/2008
Merupakan penyempurnaan atas Keputusan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor 3607/LK/2004 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Menjelaskan tentang 2 (dua) hal pokok sebagai berikut:
1. Deposito/sertifikat deposito yang termasuk kategori khusus adalah jumlah
deposito/sertifikat deposito pada satu bank sampai dengan jumlah maksimum yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (sebelumnya seluruhnya dijaminpemerintah). Kelebihannya masuk dalam kategori lainnya dengan faktorrisiko yang didasarkan pada Capital Adequate Ratio (CAR) bank yang bersangkutan.
2. Perhitungan faktor risiko Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Asset Default Risk) untuk penempatan investasi pada satu pihak dikenakan faktor sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari rata-rata tertimbang faktor risiko untuk setiap jenis penempatan
investasi pada satu pihak.
PP No. 39 tahun 2008
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia :
Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
Pasal 6C
(1) Perusahaan Asuransi yang menyelenggarakan seluruh usahanya berdasarkanprinsip syariah harus memiliki modal sendiri paling sedikit Rp50.000.000.000,00 paling lambat tanggal 31 Desember 2008.
(2) Perusahaan Pialang Asuransi dan Perusahaan Pialang Reasuransi harusmemiliki modal sendiri paling sedikit Rp1.000.000.000,00 paling lambat tanggal31 Desember 2008.
Pasal 6D .
Modal kerja minimum Unit Syariah dari Perusahaan Asuransi dan Perusahaan asuransi
adalah sebagai berikut:
a. sebesar Rp25.000.000.000,00 bagi Unit Syariah dari perusahaan Asuransi;
b. sebesar Rp50.000.000.000,00 bagi Unit Syariah dari Perusahaan Reasuransi.
Pasal 6E
(1) Perusahaan Asuransi yang memiliki Unit Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal6D huruf a, harus menyesuaikan modal kerja dari Unit Syariah dimaksud dengantahapan sebagai berikut:
a. paling sedikit sebesar Rp5.000.000.000,00 paling lambat tgl 31 Desember 2008;
b. paling sedikit sebesar Rp12.500.000.000,00 paling lambat tgl 31 Desember 2009;
c. paling sedikit sebesar Rp25.000.000.000,00 paling lambat tgl 31 Desember 2010.
PP No. 39 tahun 2008
(2) Perusahaan Reasuransi yang memiliki Unit Syariah sebagaimana dimaksud dalamPasal 6D huruf b, harus menyesuaikan modal kerja dari Unit Syariah dimaksuddengan tahapan sebagai berikut:
a. paling sedikit sebesar Rp12.500.000.000,00 paling lambat tgll 31 Desember 2008; b. paling sedikit sebesar Rp25.000.000.000,00 paling lambat tgl 31 Desember 2009; c. paling sedikit sebesar Rp50.000.000.000,00 paling lambat tgl 31 Desember 2010.
Pasal 6F
(1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang memiliki Unit Syariah harus
memenuhi modal sendiri dalam jumlah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf a dan huruf b ditambah modal kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal6D huruf a dan huruf b.
PP No. 39 tahun 2008
PP nomor 81 tahun 2008
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian.
• Pasal II
1. Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, izinpembukaan kantor cabang
dengan prinsip syariah yang dimiliki Perusahaan Asuransi atau Perusahaan
Reasuransiyang telah ada dinyatakan berlaku sebagai izin untuk Unit Syariah.
2. Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, untukPerusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi yang telah memiliki izin usaha berlaku ketentuan:
a. modal dalam perhitungan dana jaminan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 7
ayat (1), sampai dengan tanggal 31 Desember 2010, adalah modal disetor
minimum yang dipersyaratkan dalam Peraturan Pemerintah tentang
Penyelenggaraan UsahaPerasuransian yang mendasari pendirian Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi tersebut.
PP nomor 81 tahun 2008
b. dalam hal memiliki Unit Syariah, modal dalam perhitungan dana jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), sampai dengan tanggal 31Desember 2010, adalah modal disetor minimum yang dipersyaratkan dalamPeratura Pemerintah tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian yang
mendasari pendirian Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi tersebutditambah modal kerja minimum Unit Syariah sesuai dengan pentahapansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6E.
c. modal dalam perhitungan dana jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(1), setelah batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b lewat, adalah modal sendiri minimum sesuai dengan pentahapan pemenuhan permodalansebagaimana dimaksud dalam Pasal 6B ditambah modal kerja minimum Unit
Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6D.
PMK No.18/PMK.010/2010
Peraturan Menteri Keuangan :
NOMOR 18 /PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan
Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
BAB I : KETENTUAN UMUM
BAB II : PRINSIP DASAR
BAB III : PEMISAHAN KEKAYAAN DAN KEWAJIBAN
BAB IV : AKAD
BAB V : SURPLUS UNDERWRITING
BAB VI : QARDH
BAB VII : PENGAWASAN
BAB VIII : SANKSI
BAB IX : KETENTUAN PERALIHAN
BAB X : KETENTUAN PENUTUP
BAB X I : KETENTUAN PENUTUP
4. 4. PengelolaanPengelolaan AsuransiAsuransi SyariahSyariah
Prinsip Dasar Asuransi
�Insurable Interest �
Utmost Good Faith
Indemnity�Contribution
�
Proximate Cause�
�Subrogation
Prinsip Dasar Asuransi
• Asuransi Harta Benda
• Asuransi Kendaraan Bermotor
• Asuransi Pengangkutan
• Asuransi Rangka Kapal
• Asuransi Rangka Pesawat
• Asuransi Energi
• Asuransi Satelit
• Asuransi Tanggung Gugat
• Asuransi Engineering
• Asuransi Uang
As. Kesehatan
As. Kecelakaan Diri
Produk Asuransi Umum
Syariah
Asuransi Umum
(General Insurance)
Aset apa saja yang dapat diasuransikan:
– Bangunan berikut isi bangunan (perabot, mesin)
– Kegiatan konstruksi (bangunan, jembatan, PLTU)
– Kehilangan pendapatan yang semestinya diperoleh jika tidak terjadimusibah
– Kendaraan / alat transportasi
– Barang / mesin dalam perjalanan (ekspor / impor)
– Barang pribadi (laptop, handphone)
– Uang (uang milik sendiri / milik nasabah, sisa hutang, uang mukaperjalanan, uang jaminan proyek)
– Biaya dokter / biaya rumah sakit / biaya obat / biaya ambulans / sewa pesawat untuk evakuasi
– Tanaman / hewan / pesawat terbang / satelit
BANKING
OTHERS
ISLAMIC BISNIS
INSTITUTION
CAPITAL MARKET
FINANCIAL INSTITUTION
NON BANK
SHARIA
INDUSTRY
INSURANCE
BANKING
OTHERS
ISLAMIC BISNIS
INSTITUTION
CAPITAL MARKET
FINANCIAL INSTITUTION
NON BANK
SHARIA
INDUSTRY
INSURANCE
Market Driver Industri Asuransi Syariah
1. Perbankan syariah1. Bank umum syariah : 4
2. Unit usaha syariah bank umum : 143. Unit usaha syariah BPD : 154. Bank Kustodian syariah : 65. BPR syariah : 117
2. Perusahaan Penerbit Obligasi syariah : 383. Reksadana Syariah : 22
4. Pembiayaan Syariah : 11
4. Bisnis syariah lainnya :1. Pegadaian Syariah : 1
2. DPLK (dana pensiun) : 23. Bisnis syariah : 54. Lembaga Penjaminan syariah : 15. Modal Ventura Syariah : 2
Jumlah Lembaga Keuangan Syariah per Juli 2008
Sumber : www.mui.or.id
Potensi Market Asuransi Syariah
Number of Sample
1038
Valid954 (91,91%)
Tidak Valid 84 (8,09%)
Asuransi548 (57,44%)
Tahu Sharia2 (0,36%)
Tidak Tahu546 (99,64%)
Tidak Asuransi406 (42,56%)
Tahu Sharia0 (0%)
Tidak Tahu406 (100%)
Tertarik0 (0%)
Tidak tertarik2 (100%)
Tertarik138 (25,27%)
Tidak tertarik408 (74,73%)
Tertarik65 (16,01%)
Tidak Tertarik341 (83,99%)
Source: Awareness & Preferences Survey
Asuransi Astra 2006
• 14.46 % secara potensial pindah dari konvensional ke syariah dan 6.8 % potensi baruuntuk berasuransi
SistemSistem Pengelolaan
Dana Kontribusi
KONTRIBUSIKONTRIBUSI
UPAH Pengelola
Untuk biaya:
-OPERASIONAL- ANALISIS RESIKO
-PENGUMPULAN
Akad
Wakalah Bil
Ujroh
DANA TABARRU’
- untuk pembayaranKLAIM
INVESTASI
HASIL INVESTASI
DANA TABARRU’
DANA KLAIMx % HASIL INVESTASI
Pengelola
(100-x)% HASIL INVESTASI
Pengelola
y% SURPLUS TABARRU’
PESERTA
(100-x-y)% SURPLUS TABARRU’
Akad
Mudharabah
Waad untuk
mengalokasi
kan surplus
BIAYA ADM.BIAYA ADM.
X %
(100-X)%
HASIL DANA TABARRU’
1. SURPLUS1. SURPLUS
2. DEFISIT
Pinjaman dariPerusahaan
(Qardh Hasan)PESERTAPESERTA
TABARRU’
x% OF 100% SURPLUS TABARRU’
Akad
Tabarru/Hibah
GROSS CONTRIBUTION
paid by participant
TABARRU’
CONTRIBUTION
RETAKAFUL
TABARRU’
CONTRIBUTION
TAKAFUL
TABARRU’
CONTRIBUTION
UJROH
TAKAFUL
UJROH
RETAKAFUL
UJROH
Skema Kontribus
Reasuransi
A %(X-Y %) = B%
B%((100-X)-(B))%X-Y %Y %
100-X%X %
Asumsi :
Takaful (Operator) Share : Y %
Reinsurance share : X-Y %Ujroh To Reas : A % of tabarru
• Asuransi Syariahadalah usaha saling melindungi, saling menanggung dan tolong menolong
diantara para Peserta melalui pembentukan kumpulan dana yang dikelola dan diinvestasikan untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
• Akad adalah pertalian ijab (penawaran) dengan qabul (persetujuan) menurut cara-
cara yang sesuai dengan syariah.
• Wakalah bil ujrah
adalah akad pemberian kuasa dari Peserta kepada Perusahaan Asuransi (Pengelola) untuk mengelola dana dan/atau melakukan kegiatan lain dengan imbalan pemberian ujrah (fee).
• Mudharabahadalah akad untuk memberikan bagi hasil atas dana tabbaru yang
diinvestasikan kepada pengelola dan kumpulan dana tabarru’
• Waad untuk membagikan surplusadalah akad untuk membagikan bonus kepada peserta dan pengelola apabila
ada surplus dana tabbaru’ sesuai dengan ketentuan.
Definisi Istilah Syariah
• Kontribusiadakah iuran yang dibayarkan oleh Peserta kepada Pengelola yang sebagian
darinya untuk dikelola sebagai dana tabarru’ dan sebagian lainnya sebagai ujrah untuk pengelola.
• Dana Tabarru’
adalah dana yang dihibahkan oleh Peserta kepada Kumpulan Peserta asuransi syariah dan pengelolaannya diamanahkan kepada Pengelola(Perusahaan Asuransi) dimana dana tersebut akan digunakan untuk menolong setiap Peserta yang mengalami musibah yang dijamin dalam Polis ini.
• Surplus / Defisit Dana Tabarru’adalah kelebihan / kekurangan dana tabarru’ yang terkumpul dalam periode
tertentu setelah dikurangi klaim, kontribusi reasuransi dan cadangan-cadangan sesuai dengan prinsip syariah dan peraturan perundangan yang berlaku.
• Al-Qardh Al-Hasanadalah suatu pinjaman murni dari dana milik Pengelola kepada dana tabarru’
dalam hal dana tabarru’ tidak mencukupi untuk membayar klaim yang terjadi dengan ketentuan bahwa pengembalian atas pinjaman tersebut dilakukan atas pokok pinjaman setelah dana tabarru’ telah memiliki surplus pada periode-periode berikutnya.
Definisi Istilah Syariah
Jenis Investasi Syariah
• Deposito Syariah
• Saham di Bursa Efek (DES : Daftar Effek Syariah)
• Obligasi Syariah (Sukuk Pemerintah & Swasta)
• Reksadana Syariah
• Penyertaan langsung
• Tanah & bangunan atau hak strata
• Pinjaman polis
• Pembiayaan tanah, bangunan, kendaraan, barang modal
(skema murabahah)
• Pembiayaan modal kerja (skema mudharobah)
Prospek :
• Penduduk Indonesia mayoritas Muslim yaitu sekitar 220 Juta ( 88 %) dari
250 Juta penduduk.
• Adanya dukungan Pemerintah dalam bentuk regulasi perbankan syariah
dan lembaga keuangan syariah
• Ekonomi Syariah terbukti dapat bertahan di Krisis Ekonomi
1998
Tantangan :
• Pemahaman Masyarakat masih rendah terhadap Asuransi Syariah
• Masih terbatasnya praktisi yang memahami konsep syariah termasuk di
industri asuransi syariah
ProspekProspek & & TantanganTantangan
AsuransiAsuransi SyariahSyariah