Kebijakan otonomi daerah dalam kerangka NKRI

26
Halaman Judul......................................i Kata Pengantar.....................................ii Daftar Isi........................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................1 1.2 Perumusan Masalah...............................1 1.3 Tujuan..........................................1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia.............2 2.2 Kebijakan Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI....3 2.2.1 Hakikat Otonomi daerah...................3 2.2.2 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI.......4 2.2.3 Alasan Indonesia membutuhkan desentralisasi otonomi daerah......................................4 2.2.4 Pentingnya penerapan kebijakan desentralisasi otonomi daerah Adalah.....................................6 2.2.5 Argumentasi dalam pelaksanaan desentralisasi pada otonomi Daerah.....................................7 2.2.6 Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam Konteks Otonomi Daerah.....................................7 2.2.7 Kebijakan dan Tujuan Otonomi daerah......9 2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.....10 2.4.....................Pembagian Urusan Pemerintahan ................................................ 11 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 1

Transcript of Kebijakan otonomi daerah dalam kerangka NKRI

Halaman Judul......................................i

Kata Pengantar.....................................ii

Daftar Isi........................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................1

1.2 Perumusan Masalah...............................1

1.3 Tujuan..........................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia.............2

2.2 Kebijakan Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI....3

2.2.1 Hakikat Otonomi daerah...................3

2.2.2 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI.......4

2.2.3 Alasan Indonesia membutuhkan desentralisasi

otonomi daerah......................................4

2.2.4 Pentingnya penerapan kebijakan

desentralisasi otonomi daerah

Adalah.....................................6

2.2.5 Argumentasi dalam pelaksanaan desentralisasi

pada otonomi

Daerah.....................................7

2.2.6 Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam

Konteks Otonomi

Daerah.....................................7

2.2.7 Kebijakan dan Tujuan Otonomi daerah......9

2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.....10

2.4.....................Pembagian Urusan Pemerintahan

................................................11

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 1

2.4.1..................Urusan pemerintahan pusat

11

2.4.2 Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah

Propinsi.................................12

2.4.3 Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah

kabupaten/kota................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................14

3.2 Saran..........................................14

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Judul pembahasan yang kita bahas adalah “ otonomi

daerah dalam kerangka NKRI”. Tema ini relevan untuk

dibahas ditengah upaya kita untuk memperkuat sistem

demokrasi dan sistem pemerintahan yang baik di daerah,

terutama sejak dimunculkannya semangat desentralisasi

pada masa reformasi 1998 lalu. Pada saat ini kita

tengah berada pada era pelaksanaan otonomi daerah,

dimana tujuannya adalah membuat daerah menjadi lebih

mandiri, maju dan sejahtera –dalam kerangka penguatan

pembangunan nasional.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 2

Keberhasilan pembangunan daerah merupakan bagian

integral dari keberhasilan pembangunan nasional dalam

kerangka NKRI. Desentralisasi merupakan paradigma yang

memperkokoh pembangunan daerah dewasa ini. Paradigma

desentralisasi tersebut, tidak saja semata-mata

merupakan reaksi atas praktik pembangunan nasional yang

sentralistik, sebagaimana diterapkan sedemikian rupa

pada masa Orde Baru, tetapi sudah menjadi tuntutan

mendasar yang harus diterapkan dengan

mengimplementasikan konsep otonomi daerah secara luas.

1.2 Perumusan Masalah

1. Membahas tentang Otonomi daerah dalam kerangka NKRI?

2. Menjelaskan tentang kebijakan otonomi daerah ?

3. Menjelaskan sejarah tentang otonomi daerah di

Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang sejarah otonomi daerah di

indonesia

2. Memahami apa itu kebijakan otonomi daerah dalam

kerangka NKRI

3. Memahami tentang otonomi daerah dalam kerangka NKRI

BAB II

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 3

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia

UU nomor 1 tahun 1945 tentang pemerintahan daerah

pasca proklamasi UU ini menekenken pada aspek cita-cita

kedaulatan rakyat melalui pengaturan pembentukan Badan

Perwakilan Rakyat Daerah. Ditetapkan 3 daerah otonom

(Karesidenan, Kabupaten dan Kota).

UU nomor 22 tahun 1948 berfokus pada pengaturan

tentang susunan pemerintahan daerah yang demokratis.

Diletakkan 2 daerah otonom (otonom biasa dan otonom

istimewa), serta 3 tingkatan daerah otonom (propinsi,

kebupaten/kota besar dan desa/kota kecil).

Perjalanan sejarah otonomi daerah di Indonesia selalu

ditandai dengan lahirnya suatu perundang-undangan yang

menggantikan produk sebelumnya.

Prinsip yang dipakai dalam pemberian otonomi kepada

daerah bukan lagi “otonomi yang riil dan seluas-

luasnya” tetapi “otonomi yang nyata dan bertanggung

jawab” alasannya, pandangan otonomi daerah yang seluas-

luasnya dapat menimbulkan kecenderungan pemikiran yang

dapat membahayakan keuruhan NKRI dan tidak serasi

dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi kepada

daerah sesuai dengan prinsip-prinsip GBHN yang

berorientasi pada pembangunan dalam arti

luas.Pergantian UU no.5 tahun 1974 menjadi UU no.22

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 4

tahun 1999 adalah adanya perubahan mendasar pada format

otonomi daerah dan substansi desentralisasi.Prinsip-

prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.1

1. Dilaksanakan denga aspek demokrasi, keadilan,

pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman

daerah.

2. didasarkan pada otonomi luas dan bertanggung

jawab.

1 http://www.seribuserbi.com/2014/05/kebijakan-otonomi-daerah-dalam-kerangka.html

Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI selasa 9:31 am alfian kHaris

3. Pelaksanaan yang luas dan utuh diletakkan pada

daerah kebupaten dan daerah kota, pada daerah

propinsi merupakan otonomi yang terbatas.

4. Harus sesuai dengan konastitusi negara (tetap

terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan

daerah serta antar-daerah).

5. Lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom.

6. Lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan

legislatif daerah, baik fungsi legislatif,

pengawasan maupun anggaran atas penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

7. Pelaksanaan asaz dekonsentrasi diletakkan pada

daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah

administrasi untuk melaksanakan kewenangan

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 5

pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada

gubernur sebagai wakil pemerintah.

8. pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan,

tidak hanya dari pemerintahan kepada daerah desa

yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan

prasarana, serta sumber daya manusia dengan

kewajiban melaporkan pelaksanaan dan

mempertanggung-jawabkan kepada yang menugaskan.

2.2 Kebijakan Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI

2.2.1  Hakikat Otonomi daerah

Otonomi daerah Dapat diartikan sebagai hak,

wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya

guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam

rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah daerah adalah kepala daaerah beserta

perangkat  daerah otonom yang lain sebagai badan

eksekutif daerah. DPRD adalah badan legislative daerah.

Sedangkan Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 6

2.2.2 Otonomi daerah dalam kerangka NKRI

Implementasi paradigma desentralisasi di

Indonesia, selaras dengan konstitusi (UUD Negara RI

1945) dilakukan untuk memperkuat format negara kesatuan

(NKRI), bukan dalam format negara federal

(federalisme). Kerangka otonomi daerah secara luas di

Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat berjalan

secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan di

berbagai bidang di daerah, dalam memperkuat NKRI.

Dengan implementasi otonomi daerah secara luas dalam

kerangka penguatan NKRI, maka diharapkan :

1. Akan muncul kemandirian yang digerakkan oleh

kreativitas dan inovasi daerah dalam

mengoptimalisasikan berbagai potensi sumberdaya

yang ada, baik sumberdaya manusia maupun

sumberdaya alam, untuk kepentingan kemajuan dan

kesejahteraan daerah –dan dengan demikian otomatis

akan mendukung atau memperkokoh pembangunan

nasional dalam bingkai NKRI.

2. Tata hubungan antara pusat-daerah diharapkan akan

menjadi lebih proporsional, harmonis dan produktif

dalam rangka penguatan integrasi (persatuan dan

kesatuan) bangsa dan pembangunan nasional. Dengan

demikian, tidak akan ada lagi keluhan-keluhan dari

daerah atas kebijakan pemerintah pusat yang

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 7

dinilai tidak adil. Demikian pula, tidak akan ada

lagi resistensi dan gejolak terkait dengan

hubungan pusat-daerah. Pergerakan pendulum antara

sentralisasi dan desentralisasi sangat jelas

terlihat dari rumusan Undang-undang tentang

Pemerintahan Daerah yang ada, baik sebelum dan

setelah era reformasi. Sebelum era reformasi,

berlaku UU No. 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan

Daerah. Pada saat itu, terjadi turbulensi di

bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, sampai

diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah. Setelah itu, kini telah

berlaku UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Membandingkan pokok-pokok pikiran antara

UU No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 22 tahun 1999

dan UU No. 32 tahun 2004, ada perbedaan mendasar.

Pertama, dari sisi filosofis. UU No. 32 tahun 2004

filosofinya adalah keseragaman atau uniformitas,

sedangkan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004

filosofinya adalah keanekaragaman dalam kesatuan.

Kedua, dari aspek pembagian satuan pemerintahan.

UU No. 5 tahun 1974 menggunakan pendekatan tingkatan

(level approach), ada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat

II. Sedangkan, UU No 22 tahun 1999 menggunakan

pendekatan besaran dan isi otonomi (size and content

approach), ada daerah yang besar dan ada daerah yang

kecil berdasar kemandirian masingmasing, ada daerah

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 8

dengan isi otonomi terbatas dan ada daerah yang

otonominya luas. Sementara, UU No. 32 tahun 2004

menggunakan pendekatan besaran dan isi otonomi (size and

content approach), dengan menekankan pada urusan yang

berkeseimbangan dengan azas eksternalitas,

akuntabilitas dan efisiensi.

  Ketiga, fungsi utama pemerintahan daerah, menurut

UU No. 5 tahun 1975 adalah sebagai promotor

pembangunan, sedangkan menurut UU No. 22 tahun 1999

sama dengan UU No. 32 tahun 2004 yaitu sebagai pemberi

pelayanan masyarakat.

Keempat, terkait dengan penggunaan azas

penyelenggaraan pemerintah daerah. Menurut UU No. 5

tahun 1974 adalah seimbang antara desentralisasi,

dekonsetrasi dan tugas pembantuan pada semua tingkatan.

Sementara pada UU No. 22 tahun 1999, desentralisasi

terbatas pada daerah provinsi dan pada luas daerah

kabupaten/kota, dekonsentrasi terbatas pada

kebupaten/kota dan luas pada provinsi, tugas pembantuan

yang seimbang pada semua tingkatan pemerintahan sampai

ke desa. Sedangkan, menurut UU No. 32 tahun 2004,

desentralisasi diatur berkesimbangan antara daerah

provinsi, kabupaten/kota, desentralisasi terbatas pada

kabupaten/kota dan luas pada provinsi, tugas pembantuan

berimbang pada semua tingkatan pemerintahan.

Bagaimanapun, otonomi Daerah merupakan kewenangan untuk

membuat kebijakan (mengatur) dan melaksanakan kebijakan

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 9

(mengurus) berdasarkan perkara sendiri. Sehingga,

masyarakat yang berada pada satu teritori tertentu

adalah pemilik dan subyek Otonomi daerah. Hal ini,

membawa konsekwensi perlunya partisipasi aktif dari

masyarakat dalam setiap tahap penyelenggaraan otonomi.

Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk

pengejawantahan dari proses desentralisasi.

Kepentingannya adalah upaya untuk lebih mendekati

tujuan-tujuan diselenggarakannya pemerintahan untuk

mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih baik, yang

adil dan makmur. Dua tema adil dan makmur dalam konteks

ini berarti terciptanya suatu tatanan yang demokratis

dan masyarakat yang sejahtera di daerah. Kebijakan

desetralisasi akan mendorong terciptanya tatanan yang

demokratis dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

2.2.3 Alasan Indonesia membutuhkan desentralisasi

otonomi daerah

1. Kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini

sangat terpusat di Jakarta, pembangunan wilayah

lain sebagian dilalaikan.

2. Pembagian kekayaan secara tidak adil dan tidak

merata.

3. Kesenjangan sosial sangat mencolok

2.2.4 Pentingnya penerapan kebijakan desentralisasi

otonomi daerah adalah:

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 10

1. Paradigma desentralisasi juga selaras dengan

prinsip pemerintahan yang demokratis, dengan

adanya pengaturan kewenangan yang seimbang antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Desentralisasi tidak menafikkan peran dan

kewenangan pemerintah pusat. Asas dekonsentrasi

tetap harus Dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik,

seiring sejalan (sinergis) dengan laju

implementasi otonomi daerah.

2. Desentralisasi juga mencegah terjadinya pemusatan

kekuasaan, yang dapat menimbulkan munculnya

pemerintahan yang otoriter, serta mendorong

demokratisasi di tingkat lokal, karena rakyat

lebih mempunyai peluang untuk terlibat dalam

penyelenggaraan pemerintahan di wilayahnya masing-

masing (grass roots democracy).

3. Desentralisasi menciptakan efisiensi pemerintahan,

karena sebagian urusanurusan pemerintahan

diselenggarakan oleh satuan-satuan pemerintahan

tingkat daerah, sehingga memperpendek rentang

birokrasi bila dibandingkan dengan pengendalian

dari Pusat.

4. Dari segi sosiokultural, desentralisasi

menyebabkan kepentingan rakyat di daerah-daerah

yang memiliki kekhususan-kekhususan tertentu dapat

tertangani dengan lebih baik.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 11

5. Desentralisasi membuat pembangunan dapat berjalan

dengan lebih baik dan terarah, karena dilakukan

langsung oleh satuan-satuan pemerintahan di

tingkat daerah.

2.2.5 Argumentasi dalam pelaksanaan desentralisasi pada

otonomi daerah

Pelaksanan desentralisasi harus dilandasi

argumentasi yang kuat dan baik secara teoritik

atau empirik. Argumen dalam memilih desentralisasi

otonomi daerah:

1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektifitas

penyelenggaraan pemerintahan

Fungsi distributif (mengelola berbagai dimensi

kehidupan)

Fungsi regulatif (menyangkut penyediaan barang dan

jasa)

Fungsi Ekstraktif (memobilisasi sumberdaya

keuangan untuk aktivitas negara)

2. Sebagai sarana pendidikan politik

3. pemerintahan daerah sebagai persiapan untuk karir

politik lanjutan terutama karir dibidang politik

dan pemerintah ditingkat nasional

4. stabilitas politik

5. kesetaraan politik, masyarakat tingkat lokal

mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam politik

6. Akuntabilitas public Demokrasi memberikan ruang

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 12

dan peluang kepada masyarakat, untuk

berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan

penyelenggaraan Negara.

2.2.6 Bentuk dan Tujuan Desentralisasi dalam Konteks

Otonomi Daerah

1. Dekonsentrasi

Hanya berupa pergesran volume pekerjaan dari

parlemen pusat kepada perwakilannya yang ada

didaerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan

kewenangan untuk mengambil keputusan atau

keleluasaan untuk membuat keputusan dapat ditempuh

melalui:

  Transfer kewajiban dan bantuan keuangan dari

pemerintah pusat kepada propinsi, distrik dan

unit administratif lokal 

Koordinasi unit-unit pada level sub-nasional

atau melalui insentif dan paraturan perjanjian

diantara pemerintah pusat dan daerah serta

unti-unit tersebut.

2. Delegasi

Adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan

kewenangan manajerial untuk melakukan tuga-tugas

khusus kepada organisasi yang tidak secara

langsuang berada dibawah pangawasan pemerintah

pusat .

3. Devolusi

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 13

Adalah kondisi dimana pemerintahan pusat

membentuk unit-unit pemerintahan diluar

pemerintahan pusat dengan menyerahkan sebagian

fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk

dilaksanakan secara mandiri. Menurut Rondinelli,

devolusi merupakam upaya memperkuat pemerinyahan

didaerah secara lelgal yang secara subtantif

kegiatan-kegiatan yang dilakukannya diluar kendali

langsung pemerintah pusat.

Ciri yang melekat pada devolusi:

a. Adanya sebuah badan lokal yang secara

konstitusional terpisah dari pemerintah pusat dan

bertanggung jawab pada pelayanan lokal yang

signifikan.

b. Pemerinyah daerah harus memiliki kekayaan sendiri,

anggaran dan rekening seiring dengan otoritas

untuk meningkatkan pendapatannya.

c. Harus mengembangkan kompetensi staf.

d. Anggota Dewan yang terpilih, yang beroperasi pada

garis partai, harus menentukan kebijakan dan

prosedur internal.

e. Pejabat pemerintah pusat harus melayani sebagai

penasihat dan evaluator luar yang tidak memiliki

peranan apapun didalam otoritas local

4. Privatisasi

Adalah suatu tindakan pemberian kewenangan dari

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 14

pemerintah kepada badan-badan sukarela, swasta dan

swadaya masyarakat, tetapi dapat pula merupakan

peleburan badan pemerintah menjadi badan usaha

swasta. Misal: BUMN dan BUMD dilebur menjadi

Perseroan Terbatas (PT). Tugas Pembantuan

Merupakan pemberian kemungkinan dari pemerintah

pusat/pemerintah daerah yang lebih atas untuk

meminta bantuan kepada pemerintah daerah yang

tingkatannya lebih rendah agar menyelenggarakan

tugas/urusan rumah tangga dari daerah yang

tingkatannya lebih atas.

2.2.7 Kebijakan dan Tujuan Otonomi daerah

Jadi pada intinya, tujuan dan kebijakan

desentralisasi otonomi daaerah dalam kerangka NKRI

adalah:

1. Pemerintahan otonomi daerah mewujudkan cita-cita

masyarakat yang lebih baik, yang adil dan makmur

yang berarti terciptanya suatu tatanan yang

demokratis dan masyarakat yang sejahtera di

daerah.

2. Desentralisasi atau otonomi daerah yang mampu

menumbuhkan modal sosial dan tradisi kewargaan di

tingkat lokal.

3. Penerapan Otonomi Daerah yang mendorong

peningkatan kesejahteraan rakyat daerah, khususnya

rakyat miskin.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 15

4. Otonomi daerah mempermudah mengakses sumberdaya

dan mengembangkan potensin untuk dapat

meningkatkan kemajuan daerah masing-masing,

sehingga kesenjangan antardaerah dan pusat dapat

diperkecil.

5. Otonomi daerah dapat menjawab akar tuntutan

politik yaitu tuntutan keadilan ekonomi yang

kurang adil antara pusat dan daerah.

6. otonomi daerah meningkatan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,

mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan

pemerataan serta memelihara hubungan yang serasi

antara pusat dan daerah dan antar daerah.

7. Pembagian kebijakan kewenangan Daerah Otonomi

Propinsi dalam rangka desentralisasi mencakup:

a. a Kebijakan Yang meliputi lintas kabupaten

dan kota (bidang PU, Perhubungan, Perkebunan)

b. b)   Kebijakan dalam Perencanaan dan

pengendalian pembangunan regional secara

makro

c. c)   Kebijakan dalam hal kelautan yang

meliputi eksplorasi, akspluoitasi, konservasi

d. d)   Daerah Otonom Kabupaten dan Daerah

Otonom Kota bertanggung jawab atas beberapa

bidang, misalnya Peternakan, Pertanian,

Pendidikan dan Kebudayaan, Tenaga Kerja,

Kesehatan, Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum,

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 16

Perhubungan, Pedagangan dan Industri,

Penanaman Modal, dan Koperasi.

8. Otonomi Daerah sebagai komitmen dan kebijakan

politik nasional merupakan langkah strategi yang

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan dan

pembangunan Daerah, disamping menciptakan

keseimbangan pembangunan antar daerah di

Indonesia.

9. Otonomi daerah memfasilitasi bentuk kegiatan

didaerah dalam bidang ekonomi.

10. Pemerintahan daerah harus kreatif.

11. Otonomi daerah membentuk Politik lokal yang

stabil.

12. Pemerintahan Daerah harus menjamin

kesinambungan berusaha.

13. Pemerintahan Daerah harus komunikatif dengan

LSM, terutama dalam bidang perburuhan dan

lingkungan hidup. 

2.3 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang

dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintah

daerah adalah :2

1. Penyelenggaraan Otonomi daerah dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek demokrasi, keadilan,

pemerataan serta potensi dan keanekaragaman

daerah.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 17

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi

luas, nyata, dan bertanggung jawab.

3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh

diletakan pada daerah kabupaten dan daerah kota,

sedang pada daerah propinsi merupakan otonomi yang

terbatas.

4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan

konstitusi negara sehingga tetap terjamin hubungan

yang serasi antara pusat dan daerah serta antar

daerah.

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih

meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan

karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidak

ada lagi wilayah administrasi.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih

meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif

daerah, baik fingsi legislasi, pengawasan maupun

fungsi anggaran.

7. Pelaksanan asas dekonsentrasi diletakan pada

daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah

administrasi untuk melaksanakan kewenangan

pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada

Gubernur sebagai wakil pemerintah.

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan,

tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi

juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang

disertai dengan pembiyayaan, sarana dan prasarana.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 18

2.4Pembagian Urusan Pemerintahan

Dengan adanya otonomi daerah akan terjadi pembagian

kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam

menangani urusannya. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004

tentang Otonomi Daerah, urusan pemerintahan dapat

dibagi ke dalam urusan pemerintahan pusat, pemerintahan

daerah tingkat I, dan pemerintahan daerah tingkat II.

Pembagian tersebut meliputi;

2 http://irhan-fitk.blogspot.com/2011/12/otonomi-daerah-dalam-

kerangka-nkri.html

2.4.1 Urusan pemerintahan pusat

1) Politik luar negeri

2) Pertahanan

3) Keamanan

4) Yustisi

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 19

5) Moneter dan fiskal nasional

6) Agama

2.4.2 Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah propinsi

1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan

2) Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata

ruang

3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat

4) Penyediaan sarana dan prasarana umum

5) Penanganan bidang kesehatan

6) Penyelenggaraaan pendidikan dan alokasi SDM

potensial

7) Penanggualangan masalah sosial lintas

kabupaten atau kota

8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas

kabupaten/kota

9) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil

dan menengah, termasuk lintas kabupaten/kota

10) Pengendalian lingkungan hidup

11) Pelayanan pertahanan termasuk lintas

kabupaten/kota

12) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil

13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan

14) Pelayanan administrasi peneneman modal

termasuk lintas kabupaten/kota

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 20

15) Penyelenggraaan pelayanan dasar lainnya

yang belum dapat dilaksanakan oleh

kabupaten/kota

16) Urusan wajib lainnya yang diamanatkan

oleh peraturan perundang-undangan.

2.4.3 Urusan wajib yang menjadi kewenangan

pemerintahan daerah kabupaten/kota.

1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan

2) Perencanaan, pemanfatan, dan pengawasan tata

ruang

3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat

4) Penyediaan sarana dan prasarana umum

5) Penanganan bidang pendidikan

6) Penanggulangan masalsah sosial

7) Pelayanan bidang ketenagakerjaan

8) Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil

dan menengah

9) Pengendalian lingkungan hidup

10) Pelayanan pertahanan

11) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil

12) Pelayanan administrasi umum pemerintahan

13) Pelayanan administrasi penanaman modal

14) Penyelenggraan pelayanan dasar lainnya

15) Urusan wajib lainnya yang diamnatkan

oleh peraturan perundang-undangan.3

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 21

3 Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Salemba Empat.:pukul 15.30

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Otonomi daerah Dapat diartikan sebagai hak,

wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya

guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 22

rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan

pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah daerah adalah kepala daaerah beserta

perangkat  daerah otonom yang lain sebagai badan

eksekutif daerah. DPRD adalah badan legislative daerah.

Sedangkan Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa

sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Bentuk dan

Tujuan Desentralisasi dalam Konteks Otonomi Daerah

yaitu Dekonsentrasi,Delegasi,Devolusi danPrivatisasi.

Implementasi paradigma desentralisasi di Indonesia,

selaras dengan konstitusi (UUD Negara RI 1945)

dilakukan untuk memperkuat format negara kesatuan

(NKRI), bukan dalam format negara federal

(federalisme). Kerangka otonomi daerah secara luas di

Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat berjalan

secara efektif dalam menggerakkan laju pembangunan di

berbagai bidang di daerah, dalam memperkuat NKRI.

3.2 Saran

Pemerintah pusat tetap harus mengatur dan

menjalankan urusan di beberapa sektor di tingkat

kabupaten dan menjamin bahwa pemerintah lokal punya

kapasitas dan mekanisme bagi pengaturan hukum

tambahan atas bidang-bidang tertentu danpenyelesaian

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 23

perselisihan. Selain itu, pemerintah pusat juga harus

menguji kembali dan memperketat kriteria pemekaran

wilayah dengan lebih mengutamakan kelangsungan hidup

ekonomi kedua kawasan yang bertikai, demikian pula

tentang pertimbangan keamanan.

Kalau perlu, sebaiknya pemerintah pusat membuat

suatu lembaga independen ditingkat daerah untuk

mengawasi jalannya pemerintahan. Tidak hanya mengawasi

dan menindak pelanggaran korupsi seperti yang tengah

gencar dilakukan KPK, tetapi juga mengawasi setiap

kebijakan dan jalannya pemerintahan dimana lembaga ini

dapat melaporkan segala tidakan-tindakan pemeritah

daerah yang dianggap merugikan rakyat didaerah itu

sendiri.

Perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang

dilakukan oleh pemerintah pusat sehingga jangan sampai

terjadi berbagai kebijakan yang merusak lingkungan yang

terjadi di setiap kabupaten atau kota yang ada di

Indonesia. Pemerintah Pusat harus aktif dalam

melakukan pengawasan sehingga pembangunan yang

berwawasan lingkungan dapat dijalankan dengan baik oleh

pemerintah Indonesia baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 24

DAFTAR PUSTAKA

http://www.marzukialie.com/upload/arsip/100_Tadulako.pdf

http://irhan-fitk.blogspot.com/2011/12/otonomi-daerah-dalam-kerangka-nkri.html

Srijanti dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan di PerguruanTinggi. Jakarta: Salemba Empat

Syaukani dkk. 2009. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan.Yogyakarta: Pustaka

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 25

http://www.seribuserbi.com/2014/05/kebijakan-otonomi-daerah-dalam-kerangka.html

Kebijakan Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

Otonomi daerah dalam kerangka NKRI Page 26